ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of political products and
pull marketing strategy on the voters’ selection decision. This research focused on
Jakarta’s voters during the 2009 Presidential Election. Both primary and secondary
data were obtained. Secondary data were obtained from various sources such as
journal, and data-base from KPUD (Regional Electoral Commision) DKI Jakarta.
Primary data were obtained by using questionnaire, which was directly sent or sent by
email to the respondents. Target respondents were those of urban people and of at least
diploma graduates.
Using quota and convenience sampling techniques, a total of 100 responses
were obtained. Data were examined using both descriptive and statistical analysis such
as validity and reliability tests and linear regression analysis. The result of this
research has shown that wholly or partially, that political product and pull marketing
has significantly effect on voters’ decision.
Keywords: Political products, pull marketing, and voters’ decision.
I. PENDAHULUAN
1
Universitas Mercu Buana, Jakarta
2
Universitas Bakrie, Jakarta
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
116 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
penulis untuk dianalisis lebih lanjut. Karena itulah, penulis memilih proses Pemilihan
Presiden Indonesia 2009 sebagai topik penelitian dengan rumusan masalah, “Apakah
produk politik dan pull marketing berpengaruh terhadap keputusan memilih masyarakat
DKI Jakarta pada Pemilihan Presiden 2009?” dan ”Sejauh mana pengaruh produk
politik dan pull marketing terhadap keputusan memilih masyarakat DKI Jakarta pada
Pemilihan Presiden 2009?”.
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 117
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
dipilih melalui pemilu. Kualitas person dapat dilihat melalui tiga dimensi, yakni kualitas
instrumental, dimensi simbolis, dan fenotipe optis (penampakan visual dari seorang
kandidat). Party juga dilihat sebagai substansi produk politik. Partai politik mempunyai
identitas utama, aset reputasi, dan identitas estetis. Ketiga hal tersebut akan
dipertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihannya. Oleh karena itu,
dalam marketing politik, unsur-unsur tersebut harus dikelola dengan baik.
Berangkat dari pemikiran para ahli tersebut, penulis mengartikan produk politik
sebagai sesuatu hal yang yang bisa ditawarkan ke pasar politik (pemilih) yang bisa
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Selanjutnya, penulis menggabungkan pemikiran
dari Niffennegger (1989) dan Heryaman (2009) untuk menjelaskan kategori atau
substansi dari produk politik dalam tiga kategori, yaitu policy, person, dan party. Dalam
konteks ini, policy bisa dalam bentuk program kerja dan slogan atau pesan yang
ditawarkan kandidat kepada para pemilih. Sedangkan person atau kandidat politik dapat
dilihat dari dua dimensi yang mengacu pada pendekatan dari Niffennegger (1989), yaitu
past record dan personal characteristic. Party atau partai politik menurut Budiarjo
(1989) adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan
tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok
ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan
cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Harus disadari
bahwa dalam proses politik di Indonesia dan banyak negara lainnya, seorang kandidat
politik (individu) yang ingin maju bersaing untuk posisi eksekutif harus dicalonkan oleh
partai politik. Dengan kata lain, partai politik merupakan kendaraan bagi kandidat
politik untuk maju dalam pemilihan. Karena itu, secara tidak langsung platform sebuah
partai politik terwakili oleh calon kandidat politik (individu).
118 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
secara langsung kepada masyarakat (Heryaman, 2009). Menurut Nursal (2004), push
marketing merupakan usaha untuk mendapatkan dukungan melalui stimulan yang
diberikan kepada pemilih. Menurutnya masyarakat perlu untuk mendapatkan dorongan
dan energi untuk pergi ke bilik suara dan mencoblos suatu kontestan. Karena itu, partai
politik atau individu harus melakukan interaksi atau berkampanye langsung untuk
menyampaikan sejumlah alasan yang rasional maupun emosional kepada para pemilih
untuk memotivasi mereka agar tergerak dan bersedia mendukung suatu kontestan.
Tanpa alasan-alasan ini, pemilih akan merasa ogah-ogahan karena mereka tidak punya
cukup alasan untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Pass marketing dapat didefinisikan sebagai penyampaian produk politik kepada
influencer group (Heryaman, 2009). Menurut Nursal (2004), strategi ini menggunakan
individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya
penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan para influencer ini.
Semakin tepat influencer yang dipilih, efek yang diraih pun menjadi semakin besar
dalam mempengaruhi pendapat, keyakinan, dan pikiran publik. Sedangkan pull
marketing didefinisikan Heryaman (2009) sebagai penyampaian produk politik melalui
pemanfaatan media massa. Menurut Firmanzah (2008), strategi pull marketing
menitikberatkan pada pembentukan image politik yang positif. Selain itu, ia juga
menambahkan bawa salah satu kunci dalam persaingan image politik adalah media
massa, karena media massa merupakan salah satu profesi yang memiliki perangkat dan
kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat luas.
Terkait dengan ketiga pendekatan atau penyampaian produk politik kepada pasar
politik yang telah dijelaskan di atas, apabila kita cermati merupakan bentuk dari
variabel-variabel yang ada dalam bauran promosi. Kotler & Amstrong (2007) membagi
bauran promosi menjadi lima, yaitu periklanan (advertising), penjualan personal
(personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public
relations), dan pemasaran langsung (direct marketing). Jauh sebelum itu, Cannon et al.
(2008) membagi bauran promosi menjadi tiga, yaitu penjualan personal (personal
selling), penjualan massa (mass selling), dan promosi penjualan (sales promotion).
Apabila dikaitkan secara spesifik dengan pull marketing yang menjadi salah satu
variabel dalam penelitian ini, maka pull marketing dapat dikatakan sebagai perwujudan
dari pendekatan mass selling. Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 119
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu
waktu. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas. Dalam
konteks pull marketing, maka media komunikasi yang dimaksud adalah media massa.
Dalam kaitannya dengan marketing politik, Henneberg (2003) menambahkan bahwa
komunikasi dan interaksi antara partai dan kontestan politik dengan pemilihnya tidak
hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga melalui media lainnya, yaitu media massa.
120 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
Pemilih
Policy-problem
Ideologi solving
Faktor pertama adalah kondisi awal pemilih. Kondisi awal diartikan sebagai
karakteristik yang melekat pada diri si pemilih. Hal ini dapat berupa sistem nilai atau
kepercayaan, lingkungan, tingkat pendidikan, geografis, dan lain-lainnya. Faktor kedua
yang mempengaruhi pemilih adalah media massa. Kemampuan media massa untuk
mendistribusikan informasi merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik.
Opini publik sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar informasi yang diberikan
kepada masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran media massa dalam
mempengaruhi pemilih sangat besar. Ketika pemberitaan media massa tentang suatu
partai politik atau kandidat bersifat positif, maka masyarakat cenderung untuk melihat
keberadaan partai politik atau kandidat tersebut sebagai sesuatu yang positif. Begitu
juga sebaliknya, ketika media massa ramai-ramai memberitakan keburukan partai
politik atau kandidat, masyarakat cenderung menilainya negatif. Faktor ketiga adalah
karakteristik partai politik dan kontestan itu sendiri. Atribut kontestan seperti reputasi,
image, citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan sangat
mempengaruhi penilaian masyarakat atas partai bersangkutan.
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 121
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
Dari kajian literatur yang telah membahas tentang produk politik, pull
marketing, dan keputusan memilih, dirumuskan kerangka konseptual yang digunakan
dalam penelitian ini. Kerangka konseptual ini mencoba menganalisa pengaruh produk
politik dan pull marketing terhadap keputusan memilih masyarakat DKI Jakarta pada
Pemilihan Presiden 2009. Untuk lebih jelasnya, dapat lihat pada Gambar 2.
Produk Politik
Keputusan Memilih
Pull Marketing
3.1. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh produk politik terhadap keputusan memilih masyarakat DKI
Jakarta pada Pemilihan Presiden 2009.
H2: Terdapat pengaruh pull marketing terhadap keputusan memilih masyarakat DKI
Jakarta pada Pemilihan Presiden 2009.
H3: Bersama-sama produk politik dan pull marketing berpengaruh terhadap
keputusan memilih masyarakat DKI Jakarta pada Pemilihan Presiden 2009.
IV. METODE
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian bersifat kausal dengan format eksplanasi. Penelitian
kausal digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat atau pengaruh antara dua
variabel atau lebih. Sedangkan format eksplanasi digunakan untuk menggambarkan
suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya.
Karena itu, penelitian eksplanasi menggunakan hipotesis yang perlu diuji dengan
menggunakan statistik inferensial. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk
122 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
menjelaskan pengaruh produk politik dan pull marketing terhadap keputusan memilih
masyarakat DKI Jakarta pada Pemilihan Presiden 2009.
4.3. Pengukuran
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang dengan menggunakan
skala likert. Variabel atau sub variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
kuesioner yang berupa pernyataan. Selanjutnya responden diminta menentukan sikap
mereka dengan memilih salah satu dari lima jawaban yang tersedia dengan
membubuhkan tanda centang (√). Kelima pilihan jawaban tersebut dibagi dalam lima
kategori dengan skor yang berbeda, yaitu:
1. Sangat tidak setuju ( skor 1)
2. Tidak setuju (skor 2)
3. Cukup setuju (skor 3)
4. Setuju (skor 4)
5. Sangat setuju (skor 5)
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 123
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
124 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
Y= a + bX1 + bX2 + e
Dimana :
Y = Keputusan memilih (variabel terikat)
a = Nilai intercept (constant)
b = Koefisien regresi
X1 = Produk politik (variabel bebas)
X2 = Pull marketing (variabel bebas)
e = Error dengan tingkat signifikansi = 0,05
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 125
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
Tabel 2. Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.804 1.482 1.892 .061
Produk Politik .154 .033 .429 4.700 .000
Pull Marketing .106 .026 .378 4.144 .000
126 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
perseorangan, bahwa di era globalisasi teknologi saat ini, peran media massa cukup
besar bagi keberhasilan mereka dalam persaingan politik, khususnya dalam meraih
suara pemilih di Pemilihan Presiden. Seorang kandidat harus mampu memanfaatkan
dengan baik media massa sebagai alat untuk menyampaikan produk politik atau pesan
politiknya kepada masyarakat atau pemilih. Karena harus disadari bahwa produk politik
yang baik sekalipun dapat menjadi tidak berarti apabila tidak mampu disampaikan
dengan baik dan tepat kepada calon pemilih, dan media massa dengan segala atribut
yang dimilikinya dapat menjadi media yang sangat berguna untuk itu.
Hasil temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam survei September 2008
bahwa pemilih secara umum dibentuk oleh iklan televisi ketimbang iklan radio dan
surat kabar (Andi, 2009). Televisi dengan atribut yang dimiliki (menampilkan gambar
dan suara) dan jangkauannya sangat luas menjadi alasannya. Salah satu aspek penting
yang menjadi pertimbangan seorang kandidat adalah dalam memilih saluran televisi
(channel) dan waktu atau jam tayang yang tepat sesuai dengan target atau segmentasi
yang ingin dituju oleh seorang kandidat agar iklan tersebut menjadi efektif dan tepat
sasaran. Selain itu, seorang kandidat juga harus mengemas dengan baik dan menarik
iklannya di televisi agar dapat diterima dengan baik oleh para calon pemilih.
Pengaruh Produk Politik dan Pull Marketing secara Simultan terhadap Keputusan
Memilih Masyarakat DKI Jakarta
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 127
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
6.2. Saran
1. Bagi para praktisi politik, khususnya kandidat perseorangan yang ingin maju dalam
pemilu eksekutif di tingkat nasional harus mengemas dengan baik produk politik
yang ditawarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih program kerja dan slogan
yang tepat sasaran sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat; memiliki
catatan tentang hal-hal di masa lalu dan karakter personal yang kredibel di mata
publik; serta memilih partai dengan platform yang sesuai dengan visi dan misi yang
diusung agar mampu menarik atau pun mempengaruhi para pemilih untuk
memberikan suara kepadanya dalam pemilu.
2. Seorang kandidat perseorangan juga harus mampu memilih media yang tepat dalam
menyampaikan produk politiknya ke masyarakat. Untuk itu, media massa dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang melekat di dalamnya dapat menjadi media
yang cukup tepat apabila kandidat perseorangan mampu memanfaatkannya secara
strategis dan efektif, baik dalam iklan di surat kabar, majalah, televisi, radio, dan
internet. Selain itu, seorang kandidat perseorangan juga mampu menampilkan dan
memunculkan image yang positif ke publik dari pemberitaan, ulasan ahli, debat
kampanye, dan hasil polling di media massa.
3. Untuk penelitian selanjutnya, perlu juga diteliti faktor atau variabel lainnya yang
dapat mempengaruhi keputusan memilih masyarakat dalam pemilu eksekutif, seperti
push marketing, pass marketing, dan kondisi awal pemilih (sosial-budaya, nilai
tradisional, level pendidikan, level ekonomi, dan lain-lain) sesuai dengan konsep
marketing politik.
4. Perlu juga dilakukan penelitian dengan menggunakan sampel responden yang lebih
banyak sehingga mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.
128 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009
PENGARUH PRODUK POLITIK DAN PULL MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
MASYARAKAT DKI JAKARTA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009
DAFTAR PUSTAKA
Andi, R. F. (2009). Juara Iklan, Pemenang Pilpres? Melalui
http://www.inilah.com/news/read/pemilu-2009/2009/06/21/118243/juara-iklan-
pemenang-pilpres/. [15/02/10].
Angipora, M. (2002). Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Budiarjo, M . (1989). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia.
Cannon, J. P, Perreault, W. D., dan McCarthy, E. J., (2008). Basic Marketing: Global-
Managerial Appraoch Edisi 16. McGraw-Hill International edition, New Yorkt.
Chas, O. (2008). Komunikasi Pemasaran di Balik Kemenangan Barack Obama. Melalui
<http://www.swa.co.id/sekunder/kolom/pemasaran/strategi/details
.php?cid=2&id=265>. [28/03/09].
Firmanzah. (2008). Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Edisi Revisi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E., dan Tatham, R.L (2006).
Multivariate Data Analysis, 6th Edition. Prentice-Hall, New Jersey
Henneberg, S. C. M., (2003). Generic Function of Political Marketing Management.
United Kingdom. University of Bath School of management: Working Paper
Series.
Heryaman, O. (2009). Political Marketing dan Kualitas Demokrasi. Melalui
<http://www.scribd.com/doc/5988402/Political-Marketing-dan-Kualitas-
Demokrasi>. [25/03/09].
Kotler, P dan Armstrong, G. (2007). Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks.
Niffennegger, P.B. (1989). Strategies for Succes from The Political Marketers. The
Journal of Consumer Marketing, (6),1.
Nursal, A. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah
Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: PT
Gramedia.
O’Shaughnessy, N. (2001). The Marketing of Political Marketing. European Journal of
Marketing, (35), 9-10.
Umar, H. (2005). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ketujuh.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009 129
MUHAMMAD ISARINO WALDHEMAR DAN MUCHSIN SAGGAFF SHIHAB
130 JEMBATAN - Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun VI No 2, Oktober 2009