Anda di halaman 1dari 16

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

BERKONSEP ‘EMPON-EMPON’ DALAM BAHASA JAWA

MEANING COMPONENT OF LEXEM THAT HAS ‘EMPON-EMPON’ CONCEPT


IN JAVANESE

Sri Nardiati

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta


Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia
sri_nardiati@yahoo.co.id

(naskah diterima tanggal 18 September 2017, direvisi terakhir tanggal 22 Desember 2017, dan
disetujui tanggal 23 Desember 2017)

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam
Bahasa Jawa”. Teori yang digunakan ialah analisis komponen makna, dengan pendekatan
intensional. Metodenya kontras dan komparasi yang didasarkan pada konsep dimensi
makna. Leksem yang terliput dalam empon-empon berjumlah empat belas, dikaji berdasarkan
dimensi ANATOMI, TUMBUHAN, BATANG, BUNGA, AKAR, KHASIAT, WARNA, dan TEKSTUR.
Berdasarkan komponen makna bersama yang dinyatakannya, seperangkat leksem tersebut
dapat dikelompokkan menjadi tujuh submedan yang terdiri atas: 1) laos, 2) bengle, puyang; 3)
jae emprit, jae gajah, jae sunthi; 4) kunir, temulawak; 5) kencur, temukunci; 6) temugiring,
temumangga; dan 7) temuputih, temuireng, dengan leksem empon-empon sebagai superordi-
natnya.
Kata Kunci: medan leksikal, komponen makna bersama, komponen makna pembeda,
superordinat

Abstract
This research is entitled “Meaning Component of Lexem That Has ‘Empon-Empon’ Concept In the
Javanese language”. The theory used was an analysis of meaning components with the intentional
approach. The methods were contrast and comparison based on the concept of meaning dimension. The
number of lexemes was fourteen, which empon-empon as the superordinate. The lexemes were
approached based on ANATOMY, PLANT, STEM, FLOWER, ROOT, EFFICACY, COLOR, and TEXTURE
dimensions. There were seven subfields to explain the class of lexemes. The subfields were consist of
1)laos, 2) bengle, puyang; 3) jae emprit, jae gajah, jae sunthi; 4) kunir, temulawak; 5) kencur,
temukunci; 6) temugiring, temumangga; and 7) temuputih, temuireng, with the empon-empon as the
superordinate.
Keywords: lexical field, common component, diagnostic component, superordinate

1. Pendahuluan karena erat kaitannya dengan bahan


Makalah ini merupakan hasil penelitian obat tradisional yang lazim digunakan
tentang perian komponen makna lek- untuk menyembuhkan berbagai penya-
sem yang berkonsep empon-empon kit bagi masyarakat. Di dalam Kamus
dalam bahasa Jawa. Kajian ini penting Bahasa Jawa (Baoesastra Djawa) (Tim Balai

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 165


Bahasa Yogyakarta, 2011: 183) dise- Kata-Kata yang Berkonsep “Gerak Pisik
butkan bahwa empon-empon adalah Berpindah Tempat oleh Manusia’ dalam
‘aneka tanaman yang berbiang, misal- Bahasa Jawa” oleh Sutana (1995).
nya, kunyit, kencur, jahe, dan seba- (5)“Analisis Kehiponiman Verba Olah
gainya) untuk membuat jamu’. Apabila ‘Memasak’ dalam Bahasa Jawa’ oleh
dilacak lebih saksama, ada satuan Nardiati (1993). (6) “Perian Semantik
leksikal yang belum terliput di dalam Leksem Alat-Alat Pertukangan Seng/
leksem empon-empon, misalnya kunir Patri dalam Bahasa Jawa” oleh Sutana
putih, yaitu empon-empon yang terdapat (2010). (7) “Perian Makna Leksem
+WARNA PUTIH. Di dalam Kamus Besar ‘Mengobati secara Herbal’ dengan
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Bahan yang tersebut pada Bentuk
empon-empon ialah ‘rimpang (jahe, Dasarnya dalam Bahasa Jawa” oleh
kunyit, temulawak dan sebagainya) Nardiati (2014). (8) “Perian Semantik
yang digunakan sebagai ramuan tradi- Leksem-Leksem yang Berkonsep ‘Ber-
sional (Departemen Pendidikan Nasio- musik dengan Mulut’ dalam Bahasa
nal, 2017: 439). Dengan penjelasan Jawa” oleh Sutana (2013). Di dalam
tersebut pengertian empon-empon belum- hasil penelitian ini digunakan tanda
lah jelas. Apabila dirunut berdasarkan asteris (*) yang menyatakan bahwa
morfologinya, kata empon-empon tergo- komponen tertentu irasional bagi
long bentuk ulang semu yang ditu- leksem tertentu. Namun, di dalam
runkan dari dasar empu berarti lajer pembahasannya tanda tersebut tidak
‘bagian utama (kunir lsp.)’ (Tim Balai digunakan. Selain itu, disebutkan bahwa
Bahasa Yogyakarta, 2011: 183). Berdasar- pada leksem ura-ura terdapat komponen
kan anatominya, di dalam entitas empon- PRIA dan WANITA. Ini tidak benar karena
empon terdapat komponen utama yang ura-ura hanya terdapat pada PRIA, tetapi
lazim disebut empu ‘bagian utama tidak terdapat pada WANITA. (9)
(tumbuhan obat berimpang); biang’. “Medan Leksikal Nomina Berkonsep
Dalam bahasa Jawa, maujud tersebut “Tempat” yang Terbuat dari Tanah Liat
disebut temulawak, kunir, laos, kencur, dalam Bahasa Jawa”dilakukan oleh
dan sebagainya. Nuryantini (2013). (10) “Kosakata Ber-
Topik ini menarik untuk diteliti atas konsep Makna ‘Ingin’ dalam Bahasa
pertimbangan kemanfaatannya yang Jawa” (2017) oleh Nurlina. (11)
sangat tinggi bagi kehidupan. Namun, “Perkakas Berbahan Bambu Memiliki
sepanjang pengetahuan penulis, peneli- Nilai Medis dan Ekonomis yang Positif”
tian tersebut belum dilakukan. Sebagai yang dilakukan oleh Purwa (2017). (12)
gambaran perlu dikemukakan hasil “Pengobatan secara Herbal dengan
penelitian sebelumnya, antara lain, Bahan yang Tersebut pada Dasar” oleh
sebagai berikut. (1) “Perian Semantik Nardiati (2014). (13) “Kehiponiman
Kata-Kata yang Berkonsep ‘Membawa’ Leksem Duduk dalam Bahasa Indonesia”
dalam Bahasa Jawa” oleh Subroto pada jurnal Metalingua oleh Sulastri
(1988). (2) “Kata Kerja Tipe Menyakiti (2009). Di dalam penelitian tersebut
Kepala dan Bagian-Bagiannya” oleh disebutkan bahwa leksem duduk
Sukesti (1993). (3) “Verba Tipe Golek belunjur, duduk bertimpuh, duduk bersila
‘Mencari’ dalam Bahasa Jawa” oleh terdapat komponen KEPALA
Suwatno (1993). (4) “Perian Semantik TERTUNDUK, LEHER TERTUNDUK, BADAN

166 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


MEMBUNGKUK. Deskripsian komponen Berkomponen Makna (+SUARA +INSAN)”
makna tersebut kurang cermat sebab dalam Jurnal Penelitian Humaniora oleh
dalam kenyataannya leksem duduk Wedhawati (2005).
belunjur, duduk bertimpuh, duduk bersila Perian komponen makna empon-
netral (0) terhadap komponen KEPALA empon pada artikel ini dekat dengan
TERTUNDUK, LEHER TERTUNDUK, BADAN penelitian Nardiati (2014) yang berjudul
MEMBUNGKUK. (14) “Kehiponiman Ver- “Mengobati secara Herbal dengan Ba-
ba yang Menyatakan Makna ‘Memba- han yang Tersebut pada Dasar”. Pada
wa’ dalam Bahasa Melayu Betawi” penelitian tersebut dideskripsikan ten-
dalam jurnal Metalingua Nomor 2 oleh tang aktivitas mengobati secara tradi-
Ekoyanantiasih (2015). Di dalam pene- sional. Selanjutnya, pada penelitian ini
litian tersebut digunakan teori kom- dikaji tentang masalah empon-empon,
ponen makna leksikal Nida (1975). yaitu maujud yang digunakan sebagai
Model pendeskripsian yang dilakukan bahan ramuan pembuatan obat atau
tidak mengikuti kelaziman yang dila- masakan tradisional.
kukan para pakar semantik sebelumnya. Hasil penelitian ini mempunyai
Misalnya, penulisan nama leksem dimi- manfaat, baik secara teoretis maupun
ringkan, komponen makna dikapital- praktis. Secara teoretis, hasil penelitian
kan. Maksudnya, tidak dibedakan ini dapat melengkapi teori semantik
antara penulisan bahasa sebagai pe- leksikal pada umumnya. Secara praktis,
ngantar dan penulisan kata sebagai hasil penelitian ini dapat digunakan
objek penelitian. (15) ”Medan Makna sebagai bahan pendefinisian atau pen-
Aktivitas Tangan dalam Bahasa Indo- jelasan lema dalam kamus. Selain itu,
nesia” oleh Nuryatiningsih (2015). hasil penelitian ini dapat digunakan
Disebutkan bahwa dalam penelitian sebagai bahan penyusunan tesaurus
tersebut berhasil dikumpulkan 63 berbahasa Jawa. Yang menjadi masalah
leksem yang dikelompokkan atas (i) dalam penelitian ini ialah (1) satuan
aktivitas tangan tanpa alat, (ii) ber- leksikal apa saja yang berkonsep empon-
dasarkan penggunaan alat, (ii) berda- empon dalam bahasa Jawa? (2) Kom-
sarkan sasaran, dan (iv) berdasarkan ponen makna apa yang terkandung
tujuan (Nuryatiningsih, 2015: 105). (16) pada setiap leksem? (3) Bagaimana
“Analisis Komponensial dan Struktur komponen makna bersama dan kompo-
Medan Verba Bahasa Indonesia yang nen makna pembedanya? (4) Bagaimana
Berkomponen Makna (+Tindakan penurunannya ke dalam submedan
+Kepala +Manusia +sengaja *Mitra yang lebih kecil? Dalam penelitian ini
+Sasaran)” oleh Ginanjar (2015). (17) digunakan pendekatan intensional,
“Analisis Komponen Makna Kata yang memusatkan perhatian pada struktur
Bermakna Dasar Memukul dalam konseptual seperangkat lemsem pada
Bahasa Madura Dialek Pamekasan” sebuah medan leksikal. Untuk menge-
dalam Publika Budaya oleh Efendi dkk. tahui satuan leksem yang berstatus
(2015). (18)“Analisis Komponen Makna superordinat dan subordinat didasarkan
Kata Kerja dalam Slogan Iklan Produk pada prosedur kontras dan komparasi
Kecantikan Muka” dalam Jurnal Bahasa (Nida, 1975: 15). Struktur konseptual
oleh Sidik dkk. (2012). (19) “Konfigurasi atau meaning as conceptual seperti yang
Medan Leksikal Verbal Indonesia yang dikemukakan Frawley (1992) dalam

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 167


(Subroto, 2011: 12). Struktur semantik subordinat atau hiponim lebih spesifik
pada hakekatnya sama dengan struktur daripada superordinat atau hiperonim
konseptual. Oleh karena itu, analisis (Cruse, 1986: 92). Leksem yang menjadi
semantik pada dasarnya sama dengan hiponim dalam suatu konteks dapat
analisis struktur konseptual. disulih dengan leksem yang menjadi
Teori yang digunakan dalam pene- hiperonimnya (Lyons, 1977: 292). Namun,
litian ini ialah teori semantik struktural. tidak sebaliknya. Dalam penelitian ini
Dalam hal ini terdapat keteraturan relasi leksem empon-empon berstatus sebagai
antarbutir leksikal yang membangun hiperonim yang dapat menyulih kunir
satu keutuhan struktur leksikal ‘kunyit’, jae ‘jahe’, atau puyang ‘lem-
(Wedhawati, 2005: 100). Penelitian ini puyang’ dan sejenisnya sebagai hipo-
masuk pada kajian medan makna, yaitu nimnya. Seperangkat leksem pada me-
ranah arti yang dimiliki oleh butir-butir dan leksikal ini dihubungkan oleh
leksikal. Satuan leksikal tertentu di- komponen makna bersama dan kom-
mungkinkan dimiliki oleh ranah seman- ponen makna pembeda atau diagnos-
tik yang sama dengan butir leksikal lain tiknya. Komponen makna diagnostik
(Wijana, 2015: 48). inilah yang mampu menimbulkan
Penelitian ini juga menggunakan kontras antara leksem yang satu dari
teori analisis komponen makna Nida yang lain di dalam sebuah medan
(1975: 19, 33). Teori ini menjelaskan leksikal (Lyons, 1977).
bahwa ranah makna (semantic domain)
merujuk pada seperangkat makna yang 2. Metode
mempunyai komponen makna umum Sebuah artikel jurnal hendaknya berme-
bersama (common component). Sejalan takognisi tentang metodologi karena
dengan itu, analisis komponensial ialah metodologi sebagai alat untuk meme-
upaya mengurai komponen-komponen cahkan persoalan dalam penulisan
makna sebuah kata dan dibanding- artikel jurnal (Setyaningsih, 2015: 26).
kannya dengan komponen-komponen Sebuah penelitian ada dua kegiatan
makna kata yang lain (Wijana, 2008: 88). besar, yaitu pencarian masalah dan
Komponen makna dapat dikelompok- pemecahan masalah terkait dengan
kan menjadi tiga, yakni (1) komponen objek sasaran penelitian.
bersama (common component), (2) kom- Berkenaan dengan artikel jurnal
ponen diagnostik (diagnostic component), tersebut, pada kesempatan ini penulis
dan (3) komponen suplemen (supplement tertarik pada perian leksikal yang
component) (Nida 1975: 32--39). berkonsep empon-empon sebagai objek
Bertolak dari teori tersebut, sepe- penelitian karena objek tersebut sangat
rangkat leksem yang berkomponen dikenal dan besar manfaatnya dalam
makna empon-empon ini dianalisis secara kehidupan. Untuk itu, timbul keinginan
hiponimis. Leksem yang mencakupi untuk mencermati, berusaha mencari
berstatus sebagai superordinat atau tahu, dan berupaya menggali informasi
hiperonim dan yang tercakupi sebagai melalui bacaan dan bertanya kepada
subordinat atau hiponim (Basiroh, 1992: narasumber informan. Untuk mengetes
26). Dalam hal ini terbangun hubungan akurasi sebuah data, penulis mengecek
vertikal dan horizontal. Komponen kepada orang yang lebih tahu, antara
makna leksem yang berstatus sebagai lain, kepada para penjual empon-empon

168 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


di pasar. Selanjutnya, disusun rumusan yang dinyatakannya. Komponen makna
masalah, jawabannya yang bersifat se- pembeda atau diagnostik timbul berkat
mentara sebagai hipotesis. terjadinya kontras antara leksem yang
Dalam hal penelitian diperlukan bermiripan komponen maknanya di
tiga tahapan proses, yakni penyediaan dalam sebuah medan leksikal (Lyons,
data, analisis data, dan penyusunan 1977: 326).
hasil analisis data (Sudaryanto, 2015: 6— Untuk menguji kesahihan data di-
8). Pada tahap penyediaan data dilaku- gunakan teknik uji konteks verbal apa X
kan pencatatan nama leksem yang ber- kalebu ewoning Y ‘apakah X tergolong Y’.
konsep empon-empon pada kartu data. Dalam hal ini, X diisi dengan satuan
Data hendaknya berkualifikasi sa- leksem yang termasuk di dalam medan
hih (valid) dan terandal (reliabel). Tahap leksikal, sedangkan Y harus diisi dengan
penyediaan data lazim juga disebut satuan leksem yang menjadi super-
tahap pengumpulan data. Di sini terda- ordinatnya. Apabila teori itu diterapkan
pat aktivitas pencatatan dan pemilahan akan terbentuk konteks Apa kencur klebu
data, dan penataan berdasarkan tipe dan jinise empon-empon? Dalam hal ini, lek-
jenis dari data pilihan (Sudaryanto, 2015: sem kencur senilai dengan X, sedangkan
12). empon-empon senilai dengan Y.
Pada tahap analisis data, penulis Kamus sebagai sumber data pene-
pengamati, membedah, dan mengurai litian ini. Namun, leksem yang dapat
data berdasarkan permasalahannya dicatat sebagai data terbatas jumlahnya,
(Sudaryanto, 2015: 7). Data pilihan di- baik yang terkait dengan jenis leksem
identifikasi, dideskripsi komponen mak- maupun penjelasannya. Sebagai contoh-
na yang dinyatakannya, dan dikelom- nya, kata temu bersinonim dengan
pokkan berdasarkan dimensinya (We- empon-empon, dengan contoh temu giring,
dhawati, 1998: 26). Apabila ditemukan temulawak. Selain itu, ada jenis empon-
banyak komponen makna pada setiap empon yang belum masuk, misalnya
leksemnya, dibingkai dengan konsep temuputih yang berkomponen makna
dimensi makna. Dimensi ini mencakupi +WARNA PUTIH (Tim Balai Bahasa
atau meliputi komponen-komponen Yogyakarta, 2011). Sehubungan dengan
makna yang ada (Wedhawati, 2005: itu, penulis memanfaatkan buku-buku
107). Disebutkan oleh Lyons (1977: yang memuat morfologi tumbuhan,
292) bahwa leksem yang menjadi komponen zat aktif yang terdapat pada
hiponim atau subordinat dapat disulih bagian tumbuhan tersebut, dan kha-
dengan leksem yang menjadi hiperonim siatnya untuk pengobatan sebagai sum-
atau superordinatnya, tetapi tidak ber data. Buku-buku tersebut berjudul
sebaliknya. Dalam hal ini, leksem empon- Temuputih Tanaman Obat Antikanker oleh
empon sebagai hiperonim atau super- Syukur (2001); Khasiat 7 Manfaat Jahe
ordinat yang dapat menyulih kunir, jae, Merah: Si Rimpang Ajaib oleh Tim Lentera
atau puyang, dan sebagainya yang (2002); Khasiat dan Manfaat Temulawak
menjadi subordinat atau hiponimnya, oleh Afifah, Efi, dan Tim Lentera. (2005);
tetapi kunir, jae, atau puyang tidak dapat dan Inventaris Tanaman Obat Indonesia
menyulih empon-empon. (1993) oleh Hutapea, dkk.
Terjadinya penyulihan ini didasar- Berdasarkan satuan leksikal yang
kan pada komponen makna bersama sudah dikumpulkan tersebut ditentukan

