Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat terlepaskan dari unsur-

unsur musik. Sadar atau tidak sadar, manusia berhubungan langsung dengan

unsur-unsur yang terdapat pada musik, diantaranya adalah tempo dan irama.

Selain itu, manusia menggunakan musik sebagai sarana ekspresi diri. Banyak dari

manusia mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya melalui musik. Secara

tidak sadar, musik menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan sehari-hari.

Musik memiliki peranan dan fungsi yang cukup banyak dan kompleks.

Peranan dan fungsi tersebut bergantung dari segi mana manusia itu melihatnya.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, musik memiliki peranan

dan fungsi sebagai sarana ekspresi manusia atas perasaannya yang sedang

dialami. Ketika seseorang sedang merasakan kegundahan hati, tidak sedikit orang

akan mengungkapkan dirinya melalui musik yang melankolis atau musik-musik

sendu. Sebaliknya ketika seseorang sedang mengalami perasaan senang, maka

tidak sedikit orang akan mendengarkan musik yang memiliki nuansa senang,

riang, gembira dan energik.

Seni musik merupakan cabang seni yang menggunakan media bunyi

sebagai sarana pengungkapan ekspresi senimannya. Sedangkan musik adalah

suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan
2

keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat- alat yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyian. Sehingga dapat disimpulkan bahawa seni musik

adalah ilmu pengertahuan serta seni tentang kombinasi ritmik dan beberapa

nada,baik vokal maupun instrumental (David Ewen). Musik juga salah satu seni

yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yang unsurnya berupa

tangganada, instrumen, syair, irama, melodi, harmoni, ekspresi, tekstur, dan

aransemen.

Sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur

kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang secara universal

umumnya ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh

dunia. Secara umum fungsi musik antara lain adalah sebagai sarana upacara adat,

sarana upacara keagamaan, sarana hiburan, sarana ekspresi diri, sarana

komunikasi, sarana pengiring tarian, dansarana ekonomi.

Musik mempunyai ragam bentuk yang sangat banyak macamnya di

seluruh dunia, di Indonesia sendiri ragam musik dapat dibedakan atas musik

tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

Akan tetapi, karena banyaknya kontaminasi dan dominasi musik dari luar negeri

yang masuk begitu saja tanpa mempertahankan, menjunjung tinggi,

mengembangkan dan melestarikan karya musik asli Indonesia terutama karya-

karya musik dari suatu kesenian daerah atau tradisional dari seluruh daerah di

Indonesia, sehingga kesenian-kesenian daerah sekarang sudah mulai punah dan

diklaim oleh bangsa asing.


3

Unsur musik yang berarti susunan yang membentuk suatu karya musik

dalam suatu kesenian, merupakan hal yang penting untuk dikaji, karena keunikan

dan keanekaragaman komposisi musik suatu kesenian merupakan jati diri dan

kebanggaan bagi suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang

mempunyai ragam budaya, bahasa, agama, adat, suku, dan daerah. Seiring dengan

ragamnya adat yang dimiliki Indonesia, maka ragam kesenian yang tercipta

menjadi semakin banyak, dilihat dari fungsi dan pentingnya kesenian dalam suatu

upacara adat ataupun upacara keagamaan di setiap daerah.

Dari keunikan tersebut, terciptalah karya musik dengan variasi yangsangat

beragam di setiap daerah di Indonesia, akan tetapi seiring berjalannya zaman dan

teknologi, minat dan antusias masyarakat Indonesia sendiri masih sangat kecil

untuk melestarikan karya-karya musik asli Indonesia yang sudah sejak dahulu

turun-temurun diturunkan oleh nenek moyang.

Suku Toraja adalah sebuah suku asli dari daerah Kabupaten Tana Toraja,

Provinsi Sulawesi Selatan. Suku ini terkenal dengan sikapnya yang

memperlakukan alam sangat baik. Melestarikan dan menjaga keutuhan alam

menjadi bentuk penghormatan kepada para arwah leluhurnya. Suku Toraja juga

kaya akan kesenian, kebudayaan dan adat istiadat serta banyaknya alat musik

dengan ciri khasnya tersendiri.

Masyarakat Sunda Jawa Barat yang memiliki alat musik angklung, orang

Toraja di Sulawesi Selatan juga memiliki alat musik tradisional yang terbuat dari
4

bambu yang dikenal dengan nama Pompang atau Pa'bas. Hal ini karena suara

bas dari alat musik tersebut lebih dominan terdengar.

Berbeda dengan angklung, cara memainkan alat musik Pompang adalah

dengan cara ditiup. Alat musik ini akan mengeluarkan bunyi dan memiliki

jangkauan nada dua setengah oktaf tangga nada. Meski termasuk alat musik

tradisional, tetapi alat musik bambu ini bisa juga dikolaborasikan dengan alat

musik modern lain seperti terompet, saksofon, organ, atau piano saat mengiringi

lagu.

Seperangkat alat musik tiup, yang dibuat dari potongan-potongan bambu,

mulai dari yang kecil sampai yang besar. Suara yang dihasilkan potongan-

potongan bambu dengan rangkaian khusus itu pun sesuai dengan ukuran besar

kecilnya. Karena itu, agar menghasilkan kombinasi suara yang harmonis, ukuran

bambunya beragam sesuai nada yang akan dihasilkan.

Satu kelompok Pompang biasanya terdiri dari 25 atau 35 orang peniup,

baik dari anak – anak sampai orang dewasa bisa memainkan alat musik tersebut.

Potongan bambu yang besar dan tinggi menghasilkan nada rendah. Sebaliknya,

potongan bambu yang kecil menghasilkan nada tinggi. Potongan-potongan bambu

itu dilubangi dan dirangkai sedemikian rupa, sehingga menghasilkanbunyi. Agar

pertemuan bambu tersebut kuat, biasanya diikat dengan rotan, sedangkan celah

sambungannya ditutup dengan ter atau aspal agar suara yang dihasilkan bulat

tidak cempreng. Materialnya serba bambu, termasuk suling atau seruling sebagai

pengiringnya. Bambu yang dipilih, biasanya bambu yang tipis dan ruasnya
5

panjang, tidak cacat, lurus dan tua.

Sampai saat ini, keberadaan pompang sangat dijaga oleh masyarakatnya,

karena merupakan salah satu identitas budaya pada masyarakat Toraja. Hal

tersebut dapat diamati pada acara-acara budaya yang menampilkan kesenian

tradisi, kehadiran musik ini sangat berbeda dengan musik tradisional yang

umumnya ada di masyarakat Sulawesi Selatan. Kesenian ini, selain di daerah

Toraja sendiri, hanya dapat ditemukan di wilayah kediaman Mamasa, serta di

wilayah suku Kalumpang, di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju,

Sulawesi Barat.

Berdasarkan latar belakang musik Pompang yang menarik dan pentingnya

untuk dilestarikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Karakteristik dan Unsur - unsur Musik Pompang di Toraja Utara”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah

dipaparkan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Belum diketahuinya fungsi musik pompang

2. Kurangnya minat untuk melestarikan musik daerah khususnya di Toraja Utara

3. Belum adanya deskripsi tentang karakteristik dari alat musik Pompang.

4. Belum adanya deskripsi terkait unsur-unsur pembentuk musik Pompang

dalam hal ini meliputi tangga nada, instrumen, irama, melodi, harmoni,

ekspresi, tekstur, dan aransemen dalam alat musik Pompang


6

C. Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih

terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan

tercapai.

Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik dari alat musik Pompang.

2. Unsur – unsur pembentuk alat musik Pompang dalam hal ini meliputi tangga

nada, instrumen, irama, melodi, harmoni, ekspresi, tekstur, dan aransemen

dalam alat musik Pompang.

D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah

dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seperti apakah karakteristik dari alat musik Pompang yang ada di Kabupaten

Toraja Utara?

2. Apa sajakah unsur – unsur pembentuk alat musik Pompang yang meliputi

tangga nada, instrumen, irama, melodi, harmoni, ekspresi, tekstur, dan

aransemen dalam alat musik Pompang?

E. Tujuan Penelitian
7

Tujuan penelitian yang akan dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik dari alat musikPompang yang

berasal dari Kabupaten Toraja Utara.

2. Untuk mendeskripsikan unsur – unsur pembentuk alat musik Pompang yang

meliputi tangga nada, instrumen, irama, melodi, harmoni, ekspresi, tekstur,

dan aransemen dalam alat musik Pompang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai

manfaat teoritis, ataupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangsih pemikiran bagi lembaga pendidikan musik

diIndonesia untuk memperkaya khazanah tentang kesenian daerah.

b. Sebagai pengembangan teori mengenai unsur musik yang dimiliki alat

musik Pompang.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian

berikutnya, khususnya penelitian tentang variasi musik kesenian daerah.

2. Manfaat Praktis

a. Karakteristik yang ditemukan dapat digunakan untuk memperkaya unsur

- unsur musik Pompang yang meliputi tangga nada, instrumen, irama,

melodi, harmoni, ekspresi, tekstur dan aransemen untuk menambah

variasi iringan musik Pompang di Kabupaten Toraja Utara.


8

b. Dapat digunakan untuk mengembangkan musik Pompang di wilayah

daerahnya.
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Analisis Musik

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:37), adalah

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat

dan pemahaman arti keseluruhan. Biasanya meliputi pemecahan sebuah

susunan musik ke dalam unsur musik yang relatif sederhana, termasuk susunan

pokok Schenker, dari tema, dari bentuk Tovey, dari bagian susunan Riemann

dan dari informasi teori.

Musik dibagi dalam tiga jenis, yaitu yang pertama Musik Absolut yaitu

Musik yang diciptakan untuk dinikmati sebagai musik murni. Contoh Sonata,

Simfoni, Konserto, hingga prelude. Kedua yaitu Musik Kamar, lagu musik

untuk ansambel dari beberapa instrumen tunggal disebutkan dalam Jubing

Kristianto dalam bukunya Gitarpedia (2013:68).

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis

musik adalah pembahasan untuk meneliti dan menyimpulkan bagian-bagian

paling sederhana dari sebuah susunan lagu musik, baik berupa susunan pokok

Schenker, dari tema, dari bentuk Tovey, serta dari bagian susunan Riemann

sehingga dapat dimengerti dan dipahami arti keseluruhannya


10

2. Musik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, pengertian musik

adalah ilmu atau seni menyusun nada-nada atau suara dengan urutan,

kombinasi, dan hubungan temporal, untuk menghasilkan komposisi suara

yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan; nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan,

terutama yang menggunakan alat-alat musik atau instrumen musik yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyian (2007: 766).

Musik adalah produk pikiran. Maka, elemen vibrasi (fisika dan

kosmos) dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik

bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan

diinterpretasikan melalui otak menjadi pitch (nada-harmoni), timbre (warna

suara), dinamik (keras- lembut), dan tempo (cepat-lambat). Transformasi

musik dalam respons manusia adalah unik untuk dikenali, karena otak besar

manusia berkembang dengan amat pesat sebagai akibat dari pengalaman

musikal (Djohan, 2009: 32). Musik juga dapat dikatakan sebagai perilaku

sosial yang kompleks dan universal (Djohan, 2009: 41).

Schopenhauer mengatakan bahwa musik adalah melodi yang syairnya

adalah alam semesta (dalam Soedarsono, 1992: 13). Menurut Suhastjarja,

musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep

pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi - bunyian lainnya

yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam
11

ruang dan waktu dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan

hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmati oleh para pendengar atau

penikmatnya (dalam Soedarsono,1992: 13).

Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya

melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur

lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan (Jamalus, 1988: 1).

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan

dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Walaupun musik

adalah sejenis fenomena intuisi untuk mencipta, memperbaiki dan

mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik adalah

sejenis hiburan dan musik juga bisa disebut sebagai fenomena yang sangat

unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik/ instrumen musik.

Musik adalah ekspresi artistik dengan bunyi-bunyian atau melodi

darialat- alat musik ritmis, atau nada-nada yang harmonis (Taylor dalam

Joseph, 2005: 6). Berdasarkan The Merriam-Webster Packet Dictionary,

musik ialah seni mengombinasikan nada-nada sedemikian rupa sehingga

nada-nada itu menyenangkan, mengungkapkan perasaan atau dapat

dimengerti (dalam Joseph, 2005: 6).Menurut Limantara, musik adalah cabang

seni abstrak yang berbentuk suara dan terdiri dari ritme, melodi, harmoni, dan

timbre (dalam Joseph, 2005: 6). Musik adalah ungkapan hati manusia berupa
12

bunyi yang bisa didengarkan (Joseph, 2005: 6).

Berdasarkan teori-teori tentang pengertian musik yang sudah

dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian musik adalah suara

atau bunyi yang diciptakan, dimainkan, dinyanyikan, dihasilkan, disusun

ataupun dirangkai oleh manusia, yang mengandung unsur estetis dan

berfungsi untuk suatu tujuan tertentu seperti pengungkapan perasaan, hiburan

ataupun pekerjaan.

3. Musik Iringan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 442),

pengertian iring adalah berjalan berturut-turut; bersama-sama diikuti dengan

iringan; sisi, lambung, samping. Sedangkan berdasarkan sudut pandang

sebagai tata lagu orkes, iringan berarti yang mengiringi atau yang menyertai

atau yang mengikuti.

Iringan adalah bagian tambahan untuk pemain apapun yang kurang

penting daripada yang lain, yang berfungsi untuk mendukung dan

meningkatkan. Piano sering digunakan untuk menyediakan iringan untuk

penyanyi solo.

Dalam hal musik sebagai pengiring, musik dapat dikreasikan dengan

berbagai cara dan berbagai jenis musik yang disesuaikan dengan bentuk irama

tari/ drama/ ketoprak dalam gerak dan temanya. Walaupun musik berfungsi

hanya sebagai pengiring atau membantu dalam menguatkan ekspresi ataupun

penjiwaan dan tema dalam sebuahpertunjukan, tidak berarti keberadaan


13

musik.tidak penting dalam suatu pertunjukan tersebut, karena

dalamprakteknya, perpaduan antara musik iringan dan seni drama/ tari/

ketoprak adalah suatu kesatuan yang utuh dan akan memberi dampak

terhadap pertunjukannya.

4. Musik Tradisional

Musik adalah sebuah ekspresi yang dikeluarkan dalam bentuk bunyi-

bunyian. Menurut Pono Banoe dalam Jurnal Yakub Ongkowijoyo, kata musik

berasal dari kata muse yaitu “Salah satu dewa dalam mitologi Yunani Kuno

bagi cabang seni dan ilmu; dewa seni dan ilmu pengetahuan” (Yakub

Ongkowijoyo, 2007 : 66).

Musik mengandung unsur nada, melodi, harmoni, ritme, tempo,

dinamik. Tradisi dari bahasa Latin traditio yang berarti diteruskan dalam

pengertian sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan

menjadi bagian dari kehidupan masyarakat secara turun temurun. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia tradisional adalah sikap dan cara berpegang

teguh terhadap kebiasaan yang turun temurun. Tradisi sebagai kebiasaan yang

diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun.

Kebiasaan yang diwariskan mencakup berbagai nilai budaya, meliputu adat

istiadat, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, seni dan sistem

kepercayaan.

