Anda di halaman 1dari 17

1

‘JATUH’ DALAM BAHASA MAKIAN DIALEK MAKIAN DALAM

(ANALISIS KOMPONEN MAKNA)

Hubbi Saufan Hilmi

1,2,3,4,5
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Univeristas
Khairun, Indonesia

*Corresponding author: hubbi@unkhair.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan mendeskripsikan komponen


makna kata jatuh dalam bahasa Makian dialek makian dalam. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitiaan ini ialah metode deskriptif dengan bentuk kualitiatif. Data
dalam penelitian berupa data lisan dari 50 sampel penutur bahasa Makian dialek makian
dalam. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode cakap dan
simak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sejumlah kata untuk menyebut kata
jatuh dalam bahasa Makian dialek makian dalam. Sejumlah kata tersebut digunakan berbeda-
beda untuk menyebut kata jatuh berdasarkan pada objek yang jatuh, proses terjadinya
peristiwa jatuh, dan kondisi setelah peristiwa tejatuh terjadi.
Kata-kata kunci: bahasa makian, dialek makian dalam, komponen makna, jatuh

Abstract
This study aims to find out the form and describe the components of the meaning of the
word fall in the language of Makian dialect of makian dalam. The research method used in
this research is descriptive method with quality form. The data in the study was oral data
from 50 samples of Makian speakers of makian dalam dialects. Data collection techniques in
this study using capable and listening methods. The results showed that there are a number
of words to refer to the word fall in the Makian dialect of makian dalam. Some of these
words are used differently to refer to the word fall based on the falling object, the process in
which the event falls, and the condition after the fall event occurs.
Keywords:Makian language, makian dalam dialect, meaning component, fall

Pendahuluan
Setiap bahasa memiliki keunikan masing-masing, begitu juga dengan bahasa Makian
dialek makian dalam di Desa Kyowor. Keunikannya dapat diketahui dari sejumlah fenomena
bahasa sehari-hari tanpa disadari oleh penuturnya. Keunikan bahasa tersebut salah satunya
terjadi ketika kata jatuh digunakan dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa
Kyowor. Kata jatuh sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki diartikan dengan (terlepas dan)
turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam
gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya).
Kata jatuh dalam bahasa Makian dialek makian dalam di Desa Kyowor berdasarkan
makna generik atau umum dileksikalkan dengan kata ntat. Kata ntat dalam bahasa Makian
dialek makian dalam di Desa Kyowor memiliki sejumlah kata spesifik yang maknanya
2

beragam dan saling berdekatan/ tumpang tindih. Kata habbaik dan kata tabbasail misalnya,
kedua kata tersebut digunakan untuk menyebut jatuh dalam bahasa Makian dialek makian
dalam, jatuhnya manusia disebut dengan habbaik dan khusus benda disebut tabbasail. Jika
dilihat dari komponen makna yang membentuknya, terlihat sejumlah perbedaan diantara
kedua kata tersebut. Kata habbaik memiliki komponen makna berupa /+manusia (benda)/,
/+terlepas dari tumpuannya/, /+vertikal ke horizontal/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan
maksud bahwa habbaik merupakan jatuhnya manusia/ benda dari posisi manusia/ benda yang
berdiri tegak/ vertikal ke posisi horizontal secara cepat baik secara sengaja maupun tidak
disengaja. Sementara kata tabbasail memiliki komponen makna berupa /+benda/,
/+terlepas/, /+dari genggaman manusia/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maskud bahwa
kata tabbasail merupakan jatuhnya suatu benda dari genggaman manusia dari atas ke bawah
dengan durasi jatuh yang cepat dan tidak disengaja.
Bahasa Makian sendiri merupakan satu dari sekian bahasa daerah yang ada di
Indonesia. Bahasa Makian tepatnya digunakan para penuturnya di desa Kyowor Pulau
Makian Kabupaten Halmahera Selatan. Dialek makian dalam merupakan satu dari sekian
dialek bahasa yang ada di Makian dan digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Kajian semantik menjadi pilihan untuk mengindentifikasi kata dengan makna yang
sama dan tumpah tindih seperti kata ntat dan kata habbaik yang telah diuraikan sebelumnya.
Seperti yang dituturkan Parwati (2018) bahwa untuk mengungkapkan makna tersendiri
sebuah kata, pengajian dengan semantik perlu dilakukan. Selain itu, seperti yang pernah
dituturkan Mahsun (dalam Toba, 2016) bahwa upaya pemeliharaan bahasa daerah perlu juga
dilakukan mengingat sikap penutur bahasa daerah yang kurang positif terhadap bahasa
daerahnya sendiri. Oleh karena itu, penelitian terkait bahasa daerah ini penting dilakukan
sebagai salah satu upaya pemeliharaan, pelestarian, dan pembinaan bahasa daerah. Penelitian
ini bertujuan untuk menelaah bentuk dan komponen makna untuk menyebut kata jatuh
dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa Kyowor, Kabupaten Halmahera Selatan.
Bidang semantik sendiri merupakan salah satu cabang linguistik yang secara khusus
menelaah atau mengkaji terkait makna. Lyons (dalam Suwandi, 2008) mengungkapkan
bahwa semantik pada umumnya diartikan sebagai suatu studi tentang makna (semantic is
generally defined as the study of meaning). Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-
tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain, dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Singkatnya Verhaar (2012) menegaskan
bahwa semantik ialah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Chaer (2013) yang
mengacu pada pandangan Ferdinand de Sausure, menjelaskan jika tanda linguistik itu
disamakan identitasnya dengan kata atau kata, maka berarti makna adalah pengertian atau
konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau kata; kalau identitas linguistik itu sama
identitasnya dengan morfem, maka berarti makna itu ialah pengertian atau konsep yang
dimiliki oleh setiap morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks.
Analisis komponen makna merupakan salah satu bagian yang ada di dalamnya
(semantik). Bagian ini mengkaji makna suatu kata atau ujaran yang terdiri dari sejumlah
komponen yang membentuk keseluruhan makna kata tersebut. Kridalaksana (dalam
Sudaryat, 2008) pernah bercerita bahwa komponen makna (semantic fiature) adalah satu
atau beberapa unsur makna yang bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran.
Misalnya, unsur-unsur [+insan], [+muda], [+jantan], [-kawin] adalah komponen dari kata
jejaka. Selanjutnya Chaer (2013) juga menuturkan bahwa setiap kata, kata, atau butir leksikal
tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah
3

komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu.
Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu persatu, berdasarkan
“pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Kata ayah misalnya, mengandung suatu komponen
makna atau unsur makna berupa /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/, /+kawin/, dan /+punya
anak/; dan kata ibu mengandung komponen makna berupa /+manusia/, /+dewasa/, /-jantan/,
/+kawin/.
Emma Maemunah pernah melakukan penelitian dengan judul penelitian Medan
Makna Menyakiti dalam Verba Bahasa Sunda pada tahun 2019. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa aktivitas tangan “menyakiti” dalam bahasa Sunda dibagi ke dalam dua
kelompok, yakni berdasarkan komponen makna generik dan alat yang digunakan. Komponen
makna tersebut dibagi lagi menjadi tiga subkelompok, yaitu aktivitas tangan menyakiti
badan, aktivitas menyakiti kepala dan bagiannya, dan aktivitas menyakiti leher. Berikutnya
ada Sang Ayu Putu Eny Parwati pada tahun 2018 yang mengkaji verba “memasak” dalam
bahasa Bali dengan menggunakan teori MSA memberikan eksplikasi makna dengan jelas
terhadap satu kata dengan satu makna atau sebaliknya. Dalam kajiannya diperoleh 12
leksikon dengan entitas yang berbeda untuk menyatakan verba tersebut. Parwati mengatakan
bahwa semua leksikon yang memiliki makna memasak berpola sintaksis MSA: X melakukan
sesuatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).
Berbeda dengan Maemunah dan Parwati, penelitian ini mengkaji tentang komponen
makna untuk menyebut kata jatuh dalam bahasa Makian dialek makian dalam di Pulau
Makian Kabupaten Halmahera Selatan. Adapun latar belakang pemilihan desa Kyowor
sebagai lokasi penelitian ialah karena desa Kyowor merupakan salah satu desa yang
menuturkan bahasa Makian berdialek makian dalam paling dominan digunakan di pulau
Makian.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penutur bahasa Makian dialek makian
dalam yang tinggal dan mendiami desa Kyowor menjadi populasi dalam penelitian ini.
Sampel informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sembilan syarat yang pernah
diajukan oleh Mahsun (2014). Sesuai dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini memilih
50 orang penutur bahasa Makian dialek makian dalam, dengan sembilan kriteria di antaranya
ialah pria/ wanita, tidak pikun, berumur 50 tahun ke atas, lahir dan dibesarkan, tidak pernah
meninggalkan desanya dalam waktu yang cukup lama, berstatus sosial menengah ke bawah,
memiliki kebanggan terhadap isoleknya, dapat berbahasa Indonesia, serta sehat jasmani dan
rohani.
Data lisan dalam bahasa Makian dialek makian dalam yang memiliki makna ‘jatuh’
dijadikan data dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode
cakap dan simak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dengan metode introspeksi
(Sudaryanto dalam Mahsun, 2014). Teknik analisis komponen menjadi metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini kemudian disajikan melalui
informal.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan analisis data ditemukan sejumlah komponen makna yang berbeda- beda
untuk menyebut kata yang bermakna jatuh dalam bahasa Kyowor dialek makian dalam.
Sejumlah perbedaan penyebutan tersebut bergantung pada objek yang jatuh, proses yang
4

jatuh, dan posisi setelah aktivitas jatuh tersebut. Kata-kata yang bermakna jatuh dalam
bahasa Makian desa Kyowor dialek makian dalam tersebut diantaranya sebagai berikut.
a) ntat ‘jatuh’
Kata ntat ‘jatuh’ merupakan kata yang digunakan untuk menyebut benda atau
manusia yang terjun atau terlepas dari suatu ketinggian dengan cepat karena gaya
gravitasi bumi. Kata ntat ini merupakan kata yang digunakan sebagai makna generik
atau umum yang dileksikalkan dengan kata jatuh dalam bahasa Indonesia. Komponen
makna yang menyusun kata ntat ini berupa /+manusia (benda)/,
/+meluncur/, /+dari atas ke bawah/, /+cepat, /+tidak disengaja/, dengan maksud
bahwa manusia atau benda meluncur dari atas menuju bawah dengan durasi
meluncur yang cepat dan tanpa disengaja. Berikut contoh penggunannya dalam
bahasa Makian dialek makian dalam desa Kyowor
Nik komo tapoga tede ma laimo kamntat nge li.
‘Tangan saya patah, karena tadi saya jatuh dari pohon kenari’
b) taoba ‘jatuh’
Kata taoba merupakan kata yang digunakan ketika penutur bahasa Makian desa
kyowor dialek makian dalam menyebut suatu kondisi di mana sebuah benda atau
seorang manusia berubah posisi dari kondisi yang beridiri tegak atau vertikal menuju
satu kondisi yang horizontal. Kata taoba memiliki komponen makna berupa
/+manusia (benda)/, /+terlepas dari tumpuannya/, /+vertikal maksud bahwa manusia
terlepas dari tumpuannya dari posisi tegak (vertikal) menuju posisi horizontal dan
tubuh bagian depan (wajah) menyentuh tanah (lantai) terlebih dahulu dengan durasi
meluncurnya yang cepat dan tanpa disengaja. Berikut contoh penggunaan dalam
bahasa Makian Kyowor dialek makian dalam.
Kuyak kuat ndadi mu ktaoba da
‘saya terlalu ngantuk, makanya saya jatuh.’
c) tabasail ‘terjatuh’
Kata tabasail merupakan kata yang digunakan untuk menyebut meluncurnya
suatu benda yang terlepas dari genggaman tangan manusia. Komponen makna yang
menyusun kata ini berupa /+benda/, /+genggaman/, /+terlepas/, /+meluncur/, /+dari
atas ke bawah/, /+lantai (tanah)/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud bahwa
tabasail merupakan kondisi suatu benda yang ada pada genggaman manusia terlepas
dan meluncur dari bagian atas menuju bagian bawah dan berakhir pada tanah atau
lantai dengan durasi meluncur yang cepat dan tidak disengaja. Berikut contoh
penggunaannya dalam bahasa Kyowor dialek makian dalam
Kalusa pu mloloi ahia sopa ya te tabasail i ntat
‘Apa saya bilang hati-hati memegang mangkok itu nanti akan terjatuh.’
d) habbaik ‘jatuh dengan tubuh bagian depan menyentuh tanah terlebih dahulu’
Kata habbaik dalam bahasa makian dialek makian dalam hanya digunakan untuk
menyebut jatuhnya manusia dan tidak disengaja. Penggunaan kata ini juga hanya
digunakan untuk menyebut manusia yang jatuh hanya secara vertikal menuju
horizontal, dengan proses jatuhnya tubuh bagian depan manusia terbut lebih dahulu
menyentu lantai atau tanah. Komponen makna dalam kata nyuksur ini berupa
/+manusia/, /+terlepas dari tumpuan/, /+vertikal ke horizontal/, /+tubuh bagian depan
(wajah)/, /+tanah (lantai)/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud bahwa manusia
terlepas dari tumpuannya dari posisi tegak (vertikal) menuju posisi horizontal dan
5

