Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN STRUKTURAL PUISI MANTRA JAMPE NYEURI BEUTEUNG

DI SUKU SUNDA

Noer Fadillaha, Fitri Nur Amaliyahb, Firda Aulia Rahmahc, Indrya Mulyaningsihd
a, b, c, d
IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Surel: anoerfadhillah2404@gmail.com, bfitrinuramaliyah444@gmail.com,


c
firdaauliarahmah02@gmail.com, dan dindrya.mulyaningsih@syekhnurjati.ac.id

Naskah Diterima Tanggal 23 Juni 2023—Direvisi Akhir Tanggal 21 Juli 2023—Disetujui Tanggal 8 Agustus 2023

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan struktur fisik puisi mantra “Jampe
Nyeuri Beuteung” dalam budaya suku Sunda, (2) mendeskripsikan struktur batin puisi mantra
“Jampe Nyeuri Beuteung” dalam budaya suku Sunda. Metode dalam menganalisis data penelitian ini
ialah deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa dalam puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung
tersebut terdapat struktur fisik dan batin. Struktur fisik pada mantra tersebut terdapat piliha kata
(diksi), bahasa kiasan, pencitraan, rima, irama, tipografi. Struktur batin pada mantra tersebut yaitu,
bertema kesembuhan, memiliki perasaan lemah karena kesakitan, diucapkan dengan nada yang
menegangkan, bertujuan untuk mengobati ketika sakit perut, dan pesan berisi bahwa pengamal man-
tra mengharapkan supaya diberikan kesembuhan penyakit. Puisi sebagai materi pembelajaran pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran siswa.

Kata kunci: Jampe, mantra, puisi lama, struktural, suku Sunda.

Abstract: This study aims to: (1) describe the physical structure of the mantra poem "Jampe Nyeuri
Beuteung" in Sundanese culture, (2) describe the inner structure of the mantra poem "Jampe Nyeuri
Beuteung" in Sundanese culture. The method of analyzing the research data is descriptive qualita-
tive. The results show that in the Jampe Nyeuri Beuteung mantra poetry there is a physical and
mental structure. The physical structure of the mantra includes word choice (diction), figurative
language, imagery, rhyme, rhythm, typography. The inner structure of the mantra is the theme of
healing, having a weak feeling due to pain, spoken in a tense tone, aiming to treat stomachaches,
and the message contains that the person who casts the mantra hopes that he will be given a cure for
illness. Poetry as learning material in Indonesian subjects can provide added value in the student
learning process.

Keywords: Jampe, mantra, old poetry, structural, Sundanese.

