Anda di halaman 1dari 4

Cerpen tentang pengalaman menyenangkan dan menyedihkan.

Nama : Rifa Attaya Ghina Putri Andi


Kelas : 9D
No Absen : 23

Pengalaman yang menyenangkan :

Liburan di Pantai Kute Tuban

Saat itu aku sedang berbenah dan membersihkan kamarku setelah pulang dari sekolah
pada pukul 11.40 WWIB. Hari itu adalah hari Sabtu dan jam didinding kamarku
menunjukkan pukul 14.05 siang ketika kudengar suara sebuah mobil yang suaranya sudah
sangat familier sekali dan berhenti lalu parkir didepan rumahku. Tak seberapa lama
berselang, bel berbunyi tanda ada tamu yang berada di depan pintu dan berkunjung kerumah.
Segera kubukakan pintu dan ternyata saudaraku beserta orang tuanya yang dari Ngawi
datang dengan membawa oleh-oleh yang banyak sekali. Ada keripik tempe khas Ngawi dan
juga dua kantung buah mangga gadung yang baunya sangat harum nan menggoda untuk
menikmatinya. Hatiku senang sekali karena kami sudah lama tidak bertemu setelah
perjumpaan terakhir kami pada waktu lebaran bulan April kemarin saat acara silaturahmi
keluarga besar yang diselenggarakan di kota Madiun di tempat salah satu saudara orang
tuaku. Mereka datang sesuai dengan janji mereka sewaktu berbicara di telepon tiga hari yang
lalu bahwa mereka akan mengunjungi rumah kami dan berlibur dua hari di Tuban. Mereka
disambut dengan baik dan penuh bahagia oleh keluargaku. Kami berbincang sembari makan
siang dengan menu khas kota Tuban yaitu becek menthok dan welut goreng yang sudah
disiapkan sebelumnya oleh kedua orang tuaku. Kami semua menikmati hidangan bersama
sambil bercengkerama dengan santai. Banyak sekali hal yang kami bicarakan dipenuhi
dengan canda tawa.
Setelah acara perjamuan selesai, kedua saudaraku, Zaim dan Arung mengajak untuk
pergi ke pantai karena memang mereka jarang sekali pergi ke pantai. Hal ini disebabkan
karena tempat tinggalnya yang jauh sekali dari pantai. Langsung saja kami bersama-sama
pergi ke salah satu pantai yang terkenal di kota Tuban yaitu pantai Cemara atau warga lokal
menyebutnya dengan sebutan pantai Kute ( Kulon Terminal ) karena lokasinya yang berada
di sebelah barat terminal bus Tuban yang berjarak tidak jauh dari rumahku sekitar ± 2 km
saja. Arti Kulon dalam bahasa Indonesia yaitu Barat. Berarti kulon terminal sama saja dengan
barat terminal. Perjalanan menuju pantai Cemara hanya membutuhkan waktu ± 5 menit saja
dari rumahku.
Setelah membayar tiket masuk dengan biaya 3000 rupiah perorang dan mobil 5000
rupiah, segeralah mobil kami parkir di pantai di bawah teduhnya pohon cemara. Langsung
saja kedua saudaraku ini berhambur berlari menyapu pasir pantai menuju tepian laut dan
bermain air laut dengan riak ombaknya yang tiada henti dan tidak begitu besar. Kami
bermain pasir dan air laut dengan penuh kegembiraan. Berlarian kesana kemari mengejar
hewan kecil yang mirip dengan kepiting tapi kecil ukurannya dan cepat sekali larinya.
