Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

Konsep Ceramah Ramadhan

Nama : Rifka Aprilia Akuba


NIM : 1823013
Kelas : PAI 6A

“Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa”

‫الر ْح َمن ه‬ ‫ْ ه‬
‫الر ِح ْي‬ ِ
‫َّللا ه‬ِ ‫ِبس ِم‬
ُ َ ُ ْ ََ ُ ََ َُ ‫ه‬
‫هللا َو َب َركات ُه‬
ِ ‫السالم عل ْيك ْم ورح َمة‬
َْ ُ ُ ُ ََ ُ ْ َ ْ ََ ُ ُ َ ْ ََ ُ ُ ْ َ ‫ه ْ َ ْ َ ه‬
‫اهلل ِم ْن ش ُر ْو ِر أن ُف ِس َنا َو ِم ْن‬ ِ ‫ ونعوذ ِب‬،‫َلِل نح َمده ونست ِع ْينه ونستغ ِف ُره‬ ِ ِ ‫ِإن الحمد‬
َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ََ َُ ‫ُ َ َ ُ ه‬ َ َ ِّ َ
‫ض ِل ْل فال َه ِاد َي ل ُه أش َه ُد أ ْن ال‬ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللا فال م ِضل له ومن ي‬،‫ات أ ْع َم ِال َنا‬ ِ ‫س ِيئ‬
ُ‫ َو َأ ْش َه ُد َأ هن ُم َح هم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُله‬،‫هللا َو ْح َد ُه َال َشرْي َك َل ُه‬
ُ ‫إ َل َه إ هال‬.
ِ ِ ِ
ُ‫َ ُ َ ه‬ ‫َ ه‬ ُ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ ْ ‫ٰٰٓ َ ُّ َ ه‬
‫الص َي ُام ك َما ك ِت َب َعلى ال ِذ ْي َن ِم ْن ق ْب ِلك ْم ل َعلك ْم‬ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا ك ِتب عليكم‬
َ َ َ
‫ أ هما َب ْع ُد‬،‫ت هت ُق ْون‬
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan izin-Nya
lah sehingga kita diberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur, berupa nikmat
iman, nikmat islam, nikmat sehat wal afiat, serta kesempatan sehingga kita bisa
berkumpul di tempat yang mubarokah ini.

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.


Nabi yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kezaman terang benderang
seperti sekarang ini, juga kepada keluarganya, sahabatnya, para pengikutnya dan in
syaa Allah percikan rahmatnya akan sampai kepada kita semua yang masih
istiqomah menjalankan syariatnya hingga akhirul zaman nanti. Aamiin...
Ikhwani wa akhwati fillah rahimakumullah
Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah karena kita masih diberi kehidupan
dan sekarang kita masih bisa berjumpa dengan ramadhan, bulan istimewa.
Meskipun kita masih dalam keadaan menghadapi wabah. Semoga kita semua dalam
keadaan sehat, istiqomah dan semangat menjalankan ibadah puasa ramadhan.

Ramadhan datang untuk melatih diri kita menjadi manusia mulia yaitu
orang yang bertaqwa. Ramadhan datang untuk melatih menjadi manusia yang sabar
dalam menghadapi musibah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Juga jadi manusia yang bersyukur di tengah keterbatasan dan tantangan Covid-19
ini.

Seorang yang hendak menunaikan ibadah puasa, maka Allah SWT


memberikan pesan kepadanya juga kepada setiap muslim beriman yang hendak
berpuasa agar tidak main-main dan menganggap sepele kesempatan ramadhan yang
Allah berikan pada hidupnya karena belum tentu nikmat itu akan diterima oleh
setiap hamba atau mungkin bisa bertemu dikesempatan berikutnya.

Marilah kita renungi sudah berapa banyak ramadhan yang kita lalui dan
berapa banyak ramadhan yang sudah kita lalaikan. Terlalu banyak kaum muslimin
yang menghabiskan ramadhan mereka dengan main-main, tidak memanfaatkan
ramadhan dengan sebaik mungkin, tidak memperbanyak amalan di bulan
ramadhan, dan bahkan masih melakukan maksiat di bulan ramadhan, naudzubillah
min dzalik.

Hal itu terjadi karena belum memahami dan merenungi baik-baik tentang
kebutuhan kita terhadap ramadhan, tentang keutamaan dan keistimewaannya bulan
ramadhan, salah satunya seperti pahala amal perbuatan yang dikerjakan selama
bulan ramadhan akan dilipatgandakan, contohnya menunaikan sholat sunnah, zakat
fitrah, memberi makan bagi orang yang berpuasa dan amal perbuatan lainnya yang
dikerjakan bisa bertambah pahala yang berlipatganda. Sehingga kita sangat
membutuhkan ramadhan, karena ramadhan puncak seorang muslim mengikuti
pelatihan, perbaikan, peningkatan skilnya dari sisi spiritual.
Allah SWT memastikan tujuan ramadhan adalah la’allakum tattaqun, agar
kita mencapai tingkat ketakwaan yaitu selalu setiap saat patuh melaksanakan
perintah Allah juga meninggalkan larangannya dan itu butuh pelatihan. Sehingga
Allah menyiapkan ramadhan sebagai sarana untuk itu.

Coba kita intropeksi diri, kenapa kita tidak seperti hamba-hamba Allah dari
para Salafus shalih dulu, setelah idul fitri, 6 bulan kedepan mereka terus saja berdoa
kepada Allah SWT dari Syawal, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, Shafar, Rabiul
awal, mereka sibuk berdoa kepada Allah agar amal-amal mereka selama ramadhan
diterima. Dan 6 bulan yang tersisa, mereka sibuk meminta kepada Allah SWT agar
disampaikan dengan ramadhan berikutnya. Jadi, selama setahun mereka sibuk
meminta, 6 bulannya agar amal-amal selama ramadhan diterima oleh Allah dan 6
bulan kedepannya mereka memohon agar disampaikan bertemu dengan ramadhan.
Bagaimana muncul perasaan tersebut, karena mereka mengetahui bobot dari
ramadhan itu sendiri.

Kita tidak pernah tau kapan ajal datang menjemput, lalu kenapa kita tidak
jadikan setiap ibadah yang akan dikerjakan sebagai ibadah terkahir agar kita bisa
memaksimalkan atau bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah termasuk
ibadah puasa pada bulan ramadhan.

Para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, setelah selesai


mendapatkan ramadhan, maka banyak diantara mereka di penghujung ramadhan
mengalirkan air matanya, mereka menangis, berharap kepada Allah kalau bisa
ramadhan jangan berhenti, mereka berharap untuk setiap hari adalah ramadhan, dan
mereka tau belum tentu tahun depan mereka bisa berjumpa dengan ramadhan.
Karena itu, semua bermujahadah ketika akan tiba ramadhan dan begitu tiba
ramadhan, maka kalimat la’allakum digunakan dengan sepenuh jiwanya dengan
memaksimalkan ibadahnya. Kata Ibnu Abbas Ra. : “saya belum pernah melihat
Rasulullah semulia ini dalam ibadahnya, selembut ini dalam shadaqahnya,
sebanyak ini dalam pemberiannya, kecuali saat ramadhan”.
Kata Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam : “Sungguh hina seseorang itu yang
dia sampai pada ramadhan, lalu ramadhan itu pergi, sementara dia belum
diampuni”. Artinya kalau ramadhan saja dia tidak bisa menjadi lebih baik,
sementara seluruh kaum muslimin di muka bumi ini berusaha menjadi lebih baik
agar mencapai tingkat ketakwaan kepada Allah. Lantas kapan kita akan berubah
menjadi lebih baik padahal kita tau ajal bisa datang kapan saja.

Maka kalau ramadhan kita tidak baik, tidak menjadi orang yang lebih baik
dari sebelumnya, tidak lebih banyak dari sisi kuantitas dan kualitas ibadah dan juga
tidak meninggalkan atau tidak mengubah sifat-sifat dan karakter buruk kita serta
kemaksiatan kepada Allah. Karena puasa yang kualitasnya sekedar menahan lapar
dan haus, ia tidak bernilai apa-apa di sisi Allah SWT. Rasulullah shallahu ‘alaihi
wassalam bersabda:

ُ ‫س َل ُه م ْن ص َيامه إ هال ْال ُج‬ َْ َ


‫وع‬ ِِ ِ ِ ِ َ ‫ُر هب صا ِئ ٍم لي‬

“Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya
kecuali rasa lapar” (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).