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 17


PENDAHULUAN
Karya sastra lahir dari hasil proses kreatif pengungkapan rasa manusia yang diciptakan me-
lalui bahasa (Hendra, 2017). Sebagai sastra lisan dalam bentuk puisi, mantra menjadi ke-
banggaan suatu kelompok masyarakat, mantra mempunyai nilai-nilai yang luhur karena
merupakan ciri serta ekspresi dari suatu kebudayaan yang tersebar secara lisan. Menurut
Wardani (2021) di suku Sunda masih terdapat mantra, tetapi tidak semua orang mempunyai
mantra, hal itu dikarenakan tidak sembarangan orang mendapat kepercayaan dalam menjaga
mantra. Mantra digunakan untuk keperluan yang jelas, di antaranya untuk jampe-jampe, atau
menyembuhkan orang yang sakit (Candra, 2017). Puisi mantra ialah jenis puisi lama dan
memiliki beberapa unsur serta saling berkaitan untuk membentuk makna. Mantra dianggap
sebagai sastra kuno dikarenakan menggabungkan unsur emosional, keindahan dalam bentuk
irama, serta nilai-nilai moral, karena mantra melibatkan asimilasi bahasa serta kepercayaan
(Rukesi, 2016).
Menurut Damayanti dalam (Rizki, 2022), secara keseluruhan, struktur puisi mantra
terbentuk atas dua elemen utama, yaitu struktur fisik dan batin puisi. Dalam hal ini struktur
fisik mengacu pada aspek-aspek eksternal puisi seperti pilihan kata (diksi), penggunaan ba-
hasa kiasan, penciptaan gambaran visual (pencitraan), pengaturan bunyi, dan penataan huruf
atau tipografi. Sementara itu, struktur batin berhubungan dengan elemen-elemen internal
puisi seperti tema, perasaan yang disampaikan, nada atau suasana yang tercipta, tujuan dari
puisi tersebut, dan pesan yang ingin disampaikan (amanat).
Pendekatan yang dierapkan pada penelitian ini ialah struktural, yang melibatkan ana-
lisis pada struktur puisi lama mantra. Analisis struktural bertujuan menggambarkan hub-
ungan semua unsur dan semua aspek karya sastra secara tuntas (Yuniar, 2021). Berdasarkan
pendapat Teeuw (dalam Siti, 2018) menyebutkan bahwa pendekatan struktural dalam sastra
menekankan pada pandangan bahwa sastra memiliki struktur yang otonom. Oleh sebab itu
perlu dilakukan analisis terhadap unsur pembangun fisik serta batin.
Dalam penelitian yang dilakukan, pendekatan struktural digunakan sebagai metode
kritik sastra yang menekankan pada analisis serta interpretasi struktur puisi mantra. Pen-
dekatan struktural berfokus pada struktur fisik serta batin puisi mantra. Menurut Fitria (2022)
cara kerja pendekatan struktural pada penelitian ini ialah dengan memisahkan struktur fisik
dan batin puisi mantra, kemudian menganalisisnya sehingga saling terkait dan membentuk
struktur karya sastra secara keseluruhan.

18 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023


Terdapat penelitian relevan dengan penelitian ini yaitu Trisnawati (2022) menganalisis
mantra pengobatan tradisional di kampung Cigisung Lebak Banten dengan menggunakan
pendekatan struktural dan metode deskriptif kualitatif. Resviya (2019) menganalisis mantra
pengobatan masyarakat Dayak dengan menggunakan pendekatan strukural. Isnaini (2021)
menganalisis mantra Asihan Makrifat dengan menggunakan pendekatan struktural dan
metode deskriptif kualitatif. Azura (2020) menganalisis mantra pengobatan masyarakat Me-
layu dengan menggunakan pendekatan struktural. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan
pada tahun 2022 tentang analisis mantra jampe di Desa Tanjung dengan menggunakan pen-
dekatan struktural
Hal tersebut menunjukkan ada kesamaan penggunaan teori atau pendekatan untuk
menganalisis struktur, tetapi berbeda objek. Kekurangan dalam penelitian ini dengan
penelitian relevan lainnya adalah terletak pada pemilihan teori struktural yang tidak digam-
barkan secara keseluruhan. Sedangkan keistemewaan penelitian ini dengan penelitian rele-
van lainnya adalah puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung belum pernah diteliti berdasarkan
pendekatan struktural.
Tujuan dari penelitian ini: (1) Untuk mendeskripsikan struktur fisik dalam puisi mantra
“Jampe Nyeuri Beuteung” dalam budaya suku Sunda, (2) Untuk mendeskripsikan struktur
batin yang terdapat dalam puisi mantra “Jampe Nyeuri Beuteung” dalam bu-
daya suku Sunda. Sedangkan manfaat praktis penelitian ini ialah (1) Memberikan penge-
tahuan baru tentang mantra jampe suku Sunda, (2) Menumbuhkan kesadaran masyarakat
akan budaya lokalnya, (3) Puisi sebagai materi pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran siswa.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif, bertujuan mendeskripsikan struktur fisik
dan batin puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung. Menurut Sugiyono dalam (Irawan, 2014),
metode deskriptif merupakan teknik penelitian yang diterapkan guna mendapatkan data
secara mendalam, memiliki makna penting dan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
substansi penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, metode deskriptif kualitatif lebih tepat
untuk digunakan pada penelitian ini, serta memungkinkan peneliti menganalisis data secara
mendalam dan memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang struktur fisik dan batin
pada mantra Jampe Nyeuri Beuteung dari sumber tertulis yang relevan. Selain itu, dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, peneliti dapat memberikan gambaran yang

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 19


mendalam tentang objek yang diteliti, dan memperoleh informasi yang berkualitas dalam
penelitian.
Desain penelitian ialah rencana atau strategi yang dipakai dalam proses penyusunan
serta pelaksanaan penelitian dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (Rifadah, 2022).
Supaya mempermudah ketika memperoleh data serta simpulan yang bersifat objektif, maka
menggunkan studi pustaka yang bertujuan untuk mengidentifikasi rumusan masalah, serta
menyelidiki variabel yang relevan dengan penelitian.
Penelitian dilakukan selama kurun waktu tiga minggu pada tanggal 13-26 April 2023
karena waktu tersebut dipilih sesuai dengan jadwal yang tersedia dan dapat disesuaikan
dengan waktu luang para peneliti. Selain itu, penelitian dilakukan di rumah masing-masing
peneliti untuk memudahkan dalam pengumpulan dan analisis data, serta tidak memerlukan
biaya tambahan untuk transportasi atau akomodasi. Metode penelitian yang digunakan, yaitu
analisis terhadap puisi mantra, tidak terikat oleh ruang sehingga penelitian dapat dilakukan
dengan fleksibel tanpa membatasi lokasi penelitiannya.
Pada penelitian, sumber data merujuk pada informasi atau data yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang topik penelitian (Fadli, 2016). Menurut Lofland, yang
dikutip dalam (Seli, 2021), kata-kata dan tindakan manusia adalah sumber data utama
penelitian kualitatif, sedangkan dokumen serta sumber data lainnya dianggap sebagai sum-
ber data tambahan. Seperti yang teleh diketakui puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung adalah
suatu tradisi yang telah wariskan secara tutun terumun sehingga tidak tiketahui siapa
pengarangnya. Pada penelitian ini sumber datanya ialah teks puisi mantra Jampe Nyeuri
Beuteung suku Sunda yang terdiri dari sembilan bait atau baris, dan di dalamnya terdapat
struktur fisik dan batin.
Triani (2019) mengatakan teknik pengumpulan data ialah metode, cara yang
digunakan ketika pegumpulan informasi ataupun data dari berbagai sumber. Oleh sebab itu,
teknik pustaka, simak, dan catat merupakan metode yang umum digunakan dalam proses
penelitian ini. Teknik pustaka melibatkan pencarian, pengumpulan, dan seleksi referensi
yang sesuai dengan topik penelitian ditulis (Feri, 2016). Data tesebut dapat berupa buku dan
artikel. Pada teknik ini peneliti mengumpulkan data berupa mantra Jampe Nyeuri Beuteung
dan reverensi berupa beberapa buku dan jurnal untuk menyususn laporan penelitian.
Teknik simak ialah pengumpulan informasi atau data dengan membaca, mempelajari,
serta menganalisis berbagai dokumen atau sumber tertulis (Atmarzaki, 2015). Penelitian ini
menggunakan metode dengan cara menyimak data struktur fisik dan struktur batin puisi

20 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023


mantra. Teknik simak yang dipakai ialah simak bebas libat cakap. Oleh sebab itu, peneliti
tidak melakukan interaksi langsung dengan responden atau partisipan. Sebagai gantinya,
peneliti mengumpulkan data dari berbagai dokumen dan sumber tertulis yang relevan dengan
topik penelitian.
Teknik catat ialah metode atau teknik yang diterapkan ketika mencatat informasi yang
diperoleh dari hasil membaca puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung yaitu berupa kata
kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi.
Instrumen pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan kartu data, hal ter-
sebut berdasarkan teori mengenai struktur fisik serta batin puisi mantra. Kartu data ialah
suatu alat yang digunakan dalam membantu peneliti mengorganisir data menjadi lebih mu-
dah diolah, yaitu dengan cara mengelompokkan data ke dalam kategori struktur fisik dan
batin mantra Jampe Nyeuri Beuteung ke dalam kartu data yang berbentuk tabel (Nashichud-
din, 2017) Dalam proses analisis data, peneliti melakukan beberapa langkah penting, di an-
taranya adalah mengidentifikasi data yang relevan dengan topik penelitian, mengklasifikasi-
kan data ke dalam kategori yang sesuai, melakukan analisis terhadap data yang telah
dikelompokkan, serta menyimpulkan hasil analisis tersebut.
Triangulasi sumber data sekunder dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas ada-
lah cara guna memastikan keabsahan data pada penelitian yang dilakukan. Triangulasi sum-
ber dataa adalah sebuah metode penelitian yang menggabungkan beberapa teknik atau sum-
ber pengumpulan data yang berbeda untuk memverifikasi atau memperkuat hasil penelitian.
Metode ini ialah sebagai suatu cara memperoleh data yang lebih valid serta akurat (Cahyadi,
2013). Triangulasi sumber data adalah metode yang digunakan dalam mencari suatu infor-
masi ketika memperoleh data, yang selanjutnya dibandingkan antara sumber yang berbeda
dengan yang diperoleh (Hidayatullah, 2018).
Cara kerja triangulasi sumber data sekunder meliputi identifikasi sumber data yang
relevan dan dapat dipercaya, pengumpulan data dari sumber yang berbeda, analisis data un-
tuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara sumber data skunder yang berbeda,
serta uji validitas dan reliabilitas data untuk memastikan keabsahan dan keandalannya.
Analisis data adalah serangkaian prosedur dalam mempelajari, mengklasifikasikan,
mensistematisasi, menafsirkan, serta memverifikasi data, supaya fenomena memiliki nilai
sosial, ilmiah, serta akademik (Mubarak, 2020).

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 21


Menganalisis isi mantra Jampe Nyeuri Beuteung adalah teknik yang diaplikasikan pda
penelitian ini. Isi mantra tersebut kemudian dianalisis serta dibagi ke dalam kategori struktur
fisik dan batin.

Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian meliputi (1) Membaca serta me-
mahami teks mantra Jampe Nyeuri Beuteung secara keseluruhan. (2) Melakukan analisis
struktural pada teks mantra Jampe Nyeuri Beuteung dengan memperhatikan unsur-unsur ke-
bahasaan seperti frasa, klausa, kalimat, tata bahasa, dan lain sebagainya. (3) Menandai dan
mencatat bait yang mengandung struktur fisik dan batin. (4) Menjabarkan hasil analisis yang
telah penelititi analisis (5) Menyajikan hasil analisis secara sistematis dan jelas dalam bentuk
laporan penelitian, yang mencakup hasil analisis struktural, tema atau topik yang muncul,
hubungan dengan struktur fisik dan batin, serta gaya bahasa atau retorika yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN.


Data
Berikut adalah data puisi mantra yang diperoleh.
Jampe Nyeuri Beuteung
Nini ampeg-ampeg
Aki ampeg-ampeg
Ulah ampeuh na hulu hate
Nini untang-untang
Aki untang-untang
Ulah muntang na birit bujal
Muntangna na birit wahangan
Waras nu ngajampe waras nu dijampe
Rep sirep

Terjemahan bahasa Indonesia:


Pengobatan Sakit Perut
Nenek berat-berat
Kakek berat-berat
Jangan berat di sekat rongga badan/hati
Nenek pegang-pegang
Kakek pegang-pegang
Jangan pegang di belakang pusar
Pegangnya di selokan kecil
Sembuh yang mengobati sembuh yang diobati
Lekas sembuh

22 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023


Struktur Fisik Puisi Mantra
Diksi

Nini ampeg-ampeg
Aki ampeg-ampeg
Ulah ampeuh na hulu hate
Nini untang-untang
Aki untang-untang
….
Menurut Abrams, sebagaimana dikutip oleh Kurniadi (2015), diksi merujuk pada pilihan
kata atau frasa yang digunakan dalam karya sastra. Pada puisi mantra Jampe Nyeuri Beu-
teung, terdapat penggunaan diksi khusus pada bait 1, 2, 4, dan 5 dengan frasa "Nini ampeg-
ampeg, Aki ampeg-ampeg, Nini untang-untang, Aki untang-untang". Dalam hal ini, kata
"ampeg" dan "untang" diulang-ulang, memberikan penekanan yang lebih kuat. Hal ini sesuai
dengan temuan Trisnawati (2022) dalam penelitiannya.
Diksi yang digunakan penyair, menggunakan kata yang di ulang-ulang, yang bertujuan
untuk lebih menegaskan. Seperti pada bait 1 dan 2 “Nini untang-untang, Aki untang-untang”
yaitu kata “utang” selain itu ada kata muntang yang di ulang-ulang seperti pada bait 3 dan
4 “ulah muntang kana bujal, mun neuk muntang kana gagang kujang”.

Bahasa Kias

Muntangna na birit wahangan

Bahasa kias dapat dianggap sebagai suatu penyimpangan dari penggunaan konvensional ba-
hasa, di mana makna dan struktur katanya dimanfaatkan dengan tujuan khusus. Sebagai sa-
lah satu bentuk retorika, bahasa kias memiliki fungsi untuk memberikan kejelasan, ke-
hidupan, intensitas, dan daya tarik pada gambaran yang diungkapkan dalam puisi. Dengan
menggunakan bahasa kias, penyair dapat menciptakan ekspresi yang lebih bermakna dan
menarik bagi pembaca, sehingga menghadirkan suasana dan emosi yang lebih kuat dalam
karya sastra mereka (Nengsih, 2020).
Pada puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung tersebut terdapat bahasa kias pada bait ke-
7 termasuk ke dalam majas personifikasi. Majas personifikasi ialah majas dalam bahasa kias
dengan menggunakan perbandingan antara benda mati dengan manusia, di mana benda-
benda tersebut diberikan kemampuan untuk melakukan tindakan dan berpikir sebagaimana

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 23


manusia. Dalam personifikasi, objek non-hidup dihidupkan dengan memberikan sifat-sifat
manusiawi, sehingga menciptakan gambaran yang lebih hidup dan menggugah emosi pada
pembaca. Dengan demikian, personifikasi memberikan kemampuan kepada benda-benda
mati untuk berperilaku dan berinteraksi seperti manusia, menghasilkan pengalaman mem-
baca yang lebih berkesan dan menarik.
Gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada kata Muntangna na birit wahangan
mengilustrasikan benda mati seolah hidup. Hal tersebut sesuai atas temuan Olang (2020)
bahasa kias pada mantra tersebut terdapat bahasa kias yang terdapat pada bait ke-4 “nuju
ngala kayu batu” kata tersebut termasuk kedalam majas personifikasi, meskipun susah dan
kurang nyambung jika maknanya diartikan.
Pencitraan

Ulah ampeuh na hulu hate
Ulah muntang na birit bujal

Citraan atau imaji dalam puisi adalah penggunaan kata-kata dan bahasa yang kaya secara
visual, sensorik, atau emosional untuk menciptakan gambaran atau pengalaman yang hidup
dalam pikiran pembaca (Purwanti, 2020: 215).
Pada puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung tersebut terdapat imajinasi indra atau cit-
raan perasaan. Citraan perasaan adalah ketika seorang penyair menggunakan kata-kata dan
ungkapan yang kuat untuk menggambarkan perasaan dengan cara yang begitu menggugah
sehingga pembaca juga merasakan dan terhubung dengan perasaan yang diungkapkan oleh
penyair tersebut. Citraan perasaan pada mantra Jampe Nyeuri Beuteung yaitu bait ke-3 dan
ke-6. Apabila kalimat tersebut diartikan makna yang terkandung berarti penyakit tersebut
jangan tertahan sampai ke rongga badan/hati dan jangan megang di belakang pusar.
Melalui penggunaan citraan perasaan, penyair berhasil menggambarkan pengalaman
yang sangat tidak menyenangkan karena dari rasa sakit yang dialami akibat penyakit pada
perut. Dengan menggunakan kata-kata yang kuat dan gambaran yang kuat, penyair berhasil
menyampaikan intensitas perasaan sakit tersebut kepada pembaca.
Selain itu puisi Jampe Nyeuri Beuteung tersebut menggunakan citraan pengecapan, di
mana citraan ini hasil dari ucapan yang maknanya dalam mantra yaitu perpindahan rasa sakit
dari dalam diri manusia kepada benda yang tak hidup.

