Pancasila Filsafat
Pancasila Filsafat
MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Kelompok 4:
UNIVERSITAS RIAU
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
lOMoARcPSD|28932727
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pancasila sebagai sistem
filsafat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pancasila sebagai sistem filsafat bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Maswir.S.pd.,M.Pd Selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
membagi sebagian pengetahuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
lOMoARcPSD|28932727
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................3
BAB 1..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
C. TUJUAN..........................................................................................................................................5
BAB 2..........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................6
A. KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.................................6
a) Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...............................................................................6
b. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...............................................................................9
B. KAJIAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT............................................................10
a) Pancasila sebagai sistem filsafat.............................................................................................10
b) Fungsi Filsafat Pancasila........................................................................................................10
c) Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.................................................................................11
d) Lanfasan filsafat pancasila.....................................................................................................11
C. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS TENTANG PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT........................................................................................................13
a) Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat...............................................................13
b) Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat............................................................14
c) Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat..................................................................15
D. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT.........................................................................................................................................16
1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat..........................................................................16
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.........................................................................16
E. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.................................17
a) Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pertama..........................................................17
b) Urgensi sistem filsafat pancasila...................................................................................................17
BAB 3........................................................................................................................................................19
PENUTUP..................................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
lOMoARcPSD|28932727
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat
2. Mendeskripsikan Kajian pencasila sebagai sistem filsafat
3. Mendeskripsikan Menggali sumber historis, sosiologis, politis tantang
Pancasila sebagai sistem filsafat
4. Mendeskripsikan Argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila
sebagai sistem filsafat
5. Mendeskripsikan Esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat
lOMoARcPSD|28932727
BAB 2
PEMBAHASAN
hukum yang berlaku” mengacu pada arti komprehensif atau menyeluruh, yaitu
seluruh peraturan yang berlaku di Indonesia harus mendasarkan diri pada
Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan
fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara. Ketika
suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem tersebut dapat
dinamakan sebagai sistem filsafat.
Pengertian filsafat butir (2) suatu proses kritik terhadap kepercayaan dan
sikap yang dijunjung tinggi, lebih mengacu pada arti refleksif, yaitu sikap terbuka
dan toleran dan mau melihat sesuatu dari segala sudut persoalan tanpa prasangka
(Titus, Smith & Nolan, 1984: 11--12). Dalam hal ini, filsafat dapat menjadi sarana
untuk berpikir lebih jauh dan mendalam daripada sekadar mengandalkan atau
percaya pada opini yang ada di masyarakat. Misalnya, masyarakat awam
beranggapan bahwa tenggelamnya seseorang yang sedang mandi di pantai
Parangtritis dipercaya sebagai ulah Nyi Roro Kidul yang mengambilnya sebagai
pasukan. Ungkapan semacam ini, dalam filsafat dikategorikan sebagai mitos,
sedangkan kelahiran filsafat sejak zaman Yunani kuno justru sebagai reaksi
terhadap mitos. Adagium pada zaman Yunani berbunyi, “Logos (akal)
mengalahkan mitos (dongeng, legenda) yang bersifat irrasional”. Voltaire, salah
seorang filsuf Perancis abad kedelapan belas pernah melontarkan adagium yang
berbunyi, “Takhayul (mitos) membakar dunia, filsafat memadamkannya” (Magee,
2008: i).
Pengertian filsafat butir (4) sebagai analisa logis dari bahasa serta
penjelasan tentang arti kata dan konsep, lebih mengacu pada upaya untuk
melakukan klarifikasi, yaitu menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa dalam
berbagai bidang kehidupan (Titus, Smith & Nolan, 1984: 13). Dalam hal ini,
filsafat dapat menjadi sarana berpikir kritis untuk memahami makna suatu
ungkapan.
Misalnya, pernyataan Voltaire yang berbunyi, “Manusia mengorbankan
separuh hidupnya untuk mencari uang, sedangkan separuh waktu lainnya justru
manusia mengorbankan uang untuk meraih kembali kesehatan (Hardiman, 2000:
110). Hasil analisis atas pernyataan Voltaire itu menunjukkan bahwa suatu hal
yang dilakukan oleh kebanyakan manusia modern itu ternyata sia-sia. Hal ini
terjadi karena tujuannya hanya untuk menumpuk kekayaan dengan memforsir
tenaga dan pikiran. Tentu saja, hal ini sangat beresiko terhadap kesehatan. Padahal
biaya kesehatan itu mahal sehingga merampas kembali dan menghilangkan hasil
yang telah diperoleh.
Pengertian filsafat butir (5) sekumpulan problematik yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh para ahli filsafat, lebih mengacu
pada persoalan-persoalan yang mendalam dari eksistensi manusia (Titus, Smith &
Nolan, 1984: 13). Misalnya, apakah kebenaran itu? Apakah keadilan itu?
Persoalan-persoalan tersebut menyita sebagian besar waktu para pemikir, termasuk
pemikir bangsa Indonesia.
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan
yang dapat ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam
sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai
berikut:
lOMoARcPSD|28932727
Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki!
Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika
kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang
mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu”. (Soekarno, 1985: 7).
yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang
mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai sistem
filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
Filsafat Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek
Pancasila yang benar dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan
UUD 1945 alenia ke-4.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan
cara deduktif dan induktif.
1) Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif.
2) Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu.
lOMoARcPSD|28932727
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-
ciri suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi
sendiri-sendiri, saling berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu
lingkungan yang kompleks. Pancasila menjadi landasan dan falsafah dasar negara
telah membuktikan dirinya sebagai wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan
Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu
negara
air di dalam bambu, bulat kata dalam permufakatan. Sila Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia yang tercermin dalam sikap gotong royong.
pandangan hidup yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku
bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami
Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis.
Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia
Raya, semuanya merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Pada era pemerintahan Soekarno Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan
istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis
Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka.Pada era Soeharto,
kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis
(dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat
Pancasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga
digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Pada era reformasi, Pancasila sebagai
sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem
filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan renungan yang
dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.
Kapitalisme yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal
untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya
merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan
individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif,
seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain- lain. Kedua, komunisme
adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan kapitalisme
sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang meyakini
bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem
filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran
rakyat dalam kehidupan bernegara.
lOMoARcPSD|28932727
Hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif,
legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi
dari negara kepada warga negara.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Sri. 2014. “Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia”. Diambil
dari: sriwyunii.blogspot.co.id.
Ajiz, Lukman. 2011.“Makalah Pancasila”. Diambil dari: lukmanajiz.blogspot.co.id.
Matahri, Anis. 2014. “Pancasila Pada Era Kemerdekaan”. Diambil dari:
anislestarihasim.blogspot.co.id.
lOMoARcPSD|28932727