Anda di halaman 1dari 5

Fokus opiniku: Memperingatkan pemerintah yang akan mencabut subsidi LPG 3Kg jika Indo

masih punya jumlah masyarakat rentan miskin yang besar. Sifat masyarakat rentan miskin:
Rentan masuk masyarakat makmur ataupun juga rentan kembali miskin. Kepala Bappenas
Bambang menyebutkan bahwa penduduk rentang miskin tetap membutuhkan beberapa
bantuan dalam pemberdayaan ekonomi. Seperti lapangan kerja ataupun kemudahan
berwirausaha. Berdasar by name by address

 LPG 3KG dan caption di tabung gas “hanya untuk masyarakat miskin”-idealnya
untuk masyarakat menengah ke bawah atau miskin.

Mari kita tengok dan ingat sejenak bentukan LPG 3 Kg di pasaran. Berwarna hijau
terang dan kecil. Serta jangan lupakan sebuah captionnya. Tertera besar dengan huruf kapital
yang berbunyi “HANYA UNTUK MASYARAKAT MISKIN”. Dari sini dapat ditarik
adanya hal yang ingin dipertegaskan karena sebuah kemungkinan penyimpangan. Caption
tersebut seolah ingin menegur. Ya, benar saja. Rupanya LPG 3 Kg yang sudah diracik dengan
ramuan subsidi yang special untuk masyarakat menengah ke bawah atau miskin ini tetap
dinikmati oleh segelintir masyarakat berpenghasilan tinggi, makmur atau kaya. Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Djoko
Siswantopun mengaku demikian bahwa penjualan LPG 3 Kg tidak tepat sasaran dan
cenderung membawa kebocoran anggaran subsidi negara.

 Masih banyak masyarakat bukan menengah ke bawah yang ikut menikmati. Tidak ada
pembatasan khusus saat kita membeli gas LPG 3 kg di pasaran. Sehingga seolah gas
tersebut bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah.
Hal ini terjadi karena di pasaran sangat tidak memungkinkan untuk mengendalikan
penjualannya yang hanya diperuntukkan masyarakat miskin. Tidak ada pembatasan khusus
saat kita membeli gas LPG 3 kg di pasaran. Siapa yang membayar, ia dapat LPG 3 Kg nya.
Termasuk juga sipembayar itu ialah si kaya. Skema penjulan gas LPG yang telah bersubsidi
ini cukup bebas. Sehingga seolah gas tersebut bukan hanya untuk masyarakat menengah ke
bawah.
 Ke depan subsidi untuk masyarakat miskin dalam bentuk gas LPG 3 kg ini akan
dicabut dan dibuat skema tertutup.
Bentuk penegasan lain rupanya tak hanya berakhir pada caption yang tertera. Juga
kedepannya di semester ke II tahun 2020 LPG 3 Kg dengan racikan subsidi tidak akan ada
lagi. LPG 3 Kg kembali dengan harga normalnya. Yang apabila diakumulasikan sekitar Rp.
35000,-. Bentuk subsidi LPG 3 Kg ini akan berubah ke skema tertutup atau by name by
address. Disalurkan langsung ke pada masyarakat menengah ke bawah. Dengan rencana
menggunakan sistem barcode yang makin membuat skema penyaluran tepat sasaran. Dan
target dari kebijakan ini ialah penghematan anggaran negara sebesar 30%, dilansir dari
CNBC news.
 Konon, jumlah kemiskinan di Indonesia berkurang. Dari fakta sebelumnya bahwa
banyak masyarakat non miskin menggunakan LPG 3Kg, perlu dikaji apakah
pengurangan kemiskinan tersebut juga bentuk determinasi dari penyimpangan LPG
3Kg ini juga.
Konon belakangan menurut data terbarukan dari worldbank, Indonesia mengalami
penurunan dalam jumlah masyarakat miskinnya. Selama beberapa tahun terakhir tidak
melebihi 10%. Kementrian Keuangan Sri Mulyani mengapresiasinya karena angka tersebut
tergolong cukup baik dibanding waktu sebelumnya. Artinya angka masyarakat miskin tidak
lagi bertambah dan bahkan berkurang karena jumlah masyarakat menegah sampai menengah
ke atas yang dapat stabil dan tidak merosot dalam status masyarakat miskin. Atau juga
kondisi di mana masyarakat miskin yang kemudian naik ke masyarakat menengah.
Worldbank juga menambahkan bahwa untuk saat ini jumlah masyarakat menengah
sebanayak 52 juta dan disusul jumlah masyarakat rentan miskin sebanyak 115 juta atau 45%
jumlah penduduk Indonesia. Jumlah dominasi masyarakat rentan miskin ini dikatakan yang
juga memengaruhi penurunan jumlah kemiskinan di Indoensia. Jika diartikan, masyarakat
rentan miskin ialah masyarakat miskin yang sudah berhasil memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya dan tidak lagi berhak atas bantuan khusus dari negara. namun karena dikatakan
rentan, maka sifat masyarakat jenis ini ialah mudah menjadi masyarakat makmur ataupun
juga kembali menjadi masyarakat miskin.
Maka atas keberagaman jenis masyarakat dan ketergantungan secara tidak lagsung
yang tercipta dari penyimpangan pendistribusian gas LPG 3Kg pada beberapa pihak, perlu
sekali dikaji ulang bukan hanya dengan fokus untuk memantapkan subsidi untuk masyarakat
miskin. Tetapi juga pengkajian pada beberapa pihak non miskin ataupun rentan miskin yang
juga perlu dikaji nasib lanjutannya apabila diterapkan penormalan harga gas LPG 3Kg. Alih-
alih ingin membuat keadaan yang ideal, namun malah membawa adanya masyarakat miskin
baru dan meningkatkan kembali jumlah kemiskinan negara.
 Selain itu, ada kategori masyarakat rentan miskin yang tidak boleh dilupakan.
Sifatnya.. dan BPS datanya.
 Perlu dikaji ulang apakah dengan penarikan subsidi dan penggunaan barcode pada
masyarakat miskin atau dengan skema subsidi tertutup ini membawa dampak
bagaimana pada masyarakat rentan miskin.mungkinkah membuatnya stabil bahkan
ataumungkin kembali miskin.
LPG 3Kg Naik Harga Demi Mantapkan Subsidi, Bagaimana dengan yang
Sudah Ketergantungan