24 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023


Bunyi
Nini ampeg-ampeg
Aki ampeg-ampeg
Nini untang-untang
Aki untang-untang
….
Surisno (2015) menyebutkan bahwa bunyi yang terdapat dalam puisi memiliki sifat estetik,
yang bertujuan untuk menciptakan keindahan dan ekspresi. Bunyi dalam puisi bukan hanya
digunakan sebagai hiasan semata, tetapi juga berperan dalam memperdalam pesan yang
disampaikan, menciptakan perasaan yang khusus, dan menghadirkan suasana tertentu.
Dengan kata lain, penggunaan bunyi dalam puisi memiliki peran penting dalam memberikan
dimensi yang lebih dalam dan memperkaya pengalaman pembaca melalui unsur-unsur suara
yang digunakan secara sadar dan terencana.
Rima yang terdapat pada puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung yaitu rima ng ng bait
ke 4, serta 5. Rima e ada pada bait 1,2. Sedangkan bait ke-3, 6, 7, 8, 9 menggunakan rima
bebas. Sedangkan, iramanya pada bait 1, 2, 4, 5 datar dan irama agak naik pada bait 3, 6, 7,
8, kemudian bait terakhir yaitu ke-9 turun kembali. . Hal ini sesuai dengan penelitian (Tris-
nawati 2022) bunyi (rima dan irama); rima dalam mantra pengobatan sakit kepala tersebut
memiliki rima u di bait 1, 2 dan 4, dan bait selanjutnya menggunakan bait bebas yang ter-
penting nyambung kata dan maknaya. Iramanya naik turun seperti pada bait 1 turun dan bait
selanjutnya naik, setelah itu bait terakhir turun kembali.
Tipografi
Nini ampeg-ampeg
Aki ampeg-ampeg
Ulah ampeuh na hulu hate
Nini untang-untang
Aki untang-untang
Ulah muntang na birit bujal
Muntangna na birit wahangan
Waras nu ngajampe waras nu dijampe
Rep sirep
Pendapat Jabrohim seperti yang dikutip oleh Sorayah (2013), mengungkapkan bahwa tipo-
grafi merupakan elemen yang membedakan secara visual puisi dengan prosa fiksi dan drama.
Dalam puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung, tipografi yang digunakan adalah tipografi kon-
vensional. Pada puisi mantra ini, setiap baris diawali dengan huruf besar tanpa penggunaan
tanda baca, dan susunan kata-kata yang digunakan sederhana. Dalam kata lain, tipografi

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 25


dalam puisi ini menunjukkan penggunaan yang khas dan mencirikan puisi mantra tersebut
dengan gaya yang lebih tradisional dan konsisten dengan konvensi puisi.

Struktur Batin Puisi Mantra


Tema
Tema ialah ungkapan pokok yang disampaikan penulis pada karya sastra puisi yang telah
ditulisnya (Trisnawati, 2022). Dalam puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung ini tema atau
gagasan pokoknya adalah “kesembuhan” mantra ini digunakan untuk mengobati sakit perut.
Perasaan
Menurut Wardani (2021), perasaan adalah ekspresi dari suasana perasaan yang dirasakan
oleh penyair, yang diungkapkan melalui karyanya. Perasaan yang dirasakan penyair ketika
akan menuangkan tulisan puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung yaitu perasaan yang lemah
karena kesakitan, dan biasanya mantra itu adalah suatu ucapan yang awal mulanya tidak
disengaja namun memiliki daya gaib yang luar biasa.
Nada dan Suasana
Nada dapat di artikan sebagai sikap atau pandangan penulis terhadap para penikmat atau
para pembaca karyanya (Trisnawati, 2022). Nada dan suasana pada puisi mantra Jampe
Nyeuri Beuteung yaitu nada yang menegangkan karena biasanya digunakaan saat rasa sakit-
nya itu datang. Suasana yang dirasakan oleh orang yang mengucapkan mantra ini berburu-
buru karena untuk segera mengobati rasa sakit tersebut.
Tujuan dan Amanat
Rizki, (2022) mengungkapkan bahwa hal yang mendorong penulis atau penyair mencip-
ktakan suatu karya sastra ialah tujuan dan amanat yang hendak disampaikannya. Amanat
menjadi hal pokok dalam suatu karya sastra, karena hal tersebut menjadi tujuan bagi penulis
untuk menyampaikan pesan atau makna tersirat agar pembaca dapat memantik maksud yang
penulis ungkapkan dalam karyanya.
Tujuan yang terdapat pada puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung ini yaitu untuk men-
gobati ketika sakit perut, sakit karena masuk angin, sakit karena diare dan sebagainya. Pen-
gucapan mantra ini supaya rasa sakit yang dirasakan sembuh baik siang ataupun malam.
Adapun amanat yang terkandung dalam puisi mantra Jampe Nyeuri Beuteung yakni,
mengenai makna atau sebuah pesan tentang bagaimana orang yang mempercayai mantara
tersebut agar mendapat kesembuhan atas penyakit yang di deritanya dengan mengamalkan
mantra yang di pilih atau di amanahkan oleh orang yang dipercayainya.

26 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023


SIMPULAN
Mantra Jampe Nyeuri Beuteung diyakini oleh suku Sunda untuk menyembuhkan penyakit
sakit perut. Mantra Jampe Nyeuri Beuteung ini memiliki suktur fisik dan struktur batin.
Kekurangan dalam penelitian ini ialah terletak pada pemilihan teori struktural yang tidak
digambarkan secara keseluruhan. Dengan adanya analisis puisi mantra Jampe Nyeuri Beu-
teung ini bisa memberikan kesadaran pada masyarakat menganai budaya lokal yang telah
kita miliki, sebagai sumber bahan untuk peneliti lain dalam melaksanakan penelitian
mengenai puisi lama dari mantra, serta dapat juga menjadi alternatif materi pembelajaran
puisi pada pelajaran Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Atmarzaki. (2015). Analisis Semiotik Mantra Pengobatan Anak-Anak Melayu Kenegerian


Kari. Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 54—68.
Azura, D. (2020). Struktur Mantra Pengobatan Masyarakat Melayu Sambas Kecamatan
Sabawi. Jurnal Bahasa dan Sastra, 9(2), 1—13.
Cahyadi, A. (2013). Kajian Struktural, Stilistika, dan Etnopedagogi dalam Kumpulan Puisi
(Sajak) Periode Tahun 2000-an. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, 5 (1), 1—110.
Candra, K. (2017). Pemaknaan dan Transmisi Mantra Tri Sandhya Pada Remaja Hindu Bali
di Daerah Malang. Jurnal Ilmu Sastra, 5(1), 45—54.
Fadli. (2016). Kajian Semiotik Mantra Pengobatan Masyarakat Melayu Kecamatan Matan
Hilir Selatan (Kajian Semiotik). Jurnal Pendidikan Pembelajaran, 5(1), 1—17.
Feri. (2016). Kajian Semiotik Mantra Pengobatan Masyarakat Melayu Kecamatan Matan
Kabupaten Ketapang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(1), 67—
79.
Fitria, N. (2022). Fungsi dan Makna Mantra Hembula’a pada Masyarakat Kaledupa. Jurnal
Basatra (Bahasa dan Sastra), 7(3), 28—35.
Hendra. (2017). Fungsi dan Makna Mantra Urut pada Masyarakat Bentunai di Kabupaten
Sambas. Jurnal Cakralwala Linguista, 2(2), 101—107.
Hidayatullah, D. (2018). Stuktur Mantra Kagancangan Mantra Mistik. Jurnal Bahasa dan
Sastra, 14(2), 171—182.
Irawan, S. (2014). Struktur dan Makna Mantra Kuda Lumping. Jurnal Pendidikan dan Pem-
belajaran Khatulistiwa (JPPK), 2(4), 89—105.
Isnaini, H. (2022). Mantra Asihan Makrifat: Analisis Struktur, Konteks Penuturan, dan
Fungsi. Jurnal Jurribah, 1(1), 1—12.
Kurniadi. (2015). Struktur dan Fungsi Mantra Belat Masyarakat Melayu Desa Sungai Awan
Kanan Kabupaten Ketapang. Jurnal Pendidikan, 2(1), 45—56.

Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023 27


Kurniawan, B. (2022). Struktur dan Makna Mantra Pengobatan di Desa Tanjung Kurung
Kabupaten Lahat. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 3(2), 959—966.
Mubarak, H. (2020). Analisis Semantik pada Mantra Suku Bugis di Pagatan Kecamatan Ku-
san Hilir. Jurnal Cendekia: Ilmiah Pendidikan, 8(2), 181—191.
Nashichuddin. (2017). Makna Mantra Pemanggilan Arwah Kesenian Jawa Bantengan
Mburig Malang. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 4(2), 58—69.
Nengsih, S. (2020). Formula dan Struktur Mantra Banjar: Sumpah Serapah Mamburu Hantu
Kuyang. Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra, 16(1), 107—117.
Olang, Y. (2020). Analisis Struktur dan Fungsi Mantra Dayak Suru’k Kecamatan Putussibau
Selatan. Jurnal Bahasa dan Sastra, 5(2), 198—205.
Purwanti, P. (2020). Fungsi dan Nilai Mantra dalam Masyarakat Banjar. Jurnal Ilmu Pen-
didikan, 4(1), 211—220.
Resviya. (2019). Analisis Semiotik Mantra Pengobatan Pada Masyarakat Dayak Bakumpai
Kalimantan Tengah. Jurnal Meretas, 2(1), 10—26.
Rifadah. (2022). Teks Mantra Sri Pohaci Tradisi di Kampung Cipicung: Sebuah Analisis
Struktural. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, 8(2), 58—68.
Rizki, A. (2022). Analisis Struktur Fisik dan Batin Mantra Pengobatan Tradisional Suku
Serawai Provinsi Bengkulu. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 20—35.
Rukesi, R. (2016). Nilai Budaya dalam Mantra Bercocok Tanam Padi di Desa Ronggo,
Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. BASINDO: jurnal kajian bahasa,
sastra Indonesia, dan pembelajarannya, 1(2), 26—45.
Seli. (2021). Mantra Tolak Bala Komunitas Dayak Kalimantan Barat: Kajian Semiotik.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(1), 174—189.
Siti, N. (2018). Inventarisasi Puisi Mantra di Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang
(Kajian Struktural). Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, 9(2), 114—133.
Sorayah. (2013). Fungsi dan Makna Mantra Tandur di Desa Karangnunggal Kecamatan Ka-
rangnunggal Kabupaten Cibeber. Jurnal Bahtera Sastra Antologi Bahasa, 4(1), 23—
34.
Sutrisno, A. & Muzammil, A. (2015). Analisis Struktur dan Fungsi Mantra Penjagaan Diri
Masyarakat Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. Jurnal Ilmi Pendidikan,
2(5), 77—90.
Triani. (2019). Struktur, Fungsi, dan Makna Mantra Dayak Salako di Desa Bagak Kecama-
tan Singkawang Timur. Jurnal Cakrawala Linguistik, 2(1), 189—194.
Trisnawati, T. (2022). Analisis Struktur dan Makna Mantra Pengobatan Tradisional (Jampe)
di Kampung Cisigung Lebak Banten. Jurnal Basastra, 11(3), 276—293.
Wardani, A. (2021). Struktur Mantra Kekuatan dalam Buku “Jangjawokan Inventarisasi
Puisi Mantra Sunda”. Jurnal Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, 4(2), 59—81.
Yuniar, I. (2021). Simbol dan Makna Mantra Pengobatan Pada Masyarakat Desa Padang
Tikar Kecamatan Batu Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembela-
jaran, 10(1), 1—9.

28 Jurnal Tradisi Lisan Nusantara, Volume 3, Nomor 1, 2023

Anda mungkin juga menyukai