tubuh bagian depan (wajah) menyentuh tanah (lantai) terlebih dahulu dengan durasi
meluncurnya yang cepat dan tanpa disengaja. Berikut contoh penggunaan dalam
bahasa Kyowor dialek Makian dalam.
Laimo ksepak ai ni wowo lolan ni likso, mtono nik soda yabat hasole ne.
‘tadi saya jatuh karena kesandung oleh akar pohon di pinggir jalan, lihatlah
wajah saya terluka semua’
e) taltakik ‘jatuh dengan posisi bagian atas badan/ tubuh lebih dulu menyentuh tanah’
Kata taltakik dalam bahasa Makian Kyowor dialek makian dalam biasa
digunakan untuk menyebut posisi jatuh dengan kepala atau bagian atas badan lebih
dahulu menyentuh tanah. Kata ini dapat digunakan ketika menyebut jatuhnya manusia
saat telpeleset dan tubuh bagian atasnya mengena dinding atau pohon walaupun
masih dalam posisi miring. Komponen makna yang menyusun kata ini berupa
/+manusia (benda)/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/, /+bagian atas tubuh (kepala)/,
/+lantai (tanah)/, /+cepat/, /tidak disengaja/, dengan maksud bahwa manusia atau
benda meluncur dari atas menuju bagian bawah dengan bagian atas tubuhnya atau
kepala pada manusia menyentuh tanah atau lantai terlebih dahulu dan meluncurnya
dengan durasi waktu yang cepat serta tidak disengaja. Berikut contoh penggunaannya
dalam bahasa Kyowor dialek makian
dalam.
Laimo ktek woya simur li, ma nik we tabasail, indadi nik poya taltakik ntala
mesel hasop ni gowo.
‘Tadi saya menimba air di sumur, tiba-tiba kaki saya terpeleset sehingga kepala
saya kepentok dinding kamar mandi.’
f) ncung ‘jatuh/terperosok’
Kata ncung merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Makian dialek makian
dalam untuk menyebut suatu kondisi dimana anggota tubuh manusia atau hewan,
yakni bagian kaki yang meluncur masuk pada lubang atau pada lumpur. Komponen
makna yang menyusun kata ncung berupa /+kaki (manusia/hewan)/, /+meluncur/,
/+dari atas ke bawah/, /+lubang (lumpur)/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud
bahwa suatu kondisi dimana kaki manusia atau hewan meluncur dari atas menuju ke
bagian bawah dikarenakan adanya lubang (lumpur/benda lunak) dan meluncurnya juga
menuju ke dalam lubang (lumpur) tersebut dengan durasi meluncur yang cepat dan
tidak disengaja. Contoh penggunaannya dalam bahasa Makian dialek makian dalam
dapat dilihat pada kalimat berikut.
Mholak anddia oik nte ni we ncung gaglat li
‘Jangan kamu lewat di situ, nanti terjatuh (terperosok) kakimu ke dalam lumpur
itu’
g) tarwonas ‘gugur/ rontok’
Kata tarwonas merupakan kata yang digunakan untuk menyebut jatuhnya helai
rambut dan daun. Komponen makna yang menyusun kata ini berupa /+benda (helai
rambut/daun)/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/, /+faktor dari luar objek/, /-faktor
dari luar objek/, /+cepat/, /-cepat/, /+sengaja/, /-sengaja/, dengan maksud bahwa
tarwonas merupakan kondisi meluncurnya daun atau helai rambut dari atas menuju
bagian bawah, baik itu karena adanya faktor-faktor lain dari luar objek sebagai
penyebabnya (misalnya angin dan manusia), maupun tanpa faktor lain dari luar objek
(rontok sendiri karena usia daun atau rambut) dan meluncurnya secara cepat maupun
6

secara tidak cepat (lambat), serta meluncurnya daun atau rambut tersebut dapat secara
disengaja ataupun tidak disengaja. Berikut contoh penggunaannya dalam bahasa
Kyowor dialek makian dalam
Pepu au mpake sampo dia e, sama le nim kakle tarwonas appo dumik.
‘Kenapa kamu menggunakan sampo itu, sama saja kamu menjatuhkan semua
rambutmu’.
Opaso khanan kait ktono pala, tapi ngan ni oras, ndadi nillu tarwonas appo
hasole.
‘kemarin saya ke kebun melihat pohon pala, tetapi karena musim panas,
sehingga daunnya gugur semua.’
h) tasoak ‘jatuh untuk benda cair/ tumpah’
Kata tasoak merupakan kata yang digunakan untuk menyebut meluncurnya benda
cair dari wadahnya dikarenakan faktor lain (semisal benturan). Komponen makna yang
menyusun kata ini berupa /+benda cair/, /+meluncur/, /+wadah/, /+faktor lain
(benturan)/, /+dari atas ke bawah/, /+tergenang/, /-tergenang/, /+lantai (tanah)/,
/+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud bahwa numpas merupakan kondisi benda
cair yang meluncur keluar dari wadahnya karena mendapatkan reaksi dari faktor lain
(benturan dengan benda lain) dan meluncur benda cair tersebut dari bagian atas
menuju bagian bawah baik benda cair itu menggenag atau tidak pada lantai atau tanah,
serta secara cepat dan tidak disengaja. Berikut contoh penggunaannya dalam bahasa
makian dialek makian dalam
Tagil hilisa hilisa le te woya ya tasoak
‘Pelan-pelan saja berjalan, nanti terjatuh/ tumpah air itu’
i) ngalili ‘jatuh bergelinding’
Kata ngalili dalam bahasa makian dialek makian dalam digunakan untuk
menyebut proses jatuhnya manusia atau benda. Kata ini memiki komponen makna
berupa /+manusia (benda)/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/, /+berguling/,
/+cepat/, /+tidak disengaja/, atau /+manusia (benda)/, /+terlepas dari tumpuannya/,
/+dari vertikal ke horizontal/, /+berguling/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud
bahwa ngalili merupakan proses meluncurnya manusia atau benda dari atas menuju
bagian bawah dan disertai dengan gulingan dari manusia (benda) tersebut
beberapa kali serta dengan durasi meluncur yang cepat dan tanpa disengaja.
Penjelasan terkait maksud pilihan komponen yang kedua yakni terlepasnya benda
atau manusia dari tumpuannya dari posisi vertikal menuju posisi horizontal dan
disertai dengan gulingan dari manusia (benda) tersebut beberapa kali serta dengan
durasi terlepasnya yang cepat dan tanpa disengaja. Berikut contoh penggunaannya
dalam bahasa Makian dialek makian dalam desa Kyowor
Fahmi ngalili uto li ni badan yobat hasole ada ni we tapoga
‘Fahmi jatuh menggelinding dari atas bukit itu, sekujur tubuhnya terluka dan
kakinya patah’
j) ntat hasole ‘jatuh secara bersamaan’
Kata ntat hasole dalam bahasa Makian dialek makian dalam merupakan kata
yang digunakan untuk menyebut suatu benda yang jatuh karena adanya faktor dari luar
benda yang jatuh tersebut, biasanya kata ini digunakan untuk menyebut jatuhnya buah-
buahan secara bersamaan karena faktor ikut andilnya manusia didalamnya (semisalnya
jatuhnya buah-buahan tersebut karena manusia sengaja melemparnya dengan batang
7