Sungguh momen yang sangat indah dan menyenangkan sekali. Momen yang sangat jarang
sekali terjadi karena saudaraku jarang sekali bermain ke kota Tuban.
Lelah bermain pasir dan berlarian, kami menyewa kendaraan ATV dengan tarif sewa
25 ribu rupiah per 15 menitnya untuk mengitari area pantai dan menikmati pemandangan
terbenamnya matahari yang spektakular berhiaskan sinar yang menembus susunan awan dan
tiada dapat diungkapkan dengan kata-kata untuk melukiskan keindahan itu. Karena begitu
senangnya, saudaraku Zaim mengendarai ATV dengan sukaria menggilas pasir pantai sampai
tidak sadar kalo sudah melebihi batas area berkendara sampai ke bibir pantai sehingga ATV
nya tidak bisa berjalan lagi dikarenakan rodanya menancap dan tenggelam di pasir pantai
yang tidak padat. Dibantu oleh pemilik ATV, kami berhasil mengevakuasi ATV yang
dikendarai Zaim dan kemudian bapak pemilik ATV memperingatkan untuk tidak keluar dari
jalur berkendara yang sudah ditentukan hingga dapat berkendara dengan aman dan nyaman
dalam menikmati indahnya pantai Cemara. Sungguh sore hari ini begitu menggembirakan
sekali. Kami beristirahat sambil menikmati es degan dan mi goring di sebuah warung setelah
bebersih diri di toilet yang disediakan di panatai Cemara ini. Memang nikmat, meneguk es
degan dan makan mie goreng setelah lelah beraktifitas di pantai. Tidak butuh waktu lama,
mie goreng dan es degan ludes berindah kedalam perut kami. Setelah hari berangsur gelap,
kami kembali ke rumahku.
Pengalaman ini selalu teringat dalam benakku, keindahan pantai, aktivitas
menyenangkan, dan indahnya matahari terbenam. Semoga di lain hari, kami dapat kembali
lagi ke pantai Cemara bersama-sama lagi. Besok paginya karena merasa belum puas
menikmati indahnya laut dipantai utara Jawa yang eksotik, kami bersama-sama bermain dan
berjalan menyusuri indahnya pantai di depan kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Zaim dengan
penuh semangat selalu berfoto dengan HP nya mengambil photo lautan dan kapal-kapal
nelayan yang sedang bersandar berjajar rapi ditepian pantai. Kapal nelayan yang penuh
warna-warni yang mencolok dan hiasan di ujung kapal yang menarik perhatian membuat
semakin semaraknya suasana di pantai pagi itu. Sungguh hari yang menggembirakan.
Menikmati keindahan pantai, menikmati hembusan angin laut sambil meneguk air degan
ditemani semangkuk bakso membuat lapar dan dahaga kami terobati.
Tanpa terasa hari sudah beranjak siang dan saatnya berpisah telah tiba, kedua
saudaraku dan keluarganya harus kembali lagi ke Ngawi. Selamat jalan saudaraku, semoga
diberikan kelancaran dalam perjalanan dan selamat sampai tujuan, kota Ngawi. Semoga
semua kesenangan ini dapat kita nikmati kembali dilain waktu. Tanpa terasa mataku berkaca-
kaca. Terima kasih untuk kenangan ini.
Pengalaman yang menyedihkan :

Bullying menjadikanku Berprestasi

Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 dan 6. Begitu banyak
tekanan yang aku rasakan sehingga diriku merasa tidak ada tempat di sekolah yang mebuatku
nyaman dan merasakan hidupku ada di titik terendahnya. Hal ini sempat membuatku selalu
berperilaku pasif dan kurang bergairah untuk bersekolah. Rasanya sangat malas sekali untuk
pergi bersekolah karena akan menghadapi hari-hari yang sama, hari yang penuh tekanan dan
tidak menyenangkan. Rutinitas yang sangat tidak ingin aku lakukan karena sangat
membuatku tidak nyaman. Aku berubah menjadi anak yang pendiam dan malas
bersosialisasi. Banyak sekali temanku yang melakukan perundungan terhadap diriku.
Tahukah kawan, apa itu perundungan atau bullying. Menurut psikolog Andrew Mellor,
perundungan adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh
tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan
korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Beberapa faktor penyebab terjadinya
bullying adalah pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah seperti
orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Sebenarnya ada 7 hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
bullying di sekolah, yaitu :
1. Tunjukkan prestasi.
2. Jalin pertemanan dengan banyak orang.
3. Tumbuhkan rasa percaya diri.
4. Tidak terpancing untuk melawan.
5. Jadikan bully-an sebagai penyemanagat untuk sukses.
6. Jangan menunjukkan sikap takut atau sedih.
7. Laporkan pada pihak yang berwenang.
Perundungan ini berawal dari beberapa temanku yang merasa dirugikan karena aku tidak mau
memberikan contekan untuk pekerjaan rumah dan ulangan beberapa mata pelajaran sekolah.
Menurutku itu murni karena kesalahan mereka yang tidak memepersiapkan diri dan lalai
dalam belajar untuk persiapan ujian hingga mereka mendapatkan hasil yang kurang
memuaskan. Mereka menuntut untuk mendapatkan nilai yang sama denganku tanpa
mengeluarkan usaha yang sebanding dengan meminta contekan dan bocoran jawaban.
Mereka tidak menyadari bagaimana pengaruh buruk yang aku terima dari perundungan yang
mereka lakukan.Bullying yang aku terima lebih banyak berupa bullying verbal atau perkataan
yang kurang mengenakkan. Dan hal ini sering kali kuterima tanpa dapat melawan karena aku
merasa sangat takut dan tidak bisa membela diri. Hal ini sangat bertentangan dengan petuah
yang diberikan kedua orang tuaku untuk selalu belajar dengan baik dan mengutamakan
kejujuran dalam mengerjakan berbagai tugas ataupun ujian di sekolah. Dan aku selalu
memegang petuah tersebut. Kedua orang tuaku selalu menanamkan bahwa setiap proses pasti
tidak akan mengkhianati hasil. Bila proses dijalankan dengan baik maka hasil yang baiklah
pasti akan didapatkan. Begitu pula sebaliknya, proses yang semaunya pasti akan
mendapatkan hasil yang kurang memuaskan juga.
Beruntungnya hal ini dapat dibaca dan diketahui kedua orang tuaku dengan cepat.
Mereka sangat merasakan dan menyadari perubahan yang terjadi pada anaknya. Mereka
dengan penuh kesabaran mendengarkan semua keluh kesahku dan memberikan dorongan
untuk dapat mengatasi semua masalahku. Orang tuaku dapat menjadi pendengar dan pemberi
solusi yang terhebat dalam kasus yang selama ini kuhadapi. Setiap pulang sekolah, aku dan
orang tuaku selalu bercerita tentang apa saja yang terjadi si sekolah dan bagaimana
menyikapinya. Mereka mengatakan bahwa semua bullying dan tekanan dari teman- temanku
jangan dijadikan beban ataupun halangan untuk melangkah kedepan dengan lebih baik
bahkan jadikan semua hal itu sebagai penyemangat dan pelecut semangat kita untuk lebih
berprestasi. Tunjukkan bahwa kita mampu berbuat lebih baik dan lebih dari apa yang bisa
dibayangkan oleh orang lain. Jadilah yang terbaik dari apa yang kita punyai.
Kepercayaan diriku berangsur-angsur tumbuh kembali dan aku merasa lebih tangguh
dari sebelumnya berkat dorongan dari kedua orang tuaku. Aku sudah mulai bisa membela diri
dihadapan teman-temanku bila mereka membullyku. Prestasi demi prestasi berhasil
kucatatkan dalam kamus perjalanan hidupku. Bahkan pada puncaknya, aku menjadi lulusan
terbaik di sekolah dasarku. Memang benar bahwa selama ada kemauan yang keras pasti
semua yang kita cita-citakan akan dapat diraih. Berbagai perlombaan kuikuti dengan
dukungan penuh dari kedua orang tuaku. Apalagi perlombaan yang diadakan diluar kota
kujadikan sebagai sarana berwisata untuk melepaskan semua tekanan yang ada.
Terima kasih Ayah dan Mama atas semua usahamu. Sekarang aku menyadari bahwa
bullying yang kita terima dapat dijadikan sebagai pendorong semangat untuk menjadi yang
lebih baik dengan mengelola dan melakukan kontrol diri dengan sebaik-baiknya. Jadilah diri
kita sendiri dan raihlah prestasi sebanyak mungkin. Inilah kisah menyedihkan yang pernah
aku terima di sekolah dasar.

Anda mungkin juga menyukai