Anda di halaman 1dari 6

Melodi Cinta dalam Organisasi SMA

Di sekolah itu, kisah persahabatan tumbuh seperti bunga yang merekah di


musim semi. Setiap hari diisi dengan tawa, pelajaran, dan misteri kehidupan
remaja. Namun, di balik tirai keceriaan, tersembunyi cerita-cerita yang
menggugah hati. Seorang siswa pemalu menemukan keberanian, seorang guru
memberikan inspirasi, dan di ujung lorong sekolah, terdapat petualangan yang tak
terduga. Kehidupan sekolah adalah panggung di mana karakter-karakter kita
tumbuh dan belajar, menandai jejak tak terhapuskan dalam buku kenangan.
Indahnya kehidupan sekolah tergambar dalam setiap langkah, seperti
partitur musik yang menciptakan harmoni di antara murid-murid. Dalam
kepolosan dan keberanian, mereka menjalin persahabatan yang mekar, dan di
setiap pelajaran, terdapat hikmah yang menjadi bekal untuk perjalanan masa
depan. Melalui cerita-cerita yang tersembunyi, kita menyadari bahwa setiap
pengalaman di sekolah membentuk dan memperkaya warna kehidupan kita.
Kisah SMA tak luput dari kehidupan percintaan remaja. Di SMA Bina
Ganesha, Aretha dan Brayan remaja kelas 11, dua hati muda, saling terpaut dalam
kisah cinta yang entah kapan bisa di satukan dan menggetarkan. Pertemuan
mereka di lorong sekolah menjadi awal dari babak baru. Setiap senyum Aretha,
setiap tatapan Brayan, melukiskan cerita asmara di antara buku pelajaran dan
tugas rumah.
Perjalanan cinta Aretha dan Brayan dipenuhi rintangan, ujian, dan
kebahagiaan. Dalam ujian semester dan kejujuran hati, Aretha belajar bahwa cinta
bukan hanya tentang kata-kata manis, tetapi juga tentang dukungan dan
pengertian. Banyak hal yang mereka lalui bersama. Tergabung dalam satu
organisasi yang sama membuat Aretha jatuh semakin dalam.
Awal Masa Bhakti, banyak sekali acara yang harus mereka laksanakan
untuk tujuan proker mereka. Salah satunya adalah hari dimana saat itu disekolah
mereka mengadakan Classmeeting. Saat Classmeeting, OSIS SMA BINA
GANESHA juga mengadakan bazar OSIS. Ada banyak sekali jajanan yang dijual.
Saat hendak pengadaan bazar OSIS. Seluruh panitia menyiapkan semuanya di hari
libur. Tidak ada hari libur, bagi mereka semua hari sama. Hanya menjalankan
Proker, Evaluasi, Realisasi, begitulah kehidupan OSIS.
Saat persiapan Bazar, Aretha dan Brayan tergabung dalam satu kelompok
yang sama, yang dimana tugas mereka adalah mencari ide apa saja yang akan
mereka jual di bazar. Mungkin menurut sebagian orang itu adalah hal biasa, tapi
menurut Aretha itu adalah hal paling menyenangkan. Bisa berbincang dengan
Brayan adalah kesenangan tersendiri. Mereka tak hanya berbincang, tapi bahkan
sampai keluar bersama untuk membeli bahan dan alat untuk bazar mereka.
Aretha dan Brayan memang belum begitu dekat, tapi mereka sudah sering
bertegur sapa dan berbincang ala kadarnya. Saat itu, entah hari itu hari ke berapa
dalam Classmeeting ini, tapi yang jelas berdiri terlalu lama membuat kaki Aretha
kram ketik ia duduk dan menekuk kakinya saat OSIS mengadakan evaluasi.
Awalnya tidak ada yang tahu bahwa Aretha merasakan kram di kakinya. Tapi
Ketua OSIS mereka yang bernama Veyrla, mengetahui hal itu. Veyrla yang
menyadari ada yang aneh langsung berkata ,
“Teman kalian ada yang kram enggak ada yang mau nolong gitu?” Semua
pandangan terarah pada Aretha. Awalnya Semua teman Aretha hanya melihat
Aretha yang kesakitan dan tak ada yang menolongnya.
Tapi Brayan sangat sigap, dia adalah lelaki yang peka dan juga cekatan.
Mengetahui Aretha kram dan menangis Brayan langsung menolong Aretha yang
sedang kesakitan. Barulah temannya yang lain juga mencarikan obat kram.
Setalah rapat evaluasi berakhir, dan Aretha hendak pulang, Brayan bertanya pada
Aretha,
“Gimana kakinya, udah mendingan apa belum?”
“Lumayan sih, walaupun emang masih kaku rasanya.” Jawab Aretha dengan
sedikit kesakitan dan menyentuh kakinya.
“Bisa turun tangga apa enggak? Kalau gak bisa gue bantuin.” Tanya Brayan penuh
perhatian.
“Nggak usah, gue bisa kok. Pelan-pelan nanti juga pasti sampai depan.” Tolak
Aretha. Sebenarnya, Aretha juga mau jika Brayan mau mengantarkan Aretha
sampai ke depan gerbang. Tapi, ya begitulah Aretha, rasa gengsinya yang besar
mengalahkan segalanya. Itu hanya perhatian kecil yang diberikan Brayan pada
Aretha, tapi Aretha sudah salting tak karuan.
Tidak hanya sampai situ, Classmeeting masih berlanjut keesokan harinya.
Karena Brayan tahu bahwa Aretha memang sudah pusing sedari pagi. Brayan
menggantikan Aretha yang terlihat sudah pucat. Karena memang Aretha menjadi
anak bola dari jam 7 hingga jam 10 tanpa henti. Rupanya gadis itu salting atas
perlakuan Brayan. Tak heran, Aretha adalah gadis yang menyukai Act of Service
dan Brayan memilikinya. Brayan memiliki semua type yang diinginkan oleh
Aretha.
Kisah mereka tidak cukup hanya sampai situ, masih banyak sekali masa-
masa yang dilalui Aretha bersama Brayan dalam organisasi. Cerita lucu, sedih,
mengharukan, dan lain sebagainya. Ada suatu hari dimana hari itu adalah puncak
acara disekolah mereka. Lelah setelah berbagai acara yang dilakukan, Aretha
membaringkan tubuhnya di ruang OSIS. Tak lama kemudian Brayan menyusul
dan berbaring di samping Aretha. Hal itu membuat jantung Aretha berdegup
kacau. Nyawanya serasa melayang hilang terbang ke awan.
Aretha tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Jantungnya yang
berdegup kencang serasa seperti orang-orang di sekitarnya akan mendengarnya.
Tangannya berkeringat, tubuhnya mendadak dingin. Perasaannya kacau tak
karuan. Hal yang tak pernah dibayangkan oleh Aretha itu terjadi sangat cepat dan
begitu saja terjadi. Tidak mau kehilangan momen berharga, Aretha mengabadikan
momen tersebut menggunakan ponselnya. Aretha mengambil gambar punggung
Brayan yang berada tepat di depannya.
Aretha terlalu senang, hingga tak terasa bahwa waktu sudah larut malam,
dan Aretha juga sudah di jemput oleh orang tuanya. Aretha dan Brayan berjalan
bersama menyusuri lorong sekolah hingga akhirnya mereka sampai di depan
Sekolah. Mereka berpisah di gerbang depan sekolah dan bersalaman sebagai tanda
berpisah pada hari itu.
Kisah antara Aretha dan Brayan masih sangat panjang dan banyak.
Apalagi mereka satu Organisasi. Walaupun mereka tidak satu kelas, tapi banyak
sekali interaksi antara mereka berdua. Setiap satu minggu dua kali OSIS di SMA
BINA GANESHA mengadakan rapat rutin, yaitu setiap hari Senin dan Kamis.
Brayan jarang mengikuti rapat karena dia juga tergabung dalam Organisasi
Paskibraka. Tapi, mengikuti dua organisasi sekaligus tidak membuat Brayan lupa
akan tugas-tugasnya. Baik tugas di rumah, tugas sekolah, maupun tugas-tugas
organisasinya. Tidak seperti anak PASKIBRA lainnya, Brayan adalah anak yang
sangat rajin. Ya walaupun dia terkadang tidur juga dikelas.
Suatu hari, saat sedang melakukan persiapan untuk acara PENSI
disekolahnya, Aretha dan Brayan sempat mengobrol sebentar. Mereka
membicarakan banyak hal. Mulai dari pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, dan
lain sebagainya. Aretha sempat bertanya pada Brayan bagaimana kesehariannya di
rumah. Jawaban dari Brayan membuat Aretha cukup terkejut. Karena di pikiran
Aretha Brayan adalah anak yang dimanja dan tidak pernah mengerjakan pekerjaan
rumah.
Namun kenyataannya, Brayan adalah anak yang rajin. Brayan bercerita
bahwa dia selalu bangun jam 4 pagi, membersihkan tempat tidur, menyapu rumah
dan mengerjakan kewajiban-kewajiban lainnya. Brayan juga bercerita bahwa
ayahnya sangat tegas dan juga keras. Ayah Brayan adalah seorang TNI Angkatan
Darat. Ayah Brayan sering datang ke SMA BINA GANESHA tempat mereka
belajar sekarang, untuk melatih baris berbaris.
Ini masih awal Masa Bhakti, saat pertengahan Masa Bhakti semakin
banyak hal yang harus mereka lakukan untuk mencapai semua Proker yang sudah
mereka tetapkan. Kebetulan Aretha dan Brayan berada di Seksi Bidang yang
berbeda. Aretha di Seksi Bidang 1 sebagai wakil koordinator dan Brayan di Seksi
Bidang 3 sebagai anggota. Proker Sekbid 1 sangat banyak, dan tentu saja ketika
ada acara apa pun pasti memerlukan perlengkapan. Yang pasti anggota
perlengkapan itu adalah laki-laki.
Saat ada pelaksanaan hari kebesaran Islam, kebetulan saat itu Aretha
menjadi Ketua Pelaksana dan Brayan menjadi Koordinator Sie Perlengkapan. Saat
acara sudah selesai, mereka-semua panitia-tidak langsung pulang. Mereka makan
bersama terlebih dahulu di kantin. Lalau melakukan evaluasi kegiatan seperti
biasanya. Setelah semua selesai mereka lakukan, beberapa panitia tidak juga
kunjung pulang. Saat itu Aretha dari kamar mandi melihat teman-temannya di
depan ruang OSIS sedang berbincang-bincang.
Karena penasaran, Aretha mendekat dan ikut bersama teman-temannya.
Salah satunya di sana juga ada Brayan. Teman-teman Aretha yang perempuan
banyak bertanya pada Brayan tentang bagaimana cara mendekati crush mereka.
Brayan ternyata juga cukup ahli tentang cara PDKT. Saat itu, semua sedang
terdiam dan Aretha tiba-tiba juga penasaran tentang bagaimana cara mendekati
orang yang dia suka.
“Gue mau nanya, gimana cara ngedeketin cowok yang dingin tapi dia tuh
pengertian?” Tanya Aretha pada Brayan yang diikuti dengan tatapan semua
temannya yang berada disana.
“Kok ciri-ciri cowok nya kayak gue ya.” Sahut Brayan membuat Aretha terkejut.
“Ih PD banget sih lo, yang cirinya kayak gini bukan cuman lo kali!” Jawab Aretha
sinis. Padahal memang lelaki yang di maksud Aretha adalah Brayan. Tapi tidak
mungkin Aretha menyebutkan bahwa pria itu adalah Brayan. Setelah itu, mereka
saling berbincang, membicarakan banyak hal.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga mereka tak menyadari
bahwa mereka sudah berada di penghujung masa jabatan. Yang dimana mereka
sudah sama-sama kelas 12 dan akan Purna. Yang mungkin, tak akan ada lagi
kesempatan-kesempatan tak terduga yang akan mereka alami. Tidak ada lagi
berjalan bersama dan saling membantu tugas Organisasi, yang dimana tugas-tugas
itulah yang membuat mereka berinteraksi secara intens.
Meskipun hati Aretha penuh dengan perasaan dan rasa penasaran, dia
memilih untuk tidak mengungkapkan cintanya. Gengsinya yang begitu tinggi,
membuatnya memilih diam dari pada harus mengungkapkan perasaannya terlebih
dahulu pada Brayan. Karena menurut Aretha. Lelaki lah yang seharusnya
mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu.
Setiap ada kegiatan di Organisasi atau rapat OSIS, tatapan Brayan diam-
diam menyusuri sosok yang menjadi pusat perhatiannya. Namun, rahasia cintanya
terus terpendam, mengisi harinya dengan kebahagiaan yang tersembunyi. Suatu
hari, mungkin, mereka akan menemukan cara untuk mengungkapkan perasaan
yang tersembunyi itu. Cerita cinta SMA Aretha dan Brayan mungkin berakhir, tapi
kenangan itu tetap mekar, menjadi bagian tak terlupakan dari lembaran hidup
mereka yang masih panjang.

Anda mungkin juga menyukai