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 169


satuan makna yang ada pada setiap 14) temuputih
leksem tersebut. Berdasarkan deskripsi Komponen makna yang terkandung pa-
komponen makna tersebut ditemukan da seperangkat leksem tersebut dides-
komponen makna bersama sehingga kripsikan melalui sembilan dimensi: (1)
membentuk kelompok leksem yang ber- ANATOMI, (2) TUMBUHAN, (3) BATANG,
kohiponim. Untuk memudahkan penen- (4) DAUN, (5) BUNGA, (6) AKAR, (7)
tuan komponen makna yang dinya- KHASIAT, (8) WARNA, dan (9) TEKSTUR.
takannya, ditentukan dimensi yang Komponen makna pada seperang-
membingkai komponen makna yang kat leksem tersebut diklasifikasi berda-
dimiliki setiap leksem (Wedhawati, sarkan konsep dimensi makna (Dupuy-
2005: 107). Engelhardt, 1990 dalam Wedhawati,
Untuk mempermudah pembacaan- 1998: 58). Bertolak dari teori tersebut, di
nya, deskripsi reaksi makna setiap dalam penelitian ini dideskripsikan
leksem pada makalah ini ditandai tentang (1) seperangkat leksem yang
dengan notasi semantis + (plus) bila terliput pada leksem empon-empon, (2)
komponen makna tertentu dimiliki oleh komponen makna pada seperangkat
leksem tertentu, - (minus) bila kompo- leksem yang berkonsep empon-empon, (3)
nen makna tidak dimiliki oleh leksem deskripsi komponen makna bersama
tertentu, dan 0 (zero) jika komponen yang dimiliki oleh seperangkat leksem
makna netral pada leksem tertentu. dan komponen makna pembedanya,
Untuk mendeskripsikan rumusan, di- dan (4) penurunannya pada sub-
gunakan huruf kapital untuk komponen submedan. Supaya menjadi jelas, sub-
makna, apit petik tunggal untuk definisi, stansi permasalahan itu diuraikan pada
dan cetak miring untuk nama leksem. bagian berikut.
Model penulisan ini lazim digunakan
oleh para peneliti semantik, misalnya 3.1 Deskripsi Komponen Makna
Wedhawati (1998, 2005). Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa leksem empon-empon mencakupi
3. Hasil dan Pembahasan empat belas leksem. Keempat belas
Leksem yang terliput di dalam leksem leksem tersebut sudah dideskripsi
empon-empon berjumlah empat belas seperti yang tertera pada butir 3. Setiap
buah, seperti berikut. leksem tersebut mempunyai seperang-
1) bengkle kat komponen makna seperti yang
2) jae emprit tertera pada matriks berikut.
3) jae gajah
4) jae sunthi
5) kencur
6) kunir
7) laos
8) puyang/lempuyang
9) temugiring
10) temuireng
11) temulawak
12) temukunci
13) temumangga

170 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


KOMPONEN MAKNA LEKSEM YANG BERKONSEP EMPON-EMPON

Dimensi khasiat warna

akar
bunga

batang
tekstur

anatomi
tumbuhan
Daun tunggal
Leksem

semu

biang
aroma

semak
kuning

serabut
rempah

rimpang
pewarna
tolakbala

melancip
kosmetik

mejamuk
minuman

Obatdiare

Obatpanu
Obatwasir
Obatbatuk
Serattinggi

Obatencok

meruncing
Obatcacing
Putih hitam

melonjongg
Obatkanker

penghangat
Pelegaperut
Seratrendah

Obatdemam

Nafsumakan
Putih-bening

Perbanyakasi
Jingga-cokelat

Peluruhlemak
Peluruhdahak
Merah-cokelat

Pengecilrahim
cokelat-kuning

Putih-kuuningan

1 bengle + + + + + + - + + - - - - + - - - + - - - - - + - - + + - - + - - - - - - + -
2 jaeemprit + + + + + + 0 + + 0 0 + - - - - - - - - + - - - - - 0 + - + - - - + - - - + -
3 Jaegajah + + + + + + 0 + + + 0 + - - - - - - - - + - - - - - 0 + - 0 - - - + - - - + -
4 Jaesunthi + + + + + + 0 + + 0 0 + - - - - - - - - + - - - - - 0 + - - - - - + - + -
5 kencur + + + + - - + + + + + 0 - - - - - - - + - - - - - - 0 - + - - - + - - - - - +
6 kunyit + + + + + - 0 + + 0 - - + - - - - - - - - - - - + + 0 - - 0 - - - + - - - +
7 laos + + + + + + - + + + + - - - 0 - + - - - + - - - - - - - - - - + - - - - + -
8 puyang + + + + + + - + + 0 - + - - - 0 - 0 + - 0 - 0 0 0 0 + - - - + - - - - - - + -
9 temugiring + + + + + - 0 + + - - - - - - 0 - 0 0 - + - 0 + 0 0 0 - - - + - - - - - - - +
10 temuireng + + + + + - 0 + + - - - - - - + - 0 0 - 0 - 0 + 0 0 0 - - - - - - - - + - +
11 temulawak + + + + + - + + + - - - 0 - + + + 0 0 - + - 0 0 0 0 0 + - - - - - - + - - - +
12 temukunci + + + + + - + + + + + - - - - 0 - - + - - - - - - - - - - - - - + - - - - - +
13 temumangga + + + + + - 0 + + - - - - - - + + 0 0 - 0 - + 0 0 0 - - - - + - + - - - - - +
14 temuputih + + + + - - + + + - - - - - - - - - - - - - + - + 0 - - - - - + - - - - - - +

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa


171
Seperangkat leksem yang terliput Leksem temulawak +MELANCIP.
pada leksem empon-empon dikelompok- Leksem temukunci + MELANCIP
kan berdasarkan sembilan dimensi. Leksem temumanga +MELANCIP.
Kesembilan dimensi itu ialah (1) Leksem temuputih +MELANCIP.
ANATOMI, (2) TUMBUHAN, (3) BATANG, Komponen makna pembeda sepe-
(4) DAUN TUNGGAL, (5) BUNGA, (6) rangkat leksem berdasarkan dimensi
AKAR, (7) KHASIAT, (8) WARNA, dan (9) makna KHASIAT ialah sebagai berikut.
TEKSTUR. Leksem bengkle +TOLAK BALA, +PELEGA
Komponen makna yang dimiliki PERUT, +OBAT CACING, +OBAT
bersama didasarkan pada lima dimensi DEMAM, +OBAT ENCOK.
makna, yaitu +ANATOMI, +TUMBUHAN, Leksem jae emprit +PENGHANGAT,
+BATANG, +BUNGA, dan +AKAR. Kom- +PELURUH LEMAK, +OBAT
ENCOK
ponen makna +BIANG, +RIMPANG ter-
Leksem jae gajah +PENGHANGAT,
liput pada dimensi +ANATOMI; +SEMAK +PELURUH LEMAK, +OBAT
terliput dalam dimensi TUMBUHAN; ENCOK, +REMPAH
+SEMU terliput dalam dimensi BATANG; Leksem jae sunthi +PENGHANGAT,
+SERABUT terliput di dalam dimensi +PELURUH LEMAK, +OBAT
AKAR; +MAJEMUK terliput di dalam ENCOK
dimensi BUNGA. Itu semua deskripsian Leksem kencur +REMPAH, +AROMA,
komponen makna bersama dari keem- +PELURUH DAHAK, OBAT BATUK
pat belas leksem yang terliput di dalam Leksem kunir +PEWARNA, +OBAT DIARE,
+OBAT WASIR
leksem empon-empon.
Leksem laos +REMPAH, +AROMA, +OBAT
PANU, +PELEGA PERUT
3.2 Deskripsi Komponen Makna Pem- Leksem puyang +PENGHANGAT,
beda +PERBANYAK ASI, +OBAT DEMAM
Selain mempunyai komponen makna Leksem temugiring +PELURUH LEMAK,
bersama, seperangkat leksem yang +OBAT CACING.
berkonsep empon-empon mempunyai Leksem temuireng +NAFSU MAKAN,
komponen makna pembeda. Komponen +OBAT CACING
makna yang berpotensi sebagai pem- Leksem temulawak +KOSMETIK, +NAFSU
beda itu dapat diketahui melalui di- MAKAN, +PENGECIL RAHIM,
mensi DAUN, KHASIAT, WARNA, dan +PELURUH LEMAK, +OBAT
ENCOK
TEKSTUR. Seperangkat leksem berda-
Leksem temukunci +REMPAH, +AROMA,
sarkan dimensi DAUN, sebagai berikut.
+PERBANYAK ASI
Leksem temumangga +NAFSU MAKAN,
Leksem bengkle +MERUNCING. +PELEGA PERUT, +OBAT KANKER
Leksem jae emprit +MERUNCING. Leksem temuputih +OBAT KANKER,
Leksem jae gajah +MERUNCING, +OBAT DIARE
Leksem jae sunthi +MERUNCING. Seperangkat leksem berkonsep empon-
Leksem kencur +MELONJONG. empon berdasarkan dimensi WARNA
Leksem kunir +MELANCIP. Leksem bengkle +KUNING
Leksem laos +MERUNCING. Leksem jae emprit +KUNING
Leksem puyang +MERUNCING. Leksem jae gajah +KUNING
Leksem temu giring +MELANCIP. Leksemjae sunthi +MERAH-COKELAT
Leksem temuireng +MELANCIP. Leksem kencur +PUTIH-KUNING
172 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017
Leksem kunir +JINGGA-COKELAT Diagram 1. Superordinat 0 (zero)
Leksem laos +PUTIH KEKUNINGAN ᵩ
Leksem puyang +KUNING
Leksem temu giring +KUNING
Leksem temuireng +PUTIH-HITAM bengle puyang
Leksem temulawak +JINGGA -COKELAT
Leksem temukunci +PUTIH -KUNING Pada diagram 1 terdapat relasi hori-
Leksem temumangga +PUTIH KEKU- zontal yang terdiri atas dua leksem,
NINGAN yakni bengle dan puyang. Kedua leksem
Leksem temuputih +PUTIH BENING tersebut tergolong satu medan karena
terdapat komponen bersama +BIANG,
Seperangkat leksem berkonsep empon- +RIMPANG, +TUMBUHAN SEMAK, +BATANG
empon berdasarkan dimensi TEKSTUR SEMU, +DAUN TUNGGAL MERUNCING,
+BUNGA MAJEMUK, +AKAR SERABUT,
Leksem bengkle +SERAT TINGGI
+WARNA KUNING, dan +TEKTUR SERAT
Leksem jae emprit +SERAT TINGGI
TINGGI. Komponen makna pembedanya
Leksem jae gajah +SERAT TINGGI
didasarkan dari dimensi makna
Leksem jae sunthi +SERAT TINGGI
MANFAAT, yaitu +TOLAK BALA, PELEGA
Leksem kencur +SERAT RENDAH
PERUT, OBAT CACING, OBAT DEMAM,
Leksem kunir +SERAT RENDAH OBAT ENCOK untuk leksem bengle dan
Leksem laos +SERAT TINGGI +PERBANYAK ASI, +PENGHANGAT, dan
Leksem puyang +SERAT TINGGI +OBAT DEMAM untuk leksem puyang.
Leksem temu giring +SERAT RENDAH
Leksem temuireng +SERAT RENDAH Diagram 2. Superordinat 0 (zero)
Leksem temulawak+SERAT RENDAH
Leksem temukunci +SERAT RENDAH ᵩ
Leksem temumangga +SERAT RENDAH
Leksem temuputih +SERAT RENDAH
jae emprit jae gajah jae sunthi
3.3 Deskripsi Sub-Submedan
Berdasarkan deskripsian komponen Pada diagram 2 terdapat relasi hori-
makna tersebut, diketahui bahwa setiap zontal yang terdiri atas tiga leksem,
leksem yang terliput di dalam leksem yaitu jae emprit, jae gajah, dan jae sunthi.
empon-empon mempunyai komponen Ketiga leksem tersebut mempunyai
makna bersama dan pembeda. Apabila , komponen makna bersama, seperti yang
mak-na-makna tersebut dikomparasi sudah disebutkan pada butir 3.1. Selain
dan dikontraskan, terbentuklah struktur itu, komponen makna bersama yang
sub-submedan leksikal yang lebih kecil. dimiliki ketiga leksem tersebut ialah
Komponen makna pembeda atau berdimensi makna +KHASIAT, yaitu
diagnostik timbul berkat terjadinya +PENGHANGAT, +PELURUH LEMAK, +OBAT
kontras antara leksem yang berelasi ENCOK, dan +TEKSTUR SERAT TINGGI.
secara horizontal. Untuk itu, perhatikan Komponen makna pembedanya tampak
uraian berikut. dari dimensi makna KHASIAT, yaiu
+MINUMAN untuk jae emprit, +REMPAH
untuk jae gajah, dan +OBAT untuk jae
sunthi. Dari dimensi WARNA: +KUNING

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 173


untuk jae emprit dan jae gajah, +MERAH- Komponen
TEKSTUR: +SERAT RENDAH.
COKELAT untuk jae sunthi. makna pembedanya didasarkan dari
dimensi makna MANFAAT: +PELURUH
Diagram 3. Superordinat 0 (zero) DAHAK, +OBAT BATUK untuk leksem
kencur dan +PERBANYAK ASI untuk

leksem temukunci.

Diagram 5. Superordinat 0 (zero)


kunyit temulawak

Pada diagram 3 tersebut terdapat
struktur medan leksikal dengan dua
leksem yang berelasi secara horizontal. temu giring temumangga
Di dalam leksem kunyit dan temulawak
terdapat komponen makna bersama, Pada diagram 5 tersebut terdapat
seperti yang sudah disebutkan pada struktur medan leksikal dengan dua
butir 3.1. Selain itu, komponen pembeda leksem, yaitu temugiring dan temu-
yang lain dapat dilihat dari dimensi mangga. Komponen makna bersamanya
makna WARNA: +JINGGA COKELAT. seperti yang sudah disebutkan pada 3.1.
Komponen makna pembedanya ialah Namun, masih terdapat komponen
didasarkan pada dimensi makna bersama berdasarkan dimensi makna
MANFAAT: +PEWARNA, OBAT DIARE, WARNA: +KUNING; TEKTUR: +SERAT
+WASIR untuk lesem kunir dan RENDAH. Adapun komponen makna
+KOSMETIK, +NAFSU MAKAN, +PENGECIL pembedanya tampak pada dimensi
RAHIM, +PELURUH LEMAK, +OBAT ENCOK makna MANFAAT: +NAFSU MAKAN,
untuk temulawak. +PELEGA PERUT, +OBAT KANKER untuk
leksem temumangga; sedangkan
Diagram 4. Superordinat 0 (zero)
+PELURUH LEMAK, +OBAT CACING untuk
ᵩ leksem temu giring.

Diagram 6. Superordinat 0 (zero)

kencur temukunci ᵩ

Pada diagram tersebut terdapat struktur


temuputih temuireng
medan leksikal yang terdapat leksem
kencur dan temukunci berelasi secara
horizontal. Komponen makna bersama Pada diagram tersebut terdapat struktur
yang dimiliki didasarkan pada dimensi medan leksikal yang disusun atas dua
makna +ANATOMI, +TUMBUHAN, leksem, yaitu temuputih dan temuireng.
+BATANG, +BUNGA, +AKAR seperti yang Komponen makna bersama yang
sudah disebutkan pada butir 3.1. dinyatakannya sudah disebutkan pada
Komponen makna bersama yang lain butir 3.1. Namun, terdapat komponen
tampak pada dimensi DAUN: +TUNGGAL makna bersama yang lain, yatu TEKTUR:
MELONJONG; KHASIAT: +REMPAH,
+SERAT RENDAH. Adapun komponen
+AROMA; WARNA: +PUTIH-KUNING;

174 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


makna pembedanya dapat dilihat dari
dimensi MANFAAT: +OBAT +KANKER,
+OBAT DIARE untuk leksem temuputih
dan +NAFSU MAKAN untuk temuireng.
Komponen makna pembeda lainnya
dapat dilihat dari dimensi makna
WARNA: +PUTIH-BENING untuk leksem
temuputih dan +PUTIH-HITAM untuk
leksem temuireng.
Uraian komponen makna sepe-
rangkat leksem yang berkonsep empon-
empon tersebut mempunyai bermacam-
macam komponen makna yang dida-
sarkan pada sembilan dimensi. Aneka
macam komponen makna tersebut
dapat dikaji ke dalam kelompok
komponen makna bersama, komponen
makna pembeda, dan sub-submedan
makna. Terbentuknya submedan ini
didasarkan pada relasi kontras dan
komparasi. Sebagai penjelasnya, hierarki
seperangkat leksem tersebut dapat
diformulasikan ke dalam diagram 7
berikut.

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 175


Diagram 7. Konfigurasi Seperangkat Leksem Berkonsep Empon-Empon

empon-empon

ᵩ ᵩ ᵩ ᵩ ᵩ ᵩ

176 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


laos temuputih temuireng

jae jae jae kunir temulawak Ken- Temu-


bengkle puyang
emprit gajah sunthi cur kunci temugiring temumangga
4. Simpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan, Daftar Pustaka
jumlah leksem yang berkonsep empon-
empon berjumlah empat belas buah. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Untuk mengetahui komponen makna Bahasa. 2017. Kamus Besar
yang dimilikinya, diklasifikasi berdasar- Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan
kan konsep dimensi. Komponen makna Pengembangan dan Pembinaan
yang dinyatakannya dikelompokkan Bahasa.
atas sembilan dimensi makna:
+ANATOMI, +TUMBUHAN, +BATANG, Basiroh, Umi. 1992. “Telaah Baru dalam
+DAUN, +BUNGA, +AKAR, +KHASIAT, Tata Hubungan Leksikal Kehi-
+WARNA, dan +TEKSTUR. poniman dan Kemeroniman”.
Komponen makna pembeda sepe- Jakarta: Universitas Indonesia.
rangkat leksem yang berkonsep empon-
empon tersebut ditentukan dari dimensi Cruse, D.A. 1986. Lexical Semantics.
makna DAUN, KHASIAT, WARNA, dan Cambrbridge and New York:
TEKSTUR. Berdasarkan komponen mak- Bambridge University Press.
na tersebut, seperangkat leksem dikon-
traskan dan dikomparasikan sehingga Ekoyanantiasih, Ririen. 2015. Kehipo-
membentuk sub-submedan leksikal niman Verba yang Menyatakan
yang lebih kecil. Seperangkat leksem Makna ‘Membawa’ dalam Ba-
yang terdiri atas empat belas leksem hasa Melayu Betawi. Dalam
tersebut diturunkan menjadi enam Metalingua Jurnal Penelitian Ba-
submedan. Ada satu leksem, laos ‘leng- hasa Volume 13, Nomor 2.
kuas’, yang perilaku maknanya lain Bandung: Balai Bahasa Provinsi
sehingga tidak dapat berelasi secara Jawa Barat.
horizontal bersama leksem lain dalam
membentuk medan leksikal. Sub- Ginanjar, Bakdal. 2015. “Analisis Kompo-
submedan turunan itu diformulasikan nensial dan Struktur Medan Verba
ke dalam enam diagram (1—6) dengan Bahasa Indonesia yang Berkompo-
leksem zero (0) sebagai superordinat nen Makna (+Tindakan +Kepala
atau hiperonimnya. Diagram 1 meliputi +Manusia +sengaja *Mitra
dua leksem, yaitu bengle dan puyang. +Sasaran)” Dalam Nuansa Indo-
Diagram 2 meliput tiga leksem, yaitu jae nesia Volume XVII, Nomor 1,
emprit, jae gajah, dan jae sunthi. Diagram Februari 2015. Surakarta: jurnal.fib.
3 meliput dua leksem, yaitu kunir dan uns.ac.id/index,plip/nuansa_indo
temulawak. Diagram 4 meliput dua nesia article/view/51
leksem, yaitu kencur dan kunci. Diagram
Lyons, J. 1977. Semantics I. London and
5 meliputi dua leksem, yaitu temu giring
New York: Cambridge univer-
dan temumangga. Diagram 6 meliput
sity Press.
dua leksem, yaitu temuputih dan
temuireng. Nardiati, Sri. 1993. “Analisis Kehipo-
niman Verba Olah ’Memasak’
dalam Bahasa Jawa. Dalam

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 177


Widyaparwa. Nomor 41.. Yogya- ogyakarta: Balai Bahasa
karta: Balai Penelitian Bahasa. Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
---------. 2014. “PerianMakna Leksem
‘Mengobati secara Herbal Purwa, I Made. 2017. “Potensi Leksikon
dengan Bahan yang tersebut Perkakas Berbahan Bambu:
pada Bentuk Dasar”. Dalam Sebuah Tinjauan Ekolinguistik.
Widyaparwa Volume 42, Nomor Dalam Martabatkan Bahasa dan
2, Desember. Yogyakarta: Balai Sastra Rayakan Kebinekaan.
Bahasa Provinsi Daerah Istime- Ambon: Kantor Bahasa Maluku.
wa Yogyakarta.
Subroto, D. Edi. 1988. “Perian Semantik
Nida, E4gene A. 1975.Componential Kata-Kata yang Berkonsep
Analysis of Meaning: an Introduc- ‘Membawa’ dalam Bahasa
tion to Semantic Structures. The Jawa” Makalah Konferensi dan
Hague: Mouton. Seminar Nasional Ke-5 Masya-
rakat Linguistik Indonesia. Ujung-
Nurlina, Wiwin Erni Siti. 2017. “Kosa- pandang.
kata Berkonsep Makna ‘Ingin’
dalam Bahasa Jawa. Dalam Sukesti, Restu. 1993. “Kata-Kerja Tipe
Martabatkan Bahasa dan Sastra ‘Menyakiti Kepala dan Bagian-
Rayakan Kebinekaan. Ambon: Bagiannya Dalam Widyaparwa
Kantor Bahasa Maluku. Nomor 40. Yogyakarta: Balai
Penelitian Bahasa.
Nuryatiningsih, Farida. 2015. “Medan
Makna Aktivitas Tangan dalam Setyaningsih, Yuliana. 2015. “Manifes-
Bahasa Indonesia”. Dalam Da- tasi Metakognisi dalam Penu-
lam Prosiding Seminar Nasi- lisan Artikel Jurnal” Dalam
onal Peremuan Ilmiah Bahasa Prosiding Seminar Nasional
dan Sastra Indonesia (PIBSI) Peremuan Ilmiah Bahasa dan
XXXVII. Yogyakarta: Program Sastra Indonesia (PIBSI)
Studi Pendidikan Bahasa dan XXXVII. Yogyakarta: Program
Sastra Indonesia dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Magister Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Program
dan Sastra Indonesia FKIP Magister Pendidikan Bahasa
Universitas Sanata Dharma dan Sastra Indonesia FKIP Uni-
Bekerja sama dengan Asosiasi versitas Sanata Dharma Bekerja
Dosen Bahasa dan Sastra sama dengan Asosiasi Dosen
Indonesia (ADOBSI). Bahasa dan Sastra Indonesia
(ADOBSI).
Nuryantini. 2013. “Medan Leksikal
Nomina Berkonsep “Tempat” Sulastri, Hari. 2009. “Kehiponiman
yang terbuat dari Tanah Liat Leksem Duduk dalam Bahasa
dalam Bahasa Jawa”. Dalam Indonesia”. Dalam Metalingua
Prosiding Seminar (Diskusi) Volume 3, Nomor 1. Desember
IlmiahKebahasaandanKesastraan.Y