Melakukan amal dengan optimal dan berusaha mendapatkan kualitas


tertinggi adalah sebuah keharusan. Maka begitupun dengan puasa kita tunaikan
dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi puasa yang berkualitas.

Salah satu hikmah dari puasa ramadhan adalah dapat mengantarkan kita
menuju ketaqwaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat
183:

ُ‫َ ُ َ ه‬ ‫َ ه‬ ُ َ ِّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ٰ َ ْ ‫ٰٰٓ َ ُّ َ ه‬
‫الص َي ُام ك َما ك ِت َب َعلى ال ِذ ْي َن ِم ْن ق ْب ِلك ْم ل َعلك ْم‬
ِ ‫يايها ال ِذين امنوا ك ِتب عليكم‬
‫َت هت ُق ْو َن‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Ayat di atas menunjukkan salah satu hikmah puasa di bulan suci ramadhan
agar umat Islam dapat menggapai derajat taqwa yang mulia. Sifat orang yang
bertaqwa yaitu orang yang taqwa beribadah, bermuamalah, mengerjakan kebaikan
karena ia mengingat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah bagi orang yang
bertaqwa. Dan juga takut mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh Allah, karena ia
mengingat dalil tentang ancaman bagi orang-orang yang tidak taqwa atau munkar
terhadap perintah Allah SWT.

Takwa pada hakikatnya adalah keyakinan yang mantap kepada Allah SWT,
rasa takut yang mendalam, dan perasaan muraqabah yang terus menerus. Orang
yang bertakwa menyadari dan meyakini bahwa dirinya senantiasa dilihat, didengar,
dan diketahui oleh Allah yang Maha melihat, Maha mendengar, dan Maha
mengetahui. Perasaan tersebut dapat membangkitkan kesadaran yang tinggi untuk
selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Manusia yang bertakwa memiliki 3 hal yaitu iman, ilmu dan amal. Untuk
merealisasikan peningkatan ketakwaan diri kita di bulan ramadhan yang penuh
berkah ini, kita perlu melakukan langkah-langkah yang realistis, yang dari waktu
ke waktu semakin menampakkan indikasi peningkatan ketakwaan. Oleh karena itu
mari gunakan momentum ramadhan untuk meningkatkan kuantitas iman, ilmu dan
amali kita dengan 3B yaitu beribadah, belajar dan berbagi.

Tingkatkan kualitas iman dengan melakukan ibadah wajib dan sunnah.


Lakukan amalan sunnah seperti shalat tarawih, tahajjud, dhuha, rawatib serta
memperbanyak tadarus dan tadabur Al-Qur’an Melaksanakan puasa sesuai
tuntunan syariah yaitu tidak hanya meninggalkan makan, minum, dan hal lain yang
membatalkannya. Tapi juga menjaga mata, telinga, mulut, tangan dan kaki dari
melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Bahkan menjaga pikiran dan hati
dari hal-hal negatif yang dapat mengurangi pahala puasa kita.

Mari tingkatkan kualitas ilmu kita dengan belajar ilmu agama. Setiap malam
ikut ceramah tarawih. Setiap subuh ikuti kultum ba’da subuh dan setiap menjelang
buka puasa ikuti kajian pengantar buka puasa di berbagai media. Cari kajian tentang
Islam di youtube dan media daring lainnya dari para ulama terpercaya. Baca artikel
dan buku-buku yang berkualitas.

Mari tingkatkan kualitas amal kita dengan banyak berbagi. Jika Allah
memberi kelebihan harta, maka infakkanlah kepada yang membutuhkan. Biasanya
di bulan ramadhan banyak tawaran sumbangan paket berbuka puasa,
berpartisipasilah.

Dalam bulan ramadhan, kita tidak hanya diminta berhati-hati terhadap


perkara yang bisa membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Tetapi juga
menjauhi hal-hal berikut.

1. Hindari perkataan dusta dan tindakan bodoh serta berbantah-bantah


Orang yang berpuasa dilatih agar jujur dalam setiap perkataanya dan tidak
melakukan tindakan bodoh yaitu melanggar aturan-aturan syara’ padahal dia
mengetahuinya. Hal itu berdasarkan hadis:
َ َ َ َ
‫ال َم ْن ل ْم َي َد ْع ق ْو َل‬ ِّ ‫ه‬ َ َ َ َْ ُ ْ َ ْ َ
‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫عن أ ِبي هريرة ع ِن الن ِب ِي‬
َ َ َ َ َ ‫الز ْور َو ْال َع َم َل ب ِه َو ْال َج ْه َل َف َل ْي‬
‫اج ٌة أ ْن َي َد َع ط َع َام ُه َو َش َر َاب ُه (رواه البخاري‬ ‫هلل ح‬
ِ ‫س‬ ِ ِ
ُّ

Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi shallahu ‘alaihi wassalam,
beliau bersabda “Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta serta bertindak
bodoh, maka bagi Allah tiada gunanya ia meninggalkan makan dan minum”. (HR.
Bukhari).

2. Hindari mengucapkan kata kotor, berbuat gaduh dan bertengkar


Orang berpuasa harus menunjukkan sopan santun dalam berucap tidak
mengatakan perkataan kotor dan tidak senonoh, tidak bertengkar serta selalu ramah
dan tidak membalas kata kasar kepada orang lain. Hal ini dituntunkan dalam hadis:

Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallahu ‘alaihi


wassalam, bersabda : “Pada hari seseorang dari kamu berpuasa, janganlah ia
berkata kotor dan berbuat gaduh, dan apabila ada orang yang mengajak berbantah
dan bermusuhan hendaklah ia mengatakan: saya sedang berpuasa”. (HR. An-
Nasa’i).

3. Hindari berkumur dan istinsyaq secara berlebihan


Berkumur-kumur dan ber-istinsyaq (memasukkan air ke hidung ketika
berwudhu) tidak membatalkan puasa. Di luar bulan puasa, Rasulullah shallahu
‘alaihi wassalam menganjurkan agar orang berkumur dan beristinsyaq sekeras-
kerasnya agar mulut dan hidung bersih.
Namun, selama bulan puasa, Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam
menganjurkan agar jangan berlebihan melakukan hal demikian agar tidak
kemasukan air ke dalam perut sehingga puasa menjadi batal. Oleh karena itu,
berkumur dan istinsyaq secara normal tidak membatalkan puasa. Hal ini didasarkan
pada hadis:

َ َ َ ْ ُ ُْ َ ْ ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُ ُْ َ َ ََ َ ْ ْ َ ْ َ
‫ال أ ْس ِب ِغ‬ ِ ‫عن ل ِقي ِط ب ِن ص ِبرة قال قلت يارسول‬
‫هللا أخ ِبرِني ع ِن الوضو ِء ق‬
ً َ َ
َ َُْ ْ ‫ه‬ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ِّ َ َ َ ْ ُ ُ ْ
‫و‬ ‫ن‬
‫ (ر اه‬.‫اإلس ِتنش ِاق ِإال أن تكو صا ِئما‬ ِ ‫الوضوء وخ ِلل بين األص ِاب ِع وب ِالغ ِفي‬
)‫الترمذي‬
Artinya : Diriwayatkan dari Laqith bin Saburah, ia berkata : Aku berkata, wahai
Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam terangkanlah kepadaku perihal wudhu.
Beliau bersabda: “Ratakanlah air wudhu dan selah-selahilah jari-jarimu serta
keras-keraskanlah menghirup air di hidung kecuali apabila kamu sedang
berpuasa”. (HR. Tirmidzi).

