Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17
JL. MEDAN MERDEKA BARAT NO.8 \ TEL. : 3811308,3505006,3813269,3447017\ TLX : 3844492,3458540
3842440
JAKARTA-10110 Pst. : 4213,4227,4209,4135 Fax: 3811786,3845430,3507576

SURAT - EDARAN
Nomor: I
elm. 00 ~ ~9/~ /JJTPL - 17
TENTANG

PENERTIBAN PERIZINAN DI BIDANG KEPELABUHANAN, TERMINAL KHUSUS


DAN TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

1. Menyusuli Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.003/9/17/DJPL-17 tanggal
3 Februari 2017 tentang Penertiban Perizinan Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan
Sendiri (TUKS) serta sebagai tindak lanjut dari Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
UM.008/41/3IDJPL-16 tanggal 31 Mei 2016 tentang Pembinaan, Pengendalian, dan Pengawasan Terminal
Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri, dalam rangka tertib administrasi dan tertib hukum serta
dalam rangka mendorong percepatan penertiban Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) yang beroperasi tanpa memiliki izin maupun yang telah memiliki izin namun
belum disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan, maka Penyelenggara Pelabuhan untuk segera
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bagi TUKS yang telah beroperasi sebelum tanggal 31 Maret 2017, namun belum memiliki izin sesuai
ketentuan yang berlaku agar mengajukan permohonan izin pengelolaan TUKS dengan dilengkapi
persyaratan sebagai berikut :
1) Akte Perusahaan;
2) Izin Usaha Pokok (IUP);
3) NPWP;
4) Salinan izin TUKS yang telah dimiliki (dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah namun belum sesuai
ketentuan yang berlaku saat ini);
5) Rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan terdekat;
6) Surat pernyataan bermaterai bahwa TUKS tersebut telah beroperasi sebelum tanggal31 Maret 2017
yang diketahui oleh Penyelenggara Pelabuhan setempat;
7) Izin lingkungan dari Instansi terkait sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
8) Gambar teknis dermaga atau dokumentasi lapangan serta data fasilitas pelabuhan yang
ditandatangani oleh pengelola TUKS dan diketahui oleh Penyelenggara Pelabuhan;
9) Laporan keuangan perusahaan 1 (satu) tahun terakhir yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
terdaftar dengan modal disetor paling sedikit Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

b. Terhadap Tersus yang telah beroperasi sebelum tanggal 31 Maret 2017, namun belum memiliki izin
sesuai ketentuan yang berlaku agar mengajukan permohonan izin pengoperasian Tersus dengan
dilengkapi persyaratan sebagai berikut :
1) Akte Perusahaan;
2) Izin Usaha Pokok (lUP);
3) NPWP;
4) Salinan izin Tersus yang telah dimiliki (dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah namun belum
sesuai ketentuan yang berlaku saat ini);
5) Rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan terdekat setelah mendapat pertimbangan dari
Kepala Distrik Navigasi setempat mengenai perencanaan alur pelayaran dan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran;
6) Surat pernyataan bermaterai bahwa Tersus tersebut telah beroperasi sebelum tanggal 31 Maret
2017 yang diketahui oleh Penyelenggara Pelabuhan;
7) Izin lingkungan dari Instansi terkait sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
8) Gambar teknis dermaga atau dokumentasi lapangan serta data fasilitas pelabuhan yang
ditandatangani oleh pengelola Tersus dan diketahui oleh Penyelenggara Pelabuhan;
9) Laporan keuangan perusahaan 1 (satu) tahun terakhir yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
terdaftar dengan modal disetor paling sedikit Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
10) Bagi Tersus yang belum memiliki izin (dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat), harus
melengkapi persyaratan berupa rekomendasi dari Gubernur dan BupatilWalikota terkait kesesuaian
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Ic. Kepada .
I Model Takah 02\ ".ltenIaoIipj>~pj>~fJJ~~5~~fJJ~'
c. Kepada TUKS yang melayani kepentingan umum sementara, agar bekerjasama dengan Penyelenggara
Pelabuhan terdekat dan memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor PM 15 Tahun
2015 tentang Konsesi dan Bentuk Kerjasama Lainnya Antara Pemerintah dengan Badan Usaha
Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan.
d. Terhadap TUKS yang telah melayani kepentingan umum, namun belum mendapatkan konsesi dari
Penyelenggara Pelabuhan, sambi I menunggu proses konsesi Terminal agar terlebih dahulu
bekerjasama dengan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) terdekat atas persetujuan Penyelenggara
Pelabuhan setempat;
e. Bagi Tersus yang melayani kepentingan umum sementara, agar menyesuaikan perizinannya dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri;
f. Terhadap Tersus yang sudah tidak dioperasikan sesuai dengan izin yang telah diberikan dapat
diperlakukan sebagai berikut :
1) Dapat diserahkan kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota;
2) Dikembalikan seperti keadaan semula;
3) Diusulkan untuk perubahan status menjadi Terminal Khusus untuk menunjang usaha pokok lain;
atau
4) Dijadikan Pelabuhan Umum setelah mendapat konsesi dari Penyelenggara Pelabuhan dan sambi I
menunggu proses konsesi Terminal dimaksud agar terlebih dahulu bekerjasama dengan Badan
Usaha Pelabuhan (BUP) terdekat atas persetujuan Penyelenggara Pelabuhan setempat
g. Bagi terminal yang melayani kepentingan umum dan beroperasi tanpa izin, sebelum perjanjian konsesi
agar bekerjasama dengan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) terdekat atas persetujuan Penyelenggara
Pelabuhan setempat.
2. Terhadap Tersus, TUKS dan Terminal sesuai butir 1 (satu) diatas yang telah beroperasi sebelum tanggal
31 Maret 2017 dan belum mengajukan permohonan izin sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan
(diterima oleh Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) Kementerian Perhubungan selambat-Iambatnya tanggal
30 September 2017) agar sejak tanggal1 Oktober 2017 tidak diberikan pelayanan jasa kepelabuhanan.
3. Bagi Tersus dan TUKS yang dibangun/beroperasi setelah tanggal 31 Maret 2017 agar mengurus perizinan
dengan tahapan dan persyaratan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017
tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
4. Kepada Penyelenggara Pelabuhan agar melakukan pungutan PNBP pad a seluruh TersuslTUKS yang
berada di wilayahnya dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor PP 15 Tahun 2016 tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan,
termasuk sewa perairan, jasa labuh, dll.
5. Demikian disampaikan, untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta ~ tXo


pada tanggal I r;- \1'l{,L 17
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Tembusan : ~
Pembina Utama Madya (IV/d)
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman; NIP. 19580713 198603 1 001
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;
4. Menteri Perhubungan;
5. Kepala Kepolisian Republik Indonesia;
6. Para Gubernur seluruh Indonesia;
7. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
8. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
9. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
10. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
11. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama;
12. Para Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama;
13. Kepala Kantor Pelabuhan Batam;
14. Para Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
15. Para Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai