Anda di halaman 1dari 6

Nama : Auliya Rahman Asdar

NIM : E1E120025
Mata Kuliah : Logika Fuzzy
Soal
Jelaskan Perbedaan Metode Fuzzy Tsukamoto, Mamdani, Dan Sugeno?
Jawaban:
1. Metode Fuzzy Tsukamoto
Metode fuzzy Tsukamoto adalah pendekatan spesifik dalam bidang logika fuzzy yang
lebih luas, yang dikembangkan oleh Profesor Yasuo Tsukamoto. Logika fuzzy adalah
kerangka matematika yang berhubungan dengan ketidakpastian dan ketidaktepatan
dengan membiarkan nilai-nilai ada di antara keadaan biner (benar atau salah). Metode
Tsukamoto terutama digunakan dalam proses pengambilan keputusan di mana
ketidakpastian dan ketidakjelasan sering terjadi.
Karakteristik:
1) Himpunan Fuzzy:
Metode Tsukamoto menggunakan himpunan fuzzy untuk merepresentasikan
variabel linguistik. Berbeda dengan himpunan klasik yang bersifat biner,
himpunan fuzzy memungkinkan adanya derajat keanggotaan. Artinya suatu
elemen dapat menjadi anggota suatu himpunan sampai derajat tertentu, antara 0
dan 1.
2) Sistem Berbasis Aturan:
Pengambilan keputusan dalam metode Tsukamoto didasarkan pada aturan.
Aturan-aturan ini dinyatakan dalam bentuk pernyataan “jika-maka” dan
melibatkan variabel linguistik. Misalnya, "Jika suhunya tinggi, berarti AC-nya
kuat." Aturan-aturan ini menangkap pengetahuan dan pengalaman ahli.
3) Mekanisme Inferensi:
Metode ini menggunakan mekanisme inferensi untuk menarik kesimpulan
berdasarkan aturan yang ditentukan. Ini menggabungkan dan mengagregasi nilai
fuzzy yang diperoleh dari aturan untuk menghasilkan keluaran fuzzy. Proses ini
melibatkan operasi logika fuzzy seperti AND, OR, dan NOT.
4) Defuzzifikasi:
Langkah terakhir adalah defuzzifikasi, dimana keluaran fuzzy diubah menjadi
nilai crisp. Hal ini diperlukan untuk aplikasi praktis yang memerlukan nilai
presisi. Metode yang berbeda dapat digunakan untuk defuzzifikasi, seperti
keanggotaan centroid atau max.

Kelebihan:
1) Menangani Ketidakpastian:
Salah satu keunggulan utamanya adalah efektivitasnya dalam menangani
ketidakpastian. Dalam skenario dunia nyata di mana informasi sering kali tidak
jelas atau tidak tepat, metode fuzzy Tsukamoto menyediakan mekanisme untuk
memodelkan dan menangani ketidakpastian ini.
2) Variabel Linguistik:
Hal ini memungkinkan penggunaan variabel linguistik, membuatnya lebih dapat
ditafsirkan dan lebih dekat dengan penalaran manusia. Daripada berurusan
dengan nilai-nilai numerik yang ketat, metode ini mengakomodasi istilah-istilah
seperti "tinggi", "rendah", "panas", dan "dingin", yang lebih mudah
diartikulasikan oleh para ahli.
3) Implementasi Sederhana:
Metode ini relatif mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan beberapa
pendekatan pengambilan keputusan lainnya. Sifat logika fuzzy yang berbasis
aturan membuatnya dapat diakses, khususnya dalam situasi di mana model
matematika yang kompleks mungkin menantang.
Kekurangan:
1) Representasi Pengetahuan:
Membangun aturan fuzzy yang akurat memerlukan pemahaman yang mendalam
tentang sistem, dan representasi pengetahuan ini dalam bentuk aturan bisa bersifat
subjektif. Keberhasilan suatu metode sangat bergantung pada kualitas aturan yang
ditetapkan oleh para ahli.
2) Kompleksitas Komputasi:
Meskipun secara konseptual sederhana, kompleksitas komputasi dapat meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah aturan dan variabel. Hal ini mungkin
mempengaruhi kecepatan dan efisiensi sistem, terutama dalam situasi dengan
sejumlah besar variabel masukan dan struktur aturan yang kompleks.
3) Subyektivitas:
Sistem logika fuzzy dikritik karena subjektivitasnya dalam mendefinisikan
variabel dan aturan linguistik. Pakar yang berbeda mungkin menciptakan sistem
fuzzy yang berbeda untuk masalah yang sama, dan penafsiran aturan dapat
bervariasi.

Kesimpulannya, metode fuzzy Tsukamoto menawarkan pendekatan yang


berharga untuk pengambilan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti.
Keunggulannya antara lain kemampuannya menangani ketidakpastian, penggunaan
variabel linguistik, dan implementasi yang relatif sederhana. Namun, terdapat tantangan
dalam merepresentasikan pengetahuan secara akurat, mengelola kompleksitas
komputasi, dan mengatasi subjektivitas dalam pembuatan aturan.

2. Metode Fuzzy Mamdani


Metode fuzzy Mamdani adalah salah satu jenis sistem logika fuzzy yang dikembangkan
oleh Lotfi Zadeh dan dinamai menurut nama pionirnya, Ebrahim Mamdani. Logika fuzzy
adalah kerangka matematika yang berhubungan dengan ketidakpastian dan ketidaktepatan
dengan membiarkan nilai-nilai ada di antara keadaan biner (benar atau salah). Metode
Mamdani, khususnya, digunakan untuk pengambilan keputusan dalam situasi di mana
pengetahuan ahli dan variabel linguistik sangat penting.
Karakteristik:
1) Himpunan Fuzzy dan Variabel Linguistik:
Metode Mamdani menggunakan himpunan fuzzy untuk merepresentasikan
variabel linguistik. Variabel linguistik ini memungkinkan ekspresi istilah
kualitatif seperti "tinggi", "rendah", "panas", dan "dingin" dengan cara yang lebih
mendekati penalaran manusia.
2) Sistem Berbasis Aturan:
Pengambilan keputusan dalam metode Mamdani berbasis aturan. Para ahli
mendefinisikan seperangkat aturan dalam bentuk pernyataan “jika-maka”.
Aturan-aturan ini menghubungkan variabel masukan fuzzy dengan variabel
keluaran fuzzy. Misalnya, "Jika suhunya tinggi, berarti AC-nya kuat."
3) Mekanisme Inferensi Fuzzy:
Metode ini menggunakan mekanisme inferensi fuzzy untuk menarik kesimpulan
berdasarkan aturan yang ditentukan. Ini melibatkan fuzzifikasi, di mana masukan
yang tajam diubah menjadi himpunan fuzzy, evaluasi aturan, dan agregasi
keluaran aturan. Output fuzzy yang dihasilkan mewakili respon sistem.
4) Defuzzifikasi:
Seperti metode Tsukamoto, metode Mamdani mencakup angkah defuzzifikasi
dimana keluaran fuzzy diubah menjadi nilai crisp. Metode umum untuk
defuzzifikasi meliputi metode centroid, keanggotaan maksimal, atau rata-rata
tertimbang.
Kelebihan:
1) Interpretasi:
Salah satu Kelebihan signifikan dari metode fuzzy Mamdani adalah kemampuan
interpretasinya. Penggunaan variabel linguistik dan aturan “jika-maka” yang jelas
membuat sistem lebih mudah dipahami dan diakses oleh para ahli dan non-ahli.
2) Fleksibilitas:
Metode ini sangat fleksibel dan mudah beradaptasi dengan berbagai aplikasi. Hal
ini dapat menangani skenario pengambilan keputusan yang kompleks dengan
menggabungkan pengetahuan ahli dalam bentuk aturan.
3) Representasi Linguistik:
Variabel linguistik dan himpunan fuzzy memberikan cara alami untuk
merepresentasikan pengetahuan dan pengalaman manusia. Hal ini membuat
metode Mamdani sangat cocok untuk sistem di mana intuisi manusia memainkan
peran penting.
Kekurangan:
1) Kompleksitas Komputasi:
Kompleksitas komputasi metode Mamdani dapat menjadi kelemahan, terutama
pada aplikasi dengan jumlah aturan dan variabel yang banyak. Kompleksitas ini
dapat berdampak pada efisiensi dan kecepatan sistem.
2) Subyektivitas:
Mirip dengan metode logika fuzzy lainnya, metode Mamdani juga tunduk pada
subjektivitas dalam pembuatan aturan. Pakar yang berbeda mungkin
mendefinisikan seperangkat aturan yang berbeda untuk masalah yang sama,
sehingga menyebabkan variasi dalam perilaku sistem.
3) Formalisme Terbatas:
Meskipun metode Mamdani efektif untuk aplikasi tertentu, metode ini mungkin
kurang formal dan presisi yang diperlukan dalam beberapa sistem teknik atau
kontrol yang memerlukan ketelitian matematis.
Singkatnya, metode fuzzy Mamdani adalah alat yang ampuh untuk pengambilan
keputusan dalam situasi di mana kemampuan interpretasi dan pengetahuan ahli sangat
penting. Keunggulannya terletak pada kemampuan interpretasi, fleksibilitas, dan
representasi linguistiknya, namun tantangannya mencakup kompleksitas komputasi,
subjektivitas, dan keterbatasan formalisme untuk aplikasi tertentu.
3. Metode Fuzzy Sugeno
Metode fuzzy Sugeno, juga dikenal sebagai model Takagi-Sugeno-Kang (TSK),
adalah jenis sistem logika fuzzy yang dikembangkan oleh J. Takagi dan M. Sugeno.
Mirip dengan sistem logika fuzzy lainnya, metode Sugeno menangani ketidakpastian
dan ketidaktepatan dengan menggunakan variabel linguistik. Namun, ia memiliki
struktur berbeda yang membedakannya, khususnya dalam perlakuannya terhadap aturan
fuzzy.
Karakteristik:
1) Himpunan Fuzzy dan Variabel Linguistik:
Metode Sugeno menggunakan himpunan fuzzy untuk merepresentasikan variabel
linguistik. Variabel linguistik ini memungkinkan ekspresi istilah kualitatif dengan
cara yang mencerminkan penalaran manusia. Namun, berbeda dengan metode
Mamdani, Sugeno menggunakan pendekatan berbeda dalam representasi aturan.
2) Sistem Berbasis Aturan:
Pengambilan keputusan dalam metode Sugeno masih berbasis aturan, namun
aturan mengambil bentuk tertentu. Daripada menggunakan pernyataan "jika-
maka" seperti di Mamdani, aturan Sugeno dinyatakan sebagai fungsi linier.
Misalnya, "Jika suhu tinggi, maka keluaran AC adalah 0,7 * suhu + 20."
3) Mekanisme Inferensi Fuzzy:
Mekanisme inferensi di Sugeno melibatkan fuzzifikasi variabel masukan,
evaluasi aturan menggunakan fungsi linier, dan agregasi keluaran aturan. Berbeda
dengan Mamdani yang keluarannya tidak jelas, Sugeno menghasilkan keluaran
yang tajam pada tahap ini.
4) Defuzzifikasi:
Langkah terakhir di Sugeno adalah defuzzifikasi, dimana keluaran tajam dari
mekanisme inferensi dikumpulkan untuk mendapatkan nilai tunggal yang pasti.
Metode umum untuk defuzzifikasi, seperti rata-rata tertimbang atau centroid,
diterapkan.
Kelebihan:
1) Kesederhanaan dan Transparansi:
Model Sugeno seringkali lebih sederhana dan transparan dibandingkan model
Mamdani. Penggunaan fungsi linier pada aturan menyederhanakan representasi
matematis, sehingga lebih mudah dipahami dan diterapkan.
2) Perhitungan Efisien:
Metode Sugeno secara komputasi lebih efisien dibandingkan Mamdani, terutama
dalam kasus yang menggunakan fungsi linier. Efisiensi ini dapat menjadi sangat
penting dalam aplikasi dan sistem real-time dengan tuntutan komputasi yang
tinggi.
3) Integrasi Mudah dengan Sistem Kontrol:
Model Sugeno, dengan penggunaan fungsi liniernya, dapat dengan mudah
diintegrasikan ke dalam sistem kontrol, di mana nilai keluaran yang tajam
seringkali lebih praktis dan kompatibel.
Kekurangan:
1) Ekspresifitas Terbatas:
Representasi aturan linier dalam model Sugeno mungkin membatasi ekspresifnya
dibandingkan dengan model Mamdani. Hubungan kompleks yang memerlukan
pemetaan non-linier mungkin sulit untuk direpresentasikan secara akurat.
2) Sensitivitas terhadap Kebisingan:
Fungsi linier mungkin sensitif terhadap noise atau outlier dalam data. Jika sistem
menemukan nilai masukan yang tidak diharapkan, fungsi linier mungkin tidak
menangkap hubungan mendasar secara efektif.
3) Tunduk pada Kompleksitas Model:
Meskipun model Sugeno umumnya lebih sederhana dibandingkan model
Mamdani, kompleksitas keseluruhannya masih bergantung pada jumlah aturan
dan variabel. Ketika sistem menjadi lebih kompleks, pengelolaan dan penafsiran
aturan dapat menjadi tantangan.
Singkatnya, metode fuzzy Sugeno dicirikan oleh penggunaan representasi aturan
linier, menawarkan kesederhanaan, efisiensi, dan kemudahan integrasi dengan sistem
kontrol. Namun, model ini mungkin memiliki keterbatasan dalam ekspresi, kepekaan
terhadap kebisingan, dan tantangan yang terkait dengan kompleksitas model. Pilihan
antara Mamdani dan Sugeno seringkali bergantung pada persyaratan dan karakteristik
spesifik aplikasi.

Anda mungkin juga menyukai