178 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017


2004. Bandung: Balai Bahasa Suryatin, Eka. 2015. “Analisis Semantik
Bandung. Verba Bermakna ‘Menyakiti’
dalam Bahasa Banjar. Dalam
Sutana, Dwi. 1995. “Perian Semantik Metalingua Jurnal Penelitian
Kata-Kata yang Berkonsep Bahasa Volume 12, Nomor 1.
‘Gerak Fisik Berpindah Tempat Bandung: Balai Bahasa Provinsi
oleh Manusia’ dalam Bahasa Jawa Barat.
Jawa”. Dalam Widyaparwa
Nomor 45. Yogyakarta: Balai Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011.
Penelitian bahasa. KamusBasa Jawa (Bausastra Jawa).
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
---------. 2010. “Perian semantik Leksem
Alat-Alat Pertukangan Seng/ Wedhawati. 1998. “Medan Leksikal
Patri dalam bahasa Jawa”. Verbal Indonesia yang Berkom-
Dalam Widyaparwa. Nomor 2. ponen Makna Suara Insani”.
Yogyakarta: Balai Bahasa (Desertasi). Yogyakarta: Univer-
Yogyakarta. sitas Gadjah Mada.

---------. 2013. “Perian Semantik Leksem- ---------. 2005. ”Konfigurasi Medan


Leksem yang Berkonsep Leksikal Verbal Indonesia yang
‘Bermusik dengan Mulut’ Berkomponen Makna (+SUARA
dalam Bahasa Jawa. Dalam +INSAN). Dalam Humaniora, Vol.
Metalingua Jurnal Penelitian 6, Nomor 1, Yogyakarta: Unit
Bahasa Volume 11, Nomor 2, Pengkajian dan Publikasi
Desember 2013.Bandung:Balai Fakultas Ilmu Budaya Univer-
Bahasa Provinsi Jawa Barat. sitas Gadjah Mada Yogyakarta

Subroto, D. Edi. 2011. Pengantar Wijana, I Dewa Putu. 2008. Semantik:


StudiSemantik dan Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta:
(Buku 1. Pengantar Studi Seman- Penerbit Yuma Pustaka.
tik). Surakarta: Cakrawala
Media. ----------. 2015. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Program Studi S2 Linguistik,
Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Fakultas Ilmu Budaya, Univer-
Penelitian Wahana Kebudayaan sitas Gadjah Mada Yogyakarta
secara Linguistis. Yogyakarta: bekerja sama Pustaka Pelajar.
Sanata Dharma Uninersity
Press. Efendi, Elvan; Akhamad Sofyan; dan
Agus Sariono. 2015. “Analisis
Suwatno. 1993; “Verba Tipe Golek ‘Men- Komponen Makna Kata yang
cari’ dalam Bahasa Jawa” . Bermakna Dasar Memukul
Dalam Widyaparwa, Nomor 31. dalam Bahasa Madura Dialek
Yogyakarta: Balai Penelitian Pamekasan”. Dalam Publika
Bahasa. Budaya. Jember: Universitas Negeri
Jember. Sumber: https://

Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa 179


www.repository.unej.ac.id/bits
tream/handle/123456789/7088
0/ELVAN%20EFENDI.pdf

Sidik, Indirawati Zahid dan Fatmawati


(2012) “Analisis Komponen
Makna Kata Kerja Dalam Slo-
gan Iklan Produk Kecantikan
Muka”. Dalam Jurnal Bahasa.
pp. 256--283. Sumber: http://
repository.um.edu.my/29714/

Daftar Pustaka Data

Afifah, Efi, dan Tim Lentera. 2005.


Khasiat dan Manfaat Temulawak.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Hutapea dkk, Jonny Ria. 1993. Inventaris


Tanaman Obat Indonesia.Jakarta:
Departemen Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

---------. 2001. Inventaris Tanaman Obat


Indonesia Jilid 2. Jakarta: Depar-
temen Kesehatan dan Kesejah-
teraan Sosial RI, Badan Pene-
litian dan Pengembangan Kese-
hatan.

Syukur, Cheppy. 2001. Temuputih


Tanaman Obat Antikanker. Jakar-
ta: Penebar Swadaya.

Tim Lentera. 2002. Khasiat 7 Manfaat Jahe


Merah: Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
Agro Media Pustaka.

Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011.


Kamus Basa Jawa (Bausastra Ja-
wa). Yogyakarta: Penerbit Kani-
sius.

180 Widyaparwa, Volume 45, Nomor 2, Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai