Anda di halaman 1dari 3

‫إَّن الـَح ْم َد‬

‫ِهّلِل َنـْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه‬


‫ َم ْن َيْه ِدِه ُهللا َفاَل‬،‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر وِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َسِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬،‫َو َنْس َتْغ ِفُرُه‬
‫ َو َأْش َهُد َأن َّال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬،‫ َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬،‫ُم ِض َّل َلُه‬
‫َو َأْش َهُد َأَّن ُم ـَح َّم دًا َعْبُد ُه َو َر ُس وُله‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإَّلا‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا‬،‫وقال تعالى‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا‬
‫ َو َأْح َس َن اْلَهْد ِي َهْد ُي ُم َح َّم ٍد َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬، ‫ فِإَّن َأَص َدَق اْلَح ِد يِث ِكَتاُب ِهَّللا‬،‫َأَّم ا َبْع ُد‬
‫ َو ُك َّل‬، ‫ َو ُك َّل ِبْدَع ٍة َض الَلٌة‬، ‫ َو ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْدَع ٌة‬، ‫ َو َش َّر اُألُم وِر ُم ْح َد َثاُتَها‬، ‫َو َس َّلَم‬
‫َض الَلٍة ِفي الَّناِر‬

Kaum Muslimin……….

Kita berada dipenghujung bulan ramadhan, yang tentunya mungkin masih ada
kesempatan hari ini dan hari esok, kita tidak tahu. Yang jelas kita berpikir bagaimana
mengakhiri bulan ramadhan dengan sebaik mungkin. Karena sesungguhnya yang
Allah lihat itu di akhir, bukan di awalnya.
Karena yang dianggap itu adalah akhir segala sesuatunya, maka dari itulah pada
kesempatan-kesempatan ini kita berusaha semaksimal mungkin untuk kita
mempergunakannya. Kita berharap mudah-mudahan kita keluar dari bulan ramadhan
dengan mendapatkan ampunan Allah rabbul Izzati wal Jalalah.
Maka dari itulah apabila telah mendekati akhir-akhir ramadhan ini, dahulu para
Salafush Sholeh semakin bersungguh-sungguh untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Karena itulah tanda ahlul istiqomah, sebagaimana dikatakan
oleh para ulama salaf terdahulu: ‘Ahlul istiqomah itu semakin mendekati akhir
semakin bersungguh-sungguh, sedangkan orang yang tidak istiqomah tidak demikian’.
Kita ingin menjadi orang-orang yang istiqomah tentunya, yang setelah ramadhan pun
kita terus melakukan amal ibadah-ibadah yang kita lakukan di bulan ramadhan,
berupa membaca Al-Quran, berupa sholat malam, demikian pula puasa dan amal
ibadah lain yang tentunya kita berusaha berlomba-lomba di bulan ini untuk
melakukannya.
Kaum Muslimin…….
Kemudian sebelum kita mengakhiri ramadhan ini, jangan lupa sebuah kewajiban yang
Allah wajibkan kepada umat Islam, yaitu Zakat Fitra. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Abbas: ‘Bahwa zakat fitrah itu pensuci untuk orang yang berpuasa dari perbuatan-
perbuatan yang sia-sia dan dari ucapan-ucapan yang tidak baik’.
Subhanallah, ternyata dengan zakat fitra Allah Subhanahu wa Ta’ala mensucikan
orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang ia lakukan secara sia-sia, yang tidak
ada guna dan manfaatnya. Demikian pula mensucikan dari ucapan tidak baik yang ia
ucapkan ketika ia sedang berpuasa tersebut.
Karena siapa di antara kita ketika sedang berpuasa terus-menerus tak lepas dari
ibadah? Tidak mungkin. Pasti ada masa-masa kita bosan, pasti ada masa-masa kita
lelah, di situ kita terkadang jatuh kepada perbuatan yang sia-sia.
Maka dengan zakat fitra itulah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensucikan orang-orang
yang berpuasa tersebut dari perkataan atau perbuatan yang sia-sia dan ucapan yang
tidak layak sebagai kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya, betapa luasnya
rahmat dan kasih sayang Allah.
Tentunya, di bulan ramadhan ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menempa dan
mendidik kita dengan kesabaran yang penuh, sabar untuk melaksanakan ketaatan,
menjauhi kemaksiatan, demikian pula sabar menghadapi musibah kelaparan dan
kehausan.
Maka ini pendidikan agung, yang tentunya tujuan yang Allah inginkan dari ini semua
agar kita tetap sabar kelak setelah ramadhan di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Taat di dalam sholat kita, di dalam puasa sunnah, demikian pula shodaqoh,
demikian pula menjauhi maksiat-maksiat.
Apabila di bulan ramadhan kita mampu untuk menahan pandangan kita, kita mampu
untuk meninggalkan maksiat-maksiat dan syahwat kita, maka sungguh kita berharap
kepada Allah agar Allah tetap memberikan kekuatan kepada kita setelah ramadhan
nanti untuk meninggalkan maksiat.
Maka setelah ramadhan selesai, barulah kita akan merasakan kenikmatan bulan
ramadhan.
Di bulan ramadhan ternyata kita bisa meninggalkan maksiat, tapi setelah bulan
ramadhan terasa berat. Ketika di bulan ramadhan begitu ringan kaki kita untuk menuju
ketaatan, tapi setelah ramadhan terkadang gangguan begitu beratnya. Maka itu
hanyalah dirasakan oleh orang-orang yang ketika ramadhan ia gunakan waktunya
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk menaati Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan
umatnya untuk terus menjaga puasa setelah ramadhan, dengan puasa sunnah. Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya”
(HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan umat Islam, apabila telah selesai dari
berpuasa ramadhan sebulan penuh, hendaklah mereka banyak bersyukur kepada
Allah, yang telah memberikan kepada mereka Hidayah. Allah berfirman:
‫َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروا َهَّللا َع َلى َم ا َهَداُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Karena sesungguhnya ketika seseorang diberikan oleh Allah kekuatan untuk berpuasa
di bulan ramadhan sebulan penuh, itu hakikatnya adalah hidayah dari Allah, bahkan
nikmat yang besar yang Allah berikan kepada seorang hamba, dan itulah nikmat yang
hendaknya kita pantas untuk bersyukur, demikian pada bergembira dengannya, Allah
Ta’ala berfirman:
‫ُقْل ِبَفْض ِل ِهَّللا َو ِبَر ْح َم ِتِه َفِبَٰذ ِلَك َفْلَيْفَر ُحوا ُهَو َخْيٌر ِمَّم ا َيْج َم ُعوَن‬
“Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya lah hendaklah mereka bergembira,
itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan dunia ini“. (QS.
Yunus: 58).
Allah mengatakan bahwasanya yang paling layak kalian bergembira dengannya adalah
karunia Allah berupa hidayah dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa kekuatan
Taufik untuk beramal, itu adalah merupakan nikmat yang paling layak untuk kita
bergembira dengannya. Maka Allah mengatakan itu lebih baik daripada apa yang
mereka kumpulkan dari kehidupan dunia.
Maka sesungguhnya adakah nikmat yang terbesar dari seseorang diberikan oleh Allah
kekuatan untuk menaatiNya? Adakah nikmat yang lebih besar dari seseorang yang
diberikan oleh Allah kekuatan untuk meninggalkan maksiat? Tentu tidak ada.
Bagi seorang Mukmin, nikmat yang hakiki adalah diberikan kepada dirinya hidayah
dan dimasukkan ke dalam surga. Maka dari itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
‫ِإَّن الَّس ِع يَد َلَم ْن ُج ِّنَب اْلِفَتُن َو َلَم ْن اْبُتِلَي َفَصَبَر َفَو اًها‬
“Sesungguhnya orang yang bahagia itu hakikatnyanya siapa? Yaitu orang yang
dijauhkan dari fitnah, dan orang yang sabar menghadapi musibah”. (HR. Abu Dawud)
Itulah orang yang bahagia, dijauhkan dia dari fitnah syahwat, fitnah syubhat, fitnah
dunia, lalu ia pun diberikan kesabaran menghadapi ujian-ujian yang Allah berikan,
ujian yang berupa perintah dan larangan, demikian pula ujian yang berupa musibah
yang menghampiri kehidupannya.
Kita memohon kepada Allah agar Allah menerima amal ibadah kita selama di bulan
ramadhan ini, agar Allah mengeluarkan kita dari bulan ramadhan ini dalam keadaan
Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin

Anda mungkin juga menyukai