Menurut Purba, musik tradisional adalah musik yang bersifat khas dari

kebudayaan suatu etnis. Musik tradisional baik itu dalam komposisi, ritme,
14

melodi, modus dan tangga nada tidak diambil dari repertoire atau sistem

musikal yang berasal dari luar kebudayaan masyarakat pemilik musik

dimaksud atau dengan kata lain musik tradisional adalah musik yang berakar

pada tradisi salah satu atau beberapa suku di suatu wilayah tertentu. Oleh

karena itu, musik tradisional ialah musik dalam sebuah masyarakat yang

diwariskan secara turun-temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu

daerah.

Musik tradisional terbentuk dari budaya daerah setempat sehingga

cenderung bersifat sederhana baik lagu maupun instrumentnya. Secara umum

musik tradisional memiliki ciri khas sebagai berikut yaitu dipelajari secara

lisan, tidak memiliki notasi, bersifat informal, pemainnya tidak terspesialisasi,

bagian dari budaya masyarakat (Siti Sarini, 2015 : 470

5. Musik Tradisi Pompang

Musik adalah pernyataan isi hati manusia yang diungkapkan dalam

bentuk bunyi yang teratur dengan melodi dan ritme. serta mempunyai unsur

harmoni (keselarasan) yang indah (Hadi Sunarko, Djarmono 1989: 05).

Pompang tidak terpaku pada pemahaman musik saja, namun musik yang

termasuk dalam kategori musik tradisi. Tradisional merupakan istilah dari

kata tradisi yang artinya mewariskan. Pono Banoe (2003: 289) menyatakan

musik tradisional adalah musik yang diwariskan dari generasi ke generasi

berikutnya. Salah salah satu contoh alat musik yang ada di Indonesia adalah

musik tradisi Pompang yang terdapat Tana Toraja.


15

a. Alat Musik Pompang

1) Sejarah Alat Musik Pompang

Suling pompang atau hanya disebut pompang, adalah alat

musik tradisional suku Toraja yang berasal dari Kabupaten Tana

Toraja, Sulawesi Selatan. Pompang terbuat dari bambu dengan ukuran

besar dan kecil, kemudian dilubangi dan dirangkai dengan alat

perekat berupa bekas sarang lebah. Sejarah pompang di Toraja sendiri

berawal dari kebiasaan orang Toraja menggunakan suling pada

saat menggembala kerbau dan akhirnya seiring berjalannya waktu,

pompang pun banyak digemari dan semakin dikenal luas oleh

masyarakat Toraja. Keberadaan pompang sudah sangat melekat erat

dengan kehidupan masyarakat Toraja.

Sampai saat ini, keberadaan pompang sangat dijaga oleh

masyarakatnya, karena merupakan salah satu identitas budaya pada

masyarakat Toraja. Hal tersebut dapat diamati pada acara-acara

budaya yang menampilkan kesenian tradisi, kehadiran musik ini

sangat berbeda dengan musik tradisional yang umumnya ada di

masyarakat pesisir Sulawesi Barat. Kesenian ini, selain di daerah

Toraja sendiri, hanya dapat ditemukan di wilayah kediaman wilayah

suku Kalumpang di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju,


16

Sulawesi Barat.

Gambar 1 (Alat musik Pompang)

Menurut Semuel Linggi, yang merupakan salah satu tokoh

masyarakatyang berasal dari Toraja yang juga seorang pemerhati seni

dan budaya Toraja lebih lanjut menjelaskan jenis-jenis Pompang

terdiri dari empat model yaitu:

a) Model Pertama

Model pertama ini banyak dijumpai di Toraja. Model pertama ini

dipakai diGereja Toraja Jemaat Lamunan untuk mengiringi

ibadah. Cara memainkannya dengan hanya meniupnya sehingga

menghasilkan bunyi nada. Model ini hanya bermain di satu nada

saja. Bentuk ukurannya berbeda-beda dari ukuran kecil hingga

ukuran yang besar, jika ukuran kecil bunyi nadanya tinggi

sebaliknya ukuran besar bunyi nadanya rendah.


17

Gambar: 2 (Alat musik Pompang Model Pertama)

b) Model Kedua

Model kedua ini berbeda dengan model pertama. Model ini

dibunyikan dengan dua nada sesuai penyetelan ketika dibuat. Nada

yang terdapat pada model ini ada dua misalnya not C sedang

dan not C rendah. Model ini terdapat ukuran yang berbeda dengan

cara membunyikannya dengan meniup lalu menariknya keluar dan

menekannya kedalam. Kalau menekannya kedalam nadanya tinggi,

kalau menariknya keluar nadanya rendah. Model ini banyak

dijumpai di daerah Mamasa yang dulunya bagian dari Toraja

sekarang sudah menjadi provinsi Sulawesi Barat.


18

Gambar: 3 (Alat musik Pompang Model Kedua)

c) Model Ketiga

Model ketiga ini dibunyikan dengan cara meniupnya. Terdapat dua

ruas bambu yang dilubangi, bisa juga dengan satu ruas bambu

dengan ukuran yang berbeda sesuai dengan nada yang diambil dari

suling kemudian bambu- bambu itu diikat satu set dengan beberapa

not yang sudah disetel. Mengapa begitu? Itu lantaran tabungnya

yang dipotong panjang dan pendek. Makin pendek tabung, suara

makin tinggi dan sebaliknya, makin panjang tabung, suara akan

semakin rendah. Model ketiga ini banyak dijumpai di Mamasa


19

Gambar: 4 (Alat musik Pompang Model Ketiga)

d) Model Keempat

Model keempat ini berbeda dari ketiga model diatas. Terdiri dari

beberapa ruas bambu yang panjang. Cara memainkannya bukan

dengan cara ditiup tetapi dihentakkan ke tanah, mirip dengan alat

musik bambu Hitada dari Maluku Utara. Tetapi alat musik ini

dipadukan dengan suling sehingga bunyi yang dihasilkan indah

didengar dan banyak dijumpai di Toraja dan Mamasa.


20

Gambar: 5 (Alat musik Pompang Model Keempat)

6. Unsur - unsur Musik

Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai

suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.

Menurut Pono Banoe (2003:208) pada musik juga terdapat unsur musik

berupa:

a. Tangga nada

Tangga nada adalah rangkaian notasi musik yang diurutkan berdasarkan

frekuensi dasar atau pitch, dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, i (do, re, mi, fa, sol, la,

si,do (tinggi)).

b. Melodi

Melodi Melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan rangkaian

teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan

suatu gagasan pikiran dan perasaan (Jamalus, 1998: 16). Melodi adalah
21

naik turunnya harga nada yang seyogyanya dilihat sebagai gagasan inti

musikal, yang sah menjadi musik bila ditunjang dengan gagasan yang

memadukanya dalam suatu kerja sama dengan irama, tempo, bentuk dan

lain-lain (Ensiklopedi musik, 1992: 28). Dari pengertian-pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada

yang terbentuk dari perubahan-perubahan harga nada dalam kaitannya

dengan irama, tempo, bentuk dan sebagainya

c. Instrumen

Instrumen adalah alat musik yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan

menghasilkan musik. Kamu perlu mengenali jenis-jenis instrumen musik

ini. Instrumen musik sendiri bisa dilihat dari berbagai pengelompokan,

salah satunya melalui sumber bunyinya

d. Irama

Irama sering pula disebut dengan ritme. Ritme adalah gerak yang teratur

mengalir karena munculnya aksen secara tetap. Irama lebih terasa indah

karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan bunyi. Ritme juga

dipahami sebagai aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti variasi

gerak melodi.

e. Melodi

Melodi memiliki arti susunan alunan nada- nada yang diatur tinggi rendah,

pola, dan harga nadanya sehingga menjadi kalimat lagu dan menjadi

sebuah karakter tersendiri dalam suatu musik yang mengikuti alur kord
22

(kunci) seiringan tetapi tidak terpaku pada kord tersebut,yang terdengar

berurutan serta logis dan berirama

f. Harmoni

Harmoni Harmoni adalah cabang ilmu pengetahuan musik yang

membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe,

2003 : 180),Dalam teori musik, ilmu harmoni adalah ilmu yang

mempelajari tentang keselarasan bunyi dalam musik. Harmoni secara

umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan

tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat

terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam

arpeggio).

g. Ekspresi

Ekspresi dalam musik adalah ungkapan pikiran dan dan perasaan yang

mencakup tempo, dinamik, dan warna nada dari unsur-unsur

pokok musik yang diwujudkan oleh seniman, musik atau penyanyi yang

disampaikan pada pendengarnya (Jamalus, 1988: 38).

h. Tekstur

Tekstur merupakan alinan melodi dalam sebuah karya musik yang terbagi

atas beberapa suara. Contoh tekstur terdapat pada grup pasuan suara

(terdiri atas suara sopran, alto, tenor, dan bas) dan musik orkestra (terdiri

atas kombinasi berbagai alat musik).


23

i. Aransemen

Arransemen berasal dari bahasa Belanda Arrangement, yang

artinya penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau

instrumen musik yang didasarkan atas sebuah komposisi yang telah ada

sehingga esensi musiknya tidak berubah.

7. Aransemen Musik

Menurut KBBI (1988: 47) Istilah aransemen berasal dari kata

arrangement yang berarti penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara

penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang

telah ada sehingga esensi musiknya tidak berubah. Pengertian yang sama

ditegaskan juga oleh Syafiq, (2003: 13) yang mengatakan nahwa aransemen

adalah penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau

instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada

sehingga esensi musiknya tidak berubah.

Ammer, (1972: 12) mengemukakan bahwa aransemen adalah

penulisan kembali sebuah komposisi dengan instrumen berbeda dengan

aslinya, dapat dikatakan sebagai transkrip. Secara harafiah defenisi

aransemendapat diartikan dengan mengadaptasikan satu medium musik dari

bentuk asli yang kemudian disusun menjadi bentuk lain (Scholes, 1938: 53).

Arangger juga sering melakukan hal - hal yang jauh lebih modifikasi
24

yang semestinya, mengurangi detil - detil karya asli sampai memperoleh

karya yang baru dan yang tidak ada hubungan dengannya dengan karya

aslinya. (Wilson, 1985: 42-43). Ditangan para arranger sebuah lagu yang

masih polos diberi oxygen kehidupan sehingga mendapat personifikasinya

yang lebih dinamis, berkarakter, dan berbicara kepada pendengarnya. Ia

bukan saja mentransmisikan lagu dari penciptanya ke pendengar, tetapi juga

menerjemahkan dan menafsirkan secara aspiratif dan analitis struktur

anatomi lagu (Hardjana, 2004 : 340-341)

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa pengertian aransemen sangat erat hubunganya

dengan kreatifitas. Seorang arrangger dituntut untuk dapat mengolah sebuah

karya musik yang akan diaransemen, agar karya musik tersebut menjadi lebih

artistik dengan nuansa dan suasana yang baru.

8. Unsur-unsur Aransemen

Unsur-unsur aransamen menurut Jamalus (1996: 16) adalah sebagai

berikut: Unsur pokok di dalam aransemen adalah melodi. Melodi adalah

susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar

berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan atau ide

(Jamalus, 1996: 16).

Sedangkan unsur-unsur aransamen menurut Mack (1996: 14) adalah

melodi mempunyai pengertian nada-nada pokok tema lagu tersebut, di luar

nada-nada iringan. Tamboyang (1992: 28) menjelaskan unsur-unsur


25

aransemen didalam sebuah melodi terdapat rangkaian nada-nada yang

tersusun secara ritmis serta perpindahan dari satu nada ke nada yang lain

sehingga menghasilkan bunyi yang teratur. Perpindahan nada-nada tersebut di

atas dapat dikatakan sebagai gerakan melodi.

9. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Toraja Utara

Kabupaten Toraja Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibu Kotanya adalah Rantepao. Kabupaten ini dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja Ibu Kotanya adalah Makale. Letak

daerah Tana Toraja terbentang mulai dari KM 280 sampai dengan 355 Km

dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Luas wilayah Tana Toraja

adalah 3.205,77 KM atau sekitar 5% dari luas Provinsi Sulawesi Selatan

terletak antara 119-120 derajat BT dan 02-03 derajat LS. Kondisi daerah ini

terdiri atas pegunungan kurang lebih 40% dataran tinggi kurang lebih 20%

dataran rendah kurang lebih 38%, rawa-rawa dan sungai kurang lebih 2%.

Tana Toraja berada di atas ketinggian antara 600m - 2800 m dari permukaan

laut.

Kota Rantepao dilalui oleh Sungai Sa'dan yang memberikan sumber

air bagi pertanian dan peternakan penduduk Kabupaten Toraja Utara

berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 berjumlah 216.762 jiwa yang

tersebar di 21 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 25.585

jiwa mendiami Kecamatan Rantepao. Secara keseluruhan, jumlah penduduk


26

yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis

kelamin perempuan, yang masing-masing 109.747 jiwa penduduk laki-laki

dan 107.015 jiwa penduduk perempuan. Hal ini juga tercermin pada angka

rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100, yaitu 103%, ini berarti, dari

setiap 100 orang perempuan terdapat 103 laki-laki.

Gambar 6 (Peta Toraja Utara)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Chentrika Matrella Swasti, Pendidikan Seni

Musik FBS UNY dengan judul skripsi “Pengembangan Alat Musik Tradisional

Pompang Dengan Penggunaan Tangga Nada Kromatis”. Hasil dari penelitian

tersebut adalah satu set alat musik pompang kromatis yang terdiri atas 25 unit;

dan (2) hasil persentase kelayakan ahli sebesar 81,25% dengan kategori sangat
27

layak; hasil uji coba produk I oleh 6 pengguna sebesar 81,83% dengan kategori

sangat layak; dan hasil uji coba produk II oleh 25 pengguna memperoleh

persentase sebesar 90,67% dengan kategori sangat layak. Dengan demikian,

produk alat musik pompang dengan tangga nada kromatis dinyatakan sangat

layak dan dapat digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Widiyanto (2014) Jurusan Pendidikan

Seni Musik FBS UNY, yaitu tentang “Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik

Iringan Tari Melinting di Desa Wana, Melinting, Lampung Timur”. Hasil dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa musik iringan Tari Melinting mempunyai

fungsi utama yaitu sebagai pembuka Tarian dan mengiringi penari memasuki

arena pertunjukan dengan menggunakan tabuh arus, mengiringi penari memberi

hormat kepada tamu agung dan memulai Tarian, dengan menggunakan tabuh

cetik, mengiringi para penari menarikan beberapa adegan. Serta fungsi musik

iringannya adalah sebagai sarana pengungkapan kepuasan estetis, sebagai sarana

hiburan, sarana komunikasi, fungsi sebagai sarana persembahan simbolis, sebagai

tolak ukur kebiasaan dalam masyarakat melinting, juga sebagai wujud integrasi

dan identitas masyarakat melinting. Relevansi penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan terletak pada kesamaan dalam mengkaji bentuk dan fungsi

musik iringan tentang musik tradisi Lampung. Kemudian perbedaannya terletak

pada objek materialnya yaitu jika penelitian ini mengenai musik iringan Tari

Melinting, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu mengenai

variasi iringan musik Pompang.


28

Penelitian yang dilakukan oleh Krisna Dewi Mustikasari (2013) dengan

judul jurnal mengenai tentang Fungsi Iringan Musik Dalam Kesenian Sintren di

Desa Pagejugan Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian tersebut adalah Bentuk

iringan musik kesenian Sintren Desa Pagejugan Brebes merupakan bentuk musik

campuran antara vokal dan instrumental. Bentuk musik iringan kesenian sintren

kebanyakan menggunakan laras sendro. Pada irama musik iringan kesenian

sintren di Desa Pagejugan terdapat irama tanggung dan harmonisasi pada iringan

musik kesenian sintren disesuaikan dengan vokal sinden. Apabila sinden

menyanyi dengan suara lembut, maka iringan musiknya pun akan menjadi halus,

begitupun sebaliknya. Bentuk lagu pada iringan kesenian sintren adalah bentuk

kumuda dan ladrang. Fungsi musik iringan bagi kesenian itu sendiri adalah fungsi

yang berhubungan dengan bentuk musik dan proses pertunjukan sintren, yaitu

gending bentuk kumuda berirama tanggung berfungsi suasana tenang dan

romantis, yaitu pada saat penari sintren. Sedangkan gending bentuk ladrang

berirama tanggung berfungsi pembentuk suasana gembira, lincah. Relevansi

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada kesamaan

dalam mengkaji bentuk iringan musik, sedangkan perbedaannya terletak pada

tempat penelitian dan objek material nya yang digunakan dalam penelitian

C. Kerangka Pikir

Menurut Sugiyono (2009:388) mengatakanbahwa “kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bangaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Penelitian
29

ini difokuskan pada unsur – unsur dan karakteristik dari alat Pompang

Alat Musik
Pompang

Unsur
Karakteristik Alat
Pembentuk Alat
Musik Pompang
Musik Pompang

Gambar 7 (Kerangka Pikir)


30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan

Taylor dalam Sumaryanto, 2010: 74).

Menurut Creswell (2007) ada 5 pendekatan dalam penelitian kualitatif,

yaitu: narrative, phenomenology, grounded theory, ethnography, dan case study.

Pendekatan penelitian ini adalah etnografi. Metode etnografi adalah sebuah

metode penelitian yang digunakan untuk mengungkap makna/esensi dibalik

sebuah kebudayaan/pola hidup pada suatu kelompok masyarakat. Dalam

menjalankan penelitian ini, peneliti tidak hanya mengamati tapi juga menyatu

dengan kelompok masyarakat yang dipilih.

Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka (Sumaryanto, 2010: 76). Dalam penelitian

kualitatif deskriptif, data yang diperoleh tidak dapat dituangkan dalam bentuk

bilangan atau angka statistik, peneliti memaparkan gambaran mengenai hasil

yang diteliti dalam bentuk naratif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada di objek penelitian.Dalam hal ini, yang menjadi

objek penelitian adalah variasi iringan musik Pompang. Peneliti memfokuskan


31

penelitian ini pada konsep/ pandangan, ciri/ karakteristik Kesenian Pompang dan

variasi musik Kesenian Pompang yang merupakan sebuah rumusan masalah

penelitian ini. Penggunaan metode penelitian kualitatif deskriptif merupakan

cara untukmembedah materi penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian

yang telah dipaparkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan.

Penentuan lokasi ditujukan untuk memperjelas objek yang dijadikan sasaran

penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Toraja Utara Provinsi

Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dari bulan April

sampai dengan bulan Mei 2023.

C. Sumber Data

Menurut Sumaryanto (2010: 98) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah merupakan data

tambahan seperti dokumen dan foto-foto serta data statistik. Dalam penelitian ini,

sumber data dibagi atas dua bagian, yaitu sumber data primer dan data sekunder.
32

1. Data Primer

Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap ketua Dewan, wakil

ketua/ sekretaris/ anggota Dewan Kesenian Toraja Utara. Pengamatan

tindakan, dan wawancara secara langsung terhadap Pelaku Kesenian Musik

Pompang.

2. Data Sekunder

Data diperoleh dari hasil dokumentasi dan sumber tertulis/ dokumen dari

buku/ majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang

berkaitan dengan Kesenian Pompang.

D. Definisi Operasional Variabel

Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2010: 60) menyatakan bahwa

variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai

“variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek

yang lain. Berdasarkan paparan di atas maka objek adalah variabel, dalam

penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu:

1. Variabel Terikat (Dipendent)

Variabel dependent (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Variabel

dependent dalam penelitian ini adalah Dewan, wakil ketua/ sekretaris/

anggota Dewan Kesenian Toraja Utara.


33

2. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent atau variabel bebas (X) adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2012: 39). Variabel bebas (X)

dalam penelitian ini adalah iringan musik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh data yang

relevan, akurat, dan reliabel yang berkaitan dengan penelitian. Jadi, pengumpulan

data pada suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan,

keterangan, dan informasi yang benar serta dapat dipercaya untuk dijadikan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumen.

1. Teknik Observasi

Menurut Margono (2003: 158), observasi diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek terjadi

atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek

yang diselidiki, disebut observasi langsung.

Observasi adalah pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti

(Keraf, 1994: 162). Observasi bertujuan untuk membuktikan atau


34

mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan sehingga peneliti paham

atas informasi yang diperoleh sebelumnya.

Pengamatan/ observasi dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui

cara berperan serta (participant observation) dan tidak berperan serta

(Bogdan dan Taylor dalam Sumaryanto, 2010: 99).

2. Teknik Wawancara

Wawancara (interview) adalah suatu cara untuk mengumpulkan data

dengan mengajukan pertanyaan langsung dengan seorang informan atau

seorang autoritas (seorang ahli atau seorang yang berwenang dalam suatu

masalah) (Keraf, 1994: 161).

Moleong (1989: 148) mengemukakan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diajukan pewawancara.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara yang dikemukakan

oleh Patton (dalam Moleong 1989: 149), yaitu pendekatan menggunakan

petunjuk umum wawancara, yang mengharuskan pewawancara membuat

kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara.

Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada ketua Dewan

wakil ketua/ sekretaris/ anggota Dewan Kesenian Toraja Utara, pemain/


35

pelaku Kesenian Pompang.

3. Teknik Studi Dokumen

Teknik studi dokumen adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian (Margono, 2003: 181). Studi Dokumentasi adalah

suatu teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun

dokumen-dokumen bentuk elektronika.

Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai),

dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang

sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumentasi tidak sekedar

mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-

kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian tetapi

hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder guna

melengkapi data yang belum diperoleh melalui teknik observasi dan

wawancara. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden melalui wawancara, sedangkan data sekunder adalah data yang

digunakan untuk membantu menyelesaikan data primer yang berupa arsip-

arsip dan dokumentasi dari instansi-instansi terkait, maupun dokumentasi


36

yang dibuat sendiri.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Teknik keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan temuan

hasil dilapangan dengan fakta yang diteliti di lapangan untuk menjamin validitas

data temuan di lapangan.

Menurut Lincoln dan Guba (dalam Sumaryanto, 2010: 112) menyarankan

empat macam standar kriteria keabsahan data kualitatif, yaitu derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan (trasferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility) dan teknik pemeriksaan

triangulasi, triangulasi dengan sumber.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data

(Moleong, 1989: 112).

Proses pengolahan data dimulai dengan mengelompokkan data- data yang

terkumpul melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan yang

dianggap dapat menunjang dalam penelitian ini untuk diklarifikasikan dan

dianalisis berdasarkan kepentingan penelitian.

Hasil analisis data tersebut selanjutnya disusun dalam bentuk laporan


37

dengan teknik deskriptif analisis yaitu dengan cara mendeskripsikan keterangan-

keterangan atau data-data yang telah terkumpul dan dianalisis berdasarkan teori

teori yang ada.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sumaryanto, 2010: 104- 105),

analisis data terdiri atas tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/ verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data adalah suatu

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk

teks naratif yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang banyak

jumlahnya ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Penarikan kesimpulan ini sangat penting, sebab dari permulaan

pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-


38

benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi- konfigurasi

yang mungkin, alur sebab akibat serta preposisi.

Gambar 8 (Skema Analisis Data Kualitatif (Miles dan Huberman))


39

BAB IV

KARAKTERISTIK DAN UNSUR PEMBENTUK MUSIK

POMPANG DI TORAJA UTARA

A. Karakteristik Musik Pompang

Seperti halnya masyarakat Sunda di Jawa Barat yang bangga dengan

musik angklung, Orang Toraja di Sulawesi Selatan pun pasti bangga karena

memiliki musik bambu. Di Tana Toraja, penduduk setempat menyebutnya

dengan Pa`pompang atau Pa`bas karena suara bas yang lebih dominan terdengar.

Berbeda dengan angklung, musik bambu Toraja merupakan jenis alat musik

yang ditiup untuk mengeluarkan bunyi yang memiliki jangkauan nada dua

setengah oktaf tangga nada. Meski termasuk alat musik tradisional, tetapi alat

musik bambu ini bisa juga dikolaborasikan dengan alat musik modern lain

seperti terompet, saksofon, organ, atau piano saat mengiringi lagu.

Alat musik bambu dibentuk dari perpaduan potongan-potongan bambu

yang berukuran kecil dan besar. Besar-kecilnya ukuran bambu berpengaruh pada

nada yang akan dihasilkan ketika ditiup. Alat musik tradisional Pompang yang

dikenal luas di Sulawesi Selatan dan ini merupakan salah satu dari jenis kesenian

tradisional yang mampu bertahan ditengah maraknya industri hiburan modern.

Alat musik tradisional Pompang ini menghasilkan sebuah ansambel musik


40

yang harmonis, agung, dan melodius yang di bawakan dalam bentuk orkestra.

Lambat laun dengan seiring berjalannya waktu, alat musik tradisional

Pompang di gunakan masyarakat Toraja untuk mengiringi ibadah khususnya

masyarakat yang beragama nasrani, karena alat musik tradisional Pompang ini

sebagai bentuk pewartaan Injil bagi masyarakat Toraja.

Potongan bambu yang besar dan tinggi menghasilkan nada rendah, dan

sebaliknya potongan bambu yang kecil menghasilkan nada tinggi. Potongan-

potongan bambu dilubangi dan dirangkai sedemikian rupa agar bisa

menghasilkan bunyi. Biasanya potongan-potongan bambu diikat dengan rotan

agar lebih kuat menyatu, sementara celah sambungan antar bambu ditutupi

dengan ter atau aspal agar suara yang dihasilkan bulat dan tidak cempreng.

Bambu yang dipilih untuk membuat alat musik ini adalah bambu yang tipis serta

memiliki ruas yang panjang, tua, mulus, dan lurus. Hal ini tentu saja didukung

oleh alam Toraja yang memang kaya dengan aneka jenis bambu.

Satu kelompok Pa`pompang biasanya terdiri dari 25 atau 35 orang,

termasuk peniup suling. Alat musik ini bisa dimainkan oleh semua orang, mulai

dari anak kecil sampai orang dewasa. Selain dipergunakan sebagai musik

pengiring dalam kebaktian di gereja, Pa`pompang sering juga dipentaskan dalam

acara-acara khusus komunitas Toraja di berbagai daerah, seperti acara-acara

pernikahan.

Meski terlihat sederhana, tapi karena proses pembuatannya yang cukup

sulit membuat alat musik bambu ini tergolong mahal. Satu set musik bambu
41

Toraja yang terdiri dari 35 unit dijual dengan harga dua juta rupiah. Ciri

ataupun karakteristik alat musik yang membedakan pompang dengan alat musik

tradisional lainnya yaitu alat musik pompang dimainkan dengan cara ditiup

dimana semakin kecil ukuran pompang maka bunyi atau suara yang dihasilkan

semakin tinggi, begitu jugga sebaliknnya jika ukuran pompang besar maka bunyi

atau suara yang dihasilkan semakin rendah.

Fungsi alat musik tradisional Pa’ Pompang ini biasanya dipakai

masyarakat Toraja pada upacara rambu solo' dan upacara rambu tuka' untuk

menyambut tamu yang datang pada upacara tersebut serta sebagai musik

pengiring dalam kebaktian di gereja.

Gambar 9 (Pompang pada acara Pemakaman Toraja)

B. Unsur – unsur Pembentuk Musik Pompang

1. Tangga Nada

Tangga nada yang dipakai dalam musik ada banyak jumlahnya.


42

Macam-macam tangga nada dikelompokkan menjadi tangga nada lima nada,

tangga nada enam nada, tangga nada tujuh nada, tangga nada delapan nada,

tangga nada dua belas nada (Joseph, 2005: 66). Tangganada lima nada

dibedakan menjadi tangga nada lima nada tanpa setengah nada dan tangga

nada lima nada dengan setengah nada. Contoh tangganada tanpa setengah

nada adalah pentatonic dan slendro, sedangkan tangga nada dengan setengah

nada contohnya adalah pelog pathet nem, pelog pathet lima, hirayoshi, dan

tangganada kumoi.

Pada alat musik Pompang menggunakan tangga nada diatonis mayor,

yaitu terdiri atas tujuh nada: 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), dan

7 (si) dalam 3 oktaf yang diberi sebutan rendah, sedang, dan tinggi dalam

satu nada dasar saja.

Semakin rendah nada, semakan besar ukuran unit pompang,

demikian pula sebaliknya.


43

Tabel 1 (Pompang 1 dan Pompang 2)

Pompang N Nad Jumlah Pemain


1 ad a a
2 Nada
Tinggi D La - 2 Orang
o- Sol
Si
Sedang D La - 6 Orang
o- Sol
Si
Rendah D La - 4 Orang
(Bas) o- Sol
Si
Total: 12 Orang

Pompang 2 Nada Jumlah Pemain


3 nada
Tinggi Fa – Mi - Re 1 Orang
Sedang Fa – Mi - Re 3 Orang
Rendah Fa – Mi - Re 2 Orang
Total: 6 Orang

Dari tabel 1 diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan

pompang 1 dan pompang 2 berbeda dimana pada pompang 1 memiliki 2

nada dimana pada suara tinggi, sesang dan rendah berbunyi Do, si dan La,

Sol dengan jumlah pemain untuk pompang bersuara tinggi 2 orang, sedang 6

orang, dan rendah 4 orang. Sedangkkan, untuk pompang 2 dengan nada 3

yaitu Fa, Mi, Re dengan jumlah pemain untuk pompang bersuara tinggi 1

orang, sedang 3 orang, dan rendah 2 orang


44

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak James

Tangjong S.Mus, selaku pemerhati alat musik tradisional di TorajaUtara

pada tanggal 27 April 2023, beliau mengatakan bahwa:

Alat musik pompang mampu mengeluarkan nada hingga dua setengah oktaf,
namun jika potongan bambunya kecil maka pompang akan menghasilkan
nada yang tinggi, begitupun sebaliknya jika potongan bambunya atau
ukurannya besar maka akanmenghasilkan nada rendah.

Dari wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa,Tangga nada yang dipakai pada alat musik Pompang mampu

mengeluarkan bunyi dengan jangkauan nada hingga dua setengah oktaf

tangga nada.

2. Instrumen

Pompang adalah nama instrumen musik yang ada pada

masyarakat Toraja di wilayah Sulawesi Selatan, instrumen musik tersebut

materialnya dari potongan-potongan bambu yang dibentuk sedemikian rupa

hingga menghasilkan sebuah alat musik yang dapat memproduksi nada-nada

diatonis layaknya instrumen musik barat lainnya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak

James Tangjong, S.Mus selaku pemerhati alat musik tradisional di

TorajaUtara pada tanggal 27 April 2023, beliau mengatakan bahwa:

Instrumen pompang adalah alat musik tradisional yang dibuat dari bambu,
kemudian dipotong dengan ukuran besar dan kecil, sesuai dengan yang
dinginkan kemudian bambu – bambu tersebut dilubangi dan dirangkai
dengan menggunakan alat perekat berupa bekas sarang lebah. Dari
perbedaan ukuran ini akan menghasilkan bunyi nada yang berbeda ketika
ditiup.
45

Dari wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

instrumen alat musik Pompang sendiri dibuat dari bambu yang dipotong –

potong sesuai ukuran yang di inginkan kemudian setiap bambu dilubangi

dan dirangkai mengggunakan alat perekat dari bekas sarang lebah dengan

ilustrasi sebagai berikut:

Tabel 2 Jenis – jenis Pompang

No Gambar dan Ukuran Notasi Balok

Sopran 1

Sopran 2
46

Alto

Tenor

3.

Bass 2

Bass 1
47

Irama

Musik tradisional khas warga Toraja Sulawesi Selatan, Pompang, yang

sudah menyebar ke berbagai daerah secara khusus di daerah Mamasa kini

menjadi salah satu alternatif hiburan bagi warga di Kabupaten Toraja Utara,

Sulawesi Selatan. Alat musik yang memadukan irama seruling dan bas ini

seluruhnya terbuat dari bambu.

Bagi warga yang tinggal di pelosok desa, musik ini menjadi hiburan

utama pada berbagai kegiatan. Tak heran banyak kelompok musik yang

menggunakan alat musik ini tumbuh di masyarakat. Tidak hanya diminati

kalangan orang tua, sebagian kaum muda Toraja mengaku menyukai musik

tradisional ini.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak James

Tangjong, S.Mus pada tanggal 27 April 2023, dimana beliau mengatakan

bahwa:

Alat musik pompang dapat memadukan irama seruling dan menghasilkan


suara bas yang lebih dominan. Bentuk alat musik pompang ini mirip dengan
alat musik angklung dari Jawa, namun cara memainkannya ya hanya beda
saja kalau pompang ya di tiup.

Dari wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, irama

alat musik Pompang dapat memadukan irama suling dan menghasilkan suara

bas yang lebih dominan.


48

4. Harmoni

Harmoni adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang keselarasan

bunyi-bunyi yang ada di dalam suatu bentuk musik serta dalam terdiri dari

berbagai macam teori yang kemudian diterapkan dalam sebuah karya musik.

Selain itu, harmoni juga sebagai suatu cara dalam mengkonstruksikan akor,

sehingga akor yang satu d`engan akor lainnya bisa saling mengikuti.

Akor bisa dibilang sebagai kombinasi dari tiga atau lebih tone yang

berbeda dan dimainkan secara bersamaan. Selain itu, dalam pengertian secara

luas dan mengacu pada musik barat, harmoni merupakan ilmu yang

mempelajari cara mengkombinasikan serta menggabungkan nada secara

serentak hingga akhirnya menjadi sebuah akord. (Bonoe 2003:180)

Menurut Semuel Linggi yang merupakan salah satu pemerhati dan

pengamat alat musik Pompang mengatakan bahawa pada umumnya pompang

dimainkan dengan menggunakan 3 akor, padahal dengan alat yang belum

dikembangkan pun sebenarnya Pompang sudah dapat membentuk lebih dari

3 akor dasar , yaitu I, IV, V7 .


49

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak James

Tangjong, S.Mus selaku pemerhati alat musik tradisional di TorajaUtara pada

tanggal 27 April 2023, beliau mengatakan bahwa:

alat musik Pompang ini disajikan secara berkelompok dengan nada dan
harmoni yang sama dan seimbangnamun, agar menghasilkan kombinasi
suara yang harmonis, ukuran bambunya beragam sesuai nada yang akan
dihasilkan. Dimana satu kelompok Pa’pompang biasanya terdiri dari 25 atau
35 orang yangmemainkannya.

Dari wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

harmoni alat musik Pompang dapat menghasilkan bunyi atau suara yang

harmonis apabila dimainkan dalam bentuk kelompok yang biasanya

terdiri dari 25 sampai 35 orang.


50

5. Tekstur

Dalam musik, tekstur adalah bagaimana tempo, melodi dan materi

harmoni digabungkan dalam komposisi musik menentukan kualitas suara

secara keseluruhan dalam sebuah karya. Tekstur seringdijelaskan

sehubungan dengan kerapatan, atau ketebalan, dan jangkauan, atau lebar,

antara nada terendah dan tertinggi secara relatif serta lebih khusus dibedakan

menurut jumlah suara, atau bagian, dan hubungan antara keduanya.

Tekstur sebuah karya dapat diubah oleh jumlah dan karakter bagian

yang dimainkan sekaligus, timbre instrumen atau suara yang memainkan

bagian tersebut, serta harmoni, tempo , dan ritme yang digunakan. Jenis yang

dikategorikan berdasarkan jumlah dan hubungan bagian dianalisis dan

ditentukan melalui pelabelan elemen tekstur primer: melodi primer (PM),

melodi sekunder (SM), melodi pendukung paralel (PSM), dukungan statis


51

(SS), dukungan harmonik (HS), dukungan ritme (RS), dan dukungan

harmonik dan ritme (HRS).

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak James

Tangjong, S.Mus selaku pemerhati alat musik tradisional di TorajaUtara pada

tanggal 27 April 2023, beliau mengatakan bahwa:

Tekstur pada alat musik pompang dipengaruhi oleh besar-kecilnya ukuran


bambu pada nada yang akan dihasilkan ketika ditiup.Dimana potongan
bambu yang besar dan tinggi menghasilkan nada rendah, dan sebaliknya
apabila potongan bambu yang kecil akanmenghasilkan nada tinggi.

Dari wawancara yang telah dilakukan dengan bapak James, maka dapat

disimpulkan bahwa, tekstur pada alat musik Pompang tergantung dari ukuran

pompang itu sendiri, apabila potongan bambu yang besar dan tinggi

menghasilkan nada rendah, dan sebaliknya apabila potongan bambu yang

kecil akan menghasilkan nada tinggi.

6. Aransemen

Dalam musik, aransemen adalah bagian dari eksplorasi karya.

Aransemen adalah penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara

penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang

telah ada sehingga esensi musiknya tidak berubah.

Di samping itu, aransemen merupakan usaha yang dilakukan terhadap

sebuah karya musik untuk suatu pergelaran yang pengerjaannya bukan

sekadar perluasan teknis, tetapi juga menyangkut pencapaian nilai artistik

yang dikandungnya. Unsur-unsur dalam bentuk struktur laguadalah not,


52

motif, frase, kalimat musik.

Orang yang membuat aransemen lagu disebut penata musik (bahasa

Inggris: arranger). Modal dasar yang harus dimiliki seorang penata musik

adalah penguasaan pengetahuan tentang harmoni.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak James

Tangjong, S,Mus selaku pemerhati alat musik tradisional di TorajaUtara

pada tanggal 27 April 2023, beliau mengatakan bahwa:

Aransemen musik dalam pompang ini disesuaikan dengan kemampuan


pemain pemula, walaupun lagu yang dimainkan sama dengan pemain
Pompang tingkatmahir, namun pola garapan dan aransemen lagunya lebih
disederhanakan untuk memudahkan dalam proses belajar dan mengajar.

Dari wawancara yang telah dilakukan dengan bapak James maka dapat

disimpulkan bahwa, aransemen pada alat musik pompang disesuaikan

dengan kemampuan pemain. Instrumen musik Pompang untuk tingkatan

pemula atau masih dalam tahap belajar bisa diketahui dengan melihat

banyaknya bambu yang dirangkai pada sebuah instrumennya. Tingkat

pemula ini hanya menggunakan dua bambu dalam satu rangkaian untuk

instrumen Pompang satu dan tiga bambu dalam saturangkaian untuk

instrumen Pompang dua. Pompang satu memiliki dua nada dan Pompang

dua memiliki tiga nada, hal ini untuk memudahkan dalam proses belajar.

Aransemen musiknya juga disesuaikan dengan kemampuan pemain

pemula, walaupun lagu yang dimainkan sama dengan pemain Suling

Pompang tingkat mahir, namun pola garapan dan aransemen lagunya lebih
53

disederhanakan untuk memudahkan dalam proses belajar dan mengajar.

Selain hal tersebut, Pompang pemula hanya menggunakan tiga buah suling

yang telah disesuaikan nada – nadanya dengan instrumen Pompang. Jumlah

pemain Suling dalam kelompok ansambel musik Pompang pemula ini hanya

tiga orang pemain untuk mengimbangi delapan belas atau lebih pemain

instrumen Pompang plus satu pemainBedug dan tiga suling tersebut

masing – masing nada “c=do.”


54
55
56
57

Gambar 10 Gambar Pompang


58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, Pompang merupakan salah satu alat musik

tradisional yang berasal dari Toraja dan merupakan salah satu kesenian khas dari

Kabupaten Toraja Utara. Ciri ataupun karakteristik dari alat musik yang

membedakan pompang dengan alat musik tradisional dari daerah lain yaitu alat

musik pompang dimainkan dengan cara ditiup dimana semakin kecil ukuran

pompang maka bunyi atau suara yang dihasilkan semakin tinggi, begitu juga

sebaliknnya jika ukuran pompang besar maka bunyi atau suara yang dihasilkan

semakin rendah

Fungsi dari alat musik tradisional Pompang ini biasanya dipakai

masyarakat Toraja pada upacara rambu solo' dan upacara rambu tuka' untuk

menyambut tamu yang datang pada upacara tersebut serta sebagai musik

pengiring dalam kebaktian di gereja. Adapun unsur pembentuk musik pompang

yaitu Tangga nada pada alatmusik Pompang menggunakan tangga nada diatonis

mayor, yaitu terdiri atas tujuhnada: 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), dan

7 (si) dalam 3 oktaf yang diberi sebutan rendah, sedang, dan tinggi dalam satu

nada dasar saja. Semakin rendah nada, semakan besar ukuran unit pompang,

demikian pula sebaliknya.

Instrumen alat musik Pompang terbuat dari material potongan-potongan

bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah alat musik
59

yang dapat memproduksi nada-nada diatonis layaknya instrumen musik lainnya.

Instrumen ini dimainkan dengan cara ditiup dan disajikan dalam bentuk ansambel

atau semacam musik orchestra yang melibatkan beberapa orang. Harmoni pada

alat musik pompang pada umumnya dimainkan dengan menggunakan 3 akor,

padahal dengan alat yang belum dikembangkan pun sebenarnya pompang sudah

dapat membentuk lebih dari 3 akor dasar, yaitu I, IV, dan V7. Tekstur pada alat

musik pompang dipengaruhi oleh besar-kecilnya ukuran bambu pada nada yang

akan dihasilkan ketika ditiup.Dimana potongan bambu yang besar dan tinggi

menghasilkan nada rendah, dan sebaliknya apabila potongan bambu yang kecil

akan menghasilkan nada tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti berikan antara lain:

1. Kepada Dewan Kesenian Toraja Utara dan semua pihak yang berkecimpung

dalam dunia seni tradisi di Kabupaten Toraja Utara, agar tetap dan lebih

melestarikan alat musik Pompang dengan memberdayakan guru-guru seni di

sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat menengah, salah satunya

mengikuti pelatihan musik bambu ke daerah Jawa Barat dan kembali ke setiap

sekolah untuk mengajarkan apa yang dipelajari dari pelatihan tersebut. Hal ini

serta merta akan memajukan minat belajar musik bambu dari semua murid

karena guru yang mengajar sudah berkompeten di bidangnya.

2. Kepada seluruh warga masyarakat Kabupaten Toraja Utara agar dapat lebih

memperhatikan kesenian-kesenian asli daerah yang dimiliki oleh masing- masing


60

daerah di seluruh Kabupaten Toraja Utara, terutama alat musik Pompang. Hal ini

bisa dilakukan dengan mengikutsertakan musik bambu dalam acara-acara di setiap

wilayah terutama dalam acara gereja, adat (rambu tuka’), pemerintahan, dengan

tampilnya musik bambu dalam setiap acara membuat masyarakat semakin mengenal

dan menganggap musik bambu adalah salah satu peninggalan pariwisata yang harus

selalu dilestarikan. Kegiatan pemerintah seperti lomba-lomba yang berfokus pada

atletik bisa sewaktu-waktu disematkan penampilan musik bambu sehingga bisa

menjadi salah satu pilihan tontonan bagi masyarakt dan bagi pengunjung pariwisata

di Toraja.
61

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.

Chentrika Matrella Swasti, 2017 Pengembangan Alat Musik Tradisional


Pompang Dengan Penggunaan Tangga Nada Kromatis. Pendidikan
Seni Musik FBS UNY.

Cipta. Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Remadja Karya CV.

Comard, Wilson. 1985. Collins Enylopedia of Music, Wiliam Colin sons and co.
ltd London.

Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher.

Hidayatulloh, Mufti Ali. 2010. Skripsi: Analisis Semiotik Kesenian Tradisional


“Ebeg” Purbo Laras Desa Jipang Kecamatan Karangwelas Kabupaten
Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, PPLPTK.

Joseph, Wagiman. 2005. Teori Musik 1. Semarang: Universitas Negeri

Semarang. Kodiran dkk. 2000. Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak-Puncak

Kebudayaan Lama dan


Asing Bagi Masyarakat Pendukungnya di DIY. Yogyakarta: Depdikbud
DIY.

Krisna Dewi Mustikasari, 2013 tentang Fungsi Iringan Musik Dalam


Kesenian Sintren di Desa Pagejugan Kabupaten Brebes. Universitas
Ciputra

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka


62

Muhamad, Syafi. 2003 Ensiklopedia Musik Klasik, Yogyakata. Pustaka Adcita


Karya Nusa
Mullins, Traci dan Spangler, Ann. 1997. Vitamins for Your Soul. Yogyakarta:
Kanisius Yogyakarta.

Percy A, scholes. 1983 Arrgemenent or Transcription, The Oxford Compani-


ntion Music Tenth Edition, London: Oxford University Perss.

Rendi Indrayanto, 2012 Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik Sholawatan


Khontammannabi di Dusun Pagerojo Desa Mendolo-Lor Kecamatan
Pugung Kabupaten Pacitan. Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY.

Ridha Faluthia Fahlafi, dkk, 2016 Penyajian Musik Iringan Likok Pulo Pulau
Aceh Kabupaten Aceh Besar. . Pendidikan Seni Musik FBS UNY

Singgih, Sanjaya. 2010 Metode Lima Langkah Aransemen Musik, Jurusan


Musik Fakultas Seni Pertunjukkan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Soedarsono, R. M. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumaryanto, Totok. 2010. Metodologi Penelitian 2. Semarang:


Universitas Negeri Semarang.

Sunarto. 2008. Estetika. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Susetyo, Bagus. 2005. Kondakting. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. 2005. Teori-


TeoriKebudayaan. Yogyakarata: Kanisius Yogyakarta.

Umar. 2001. Seni, Tradisi Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Wijaya, Putu. 2001. Putu Wijaya Sang Teroris Mental dan


Pertanggungjawaban Proses Kreatifnya Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Yusuf Widiyanto, 2014 Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik Iringan Tari
Melinting di Desa Wana, Melinting, Lampung Timur. Jurusan Pendidikan
Seni Musik FBS UNY.

Anda mungkin juga menyukai