Anda di halaman 1dari 18

Reunion Murung Pudak 2

Murung Pudak, Tanjung kota kecil di Kalimantan Selatan, dimana explorasi minyak berada sejak
tahun 1950 atau tahun sebelumnya, Kota ini berkembang dengan adanya Pemukiman Perumahan
Perusahaan Perminyakan yang di kenal kemudian dengan Pertamina. Kota ini sangat berarti
dimana aku awal masuk sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama dan kemudian
meninggalkannya.

Pada tahun 2010 aku juga berkesempatan menghadiri acara Reuni SMP Plus Patra Dharma yang
dikelola oleh Pertamina tersebut.

Namun aku kali ini berita yang kudengar 13 Februari 2016 SMP Plus Patra Dharma Tanjung dan
Reuni SMP Negeri 1 Tanjung dimana aku sekolah dulu, tetapi juga ada Reuni SMA Negeri 1
Tanjung di tanggal 14 Februari 2016. Dilaksanakan hampir bersamaan.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbanganku untuk datang atau tidak dalam acara reuni kali
ini berkaitan dengan;

Erna pada tanggal 12 Februari 2016, akan ada acara peringatan Imamat Pastur Nico dan Pastur
Yosep yang sangat dekat dan akrab dengan ku.

Kemudian berita jadual Pemerikasaan BPK Pusat yang aku dapat dari Satker Penataan Kebun
Raya Jakarta akan dilaksanakan pada pertengahan bulan yang sama.

Juga Mess dan Hotel yang ternyata sudah penuh, mereka satu bulan sebelum acara telah
melakukan pemesanan kamar.

Satu minggu menjelang acara reuni aku masih belum dapat mengambil keputusan berangkat atau
tidak.

Tetangga yang juga karibku yang berasal dari Murung Pudak, Ka Tajuddin dan Istri, Mas
Marianto (Sidoarjo), Ka Isah berencana berangkat pada tanggal 12 Februari pagi dan
memberikan kesempatan untuk menginap di Rumah Keluarga nya di Tanjung. “Kainak kita
berangkat baimbai aja. Makan guring kada usah ikam pikir akan, aku sudah memadahi bubuhan
Murung Pudak Tanjung”.

Sampai hari Kamis BPK belum datang, dan aku putuskan berangkat tapi setelah acara Imamat
atau Jumat malam. Tetapi Kamis sore karibku bercerita “Nanti kalau malam kamu belum tahu
dimana rumah Keluargaku dan bahaya perjalanan sering ada yang minta tambah-tambah..
ha..ha.”. Aku belum juga berikan jawaban yang pasti.

Subuh aku sudah mendengar karibku berkemas dan siap berangkat, aku dapat merasakan
kegembiraan mereka. Jam 6.00 ka Tajuddin telepon sudah di Ferry dan memberitahu bahwa
Ferry masih menunggu penuh alias belum bergerak. Dan aku terusik dengan suasana persiapan
dan keberangkatan mereka. Akhirnya setelah bersepakat dengan Erna untuk meninggalkan acara
Imamat dan rencana berangkat jam 07.30.

Aku periksa GPS waktu dan jarak yang diperlukan untuk mengejar rombongan Karibku dengan
titik temu di Kuaro dengan harapan dapat sampai di Murung Pudak bersama-sama. Dari data
melalui penyeberangan Ferry atau darat dengan memutar melalui KM 38 Samboja. Ternyata 4
jam 30 menit dengan Ferry dan lebih lama lewat Samboja 5 jam selisih 30 menit.

Aku putuskan berangkat lewat Samboja km 38 walau dibenakku masih bertanya-tanya apakah
jalan yang dulu saat aku berburu sudah bisa ditembus atau masih terputus alias offroad,
yaa..sudahlah, Bismilah go.. begitu mengikuti kata Freddy Mercury.

Perjalanan menjelang Samboja hujan dan mulai aku berdebar, arah Desa Sepaku tetap hujan
dengan kondisi jalan yang penuh lubang dan tanah berlumpur. Oo..perjalanan yang masih
panjang, jauh tapi mengasikkan.

Setelah 3 jam perjalanan semi off road akhirnya aku mencapai daerah Sotek dimana terdapat
jalan Propinsi yang sangat baik menuju Kuaro. Tidak terlalu lama kami sampai di Kuaro disini
kota persimpangan jalan arah Grogot dan arah Murung Pudak, Tanjung, sesuai dengan pesan
anakku bahwa disitu ada Rumah Makan Nasi Gandul, kita mampir dan ternyata Nasi Gandul
adalah makanan Khas dari Pati Jawa Tengah. Cukup enak dan banyak pilihan tambahan.
Aku coba menghubungi ka Tajuddin, ternyata mereka telah berada di Batu Kajang dengan jarak
30 Km dari Kuaro, sedang makan siang Daging Rusa wau..wau.. Sebelum Batu Kajang kita akan
naik ke Gunung Rambutan cukup tinggi dan dapat melihat kota Panajam dan Balikpapan yang
sangat jauh disana.

Perjalanan Batu Kajang dan Batu Butok hingga Jaro (perbatasan Kalsel dan Kaltim) adalah jalan
yang banyak berlubang, sempit, sepi dan jarang penduduk. Di daerah ini kadang terdapat
beberapa Pemuda yang berupaya menutup lubang di jalan dengan kerikil dan pasir berharap
imbalan, sungguh sesuatu yang buat iba dan juga was was.

Sampai aku di Batu Butok, dari dalam mobil yang sedang berjalan aku berteriak keluar jendela
memanggil nama Richard.. ternyata dia ada dan menghampiriku, Richard teman berburu yang
sudah lama tidak bertemu, tidak banyak kami bercerita dan melanjutkan perjalanan mengejar
posisi Ka Tajuddin dan Rombongan.
Jalan bergelombang, berkelok dan sempitnya jalan tidak sempat kurasa mungkin seirama debar
semangatku, terus kupacu dengan kecepatan dikisaran 80-90km/jam. Satu-satu kendaraan
didepan kulewati dan hanya memperhatikan jika ada Inova hitam dengan penumpang seusiaku
itu pasti mereka, karena aku tidak pernah menghafal Nomor polisi. Benar begitu aku mendahului
Inova hitam tepat dibatas kaltim kalsel, mereka dibelakangku di memberi isyarat lampu besar
berkali-kali dan aku menepi kami saling tertawa dan kami mulai bersenda gurau dalam bahasa
banjar. Dan membeli elai dan lansat, sebagai buah selamat datang di Kalsel.

Jaro, Gunung Halat dan Tanjung aku mengikuti mereka dengan kecepatan kisaran 40-50 km/jam
menikmati perjalanan yang mengasikan.
Kami diterima oleh kerabat Ka Tajuddin, Bapak H. Arliansyah dan Ibu Hj. Erna berpenampilan
sangat ramah dan sederhana, dan kami diminta untuk menginap dirumah mereka yang wau..
sangat megah dan mewah lantai granit dan marmer juga dinding kamar tidur yang sangat
nyaman, wau juga kamar mandi lengkap dengan jakuzi, diruang tengah terkantung lampu kristal
dengan tangkai berlapis emas, dan 2 dapur bersih yang sangat mewah, juga tempat sholat yang
nyaman, tenang dan indah.

Selepas isya aku dan Erna jalan ke Perumahan Pertamina berputar-putar kearah RS Pertamina
Tanjung, yang beberapa tahun yang lalu aku berkesempatan design renovasi ya.. sedikit kecewa
tapi memang anggaran yang turun hanya 1/3 dari rencana anggaran yang diusulkan.
dan berhenti melihat area Reuni Akbar 2 SMP Plus Patra Dharma, aku berjalan pelan dan
melihat panggung disana dari kejauhkan dekat panggung Noor Efansyah memanggilku kesini,
kemudian Gusti Gufransyah menghampiriku dan menyapaku wid kamu lupa dengan aku
katanya, tentu tidak jawabku dan kami saling merangkul. Tidak lama aku pamit dan besok aku
kesini setelah acara jalan santai karena aku tidak ikut.

Pagi 13 Februari aku, Erna dan Ka Isah beriring dengan rombongan Ka Tajuddin dan Istri serta
Ibu Hj Erna yang ternyata Mantan Guru di SMP Plus menjemput rekannya Guru Ibu Cacah
Cahyani belakangan ternyata satu klas dengan Djad adikku.

Karena kita datang ditengah acara tentu sukar untuk mengamati atau kemana arah yang akan
kutuju, dan aku mulai melihat teman-teman masa kecilku dan aku menghampiri mereka, ada
Terry Laand, Melda Patti, Nike Esra dan Efan Noor Efansyah disana duduk. Belum sempat aku
bertanya Efan sudah memberitahu ini Fatmawati dan disebelahnya aku lupa dan ternyata
Fauziah setelah Istri Toni Esra mengingatkan ku. Ya..bagaimana aku bisa tahu kini setelah
sekian lama tidak bertemu mereka juga kini berhijab. Terus terang mereka semua teman-
temanku yang baik dan mereka sudah pasti menjadi Istri juga Ibu dan bahkan juga Nenek yang
sangat membanggakan serta menjadi suri tauladan bagi keluarganya.

Masih dalam angan mengambang kita foto bersama, tapi sebelum foto aku sempat bertemu
Franki Tuwo teman kecil sepermainanku dan setelah itu bertemu dengan Arimbi Mustoko, yang
kalem, Eri Koswara, yang ganteng dan tenang, juga Eka Surono yang aku pernah bertemu di
Balikpapan beberapa tahun yang lalu, diacara reuni ini.

Seperti biasa aku tidak senang duduk terpaku disatu tempat aku berjalan dan bertemu dengan
seseorang yang menyapaku Wid aku tinggal dirumah Bapak dulu, aku coba mengingat aku satu
angkatan dengan Toni dimana dia sekarang. Di Balikpapan kataku kerja di RSP Balikpapan, aku
sudah lama tidak bertemu katanya, tapi Istri kerja di SDM RSP Tanjung nanti aku cari tahu lewat
Istriku. Kamu kerja dimana? Sementara tidak dulu karena aku dulu bekerja di Alat Berat hingga
mata dan kakiku cacat, kemudian dia berlalu dengan tertatih. Oh... Bersabarlah dan tetaplah
tersenyum kawan karena selalu ada dan pasti makna dibalik peristiwa.

Tiba-tiba serentak kawan-kawanku berlarian kedepan dan mereka merupakan serombongan


alumni angkatan tahun awal SMP Plus dan bernyanyi Hello..hello..dari Andi Meriam Mattalata..
nampak mereka begitu antusias dan gembira menyanyikannya, dengan irama samba dari
kelompok band Gufransyah yang dinamik.
Terry mulai membawa hasil foto bersama tadi dan aku baru melihat dengan jelas disitu dan aku
pesan beberapa. Kemudian Biah ternyata juga masih menyisakan 1 t-shirt yang boleh aku miliki
sebagai kenangan, thanks.

Waktu makan siang tiba yang dipersilahkan oleh MC Yerry Simon yang begitu pas dalam
menuntung acara diselingi bahasa Banjar yang kental adalah seangkatan dengan adikku, aku
ikutan mendekat walau aku tidak turut sebagai peserta dalam acara reuni ini bersama Erna, Nike
dan Papat. Banyak pilihan makanan yang tersedia tetapi aku tertarik dengan menu Paliat
masakan santan Ikan Patin dengan limau kuit yang khas Tanjung.
Tidak terlalu lama acara reuni SMP Plus Patra Dharma, berakhir dan semua mulai beranjak
pulang, Terry lagi-lagi memperlihatkan foto bersama dan memberi informasi seperti Efan
tentang acara bahwa nanti malam untuk datang kerumah Emmelly Bambang. Aku dan Erna
mengajak Nike dan Papat untuk mengantar mereka pulang, tetapi ternyata Nike sudah ada yang
menjemput.

Kembali ke kediaman H Arliansyah yang megah itu, setelah istirahat aku melanjutkan Acara
Reuni SMP Negeri 1 Tanjung yang baru pertama kali diadakan sejak berdiri tahun 1970 an
seingatku dan mungkin juga Sekolah ini dirancang oleh Oom Soemadji Orang Tua teman
karibku, papan tulis yang terpasang tidak dengan penyangga kaki tiga tetapi dibuat rangkap dua
menempel pada dinding bagian atas dan bawah dengan rol, sehingga jika satu papan tulis tertulis
penuh bisa menarik papan tulis diatasnya kebawah.

Kami berangkat beriring H Arliansyah dan Hj Erna, Ka Tajuddin dan Istri juga ka Isah, Saat
pendaftaran ulang aku melihat tahun kelulusan disitu ternyata aku dan H Arliansyah adalah sama
72 karena saat sekolah kita SMP Negeri 1 saat itu dibawah menara suling. Teman-teman beliau,
temanku, teman-temanku juga teman beliau, tapi bagaimana aku bisa lupa dengan beliau ya..?

Tentu aku bertemu lagi dengan Efan, dipertemukan juga dengan Abi yang masih mengingatku
dan Syafrudin teman kakakku Edi dan ternyata tidak banyak teman-temanku yang datang karena
acara ini diadakan mendadak alias 1 minggu sebelum acara. Dan juga sebagian telah berpulang
ke Rakhmatullah, semoga mereka mendapatkan terang dialam kuburnya dan dikelompokan
bersama mereka yang mendapatkan Rakhmat dari Allah swt. Amin yra.

Aku duduk berbincang dengan mereka dan kemudian keliling melihat suasana sekolah yang
masih rapi dan bersih. Tertulis didinding “Tuntutlah ilmu sejak dibuaian hingga keliang lahat”
juga “Ilmu yang tidak diamalkan sama seperti pohon yang tidak berbuah” hemm…ya..ya..
Aku bertemu juga dengan Kakaknya Mamad dengan Suaminya yang kalem, Mamad Akhmad
teman sekolahku dulu dan bersaudara juga dengan Ka Ajak yang terkenal itu. Dan pernah
membuat album 4 komposer bersama Ulli Sigar Rosadi beberapa puluh tahun yang lalu, selagi
beliau kuliah di IKIP Malang. Kini beliau menetap di Surabaya dan tidak sempat ikut dalam
acara Reuni. Salam sukses untuk Mamad aku titipkan pada Kakak nya.

Setelah mengambil beberapa foto teman kita beranjak pulang, masih terlihat sekilas Eten Simon
diantara teman-teman yang beriring pulang.
Antara datang dan tidak keacara yang digagas oleh Emmelly dan Mas Bambang, Emmelly Laand
adalah teman adikku Iis, adik dari Terry Laand dan Bambang temen kakakku Tris Maryono
(alm). Erna kelelahan dan memilih tidak ikut. Aku berangkat walau terlambat diteras aku sudah
mendengar musik yang aku sudah bisa tebak Igup yang memainkan keyboard itu. Banyak yang
datang diacara ini tentu Keluarga Laand dari Naomi sampai Terry, juga Eka Surono dengan Istri
yang merupakan keponakan Mas Bambang dan Ery Koswara, juga Zulqifli Maskun yang datang
dengan mengendarai Trail dari Balikpapan. Yang mengejutkanku ternyata Ratih Soemadji
seorang Perwira Penerbang AURI datang menyapa dengan tatapan yang tajam, dan mengatakan
sesuatu dengan lirih hingga tak terdengar, dan aku hanya menjawab yaa.. saja.

Ternyata Igup datang bersama dengan Ka Antung, yang menyapaku dengan berapa cucumu
sekarang, kalau Ka Udin dan Istri datang mengejutkanku dengan wid kamu lupa dengan aku di
FB kan kamu Liked-liked statusku dan Papat yang aku lihat hanya duduk disofa dan tersenyum,
kali ini kepadaku.

Aku terusik dengan musik yang dimainkan oleh Igup dan menanyakan lagu apa ini..? “Girl from
Ikepanema” Istri Eka mencoba carikan lirik lagu itu. tapi aku justru ingin tahu apa arti lagu itu
jadi aku tidak menyanyikannya, sementara aku juga sedang demam panggung alias grogi..he..he..
aku bertemu dengan Ani Tabri adik dari Ipau Fauziah dan mohon disampaikan salam untuk
Ibu.Aku hanya bergerak dari bagian depan dan belakang sambil menikmati hidangan yang
lengkap dari appetizer, main course dan dessert, begitu singkat terasa waktu berjalan dan aku
memutuskan untuk mohon diri, tapi Terry memintaku untuk bernyanyi dulu. Wah..dulu waktu
SD ada teman kita yang bernyanyi dibalik papan tulis yang berkaki tiga itu dan sekarang disini
tidak ada papan tulis. Ya..aku paksakan diri menyanyikan lagu “Gracy” dan “It’s now or never”
Thanks Igup maaf jika aku terbata-bata menyanyikannya karena tidak ada papan tulis dan aku
merasa ada Ibu Guru yang menatapku.
Minggu pagi, kita beriring lagi ke acara Reuni SMA Negeri 1 Tanjung dan seperti biasa aku
berjalan dan bergerak mengitari arena yang luas untuk mengambil sudut gambar untuk
diabadikan. Ada atraksi Kuntau seni beladiri yang khas dari Banjar cukup menarik untuk
dilestarikan juga Tarian Gintur sebuah tarian Dayak yang juga khas dari Kalsel dan Kalteng.
Aku jadi teringat Anggai temanku SD dulu yang mengajarkan Tarian itu pada teman-teman..
“Pukul gandang garantung, ayak lawan kakanung…” aku lupa lanjutan lagu ini. Dimana ya..
Anggai sekarang semoga dia bahagia dan sukses. Acara ini cukup meriah dengan door price
utama Umroh, tentu bahagia sekali yang memperolehnya.
Diacara makan siang rombongan kami memilih untuk keluar arena Reuni atas ajakan H
Arliansyah. Untuk menikmati makan siang Ikan Nila dengan Sambal Cacapan, tempat makan
yang nyaman dan suasana yang gembira, karena cerita masa-masa mereka SMA dimana mereka
dimasukan di Jurusan IPS oleh seorang Guru, padahal mereka memiliki kemampuan di IPA dan
pada pertemuan reuni itu mereka tidak bersalaman dengan Bapak Guru tersebut, bukan karena
dendam tapi kada parlu katanya.
Sepulang makan siang aku dan Erna pergi ke Amuntai dimana dulu waktu aku kecil pernah
bersepeda kesana dengan rombongan juga termasuk Igup. Jalan yang kami lalui dulu dan
sekarang tidak banyak berubah dan masih bagus. Seingatku belok kiri jembatan dan setelah itu
kekanan dan dirumah keluarga siapa saat itu kita menginap aku lupa, dan dijamu makan malam
disitu. Terima kasih banyak untuk keluarga yang memberikan kesempatan padaku saat itu, dan
alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk datang dan mengingatnya saat ini kepadaMu
yaa.. Allah.
Masih tersisa satu acara undangan di Kongkow Café milik Efan, tapi diajak rombongan ke
rumah Ka Sari yang merupakan kakak temanku Chairil Anwar, dan aku sempat bicara per
telepon. Baru selesai acara dan sampai dirumah Efan mengingatkan untuk datang ke café, dan
aku lanjut berangkat sendiri. Sesampai disana ternyata sudah banyak teman-teman kecilku disana
seperti pada acara di kediaman Emmelly kemarin.

Aku langsung menuju meja saji karena memang belum makan dan tertarik dengan sayur rebung
dan memintanya pada Lilik. Sementara DJ Efan asik dengan mencari lagu buat teman-teman
bernyanyi karaoke malam itu. Aku tidak tahu apakah mereka telah makan atau tidak tetapi
rasanya hanya aku yang makan malam itu. Café yang terbuka membuatku nyaman merokok,
dengarkan lagu dan suasana yang akrab. Disampingku duduk Anau adik ka Awi yang merupakan
tetanggaku di Balikpapan, banyak cerita yang disampaikan juga tentang Gapuri yang sekarang
telah memiliki 4 buah SPBU dan menetap di Banjarmasin.

Seperti biasa aku tidak betah duduk dan bergerak sambil memperhatikan canda dan tawa mereka,
dan Efan sesekali memintaku untuk menyanyi entah berapa lagu yang kunyanyikan. Tapi yang
kuingat saat aku selesai menyanyikan lagu “Bento” aku ditodong Efan untuk menebak seseorang
berbadan tegap besar dan berbusana sangat apik.
Belum sempat aku menjawab yang tentu jawabanku salah. Efan membantuku bahwa ini ka’
Ajak, Seniman Pemusik yang keren dan aku suka dan aku memeluknya. Beliau masih ingat pada
kedua orang tuaku yang sudah wafat, bahkan lagu yang sering dinyanyikan Ayahku.

Sebelum beranjak pulang Efan memberikan kesempatan sebuah lagu untukku lagu tahun 1969.
My Way.

"and now ..the end is near..and so i face the final curtain... my friend i'll say it clear..i'll state my case
of which i'm certain... i've lived a life that's full..i've traveled each and ...."
"and more...much more than this... i did it my way..... regret i've had a few........, .........i faced it all
and i stood tall and did it my way.... i've love, i've laughed and cry......
Yes it was my way…

Sepulang acara aku masih bercerita dengan H Arliansyah dan Keluarga dan Ka Tajuddin dan Istri hingga
pukul 03.00 dini hari, dan segera beranjak tidur karena esok pagi kita akan kembali ke Balikpapan.
Pukul 10.30 kami berpamitan dengan Keluarga H Arliansyah yang telah memberikan kesempatan untuk
menginap dan sajian hidangan, yang keseluruhan sangat memuaskan, nikmat dan tak terlupakan.

Sengaja aku tidak ke Murung Pudak lagi, agar tidak membangkitkan kesedihan akan sejuta kenangan
indah yang dikandungnya. Aku segera berlari hingga Panajam hanya dalam waktu yang singkat 5 jam dan
naik Ferry sebagai kendaraan terakhir yang dimuat untuk segera berangkat.

Jika aku masih diberi kesempatan 5 tahun lagi, aku ingin bernyanyi dengan iringan keyboard Igup yang
masih belum sempat kunyanyikan..

Tall and tan and young and lovely, the girl from Ipanema goes walking
When she walks, she’s like a samba that swings so cool and sway so gentle..
But I watch her so sadly, how can I tell her I love her..
When she walks to the sea, she looks straight a head, not at me…
and when she passed, I smile… but doesn’t see
I smile… but she doesn’t see
She just doesn’t see…
She never sees me

Tulisan ini dibuat hanya untuk membantu mengingatkan ku akan perjalanan Reunion Murung Pudak 13
Februari 2016.

Anda mungkin juga menyukai