4. Hindari berciuman secara bernafsu


Ciuman suami kepada istri atau sebaliknya tidak membatalkan puasa. Hal
itu berdasarkan hadis:

‫صا ِئ ٌم‬ َ ‫ال َه َش ْش ُت َي ْو ًما َف َق هب ْل ُت َو َأنا‬َ ‫ َأ هن ُه َق‬-‫ضياهلل َعنه‬


ُ ‫ر‬- ‫اب‬
‫َ ْ َُُ ْ ْ َ ه‬
‫ط‬ ‫عن عمر ب ِن الخ‬
َ ْ ِ
ْ َ
‫ص َن ْع ُت ال َي ْو َم أ ْم ًرا َع ِظ ْي ًما ق هبل ُت‬ َ ‫ َف ُق ْل ُت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َف َأ َت ْي ُت َر ُس ْو ُل هللا‬
ِ
َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ٌ َ َََ
‫ أرأيت لو تمضمضت ِبم ٍاء‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هللا‬ ‫ل‬
ِ ‫وأنا صا ِئم فقال رسو‬
َ ُ ‫ال َر ُس ْو‬ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ٌ َ َ ََْ
‫ ف ِف ْي َمو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هللا‬
ِ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ‫وأنت صا ِئم فقلت البأس ِبذ ِالك ف‬
)‫(رواه أبو داود وأحمد‬

Artinya : Diriwayatkan dari Umar bin Khathab ra. bahwa ia berkata: Pada suatu
hari saya merasa ingin, lalu saya mencium istri saya padahal saya sedang berpuasa,
maka saya datang kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam dan berkata : Saya
telah melakukan perkara besar. Saya mencium istri saya ketika saya sedang
berpuasa. Lalu Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam balik bertanya : Bagaimana
menurutmu jikalau kamu berkumur-kumur dengan air padahal ketika engkau
berpuasa? Maka saya menjawab: Hal itu tidak mengapa. Lalu Rasulullah shallahu
‘alaihi wassalam menimpali : Demikian juga ciuman. (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Namun, ciuman yang dimaksudkan sini yaitu tidak disertai dengan hawa
nafsu.

Itulah hal-hal yang harus dihindari saat berpuasa. Sehingga dengan amalan-
amalan yang kita lakukkan di bulan ramadhan serta menghindari segala hal yang
membatalkan puasa bisa menjadikan kita orang yang bertaqwa, yang akan
dimuliakan di sisi Allah SWT. seperti dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

ُ َْ ‫ه َ ْ ََ ُ ْ ْ َ ه‬
‫َّللا ات ٰقىك ْم‬
ِ ‫ِان اكرمكم ِعند‬

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa
di antara kalian”.

Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh


Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan
tentang keterkaitan antara puasa denga ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab
terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya”. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas
lagi antara puasa dan ketaqwaan yaitu:
1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah. Ia
meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap
pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa.
2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada allah,
dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia
mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia
meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya.
3. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga
pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi.
4. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini
merupakan tabiat orang yang bertaqwa.
5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih
peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan
tabiat orang yang bertaqwa.

Oleh karena itu, marilah kita di bulan ramadhan ini berusaha untuk
menggapai ketaqwaan kepada Allah, menjadikan ramadhan tahun ini lebih baik dari
tahun-tahun sebelumya. Semoga dengan beribadah, belajar dan berbagi maka iman,
ilmu dan amal kita semakin baik. Hati kita semakin tenang. Jiwa kita semakin
tentram dan hidup kita semakin bahagia. Itu balasan di dunia dan in syaa Allah di
akhirat Allah siapkan surga bagi mereka yang bertakwa.

Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat untuk kita


semua, terlebih khusus bagi pribadi saya sendiri. Jika ada kesalahan saya memohon
maaf, karena saya telah berusaha semaksimal mungkin, namun saya hanya manusia
biasa yang tak luput dari salah dan khilaf, dan kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata. Terima kasih atas perhatiaannya. Akhirulkalam

ُ ََْ
‫ٰٓن ۚ َوٱلقل ِم َو َما َي ْسط ُرو َن‬

ِ‫فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَات‬
ُ َ ُ َ ْ ََ ْ ُ ََْ َُ ‫ه‬
‫هللا َو َب َركات ُه‬
ِ ‫السالم عليكم ورحم‬
‫ة‬

Anda mungkin juga menyukai