Mari kita tengok dan ingat sejenak bentukan LPG 3 Kg di pasaran. Berwarna hijau
terang dan kecil. Serta jangan lupakan sebuah captionnya. Tertera besar dengan huruf kapital
yang berbunyi “HANYA UNTUK MASYARAKAT MISKIN”. Dari sini dapat ditarik
adanya hal yang ingin dipertegaskan karena sebuah kemungkinan penyimpangan. Caption
tersebut seolah ingin menegur. Ya, benar saja. Rupanya LPG 3 Kg yang sudah diracik dengan
ramuan subsidi yang special untuk masyarakat menengah kebawah atau miskin ini tetap
dinikmati oleh segelintir masyarakat berpenghasilan tinggi, makmur atau kaya. Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Djoko
Siswantopun mengaku demikian bahwa penjualan LPG 3 Kg tidak tepat sasaran dan
cenderung membawa kebocoran anggaran subsidi negara.
Hal ini terjadi karena di pasaran sangat tidak memungkinkan untuk mengendalikan
penjualannya yang hanya diperuntukkan masyarakat miskin. Tidak ada pembatasan khusus
saat kita membeli gas LPG 3 kg di pasaran. Siapa yang membayar, ia dapat LPG 3 Kg nya.
Termasuk juga sipembayar itu ialah si kaya. Skema penjulan gas LPG yang telah bersubsidi
ini cukup bebas. Sehingga seolah gas tersebut bukan hanya untuk masyarakat menengah ke
bawah.
Bentuk penegasan lain rupanya tak hanya berakhir pada caption yang tertera. Juga
kedepannya di semester ke II tahun 2020 LPG 3 Kg dengan racikan subsidi diregulasi. LPG 3
Kg kembali dengan harga normalnya. Yang apabila diakumulasikan sekitar Rp. 35000,-
kenaikan hampir 60% dari harga saat disubsidi yang hanya berkisar Rp.18.000,-. Bentuk
subsidi LPG 3 Kg ini akan berubah ke skema tertutup atau by name by address. Disalurkan
langsung dalam bentuk tunai kepada masyarakat menengah kebawah. Dengan rencana
menggunakan sistem barcode yang makin membuat skema penyaluran tepat sasaran. Karena
akan terdeteksi jumlah konsumsi LPG tiap keluarga sehingga dapat dianalisis apakah kategori
masyarakat menengah ke bawah masih absah atau tidak. Dan target dari kebijakan ini ialah
penghematan anggaran negara sebesar 30%; dilansir dari CNBC news.
Konon belakangan menurut data terbarukan dari worldbank, Indonesia mengalami
penurunan dalam jumlah masyarakat miskinnya. Selama beberapa tahun terakhir tidak
melebihi 10%. Kementrian Keuangan Sri Mulyani mengapresiasinya karena angka tersebut
tergolong cukup baik dibanding beberapa waktu sebelumnya. Artinya angka masyarakat
miskin tidak lagi bertambah dan bahkan berkurang karena jumlah masyarakat menegah
sampai menengah ke atas yang dapat stabil dan tidak merosot dalam status masyarakat
miskin. Atau juga ini karena kondisi masyarakat miskin yang kemudian naik tingkat ke
masyarakat menengah.
Worldbank juga menambahkan bahwa untuk saat ini jumlah masyarakat menengah di
Indonesia sebanyak 52 juta dan disusul jumlah masyarakat rentan miskin sebanyak 115 juta
atau 45% jumlah penduduk Indonesia. Jumlah dominasi masyarakat rentan miskin ini
dikatakan yang juga memengaruhi penurunan jumlah kemiskinan di Indoensia. Jika diartikan,
masyarakat rentan miskin ialah masyarakat miskin yang sudah berhasil memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya dan tidak lagi berhak atas bantuan khusus dari negara. Namun karena
dikatakan rentan, maka sifat masyarakat jenis ini ialah mudah menjadi masyarakat makmur
ataupun juga bahkan kembali menjadi masyarakat miskin.
Maka atas keberagaman jenis masyarakat dan ketergantungan secara tidak lagsung
yang tercipta dari penyimpangan pendistribusian gas LPG 3Kg pada beberapa pihak di waktu
yang lalu, perlu sekali dikaji ulang bukan hanya dengan fokus untuk memantapkan subsidi
untuk masyarakat miskin. Tetapi juga pada beberapa pihak non miskin ataupun rentan miskin
yang juga perlu dikaji nasib lanjutannya apabila diterapkan penormalan harga gas LPG 3Kg.
Karena yang ditakutkan, alih-alih ingin membuat keadaan yang ideal, namun malah
membawa adanya masyarakat miskin baru dan meningkatkan kembali jumlah kemiskinan
negara. Karena pembentukan beban baru yang bersifat shock. Mengingat pula masyarakat
Indonesia dominan rentan miskin, yang rawan sekali pada shock. Pemantapan dalam
penyesuaian penerima LPG 3Kg ini juga perlu diiringi himbauan pada kalangan menyimpang
yang sudah terlanjur bergantung dengan LPG 3Kg. Seperti himbauan solusi lain yang lebih
tepat. Program jargas dan Kompor listrik yang belakangan gembor dikatakan sebagai solusi
efektif, mungkin dapat lebih digencarkan penyalurannya dan realisasinya.

Anda mungkin juga menyukai