Tugas Sejarah Bahasa Indonesia TAHUN AJARAN 2021/2022 Judul Tugas: Fernão de Magalhães
Tugas Sejarah Bahasa Indonesia TAHUN AJARAN 2021/2022 Judul Tugas: Fernão de Magalhães
D
I
S
U
S
U
N
Kebangsaan Portugal
Tanda tangan
4. Keberangkatan
Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang
terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar
kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka
mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang
mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro untuk perbaikan dan mengisi
perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang
adalah Argentina, mencari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain.
Sementara itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31
Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San Julián.
Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali tanpa membawa hasil. Beberapa
kali terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magellan,
hal itu digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran kapal asing di pelabuhan menarik perhatian penduduk lokal yang kuat dan berbadan
besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung
tersebut menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti kaki besar. Mereka
juga mengamati "serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang
berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak", yang mengarah kepada
bentuk penguin.
Di daerah lintang kutub sering mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan sebelum
musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya, kapal Santiago yang kecil.
Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu,
keempat kapal yang masih bertahan, terus berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku,
semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. Akhirnya, mereka berbalik dan
memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat Magelhaens. Namun, kapal San
Antonio berkhianat dan dengan sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan
kembali ke Spanyol.
Ketiga kapal yang masih bertahan, diperlambat oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing
berselimut salju, terus berlayar. Mereka mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan,
kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del
Fuego atau “Tanah Api”.
6. Kematian
Sebagai pria yang sangat religius, Magelhaens mengajak banyak penduduk lokal dan penguasa
mereka pada agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi kebinasaannya. Ia menjadi
terlibat dalam pertikaian antarsuku dan, dengan hanya 60 pria, menyerang sekitar 1.500
penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa senapan busur, senapan kuno, dan Tuhan akan
menjamin kemenangannya. Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens
berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang,
penghibur, dan penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya
menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.
Sewaktu Magelhaens tewas, ia berada di lingkungan yang tidak asing. Sedikit ke arah selatan
terletak Kepulauan Rempah dan ke arah barat, Malaka, tempat ia pernah berjuang pada
tahun 1511. Seandainya, sebagaimana diperkirakan oleh beberapa sejarawan, ia berlayar ke
Filipina setelah pertempuran di Malaka, maka sesungguhnya ia telah mengelilingi bola bumi—
meskipun, tentu saja, tidak dalam sekali jalan. Ia telah mencapai Filipina dari timur dan barat.
7. Pelayaran pulang
Karena sekarang jumlah awak pelayaran itu tinggal sedikit dan salah satunya sudah bocor,
maka tidak mungkin untuk berlayar dengan tiga kapal, jadi mereka
menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih tinggal ke tujuan
terakhir mereka, Kepulauan Rempah. Kemudian, setelah mengisi muatan dengan rempah-
rempah, kedua kapal itu berpisah. Akan tetapi, awak kapal Trinidad ditangkap oleh Portugal
dan dipenjarakan.
Namun, Victoria, di bawah komando Juan Sebastián de Elcano luput dari pengejaran. Sambil
menghindari hampir semua pelabuhan, mereka mengambil risiko melewati rute Portugal
mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan
strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6
September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18 pria yang sakit dan tidak
berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah
orang pertama yang berlayar mengelilingi bumi. Muatan rempah Victoria seberat 26 ton
menutup ongkos seluruh ekspedisi.