kayu dan lain sebagainya). Komponen makna yang menyusun kata ntat hasole ini
berupa /+benda (buah)/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/, /+faktor lain (objek lain)/,
/+secara serempak/, /+cepat/. Berikut contoh penggunaannya dalam bahasa makian
dialek makian dalam desa Kyowor.
Wei da ntat hasole barang Fahmi ncaki
‘jatuh semua buah mangga itu karena dilempari oleh Fahmi’
k) nkaop ‘jatuh dengan posisi badan telungkup’
Kata nkaop dalam bahasa Makian dialek makian dalam merupakan kata yang
digunakan untuk menyebut jatuhnya seseorang dengan posisi telungkup. Kata ini
memiliki komponen makna berupa /+manusia/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/,
/lantai (tanah)/, /+telungkup/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, atau /+manusia (benda)/,
/+terlepas pada tumpuannya/, /+dari vertikal ke horizontal/, /+lantai (tanah)/,
/+telungkup/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud bahwa nkaop merupakan
satu kondisi meluncurnya manusia dari bagian atas menuju bagian bawah dan berakhir
pada lantai atau tanah dengan posisi badan telungkup, serta meluncurnya dengan
durasi waktu yang cepat dan tidak disengaja.
Penjelasan terkait maksud pilihan komponen yang kedua yakni terlepasnya
manusia pada tumpuannya dari posisi vertikal menuju posisi horizontal berakhir pada
lantai atau tanah dengan posisi badan telungkup, serta terlepasnya dengan durasi
waktu yang cepat dan tidak disengaja. Berikut contoh penggunaannya dalam Makian
dialek makian dalam.
Laimo Andi naladaiko um ni yotas ndadi nliko ncol in nkaop appo.
‘Tadi Andi memperbaiki atap rumah, tapi ada cara yang salah sehingga ia
terjatuh di pemasangan itu.
l) ntalan ‘jatuh dengan posisi badan terlentang’
Kata ntalan dalam bahasa Makian dialek makian dalam merupakan kata yang
digunakan untuk menyebut jatuhnya seseorang dengan posisi terlentang. Kata ini
memiliki komponen makna berupa /+manusia/, /+meluncur/, /+dari atas ke bawah/,
/lantai (tanah)/, /+terlentang/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, atau /+manusia (benda)/,
/+terlepas pada tumpuannya/, /+dari vertikal ke horizontal/, /+lantai (tanah)/,
/+terlentang/, /+cepat/, /+tidak disengaja/, dengan maksud bahwa ntalan merupakan
satu kondisi meluncurnya manusia dari bagian atas menuju bagian bawah dan berakhir
pada lantai atau tanah dengan posisi badan terlentang, serta meluncurnya dengan
durasi waktu yang cepat dan tidak disengaja.
Penjelasan terkait maksud pilihan komponen yang kedua yakni terlepasnya
manusia pada tumpuannya dari posisi vertikal menuju posisi horizontal berakhir pada
lantai atau tanah dengan posisi badan terlentang, serta meluncur dan terlepasnya
dengan durasi waktu yang cepat dan tidak disengaja. Berikut contoh penggunaannya
dalam bahasa Makian dialek makian dalam di desa Kyowor
Udi nliko loka ni liko, ndadi ntalan. ‘
Udi menginjak kulit pisang, sehingga ia terjatuh.’

Kesimpulan
Kata jatuh dalam bahasa Makian dialek makian dalam yang digunakan oleh
penuturnya di desa Kyowor memiliki beragam bentuk dengan sejumlah perbedaan.
Perbedaan tersebut terlihat pada objek yang jatuh dengan kriteria makhluk hidup dalam hal
8

ini ialah manusia yang meliputi ntat, habbaik, tabbasail, kdodak, ndodak, ncung gua li,
ngkalili, ngkaop dan ntalan. sementara khusus objek jatuhnya ialah benda (padat/cair)
menggunakan kata ntat, taoba, tabasail, habbaik, taltakik, tarwonas, woya tasoak, ngalili dan
ntat hasole. Perbedaan berikutnya yakni berdasarkan proses jatuhnya baik manusia maupun
benda (padat/cair) yakni meluncur dari atas ke bawah, terlepas dari tumpuan yang
mengakibatkan perubahan posisi dari posisi vertikal menuju posisi horizontal, dan yang
termasuk ihwal keduanya, untuk ihwal yang pertama meliputi ntat, habbaik, tabasail,
taltakik, ncung, woya tasoa, dan ntat hasole. Kemudian proses jatuh yang termasuk ke
dalam dua ihwal tersebut meliputi ntalan dan ngkaop. Kriteria berikutnya ialah penyebutan
kata jatuh dalam bahasa makian dialek makian dalam berdasarkan posisi terjatuhnya yang
meliputi ntalan dan ngkaop.

Ucapan terima kasih


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga artikel ilmiah yang berjudul ‘Jatuh’ dalam Bahasa Makian Dialek Makian
Dalam (Analisis Komponen Makna) dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Dr. Abdurasyid Tolangara, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Khairun Ternate;
2) Dr. Muamar Abd. Halil, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Khairun;
3) Bapak Hubbi Saufan Hilmi selaku dosen pendamping yang selalu mengarahkan
dan membimbing kami dalam membuat artikel ilmiah;
4) Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungannya.

Kontribusi penulis
Penulis Satu berperan mengumpulkan data-data penelitian; Penulis Dua berperan
mengolah atau menganalisis data; Penulis Tiga berperan memilih dan memilah kajian teori;
Penulis Empat berperan menyusun pendahuluan dan abstrak dan menyiapkan manuskrip;
Penulis Lima berperan mengarahkan dan mendesain kegiatan serta penyelaras manuskrip.

Daftar pustaka
Chaer, A. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Maemunah, E. 2019. Medan Makna Aktivitas Tangan “Menyakiti” dalam Verba Bahasa
Sunda. Kandai, 15 (2), 249-260.
Mahsun. 2006. Dialektologi Diakronis Bahasa Sasak di Pulau Lombok. Yogyakarta: Gama
Media.
. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, danTekniknya. Edisi
Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Paridi, K. 1996. Struktur Frasa Verba Bahasa Sasak, Sebuah Kajian Berdasarkan Teori X-
Bar. Denpasar: Universitas Udayana.
Parwati, S. A. P. E. 2018. Verba “Memasak” dalam Bahasa Bali: Kajian Metabahasa
Semantik Alami (MSA). Aksara, 30 (1), 121-132.
Sudaryat, Y. 2008. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya
9

Suwandi, S. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta : Media Perkasa.


Toba, M. 2016. Retensi Inovasi Fonologis Protobahasa Melayik pada Bahasa Melayu
Tamiang. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 5 (1), 87-100.
Verhaar, J. W. M. 2012. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
10

Lampiran 1. Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping


11
12
13
14
15

Lampiran 2. Kontribusi Anggota Penulis


16

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim


17

Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan

Anda mungkin juga menyukai