Anda di halaman 1dari 1

Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg Sinyal untuk Pencabutan Subsidi

Beberapa hari ini banyak terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kg di berbagai daerah di
Indonesia. Banyak konsumen rumah tangga menjerit karena harus mengantri cukup lama
bahkan tidak mendapatkannya. Hal ini sebenarnya lagu lama yang acap terjadi dan terbukti
merugikan konsumen karena harus membeli dengan harga yang melambung. Pernyataan
Pertamina bahwa kelangkaan ini dipicu oleh permintaan yang naik menjelang Natal dan
Tahun Baru, adalah tidak cukup rasional.

Ada beberapa hal untuk menyorot hal itu, baik dari sisi harga, distribusi dan juga
kebijakan subsidi. Pemicu pertama kelangkaan gas elpiji 3 kg adalah adanya disparitas harga
yang sangat njomplang antara gas elpiji 3 kg dengan gas elpiji 12 kg. Akibat dari disparitas
harga yang seperti ini adalah banyak pengguna gas elpiji 12 kg berpindah menjadi pengguna
gas elpiji 3 kg. Selain murah, banyak konsumen 12 kg yang berpindah ke 3 kg karena
dianggap praktis, mudah dibawa.

Konsumen kaya pun tak malu-malu menggunakan gas elpiji 3 kg karena alasan ini.
Penyebab kedua, terjadi penyimpangan distribusi gas elpiji 3 kg. Semula pola distribusi gas
elpiji 3 kg bersifat tertutup, artinya konsumen yang berhak saja yang boleh membelinya.
Sekarang distribusi tersebut bersifat terbuka/bebas, sehingga siapa pun bisa membelinya. Ini
menunjukkan adanya inkonsistensi pola distribusi oleh pemerintah.

Akibat dari disparitas harga dan penyimpangan distribusi itu maka terjadi
migrasi/perpindahan dari pengguna 12 kg menjadi pengguna 3 kg. Tak kurang dari 20 persen
pengguna 12 kg yang berpindah ke 3 kg, karena harga 12 kg dianggap sangat mahal
sementara harga 3 kg sangat murah, karena disubsidi. Kondisi ini makin parah manakala
terjadi penyimpangan/pengoplosan oleh distributor dan atau agen nakal. Mereka mengoplos
demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Sisi kebijakan subsidi kelangkaan ini juga dipicu oleh sinyal bahwa pemerintah akan
mencabut subsidi gas elpiji 3 kg. Hal ini diawali dengan pemangkasan slot kuota gas elpiji 3
kg yang semula sebanyak 6.5 metrik ton dipangkas menjadi 6.1 metrik ton, berkurang 400
ribuan metrik ton. Sementara permintaan gas elpiji 3 kg malah naik. Pasti suplai berkurang
alias langka. Pemerintah makin limbung saat subsidi gas elpiji 3 kg terus melambung karena
penggunaan gas elipiji 3 kg terus meningkat.

Oleh karena itu, jika pemerintah memang serius untuk memasok konsumen menengah
bawah dengan subsidi gas elpiji, maka tingkatkan pengawasan terhadap potensi
penyimpangan distribusi. Pemda harus harus turun ke lapangan untuk melakukan
pengawasan lebih intensif, jangan hanya berpangku tangan saja. Berikan sanksi tegas bagi
oknum distributor yang terbukti melakukan malpraktik distribusi dan melakukan
pengoplosan. PT Pertamina juga harus tegas untuk memutus kerjasama dengan distributor
nakal. Tanpa hal itu maka penyimpangan distribusi dan pelanggaran hak-hak konsumen
menengah akan semakin besar. Mendapatkan gas elpiji dengan harga terjangkau adalah hak
konsumen yang harus dijamin keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai