Disusun oleh :
Nama kelompok :
Adinda Dwi Pratiwi (02)
Elizabeth Zwetta Chika Kinanti (10)
Jessica Alfiani Firman (14)
Luna Indri Mayangsari (16)
Reva Nur Adelyta (26)
Sofia Dwi Marleda (35)
Zaskia Amalia Syadinda (38)
Kelas : XII Akuntansi 1
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Kebijakan BPKP, Pengawalan Pengelolaan Keuangan Desa”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Vera Anggraeny,
S.E pada mata pelajaran Akuntansi Lembaga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Kebijakan BPKP, Pengawalan Pengelolaan Keuangan Desa” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada guru kami
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Dan ini
merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini dan dapat berguna bagi saya khususnya dan para pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan desa harus didukung dengan jumlah anggaran yang
dialokasikan. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi dana desa melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Alokasi dana desa diperoleh dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2019 yang telah dialokasikan sebesar
Rp 70 triliun untuk dibagikan ke 74.954 desa sesuai dengan alokasi yang diperoleh
masing-masing desa (kemenkeu.go.id). Alokasi dana desa tersebut kemudian akan
dikelola oleh aparatur pemerintah desa sesuai APBDes yang didapatkan dan diawasi
melalui sistem yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
4
B. Tujuan
a. Memastikan seluruh ketentuan dan Kebijakan Keuangan dan Pembangunan Desa
dilaksanakan dengan baik untuk seluruh Tingkatan Pemerintah, sebagai rekomendasi
strategis kepada Presiden.
b. Memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam implementasi UU Desa
khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan
pemerintahan.
c. Pengawalan desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa secara
akuntabel mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian BPKP
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dibentuk berdasarkan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
RI Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
BPKP merupakan aparat pengawas intern pemerintah yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan Perpres tersebut, BPKP mempunyai
tugas utama menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi di
daerah, BPKP membentuk Kantor Perwakilan BPKP disetiap Provinsi.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau yang disingkat BPKP Lembaga
pemerintahan nonkementarian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan keuangan dan Pembangunan yang berupa Audit, Konsultasi,
Asistensi, Evaluasi, Pemberantasan KKN serta Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6
C. Peran BPKP Dalam Pengawalan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 192 Tahun 2014 telah diberi mandat untuk melakukan pengawalan terhadap
akuntabilitas keuangan dan pembangunan nasional. Pengawalan terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi pengawalan prioritas pembangunan
nasional. BPKP turut berpartisipasi dan mendukung penuh upaya seluruh Pemerintah
Desa untuk dapat menyelenggarakan akuntabilitas keuangan. Karenanya, BPKP telah
membuat suatu grand strategy berupa kebijakan dan langkah-langkah konkret dalam
mengawal keuangan desa.
Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP sendiri bertujuan untuk
memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa
khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan
pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa
dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan. Jika berhasil dilaksanakan dengan baik maka pengawalan desa akan
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Good Village Governance dengan indikator,
diantaranya sebagai berikut:
a. Tata kelola keuangan desa yang baik;
b. Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan
daerah dan nasional;
c. Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan
permasalahan hukum;
d. Mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat
7
1. Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga)
Pemerintah Pusat sesuai dengan UU Desa Pasal 113 memiliki peran
pembinaan dan pengawasan. Pemerintah Pusatyang terkait dengan hal ini terdiri
dari:
Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan;
Kementerian Dalam Negeri;
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
(Kaitan Dana Desa) dan Direktorat Jenderal Pajak (kaitan kewajiaban
perpajakan oleh Bendahara Desa)
Kementerian Pendidikan Nasional, khususnya terkait penyiapan sumber daya
pengelolaan keuangna desa melalui kurikulum pendidikan baik di tingkat
perguruan tinggi atau pun pendidikan lanjutan atas.
Kementerian PPN/Bappenas.
Di dalam lingkungan pemerintah pusat ini tentunya termasuk BPKP yang diberi
amanah untuk mengawal akuntabilitas keuangan dan pembangunan desa.
8
4. Aparat Penegak Hukum (APH)
Aparat Penegak Hukum yaitu Kepolisian dan Kejaksaan yang berperan dalam
penindakan atas pelanggaran-pelanggaran yang telah terjadi dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa. Diperlukan suatu koordinasi dalam penyamaan
persepsi kaitan pengelolaan keuangan desa agar APH tidak menjadi momok bagi
desa dalam pelaksaan pengelolaan keuangan desa. Jangan sampai ke depannya
banyak aparat pemerintah desa yang terjerat kasus hukum dalam kaitannya
pengelolaan keuangan desa.
6. Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi sesuai UU Desa pasal 114 memiliki fungsi pembinaan
dan pengawasan (binwas). Fungsi binwas ini dilakukan terhadap kabupaten/kota
dalam mengimplementasikan UU desa, juga yang bersifat langsung ke desa.
BPKP dalam melakukan pengawalan keuangan desa berkoordinasi dengan
Pemerintah Provinsi dalam melaksanaan fungsi binwas tersebut khususnya
kepada kabupaten/kota dalam hal regulasi dan pemantauan pelaksanaan
penyaluran Dana Desa, ADD dan Dana Bagi Hasil. Koordinasi juga bisa
dilakukan dalam kaitannya dengan peran binwas pemerintah provinsi yang
bersifat langsung ke desa misalnya berupa pemberian bantuan keuangan.
7. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan mitra utama dalam pengawalan
keuangan desa, khususnya oleh Perwakilan BPKP di daerah. Pemerintah
kabupaten/kota memiliki peran sentral dalam pengelolaan keuangan desa karena
regulasi-regulasi yang dikeluarkan kabupaten/kota akan menjadi acuan utama
bagi desa dalam melaksanakan keuangan desa. Amanat pengawasan atas
keuangan desa dan aset desa juga menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
dilaksanakan oleh inspektorat. Peran lannya adalah fungsi kecamatan yang
merupakan bagian dari kabupaten/kota dalam melakukan fasilitasi-fasilitasi bagi
desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa.
9
8. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS)
Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta merupakan mitra potensial
dalam pengawalan keuangan desa. SDM yang kurang memadai di desa dapat
diantisipasi misalnya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau
pengabdian masyarakat oleh mahasiswa. Selain itu juga, keuangan desa dapat
dijadikan salah satu mata ajar dalam perkuliahan yang dapat menjadi bekal kelak
ketika mengabdi kepada masyarakat. Selain PTN/PTS, Kementerian yang
menangani perguruan tinggi juga merupakan mitra yang berperan penting.
10
Kesebelas stakeholders tersebut menjadi perhatian bagi BPKP dalam pengawalan
keuangan dan pembangunan desa dengan melakukan koordinasi, sinergi dan
kerjasama agar terwujud keuangan dan tata pemerintahan desa yang baik (Good
Village Governance).
E. Anilisis SWOT
Pengawalan desa yang dilakukan oelh BPKP, baik dalam keuangan maupun dalam
pembangunan desa agar lebih efektif maka dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu.
Analisis SWOT diperlukan untuk mengetahui kondisi BPKP agar dalam pelaksanaan
pengawalan pekerjaan lebih terarah dan terukur. Dengan analisis SWOT maka akan
diketahui kekuatan (strength), Kelemahan (weakness), kesempatan (coportunity) dan
ancaman (threat) dalam pelaksanaan strategi pengawalan keuangan dan pembangunan
desa.
11
c. Kesempatan (opportunity) yang harus dimanfaatkan oleh BPKP dalam hal pengawalan
desa adalah:
- Amanat langsung dari Presiden (President's Directions) untuk mengawal
implementasi UU Desa;
- Permintaan dari DPR kepada BPKP untuk melakukan langkah konkret dalam
pengawalan UU Desa saat dilakukan RDP;
- Rekomendasi KPK-RI kepada BPKP berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
KPK khususnya terkait sistem dan aplikasi pengelolaan keuangan desa;
Permintaan dari users (kabupaten/kota) kepada BPKP dalam melakukan
pengawalan desa;
- Kerja sama dan koordinasi yang baik yang telah dilakukan BPKP terhadap
pembuat kebijakan (Kemendagri, Kemenkeu dan Kemendes PDTT).
d. Ancaman (threat) yang harus diwaspadai dalam hal pengawalan desa adalah:
- Adanya peraturan terkait pengelolaan keuangan dan pembangunan desa yang
belum lengkap dan jelas membuat kebijakan pengawalan yang diambil oleh
BPKP belum didukung regulasi;
- Kondisi pengawalan keuangan desa yang masih relatif belum baik karena SDM,
sarana dan prasaran desa yang belum memadai;
- Pihak-pihak eksternal di luar BPKP yang tidak bertanggungjawab dalam
melakukan kerja sama dengan desa yang tidak seseuai ketentuan.
Analisis SWOT yang telah dilakukan oleh BPKP menunjukan peranan BPKP ke depan
dalam pengawalan keuangan desa sangat besar dan diharapkan sekali oleh pimpinan dan
lembaga pemerintahan lainnya juga oleh kabupaten/kota selaku pengguna (users).
Kekuatan dan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan secara maksimal dalam strategi
pengawalan desa, sedangkan kelemahan dan ancaman yang ada akan diminimalisir
dengan melakukan koordinasi, sinergi dan kerjasama dengan stakeholders terkait.
12
F. 7 (Tujuh) Aspek Pengawalan Desa
1. Aspek Pengelolaan Keuangan Desa
Aspek Pengelolaan Keuangan Desa merupakan aspek yang paling prioritas dan
aspek yang pertama kali harus dikawal dalam implementasi UU Desa. Keuangan
Desa merupakan pintu masuk untuk masuk pengawalan aspek berikutnya.
Pengawalan pengelolaan keuangan desa difokuskan agar desa dapat menyusun
APB Desa dengan baik yang bersifat terintegrasi dan partisipatif, pelaksanaannya
memiliki pengendalian yang baik hingga proses pelaporan/pertanggungjawaban
yang akuntabel. Dengan pengawalan keuangan desa, kekhawatiran semua pihak
atas ketidakmampuan desa mengelola keuangan desa dengan dananya yang besar
dapat diminimalisir.
13
3. Aspek Pengadaan Barang dan Jasa
Aspek pengadaan Barang/jasa di desa perlu dikawal dengan baik agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi kegamangan ataupun penyalahgunaan kewenangan
yang menimbulkan permasalahan hukum. Pengadaan barang dan asa merupakan
salah satu titik kritis yang perlu diwaspadai dan menjadi perhatian bersama
melalui regulasi dan pengendalian yang memadai agar pelaksanan barang/jasa
berjalan secara transparansi, efesien dan efektif serta partisipatif. Pengadaan di
desa secara umum dilakukan secara swakelola dan/atau melalui penyedia jika
tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat desa.
14
5. Aspek Pengawasan Keuangan Desa
Jumlah desa yang sangat banyak serta semakin besarnya alokasi dana yang
dikelola desa menimbulkan potensi penyelewengan dan periyalahgunaan akan
semakin besar pula. Untuk itu, peranan pengawasan atas keuangan yang
dilakukan oleh inspektorat kabupaten/kota memegang peranan penting. Saat ini,
jumlah SDM yang ada di inspektorat serta mekanisme pengawasan yang ada
dipandang belum memadai sehingga perlu dilakukan pengawalan atas
pengawasan keuangan desa agar dalam proses audit atas pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa yang dilakukan oleh Inspektorat kabupaten/kota dapat berjalan
efektif dan dilaksanakan oleh SDM yang memiliki kompetensi dan kemampuan
yang memadai. Dengan efektifnya pengawasan keuangan desa maka pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa ke depannya akan semakin baik.
6. Aspek Perpajakan
Dengan jumlah pengelolaan dana di desa yang sangat besar maka transaksi
keuangan di desa pun relatif akan semakin banyak dan jenisnya bervariasi. Dalam
transaksi keuangan tersebut tidak terlepas dari aspek perpajakan. Bendahara Desa
memiliki kewajiban perpajakan untuk melakukan pemotongan dan pemungutan.
atas transaksi tertentu serta menyetorkannya sesuai ketentuan perpajakan. Dengan
kondisi SDM khususnya bendahara desa yang belum memadai, kewajiban
perpajakan yang diemban oleh bendahara desa ini tentuanya perlu dikawal agar
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan yang berlaku.
15
7. Aspek Perencanaan Pembangunan Desa
Desa selama ini telah memiliki kewajiban untuk menyusun rencana
pembangunan menengah dalam kurun waktu 6 tahuan berupa RPJM Desa dan
rencana tahunan berupa RKP Desa. RKP desa ini merupakan dokumen sumber
yang sangat penting dalam penyusunan APB Desa. Namun, berdasarkan hasil
survei desa yang dilakukan, dokumen perencanaan tersebut hanya sebatas
dokumen, dimana penyusunannya belum sesuai yang diamanatkan ketentuan yang
ada. Pengawalan perencanaan pembangunan memiliki peran penting agar RPJM
Desa dan RKP Desa yang disusun partisiapatif sesuai aspirasi masyarakat,
bermanfaat dan selaras dengan dokumen perencanaan kabupaten/kota.
Terhadap ketujuh aspek tersebut, BPKP yang didukung SDM yang memiliki keahlian
dan kompetensi, bisa memberikan peran besar sebagai langkah konkrit pengawalan
keuangan dan desa.
16
G. Strategi Pengawalan Desa
Strategi pengawalan desa yang dilakukan oleh BPKP secara garis besar
dikelompokkan ke dalam 4 kelompok besar. Kelompok dan strategi pengawalan yang
dilakukan BPKP adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pemerintah Pusat
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Tingkat pusat ini terdiri dari
Kementrian/Lembaga yang terdiri dari Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Desa
PDIT, Kementerian Keuangan, Kemenko PMK, Bappenas termasuk di dalamnya
adalah KPK-RI, BPK-RI, DPR-RI dan LKPP. Pengawalan yang dilakukan untuk
tingkat pusat ini berupa koordinasi dan sinergi agar pelaksanaan pengawalan berjalan
efektif. Pelaksana koordinasi dan sinergi di tingkat pusat adalah BPKP Pusat dengan
memperhatikan usalan serta masukan dari perwakilan BPKP di daerah. Contoh
konkret koordinasi dan sinergi berupa memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan.
BPKP akan memberikan masukan serta saran perbaikan apabilla ditemukan kebijakan
yang tidak Implementatif di lapangan ataupun belum selaras dengan kebijakan dari
lembaga lainnya.
17
b. Tingkat Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi memiliki fungsi pembinaan dan pengawasan kepada
pemerintah kabupaten/kota. Bentuk pengawalan yang dilakukan adalah berupa
pemberian bimbingan dan konsultasi kepada pemerintah provinsi agar peran sentra
fungsi dalam Implementasi UU Desa berjalan efektif. Sebagai contoh, pemerintah
provinsi memiliki kewenangan pengawasan terhadap pengalokasian dan penyaluran
Lana Desa, ADD dan Bagian Dana Bagi Hasil Pajak/Retribusi Daerah. Mekanisme
dan tatacara pengalokasian dan penyaluran dana inilah yang dijadikan fokus
pengawalan tingkat provinsi. Pelaksana dari pengawalan ini adalah Perwakilan BPKP
di daerah, sedangkan peran BPKP Pusat adalah sebagai quality assurance atas
pelaksanaan pengawalan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP.
18
Pelaksana kegiatan ini adalah Perwakilan BPKP di daerah sedangkan peran BPKP
Pusat adalah sebagai quality assurance atas pelaksanaan pengawalar yang dilakukan
oleh Perwakilan BPKP. Contoh pengawalan yang dilakukan di tingkat kabupaten/kota
adalah asistensi penyusunan peraturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan keuangan
desa, pemberian sosialisasi peraturan, pendampingan dalam penerapan aplikasi
keuangan desa serta pemberian jasa konsultasi atas permasalahan yang dihadapi oleh
kabupaten/kota dalam hal keuangan dan pembangunan desa. Permintaan asistensi
keuangan dari desa tidak boleh dilakukan secara langsung ke desa, namun harus
melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota melalui SKPD terkait. Transfer
knowledge kepada aparat di tingkat pemerintah kabupeten/kota harus menjadi
perhatian BPKP dalam pengawalan keuangan desa dengan menyarankan setiap
pemda untuk membentuk satgas pengawalan desa.
19
e. Kerjasama Lainnya
BPKP juga berupaya melakukan pengawalan dengan menjalin kerjasama antara
instansi/embaga/organisasi lainnya agar terwujud pelaksanaan pengelolaan kevagnan
desa yang lebih baik dan efektif. Misalnya kerja sama dengan LKPP, Direktorat
Jenderal Pajak, DJPK-Kementerian Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Aparat Penegak Hukum (APH) serta lembaga lainnya seperti perguruan tinggi,
asosiasi pemerintah desa dan sebagainya. Kerjasama dengan organisasi tingkat pusat
dilakukan oleh BPKP Pusat sedangkan kerja sama dengan organisasi tingkat daerah
dilakukan oleh Perwakilan BPKP di daerah.
Tingkat keberhasilan atas langkah-langkah pengawalan baik yang dilakukan oleh BPKP
Pusat maupun Perwakilan BPKP di daerah akan dinilai secara mandiri, memadai dan
berkesinambungan sesuai dengan indicator dan target yang direncanakan.
20
Pengawalan keuangan desa sebagaimana diurainkan diatas, Sebagian diantaranya
telah dilakukan oleh BPKP. Langkah-langkah pengawalan berikutnya pun telah
direncanakan, baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka
Panjang.
21
3. Menyusun Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan kajian serta analisis yang telah dilakukan maka BPKP Pusat telah
menyusun Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa (Juklak
Bimkon), Juklak Bimkon ini menjadi panduan khususnya bagi Perwakilan BPKP
dalam melakukan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan terhadap
pemerintah daerah/desa di daerah dalam wilayah kerja masing-masing perwakilan
BPKP. Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa berisi flowchart pengelolaan
keuangan desa; sistem dan prosedur pengelolaan keuangan desa; desain format
dokumen dan formulir yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan desa; serta
bagan akun/kode rekening yang digunakan desa. Juklak ini disusun lebih dahulu
dibandingkan dengan juklak yang lain karena kepentingan dan kebutuhan yang
sangat mendesak seiring pencairan Dana Desa yang sudah mulai dilakukan pada
Bulan April 2015.
Dengan adanya juklak ini maka diharapkan Perwakilan BPKP dan Pemerintah
Daerah dapat memberikan bimbingan dan konsultasi dalam hal:
Pemberian dan atau peningkatan pemahaman mengenai keuangan desa, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, hingga pelaporan dan
pertanggungjawaban bagi aparat Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
Pemberian bimbingan teknis bagi pemerintah daerah dalam menyusun
kebijakan- kebijakan terkait pengelolaan keuangan desa;
Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun perencanaan
keuangan desa;
Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam melakukan
penatausahaan keuangan desa;
Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun pelaporan
keuangan desa;
22
Pemberian bimbingan teknis bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam
kaitannya dengan proses penyusunan perencanaan dan pelaporan keuangan
desa.
23
6. Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa
Kondisi desa sangat bervariasi mulai dari desa yang sudah menggunakan
internet sampai desa terpencil yang belum dialiri listrik. Hal ini menjadi perhatian
dalam penerapan pengelolaan keuangan desa yang lebih baik, sederhana dan
mudah. Penerapan pengelolaan keuangan secara manual dipersiapkan khususnya
untuk kondisi desa yang belum 'maju. Namun untuk desa yang kondisinya 'maju'
dimungkinkan penerapannya menggunakan aplikasi. Atas hal inilah maka
dilakukan pengembangan aplikasi sederhana dalam pengelolaan keuangan desa
yaitu aplikasi Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMDA-DESA.
24
8. Sosialisasi dan Pendamping Pengelolaan Keuangan Desa ke Pemda
Setelah melakukan internalisasi kebijakan di tingkat BPKP Pusat dan
Perwakilan, maka dilakukan kegiatan bimbingan dan konsultasi pengelolaan
kerangan desa di tingkat pemerintah daerah yang dilakukan oleh Perwakilan
BPKP. Langkah awal bimbingan dan konsultasi Pengelolaan Keuangan di daerah
dilakukan dalam bentuk sosialisasi dan pendampingan atas tata kelola
pengelolaan keuangan desa kepada pemerintah kabupaten/kota, kecamatan hingga
desa. Tim pusat (Direktorat PKD Wilayah III) selaku rendal melakukan quality
assurance atas pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan perwakilan BPKP di
daerah. Materi sosialisasi/workshop akan disesuaikan menurut target peserta,
khusus kepala desa/perangkat desa dan kecamatan materinya terkait kebijakan
pengelolaan keuangan can aset desa, sedangkan untuk bendahara desa berupa
teknik pembukuan/keuangan desa.
25
2. Melakukan Pemetaan Desa
Sesuai PP 60 Tahun 2014 jo PP 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN, Penyalurannya dilakukan dalam 3 tahap melalui transfer
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah untuk
selanjutnya diteruskan ke Rekening Kas Desa bagi yang telah memenuhi
persyaratan. Untuk danat memotret kondisi penyaluran dana desa serta dana
lainnya yang masuk ke desa maka dilakukan pemetaan penyalurannya. Selain itu
pemetaan juga dilakukan untuk mengetahui kesiapan kabupaten/kota dan desa
dalam mengimplementasikan UU Desa melalui permintaan data oleh Perwakilan
BPKP di daerah ke kabupaten/kota. Informasi pemetaan yang dilakukan secara
berkala ini sebagai bahan untuk rekomendasi strategis dan informasi yang harus
disampaikan kepada presiden.
26
4. Pengembangan aplikasi pengelolaan keuangan desa lebih lanjut
Aplikasi sistem keuangan desa (SISKEUDES) akan terus dikembangkan
sesuai tuntuan regulasi yang ada serta masukan dari pihak stakholder termasuk
pengembangan beberapa fitur tambahan di antaranya fitur perencanaan desa, fitur
pengadaan barang dan jasa serta fitur perpajakan sehingga lebih memudahkan
pengelolaan keuangan desa oleh aparat pemerintah desa. Selain itu telah
disepakati dengan Kemendagri untuk melakukan pengembangan Aplikasi
Kompilasi Nasional Database Keuangan Desa yang dilakukan bersama melalui
Satuan Tugas Bersama Kemendagri - BPKP.
27
6. Penyusunan Juklak Pendukung Lainnya
Selain Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, masih terdapat juklak-
juklak lain yang diperlukan dalam pengawalan keuangan desa sebagaimana
diuraikan dalam 7 aspek pengawalan desa. Juklak tersebut diperlukan sebagai
panduan bagi perwakilan BPKP dalam melakukan pengawalan di daerah, antara
lain Juklak Pengadaan Barang/asa, Juklak Pengelolaan Aset/Kekayaan Milik
Desa, Jukiak BUM Desa, Juklak Perencanaan Desa, Juklak Penyusunan APB
Desa, Juklak Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa dan buku pegangan bagi
Bendahara Desa dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
28
2. Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa
Pemberian pemahaman keuangan desa tetap diperlukan sebagal landasan untuk
penerapan SIMDA Desa. Target sosialisasi ini ke Pemerintah Kabupaten/Kota
yang melibatkan fasilitator kabupaten, fasilitator kecamatan, kepala desa, BPD,
perangkat desa dan pendamping desa.
29
6. Investasasi Aset/kekayaan Milik Desa
Salah satu amanat UU Desa adalah inventarisasi aset desa yang dilakukan
bersama antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah desa. Sampai saat
ini inventarisasi tersebut belum dilakukan, Oleh karena itu Perwakilan BPKP
harus mendorong pemda agar amanat UU Desa tersebut dapat dilaksanakan,
sehingga dapat dijadikan data awal dalam penyusunan Laporan Kekayaan Milik
Desa.
30
- Membuat grand design aplikasi keuangan desa yang komrehensif
Saat ini BPKP telah mengembangkan aplikasi keuangan desa. Dengan adanya
aplikasi, diharapkan proses pengelolaan keuangan desa akan semakin mudah dan
akuntabel. Proses pengelolaan keuangan desa diharapkan bisa dilakukan melalui
aplikasi ini, misalnya terkait dokumen pengadaan barang/jasa, perpajakan, atau
hal lain yang dibutuhkan pemerintah desa. Selain keuangan, masih terdapat
kebutuhan pemerintahan desa yang perlu difasilitasi dengan aplikasi misalnya
pengelolaan kekayaan milik desa, BUM Desa dan kinerja. Oleh karena itu
diperlukan grand strategi aplikasi keuangan desa yang mampu memfasilitasi
kebutuhan pemerintah daerah sesuai regulasi dan perkembangan yang ada.
31
ini dilihat dari sisi akuntabilitas keuangan desa dengan menggunakan indikator-
indikator yang telah ditentukan. Klasifikasi ini misalnya membagi desa dalam 3
(tiga) katagori yaitu Baik, Memada dan Kurang Memadai dalam
mengimlementasikan keuangan desa. Indikator yang bisa dikembangkan dalam
klasifikasi tersebut misalnya terkait jumlah dan kuantitas SDM, ketepatan waktu
penyusunan APB Desa dan penyampaian laporan, kelengkapan SPJ, dan lain
sebagainya. Kesepakatan pengkategorian desa ini harus disepakati secara nasional
oleh karenanya melibatkan stakeholders terkait misalnya BPK-RI dan
Kemendagri.
I. Piloting
Piloting dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dari Pemda dalam rangka
menyempurnakan aplikasi sebelum diimplementasikan secara nasional.
J. Monitoring Desa
Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran tentang apa
yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat
pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh
dari itu. Adapun yang dimonitoring antara lain :
1. Pra Penyaluran Dana Desa dan Alokasi Dana Desa mengenai Peraturan-peraturan
yang ada di Desa :
PERDES Tentang RPJM,
PERDES Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal – usul dan Kewenangan
Lokal berskala Desa.
PERDES Tentang RKP Desa
PERDES Tentang APBDESA
PERDES Tentang Laporan Pertanggung Jawaban Realisasi APBDESA
PERDES SOTK
SK –SK Tentang Pengangkatan Perbekel, SEKDES, Bendahara Desa,
Penunjukan Bank/Penempatan rekening Desa
SK Penetapan Tim Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD)
32
2. Pencairan dan Penggunaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa :
PERWALI Tentang Tata Cara Pembagian dan Pemetaan Besaran Dana Desa
dan Alokasi Dana Desa
Laporan DD dan ADD
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengajuan SPP
Cek list kesesuaian penggunaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa yang
dituangkan dalam APBDESA dengan Dokumen RKP Desa.
Proses Pengajuan Pencairan Dana Desa dan ADD
Pembukuan yang ada di Bagian Keuangan
33
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari “Pengawalan BPKP” adalah salah satu hal nyata
yang penting dilakukan adalah selalu mengupdate peraturan. Peraturan terkait
pengelolaan keuangan desa akan terus berkembang dengan seluruh aspeknya
sebagaimana pengelolaan keuangan daerah yang lebih dahulu berkembang.
Salah satu cara untuk terus mengupdate pengetahuan diantaranya mengikuti diskusi
atau forum yang membahas tentang pengelolaan keuangan desa. Saling membagi
pengetahuan akan saling mempercepat pemahaman pengelolaan keuangan desa.
Terkait kebijakan pengawalan pengelolaan keuangan desa yang dilakukan BPKP,
perwakilan diharapkan mampu mengimplementasikannya dengan baik di daerah dengan
selalu berkoordinasi dengan BPKP Pusat.
Berdasarkan Pasal 3 angka (1) nomor 15 tahun 2004 bahwa pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur
keuangan negara, kewenangan BPK cukup besar sehingga terhadap hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh aparat pengawasan internal diwajibkan disampaikan kepada BPK
dan hasil pemeriksaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh BPK dalam melakukan
pemeriksaan pengelolaan keuangan oleh pemerintah.
Jadi tanggung jawab pemeriksaan laporan keuangan negara hanya dipegang oleh BPK,
sedangkan aparat pengawasan lainnya seperti BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan) dan Inspektorat hanya dapat melakukan pengawasan terhadap
pembangunan. Jadi dapat dikatakan bahwa BPK merupakan pengawas eksternal,
sedangkan BPKP dan Inspektorat merupakan pengawas internal.
B. Saran
Dari Pembahasan diatas Diharapkan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan
dapat memperbaiki dan menyempurnakan peran Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagai Pemeriksa intern NGSpemerintah untuk memperbaiki dan
lebih meningkatkan hasil kinerja agar instansi-instansi milik pemerintah menjadi lebih
baik.
34