Anda di halaman 1dari 734

Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.

com

Tat Mo Cauwsu 1
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

TAT MO CAUWSU
(Pendiri Siauw Lim Sie)

Jilid : 01 – 18 Tamat

Karya : Chin Yung

Saduran : Sin Liong

Penerbit :
U.P. MATAHARI
Jakarta

Tat Mo Cauwsu 2
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

PENGANTAR PENULIS
––––––––––––––––––––––

UMUMNYA penulis-penulis Cersil (cerita silat)


mengemukakan tokoh-tokohnya dengan latar belakang sesudah
berdirinya kuil Siauw Lim Sie, dimana memang diakui kuil
Siauw Lim Sie merupakan pusat dan sumber dari ilmu silat yang
ada didaratan Tionggoan dan merupakan pintu perguruan silat
yang tertua dan biasanya disebut ilmu silat Siauw Lim Pay.
Kuil dan pintu perguruan Siauw Lim Pay tersebut didirikan
dan dibangun oleh seorang pendeta yang datang dari India ke
daratan Tionggoan, yang akhirnya dikenal sebagai Tat Mo
Cauwsu, yang menjadi guru besar dalam hal ilmu silat, disamping
penyebaran Agama Buddha yang dilakukannya pada saat itu.
Sebagai 'bapak' dari ilmu silat, tentu saja ilmu silat Tat Mo
Cauwsu luar biasa, merup kan kepandaian yang menakjubkan
sekali. Diapun telah berhasil menciptakan berbagai ilmu silat
yang sangat tinggi sekali, yang sangat terkenal adalah Kiu Im Cin
Keng dan Kiu Yang Cin Keng.
Dijamannya Tat Mo Cauwsu itu, justru tokoh-tokoh rimba
persilatan dan kalangan Kang-ouw (sungai telaga) yang berada di
Tionggoan merupakan tokoh-tokoh silat yang sangat luar biasa,
dengan kepandaian-kepandaian mereka yang aneh dan beraneka
ragam.
Keluarbiasaan dari pengalaman-pengalaman yang dialami
oleh cakal bakal Siauw Lim Sie itulah yang ingin dituturkan oleh
penulis, dimana Tat Mo Cauwsu mengalami banyak sekali
peristiwa-peristiwa mendebarkan hati, terlibat oleh urusan-urusan
yang hebat menakjubkan. Bahkan Cer-sil yang akan kami

Tat Mo Cauwsu 3
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

ceritakan, merupakan cer-sil yang mengupas beberapa


peristiwa hebat dan mendebarkan hati.
Mudah-mudahan saja Cersil "Tat Mo Cauwsu" berkenan
dihati para pembacanya.

CHIN YUNG

Tat Mo Cauwsu 4
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat Mo Cauwsu
Saduran : Sin Liong
––––––––––––––––

JILID 1

TITIK-TITIK dari butir-butir air hujan yang turun deras


sekali, menyiram seluruh permukaan bumi di sekitar daerah
pegunungan Bie-san. Gunung yang lebat oleh semak belukar,
dengan jurang-jurang yang dalam dan curam mengerikan itu
ditambah dengan udara yang dingin menusuk tulang dan cuaca
yang gelap pekat, hanya diselingi oleh kilatan-kilatan dibarengi
suara petir yang menyeramkan seperti raungan harimau luka.
Tentu saja di sekitar daerah pegunungan tersebut bukanlah
merupakan tempat yang menyenangkan untuk didiami. Hujan
turun sejak pagi tadi sampai menjelang sore, air dari langit itu
masih juga menyiram bumi dengan deras.
Binatang-binatang liar yang menjadi penghuni di sekitar
hutan rimba di pegunungan Bie-san telah mencari tempat
bersembunyi masing-masing. Tidak ada seekorpun yang
memperdengarkan suara mereka.
Bagaikan mereka takut menghadapi murkanya langit yang
acapkali memantulkan kilatan-kilatan yang menyilaukan dengan
disertai oleh ledakan-ledakan suara guntur. Memang suasana
demikian cukup menyeramkan untuk seseorang berada di tempat
tersebut.
Tetapi bukan berarti di tempat tersebut tidak ada manusia.
Karena di antara siraman air hujan yang turun begitu deras,
tampak di pinggang gunung sebelah selatan, dekat dengan Lam-
hong (bukit selatan), tampak sesosok tubuh kecil yang tengah

Tat Mo Cauwsu 5
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

berlari-lari cepat tanpa mengacuhkan ledakan-ledakan guntur dan


siraman air hujan yang deras.
Mungkin terlampau tergesa-gesa atau memang sudah sangat
letih, sosok tubuh kecil itu berulang kali jatuh. Namun cepat pula
dia bangun dan melanjutkan pula larinya.
Ketika tiba di permukaan hutan kecil, tanpa memperdulikan
di dalam hutan tersebut ada binatang buas yang mungkin bisa
mencelakai dirinya, sosok tubuh itu telah menerobos dengan
cepat. Dan telah menerjang ke dalam hutan dengan bersusah
payah.
Karena seringkali dia jatuh bangun akibat rintangan akar-
akar pohon yang malang melintang. Dan juga hutan itu walaupun
merupakan hutan yang tidak begitu luas, namun pohon-pohon liar
yang tinggi besar bertumbuhan lebat sekali.
Di dalam hutan inilah siraman air hujan tidak sederas di luar
rimba tadi. Karena butir-butir air hujan itu terbendung sebagian
besar oleh daun-daun pohon yang lebat rapat.
Sosok tubuh itu berhenti berlari. Dia berdiri bingung di
bawah sebatang pohon, memandang sekelilingnya berusaha
menembus kegelapan di sekitarnya.
Kilat memancarkan cahayanya yang terang untuk sejenak.
Kemudian suara guntur telah memecahkan kesunyian di sekitar
tempat tersebut.
Di antara pancaran cahaya kilat yang sempat menerobos
masuk di antara sela-sela daun pohon-pohon di hutan kecil itu,
sosok tubuh kecil itu ternyata tidak lain dari seorang anak lelaki
berusia di antara delapan tahun.
Melihat seorang anak kecil berada ditengah-tengah hutan
dalam suasana keganasan alam yang tengah berlangsung, telah

Tat Mo Cauwsu 6
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

merupakan peristiwa yang cukup mengherankan. Karena


jangankan seorang anak, sedangkan seorang yang dewasa pun
akan takut untuk berada seorang diri di tengah-tengah keganasan
alam pada saat itu.
Tetapi yang luar biasa lagi adalah keadaan anak kecil itu.
Tubuhnya kurus kecil, pakaiannya robek di sana-sini, dan juga di
wajahnya yang dibasahi oleh siraman air hujan itu, tampak noda-
noda darah yang telah mengering.
Matanya yang sebelah kiri juga membengkak kehitam-
hitaman, di samping pipinya yang juga membengkak, seperti juga
anak itu telah mengalami sesuatu pukulan di mukanya itu.
Matanya yang bulat itu memancarkan perasaan takut waktu dia
memandang kian-kemari, tubuhnya yang kurus kecil itupun telah
menggigil menahan hawa udara yang dingin.
Setelah berdiri diam sejenak di tempatnya itu untuk
mengurangi perasaan letih karena telah terlalu jauh berlari-lari
tanpa mengenal lelah, anak lelaki tersebut telah melanjutkan pula
langkah-langkah kakinya. Walaupun dia tidak berlari-lari seperti
tadi di muka hutan, namun langkah-langkah kakinya yang kecil
itu dipentang agak lebar dan tergesa.
Jika dia tidak berlari, itupun disebabkan anak ini
menyadarinya bahwa di dalam hutan banyak sekali tumbuh
pohon-pohon liar dan akar-akar pohon yang malang melintang,
sehingga memungkinkan dia terjerunuk jika kakinya tersandung
akar-akar pohon tersebut. Maka untuk mencegah dia terjatuh
bangun, anak ini berjalan hati-hati.
Jika tadi napasnya memburu keras, kini napas itu berangsur-
angsur mulai teratur pula. Dan tampaknya anak ini mulai dapat
menenangkan kembali goncangan hatinya.

Tat Mo Cauwsu 7
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu dia menoleh ke arah belakangnya, dari mana tadi dia


mendatangi, dan dilihatnya tidak ada seorangpun yang
mengejarnya, anak itu telah menghela napas panjang.
“Mungkin mereka menganggap aku sudah mati dan tidak
mengejar lagi........!” pikir anak itu kemudian dengan hati ragu-
ragu.
“Mungkin pula mereka beranggapan aku telah terjerumus ke
dalam jurang atau dimakan binatang buas........!”
Setelah terpikir begitu, anak itu telah menjatuhkan dirinya
duduk numprah di tanah. Dia telah menangis sesenggukan
tersedu-sedu dengan suara yang sedih sekali. Tampaknya ada
sesuatu yang membuat hatinya berduka sekali.
Masih terbayang di depan matanya. Betapa beberapa saat
yang lalu, puluhan orang lelaki bertubuh tinggi tegap, dengan
membawa alat senjata di tangan masing-masing telah mendatangi
rumahnya.
Dengan buas menyerupai binatang yang haus darah, puluhan
orang lelaki bertubuh tinggi besar itu telah mengeroyok ayahnya.
Dan anak itu masih ingat benar, betapa ayahnya yang semula
memberikan perlawanan atas keroyokan orang-orang itu, yang
berusaha gigih sekali melakukan penangkisan dan melancarkan
serangan membalas. Akhirnya harus terjerunuk rubuh di tanah
tanpa daya lagi.
Dan betapa buasnya puluhan orang lelaki itu yang telah
menyerbu menghujamkan senjata mereka ke tubuh ayahnya.
Anak itu hanya sempat mendengar suara jerit yang melengking
dari ayahnya, jerit kematian yang menyayatkan sekali.

Tat Mo Cauwsu 8
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi anak ini tidak berdaya. Dia hanya sempat berlari


seperti apa yang telah dipesankan oleh ayahnya sebelum
kedatangan musuh-musuh ayahnya itu........
Kemudian anak lelaki inipun berlari dengan hati yang diliputi
perasaan takut, karena puluhan orang lelaki tinggi tegap itu telah
melakukan pengejaran untuk membinasakan dia pula. Bahkan
anak itu masih ingat di antara orang-orang yang mengejarnya itu
ada yang berteriak-teriak dengan suara yang keras sekali,
“Kejar, jangan sampai lolos, bunuh!”
“Ya, binasakan! Jangan biarkan lolos...!” teriak yang lainnya.
“Menabas pohon harus sampai keakar-akarnya........!” teriak
pengejarnya yang lain.
“Jangan biarkan anak itu lolos, dia merupakan bibit bahaya
yang besar........!”
Tetapi anak lelaki ini tidak memperdulikannya, dia telah
berlari dengan sekuat tenaganya mendaki gunung Bie-san.
Anak itu juga tidak mengetahui entah bagaimana dia bisa
memiliki kekuatan yang menakjubkan, dimana dia bisa berlari
begitu cepat dan gesit sekali, melupakan rasa sakit dilututnya
yang acap kali harus membentur bumi akibat jatuh.
Dan yang diingat oleh anak itu hanya satu. Dia harus dapat
meloloskan diri dari kejaran puluhan orang pengejarnya yang
buas-buas itu yang menghendaki jiwanya.
Dengan menyelinap ke dalam semak belukar, dan memasuki
hutan-hutan kecil yang memang banyak terdapat di gunung Bie-
san itu, maka anak ini bisa menyesatkan pengejarnya.
Satu lagi keuntungan anak ini. Dia memiliki tubuh yang kecil
dan kurus, sehingga dia bisa menyelusup dengan leluasa ke

Tat Mo Cauwsu 9
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tempat-tempat yang sulit ditempuh oleh orang-orang dewasa


yang memiliki bentuk tubuh tinggi tegap itu.
Semula samar-samar anak itu masih mendengar suara
teriakan-teriakan pengejarnya, tetapi akhirnya suara itu lenyap
sama sekali........ dan memang kini dia berada seorang diri di
tengah-tengah hutan kecil itu, menangis dengan hati dirundung
duka menyesali nasibnya yang buruk itu........
Hujan masih saja turun deras, tetapi air hujan tidak sederas
yang jatuh ke dalam hutan itu. Hanya suara air hujan yang
menyiram daun-daun pohon yang terdengar cukup berisik,
ditambah dengan ledakan-ledakan guntur.
Waktu anak itu tengah menangis terisak-isak, tiba-tiba
terdengar suara yang menegur, “Anak, mengapa engkau bersedih
begitu, seperti juga tengah mengalami kematian keluarga........?”
Suara itu merupakan sesuatu yang mengejutkan sekali anak
tersebut. Dia memang tengah ketakutan dikejar-kejar puluhan
orang, dan juga sedang berkuatir kalau-kalau ada salah seorang
musuh-musuh ayahnya itu berhasil mengejarnya dan
membinasakannya.
Maka mendengar ada yang menegurnya seperti itu, anak
tersebut merasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan
raganya. Dia telah menguatkan hatinya dan melompat berdiri,
kemudian tanpa menoleh kiri kanan lagi, dia telah berlari secepat-
cepatnya.
Tetapi baru beberapa langkah anak itu berlari, dia merasakan
punggungnya dingin sekali. Dan sebelum dia tahu apa-apa,
bahunya telah ditepuk seseorang.
“Anak, engkau belum menjawab pertanyaanku........
Mengapa demikian tergesa-gesa ingin berlalu?” terdengar suara
yang menegur pula, parau tetapi ramah.

Tat Mo Cauwsu 10
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tubuh anak itu jadi menggigil ketakutan. Dia telah menoleh,


tetapi untuk kagetnya kembali dia tidak melihat seorang
manusiapun juga.
Kembali rasa takut menyelinap ke dalam hatinya. Rasa takut
yang jauh lebih hebat dari semula, karena kini dia telah berpikir
mungkinkah dia bertemu dengan hantu penunggu hutan.
“Bukankah tadi dia merasakan betapa bahunya ditepuk
seseorang? Tetapi mengapa sekarang dia tidak melihat seorang
manusia pun di sekitarnya? Bukankah tadi jelas sekali dia
mendengarnya suara orang yang telah menegurnya?”
Karena berpikir begitu, anak lelaki tersebut mengeluarkan
suara keluhan perlahan yang tidak jelas, keluh ketakutan. Dan dia
telah memutar tubuhnya untuk berlari lagi sekuat-kuatnya.
Namun baru berlari beberapa langkah lagi-lagi bahunya telah
ditepuk pula oleh seseorang, disertai oleh pertanyaan yang serupa
seperti tadi,
“Anak........ engkau mendengar pertanyaanku tadi, bukan?
Engkau belum lagi menjawab pertanyaanku itu........!”
Tubuh anak itu jadi menggigil keras. Dia sudah menggigil
tanpa bertenaga, karena semangatnya telah melayang seperti
meninggalkan tubuhnya.
Sepasang lututnya dirasakan lemas sekali tidak bertenaga.
Tanpa sanggup mempertahankan diri anak itu telah jatuh duduk
numprah di tanah, di antara daun-daun kering yang rontok
bertebaran di sekitar tempat itu.
“Si........ siapa kau ?” tanya anak itu dengan suara yang
gemetar karena takut. “Mengapa……. mengapa aku tidak bisa
melihat kau?”

Tat Mo Cauwsu 11
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kembali terdengar suara tadi, yang parau namun perlahan


sekali, diselingi oleh suara tertawa yang sabar,
“Anak, engkau tampaknya ketakutan dan bersedih. Apa
sebenarnya yang telah engkau alami ?”
“Aku........ aku……..” anak itu tidak bisa meneruskan
perkataannya.
Dia memandang sekelilingnya dengan mata yang jelalatan
ingin mencari-cari orang yang telah mengajaknya bicara itu.
Karena sangat ketakutan, dia tidak bisa meneruskan perkataannya
itu.
“Siapa namamu anak yang manis?” tanya suara itu lagi
dengan suara yang sabar.
“Aku.......... aku Sin Han..........” jawab anak itu. “Namaku
Sin Han.”
“Sin Han! Nama yang baik! Nama yang manis! Engkau anak
yang manis, tetapi mengapa engkau tampaknya begitu ketakutan
seperti tengah dikejar-kejar sesuatu.........”
Sin Han sudah ketakutan sekali, dia sudah tidak bisa bicara
lagi. Cepat-cepat dia telah menekuk kedua kakinya untuk berlutut
tanpa memperdulikan orang yang mengajaknya bicara itu berada
dimana.
“Ampunilah aku.......... aku bukan sengaja memasuki
tempatmu ini, Lojinke (orang tua)......... Aku sedang dikejar
orang-orang jahat.......... yang ingin membunuhku!” kata Sin Han
dengan suara yang gemetar. Tampaknya anak ini benar-benar
ketakutan sekali.
Jika tadi anak tersebut ketakutan karena dikejar-kejar oleh
manusia-manusia buas yang tidak mengenal perikemanusiaan,

Tat Mo Cauwsu 12
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang telah membinasakan ayahnya dengan kejam. Dan


menghendaki jiwanya juga.
Tetapi sekarang Sin Han takut kalau-kalau sekarang dia
tengah berhadapan dengan hantu penunggu hutan tersebut. Jika
dia memanggil dengan sebutan Lojinke (kau orang tua), itulah
disebabkan dia mendengar suara orang itu parau, suara seorang
lelaki tua.
Terdengar suara tertawa perlahan, suara tertawa yang sabar
sekali.
“Sin Han, usiamu masih kecil, kau masih muda sekali, tetapi
mengapa ada orang yang ingin membunuhmu? Itulah aneh sekali!
Dan kesalahan atau dosa apa yang telah kau lakukan, sehingga
kau dikejar-kejar begitu?”
Mendengar pertanyaan terakhir dari orang yang tidak terlihat
ujudnya tersebut, Sin Han menangis terisak-isak. Untuk
sementara waktu dia tidak bisa memberikan penyahutannya.
Kembali terdengar suara tertawa yang sabar dari orang tua
itu. Suara tertawa yang halus sekali, seperti juga orang yang tidak
terlihat ujudnya itu ingin menghiburnya dan tidak bermaksud
menakut-nakutinya.
“Sudahlah Sin Han, engkau jangan menangis. Ceritakanlah
kesulitanmu kepadaku.........!” kata orang itu lagi, sabar suaranya.
Suara yang sabar dari orang yang tidak terlihat ujudnya itu
justru telah memberikan ketenteraman dihati Sin Han. Berangsur-
angsur lenyap perasaan takutnya. Dan dia yakin orang yang
berbicara tanpa memperlihatkan ujudnya itu adalah seorang yang
baik. Dan keberaniannya jadi pulih kembali.
Tiba-tiba Sin Han telah menekuk kedua kakinya, berlutut
sambil menganggukkan kepalanya empat kali.

Tat Mo Cauwsu 13
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Nasibku memang buruk, ayahku telah dibunuh oleh puluhan


orang yang ganas dan tidak memiliki perikemanusiaan........ Aku
tidak mengetahui apa sebabnya ayah dikeroyok mereka.
“Tetapi sebelum ayah menghadapi mereka, telah berpesan
kepadaku, agar sedapat mungkin meloloskan diri dari tangan
mereka, menghindarkan kematian........ Tetapi mereka justru telah
mengejar terus padaku, tampaknya mereka memang
menghendaki jiwaku........”
“Oh, manusia-manusia jahat, kepada seorang anak kecil
seperti engkau ini, mereka berlaku begitu kejam! Kasihan!
Kasihan! Lalu?” terdengar suara orang tua itu lagi.
Sin Han tidak bisa meneruskan ceritanya, karena dia telah
menangis terisak-isak. Tetapi setelah lewat sekian lama,
kesedihannya berkurang, anak ini telah berkata lagi.
“Dan…….. dan aku telah berlari tanpa mengetahui tempat
apa yang kudatangi, yang terpenting dapat meloloskan diri dari
kejaran mereka..........!”
Tetapi waktu Sin Han baru berkata sampai disitu, justru
disaat itu telah terdengar suara teriakan-teriakan yang nyaring
sekali dikejauhan.
“Tentu setan kecil itu berada di sekitar tempat ini! Kejar
terus! Kita harus membinasakannya, jangan biarkan dia lolos........
cari!”
“Ya, lihatlah, ini bekas tapak-tapak kaki yang menuju ke
dalam hutan ini, tapak-tapak kaki kecil! Setan kecil itu tentu
bersembunyi di sekitar tempat ini........!
“Cari terus!! Jangan biarkan lolos!! Biar nanti aku cingcang
tubuhnya!” terdengar suara yang lainnya lagi.

Tat Mo Cauwsu 14
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tentu saja Sin Han jadi ketakutan, mukanya jadi pucat pias,
karena dia mengenali suara-suara teriakan yang bengis itu adalah
suara pengejar-pengejarnya. Tubuh anak itu menggigil, dan dia
telah cepat-cepat bangkit untuk berlari pula guna menjauhi
diri..........
“Jangan takut, anak manis........ diamlah di sana, tidak perlu
engkau pergi, nanti aku akan membantui mengusir manusia-
manusia jahat itu........!” Sabar suara lelaki yang tidak
memperlihatkan ujudnya itu.
Entah mengapa, suara yang sabar dari orang itu telah
menghibur hati Sin Han. Dan bagaikan setitik embun yang
membuat hatinya jadi tenang. Sehingga Sin Han tidak berlari lagi.
Dia telah berdiam di tempatnya dan tidak memperdulikan
lagi teriakan-teriakan pengejarnya yang semakin mendekati.
Walaupun hatinya masih berdebar-debar takut, tetapi kini jauh
lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan dia telah menjadi nekad,
“Biarlah! Biarlah aku terjatuh di tangan mereka dan
dibinasakan mereka dengan buas! Bukankah kematian hanya
terjadi satu kali!”
Bukankah jika aku telah mati penderitaan dan kesengsaraan
akan berakhir! Aku berlari-lari berusaha menghindarkan diri dari
kejaran mereka, untuk apa?
Untuk apa? Jika tokh akhirnya mereka mengejar terus dan
akhirnya dapat pula menangkap diriku yang akan
dibinasakannya?”
Karena berpikir begitu, maka Sin Han tetap berdiri tenang di
tempatnya.
“Bagus!” terdengar suara tanpa ujud itu. “Kau diam saja,
percayalah, mereka tidak mungkin bisa menyentuh dirimu........!”

Tat Mo Cauwsu 15
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan orang yang berkata-kata itu seperti juga ingin memberikan


keyakinan kepada Sin Han.
“Baik.......... baik lojinke,” sahut Sin Han dengan suara yang
tidak begitu lancar.
Disaat itu suara dari para pengejarnya yang berteriak-teriak
telah terdengar semakin mendekati, rupanya mereka telah mulai
memasuki hutan kecil ini. Tentu saja hal ini telah membuat Sin
Han semakin berdebar.
Tetapi dia yakin, 'hantu' penunggu hutan, yang bicara
padanya tanpa memperlihatkan ujud itu akan membantunya,
maka dia percaya dirinya dapat dihindarkan dari kebuasan
pengejar-pengejarnya itu.
“Nah itu dia........!” terdengar suara orang berteriak dengan
nyaring, rupanya saat itu di antara pengejarnya telah ada yang
melihat Sin Han. “Benar........ jangan biarkan dia lolos pula.........
Dia hurus dibinasakan dengan tubuh dicingcang agar dia tahu
betapa dia telah mempersulit dan mempermainkan diri kita........!
“Itulah ganjaran yang tepat untuknya! Jangan biarkan dia
lolos! Bunuh! Bunuh!”
Dan puluhan orang lelaki bertubuh tinggi tegap, dengan
wajah yang menyeramkan, telah meluruk menyerbu ke arah Sin
Han, dengan menggerakkan senjata tajam di tangan masing-
masing.
Sikap mereka sangat menakutkan sekali, karena dari wajah
mereka masing-masing memantulkan sinar yang kejam, pancaran
pembunuhan yang haus akan genangan darah segar........ Hati Sin
Han jadi tergoncang keras, tubuhnya lemas tidak bertenaga.
Tetapi karena dia memang nekad, maka dia berdiam saja,
hanya memejamkan matanya dengan hati yang berbisik,

Tat Mo Cauwsu 16
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ayah, anakmu akan segera menyusulmu......... kita akan


berkumpul dengan tenang........”
Saat itu puluhan orang lelaki bertubuh tinggi besar hanya
terpisah empat tombak lagi dari Sin Han. Ada beberapa orang di
antara mereka yang telah menggerakkan senjata tajam di
tangannya melancarkan serangan akan memenggal leher anak itu.
Sikap mereka kejam sekali. Senjata yang terayun itu juga
telah mengeluarkan angin yang tajam dan keras.
Hujan turun masih deras. Suara guntur pada saat itu telah
memecahkan kesunyian, menindih suara hiruk-pikuk dari
teriakan-teriakan orang-orang itu yang tengah diliputi oleh nafsu
membunuh.
Namun disaat suara guntur baru saja selesai, tiba-tiba telah
disusuli oleh suara pekik nyaring dari beberapa orang yang
sedang mengayunkan senjata tajam itu kepada Sin Han. Tubuh
mereka telah terpental keras sekali ke tengah udara, lalu ambruk
terbanting di tanah dengan keras.
Jerit kesakitan mereka terdengar lagi, sedangkan sisanya dari
pengejar Sin Han, untuk sejenak berdiri tertegun, rupanya mereka
heran berbareng kaget. Tetapi seketika mereka tersadar, dengan
cepat mereka telah mengeluarkan teriakan-teriakan bengis sambil
menggerakkan senjata tajamnya menyerbu akan menabas batang
leher Sin Han lagi, sikap mereka diliputi hawa pembunuhan yang
mengerikan sekali.
“Bunuh setan kecil ini! Jangan biarkan dia lolos! Binatang
busuk! Dia harus dikirim ke neraka........!” dan beberapa senjata
tajam berkilauan menyambar ke arah Sin Han.
Tetapi seperti tadi, enam orang dari penyerang Sin Han telah
terpental lagi dengan cepat, terbanting di tanah dengan keras.

Tat Mo Cauwsu 17
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bahkan setelah mengeluarkan jerit kesakitan, empat orang di


antara mereka itu telah rubuh pingsan tidak sadarkan diri lagi!
Sisa dari pengejar Sin Han yang kurang lebih delapan orang,
telah berdiri tertegun. Dengan marah salah seorang di antara
mereka telah menegur kepada Sin Han.
“Setan kecil, ilmu siluman apa yang kau pergunakan?”
Sin Han telah membuka matanya waktu mendengar pekik
jerit orang-orang yang rubuh itu, diapun tengah heran, dan
ditegur begitu tentu saja telah membuat Sin Han jadi tambah
heran. Dia tidak mengerti mengapa belasan orang penyerangnya
itu telah rubuh tanpa ada sebabnya........”
Karena melihat Sin Han berdiam diri saja dengan sikapnya
yang mematung begitu, ke delapan orang itu tambah penasaran.
Dengan hati-hati mereka mendekati Sin Han, dan dengan
serentak mereka telah menggerakkan senjata tajamnya masing-
masing ke arah Sin Han.
“Habislah jiwaku kali ini.........!” mengeluh Sin Han dengan
suara putus asa.
Dia melihat bagaimana senjata tajam itu, pedang dan golok
yang berkilauan telah menyambar ke arah kepala, leher, dada dan
perutnya. Begitu salah satu senjata tajam itu mengenai bagian
tubuhnya, habislah jiwanya.........
Tetapi diwaktu senjata-senjata tajam itu meluncur
menyambar, tiba-tiba Sin Han melihat betapa ke delapan tubuh
penyerangnya itu telah terlempar ke belakang seperti daun-daun
kering, terbanting keras di tanah sampai mengeluarkan suara
melengking kesakitan. Senjata mereka juga telah terlepas dari
cekalan tangan masing-masing.

Tat Mo Cauwsu 18
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bahkan salah seorang di antara mereka yang terlambat


melepaskan senjata tajamnya yaitu sebatang pedang pendek,
perutnya telah menubruk pedangnya itu, sehingga ujung
pedangnya menancap menembus ke punggungnya!
Seketika jiwanya telah terbang meninggalkan raganya dan
orang itu telah diam tidak berkutik lagi........ Darah segar juga
telah mengalir keluar membasahi bumi..........
Pengejar-pengejar Sin Han yang tadi telah terpelanting dan
kini telah berdiri pula serta telah mengambil senjata mereka
masing-masing, berdiri mematung dengan heran. Perasaan takut
mulai menjalari mereka.
Tetapi disaat itu juga mereka menyadari ada seorang pandai
yang telah melindungi Sin Han. Dengan sendirinya mereka mulai
gentar.
Tadi waktu mereka menyerbu mengayunkan senjata, tiba-
tiba mereka merasakan samberan angin serangan yang kuat
menghantam dada mereka masing-masing yang menyebabkan
mereka terpental jatuh........ Dan mereka menyadarinya hal itu
tidak mungkin bisa dilakukan oleh Sin Han.
“Siapa yang telah menolongi anak ini? Orang pandai mana
yang main sembunyi-sembunyi seperti itu? Apakah tidak akan
menjadi bahan tertawaan orang-orang gagah dikalangan Kang-
ouw dengan bersembunyi menyimpan ekor?” teriak salah seorang
di antara mereka, karena dia sangat penasaran sekali.
Disaat itu keadaan sunyi sekali, hanya suara air hujan yang
tetap deras menyiram bumi, dan sebagian lagi menyiram daun-
daun pohon itu.
“Keluarlah perlihatkan diri! Kami ingin berkenalan dengan
orang pandai yang pintar sembunyikan ekor!” teriak salah
seorang lainnya lagi.

Tat Mo Cauwsu 19
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tiba-tiba terdengar suara tertawa yang halus sekali, suara


tertawa yang terdengar perlahan tetapi tajam sekali.
“Bagus! Bagus! Akupun tidak menyukai sifat-sifat pengecut
si maling yang pandai menyimpan ekor! Aku berada
disini……...!” terdengar suara itu menyahuti.
Puluhan orang pengejar Sin Han telah mengangkat kepala
mereka. Mata mereka memandang ke arah puncak sebatang
pohon yang cukup tinggi.
Sin Han juga mengikuti pandangan mata orang-orang itu.
Maka segera dia melihat di cabang pohon itu duduk setengah
rebah seorang lelaki tua dengan pakaian yang agak aneh, pakaian
yang compang camping penuh tambalan, seperti cara berpakaian
seorang pengemis.
Usianya mungkin telah limapuluh tahun lebih. Wajahnya
selalu riang dan segar, pipinya memerah memperlihatkan bahwa
dia sehat sekali.
Pengejar-pengejar Sin Han waktu melihat pengemis itu, telah
memperlihatkan sikap terkejut, muka mereka juga berobah pucat
dan tubuhnya jadi menggigil.
“Apakah.......... apakah lojinke yang bergelar Sin-kun-bu-tek
Lo Ping Kang (Kepalan Sakti Tanpa Tandingan)?” tanya salah
seorang di antara mereka dengan suara yang tidak begitu lancar.
“Seperti engkau lihat sendiri! Aku paling tidak senang
menyembunyikan ekor..........” menyahuti orang tua yang
berpakaian seperti pengemis itu sambil tertawa lebar. “Dan paling
tidak senang lagi jika aku harus menyembunyikan nama dan
gelaran bututku itu.........!”
Muka orang-orang yang semula ganas menyeramkan waktu
mengejar Sin Han, kini jadi pucat pias seperti secarik kertas

Tat Mo Cauwsu 20
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

putih, tubuh mereka juga menggigil. Bahkan salah seorang di


antara mereka telah cepat-cepat menjura memberi hormat kepada
pengemis tua itu.
“Maafkanlah........ kami telah mengganggu locianpwe (orang
yang lebih tinggi tingkat kedudukannya di dalam kalangan Kang-
ouw sungai telaga). Kami pamitan untuk berlalu........”
Terdengar suara tertawa orang tua itu yang nyaring sekali,
waktu orang-orang itu ingin memutar tubuhnya untuk berlalu
dengan tergesa-gesa karena mereka sangat takut sekali kepada
pengemis tua itu. Namun si pengemis tua itu telah berkata dengan
suara setengah membentak,
“Berhenti........! Jangan kalian berlalu seenaknya saja!”
Tubuh orang-orang itu jadi semakin menggigil, tampaknya
mereka ketakutan sekali. Waktu dibentak orang tua berpakaian
seperti pengemis itu, mereka telah menghentikan langkah kakinya
masing-masing.
Tampaknya mereka tidak berani membangkang perintah
pengemis itu. Merekapun telah membalikkan tubuhnya
menghadapi ke arah pengemis di atas pohon itu.
“Ada........ ada perintah atau petunjuk apakah locianpwe?”
tanya salah seorang di antara mereka lagi.
“Kalian manusia-manusia ganas dan kejam. Kalian telah
membinasakan ayah anak ini, kemudian kalian seperti serigala-
serigala kelaparan telah mengejar-ngejar menghendaki jiwa anak
kecil ini yang masih tidak mengetahui urusan apapun juga! Maka
atas tindakan kalian itu, tentu saja kalian harus menerima
hukumannya........!”
Dingin sekali suara orang tua itu. Dia berkata dengan suara
yang perlahan dan satu-satu.

Tat Mo Cauwsu 21
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi telah membuat muka orang-orang itu jadi pucat pias


dan tubuh mereka jadi menggigil karena ketakutan setengah mati.
Semuanya merasakan lutut mereka jadi lemas tidak bertenaga
untuk berdiri terus, dan cepat-cepat mereka telah berlutut ke arah
si orang tua berpakaian pengemis itu.
“Ampunilah kami........ Kami hanya menjalankan tugas yang
diberikan ketua kami........!” kata mereka hampir berbareng.
Rupanya orang-orang ini mengetahui bahwa Sin-kun-bu-tek
Lo Ping Kang merupakan seorang sakti, ahli silat dari tingkatan
tua yang memiliki kepandaian luar biasa. Mereka jadi ketakutan
bukan main.
“Ampuni jiwa-jiwa anjing seperti kalian ini?” tanya orang
tua yang bergelar Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang itu dengan nada
suara mengejek. “Apakah jika anak kecil itu berlutut dan
memohon pengampunan jiwanya dari senjata-senjata ganas kalian
itu, akan kalian luluskan permintaannya dan memberikan
pengampunan kepadanya?
“Ciss, aku orang tua pikun Lo Ping Kang paling segan untuk
mengulurkan tangan melakukan perbuatan baik........ Apa lagi
memberikan pengampunan untuk manusia-manusia berhati
serigala yang kejam seperti kalian ini........! Bersiap-siaplah kalian
untuk menerima kematian masing-masing........!”
Mendengar perkataan Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang sampai
disitu, ketakutan yang meliputi hati orang-orang itu jadi semakin
hebat saja. Mereka telah berseru memohon pengampunan bahkan
ada di antara mereka yang karena sangat ketakutan, telah berlutut
sambil mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali diiringi
oleh isak tangisnya

Tat Mo Cauwsu 22
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ampunilah kami........ kami hanya melaksanakan perintah


kauwcu kami..........!” kata salah seorang di antaranya sambil
menangis.
“Kami memiliki anak isteri, jika kami binasa, tentu mereka
akan terlantar,” kata yang lainnya.
“Ampunilah jiwa kami.......... kami berjanji tidak akan
melakukan kejahatan lagi..........!” sesambatan yang seorangnya
lagi.
Bahkan, ada yang karena ketakutan sekali, telah tidak
memikirkan perasaan malu lagi, dia telah menangis sambil
bilang,
“Ampunilah kami.......... Apa saja yang Locianpwe
perintahkan tentu akan kami turuti.......... Kami memang bangsa
anjing tidak tahu malu, dan pantas menerima hukuman seberat-
beratnya dari Locianpwe, tetapi ampunilah jiwa kami sekali
ini........!”
Dan macam-macam perkataan lagi yang diutarakan oleh
orang itu, yang memohon pengampunan dari Lo Ping Kang.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang tertawa dingin, sikapnya keras
sekali. Dia masih duduk di cabang pohon itu, dengan kedua kaki
diayun-ayunkan seenaknya.
Sesungguhnya, Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang merupakan
ahli silat ternama di Kang-lam. Dia merupakan seorang pendekar
sakti, yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan sulit mencari
orang yang bisa menandingi kepandaiannya itu. Dan juga oleh
karena sepak terjangnya yang selalu membela keadilan, telah
membuat namanya sangat terkenal sekali.
Di kalangan jago-jago golongan Putih (yaitu mengambil
jalan baik untuk keadilan), dia sangat disegani dan dihormati.

Tat Mo Cauwsu 23
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan di kalangan Hek-to, yaitu kalangan hitam (para


penjahat), namanya bagaikan momok yang sangat mengerikan
sekali.
Dan setiap kali ada penjahat yang mendengar namanya, tentu
akan cepat-cepat menyingkirkan diri dengan bulu tengkuk berdiri
karena takutnya..........
Tidaklah mengherankan jika sekarang orang-orang yang tadi
mengejar-ngejar Sin Han jadi ketakutan seperti itu.
“Baiklah, kali ini kalian menerima hukuman yang ringan
saja! Tetapi jika kalian kelak melakukan kejahatan lagi, tentu aku
akan mengambil jiwa-jiwa anjing seperti kalian ini!!” kata Sin-
kun-bu-tek Lo Ping Kang sambil melayang turun dengan tubuh
yang ringan.
Sebetulnya cabang pohon itu terpisah tinggi dari bumi, tetapi
si orang tua berpakaian pengemis itu dapat melompat dengan
ringan dan mudah sekali. Waktu kakinya menyentuh bumi sama
sekali tidak menerbitkan suara sedikitpun juga, ini menunjukkan
betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuhnya itu.
Orang-orang yang tengah berlutut itu jadi girang mendengar
perkataan Sin-kun-bu-tek yang menyanggupi akan memberikan
pengampunan untuk mereka.
Tetapi perasaan girang itu hanya sekejap mata saja. Sebab
dengan gerakan tubuh yang ringan sekali dan sulit diikuti oleh
pandangan mata manusia biasa, tubuh si pengemis tua itu telah
melompat kian kemari di antara orang-orang itu.
Dia juga telah menggerakkan tangannya menepuki punggung
dari orang-orang tersebut, sehingga terdengar suara 'plak, plok'
berulang kali. Dan tepukan itu perlahan sekali namun setiap kali
kena ditepuk orang-orang itu mengeluarkan suara jerit
melengking kesakitan.

Tat Mo Cauwsu 24
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kemudian tubuh mereka lemas terkulai di tanah.


Di antara mereka ada yang mengeluarkan rintihan sambil
menangis, dan telah sesambatan,
“Ampunilah kami........ janganlah kami dibuat bercacad,
Locianpwe!” kata mereka.
Tetapi rupanya tepukan tangan dari si pengemis tua itu telah
menyebabkan rusaknya tulang punggung dari orang-orang itu,
yang dihajar jadi patah. Untuk selamanya dihari-hari mendatang,
orang-orang itu akan menjadi manusia bercacad, walaupun
mereka tidak akan menemui kematian.
Tetapi selanjutnya mereka merupakan manusia-manusia
yang tidak punya guna lagi........ Akan jauh lebih lemah dari
manusia-manusia biasa yang tidak mengenal ilmu silat........!
Si pengemis tua yang memiliki gelaran “Si Pukulan Tanpa
Tandingan” itu, telah berdiri tenang sambil memperdengarkan
suara tertawanya yang parau, diapun telah berkata,
“Pergilah kalian menggelinding........! Apakah itu belum
cukup dan kalian meminta tambahan lagi........?”
Orang-orang itu jadi tambah ketakutan. Mereka berusaha
untuk berdiri dengan tubuh menggigil menahan sakit dan muka
yang pucat pias........
Kemudian beringsut-ingsut meninggalkan hutan itu dengan
bersusah payah. Karena mereka sudah tidak bisa berdiri tegak
dengan tulang punggung yang telah terhajar patah dan hancur
itu..........
Sejak tadi Sin Han hanya mengawasi dengan pandangan
mata takjub, dia melihat betapa pengemis tua itu sangat sakti
sekali. Puluhan orang itu dengan mudah dibuatnya tidak berdaya.

Tat Mo Cauwsu 25
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bahkan sekarang Sin Han melihatnya, betapa pengemis tua


itu ditakuti sekali oleh orang-orang tersebut........ Dengan
sendirinya anak tersebut telah menduga-duga, entah siapa
pengemis tua yang sakti ini........
Si pengemis tua itu telah menoleh kepada Sin Han, sambil
tersenyum ramah dan tanpa memperdulikan orang-orang yang
tengah beringsut pergi itu, dia telah berkata sabar ,
“Sin Han, apakah kau telah makan. Tampaknya kau letih
sekali........!”
Sambil berkata begitu, tampak si pengemis telah
mengeluarkan sepotong kuwe kering dari sakunya. Tetapi kuwe
itu dekil dan kotor sekali.
Disodorkannya kuwe kering itu kepada Sin Han, dan anak itu
telah memandang ragu kepada kuwe tersebut. Memang perutnya
lapar sekali, tetapi melihat bentuk kuwe yang tidak keruan serta
dekil dan kotor sekali, tentu saja Sin Han tidak bisa
menerimanya.
Sebelum memakannya saja dia sudah merasa jijik. Namun
hal itu tentu saja bisa menyinggung perasaan si pengemis, maka
dia telah menolaknya dengan halus,
“Terima kasih locianpwe........ aku masih kenyang, untukmu
saja........!”
Muka si pengemis tiba-tiba berobah, dia telah mengeluarkan
suara tertawa dingin.
“Dasar bocah tidak tahu diri dan tidak mengenal budi!”
katanya kemudian dengan suara yang dingin, mengandung
kemendongkolan, tampaknya dia benar-benar tersinggung, karena
sebagai seorang tua yang berpengalaman, dia mengetahui Sin
Han telah berdusta.

Tat Mo Cauwsu 26
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Plukk!” kuwe kering itu tahu-tahu telah dibantingnya di


tanah, sehingga membuat Sin Han terkejut.
Dan anak ini jadi lebih terkejut lagi waktu mengangkat
kepalanya dan melihat muka pengemis tersebut yang merah
padam karena marah.
“Maafkan lojinke........ bukan aku menampik pemberian
lojinke, tetapi benar-benar aku tidak berselera untuk
makan……..!” dan Sin Han hanya bisa berkata sampai disitu saja,
karena dia telah ketakutan dan menangis sesenggukan.
Si pengemis menghela napas.
“Anak tidak mengenal budi!” katanya lagi. “Kau melihat
pakaianku yang butut, dan juga kuweku yang butut itu, sehingga
engkau tidak memandang mata kepadaku, heh?”
“Mana........ mana berani?” sahut Sin Han.
“Hemm, rupanya engkau memang hendak menghina aku,
bukan?” tanya pengemis itu. “Aku berkasihan melihat engkau,
aku menolongimu dari kejaran manusia-manusia jahat itu, tetapi
nyatanya engkau bukannya berterima kasih, justru telah
menghina aku!” kata si pengemis itu lagi.
Sin Han jadi berduka sekali, dia bingung bukan main
menghadapi sikap pengemis ini yang cepat sekali tersinggung.
Karena bingung Sin Han telah menekuk kedua kakinya, dia telah
berlutut dihadapan si pengemis, dan mengangguk-anggukkan
kepalanya berulang kali, sambil menangis dia telah bilang,
“Maafkanlah lojinke, aku sangat berterima kasih sekali atas
pertolongan lojinke, dan budi lojinke tidak mungkin aku
lupakan........ Tetapi........ tetapi........ memang sebenarnya aku
masih........ masih........!” Dan Sin Han tidak bisa meneruskan
kata-katanya itu, dia telah menangis lagi sesenggukan.

Tat Mo Cauwsu 27
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Masih kenapa?” tanya si pengemis tua Sin-kun-bu-tek


dengan suara yang keren, tampaknya dia masih belum lenyap
perasaan mendongkolnya.
“Aku tidak lapar, lojinke........!” kata Sin Han. “Dan aku
sama sekali tidak memiliki maksud untuk menyinggung perasaan
Lojinke.........!”
“Hemm……..!” mendengus pengemis tua itu dengan suara
yang dingin. “Jika demikian, engkau ingin mengatakan, karena
kuwe itu bau dan butut, maka engkau tidak bersedia untuk
memakannya karena jijik, bukan?”
Sin Han berdiam diri, dia tidak tahu bagaimana harus
menjawabnya.
“Baiklah,” kata orang tua itu kemudian. “Engkau telah
menolak kebaikanku, menolak kuweku itu, berarti engkau tidak
membutuhkan bantuan dan pertolongan, maka kelak jika ada
sesuatu yang terjadi lagi pada dirimu, aku tidak perlu
mengulurkan tangan memberikan pertolongan kepadamu........!”
Sin Han menunduk, hatinya jadi semakin sedih saja, dan air
matanya telah mengucur deras.
Tetapi si pengemis tua Sin-kun-bu-tek sudah tidak
memperdulikannya, pengemis tua itu telah memutar tubuhnya
untuk berlalu, meninggalkan Sin Han yang saat itu masih berlutut
dengan air mata yang berlinang di pipinya........
Hujan masih turun deras, sedangkan si pengemis telah
menyelinap dibalik sebatang pohon dan tidak terlihat lagi
bayangannya. Perlahan-lahan Sin Han telah bangkit berdiri, dia
telah berjalan lesu tanpa semangat.

Tat Mo Cauwsu 28
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah menolong dia dari


ancaman bahaya pengejar-pengejarnya. Dia memang ingat akan
budi yang diberikan oleh pengemis itu.
Tetapi Sin Han melihat sikap dan watak sifat pengemis itu
agak aneh, yaitu cepat sekali tersinggung, telah memberikan
kesan yang kurang baik padanya. Dia telah berjalan terus tanpa
mengetahui kemana dia harus pergi, karena Sin Han memang
tidak memiliki tujuan.
Dia membiarkan kedua kakinya itu melangkah
sekehendaknya. Dan dia juga membiarkan tetesan air hujan yang
menyirami mukanya.
Dia tidak menyusut atau menghapusnya, karena dia seperti
juga sudah tidak memiliki semangat.......... Dia berjalan terus
dengan langkah kaki yang gontai........
Waktu Sin Han tiba di permukaan hutan yang lainnya di
sebelah barat, hujan masih turun deras, tetapi Sin Han tidak
memperdulikannya. Dia berjalan terus dengan langkah yang
perlahan-lahan, sedangkan air hujan telah membasahi sekujur
tubuhnya.........
Waktu Sin Han tengah berjalan begitu, tiba-tiba dia
merandek, menahan langkah kakinya. Samar-samar dia
mendengar suara tertawa yang panjang dan menyeramkan sekali.
Suara tertawa itu menimbulkan perasaan yang mengerikan,
karena di dalam suara tertawa itu seperti mengandung hawa
pembunuhan.........
Saat itu tubuh Sin Han telah menggigil karena menahan
perasaan takut. Dia telah mengawasi ke sekelilingnya.
Anak ini rupanya kuatir kalau-kalau orang-orang yang tadi
mengejar-ngejar dirinya itu akan datang pula mengganggunya.

Tat Mo Cauwsu 29
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan Sin Han telah bersiap-siap untuk berlari kalau saja ada
orang-orang yang hendak mencelakainya.
Tetapi di sekitar tempat itu tidak terlihat seorang manusiapun
juga. Dan hanya suara tertawa yang menyeramkan itu belaka
terdengar semakin nyaring dan jelas.
Sin Han telah menghela napas.
“Kematian memang tidak perlu ditakuti, mengapa aku harus
dikejar-kejar oleh perasaan takut! Jika memang aku telah
ditakdirkan untuk mati di tangan orang-orang itu, mengapa aku
harus takut……..
“Bukankah jika aku mati, berarti aku bisa berkumpul dengan
ayahku? Dan hal itu bukankah sangat menggembirakan sekali?”
Karena berpikir begitu, hati Sin Han agak tenang, dia telah
mengawasi sekelilingnya. Tetapi tetap Sin Han tidak melihat
seorang manusiapun juga, hanya disaat itu terlihat di antara
kegelapan malam, cahaya putih yang berkilauan dari tempat yang
agak jauh.
Sin Han heran, cahaya itu cukup menarik perhatian. dan dia
menduga-duga entah cahaya apa itu yang terlihat cukup jauh.
Setelah berdiri sejenak, dan cahaya itu tetap kelihatan, begitu
pula suara pekik atau jerit yang diselingi suara tertawa yang
menyeramkan tetap terdengar. Sin Han telah mengayunkan
langkah kakinya menghampiri tempat itu.
Karena dia jadi tertarik ingin mengetahui benda apakah yang
bisa mengeluarkan cahaya berkilauan itu. Dan suara jeritan serta
tertawa menyeramkan itu, entah suara siapa........
Karena baru saja mengalami ketegangan, maka kali ini hati
Sin Han agak tabah. Dia telah menghampiri terus mendekati
cahaya itu.

Tat Mo Cauwsu 30
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berada dekat dengan cahaya itu, Sin Han berlaku


lebih waspada. Dia mengawasinya dengan mata memandang
kesekitar tempat tersebut.
Tidak ada seorang manusiapun juga. Hanya suara tertawa
dan jerit yang menyeramkan itu tetap didengarnya semakin jelas
dan dekat.
Sin Han tahu, tentunya orang yang mengeluarkan suara
tertawa maupun jerit yang menyeramkan itu bukan sebangsa
manusia baik-baik. Tetapi perasaan ingin tahunya, dan juga
karena dia memang tidak memiliki tujuan, maka Sin Han semakin
mendekati dari arah mana sinar berkilauan itu terlihat.
Disaat itu, tampak dikejauhan sinar berkilauan itu semakin
jelas dan kadang kala lenyap ditelan kegelapan malam, lalu
tampak pula. Hati Sin Han jadi berdebar juga waktu telah berada
dekat dengan tempat dimana terpantul cahaya berkilauan itu.
Dia maju lagi mendekati, tetapi tiba-tiba tubuhnya jadi
menggigil. Perasaan takut menyelinap ke dalam dirinya, karena
dia melihat di bawah sebatang pohon, tampak tumpukan tulang-
tulang tengkorak manusia..........
Tulang-tulang itu merupakan tulang tangan dan kaki, yang
ditumpuk meninggi sampai setengah tombak! Tulang-tulang
tersebutlah yang memancarkan sinar berkilauan.........
Sepasang mata Sin Han terpentang lebar-lebar. Dia telah
mengawasi dengan hati yang tergoncang keras sekali, disamping
itu diapun telah melihat jelas, bahwa tulang-tulang tengkorak dari
tangan dan kaki manusia itu banyak sekali jumlahnya.
Suara tertawa yang menyeramkan masih sempat didengarnya
satu kali. setelah itu lenyap dan keadaan di sekitar tempat itu
kembali sepi dan sunyi sekali.

Tat Mo Cauwsu 31
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han telah menghela napas.


“Entah........ siapa yang mengumpulkan tulang-tulang
kerangka tangan dan kaki manusia ini?” berpikir Sin Han di
dalam hatinya, perasaan takut yang luar biasa telah meliputi diri
anak ini.
Tetapi baru saja dia berpikir sampai disitu, tiba-tiba dari arah
belakangnya dia merasakan samberan angin yang keras dan
dingin sekali.
“Dukk!” tahu-tahu punggungnya telah terhajar keras sekali
oleh sesuatu, menimbulkan perasaan sakit yang bukan main.
Disusul dengan tubuhnya yang telah terjerambab dan jatuh
terjerunuk, sehingga dari hidungnya mengucurkan darah, anak ini
jadi menjerit kesakitan.
Dengan merangkak Sin Han kemudian bangkit berdiri, dia
telah memandang ke sekelilingnya. Tetapi tidak ada seorang
manusiapun di sekitar tempat itu.
Dan seketika itu pula dia jadi teringat kepada 'hantu'. Karena
melihat kembali tumpukan tulang kerangka tangan dan kaki
manusia yang menggunung itu, tubuhnya jadi menggigil ngeri
dan dia bergidik dengan bulu tengkuk berdiri meremang.........
Tetapi sedang Sin Han berdiri diam bersiap-siap untuk
berlari lagi, tiba-tiba dia merasakan dari arah belakangnya telah
menyambar lagi angin yang keras. Dan seperti tadi, punggungnya
telah terhajar pula dengan keras, membuat dia terjerembab pula
tanpa berdaya.
Cepat-cepat Sin Han melompat bangun dengan
mempergunakan sisa tenaganya. Dia telah memutar tubuhnya
untuk melihat ke belakangnya.

Tat Mo Cauwsu 32
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi tetap dia tidak melihat seorang manusiapun juga.


Keadaan di sekitar tempat itu gelap pekat dengan air hujan yang
turun masih deras sekali, saat itu menjelang tengah malam.
Tentu saja hal ini membuat Sin Han tambah ketakutan,
lututnya dirasakan lemas. Dengan mengerahkan seluruh sisa
tenaganya, dia mementang kakinya untuk berlari lagi.
Tetapi belum lagi dia berhasil mewujudkan maksud hatinya
itu, dari arah belakangnya telah menyambar pula angin serangan
yang kuat sekali. Angin serangan itu menimbulkan perasaan
sakit, sebab Sin Han merasakan punggungnya seperti juga
dibentur benda keras.
“Bukkkk!” tubuh anak itu terguling lagi di tanah. Bahkan
jauh lebih hebat dari yang tadi dialaminya, karena itu tubuhnya
terguling sejauh beberapa tombak, berguling-guling dengan
menderita kesakitan yang sangat hebat.
Waktu itu, Sin Han tidak bisa segera bangkit berdiri. Dia
merangkak dengan menahan sakit, tetapi tubuhnya telah rubuh
terguling di tanah dan tidak sanggup untuk berdiri, dia hanya bisa
mengeluarkan suara rintihan belaka.
Terdengar suara tertawa yang sangat menyeramkan sekali.
Suara itu terdengar menyakitkan pendengaran telinga, seperti
menusuk-nusuk, bahkan nada suara tertawa itu mengandung
hawa pembunuhan yang mengerikan sekali.
Sin Han berusaha untuk bangkit pula. Sebetulnya dengan
menderita kesakitan hebat seperti itu, Sin Han sudah tidak
sanggup mempertahankan diri dan akan pingsan.
Namun mendengar suara tertawa yang menyeramkan itulah
membuat Sin Han jadi ketakutan setengah mati. Dan perasaan
takutnya itu yang telah membuat Sin Han jadi mempertahankan

Tat Mo Cauwsu 33
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dirinya tidak sampai rubuh pingsan. Dia masih berusaha


merangkak berdiri untuk melarikan diri.
Sayangnya tenaganya seperti telah terbang meninggalkan
raganya. Dan kedua kakinya seperti tidak mau menuruti
perintahnya, dimana kedua kakinya itu telah gemetaran karena
sudah tidak bertenaga sama sekali.
Hal ini telah membuat Sin Han jadi mengeluh.
“Habislah aku kali ini, tentu tulang-tulang tangan dan kakiku
akan menjadi tumpukan di tulang-tulang itu juga.........!” berpikir
anak ini dengan hati yang berdebar-debar.
Suara tertawa yang mengerikan itu telah berhenti, kemudian
terdengar suara teguran yang menyeramkan,
“Anak busuk, apa maksudmu berindap-indap datang kemari
ingin mengintai?”
Sin Han menguatkan hatinya, dia menoleh kesekelilingnya.
Kosong, tetap tidak terlihat seorang manusiapun juga di
sekitar tempat itu. Tetapi waktu dia menoleh ke arah
belakangnya, di antara tumpukan tulang-tulang kerangka tangan
dan kaki itu, semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya,
tubuhnya jadi lemas.
Di antara derai air hujan yang deras itu dilihatnya sesosok
tubuh hitam berdiri tegak, dengan rambut yang riap-riapan tidak
teratur dan pakaian serba hitam, serta wajah yang menyeramkan.
Sepasang mata yang besar dengan bentuk yang agak aneh
dan juga dengan sinarnya yang tajam menakutkan, tengah
menatap dan memandangi dirinya. Tentu saja hal itu telah
membuat Sin Han mengeluarkan suara keluhan tertahan, dan
telah rubuh pingsan.........

Tat Mo Cauwsu 34
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm..........!” sosok tubuh itu telah mendengus dengan


suaranya yang dingin. Dia telah mengibaskan lengan bajunya,
maka dari lengan bajunya itu telah menyambar keluar angin
serangan yang menyampok ke arah tubuh Sin Han.
Tubuh anak itu terpental, tetapi waktu terbanting di tanah,
justru dia telah tersadar dari pingsannya, karena sampokan angin
kibasan lengan baju itu menotok jalan darah Hiat-kung-hiat
didekat pinggangnya, sehingga dia tersadar dari pingsannya.
Waktu Sin Han membuka matanya, yang pertama-tama
dilihatnya adalah sosok tubuh hitam dengan rambut yang riap-
riapan itu, makhluk yang mengerikan sekali. Sin Han
mengeluarkan suara keluhan, dan rebah lemas tanpa sanggup
berdiri.
“Anak busuk, cepat katakan, siapa namamu?” bentak
makhluk menyeramkan itu dengan suaranya yang sember dan
menakutkan sekali.
Dan dia juga telah mengulurkan tangan kanannya
menjambak baju didada si anak ini. Kemudian diangkatnya
sehingga tubuh Sin Han tergantung di tengah udara.
Tentu saja Sin Han jadi tambah ketakutan. sebab dia telah
dapat melihat dengan jelas wajah orang yang menyeramkan itu,
karena jarak mereka jadi dekat sekali.
Disaat itulah Sin Han telah berkata dengan suara gemetar,
“Ampun........ampun........ aku tidak bermaksud
mengintai........!” katanya dengan terbata-bata.
“Hemm........!” makhluk menyeramkan itu telah mendengus
dengan suara yang dingin sekali, dan air hujan yang turun
tampaknya tidak dihiraukan.

Tat Mo Cauwsu 35
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Telah sepuluh tahun aku berdiam di tempat ini, dan tidak


seorang manusiapun kuijinkan menginjakkan kakinya di tempat
ini! Siapa yang datang, berarti orang itu harus mampus! Lihatlah,
telah berapa banyak orang yang kubinasakan........itulah tulang-
tulang mereka........!”
Sambil berkata begitu, makhluk menyeramkan tersebut telah
menunjuk ke arah tumpukan tulang-tulang kerangka tangan dan
kaki. Tubuh Sin Han jadi menggigil tambah ketakutan saja.
“Kau........ kau manusia atau.......... atau........” tetapi Sin Han
tidak bisa meneruskan perkataannya, karena dia benar-benar
ketakutan sekali.
“Kau ingin bertanya apakah aku ini manusia atau hantu,
bukan?” kata orang itu menyanggapi perkataan Sin Han.
“Hemm, hemm,” dan setelah tertawa dingin mengejek seperti
itu, makhluk menyeramkan tersebut telah mengangkat tubuh Sin
Han tinggi-tinggi. Dia menggerakkan tangannya dan telah
membanting tubuh Sin Han keras sekali di atas tanah.
Tentu saja Sin Han jadi kesakitan luar biasa, anak ini sampai
mengeluarkan suara jeritan yang keras sekali.
Sedangkan makhluk menyeramkan itu telah berkata tanpa
memperdulikan penderitaan Sin Han,
“Kau boleh menganggap aku sebagai manusia, boleh!
Menganggap aku sebagai hantu, juga boleh!” dingin sekali
suaranya.
Semangat Sin Han benar-benar telah terbang meninggalkan
raganya, dan anak ini juga menyadarinya bahwa kematian sudah
terbayang diambang mata.

Tat Mo Cauwsu 36
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Maka dari itu, dia telah mengeluh dan memejamkan


matanya, saking ketakutan dia sudah tidak bisa berkata-kata atau
juga menatap ke makhluk menyeramkan itu.
Melihat sikap Sin Han, makhluk menyeramkan tersebut yang
memelihara rambut riap-riapan menutupi sampai ke pundaknya,
telah mengeluarkan suara tertawa dingin. Tahu-tahu dia telah
menggerakkan tangannya, dan telah berkata sambil mengibas,
“Bangun!” tubuh Sin Han telah tersampok oleh segumpalan
tenaga kibasan yang sangat kuat sekali.
Disaat itulah, dengan cepat sekali kibasan itu membuat tubuh
Sin Han jadi terapung, dan kemudian ambruk terbanting di atas
tanah lagi dengan keras sekali, sehingga Sin Han merasakan
kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang.
Dalam keadaan demikian, makhluk menyeramkan itu telah
membentak lagi,
“Bangun! Bangun! Ayo berdiri!”
Sin Han memaksakan dirinya untuk merangkak berdiri, dia
telah merasakan tulang-tulang ditubuhnya pada ngilu. Tetapi
karena sangat ketakutan, anak ini bisa juga berdiri, walaupun
dengan kedua lutut yang menggigil keras.
“Bagus! Sekarang engkau harus dicopoti tulang tangan dan
kakimu.........!” kata makhluk itu.
“A........ apa?” tanya Sin Han dengan suara tersendat, dia
kaget bukan main.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Sin Han tidak berdaya.
Tetapi mendengar tulang tangan dan tulang kakinya ingin
dicopoti oleh makhluk mengerikan tersebut, telah membuat Sin
Han disamping ketakutan, juga jadi gugup dan kaget........

Tat Mo Cauwsu 37
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Betapa hebat jika sampai benar-benar tulang kaki dan


tangannya itu dicopoti oleh makhluk tersebut. Tentu dia akan
menderita sekali, apalah artinya untuk hidup terus.
Sin Han telah memejamkan matanya, dia telah jadi nekad.
“Jika engkau ingin membunuhku, bunuhlah!” katanya
dengan nekad.
Mendengar perkataan anak itu, mendadak makhluk
menyeramkan itu telah mengeluarkan suara tertawa yang sangat
menakutkan sekali. Dia telah mengeluarkan suara seruan, dan
tahu-tahu tubuhnya berkelebat seperti bayangan.
“Bukkk!!” tahu-tahu pundak Sin Han kena dipukulnya
dengan tepukan telapak tangan.
Sakitnya luar biasa, Sin Han sampai merintih kesakitan,
tubuhnya juga telah terhuyung. kemudian terguling ambruk di
atas tanah, di air yang menggenang, sehingga mukanya juga telah
berlepotan dengan air lumpur itu.
“Bocah busuk, engkau harus menuruti perintahku!”
Dan setelah berkata begitu, tampak makhluk menyeramkan
tersebut telah menggerakkan tangannya. Dia bermaksud akan
mencekal tangan Sin Han, dan akan menariknya dengan kuat,
untuk mencopoti tulang tangan anak tersebut.
Sin Han telah memejamkan matanya, tetapi disaat itu dia
merasakan cekalan tangan makhluk itu semakin keras dan
menimbulkan sakit di tangannya, mendadak didengarnya suara
bentakan dari makhluk menyeramkan tersebut, seperti seruan
kaget.
Kemudian Sin Han merasakan cekalan tangan makhluk
tersebut telah mengendor dan terlepas, sehingga mengherankan
Sin Han. Cepat-cepat Sin Han membuka matanya, dia melihat

Tat Mo Cauwsu 38
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

makhluk menyeramkan itu telah berdiri menghadapi ke arah


sebatang pohon sambil membentak bengis,
“Siapa yang telah main-main dan bergurau dengan Kim-kut-
mo-sat?”
Suara teguran itu sangat seram sekali, nada suaranya
mengandung kegusaran yang sangat. Makhluk menyeramkan itu
telah membahasakan dirinya dengan gelaran Kim-kut-mo-sat
(Iblis Tulang Emas).
Ternyata waktu Kim-kut-mo-sat mencekal tangan Sin Han,
dan bermaksud menarik tangan anak itu untuk dicopotinya dari
tubuh Sin Han, tahu-tahu dari arah belakangnya telah menyambar
sepotong batu kecil.
Dan tentu saja samberan batu kecil itu bukan merupakan
samberan biasa saja. Karena samberan batu itu mengandung
kekuatan yang sangat dahsyat sekali.
Tetapi karena Kim-kut-mo-sat memang memiliki kepandaian
yang tinggi, disamping tubuhnya yang gesit, maka dia dapat
bergerak dengan lincah dan gesit sekali. Kemudian telah
mengeluarkan suara teriakan yang nyaring, tahu-tahu dia telah
memutar tubuh sambil memiringkan pundaknya, sehingga
samberan batu itu mengenai tempat kosong.
Kim-kut-mo-sat telah menjadi marah, dia tahu bahwa ada
seseorang yang telah menyerang dia.
Itulah sebabnya dia batal mencopotkan tangan Sin Han dan
telah membalikkan tubuhnya memandang bengis kepada tempat
dari mana menyambarnya batu yang menyerang punggungnya
tadi.
Terdengar suara tertawa mengikik perlahan, kemudian
disusul kata-kata mengejek,

Tat Mo Cauwsu 39
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kukira Kim-kut-mo-sat merupakan makhluk menakutkan


yang memiliki kepandaian tinggi, tidak tahunya nama yang
digempari itu hanyalah nama kosong seperti gentong
belaka..........!”
Itulah suara ejekan yang sangat meremehkan sekali, sehingga
membangkitkan kemurkaan makhluk menyeramkan itu.
“Wutttt..............!” tahu-tahu tangan kanannya telah
digerakkan, dari telapak tangannya itu menyambar angin
serangan yang sangat kuat sekali, ke arah mana suara itu berasal.
“Bukk!” kuat luar biasa angin serangan itu telah menghajar
batang pohon bagian atas, tetapi tidak terlihat sesuatu apapun
juga. Makhluk menyeramkan itu hanya melihat batang pohon itu
bergoyang-goyang, dan dia jadi semakin marah serta
mendongkol.
Dengan cepat dia telah mengeluarkan suara bentakan dan
telah melancarkan serangan pula beberapa kali. Tetapi hanya
batang pohon itu saja yang bergoyang-goyang. Daun-daun pohon
dan juga air hujan telah meluruk jatuh ke tanah.
Selain dari itu, tidak terlihat sesuatu apa pun juga. Tentu saja
makhluk menyeramkan Kim-kut-mo-sat jadi tambah penasaran
dan mendongkol bukan main.
“Mengapa harus main sembunyi-sembunyi begitu. Jika
memang seorang gagah, keluarlah memperlihatkan
tampang........!” bentak Kim-kut-mo-sat dengan suara yang
bengis. “Aku akan memperlihatkan apakah Kim-kut-mo-sat
memang hanya menang nama saja........!”
“Nama kosong, kepandaian kosong!” teriak suara yang
disertai tertawa mengejek. “Itulah dinamakan gentong kosong, si
manusia bodoh........ hihihi, masih ingin pentang mulut selebar-
lebarnya mengeluarkan angin busuk……., sungguh lucu”

Tat Mo Cauwsu 40
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Seorang Kim-kut-mo-sat hanya berani kepada seorang anak


kecil yang tidak berdaya........!!”
Tubuh Kim-kut-mo-sat jadi menggigil keras sekali, dia
diliputi kemarahan yang sangat. Dengan mata yang jalang dan
bersinar tambah mengerikan, dia telah membentak dengan keras
sekali,
“Jika engkau tidak ingin memperlihatkan diri, aku tentu akan
melakukan sesuatu........ Dan engkau nanti jangan mengatakan
aku keterlaluan! Aku akan memaksa kau keluar!”
“Hihihihi, jika memang benar-benar engkau sanggup
melakukannya, mengapa engkau tidak menjalankannya!!?”
terdengar suara menantang itu.
Tentu saja kemarahan si makhluk menyeramkan Kim-kut-
mo-sat sudah melewati takaran. Sehingga dengan mengeluarkan
raungan murka, tahu-tahu tubuhnya telah melompat ke arah dari
mana datangnya suara itu, yaitu dari puncak sebatang pohon di
balik daun-daun pohon yang lebat itu.
Sambil melompat dia mengayunkan kedua tangannya silih
berganti dengan beruntun. Dan dari tangannya itu mengeluarkan
angin yang kuat sekali, sehingga terdengar suara Bukk, bukk,
buk, beberapa kali, dibarengi juga dengan rontoknya sebagian
daun daun pohon itu, disertai juga dengan butir-butir air hujan
yang semula berada di-sela-sela daun-daun pohon tersebut.
Orang yang bersembunyi dibalik daun-daun pohon yang
rimbun itu rupanya tidak menyangka Kim-kut-mo-sat akan
melancarkan serangan sehebat ini. Dengan sendirinya dia jadi
mengeluarkan teriakan kaget. Dan tubuhnya telah cepat-cepat
melompat mundur dari tempat bersembunyinya.

Tat Mo Cauwsu 41
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia gesit sekali. Belum lagi tiba angin serangan itu, dia telah
melompat ke puncak pohon yang lainnya, yang berada di sebelah
kanannya.
Tetapi Kim-kut-mo-sat yang tengah diliputi oleh hawa
kemarahan, telah melancarkan serangan berikutnya tanpa menanti
tubuhnya meluncur turun. Kedua tangannya itu telah digerakkan
beruntun beberapa kali.
Dari kedua tangannya itu telah keluar angin serangan yang
sangat dahsyat sekali. Disaat itulah dia telah melihat sesosok
tubuh kecil yang pindah ke pohon lain, maka dia mendesak terus.
Beberapa kali hal itu terjadi, dan akhirnya rupanya sosok
tubuh itu tidak bisa mengelakkan diri lagi dari serangan Kim-kut-
mo-sat. Dia telah mengeluarkan suara dengusan dingin, dan
menangkisnya waktu berada disalah satu cabang pohon.
“Bukkkk!” dua kekuatan telah saling bentur, dan Kim-kut-
mo-sat telah meluncur turun ke tanah.
Tetapi sosok tubuh itu sendiri tidak bisa mempertahankan
dirinya. Dia telah tergelincir dari batang pohon itu, tubuhnya
meluncur turun ke tanah juga.
Sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan agak heran dan
kaget, tetapi dia juga liehay, maka dia telah berjumpalitan dan
hinggap di tanah tanpa kurang suatu apapun juga.
Kim-kut-mo-sat sebetulnya saat itu telah menggerakkan
kedua tangannya, karena dia telah bersiap-siap ingin melancarkan
serangan susulannya lagi.
Tetapi ketika melihat orang yang berada dihadapannya itu,
dia jadi tertegun. Sepasang matanya yang memang telah besar
bentuknya itu, jadi dipentang lebih besar dan lebar, memancarkan
sinar yang menakutkan sekali.

Tat Mo Cauwsu 42
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kau........?” tanyanya dengan suara tertahan.


Sosok tubuh kecil yang meloncat turun dari cabang pohon itu
ternyata seorang gadis kecil yang berusia di antara belasan tahun.
Mungkin baru sebelas tahun, wajahnya kecil mungil berpotongan
kuaci, manis sekali.
Matanya juga memancarkan sinar yang bening, mulutnya
yang kecil manis itu tersenyum dengan sikap yang meremehkan
si makhluk menyeramkan Kim-kut-mo-sat. Tidak sedikitpun
diperlihatkan olehnya perasaan takut atau jeri kepada makhluk
menyeramkan yang tukang copot tulang ini.
Semula Kim-kut-mo-sat menduga bahwa lawannya itu
adalah seorang ahli silat yang sakti, seorang yang telah lanjut
usia. Maka bisa dibayangkan perasaan herannya waktu dia
melihat bahwa yang berdiri dihadapannya ini, yang telah
mempermainkan dirinya adalah seorang gadis kecil yang masih
bau susu..........!
Gadis kecil itu telah tertawa cekikikan lagi dengan suaranya
yang jenaka, dia telah berkata dengan suara yang dingin,
“Kau yang bergelar Kim-kut-mo-sat bukan? Nah, sekarang
engkau telah membuktikan bukan, bahwa engkau tidak memiliki
kepandaian apa-apa yang luar biasa........ Bukankah menghadapi
diriku, si kecil nakal ini engkau tidak berdaya apa-apa........?”
Dan setelah berkata begitu, si gadis kecil yang jenaka ini
telah tertawa cekikikan lagi.

––––––––

JILID 2

Tat Mo Cauwsu 43
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

KIM-KUT-MO-SAT sebetulnya sangat marah sekali, tetapi


dia menindih perasaan gusarnya itu.
“Siapa kau? Dan siapa gurumu?” tegurnya dengan suara
menyeramkan.
“Aku? Kau menanyakan diriku? Aku tidak keberatan
memberitahukan kepadamu namaku! Ayahku biasanya
memanggil aku dengan sebutan Lian-jie (anak-Lian), engkau
boleh juga memanggil aku dengan sebutan itu!
“Tetapi jika engkau ingin mengetahui siapa guruku, hal itu
tidak bisa kuberitahukan. Nanti engkau mendengar nama guruku,
tentu terkencing-kencing karena ketakutan........”
Mendengar perkataan si gadis kecil yang jenaka dan nakal
ini, yang mengejeknya terang-terangan, tentu saja Kim-kut-mo-
sat jadi tambah mendongkol.
“Gadis kecil kurang ajar, terimalah serangan!” bentaknya
bengis, karena dia sudah tidak bisa mempertahankan kemarahan
yang meliputi hatinya.
Dengan cepat dia telah menerjang maju dengan gerakan yang
sulit diikuti oleh pandangan mata. Dia telah melancarkan
serangan dengan sekaligus, menggerakkan kedua tangannya.

Tat Mo Cauwsu 44
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dari kedua telapak tangannya itu telah mengalir keluar


tenaga yang kuat sekali, tetapi berbedaan sifatnya. Jika tangan
kanannya meluncur dengan mengeluarkan angin serangan yang
berhawa panas, justru tangan kirinya telah meluncur
mengeluarkan angin serangan dengan hawa yang dingin.
Tentu saja cara menyerang dari mahluk menyeramkan
tersebut merupakan serangan yang mematikan. Itulah semacam
ilmu yang luar biasa sekali, yang mengandung hawa yang
membawa maut.
Tetapi gadis cilik itu benar-benar nakal, sama sekali dia tidak
memperlihatkan perasaan takut. Tampaknya gadis kecil ini
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya.
Dia telah melompat ke samping sambil mendengarkan
tawanya yang keras, suara tertawa yang bercampur dengan
ejekan.
“Hanya begini saja pukulan yang kau miliki?” tanyanya
dengan diiringi suara tertawa cekikannya.
Mendengar itu, tubuh Kim-kut-mo-sat jadi menggigil keras
karena menahan kegusaran hatinya. Baru kali ini seumur
hidupnya dia mengalami ejekan seperti itu.
Dan juga baru kali ini seumur hidupnya dia diejek oleh orang
secara berdepan. Bahkan sekarang yang mengejeknya itu tidak
lain dari seorang gadis kecil.
Dengan mengeluarkan suara raungan keras, dia telah
mengeluarkan jurus yang sangat diandalkannya, yaitu pukulan-
pukulan yang mengandung kekuatan yang luar biasa sekali.
Kemudian dia telah mengerahkan tenaga lweekangnya
sebanyak empat bagian. Untuk melancarkan serangan dengan
bergantian mempergunakan tangan kiri dan tangan kanannya.

Tat Mo Cauwsu 45
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Karena itu dia sebentar menyerang dengan mempergunakan


hawa Im (dingin), sekali-sekali dia menyerang dengan hawa
Yang (panas). Itulah ilmu yang biasa disebut sebagai Im-yang-
mo-sat, tenaga Iblis Dingin dan Panas.
Tentu saja ilmu yang telah dilatihnya empat puluh tahun itu,
merupakan ilmu yang sangat dahsyat.
Sepuluh tahun yang lalu, dia pernah menjagoi seluruh
daratan Tiong-goan, namanya sangat terkenal dan ditakuti.
Tetapi suatu kali dia bertemu dengan seorang pandai. Mereka
bertempur selama tiga hari tiga malam, akhirnya Kim-kut-mo-sat
kena dirubuhkan pendekar sakti itu.
Dan sejak saat itulah Kim-kut-mo-sat hidup menyepi
menyendiri. Dia mengasingkan diri karena dia bermaksud untuk
lebih memperdalam ilmunya itu.
Selama sepuluh tahun dia telah berlatih keras, dengan tekad
untuk nanti mencari pendekar sakti yang telah merubuhkannya
itu, dia bermaksud menantangnya lagi untuk bertempur.
Tetapi sekarang, dia bertemu dengan gadis cilik ini, dan
dirinya telah dipermainkannya. Dengan sendirinya telah membuat
Kim-kut-mo-sat tambah gusar.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, dia
telah menggerakkan tangan kiri dan tangan kanannya dengan
serentak. Angin serangan yang meluncur keluar itu menimbulkan
hawa yang panas dan dingin, sehingga mendesak keras kepada si
gadis kecil.
Tetapi tidak satupun serangan dari Kim-kut-mo-sat itu
berhasil menyentuh tubuh gadis kecil itu. Karena tampaknya
gadis kecil yang jenaka itu, yang mengakui dirinya biasa

Tat Mo Cauwsu 46
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dipanggil dengan Lian-jie (anak Lian itu) telah mengandalkan


sekali kegesitannya.
Tubuhnya melompat-lompat kian kemari dengan cepat
sekali, sehingga setiap serangan yang dilancarkan lawannya
selalu dapat digagalkannya.
Dalam keadaan demikian, semakin lama Kim-kut-mo-sat
selain penasaran, juga semakin diliputi oleh hawa nafsu
membunuh. Telah beberapa kali dia mendesak si gadis dengan
pukulan-pukulan yang kuat dan mematikan, tetapi selalu gadis
kecil jenaka itu berhasil mengelakkannya.
Hal ini telah membuktikan bahwa gadis kecil itu tidak mudah
dirubuhkan, sehingga darah dari Kim-kut-mo-sat terasa naik
memenuhi tempurung kepalanya akibat kemarahan yang meluap-
luap. Dia berulang kali telah mengeluarkan suara seruan-seruan
penasaran.
Disaat itulah si gadis kecil itu telah berkata dengan suara
yang mengejek,
“Sekarang ini apa yang hendak engkau bilang? Telah
terbukti, bukan? Bahwa engkau memang tidak memiliki
kepandaian yang berarti?! Dan Kim-kut-mo-sat hanya merupakan
nama kosong belaka.........!”
Mendengar ejekan gadis kecil jenaka itu, telah membuat
Kim-kut-mo-sat jadi bertambah marah.
Dia telah melihatnya selama bertempur beberapa jurus itu,
bahwa kepandaian si gadis tidak seberapa, mungkin tidak ada
sepersepuluh dari kepandaiannya sendiri. Tenaga yang dimiliki
gadis kecil itupun tidak begitu besar.
Tetapi yang sangat mengherankan sekali si gadis kecil itu
memiliki kelincahan yang luar biasa.

Tat Mo Cauwsu 47
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan sendirinya telah membuat Kim-kut-mo-sat jadi


menerka-nerka entah gadis kecil ini murid siapa........ Telah
dilihat dan diperhatikannya sejak tadi gerakan-gerakan si gadis
kecil, tetapi dia tidak berhasil mengenali ilmu silat perguruan
mana yang dipergunakan gadis kecil itu.
Sebetulnya Kim-kut-mo-sat sangat tajam matanya. Dia
berpengalaman sekali. Hampir seluruh jago-jago sakti di daratan
Tiong-goan diketahui ilmu silat andalannya.
Tetapi gadis ini yang memiliki gerakan-gerakan yang gesit
sekali membuat dia jadi begitu bingung dan tidak berhasil
mengenalinya si gadis dari aliran mana.......... Dalam keadaan
seperti itu, tentu saja telah membuat Kim-kut-mo-sat tambah
penasaran, berulang kali dia meraung dan menambah tenaga
serangannya.
Beberapa macam ilmu pukulan telah dikeluarkannya untuk
menghantam gadis kecil itu. Tetapi si gadis kecil Lian-jie itu
dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya, selalu berhasil
menyelamatkan diri dari ancaman serangan yang dilancarkan
Kim-kut-mo-sat.
Tentu saja Kim-kut-mo-sat semakin penasaran saja.
Beberapa kali dia menubruk dan memperhebat serangannya.
Si gadis kecil sendiri telah melihatnya. Walaupun dia selalu
berhasil mengelakkan diri dari serangan-serangan yang
dilancarkan lawannya. Tetapi hal itu tidak bisa berlangsung lama,
karena jika keadaan demikian berlarut-larut, tentu celakalah
dirinya!
Gadis kecil itu juga menyadarinya, bahwa dia memang masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan kepandaian mahluk
menyeramkan ini. Dia hanya bisa lolos dari kematian karena
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa.

Tat Mo Cauwsu 48
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi akhirnya tokh dia akan kehabisan tenaga. Dan jika hal
ini terjadi, niscaya dia akan dihajar mati oleh lawannya.
Dalam keadaan seperti inilah, tampak si gadis kecil juga
telah berusaha untuk menjauhi diri dari lawannya. Karena jika
mereka bertempur rapat, gerakan tubuhnya tidak akan leluasa.
Dia telah memusatkan kegesitannya untuk menjauhi diri dari
Kim-kut-mo-sat dan selalu pula dia berusaha untuk dapat
mengelakkan perhatian si makhluk menyeramkan itu.
Namun Kim-kut-mo-sat yang tampaknya telah mengetahui
juga kelemahan si gadis kecil ini, tidak mau membuang-buang
kesempatan yang ada padanya. Dia telah mengeluarkan suara
bentakan yang menyerupai raungan, dan berulang kali dia telah
melancarkan serangan-serangan yang beruntun.
Setiap serangan yang dilancarkannya sekarang lebih hebat
dari pada tadi. Juga dari kedua telapak tangannya itu
memancarkan hawa yang berlainan sehingga menimbulkan
tekanan yang luar biasa pada diri si gadis.
Disamping itu, yang membuat si gadis kecil itu terkejut. Dia
telah melihatnya kedua telapak tangan Kim-kut-mo-sat berobah
menjadi merah seperti darah. Itulah membuktikan bahwa mahluk
menyeramkan ini telah mengerahkan tenaga sejatinya di sekujur
telapak tangannya itu.
Sebagai seorang gadis yang lincah dan nakal, gadis kecil itu
tidak menjadi takut atau gugup. Bahkan berulang dia telah
mengeluarkan suara tertawa cekikikan, dia juga telah bergerak
dengan lompatan-lompatan yang gesit sekali.
Tiba-tiba terlihat gadis kecil itu telah mengeluarkan suara
siulan. Tahu-tahu kaki kanannya diangkat ditekuk ke atas, lalu
dengan berdiri dengan kaki tunggal, yaitu kaki kirinya saja,
tubuhnya telah berputar.

Tat Mo Cauwsu 49
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gerakan yang dilakukan oleh gadis kecil jenaka itu sangat


aneh sekali, sehingga membuat Kim-kut-mo-sat jadi tertegun
heran. Dia telah diam mengawasi, dan telah menatapnya dengan
sorot mata tertegun, karena dia tidak mengetahui apa yang tengah
dilakukan oleh gadis itu.
Disaat seperti inilah, terlihat si gadis tahu-tahu telah
melompat dengan tubuh yang lincah menjauhi diri dari Kim-kut-
mo-sat. Dia telah berkata juga dengan suaranya yang jenaka,
“Nah, sekarang terbukti bahwa nama Kim-kut-mo-sat tidak
sebanding dengan kemampuannya!”
Itulah ejekan yang membuat muka Kim-kut-mo-sat jadi
berobah merah padam dan panas sekali. Telinganya juga
dirasakan jadi panas, disamping rambutnya terasa seperti berdiri
karena sangat murka.
Tetapi Kim-kut-mo-sat masih berusaha untuk
mempertahankan diri, dia telah berkata dengan suara yang dingin,
“Hemm, engkau memang setan kecil yang licik. Tetapi
jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari kematian di
tanganku ini!”
Dan setelah membentak begitu, dengan cepat sekali Kim-kut-
mo-sat telah meraung, dan tubuhnya tahu-tahu telah melompat ke
tengah udara. Dia tidak melancarkan serangan kepada si gadis,
hanya kedua tangannya yang digerak-gerakkan saja.
Tahu-tahu si gadis yang tengah berdiri heran mengawasi
gerak gerik mahluk menyeramkan itu, telah merasakan
menyambarnya semacam tenaga yang tidak dilihatnya yang
mengikat tubuhnya.
Dalam waktu sekejap saja gadis kecil itu telah menyadari
bahwa ada bahaya yang tengah mengancam dirinya. Dia

Tat Mo Cauwsu 50
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat ke


belakang. Gerakannya itu sangat gesit sekali, dan dia berusaha
melompat secepat mungkin.
Tetapi masih terlambat, libatan tenaga serangan Kim-kut-
mo-sat yang tidak terlihat itu telah melibat kakinya. Tahu-tahu
dia terhentak keras, dan tubuh si gadis terjerunuk ke depan
hampir saja dia rubuh terguling.
Tetapi karena gadis itu memang memiliki kegesitan yang
menakjubkan, dia berhasil melompat berdiri dan cepat-cepat
menuju ke depannya. Dan dengan demikian dia menjauhi diri dari
si iblis yang menakutkan itu, sehingga dia berhasil meloloskan
diri dari libatan tenaga dalam si mahluk menyeramkan itu.
Dengan cepat si gadis juga telah mengibaskan tangannya.
Dan tahu-tahu telah meluncur dengan cepat sekali beberapa sinar
yang menyilaukan mata.
Rupanya dalam keadaan terdesak seperti itu, si gadis telah
mempergunakan paku Pat-kut-teng. Dia telah menimpuk untuk
mencegahnya mahluk yang menyeramkan itu mendesak lebih
jauh.
Tetapi Kim-kut-mo-sat yang sedang penasaran itu mana mau
mengacuhkan paku-paku itu, dengan mempergunakan lengan
bajunya. Dia telah mengibas, sehingga paku-paku itu meluruk
jatuh ke atas tanah, sedangkan saat itu tangan kirinya telah
menyambar akan mencengkeram pundak si gadis.
“Ihhhh.........!” gadis kecil itu telah mengeluarkan suara
seruan tertahan. Dia telah melompat mundur, dan dengan gerakan
yang sangat cepat sekali, dia telah berjumpalitan dua kali,
maksudnya ingin menjauhi diri dari lawannya.
Tetapi Kim-kut-mo-sat tidak mau memberikan kesempatan
kepadanya. Dia telah melancarkan serangan lagi dengan cepat

Tat Mo Cauwsu 51
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali, cengkeraman kedua tangannya itu telah meluncur secepat


kilat.
Dalam keadaan demikian, rupanya gadis kecil tersebut
tengah terancam bahaya yang tidak ringan. Dia sendiri kaget
melihat kedua tangan Kim-kut-mo-sat yang telah berobah merah
seperti darah itu telah berada dekat dengan punggungnya.
Sin Han yang sejak tadi berdiri mematung mengawasi gadis
kecil itu yang tengah bertempur dengan Kim-kut-mo-sat, jadi
tidak mengerti, bahwa seorang gadis sekecil itu bisa menghadapi
dan melayani mahluk begitu ganas.
Di dalam hatinya Sin Han kagum sekali kepada gadis itu
yang memiliki kegesitan luar-biasa.
“Coba kalau aku memiliki kegesitan seperti gadis itu, tentu
aku tidak akan dihina oleh orang-orang yang mengejarku dan aku
dengan mudah meloloskan diri dari mereka......... Mungkin juga
ayahku tidak sampai menemui kematian..........”
Tetapi disaat dia berpikir begitu justru Sin Han telah
melihatnya bahwa si gadis kecil telah terdesak hebat, dan terus
menerus main mundur. Dan akhirnya Sin Han juga melihatnya,
kedua tangan Kim-kut-mo-sat telah menyambar ke arah
punggung gadis kecil, sedangkan si gadis kecil tampaknya tidak
memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri.
Maka di luar keinginannya, tampak Sin Han telah
mengeluarkan suara jeritan tertahan. Dia telah menutupi matanya
dengan mempergunakan kedua tangannya, karena dia tidak
sanggup jika harus melihat tubuh gadis kecil itu terhajar hancur
oleh kedua telapak tangan mahluk menyeramkan itu.
“Buukkk!” punggung gadis kecil itu telah terpukul telak
sekali oleh telapak tangan Kim-kut-mo-sat, terhajar begitu keras

Tat Mo Cauwsu 52
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dan kuat sekali, sehingga tubuh si gadis sampai terpental jauh


sekali, kurang lebih empat tombak.
Namun gadis kecil itu hanya terguling, cepat sekali dia telah
bisa bangkit berdiri sambil memperdengarkan suara tertawanya
yang jenaka!
Berbeda dengan si gadis kecil itu, waktu Kim-kut-mo-sat
berhasil memukul punggung si gadis. Mulanya dia memang
girang, tetapi kesudahannya membuat dia kaget bukan main.
Karena waktu telapak tangannya itu berhasil memukul, dia
merasa kesakitan pada telapak tangannya itu. Dan waktu dia
menarik pulang tangannya itu sambil mengeluarkan jeritan kecil,
dia melihat telapak tangan kanannya telah berlobang kecil-kecil
dan mengucurkan darah..........
Muka Kim-kut-mo-sat jadi berobah merah padam, dengan
cepat dia telah berseru dengan suara yang bengis,
“Setan kecil, rupanya engkau memakai pakaian dalam seperti
Tiat-lu-ka (pakaian anti senjata tajam)........!”
“Tidak salah!” menyahuti gadis kecil itu dengan sikapnya
yang jenaka. “Memang aku mengenakan Tiat-lu-ka dan siapa
yang perintahkan kepadamu mencari penyakit menghantam
punggungku! Justru Tiat-lu-ka ku itu diperlengkapi dengan duri-
duri.........”
Mendengar perkataan si gadis, Kim-kut-mo-sat jadi tambah
marah. Dia telah meraung dengan suara yang dahsyat seperti juga
akan menggetarkan sekitar tempat itu.
Sedangkan si gadis kecil telah tertawa cekikikan, seperti
mentertawai kebodohan lawannya.
Memang gadis kecil itu memakai pakaian lapis dalam yang
berduri, yang anti senjata tajam, dan juga anti pukulan. Sehingga

Tat Mo Cauwsu 53
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

walaupun tadi punggungnya telah terhajar telak dan jitu oleh


telapak tangan kanan lawannya, hanya baju luarnya saja yang
berkeliwiran, pecah dan hancur, namun dia tidak menderita luka
apa-apa........
Keadaan seperti ini telah memperlihatkan bahwa si gadis
kecil ini memang bukan gadis sembarangan, karena dia memiliki
benda mustika seperti Tiat-lu-ka itu.
“Masih ada hubungan apa kau dengan Ceng Kak Siansu?”
bentak Kim-kut-mo-sat dengan suara bengis.
“Siapa?” mengulangi si gadis dengan suara yang mengejek.
“Aku bertanya, masih pernah apa kau dengan Ceng Kak
Siansu,” bentak Kim-kut-mo-sat lagi.
“Hemm, aku mana tahu, kenal saja tidak orang yang kau
sebutkan itu!” kata si gadis dengan suara jenaka, dia tidak lupa
untuk tersenyum mengejek.
Kim-kut-mo-sat jadi heran.
Dia mengetahui jarang sekali yang memiliki pakaian lapis
dalam seperti Tiat-lu-ka, benda mustika itu. Dan Kim-kut-mo-sat
mengetahuinya benda mustika itu dimiliki oleh Ceng Kak Siansu,
seorang tokoh sakti dari rimba persilatan yang menetap di Utara.
Tetapi melihat jawaban dan sikap si gadis tidak berdusta, dia
seperti tidak mengenal siapa itu Ceng Kak Siansu. Tentu saja hal
ini sangat mengherankan dan membuat Kim-kut-mo-sat tambah
penasaran.
Entah orang pandai mana lagi yang menjadi guru si gadis.
Tentunya orang itu sakti dan liehay sekali, karena si gadis dalam
usia demikian muda ternyata telah memiliki kepandaian yang
demikian tinggi.

Tat Mo Cauwsu 54
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tentu saja Kim-kut-mo-sat juga jadi tambah penasaran.


Walaupun bagaimana dia ingin merubuhkan gadis kecil ini, untuk
nanti memaksanya agar mengakui siapa gurunya.
Disaat itu Kim-kut-mo-sat tertawa dingin.
“Aku telah melihat, kepandaianmu tidak ada sepersepuluh
dari kepandaianku!” kata Kim-kut-mo-sat. “Engkau hanya
mengandalkan ilmu meringankan tubuhmu! Tetapi jika kau
bertempur terus dengan mempergunakan cara seperti itu, tentu
saja akhirnya aku akan berhasil merubuhkan dirimu..........! Kau
percaya atau tidak?” tanya Kim-kut-mo-sat.
Si gadis kecil jenaka itu benar-benar nakal, sebelum
menyahuti, dia telah menoleh kepada Sin Han, disaat itu Sin Han
tengah mengawasi tertegun penuh kekuatiran padanya.
“Anak itu tidak memiliki kepandaian apa-apa........” kata si
gadis nakal itu. “Engkau telah menghinanya karena dia lemah.
Sekarang engkau menghadapi aku, ternyata engkau tidak sanggup
merubuhkan diriku.
“Walaupun aku hanya memiliki kepandaian sepersepuluh
dari kepandaianmu dan akupun masih terlalu kecil! Benar! Tepat
sekali selama ini yang kudengar, Kim-kut-mo-sat hanyalah
mahluk tidak punya guna dan memiliki nama kosong yang hanya
pandai menipu saja.........!”
Dan setelah berkata begitu, gadis kecil ini telah tertawa
cekikikan lagi. Dia telah mengejek tidak tanggung-tanggung dan
telah membaliki perkataan Kim-kut-mo-sat sendiri.
Keruan saja Kim-kut-mo-sat jadi tambah gusar. Dengan
mengeluarkan suara bentakan menggerutu dia telah menerjang ke
arah si gadis.

Tat Mo Cauwsu 55
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia melompat bukan melancarkan serangan biasa, karena


kali ini benar-benar Kim-kut-mo-sat telah melancarkan serangan
yang bisa mematikan. Dia telah menggempur dengan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya.
Walaupun dia telah menggerakkan kedua tangannya
sekaligus, tetapi yang dipergunakan menyerang kepada gadis
kecil itu hanyalah tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya
dipukulkan ke samping. Tenaga pukulan itu seperti dapat
berbelok dan telah menghadang jalan mundurnya anak gadis itu.
Melihat cara menyerang yang dilakukan oleh Kim-kut-mo-
sat, gadis kecil itu jadi terkejut juga. Dia telah mengeluarkan
suara seruan tertahan karena dia mengerti bahaya yang tengah
mengancam dirinya tidak boleh dibuat main-main.
Tetapi memang benar-benar gadis kecil itu nakal dan tabah
sekali. Walaupun telah mengetahui dirinya tengah terancam oleh
bahaya yang tidak kecil, namun dia tidak menjadi takut.
Dengan cepat sekali dia menjejakkan kedua belah kakinya di
atas tanah. Tubuhnya telah melompat dengan gesit ke tengah
udara setinggi dua tombak.
Dengan demikian dia berhasil mengelakkan serangan tangan
kanan lawannya, dan juga membiarkan serangan tangan kiri dari
Kim-kut-mo-sat itu lewat di bawah kakinya. Tetapi untuk
kagetnya gadis kecil itu, justru disaat itu Kim-kut-mo-sat yang
sedang marah telah merobah serangannya menjadi gerakan
menangkap.
Tanpa menarik pulang tangan kanannya, dia telah berusaha
mencengkeram kaki kanan si gadis kecil yang sedang melayang
di tengah udara itu. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat
sekali, karena dia telah menyerang dengan secepat kilat.

Tat Mo Cauwsu 56
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gadis kecil itu tidak menduga bahwa lawannya akan


merobah cara menyerangnya itu dari meninju akhirnya menjadi
cengkeraman. Dengan sendirinya hal itu telah membuat si gadis
terkesiap juga hatinya.
Tetapi dia gesit dan tidak menjadi takut. Bahkan dia telah
menarik naik kedua kakinya yang ditekuknya, untuk
mengelakkan cengkeraman tangan lawannya itu.
Gerakannya itu sangat cepat dan gesit sekali. Tetapi karena
Kim-kut-mo-sat melancarkan serangan mencengkeram ini dengan
mempergunakan perhitungan yang telah matang, sehingga dia
tidak menjadi heran si gadis menekuk kedua kakinya seperti yang
telah diduganya, maka dia telah menaikkan sedikit uluran
tangannya, maka seketika itu juga kaki kanan dari gadis kecil itu
tidak bisa lolos dari cengkeraman tangannya.
Sekali saja menggentak, maka tubuh si gadis itu telah
berhasil ditarik Kim-kut-mo-sat dengan keras, sampai tubuh si
gadis rubuh terbanting di tanah.
Dan dengan tidak membuang waktu sedikitpun juga, Kim-
kut-mo-sat telah melompat menghampiri. Dia telah mengulurkan
kedua tangannya lagi dengan maksud akan menarik putus kaki
kanan si gadis kecil.
Sin Han melihat apa yang akan terjadi pada diri si gadis kecil
itu, yang merangkap menjadi penolongnya itu, jadi mengeluarkan
suara jeritan kaget. Dia telah melompat dan telah berusaha untuk
memukul belakang pinggul dari Kim-kut-mo-sat.
“Bukkkk!” kepalan tangan Sin Han yang kecil memang
mengenai pinggul dari mahluk menyeramkan itu, tetapi mana ada
artinya untuk Kim-kut-mo-sat. Dengan mengeluarkan suara
tertawa dingin iblis itu telah mengibaskan tangan kirinya,

Tat Mo Cauwsu 57
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Wutttttt..........!” seketika itu juga tubuh dari Sin Han telah


terdorong keras sekali oleh dorongan tenaga dalamnya, dan tubuh
anak itu telah terbanting bergulingan di atas tanah sambil
mengeluarkan suara jerit kesakitan yang nyaring. Seluruh
tubuhnya dirasakan sakit dan bagaikan tulang-tulang di sekujur
badannya itu akan rontok bercopotan.
Dengan menahan sakit, dia telah merangkak bangun untuk
membantui si gadis kecil Lian-jie itu. Tetapi sepasang kakinya
gemetaran dan tenaganya seperti telah habis.
Begitu dia berdiri, dia rubuh numprah pula. Dalam keadaan
seperti inilah, Sin Han melihat betapa tangan Kim-kut-mo-sat
bergerak akan menarik putus kaki gadis kecil itu.
Tentu saja perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang
menakutkan dan kejam sekali.
Sebelum Sin Han mengetahui apa yang akan terjadi, justru
disaat itu terlihat si gadis kecil Lian-jie telah menarik kaki
kanannya. Dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras, dan
serentak dengan itu dia telah menendang dengan kaki kirinya ke
arah jalan darah Pu-tiang-sie-hiat di dekat perut lawannya.
Keadaan seperti ini telah memaksa Kim-kut-mo-sat harus
melepaskan cekalan tangannya dulu. Karena jika sampai jalan
darahnya itu kena disepak si gadis, berarti kematianlah baginya,
atau seringan-ringannya dia akan bercacad, karena jalan darah itu
merupakan jalan darah yang sangat penting.
Dalam keadaan inilah si gadis berhasil meloloskan diri. Dia
melompat berdiri terpisah dua tombak dari si-iblis Kim-kut-mo-
sat itu.
Keberhasilannya itu karena berkat bantuan dari Sin Han juga,
karena tadi Sin Han telah memukul pinggul dari Kim-kut-mo-sat,

Tat Mo Cauwsu 58
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sehingga Kim-kut-mo-sat telah menggerakkan tangan kirinya


mengibas ke belakang.
Waktu yang hanya beberapa detik itu, justru sangat berarti
bagi si gadis Lian-jie. Mempergunakan kesempatan itulah si
gadis telah melakukan tendangan mautnya ke jalan darah Kim-
kut-mo-sat.
Kim-kut-mo-sat telah meraung keras, tubuhnya tampak
melompat melancarkan serangan-serangan yang hebat sekali
kepada si gadis.
Si gadis sendiri tampaknya telah letih sekali, dia jadi
mengeluh juga. Tadi dia baru saja lolos dari bahaya dan itu telah
mengejutkan hatinya, dan perasaan kagetnya itu belum lagi
lenyap, justru lawannya itu telah melancarkan serangan lagi yang
tidak kurang hebatnya.
Tetapi sebagai gadis yang nakal, gadis kecil Lian-jie itu tidak
merasa takut. Dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat
nyaring dia telah melompat mundur untuk menjauhi diri,
walaupun dia menyadarinya bahwa tidak mungkin dia
meloloskan diri dari serangan yang dilancarkan lawannya itu.
Disaat itulah, tampak Kim-kut-mo-sat telah melancarkan
gempuran dengan kedua tangan yang dirangkapkan. Tenaga
dalam yang dipergunakannya itu merupakan serangan yang luar
biasa hebatnya.
Dalam murkanya itu dia telah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya untuk melancarkan serangan-serangan yang
sangat gencar sekali. Dan dia telah melancarkan gempuran seperti
juga dia tengah menghadapi lawan yang tangguh sekali, dimana
dia seperti ingin mengadu jiwa.
Dalam keadaan seperti inilah, tampak Kim-kut-mo-sat
memang telah bersungguh-sungguh untuk merubuhkan si gadis.

Tat Mo Cauwsu 59
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan gadis kecil itu sama sekali tidak berdaya untuk


mengelakkan diri pula dari gempuran yang selain cepat juga
dahsyat sekali itu.
Untuk mengadu kekuatan keras dilawan keras, jelas gadis
kecil ini tidak akan menang bahkan dia akan menemui ajalnya,
sebab tenaga dalamnya itu masih terpaut jauh sekali dengan
makhluk menyeramkan tersebut.
Keadaan seperti ini telah membuat si gadis harus mengempos
dan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada padanya. Dia telah
mengeluarkan suara seruan yang nyaring, dan telah melancarkan
gempuran sekenanya, sedangkan dihatinya dia telah berpikir,
“Habislah aku kali ini.........!”
Tenaga serangan yang dilancarkan oleh Kim-kut-mo-sat
telah menyambar semakin dekat dan kuat sekali..........! Tetapi
walaupun dalam keadaan terjepit dan terdesak seperti itu,
tampaknya si gadis kecil masih berusaha untuk meloloskan diri
dari serangan Kim-kut-mo-sat.
Dengan cepat dia merangkapkan kedua tangannya, untuk
menotok ke arah tangan lawannya, lalu dengan meminjam tenaga
tekanan itu, tubuhnya ingin melompat terapung pula.
Namun Kim-kut-mo-sat juga tidak mau membiarkan si gadis
yang telah dapat dikuasainya itu lolos dari serangannya.
Dengan gerakan yang gesit dia telah mengeluarkan suara
bentakan, membarengi dengan itu, tampak sepasang tangannya
itu yang didorong oleh totokan si gadis kecil, dihentaknya.
Tetapi jika hentakan biasanya dilakukan ke dalam, tetapi
berbeda dengan yang dilakukan oleh Kim-kut-mo-sat, dia justru
telah melonjorkan tangannya itu, sekaligus ke dua-duanya kiri
dan kanan.

Tat Mo Cauwsu 60
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tentu saja gerakan yang dilakukan oleh Kim-kut-mo-sat


membuat si gadis kecil jadi terperanjat bukan main. Dia sampai
mengeluarkan suara teriakan tertahan dan kali ini benar sulit
baginya untuk meloloskan diri dari bencana yang mengancam.
Dengan mengeluarkan suara teriakan kecil tertahan, gadis
cilik itu telah tercekal tangannya.
Namun waktu Kim-kut-mo-sat ingin mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menarik copot tulang tangan gadis itu tiba-tiba
telah terdengar suara yang sabar sekali menegur,
“Mengapa harus menganiaya gadis kecil yang tidak
berdaya?”
Dan bukan hanya suara teguran itu saja yang didengar Kim-
kut-mo-sat, karena tahu-tahu dari samping kanannya telah
menyambar kekuatan tenaga yang meluncur ke batok kepalanya.
Kim-kut-mo-sat jadi terkejut. Karena dia menyadarinya, jika
dia meneruskan maksudnya untuk menarik terlepas tangan si
gadis yang tulangnya ingin dicopotkannya, maka berarti
kepalanya itu akan menjadi sasaran yang telak sekali dari telapak
tangan orang yang melancarkan serangan dari belakang itu.
Dalam detik-detik yang singkat seperti itu, cepat sekali Kim-
kut-mo-sat harus mengambil keputusan. Terpaksa dia melepaskan
cekalan tangannya pada tangan si gadis kecil, membarengi
dengan mana dia telah mengibaskan tangan kanannya ke
belakang sebelum tubuhnya membalik, maka angin serangan itu
telah menyampok meluncurnya gempuran orang di belakangnya.
“Bukkkkkk!”
Tangan Kim-kut-mo-sat telah membentur keras tangan
penyerangnya, karena rupanya penyerang itu tidak ingin menarik
pulang tangannya. Dan suara benturan itu terdengar keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 61
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kesudahannya telah membuat Kim-kut-mo-sat jadi terkejut


disamping kesakitan. Karena tangannya yang membentur tangan
penyerangnya itu seperti menghantam besi, dia merasakan tulang
tangannya seperti ingin patah menimbulkan perasaan sakit yang
bukan main.
Dan diapun lebih kaget lagi waktu tahu-tahu tubuhnya telah
terjungkal rubuh berguling-guling di tanah, sehingga
menyebabkan dia seperti sebuah bola. Walaupun Kim-kut-mo-sat
berusaha untuk mempertahankan diri dengan mengerahkan
tenaga dalamnya, tidak urung tubuhnya terguling demikian rupa.
Seumur hidupnya, baru kali ini dia mengalami dirubuhkan
oleh lawan hanya dalam satu jurus saja.
Cepat luar biasa dengan jurus 'Ikan Lee-hie melentik' tubuh
Kim-kut-mo-sat telah melompat berdiri sambil memutar
tubuhnya menghadapi orang yang menyerangnya.
Penyerangnya ternyata adalah seorang lelaki tua. Mungkin
usianya telah enampuluh tahun, tengah berdiri menghadapinya,
dan memandangnya dengan sorot mata yang tajam.
“Janganlah kau sekali lagi melakukan perbuatan hina dina
seperti tadi, selalu menindas kaum yang lemah dan masih kecil
tidak berdaya! Jika aku menghendaki, satu jurus saja cukup untuk
mengantarkan jiwamu ke neraka.........!”
Orang itu berkata dengan suara yang perlahan dan sabar,
tetapi nada suaranya itu mengandung kewibawaan.
Kim-kut-mo-sat tidak berani sembarangan memperlihatkan
lagak dihadapan orang yang berkepandaian tinggi ini. Karena
dalam satu jurus itu saja dia telah menyadari orang yang ada
dihadapannya ini memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari
dia, mungkin dua tingkat di atas kepandaiannya.

Tat Mo Cauwsu 62
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Si........ siapa kau?” tanyanya dengan suara ragu-ragu.


“Mengapa kau mencampuri urusanku?” sambil bertanya begitu,
Kim-kut-mo-sat telah memandang dengan sorot mata yang
bengis.
Dia berusaha menindih perasaan terkejutnya, karena dia
merasa penasaran sekali dirubuhkan begitu mudah. Orang tua itu
telah berkata perlahan dengan suara yang sabar,
“Kawan-kawan di rimba persilatan biasanya memanggil aku
dengan Lo-eng saja..........”
“Lo-eng? Apakah kau........kau.......... Lo-eng-sian Bun Tai
Cie?”“ tanya Kim-kut-mo-sat dengan suara gemetar. Dia
menanyakan gelaran orang sebagai Lo-eng-sian yang berarti
Dewa Rajawali Tua.
Orang tua itu telah mengangguk sambil tersenyum. “Tidak
salah, memang itulah gelaranku yang jelek.........” katanya. “Dan
kau dengarlah, satu jurus saja cukup untuk mengirim kau ke
neraka jika masih melakukan perbuatan hina dina seperti tadi.”
Lemaslah sepasang lutut Kim-kut-mo-Sat, tahu-tahu dia telah
merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura memberi
hormat.
“Kiranya Bun Locianpwe.............” katanya, “Maaf, maaf,
aku tidak mengetahui bahwa yang berada dihadapanku ini adalah
bintang Pak Tauw dari kalangan Kang-ouw?”
Dan dia menjura sampai empat kali karena dia kaget bukan
main mengetahui jago yang ada dihadapannya ini merupakan
tokoh sakti yang sangat terkenal di dalam rimba persilatan. Bun
Tai Cie, yang bergelar Lo-eng-sian merupakan pendekar gagah
perkasa yang membasmi musuh buyutan.

Tat Mo Cauwsu 63
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tapi sudah duapuluh tahun jago bernama besar ini lenyap


dari rimba persilatan, sehingga namanya yang angker itu mulai
dilupakan oleh para jago-jago Liok-lim (rimba hijau, kaum
penjahat). Tetapi siapa tahu justru sekarang tahu-tahu jago tua
yang sakti ini telah muncul dihadapannya.
Walaupun Kim-kut-mo-sat memiliki kepandaian yang tinggi
tetapi dia tidak berani main gila dihadapan pendekar sakti ini.
Apa lagi tadi dia merasakan, hanya di dalam satu jurus saja dia
telah berhasil dirubuhkan dengan mudah sekali.
“Maafkanlah aku minta diri untuk pamitan!” kata Kim-kut-
mo-sat tanpa menantikan jawaban dari jago tua itu dia telah
memutar tubuhnya dan telah melangkah untuk berlalu dengan
cepat.
Lo-eng-sian Bun Tai Cie tidak mencegahnya. Ia hanya
memperdengarkan suara tertawa dingin mengiringi kepergian
makhluk menyeramkan itu.
Sin Han dan si gadis kecil Lian-jie waktu melihat makhluk
menyeramkan itu telah pergi, cepat-cepat menghampiri orang tua
itu. Lian-jie telah menjura empat kali, sedangkan Sin Han telah
berlutut dan berkata,
“Terima kasih atas pertolongan lojinke........!”
Orang tua itu telah perintahkan Lian-jie jangan banyak
peradatan. Diapun telah mengibaskan sedikit tangan kirinya,
tahu-tahu tubuh Sin Han telah terdorong oleh suatu kekuatan
yang tidak terlihat, sehingga tubuh anak lelaki ini telah terangkat
ke atas, dan membuat dia berdiri tanpa dikehendakinya.
Kemudian Lo-eng-sian Bun Tai Cie telah menoleh kepada si
gadis kecil, matanya memancarkan sinar yang agak aneh, dia
telah bertanya,

Tat Mo Cauwsu 64
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tadi engkau telah mempergunakan ilmu silat dari jurus-


jurus Lian-hoa-ie-ie (Rontoknya Bunga Teratai), ilmu simpanan
dari Cung Sie Hoa.........! Masih ada hubungan apakah antara kau
dengan pendekar wanita itu?”
Lian-jie jadi terkejut, mukanya berobah dan hatinya telah
berpikir,
“Sungguh tajam sekali mata orang tua ini.........” Maka cepat-
cepat dia telah menyahuti,
“Cung Sie Hoa In-su adalah guru Boanpwee.........” dia
membahasakan Cung Sie Hoa dengan sebutan Insu, “guru yang
berbudi”, dan membahasakan dirinya dengan boanpwe, yang
artinya dari tingkatan bawah atau tingkatan muda.
“Mukanya yang cantik, dengan usia sebesar engkau telah
memiliki kepandaian seperti sekarang. Hemmm, hemmm tidak
kecewa Cung Sie Hoa memiliki murid sepertimu........” memuji
orang tua yang bergelar Lo-eng-sian itu.
Muka Lian-jie jadi berubah merah, tampaknya dia likat
sekali.
“Sebetulnya aku baru mempelajarinya tidak sampai
sepersepuluh kepandaian suhu, sehingga hampir saja tadi
boanpwe dihina mahluk menyeramkan itu,” kata Lian-jie.
Lo-eng-sian Bun Tai Cie telah mengangguk sambil
tersenyum, sikapnya tidak sekeren tadi katanya,
“Memang Kim-kut-mo-sat mahluk jahat bertangan telengas
sebetulnya manusia seperti dia pantas dibasmi.......... Tetapi untuk
membasmi manusia seperti itu tidak bisa aku turun tangan
sendiri!!”
Apa yang dikatakan oleh Lo-eng-sian Bun Tai Cie memang
benar, karena dia tidak mau membinasakan Kim-kut-mo-sat itu

Tat Mo Cauwsu 65
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dengan tangannya sendiri. Sebab menurut tingkatan, dia lebih


tinggi beberapa tingkat dari mahluk menyeramkan itu.
Maka jika dia turun tangan membinasakan Kim-kut-mo-sat
berarti si tua menghina si muda........ Itulah yang tidak
dikehendaki Lo-eng-sian Bun Tai Cie, dia masih
mempertahankan kehormatan dirinya.
Kemudian setelah berdiam sejenak, Bun Tai Cie mengawasi
Sin Han. Dia telah menatap agak tajam, sehingga membuat Sin
Han menundukkan kepalanya dalam-dalam. Karena dia tidak kuat
untuk menentang tatapan mata orang tua itu yang sangat tajam.
“Anak,” katanya kemudian. “Engkau tidak mengerti ilmu
silat, tetapi mengapa berkeliaran di tempat belukar seperti ini?
Apakah ayah dan ibumu tidak mencari-carimu nanti........?”
Mendengar pertanyaan jago tua yang sakti itu, tanpa dapat
dibendung lagi mengucurlah air mata dipipi Sin Han, dia telah
menangis sesenggukan.
“Ihhh..........!” orang tua she Bun itu tampaknya terkejut.
“Apakah kau tersesat dan tidak tahu jalan kembali ke
rumahmu?” tanyanya dengan sabar, sambil mengulurkan
tangannya mengusap-usap kepala anak lelaki yang kurus
kerempeng itu.
Diperlakukan begitu manis oleh jago tua yang sakti ini Sin
Han jadi tambah sedih dia menangis semakin terguguk-guguk.
“Sudah!” kata Bun Tai Cie, “Apa yang kau sedihkan........
mari kuantarkan kau kembali ke rumahmu! Nanti aku yang
memberikan pengertian kepada ayah dan ibumu agar mereka
tidak menghukummu!”

Tat Mo Cauwsu 66
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Sin Han tetap menggeleng saja, dia tidak sanggup


berkata. Dia masih terus juga menangis, hal itu disebabkan
karena dia terlampau sedih.
Si kakek tua Bun Tai Cie telah menghela napas, tetapi
kemudian dia telah tertawa.
“Mengapa harus menangis seperti anak perempuan?”
tanyanya. “Apakah kau minggat dari rumah? Kau kena marah
ayah atau ibumu?”
“Bukan........!” Sin Han akhirnya dapat juga menjawab.
“Lalu mengapa kau tidak mau kembali pulang ke orang
tuamu?” tanya Lo-eng-sian dengan heran dan mengawasi anak
itu.
“Aku......... aku.........” kata Sin Han tergagap.
“Dia mau dibunuh orang!” tiba-tiba terdengar suara
seseorang berkata diiringi dengan suara tertawa cekikikannya.
“Maka dari itu dia lari sipat kuping menyelamatkan selembar
jiwa kecilnya itu........!”
Lo-eng-sian terkejut mendengar suara itu, tetapi wajahnya
tidak memperlihatkan perobahan apa-apa. Dia telah berkata lagi,
“Hem, anjing kurap mana yang menyalak di belakangku?”
Walaupun berkata begitu, tidak urung Lo-eng-sian jadi heran
dan telah berpikir di dalam hatinya,
“Aneh, orang pandai mana yang ingin bergurau denganku?
Aneh sekali, aku tidak mendengar suara langkah kakinya........
Tentu orang tersebut memiliki gin-kang (Ilmu meringankan
tubuh) yang sangat tinggi sekali.”

Tat Mo Cauwsu 67
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sungguh angkuh! Sungguh angkuh! Eh, Rajawali tua yang


sudah gundul tidak berbulu, engkau semakin tua semakin angkuh
saja!”
Terdengar suara yang menyahuti, dan disertai oleh suara
tertawa yang riang, tampak berkelebat sesosok tubuh, dan tahu-
tahu di dekat mereka telah tambah seorang lainnya.
“Ah, engkau anjing kurap tukang cakar kotoran!” kata Lo-
eng-sian waktu melihat orang yang baru datang itu, tahu-tahu
dihadapannya telah berdiri seorang lelaki tua yang berpakaian
seperti pengemis, “Rupanya engkau, Li Lo tua kurapan!”
Memang pengemis yang baru muncul itu tidak lain dari Sin-
kun-bu-tek Lo Ping Kang, dia telah memperdengarkan suara
tertawanya yang nyaring.
“Hmm, hmm!” dia mendengus tertawa dingin. “Rupanya
engkau sudah kepingin punya cucu, sehingga anak-anak kecil
seperti mereka tengah dibujuki!”
“Kurang ajar mulutmu, anjing kurap!” bentak Bun Tai Cie
dengan suara yang galak tampaknya dia sangat mendongkol.
“Anak ini tampaknya tersesat, aku bermaksud untuk
mengantarkan pulang kepada orang tuanya........!”
“Hehehehe, engkau tidak tahu, ayahnya telah dingek-ngok
orang jahat!” kata si pengemis, dengan perkataan ngek-ngok,
tangannya dimelintangkan ke lehernya, maksudnya telah
dibunuh, ternyata sikapnya jenaka sekali.
“Bahkan pembunuh-pembunuhnya itu telah mengejar-ngejar
bocah tidak tahu budi itu, karena ingin dingek-ngok juga! Untung
ada aku yang telah menolonginya menghalau anjing-anjing
budukan itu, tetapi anak ini benar-benar tidak kenal budi.

Tat Mo Cauwsu 68
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Justru dia telah menghina aku sebagai si tua melarat yang


tidak punya apa-apa! Maka jika kau menolongi dia, itu hanya
percuma saja.......... sudahlah, bocah tidak kenal budi seperti dia
untuk apa ditolong.”
Sin Han kaget mendengar perkataan pengemis tua itu,
sedangkan Bun Tai Cie jadi tertegun sejenak, kemudian dia telah
tertawa.
“Akh, engkau sudah begitu tua seperti domba bangkotan,
tetap tampaknya sifat-sifat burukmu yang senang bergurau tidak
juga lenyap! Jangan main-main, jangan engkau menghasut aku
untuk membenci anak ini!”
“Eh, aku bicara sungguh-sungguh,” kata pengemis tua Lo
Ping Kang itu sambil memperlihatkan wajah yang serius. “Coba
kau tanya anak itu, aku bicara bohong atau tidak........”
Bun Tai Cie menoleh ragu-ragu memandang Sin Han, tetapi
dia tidak menanyakan sesuatu. Sin Han jadi kikuk dan gugup
tidak tahu dia harus mengatakan apa untuk menjelaskan duduk
persoalan yang sebenarnya.
Si pengemis tua she Lo itu tampaknya tidak puas oleh sikap
Bun Tai Cie, dia lebih tidak senang melihat Sin Han hanya
berdiam diri saja.
“Biar aku yang tanya!” kata Lo Ping Kang sesaat kemudian
dengan suara yang nyaring. “Eh, bocah! Cepat kau katakan, kau
seorang anak yang kenal budi atau seorang anak yang memang
tidak mengenal balas budi. Awas, jika kau mengatakan kau
sebagai anak yang mengenal membalas budi, akan kutampar
mulutmu sampai robek!”
Aneh pengemis tua itu, dia bertanya apakah si anak berbudi
atau tidak, tetapi dia melarang Sin Han menyatakan dia berbudi,
dan diancam akan dihajar robek mulutnya!

Tat Mo Cauwsu 69
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tentu saja Sin Han jadi gelagapan, dia telah memandang


bingung. Bun Tai Cie tertawa geli melihat sikap pengemis itu, dia
telah berkata,
“Engkau si anjing tua Lo ternyata sinting dan tidak dapat
memilih kata-kata yang baik! Bagaimana kau bisa menakut-
nakuti anak sebesar ini? Tidak malukah engkau? Hemmm,
bagaimana anak ini dapat menjawab dengan baik jika engkau
telah mengancamnya terlebih dulu?”
Si pengemis Lo Ping Kang telah tertawa dingin.
“Yang pasti dia memang seorang anak yang tidak berbudi!”
katanya dengan suara yang nyaring. “Dia telah kutolong dari
pengejar-pengejarnya yang kuusir semuanya, maka aku kasihan
melihat keadaannya itu. Maka aku telah memberikan sepotong
kuwe kepadanya, tetapi dia telah menolaknya.
Dia mengatakan bahwa dia tidak lapar, tetapi dari sinar
matanya aku tahu bahwa dia jijik melihat kuweku itu, mungkin
kotor dan pecah-pecah.......... Hemm, apakah anak seperti dia itu
bukan yang termasuk anak yang tidak mengenal budi kebaikan?”
Mendengar perkataan si pengemis Sin-kun-bu-tek Lo Ping
Kang, Bun Tai Cie jadi tertawa keras.
“Bukan! Itu bukannya disebabkan anak ini tidak berbudi,
tetapi mungkin dia memang sedang bingung dan tidak lapar,
mana bisa kau memaksanya?” kata Bun Tai Cie kemudian.
Muka si pengemis berobah jadi tidak senang dia juga telah
membanting-banting kakinya dengan sikap yang jengkel.
“Engkau membela dia?” tegurnya dengan sengit, “Hemm,
memang kita sudah hampir-hampir duapuluh tahun tidak pernah
bertemu dan selama itu kita tidak pernah saling menguji

Tat Mo Cauwsu 70
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepandaian lagi! Sekaranglah saatnya kita menentukan siapa


yang lebih pandai di antara kita berdua........”
“Sabar!” kata Bun Tai Cie. “Sekarang bukan saatnya yang
baik........ aku ingin mengantarkan anak ini pulang ke rumahnya
dulu. Kita janjikan saja, tengah tahun mendatang kita bertemu di
tempat ini pula, untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih
unggul dan pandai..........!”
“Hemmm, anak itu sendiri yang mengatakan bahwa ayahnya
telah dibinasakan orang! Bagaimana engkau bisa
mengantarkannya pulang ke rumahnya pula? Sedangkan tadi dia
dikejar-kejar oleh puluhan orang yang ingin membinasakannya
juga. Jika tidak ada aku, hemmm, hemmm tentu batok kepalanya
itu telah berada di atas tanah!”
Sin Han diam saja, dia jadi serba salah. Tetapi saat itu Bun
Tai Cie telah tertawa kecil, katanya dengan suara yang sabar,
“Biarlah........ aku akan mengantarkannya pulang, aku ingin
melihat siapakah orangnya yang telah membinasakan
ayahnya..........!”
“Itu namanya usil..........” kata si pengemis tua Lo.
“Biarlah, justru manusia-manusia yang main keroyok dan
main bunuh seperti itu yang harus dibasmi.........” kata Bun Tai
Cie.
Disaat itu si gadis kecil Lian-jie telah bilang.
“Akupun ingin pergi......... guruku mungkin sedang
menantikan aku!” dan setelah berkata begitu, si gadis cilik telah
menjura memberi hormat kepada Bun Tai Cie dan Lo Ping Kang.
Lalu dia memutar tubuhnya dengan beberapa kali menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah melompat gesit sekali, menghilang dari
pandangan mata orang-orang itu.

Tat Mo Cauwsu 71
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han mengawasi bengong saja. Dia kagum bukan main


kepada Lian-jie, yang usianya masih begitu kecil, tetapi telah
memiliki kepandaian yang tinggi itu.
Dan Sin Han jadi berpikir, coba kalau ia memiliki
kepandaian seperti itu, tentu diapun dapat mengadakan
perlawanan kepada musuh-musuh ayahnya.
“Ayoh kita berangkat!” kata Bun Tai Cie kepada Sin Han.
Sin Han jadi gugup cepat-cepat dia menggelengkan
kepalanya. Hatinya takut sekali untuk kembali ke rumahnya,
karena dia tidak ingin bertemu dengan pembunuh-pembunuh
ayahnya yang menakutkan itu.
Bayang-bayang mengenai peristiwa yang mengerikan dengan
terbunuhnya ayahnya itu masih belum lagi lenyap. Sekarang
bagaimana dia berani datang ke tempat dimana berkumpul
musuh-musuhnya?
Walaupun Bun Tai Cie tampaknya liehay, tetapi hanya
seorang diri. Sin Han kuatir kalau-kalau nanti Bun Tai Cie tidak
berdaya untuk melindunginya.
Maka Sin Han telah menggeleng sambil berkata cepat,
“Terima kasih lojinke.......... aku tidak ingin kembali ke sana!
Apa yang dikatakan oleh Lo Lojinke memang benar, ayahku telah
dibunuh orang, bahkan mereka juga ingin membinasakan diriku!”
Muka Bun Tai Cie berobah mendengar penolakan Sin Han,
belum lagi dia berkata apa-apa, tampak Lo Ping Kang telah
tertawa gelak-gelak, lalu disusuli kata-katanya,
“Apa yang kukatakan tadi? Bukankah anak ini seorang yang
tidak mengenal budi?”

Tat Mo Cauwsu 72
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bun Tai Cie menghela napas saja, sedangkan Sin Han telah
menjura memberi hormat sambil katanya,
“Terima kasih atas pertolongan yang diberikan jiewie lojinke
dan sekarang aku ingin pergi kemana saja, untuk menjauhi diri
dari orang-orang jahat itu........!”
Dan dia telah memutar tubuh dengan hati yang sedih, dia
melangkah meninggalkan tempat itu. Bun Tai Cie tidak
mencegahnya, sedangkan Lo Ping Kang tertawa terus seperti juga
mentertawakan Bun Tai Cie.
Sin Han melangkah terus dan keluar dari semak belukar itu.
Dia melihat hujan mulai reda, hanya kelihatan tanah-tanah yang
basah dan banyak yang digenangi air.
Sin Han berjalan terus, dia memang tidak memiliki tujuan,
maka dia berjalan ke arah Barat tanpa mengetahui harus pergi
kemana........ Setelah berjalan cukup jauh, Sin Han merasakan
tubuhnya letih sekali, dia menghampiri sebatang pohon, dan
merebahkan dirinya disitu untuk tidur.
Dirasakan perutnya lapar sekali, memang waktu dia berlari
berusaha meloloskan diri dari pengejar-pengejarnya dia sama
sekali tidak membawa uang atau barang. Dan juga sejak malam
tadi belum makan apapun juga.
Dengan menahan lapar itu, akhirnya Sin Han bisa juga
tertidur. Dan keesokan paginya waktu dia terbangun, matahari
sudah naik tinggi, cahaya matahari menyilaukan matanya.
Saat itu dilihatnya ada beberapa orang penduduk kampung
yang lewat dijalan tersebut rupanya mereka ingin berangkat ke
tempat pekerjaan masing-masing.
Melihat seorang anak kecil dengan pakaian yang kotor dekil
rebah tertidur di bawah sebatang pohon, tampaknya mereka tidak

Tat Mo Cauwsu 73
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengacuhkan dan tidak merasa heran. Karena mereka menduga


bahwa anak itu hanyalah seorang pengemis kecil belaka.........
Sin Han merasakan tubuhnya lesu sekali, tetapi hatinya agak
terhibur karena dengan melihat orang-orang yang lewat di jalan
tersebut. Tentu di dekat-dekat tempat ini ada perkampungan, dan
di sana Sin Han bisa meminta makanan untuk menghilangkan
laparnya ini.
Dengan langkah kaki cepat dia telah menyusuri jalan
tersebut. Setelah berjalan kurang lebih satu jam, sampailah dia di
permukaan sebuah kampung. Kampung yang besar dan ramai
sekali, dimana tampak banyak pedagang yang tengah
memperdagangkan barang dagangannya.
Sin Han memasuki perkampungan itu. Dia memandang kiri
dan kanan, keramaian kampung itu tidak menarik perhatiannya,
karena Sin Han tengah mencari-cari rumah makan untuk nanti
meminta sekedar makanan.
Setelah melewati sekian banyak rumah-rumah penduduk dan
toko-toko banyak terdapat di mulut kampung itu, Sin Han
akhirnya melihat sebelah kanannya jalan itu terdapat sebuah
rumah makan yang tengah sibuk melayani dan menerima tamu-
tamu yang memenuhi ruangan dalam.
Harumnya makanan dan masakan yang terpancar dari dalam
rumah makan itu membuat perut Sin Han jadi berkeruyukan
nyaring dia merasakan perutnya itu perih sekali.
Cepat-cepat dia menghampiri rumah makan itu, mendekati
seorang pelayan yang kebetulan berada di dekat pintu.
“Paman..........” panggilnya.
Pelayan itu menoleh dengan cepat, tetapi alisnya seketika
terangkat begitu melihat seorang anak dengan pakaian yang

Tat Mo Cauwsu 74
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

compang camping, muka yang kotor dan babak belur, bahkan


terdapat noda-noda darah di dekat mukanya itu, sedang berdiri di
depan pintu, seketika dia memperlihatkan perasaan tidak
senangnya.
“Mau apa kau?” tegurnya dengan suara tidak senang.
“Aku lapar sekali paman, tolonglah bagi sedikit makanan
untukku.........!” kata Sin Han dengan suara tidak lancar, karena
dia agak malu waktu mengucapkan kata-katanya itu.
“Bagi makanan?” tanya pelayan itu sambil memperlihatkan
muka yang semakin tidak enak dilihat. “Engkau kira rumah
makan ini kakek moyangmu punya, sehingga seenakmu saja
meminta makanan! Cepat pergi! Ayo pergi!”
Dibentak bengis begitu, Sin Han jadi berdiri tertegun agak
lama, tetapi kemudian dia menghela napas dan ngeloyor pergi.
Perutnya dirasakan semakin pedih saja, karena dia benar-
benar lapar sekali. Dia tidak menyangka, betapa kejamnya
pelayan itu. Dan disaat itu Sin Han juga jadi menyesal, jika
seandainya dia membawa uang waktu ingin melarikan diri dari
rumahnya, tentu tidak sesulit sekarang ini untuk memperoleh
makanan.
Waktu Sin Han berjalan dengan tubuh lesu dan lemas tidak
bersemangat begitu. Tiba-tiba tanpa disengaja dia telah
membentur seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang tengah
berjalan cepat sekali.
Benturan itu telah membuat Sin Han yang terhuyung akan
jatuh terjerembab, dan disaat itu lelaki bertubuh tinggi besar itu
juga menahan langkah kakinya. Mukanya jadi merah padam
waktu melihat pakaiannya jadi kotor akibat benturan dengan Sin
Han yang pakaiannya begitu kotor.

Tat Mo Cauwsu 75
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Setan kecil kau......... apakah kau tidak memiliki mata, jalan


dengan selonongan? Lihatlah bajuku telah kotor
karenanya..........” kata lelaki tinggi besar itu dengan suara keras
mengandung kemarahan yang sangat.
Sin Han cepat-cepat berkata,
“Maafkanlah paman.......... aku tidak sengaja..........”
“Tidak sengaja?” bentak lelaki tinggi besar itu, dan dia bukan
hanya membentak saja, tetapi telah mengulurkan tangannya, dan
telah mencengkeram baju di dada Sin Han, yang dijambaknya
dengan keras, lalu tangannya yang kiri telah melayang
menempiling Sin Han beberapa kali.
“Pakaianmu itu terlalu jorok dan kotor, setan kecil.........
Sengaja atau tidak, engkau tidak pantas bersama-sama kami
berada di jalan.”
Sin Han merasakan mukanya sakit sekali, dan belum lagi dia
tahu apa-apa tubuhnya telah didorong terjerunuk jatuh ke tanah.
Sedangkan lelaki bertubuh tinggi besar itu telah meninggalkan
tempat tersebut dengan memperdengarkan suara menggumamnya
yang tidak jelas.
Sin Han merangkak bangun dengan kepala yang pening dan
pipi yang sakit akibat tempilingan yang keras lelaki galak itu.
Sedangkan orang-orang yang berlalu-lalang di tempat itu tidak
ada yang merasa kasihan atau menolongi bahkan mereka hanya
memandang tidak acuh dengan sorot mata yang memancar
kejijikannya.
Sin Han berlalu dengan tubuh yang lesu. Dia tidak mengerti,
mengapa orang-orang itu kejam dan memperlakukan dirinya
demikian galak. Anak inipun seperti tidak melihat kebaikan di
antara masyarakat sekitarnya.........

Tat Mo Cauwsu 76
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berjalan sekian lama, Sin Han melihat sebuah rumah


makan pula. Dia telah berdiri di depan rumah makan itu, tanpa
berani meminta makanan kepada pelayan yang berada di muka
rumah makan itu.
Sin Han hanya mengawasi saja betapa di dalam rumah
makan itu banyak sekali tamu yang tengah bersantap dengan
lahap sekali. Dan juga makanan yang tengah mereka hadapi itu
tampaknya enak-enak dan gurih, sehingga menitikkan selera Sin
Han, yang beberapa kali telah menelan air liurnya.
Lama juga Sin Han berdiri di muka rumah makan itu, sampai
akhirnya salah seorang pelayan melihat anak ini, segera
mendelikkan matanya dan mengusirnya.
“Setan bau, hanya mengganggu pemandangan saja!” katanya
dengan suara mendongkol dan disaat itu tampak pelayan itu telah
mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Sin Han berlalu.
Sin Han menghela napas dan meninggalkan rumah makan itu
tanpa mengatakan apa-apa. Dia tidak berani meminta makanan
pula kepada pelayan rumah makan itu.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Sin Han singgah di
sebuah kuil tua yang telah rusak. Keadaan di sekitar tempat itu
sepi sekali, jarang ada orang yang berlalu lalang di sekitar tempat
tersebut.
Sin Han duduk menangis di dekat tangga batu di muka
gerbang kuil itu, menyesali nasibnya. Perasaan lapar yang bukan
main membuat anak ini jadi menahan perasaan perih di perutnya.
Sedang Sin Han menangis begitu, tiba-tiba dia mendengar
suara seseorang berkata dengan perlahan,
“Enak menahan lapar?” dan suara itu dibarengi juga dengan
suara tertawa yang mengandung ejekan.

Tat Mo Cauwsu 77
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han terkejut, dia menyusut air matanya dan menoleh ke


dalam kuil. Di ruang tengah kuil itu, yang telah kotor dan tidak
teratur, di bawah meja sembahyang yang sudah acak-acakan,
tampak rebah seorang pengemis yang tengah mengawasi dia
sambil tertawa.
Tangan pengemis itu memegang paha panggang bebek, yang
tengah digerogoti perlahan-lahan dengan sikap yang nikmat.
Hati Sin Han tercekat, dia mengenali pengemis tua itu tidak
lain dari pada Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang.
Mengetahui bahwa pengemis tua itu nakal dan sering
menggoda, Sin Han hanya mengangguk sambil bertanya,
“Lojinke, kau disini?”
Dan Sin Han telah membalikkan tubuhnya dengan maksud
untuk meninggalkan kuil tersebut.
“Hei berhenti, kemari kau!” tiba-tiba Sin-kun-bu-tek telah
membentak dengan suara yang nyaring.
Sin Han mendengar ucapan itu, tidak berani dia berjalan
terus. Dia menahan langkah kakinya dan telah menghampiri ragu-
ragu kepada pengemis tersebut.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah mengawasi dia sambil
tertawa, dia mengangsurkan sepotong paha ayam panggang.
“Mau?”“ tanyanya.
Sin Han memang telah lapar, disamping itu juga dia
merasakan perutnya perih sekali, harumnya ayam panggang itu
membuat perut berkeruyukan.
Dengan muka yang berobah merah, dia menyambuti paha
ayam panggang itu. Sambil mengucapkan terima kasih lalu
dimakannya paha ayam itu.

Tat Mo Cauwsu 78
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Enak tidak? Kau tidak jijik makanan yang diberikan


pengemis bau seperti aku?” tanya Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang
sambil tertawa menggoda anak itu.
Sin Han menggeleng perlahan.
“Terima kasih Lojinke, kau baik sekali..........” katanya
kemudian.
“Hemmm, kau jangan mengepul mengangkat-angkat
pantatku!” kata si pengemis dengan tertawa. “Sekarang kau bisa
memuji-muji aku untuk memperoleh paha ayam panggang pula
bukan?”
Muka Sin Han jadi berobah merah, dia menggeleng perlahan.
“Terima kasih lojinke, inipun telah cukup.........!” kata anak
itu.
“Sekarang engkau baru tahu, tidak sembarangan orang
bersedia memberikan makanan kepadamu.........! Bukankah tadi
engkau telah diusir oleh pelayan rumah makan? Dan pernah juga
ditolak permintaanmu agar dibagi makanan?”
Muka Sin Han jadi berobah merah lagi, dia likat bukan main,
tetapi disamping itu dia juga jadi sangat heran sekali, mengapa
pengemis ini mengetahui segalanya itu. Dia menduga pengemis
itu tentunya telah mengikutinya secara diam-diam.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang rupanya merasakan bahwa dia
telah cukup menggoda anak ini, maka dia telah tertawa sambil
katanya,
“Sudahlah! Aku hanya bergurau saja! Tetapi engkau harus
tahu, begitulah sifat masyarakat.........! Jika kita lemah, jarang
sekali ada orang yang bersedia membantu kita, bahkan akan
ditindas pula.

Tat Mo Cauwsu 79
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Itulah sebabnya kami kaum pengemis tidak pernah ingin


meminta belas kasihan mereka. Kami lebih senang jika memilih
dan mengambil sendiri makanan yang kami kehendaki........!” dan
setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa agak keras.
Sin Han diam saja, dia telah menghabiskan makanannya itu,
lalu tulang ayam itu dibuangnya ke samping.
“Mau lagi?” tanya Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang sambil
tertawa, kali ini dia menawarkannya dengan bersungguh-sungguh
karena dia telah melihatnya bahwa anak ini tidak bisa digodanya
terus, karena Sin Han memiliki sifat kepala batu.
Sin Han ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian dia telah
mengangguk. Si pengemis memberikan sepotong lagi ayam
panggang, dan dimakan oleh Sin Han dengan cepat.
Waktu si pengemis menawarkan lagi, Sin Han telah
mengucapkan terima kasih, dia telah mengatakan cukup kenyang.
“Setelah dari tempat ini, kau ingin kemana?” tanya si
pengemis setelah mereka berdiam diri sejenak.
Sin Han menggeleng perlahan dia mengatakan,
“Aku tidak memiliki tujuan......... aku sendiri tidak tahu harus
pergi kemana..........!”
“Jika memang demikian, bukanlah lebih baik kau ikut
bersama denganku?”
Sin Han ragu-ragu, tetapi akhirnya dia mengangguk.
“Baiklah lojinke, asalkan tidak mengganggu dan merepotkan
lojinke........!” kata Sin Han mengucapkan terima kasih.
Si pengemis tampak jadi girang dengan pernyataan Sin Han,
dia telah menepuk tangan beberapa kali sikapnya jenaka sekali.

Tat Mo Cauwsu 80
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jika engkau ikut bersamaku, aku jamin engkau tidak akan


kelaparan lagi.........!” katanya.
Muka Sin Han jadi merah, dia likat sekali.
Kemudian si pengemis berkata lagi,
“Tetapi kita tidak bisa pergi dari kuil ini sekarang, karena
aku tengah menantikan seseorang........! Kau tidurlah beristirahat,
besok pagi baru kita pergi, setelah malam ini aku selesaikan
urusanku.”
Sin Han mengangguk. Perutnya kini telah kenyang, maka dia
rebahkan dirinya di sudut ruangan itu dan kemudian menggeros
tertidur nyenyak. Si pengemis juga memejamkan matanya, dia
telah tertidur juga.
Ketika Sin Han terbangun dari tidurnya, hari telah sore
menjelang malam. Di dekatnya tampak beberapa macam
makanan, ada bebek panggang, ada sayur ceker ayam yang
terkenal mahalnya, dan beberapa macam sayur lainnya.
Si pengemis sedang duduk di dekat kaki meja sembahyang
tengah sibuk memakani paha ayam panggang.
“Makanlah!” kata pengemis itu. “Aku telah mengambilnya
untukmu......... itulah makanan yang paling enak........”
Sin Han sekarang tidak malu-malu lagi, dia telah menyikat
makanan itu. Sebentar saja, semua makanan itu telah pindah ke
perutnya. Sehingga anak itu kekenyangan.

––––––––

JILID 3

Tat Mo Cauwsu 81
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

SEDANGKAN si pengemis tetap dengan sikapnya yang


adem-ayem, dia duduk sambil memakan daging ayam panggang
diselingi dengan tegukan araknya.
“Siapakah yang ditunggu lojinke?” tanya Sin Han setelah
selesai menghabiskan makanan itu, “Apakah sahabat lojinke?”
Si pengemis menunda makannya, dia telah tertawa
menyeringai.
“Sahabat? Hmm, orang itu justru menghendaki jiwaku.........!
Kukira, mereka juga datang bukan hanya seorang diri, tetapi
mungkin juga membawa beberapa orang sahabatnya..........!”
katanya.
Sin Han terkejut.
“Kalau begitu, yang tengah ditunggu Lo jinke adalah musuh-
musuh Lojinke!” tanya Sin Han
“Tidak salah.........!”
“Liehaykah dia?”
“Liehay sekali!”
Sin Han menghela napas.

Tat Mo Cauwsu 82
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mengapa orang-orang yang mengerti ilmu silat senang


sekali berkelahi?” tanyanya perlahan sekali, seperti juga dia
bertanya kepada dirinya sendiri.
Si pengemis tertawa lagi.
“Engkau masih terlampau kecil, dan belum mengerti
urusan.......... nanti kau lihat saja. Tetapi ingat, jika musuh-
musuhku itu telah datang, engkau hanya boleh menyaksikan dari
dalam ruangan ini, selangkahpun juga engkau tidak boleh
keluar......... Jika kau melanggar pesanku ini, niscaya jiwamu
akan terancam bahaya kematian..........!”
Mendengar perkataan si pengemis, Sin Han jadi takut, dia
hanya mengangguk. Pengalamannya menyaksikan ayahnya
dikeroyok dan juga dibinasakan oleh orang-orang yang kejam dan
bertangan telengas, membuat Sin Han jadi sering diliputi
ketakutan.
Maka sekarang melihat si pengemis tengah menantikan
musuhnya yang katanya memiliki kepandaian yang tinggi,
disamping itu juga jumlahnya mungkin bukan hanya seorang diri,
telah membuat Sin Han berkuatir. Dia takut kalau-kalau nanti si
pengemis dikeroyok dan binasa oleh lawan-lawannya itu..........
Sin Han menghela napas, dia telah merebahkan tubuhnya
pula. Hari lewat dengan cepat, sang malam mulai menyelimuti
bumi. Kegelapan telah mulai meliputi sekitar tempat itu.
Tempat yang semula sepi, jadi semakin sepi saja. Terlebih
lagi menjelang tengah malam, disaat penduduk kampung itu tentu
telah berada di tempat tidur masing-masing........
“Musuh lojinke belum juga datang?” tanya Sin Han
berselang lagi sejenak, malampun telah semakin larut.

Tat Mo Cauwsu 83
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ya, dia menjanjikan aku untuk bertemu tepat di tengah


malam,” menyahuti si pengemis.
“Sebentar lagi dia tentu akan muncul........”
Tetapi baru saja si pengemis tua Lo tersebut bicara begitu,
disaat itu telah terdengar suara sesuatu, seperti angin yang
mendesir. Tetapi menyerupai juga suara air yang tengah
mengalir.
Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi heran bukan
main, dia telah berkata dengan suara yang ragu-ragu,
“Suara apakah itu, Lojinke?”
“Dia telah datang, ingat pesanku tadi!” kata pengemis tua itu.
“Engkau tidak boleh keluar dari ruangan ini........ walaupun apa
yang terjadi. Engkau harus baik-baik diam di dalam ruangan
ini!!”
Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua yang bergelar
Kepalan Sakti Tanpa Tandingan itu telah melompat berdiri, dia
telah bersiap-siap untuk keluar menyambut kedatangan
musuhnya. Suara desir seperti angin dan mengalirnya air itu
terdengar semakin dekat.
Disaat itu juga telah terdengar suara meraungnya sesuatu
yang sangat menyeramkan sekali seperti menyalaknya anjing atau
meraungnya binatang buas.
Suara meraung yang sangat menyeramkan itu terdengar
semakin mendekati dan bertambah menyeramkan saja, bahkan
mendirikan bulu tengkuk. Sin Han telah berdiri dengan lutut agak
gemetar, hatinya tegang sekali.
Beberapa saat yang lalu dia telah mengalami peristiwa yang
tegang dan menakutkan, maka sekarang mendengar suara

Tat Mo Cauwsu 84
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

raungan yang menyeramkan itu yang terdengar semakin


mendekati, telah membuat anak ini takut bukan main.
Sedangkan Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah tertawa
dingin, dia berkata perlahan,
“Bagus! Rupanya dia datang bersama lima orang kawannya.”
Sin Han heran sekali.
“Bagaimana Lojinke mengetahui hal itu?”“ tanyanya, karena
Sin Han melihatnya bahwa pengemis itu masih berada di dalam,
tetapi telah mengetahui jumlah orang yang tengah mendatangi
itu.
“Dari suara langkah kaki mereka...........!” menyahuti
pengemis itu dengan suara yang perlahan. “Sttttt, mereka telah
sampai........” \
Berbareng dengan habisnya suara pengemis, keadaan jadi
sunyi sekali karena suara desir angin dan suara seperti
mengenalinya ia telah lenyap. Begitu pula suara raungan yang
nyaring sekali juga telah lenyap.
Dalam keadaan seperti ini, telah membuat Sin Han
bertambah tegang. Dia mendengarkan saja, dan disaat itu dia
tidak mendengar suara apapun juga.
Namun hal itu tidak berlangsung lama, keadaan seperti itu
telah disusul dengan suara bentakan yang sangat nyaring sekali,
“Pengemis bau, keluarlah kau untuk menerima
kematian..........!” terdengar suara bentakan yang nyaring dan
mengandung hawa pembunuhan, suara bentakan itu juga parau
dan menyeramkan sekali.

Tat Mo Cauwsu 85
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah mengeluarkan suara


tertawa dingin. “Memang telah cukup lama aku menantikan kau!”
katanya.
“Bagus! Bagus! Rupanya engkau membawa kawan-
kawanmu untuk bantu mengeroyok diriku!”
Dan sambil berkata begitu, tangan si pengemis telah
mengambil tempat araknya, buli buli berukuran kecil. Dia
meneguknya hanya saja arak itu tidak ditelannya, tahu-tahu dia
telah menyemburnya.
Arak yang muncrat dari mulutnya itu seperti juga sebaris
benang putih yang panjang sekali, menerjang ke arah pintu
gerbang kuil, yang tahu-tahu hancur kena dilanggar semburan
arak itu. Dan membarengi dengan itu, tampak Lo Ping Kang
melompat dengan gerakan yang gesit sekali, dia telah mencelat
keluar.
Tentu saja Sin Han jadi kagum bukan main. Dia hanya bisa
melihat tubuh si pengemis berkelebat, kemudian telah lenyap
dibalik pintu gerbang itu.
Dan Sin Han juga tahu, bahwa semburan arak yang
dilakukan si pengemis tadi rupanya untuk mencegah lawannya
melancarkan serangan menggelap dengan tiba-tiba.
Terdengar suara tertawa yang menyeramkan di luar pintu
gerbang kuil itu, disusuli juga oleh kata-kata,
“Lima orang sahabatku ini ingin sekali menyaksikan
pertandingan di antara kita berdua, sulit bagiku untuk menolak
keinginan mereka, maka aku telah meluluskan permintaan
mereka........!
“Mari! Mari! Sepuluh tahun berpisah sejak aku dirubuhkan
olehmu, maka sekarang aku ingin menebus kekalahan itu! Sakit

Tat Mo Cauwsu 86
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

hati Sam-te (adik ketiga)ku yang telah dibinasakan olehmu harus


diperhitungkan hari ini!”
“Hahahaha!” terdengar suara tertawa si pengemis Lo Ping
Kang yang sangat panjang, “Manusia rendah seperti engkau ini
seharusnya tidak boleh dibiarkan hidup terus! Tetapi sepuluh
tahun yang lalu aku memang terlanjur telah menjanjikan
kepadamu, tidak akan membinasakan engkau!
“Maka aku berikan kesempatan selama sepuluh tahun
kepadamu untuk melatih diri.......... Agar hari ini engkau bisa
menyaksikan dengan hati yang puas, bahwa kepandaianmu tidak
ada artinya apa-apa! Tetapi ingat kali ini aku tidak akan
membebaskan engkau pula dari kematian, engkau harus hati-
hati........!”
Terdengar suara seruan gusar. Rupanya orang yang menjadi
lawan dari Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan suara bentakan
disebabkan amarahnya yang meluap.
Sin Han tertarik sekali ingin melihat bagaimanakah rupa dari
lawannya si pengemis tua itu. Berjingkat-jingkat Sin Han
mendekati pintu gerbang kuil itu, dia menghampiri sela-sela di
pintu itu, dan mengintai keluar.
Begitu melihat, segera tubuh anak ini menggigil keras
ketakutan. Ternyata di luar kuil itu berdiri Lo Ping Kang
menghadapi enam orang lelaki yang potongannya pendek dan
tinggi tidak rata.
Dan yang luar biasa adalah muka mereka yang semuanya
aneh menakutkan. Yang seorang berdiri dihadapan Lo Ping Kang
yang tengah berkata-kata itu, adalah seorang lelaki dengan
potongan tubuh yang gemuk dampak, tengah memandang Lo
Ping Kang dengan sorot mata yang sangat tajam sekali dengan

Tat Mo Cauwsu 87
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mata yang terpentang lebar-lebar, karena dia memang memiliki


mata berpotongan sangat menakutkan sekali.
Bibirnya tebal, potongan mukanya segi empat, rambutnya
hanya sedikit sekali bagian atasnya digulung dalam bentuk konde
kecil. Yang menyeramkan adalah kuku jari-jari tangannya yang
dibiarkan tumbuh panjang.
Kelima kawan dari manusia menyeramkan ini juga masing-
masing memiliki bentuk tubuh yang menyeramkan.
Yang seorang jangkung kurus seperti galah, dengan mata
yang lonjong panjang, hidung yang bengkung dan kepala yang
licin dan botak, dengan sepasang mata yang sipit. Tangannya
juga agak panjang, melewati lututnya. Yang lainnya juga
memiliki bentuk menyeramkan, dengan masing-masing
menyandang senjata tajam yang tersoren di pinggangnya.
Saat itu tampak Lo Ping Kang telah tertawa dingin sambil
katanya,
“Sekarang bersiap-siaplah! Engkau ingin maju seorang diri
atau serentak berenam? Silahkan, walaupun kalian berenam, aku
akan melayaninya.........!”
Dan setelah berkata begitu, tampak Lo Ping Kang
mengambil sikap bersiap-siap, dia seperti menantikan serangan
lawannya. Dalam keadaan seperti ini, jelas Lo Ping Kang juga
telah mempersiapkan ilmunya untuk menghadapi ke enam
lawannya.
Orang yang bertubuh gemuk dampak dihadapan Sin-kun-bu-
tek Lo Ping Kang itu telah berseru gusar,
“Menghadapi aku saja belum tentu kau bisa melayani lebih
dari sepuluh jurus! Kau terimalah seranganku ini! Arwah Sam-te

Tat Mo Cauwsu 88
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

(adik ketiga) Su Siang Hoat harus menyaksikan malam ini


kematian merenggut nyawamu!!”
Dan orang itu bukan hanya berkata saja, kedua tangannya
tahu-tahu diangkat, dengan jari-jari tangan yang terpentang dan
kuku-kukunya yang panjang tajam itu, dia mencengkeram ke
muka Lo Ping Kang.
Tetapi Lo Ping Kang telah tertawa dingin.
“Su Cie Pan, sia-sia engkau mempelajari dan melatih ilmumu
selama sepuluh tahun. Aku melihat engkau tidak memiliki
kelebihan lainnya, ilmumu juga tidak mengalami kemajuan apa-
apa..........!”
Dan sambil berkata begitu, dengan cepat Sin-kun-bu-tek Lo
Ping Kang telah mengelakkan diri dari serangan lawannya.
Tubuhnya berkelebat luar biasa cepatnya, sehingga jari-jari
tangan Su Cie Pan yang bermaksud akan mencengkeram ke arah
mukanya tetapi telah mencengkeram tempat kosong.
Tentu saja Lo Ping Kang tidak berdiam diri. Dia bukan
hanya mengelakkan saja, karena tahu-tahu tangan Su Cie Pan
telah disampoknya dengan keras sekali. Gerakan yang dilakukan
Sin-kun-bu-tek sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan
mata orang biasa.
Su Cie Pan terkejut, tetapi dia menyadarinya, selama sepuluh
tahun belakangan ini Lo Ping Kang tentunya telah melatih diri
dan memperoleh kemajuan yang jauh lebih pesat dari
sebelumnya, tentu saja dia bertambah liehay. Maka Su Cie Pan
tidak membiarkan tangannya itu dibentur oleh tangkisan tangan
Lo Ping Kang, buru-buru dia menarik pulang tangannya.
Dalam beberapa jurus ini saja, kedua orang lawan tersebut
masing-masing telah mengetahui tingkat kepandaian mereka. Su
Cie Pan melihat walaupun dia telah melatih diri selama sepuluh

Tat Mo Cauwsu 89
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tahun, tetap saja dia masih kalah satu tingkat dari kepandaian si
pengemis. Lo Ping Kang tampaknya memiliki lwekang yang jauh
lebih tinggi dari dia.
Tetapi Su Cie Pan yakin, ilmu yang dilatihnya itu, yaitu ilmu
“Cengkeraman Sepuluh Jari Tangan beracun” dimana semua
ujung kuku-kuku jari tangannya itu telah dilatih dengan berbagai
jenis racun yang sangat hebat daya kerjanya, bisa diandalkan
untuk merubuhkan Lo Ping Kang.
Pengemis tua itupun waktu melihat cara menyerang
musuhnya itu, merasakan tenaga lwekang Su Cie Pan tidak
berada di sebelah atas tenaga dalamnya. Ilmu cengkeramannya
itu juga tidak dapat menindih dirinya.
Hanya yang membuat Lo Ping Kang jadi kuatir juga hatinya
terkesiap, justru dari kesepuluh jari tangan lawannya itu telah
melancarkan bau yang amis sekali, yaitu bau racun yang sangat
keras.
Dengan sendirinya Lo Ping Kang menyadari bahwa dirinya
tidak boleh terserang lawannya. Sekali saja bagian tubuhnya
terluka oleh cengkeraman kuku-kuku jari tangan beracunnya Su
Cie Pan, maka dia akan terbinasa karena Lo Ping Kang
menyadari racun yang dipergunakan oleh lawannya merupakan
racun yang sangat hebat bekerjanya.
Begitulah, Lo Ping Kang telah mengandalkan kegesitan
tubuhnya untuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang
dilancarkan lawannya. Setiap serangan-serangan yang
dilancarkan oleh Su Cie Pan, selalu dapat dihalaunya atau
dielakkannya.
Tiba-tiba waktu Su Cie Pan sedang melancarkan serangan
dengan cengkeraman jari-jari tangannya, disaat itulah tampak Su
Cie Pan mengeluarkan teriakan terkejut. Karena tahu-tahu jari

Tat Mo Cauwsu 90
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tangan kanan Lo Ping Kang menyambar akan mencengkeram


jalan darah Po-ma-hiat di punggungnya.
Tentu saja Su Cie Pan tidak mau membiarkan jalan darah
berbahaya di tubuhnya itu kena dicengkeram oleh lawannya.
Sebab begitu kena dicengkeram, berarti kematianlah untuk
dirinya.
Itulah sebabnya Su Cie Pan telah berjongkok dan memutar
sedikit tubuhnya. Dia telah menggerakkan tangan kanannya
dengan maksud akan membalas mencengkeram tangan lawannya.
Dan ternyata tangan lawannya telah kena dicengkeramnya.
Namun waktu Su Cie Pan hendak meremas untuk
menusukkan kukunya ke daging pergelangan tangan lawannya,
disaat itulah Lo Ping Kang telah mengibaskan tangannya. Dari
telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan yang
lunak sekali, lalu pergelangan tangannya itu berobah menjadi
licin seperti belut.
Entah dengan cara bagaimana, tahu-tahu pergelangan
tangannya itu telah berhasil lolos dari cengkeraman lawannya.
Segera Lo Ping Kang melanjutkan pula serangannya, tangannya
secepat kilat telah menampar ke batok kepala Su Cie Pan.
Manusia bertubuh teromok gemuk itu jadi terkejut. Dia
mengeluarkan suara siulan panjang, tahu-tahu dia telah
membuang dirinya ke samping kiri, waktu dia telah berdiri tetap
napasnya agak memburu. Hanya beberapa jurus saja, mereka
telah dapat mengukur kepandaian mereka masing-masing.
Su Cie Pan semakin gusar saja mengingat lawannya ini
adalah pembunuh adiknya. Dia memang telah memutuskan,
malam ini, malam yang telah mereka janjikan sepuluh tahun yang
lalu, adalah malam yang akan menentukan, dimana Su Cie Pan
menghendaki kematian Lo Ping Kang.

Tat Mo Cauwsu 91
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan Lo Ping Kang sendiri yakin, bahwa dalam


pertempuran ini dia tidak mungkin dirubuhkan oleh lawannya
yang seorang itu. Tetapi yang membuat dia berkuatir sekali justru
adalah kawan-kawan dari Su Cie Pan yang lima orang itu, yang
dilihat dari sorot mata mereka yang tajam, tentunya ke lima orang
itu bukanlah sebangsa manusia lemah.
Sin Han yang tengah mengintai dari balik pintu gerbang kuil
tersebut, tergoncang hatinya. Dia melihat lawan-lawan Lo Ping
Kang semuanya orang-orang yang memiliki bentuk tubuh
menyeramkan dan tampaknya tidak memiliki kepandaian lemah.
Lo Ping Kang tentu menghadapi ancaman bahaya yang tidak
ringan. Namun melihat sikap pengemis tua yang bergelar
“Kepalan Sakti Tanpa Tandingan” itu, yang tenang dan
tersenyum-senyum, agak terhibur juga hati Sin Han.
Tiba-tiba Su Cie Pan mengeluarkan suara teriakan yang
sangat keras. Dia telah merentangkan kedua tangannya dengan
gerakan yang mengepung, yaitu menyambar dari samping kiri
dan kanan pengemis tua itu, maka Lo Ping Kang jadi terdesak
dari dua jurusan.
Jika menangkis, hal itupun akan berbahaya sekali, karena Su
Cie Pan juga telah bersiap-siap. Begitu lawannya menangkis,
maka Su Cie Pan bukan membenturkan pergelangan tangannya
tetapi dia akan mempergunakan kuku-kuku jari tangan untuk
mencengkeram tangan lawannya.
Tentu saja Lo Ping Kang mengenal bahaya, dia juga sudah
dapat menduga maksud lawannya itu. Maka jalan satu-satunya
ialah melompat mundur.
Tetapi Su Cie Pan tetap membayanginya dengan melompat
maju dan meneruskan serangannya dengan kuku-kuku jari
tangannya itu. Hebat cara menyerang Su Cie Pan, karena dia

Tat Mo Cauwsu 92
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

melancarkan serangannya dengan nekad tanpa memikirkan


perlindungan dan keselamatan dirinya. Dia bernafsu sekali ingin
merubuhkan lawannya.
Tetapi Lo Ping Kang telah menekuk kedua kakinya. Dia
berdiri dengan setengah berjongkok, kemudian secepat kilat kaki
kanannya menendang menyerampang dalam bentuk setengah
lingkaran.
Tendangan si pengemis itu merupakan serangan maut.
Karena dia mengincer kelemahan dari Su Cie Pan, yaitu bagian
selangkangan dari lawannya ini. Jika tendangan itu tepat
mengenai sasarannya niscaya akan mematikan orang she Su
tersebut.
Su Cie Pan sangat terkejut melihat cara menyerang lawannya
itu. Dia mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat
mundur dengan cepat.
Kemudian dengan didampingi kelima orang kawannya, dia
memandang bengis kepada Lo Ping Kang.
“Pengemis bau ternyata engkau telah memperoleh banyak
kemajuan pada dirimu...........!” katanya dengan suara yang
mengejek.
Dan kelima kawan Su Cie Pan telah melompat ke depan
untuk menghadapi si pengemis she Lo itu. Mereka
memperlihatkan sikap yang sangat mengancam sekali.
“Siapakah ke lima sahabatmu ini?” tanya Lo Ping Kang
sambil tersenyum mengejek. “Kukira, aku belum mengenal
mereka........!”
Su Cie Pan tertawa dingin, kemudian dia berkata dengan
suara yang keras,

Tat Mo Cauwsu 93
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm,” katanya. “Mereka adalah yang sangat terkenal di


dalam rimba persilatan dengan gelaran Ngo-hauw-siang-kiam!
Merekalah pendekar-pendekar yang memiliki kepandaian sangat
luar biasa sekali.........!”
Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran ke lima orang itu,
yang disebut sebagai Ngo-hauw-siang-kiam (Lima harimau
dengan sepasang pedang), tampaknya dia bangga sekali.
Hati Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang jadi terkesiap juga, karena
dia sering mendengar nama hebat dari pendekar-pendekar lima
harimau ini. Mereka memiliki kepandaian sangat tinggi.
Disamping itu merekapun terkenal sekali sebagai orang-
orang yang tidak berketentuan pendiriannya. Seringkali berdiri di
jalan putih, tetapi tidak jarang pula berdiri dipihak jalan hitam,
yaitu golongan penjahat. Sehingga sulit sekali menempatkan
mereka di barisan putih atau hitam, karena mereka memiliki
pendirian yang sulit diterka, di mana isi hati merekapun sulit
untuk diraba.
“Aha, rupanya aku yang dekil kotor ini, memiliki rejeki yang
sangat besar bertemu dengan ke lima tuan-tuan yang memiliki
nama besar. Ada petunjuk apakah untukku?”
Dan sambil bertanya begitu, tampak Lo Ping Kang telah
menatap dengan sinar mata yang sangat tajam sekali. Sikapnya
itu sangat menantang sekali.
Ke lima orang pendekar yang bergelar Ngo-hauw-siang-kiam
itu tidak memberikan penyahutan. Mereka hanya berdiam diri
mengawasi tajam sekali kepada si pengemis.
Sedangkan Su Cie Pan telah menyahuti dengan sikap yang
temberang sekali,

Tat Mo Cauwsu 94
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aku justru menerima uluran tangan dan bantuan dari


sahabat-sahabat ini, untuk memusnahkan seorang anjing dekil
seperti kau dari permukaan dunia! Karena itu, bersiap-siaplah
untuk menerima kematian.”
Setelah berkata begitu, Su Cie Pan kemudian mengeluarkan
suara seruan lagi. Tahu-tahu tubuhnya telah melompat dengan
lincah sekali dan kedua tangannya kembali bergerak menyambar
ke kiri Sin-kun-bu-tek.
Lo Ping Kang telah berpikir keras, karena dia mengetahui
bahwa lawannya ini sangat tinggi kepandaiannya, tidak bisa dia
menghadapi dengan main-main. Terlebih lagi sekarang lawannya
itu dibantu oleh kelima orang jago yang sangat ternama sekali
seperti Ngo-hauw-siang-kiam, tentu saja mereka merupakan
lawan yang sangat tangguh sekali.
Namun Sin-kun-bu-tek tidak memperlihatkan perasaan
kuatirnya itu. Dia telah mengawasi datangnya samberan serangan
lawannya, dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan
kepandaian utamanya, yaitu Kepalan Tangan Saktinya.
Tahu-tahu tangan dari pengemis ini telah melayang
menyambar ke arah bahu Su Cie Pan. Gerakannya itu sulit
diterka, karena seperti menyambar ke arah kanan, tetapi justeru
yang menjadi sasaran sebenarnya adalah sebelah kiri.
Su Cie Pan melihat betapa lawannya mulai mengeluarkan
ilmu simpanannya, dia telah mengibas dengan kuku-kuku jari
tangannya, untuk melindungi dirinya.
Sedangkan Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang tidak mau berlaku
tanggung lagi. Ia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan
kepandaiannya dengan delapan bagian kekuatan lweekangnya
tersalur dalam kepalannya.

Tat Mo Cauwsu 95
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu menghantam jitu sekali pergelangan tangan Su Cie


Pan, terdengar suara “krekkk” yang cukup nyaring.
Tentu saja benturan itu membuat Su Cie Pan jadi kesakitan
dan kaget. Untung saja dia bergerak cepat sekali, dan telah
melompat sambil menarik tangannya.
Jika saja dia terlambat, tentu pergelangan tangannya itu akan
patah, atau juga bisa terjadi tulang pergelangan tangannya akan
menjadi hancur.
Disaat itu, dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring,
dua orang dari Ngo-hauw-siang-kiam telah melompat ke dekat
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang. Tahu-tahu tangan mereka telah
meraba gagang senjata masing-masing, mereka telah mencabut
sepasang pedangnya masing-masing. Secepat kilat pedang
mereka itu telah menyambar ke arah Lo Ping Kang.
Pengemis tua yang bergelar Sin-kun-bu-tek itu tidak jeri
menghadapi serangan lawannya, dia hanya tercekat hatinya.
Karena walaupun bagaimana memang gerakannya itu merupakan
gerakan yang sangat berbahaya, yaitu tubuhnya telah berkelebat-
kelebat di antara samberan empat batang pedang, ditambah
ancaman jari jari mautnya Su Cie Pan.
Gerakan itu menimbulkan getaran yang kuat sekali. Getaran
yang sangat dahsyat dan telah mendorong mundur kedua
lawannya, karena kedua telapak tangan Sin-kun-bu-tek telah
tersalur kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.
Dalam sekejap mata mereka telah terlibat dalam pertempuran
yang seru sekali dan mereka seperti juga bayangan yang
berkelebat-kelebat saja.
Sin Han sendiri sudah tidak bisa mengenali, yang mana Sin-
kun-bu-tek yang mana lawan-lawannya itu. Mata Sin Han jadi
kabur menyaksikan pertempuran seperti itu. Hati anak ini

Tat Mo Cauwsu 96
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tergoncang keras sekali, dia berkuatir kalau-kalau si pengemis


dilukai lawan-lawannya.
Di dalam hatinya Sin Han telah berdoa agar si pengemis tua
itu berhasil menghadapi lawan-lawannya.
Ketiga orang Ngo-hauw-siang-kiam lainnya tidak ikut
menerjang maju. Rupanya mereka yakin bahwa kedua orang
kawan mereka itu, ditambah dengan Su Cie Pan, sudah lebih dari
cukup untuk menghadapi Sin-kun-bu-tek.
Sejak munculnya mereka, Ngo-hauw-siang-kiam memang
tidak banyak bicara. Di dalam rimba persilatan mereka memang
terkenal sebagai jago-jago yang pendiam, dan tidak pernah
banyak bicara.
Yang tertua bernama Miang Khu Lie, sedangkan yang kedua
Miang Khu An yang ketiga bernama Man Siang Ha, keempat dan
kelima Man Su Liong dan Man Tia Lu. Mereka berlima bukan
merupakan satu keturunan, melainkan dari dua marga keluarga,
yaitu keluarga Miang dan Man.
Mereka memang satu perguruan silat, maka setelah merasa
cocok satu dengan yang lainnya, disaat itulah mereka telah
melatih diri bersama. Dan selanjutnya setiap menghadapi lawan
mereka selalu berlima.
Keadaan seperti ini tentu saja telah membuat mereka sangat
terkenal sekali, karena kepandaian mereka sangat tinggi dan sulit
sekali dicari tandingannya.
Saat itu yang telah terjun dalam kalangan mengeroyok Sin-
kun-bu-tek adalah Miang Khu Lie, kedua saudara dari she Miang
itu. Mereka mengandalkan sekali sepasang pedang masing-
masing.

Tat Mo Cauwsu 97
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setiap serangan yang dilancarkan Miang Khu Lie dan Miang


Khu An merupakan tikaman dan tabasan yang sangat hebat sekali
yang bisa mematikan, karena selalu menuju ke bagian yang
mematikan ditubuh lawannya.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang sendiri jadi gusar bukan main.
Dia telah mengeluarkan 'kepalan sakti' yang merupakan ilmu
kepandaian yang paling diandalkannya, kedua tangannya itu silih
berganti bergerak-gerak melancarkan gempuran yang dahsyat
sekali.
Angin berkesiuran menerbangkan daun-daun kering dan
debu yang terdapat di halaman kuil tersebut. Bahkan disaat itu
tampak Miang Khu An dan Miang Khu Lie agak terdesak oleh
kepalan tangan Sin-kun-bu-tek.
Hanya Su Cie Pan yang masih dapat melancarkan serangan
tanpa terdesak karena Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang tidak berani
terlalu mendesaknya. Sebab walaupun bagaimana Sin-kun-bu-tek
Lo Ping Kang masih jerih jika terkena racun di kuku jari tangan
lawannya yang seorang ini.
Gerakan yang dilakukan Su Cie Pan semakin lama semakin
cepat dan nekad, karena Su Cie Pan telah bertekad, walaupun
bagaimana dia bermaksud untuk mengadu jiwa dengan lawannya
tersebut.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba Sin-kun-bu-tek telah
merobah cara bertempurnya.
Di antara deru angin serangan kedua kepalan tangannya yang
dahsyat itu, tubuhnya telah berlompatan ke kiri dan ke kanan,
tahu-tahu dia telah berhasil mencengkeram baju di punggung
Miang Khu Lie dan Miang Khu An.
Dengan gerakan menghentak, dia telah melemparkan kedua
lawannya itu ke samping. Dan membarengi dengan itu, tanpa

Tat Mo Cauwsu 98
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

membuang waktu sedikitpun juga, tahu-tahu kepalan tangan


kanannya telah meluncur masuk ke dalam penjagaan Su Cie Pan,
dan dada orang she Su itu telah kena digempurnya.
“Bukkkk!” keras sekali dada orang she Su itu terhajar,
tubuhnya terhuyung, dan belum lagi dia bisa berdiri tetap, disaat
itulah dia telah memuntahkan darah segar dua kali dari mulutnya.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang ingin meneruskan
serangannya. Tetapi dia telah diserang oleh ketiga orang
lawannya, yaitu Man Siang Ha, Man Su Liong dan Man Tia Lu.
Ketiga orang ini ketika melihat ketiga kawan mereka telah
mengalami kekalahan di tangan orang she Lo tersebut, dan
melihat jiwa dari Su Cie Pan terancam kematian, maka dengan
segera mereka mencabut sepasang pedangnya masing-masing lalu
menerjang maju melancarkan serangan hebat.
Hal itulah yang membuat Lo Ping Kang harus membatalkan
maksudnya untuk meneruskan serangannya kepada Su Cie Pan.
Sebab dia harus menyelamatkan jiwanya dari ancaman ke enam
pedang lawan yang menyambar dengan serentak.
Tetapi Sin-kun-bu-tek benar-benar merupakan jago yang
tangguh sekali, karena dia bisa menghadapi serangan ketiga
lawannya dengan baik. Dia telah mengerahkan seluruh tenaga
lwekangnya dan kedua tangannya telah digerakkan dengan
beruntun.
Dan hebatnya justru dari kedua kepalan tangannya itu
mengeluarkan serangan angin yang kuat sekali menyampok
keenam pedang yang tengah menyambar dirinya.
Sin-kun-bu-tek mempergunakan kesempatan itu untuk
melompat mundur. Dia telah bersiap-siap menghadapi serangan
berikutnya dari lawan-lawannya tersebut.

Tat Mo Cauwsu 99
Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mari, mari, kalian maju semuanya!” kata Sin-kun-bu-tek


dengan suara yang sangat nyaring. Dia juga telah mengeluarkan
suara tertawa mengejek, seperti meremehkan keenam lawannya
itu.
Su Cie Pan yang hampir saja terhajar oleh gempuran dan
serangan Sin-kun-bu-tek jadi bertambah gusar dan nekad. Dia
yang pertama-tama ingin melompat untuk melancarkan serangan
pula kepada si pengemis tua she Lo itu.
Tetapi baru saja tubuhnya ingin bergerak disaat itulah
keheningan malam telah dipecahkan oleh suara pekik yang sangat
nyaring, suara pekik yang menyerupai suara jeritan seekor burung
rajawali yang terluka.
Kemudian disusul di tengah udara beterbangan berputar-
putar sepasang burung merpati, yang berputar-putar kira-kira
sepuluh kali. Tampak muka Su Cie Pan dan yang lainnya juga
telah berobah menjadi pucat. Begitu pula tubuh mereka akan
menggigil.
“Siang-niauw-pek-sian!” berseru mereka. Siang-niauw-pek-
sian berarti Sepasang Burung Dewata Berpakaian Putih.
Suara Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran itu juga
tergetar, memperlihatkan bahwa dia sangat ketakutan sekali. Lalu
tanpa memperdulikan Sin-kun-bu-tek, dia telah memutar
tubuhnya dan menjejakkan kakinya, berlari cepat sekali untuk
meninggalkan tempat tersebut.
Tampaknya Su Cie Pan sangat ketakutan sekali. Begitu juga
dengan Ngo-hauw-siang-kiam yang telah berobah pucat pias
mukanya masing-masing, lalu tanpa mengeluarkan sepatah kata,
mereka telah melompat untuk melarikan diri juga.

Tat Mo Cauwsu 100


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Suara pekik itu terdengar semakin nyaring dan mendekati.


Cepat sekali perpindahan suara itu, yang semula terdengar jauh
dan samar, akhirnya jadi begitu dekat sekali.
Sedangkan sepasang burung merpati yang berbulu putih itu
masih berputar-putar di atas kepala Sin-kun-bu-tek.
Waktu melihat burung merpati itu, Sin-kun-bu-tek memang
ketakutan juga, mukanya pun telah berubah pucat, seperti juga
Siang-niauw-pek-sian itu merupakan manusia atau mahluk yang
sangat menakutkan sekali. Dia telah memutar tubuhnya dan
berlari dengan cepat sekali menuju ke dalam kuil, dia hampir saja
bersamprokan dengan Sin Han.
“Ayo cepat lari......... cepat lari,” katanya sambil
mengulurkan tangannya. Dia telah menyambar pinggang Sin
Han, yang dipeluknya dan tubuh anak itu telah dibawanya lari
dengan cepat sekali meninggalkan tempat itu.
Dalam sekejap mata saja, Sin-kun-bu-tek telah berlari
puluhan lie. Waktu sampai di dekat pintu kampung sebelah
selatan, pengemis tua itu telah berhenti berlari. Dia menenangkan
goncangan jantungnya, dan meluruskan napasnya.
Sin Han heran bukan main melihat sikap si pengemis tua she
Lo itu yang sangat ketakutan.
Waktu berhenti berlari, pengemis tua itu pun telah
memandang sekelilingnya. Ketika melihat tidak ada yang
mengejar, dia baru menghela napas lega.
“Lojinke.........” kata Sin Han kemudian.
“Diam, jangan bicara dulu.......... kita harus cepat-cepat
menyingkir, sekali saja kita terlambat, niscaya jiwa kita sulit
diselamatkan pula..........!”

Tat Mo Cauwsu 101


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan sambil berkata begitu, si pengemis telah berlari-lari lagi


dengan cepat. Setelah berlari terus menerus hampir limapuluh lie,
barulah dia menghentikan larinya itu sambil membuang napasnya
yang memburu.
“Kita selamat!” katanya kemudian sambil melepaskan
pelukannya di pinggang Sin Han.
Sin Han memandang bingung kepada si pengemis tua yang
telah menjatuhkan dirinya duduk di dekat bawah batang pohon
yang ada disitu.
“Ada apa sebenarnya Lojinke?” tanyanya kemudian. “Siapa
itu Siang-niauw-pek-sian?” tanya Sin Han tidak mengerti. “Kalau
tidak salah tadi lawan-lawan Lojinke juga menyebut gelaran itu
pula.........”
“Ya, majikan kedua burung merpati putih itu! Itulah Siang-
niauw-pek-sian!” mengangguk Sin-kun-bu-tek.
“Tetapi mengapa lojinke dan lawan-lawan lojinke tampaknya
begitu ketakutan sekali?” tanya Sin Han lagi.
“Takut? sudah tentu takut! Sedikit saja kami terlambat
angkat kaki, niscaya jiwa kami sudah tidak bisa dilindungi lagi!”
Dan sambil berkata tampak si pengemis telah menyusut
keringatnya, dia telah menghela napas.
“Untung saja aku masih sempat lolos diri, jika tidak..........
ihihih..........” Dan diakhir kata-katanya itu Sin-kun-bu-tek telah
mengeluarkan suara seruan seperti orang yang merasa ngeri
sekali.
“Apakah Siang-niauw-pek-sian itu memang benar-benar
merupakan manusia yang sangat menakutkan sekali,
Lojinke..........?” tanya Sin Han lagi.

Tat Mo Cauwsu 102


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukan hanya menakutkan, tetapi telengas dan kejam


sekali!” menyahuti Sin-kun-bu-tek.
“Apakah kepandaiannya lebih tinggi dari kepandaian
Lojinke?” tanya Sin Han lagi.
“Anak tolol........!” bentak Sin-kun-bu-tek mendongkol.
“Jika kepandaiannya di bawahku tentu saja aku tidak perlu
jeri kepadanya! Sudahlah........ pergilah kau duduk disitu untuk
mengaso. Setelah beristirahat sejenak dan napasku sudah tidak
memburu lagi, kita harus cepat-cepat berlalu dari tempat
ini..........!”
Dan setelah berkata begitu, Sin-kun-bu-tek memejamkan
matanya untuk beristirahat.
Sin Han duduk tidak begitu berjauhan dari si pengemis. Dia
heran sekali, akhir-akhir ini dia banyak sekali menemukan jago-
jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dimana
menurut si pengemis justru Siang-niauw-pek-sian merupakan
orang yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya.
Melihat sikap Sin-kun-bu-tek dan ke enam lawannya tadi,
yang begitu ketakutan bukan main walaupun baru mendengar
suara pekik dari Siang-niauw-pek-sian, membuktikan bahwa
Siang-niauw-pek-sian itu merupakan jago yang luar biasa sekali.
Sin Han menghela napas.
“Ayah mengerti sedikit ilmu silat, tetapi akhirnya karena
ilmu silat dia harus menemui kematian dengan menyedihkan
sekali dan aku harus terlantar seperti ini..........!” berpikir Sin Han
tanpa diinginkannya, dari sudut matanya menitik butir-butir air
mata yang bening.

Tat Mo Cauwsu 103


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Andaikata ayah tidak mengerti ilmu silat tentu bencana


seperti ini tidak pernah menimpa kami.” Dan Sin Han telah
menghela napas panjang.
Tiba-tiba sekali Sin-kun-bu-tek telah melompat berdiri
dengan gerakan yang sangat cepat, matanya terpentang lebar-
lebar pengemis sakti ini juga telah mengawasi sekelilingnya.
“Ada apa, lojinke?” tanya Sin Han dengan perasaan heran.
“Apakah........ apakah engkau tidak mendengar suara itu?”
tanya Sin-kun-bu-tek dengan sikap yang tegang sekali.
“Suara.........? Suara apa, Lojinke?” Tanya Sin Han heran.
Dia memasang baik-baik pendengarannya, dan disaat itulah dia
mendengar samar samar suara pekik yang serupa dan sama
dengan yang pernah didengarnya, yaitu pekik dari Siang-niauw-
pek-sian.
Tanpa membuang waktu, dan tanpa berkata apapun juga,
tahu-tahu Sin-kun-bu-tek telah menyambar pinggang Sin Han
yang dirangkulnya dan dia telah berlari-lari lagi dengan cepat
sekali. Gerakannya kali ini jauh lebih cepat dari tadi, bahkan si
pengemis tampaknya semakin ketakutan.
“Dia mengejar aku......... tampaknya dia tidak mau
melepaskan aku!” menggumam si pengemis seperti berkata
kepada dirinya sendiri.
Sin Han berdiam diri karena dia mengetahui si pengemis
tengah dikejar oleh perasaan takut yang luar biasa. Diam-diam
Sin Han juga jadi berpikir.
Kalau sampai Sin-kun-bu-tek berhasil dikejar oleh Siang-
niauw-pek-sian yang ditakutinya itu tentu dirinya sendiripun
tidak akan lolos dari malapetaka, yaitu tentu saja akan

Tat Mo Cauwsu 104


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dibinasakan oleh Siang-niauw-pek-sian pula. Berpikir begitu, Sin


Han jadi bergidik.
Sedangkan Sin-kun-bu-tek telah berlari-lari terus dengan
cepat sekali. Dia seperti juga tidak memikirkan yang lainnya,
karena baginya yang terpenting disaat itu adalah meloloskan diri
dari kematian, meloloskan diri dari Siang-niauw-pek-sian yang
rupanya mengejarnya.
Suara pekik itu akhirnya lenyap tidak terdengar lagi..........
Tetapi Sin-kun-bu-tek tidak berani berhenti berlari. Dia terus juga
mementangkan kakinya mempergunakan gin-kangnya, karena dia
jeri kalau-kalau nanti Siang-niauw-pek-sian akan berhasil
menyusulnya.
Di antara angin yang berseliweran di telinganya yang
menyambar-nyambar dengan keras, Sin Han pun menjadi ikut-
ikutan ketakutan, kalau-kalau nanti Siang-niauw-pek-sian itu
berhasil mengejarnya........
Tetapi disaat Sin-kun-bu-tek tengah enak-enaknya berlari,
tiba-tiba dia mengeluarkan suara seruan tertahan, dan langkah
lakinya yang terhenti. Sin Han merasakan betapa tangan Sin-kun-
bu-tek yang melingkar di pinggangnya itu tergetar, seperti juga
Sin-kun-bu-tek menyaksikan sesuatu yang hebat.
Sin Han berusaha mengangkat kepalanya dan melihat ke
depannya. Terpisah lima tombak lebih dihadapan mereka, berdiri
sesosok tubuh, yang mengenakan pakaian serba putih, jubahnya
itu berkibar kibar yang tertiup oleh hembusan angin.
“Kau.........?” suara Sin-kun-bu-tek tergetar waktu menegur
begitu.
Sosok tubuh berpakaian putih itu tidak menyahuti, hanya
berdiam diri saja. Sin Han berusaha melihat muka orang itu.

Tat Mo Cauwsu 105


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Seorang lelaki berusia di antara tigapuluh tahun, dengan


kumisnya yang tipis dan mukanya licin kelimis bersih sekali,
tampak berdiri dihadapan mereka. Lelaki berjubah putih itu telah
mengawasi ke arah Sin-kun-bu-tek dengan sorot mata yang
dingin tetapi dalam sorot matanya itu memancarkan sinar yang
mengerikan sekali.
Diam-diam Sin Han sendiri jadi bergidik waktu melihat sinar
mata orang itu..........
“Siang-niauw-pek-sian, aku tidak bermusuhan denganmu!”
kata Sin-kun-bu-tek akhirnya setelah berhasil menenangkan
goncangan hatinya.
“Hmmm..........!” hanya dengus dingin mengejek seperti itu
yang diperdengarkan sosok tubuh berpakaian serba putih itu.
Sin-kun-bu-tek jadi tambah ketakutan saja, tubuh sampai
gemetaran.
“Siang-niauw-pek-sian..........” katanya kemudian dengan
suara yang tergetar.
“Tidak perlu kau banyak bicara..........serahkan jiwamu.........”
suara orang berjubah putih keseluruhannya itu sangat dingin,
menyeramkan sekali.
“Apa.......... apa salahku? Aku tidak bersalah, bukan?” tanya
Sin-kun-bu-tek dengan suara yang gemetar karena sangat
ketakutan. “Aku tidak pernah bertemu dengan kau, aku tidak
pernah melakukan kesalahan apa-apa padamu, tetapi..........
mengapa kau harus menghendaki jiwaku?”
“Tidak perlu dijelaskan, aku menghendaki jiwamu, dan
engkau jangan rewel!” menyahuti orang berjubah putih itu.

Tat Mo Cauwsu 106


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Disaat itulah, di tengah udara terdengar suara pekik burung


merpati. Tidak lama kemudian, tampak sepasang burung merpati
telah terbang berputaran di atas kepala Sin-kun-bu-tek.
Melihat sikap Siang-niauw-pek-sian yang dingin dan
menyeramkan itu, dan melihat bahwa dirinya tak mungkin lolos
dari kematian, dengan sendirinya Sin-kun-bu-tek jadi nekad.
Karena sudah tidak ada jalan mundur lagi baginya. Dia nekad
ingin coba-coba melakukan perlawanan.
Dilepaskannya rangkulannya pada pinggang Sin Han, dan
anak itu telah menyingkir ke samping. Dia telah melihat betapa
Sin-kun-bu-tek menghadapi orang berpakaian putih itu dengan
sikap ragu-ragu.
“Engkau ingin mengadakan perlawanan?” dingin sekali suara
Siang-niauw-pek-sian itu. Dia menegur dengan tatapan mata yang
mengerikan.
Sin-kun-bu-tek masih diliputi kebimbangan. Selama dua
tahun belakangan ini memang dia telah mendengar perihal Siang-
niauw-pek-sian, jago yang tiada tandingannya yang memiliki
kekejaman seperti iblis - bahkan melebihi iblis.
Memang hampir seluruh orang-orang rimba persilatan
merasa takut untuk bertemu dengan majikan kedua burung
merpati itu, karena telah tersiar banyak jago-jago rimba persilatan
yang mati secara mengerikan dengan datangnya Siang-niauw-
pek-sian.
Hal ini telah membuat Sin-kun-bu-tek jadi ragu-ragu
menghadapi lawannya. Namun dia telah melihat betapa gin-kang
Siang-niauw-pek-sian benar-benar hebat, karena Siang-niauw-
pek-sian dapat mengejar dirinya dengan mudah sekali.

Tat Mo Cauwsu 107


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Walaupun Sin-kun-bu-tek telah berlari dengan mengerahkan


seluruh gin-kangnya, namun kenyataannya dia masih bisa dikejar
juga oleh Siang-niauw-pek-sian tersebut.
Dengan sendirinya, dia sudah bisa mengukurnya bahwa gin-
kang Siang-niauw-pek-sian mungkin berada di atasnya beberapa
tingkat. Disaat itu Siang-niauw-pek-sian masih berdiri dengan
sikapnya yang kaku dan wajah yang dingin.
Hanya tangan kanannya telah merogoh saku jubahnya, dia
mengeluarkan selembar daun kering. Digerakkan tangannya dan
“Serrrr” daun kering itu telah menyambar datang kepada Sin-kun-
bu-tek.
Daun kering itu ringan sekali, dan juga jarak Siang-niauw-
pek-sian dengan Sin-kun-bu-tek terpisah cukup jauh. Namun
aneh sekali, justru Siang-niauw-pek-sian dapat melemparkan
daun itu dengan baik, menyambar lurus dan ringan sekali, lalu
jatuh tepat di dekat kaki Sin-kun-bu-tek.
“Itu hadiah dariku.........” kata Siang-niauw-pek-sian dengan
suara yang dingin.
Sin-kun-bu-tek bertambah menggigil tubuhnya, dia telah
mengambil daun itu, diperhatikannya. Dan melihatnya betapa di
daun itu terlukis gambar seekor burung merpati, yang dibuatnya
tentu dengan pisau atau semacam benda tajam lainnya. Itulah
hadiah kematian!
Memang telah tersiar di dalam rimba persilatan selama dua
tahun belakangan ini, setiap calon korban dari Siang-niauw-pek-
sian akan menerima hadiah selembar daun kering yang berlukisan
seekor burung merpati. Dengan menerima daun kering itu, berarti
dirinya juga merupakan calon korban dari Siang-niauw-pek-sian.
Menyadari sulit baginya untuk lolos dari tangan Siang-
niauw-pek-sian, tentu saja telah membuat Sin-kun-bu-tek

Tat Mo Cauwsu 108


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

bertambah nekad. Dia telah merobek daun itu katanya dengan


muka yang merah padam.
“Siang-niauw-pek-sian, aku denganmu sama sekali tidak
terdapat ganjalan apa-apa, tetapi engkau terlalu mendesak diriku!
Baiklah! Baiklah! Terpaksa aku memberanikan diri untuk
menyambuti beberapa jurusmu.........”
Dan setelah berkata begitu, Sin-kun-bu-tek bersiap-siap
untuk menerima serangan lawannya. Dia telah mengerahkan
sebagian besar tenaganya pada kedua kepalan tangannya.
Lo Ping Kang terkenal sebagai “Kepalan Sakti Tanpa
Tandingan'' yaitu Sin-kun-bu-tek, dengan sendirinya kedua
kepalan tangannya itulah yang hebat sekali. Maka dalam
menghadapi bahaya dari lawan tangguh seperti Siang-niauw-pek-
sian, dia telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan
mati-matian.
Siang-niauw-pek-sian telah melangkah setindak
menghampiri Sin-kun-bu-tek. Walaupun dia tidak
memperlihatkan sikap mengancam, tetapi mukanya yang dingin,
dan tubuhnya yang mengejang kaku waktu dia melangkah maju
menghampiri cukup menyeramkan juga keadaannya itu.
Sin-kun-bu-tek menjadi semakin tergoncang keras hatinya.
Sin Han yang mengawasi dari pinggiran juga berdiri dengan
gemetaran. Anak ini bahkan merasakan lututnya jadi lemas waktu
melihat sinar mata Siang-niauw-pek-sian yang dingin dan tidak
memancarkan cahaya sedikitpun juga.
Tiba-tiba Siang-niauw-pek-sian telah mengibaskan lengan
bajunya, sambil bentaknya,
“Engkau belum mau menyerang?”

Tat Mo Cauwsu 109


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan dalam keadaan terjepit seperti itu, dan Sin-kun-bu-tek


telah tidak melihat jalan keluarnya lagi. Dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat kuat, dan nekad sekali dia menerjang
maju.
Dia telah menggerakkan kedua kepalan tangannya,
gerakannya itu gesit luar biasa. Kedua tangannya yang
digerakkannya itu juga telah menyambar dengan menyilang,
maka hebat kesudahannya, tenaga gempuran yang seperti
memiliki kekuatan ribuan kati itu, menyambar kepada Siang-
niauw-pek-sian.
Tetapi Siang-niauw-pek-sian sama sekali tidak
memperlihatkan gerakan sesuatu apapun juga. Dia tetap berdiri
tegak dengan sikapnya yang dingin, dengan membusungkan
dadanya ia telah menerima gempuran kedua kepalan tangan dari
Sin-kun-bu-tek.
“Bukkkk! Bukkk!” kuat bukan main tenaga serangan Sin-
kun-bu-tek menghantam dada Siang-niauw-pek-sian.
Gempuran itu jika jatuh pada diri seorang jago biasa saja,
tentu tulang dadanya akan hancur dan korban pukulan dari
kepalan sakti Sin-kun-bu-tek, akan menemui kematian.
Tetapi aneh sekali Siang-niauw-pek-sian seperti tidak merasa
kesakitan sedikitpun juga dia bahkan telah tersenyum tawar
menyeramkan sekali.
Sikapnya yang tenang sekali memperlihatkan bahwa dia
sama sekali tidak merasa sakit, bahkan dia telah tersenyum
dengan sikapnya yang menyindir dan mengandung hawa
pembunuhan. Kemudian Siang-niauw-pek-sian juga telah
berkata,
“Sekarang sudah saatnya engkau harus menyerahkan
jiwamu!”

Tat Mo Cauwsu 110


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan Sin-kun-bu-tek merasakan kepalan tangannya yang


menempel di dada Siang-niauw-pek-sian kesemutan. Dia sampai
mengeluarkan suara seruan kaget dan berusaha menarik kepalan
tangannya itu dengan cepat, agar terlepas dari tempelan Siang-
niauw-pek-sian.
Namun terlambat! Kepalan tangannya itu tidak bisa
ditariknya kembali, sehingga dia mengeluarkan suara seruan yang
keras, dan memusatkan tenaga dalamnya dengan mengeluarkan
dan menarik lebih kuat lagi. Tetapi kembali dia gagal, sehingga
Sin-kun-bu-tek jadi bingung sendirinya.
Tetapi sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian
cukup tinggi, Sin-kun-bu-tek tidak menjadi gugup, dia telah
cepat-cepat mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan
menyepak mempergunakan kedua kakinya dengan tendangan
yang beruntun, mengancam ke perut Siang-niauw-pek-sian.
Dan Siang-niauw-pek-sian benar-benar merupakan seorang
yang aneh dan memiliki kepandaian yang tinggi sukar dijajaki.
Dia berdiam diri saja, hanya tangan kirinya diangkat dan
dikibaskan ringan.
Kesudahannya sangat hebat sekali. Karena disaat itu juga
tubuh Sin-kun-bu-tek telah terpental keras, ambruk di atas tanah
bergulingan sambil mengeluarkan suara jeritan yang mengerikan.
Setelah rebah sejenak, Sin-kun-bu-tek merangkak untuk
berdiri. Tetapi belum lagi dia bisa berdiri tetap, dari mulutnya dia
telah memuntahkan darah segar.
Muka Lo Ping Kang pucat pias, tubuhnya gemetaran.
Rupanya kibasan tangan yang dilakukan Siang-niauw-pek-sian
benar-benar dahsyat luar biasa, karena Lo Ping Kang merasakan
dadanya sangat nyeri sekali.

Tat Mo Cauwsu 111


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dari peristiwa tersebut, Sin-kun-bu-tek telah bisa menduga


berapa tinggi kepandaian lawannya, yang berada beberapa tingkat
di atas kepandaiannya.
Sehingga Sin-kun-bu-tek bertambah ketakutan, walaupun
bagaimana tidak dapat dia lolos dari tangan Siang-niauw-pek-
sian. Sebab selain kepandaian lawannya itu memang jauh lebih
hebat dari dia beberapa tingkat, juga kini Sin-kun-bu-tek telah
terluka hanya dalam satu jurus dari Siang-niauw-pek-kut yang
perlahan seperti itu.
Tanpa dikehendakinya Sin-kun-bu-tek jadi menghela napas
putus asa. Dia berusaha mengerahkan tenaganya pada kedua
lututnya, untuk memperkuat kuda-kuda kedua kakinya.
Siang-niauw-pek-sian telah menghampirinya dengan wajah
yang mengerikan karena disamping matanya yang mengawasi
dingin sekali tanpa bergerak-gerak bola matanya, juga mukanya
itu bagaikan secarik kertas yang tidak memancarkan perasaan
apa-apa.
Disaat seperti itu Sin Han juga mengawasi dengan sorot mata
memancarkan kekuatirannya, karena walaupun dia mengetahui
Sin-kun-bu-tek memiliki kepandaian tinggi dan Sin Han tidak
mengerti ilmu silat, tetapi anak itu menyadarinya bahwa dalam
hal kepandaian tentu saja Siang-niauw-pek-sian berada di atasnya
si pengemis.
Dengan hanya sekali mengibaskan tangannya saja, si
pengemis telah dapat dibuat terpelanting begitu hebat oleh Siang-
niauw-pek-sian.
Diam-diam Sin Han berdoa agar Sin-kun-bu-tek tidak kena
dirubuhkan lawannya, setidak-tidaknya Sin Han mengharapkan
Sin-kun-bu-tek bisa meloloskan diri dari kematian di tangannya
Siang-niauw-pek-sian.

Tat Mo Cauwsu 112


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Cepat sekali Sin-kun-bu-tek menyalurkan tenaga


lwekangnya, tetapi karena dia tengah terluka parah, begitu dia
mengempos kekuatan tenaga dalamnya, segera dia merasakan
darah di dadanya jadi bergolak.
Dan tanpa bisa ditahan lagi seketika itu juga dia telah
memuntahkan darah segar........ Keadaan seperti ini telah
membuat Sin-kun-bu-tek jadi berdiri dengan muka pucat pias,
habislah harapannya untuk meloloskan dirinya dari ancaman
lawannya yang luar biasa ini.
Siang-niauw-pek-sian telah menghampiri dekat sekali dia,
menyeringai perlahan,
“Kini kau serahkanlah jiwamu.” Dan tangan kanannya telah
diangkatnya, untuk menepuk batok kepala Sin-kun-bu-tek.
Sin-kun-bu-tek menghela napas putus asa. Dia memejamkan
matanya, dia pasrah menyerah menerima kematian, sebab Sin-
kun-bu-tek mengetahui percuma saja dia melakukan perlawanan.
Tidak mungkin dia lolos dari kematian di tangan lawannya yang
tangguh luar biasa ini.
Tangan Siang-niauw-pek-sian telah meluncur terus dengan
cepat, dan Sin Han memejamkan matanya tidak berani
menyaksikan Sin-kun-bu-tek terserang begitu.
Namun waktu telapak tangan Siang-niauw-pek-sian hampir
mengenai sasarannya, batok kepala dari Sin-kun-bu-tek, disaat
itulah terdengar suara seruan perlahan sekali, disusul dengan
munculnya sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali.
Gerakan itu menyerupai bayangan. Dan belum lagi telapak
tangan Siang-niauw-pek-sian sempat mengenai batok kepala Sin-
kun-bu-tek, sosok bayangan yang baru muncul itu telah
mengulurkan tangan kanannya, maka terdengar suara benturan
yang keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 113


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukkk!!” tubuh Siang-niauw-pek-sian terhuyung beberapa


langkah, mukanya berobah hebat, sebab dia kaget bukan main.
Sebagai seorang jago yang telah merubuhkan ratusan tokoh-
tokoh ternama di daratan Tiong-goan, selama itu belum pernah
Siang-niauw-pek-sian menemui tandingan yang bisa membuat dia
mundur sejauh itu. Dan baru pertama kali ini dia terhuyung
begitu......... maka seketika itu pula dihati Siang-niauw-pek-sian
telah menduga, tentunya orang yang baru muncul ini seorang
yang memiliki kepandaian sempurna sekali.
Dengan sorot mata yang tajam dan dingin tampak Siang-
niauw-pek-sian telah memandang kepada orang yang baru
muncul dan tengah berdiri tegak disamping Sin-kun-bu-tek.
Itulah seorang pendeta dengan kepala yang dikonde, dan pakaian
yang agak aneh, bukan cara berpakaian orang Han.
Dilihat dari wajah yang ditumbuhi kumis, janggut dan juga
hidungnya yang mancung, jika bukan orang Tibet, tentunya
pendeta itu dari India.
“Siapa kau.........? Sungguh berani kau mencari mati dengan
mencampuri urusanku?” bentak Siang-niauw-pek-sian dengan
suara yang bengis. Mukanya tidak memancarkan perasaan apapun
juga namun sangat menyeramkan sekali.
Pendeta asing itu telah tersenyum dengan sikapnya yang
sabar, dia telah merangkapkan tangannya dengan sikap seorang
pengikut agama Buddha.
“Siancai! Siancai! Aku pendeta kecil Gunal Shing bukan
lancang tangan mencampuri urusan tuan, tetapi apakah kesalahan
tuan ini sehingga tampaknya tuan ingin membinasakannya?”
Menyahuti pendeta itu dengan suara yang sabar, sikapnya
juga tenang sekali, sedikitpun juga dia tidak memperlihatkan

Tat Mo Cauwsu 114


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

perasaan takut terhadap Siang-niauw-pek-sian yang mukanya


tampak sangat bengis sekali.
“Jika aku si pendeta kecil boleh tahu, siapakah nama tuan
yang mulia?”
Muka Siang-niauw-pek-sian berobah merah padam karena
marah, biasanya jika seseorang berhadapan dengannya tentu akan
ketakutan bagaikan tengah berhadapan dengan dewa pencabut
nyawa. Tetapi sekarang pendeta ini memperlihatkan sikap yang
tenang sekali.
“Dengarlah, aku masih ingin memberikan kesempatan
kepadamu, hanya kali ini saja, untuk cepat-cepat angkat
kaki........!” kata Siang-niauw-pek-sian. “Aku Siang-niauw-pek-
sian Bo Siong Kun tidak akan segan untuk mengantarkan kau
pergi menghadap Giam-lo-ong si raja akherat..........”
Mendengar perkataan Siang-niauw-pek-sian, muka si
pendeta tidak berobah, bahkan dia tersenyum ramah sekali.
“Jangan galak-galak begitu, orang gagah!” katanya kemudian
dengan suara yang sabar. “Kulihat anda memiliki kepandaian
yang sangat tinggi dan sempurna. Tidakkah sayang jika
kepandaian yang tinggi dan sempurna itu harus dibawa ke jalan
yang sesat?”
“Apa perdulimu tentang diriku? Kesempatanmu rupanya kau
sia-siakan pendeta gundul dan kau memang sengaja rupanya
mencari-cari urusan denganku! Baiklah! Aku ingin melihat,
sampai berapa tinggikah kepandaian seorang pendeta seperti
engkau seorang pendeta asing yang tidak mengenal selatan dan
tidak mengenal jalan hidup!”
“Siancai, jangan marah dulu, tuan...........!” kata Gunal Shing
dengan suara yang sabar sekali. “Mengapa tuan harus bersikap

Tat Mo Cauwsu 115


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

begitu garang, bukankah tidak ada persoalan yang tidak dapat


diselesaikan jika kita menghendakinya dengan hati yang baik!
“Mengenai persoalan tuan dengan tuan pengemis itu, aku
pun tidak mengetahui ujung pangkalnya. Namun aku percaya,
tentu itulah bukan urusan yang harus menyebabkan jatuhnya
korban.........!”
Baru saja si pendeta asing tersebut berkata sampai disitu,
Siang-niauw-pek-sian telah tertawa gelak-gelak dengan suaranya
yang nyaring bukan main. Suara tertawanya itu seperti
menggetarkan sekitar tempat itu.
Tentu saja Gunal Shing mengetahui bahwa suara tertawa
Siang-niauw-pek-sian itu mengandung kekuatan tenaga lwekang
yang sangat kuat. Karena suara tertawa itu bergelombang,
semakin lama semakin menggetarkan sekitar tempat itu.
Tetapi Gunal Shing tetap membawa sikap yang tenang dan
sabar. Sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan takut atau
gugup.
“Baiklah!” kata Siang-niauw-pek-sian setelah cukup lama
tertawa keras. “Rupanya engkau memang benar-benar keledai
gundul yang tidak tahu diri......... nah, kau terimalah seranganku
ini!!”
Dan sambil berkata dengan wajah yang menyeramkan,
Siang-niauw-pek-sian telah melangkahkan kaki kirinya setengah
langkah. Tangan kanannya telah ditekuk sedikit, tangan kirinya
dilonjorkan ke depan, lalu tubuhnya agak membungkuk ke depan.
Berbareng dengan itu, dia telah mengibas. Dari tangan kanan
Siang-niauw-pek-sian mengalir keluar serangkum tenaga sakti
yang kuat sekali, tetapi Gunal Shing tetap berdiri di tempatnya
tanpa berusaha berkelit.

Tat Mo Cauwsu 116


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek yang melihat cara menyerang Bo Siong Kun


jadi terkejut bukan main. Karena Sin-kun-bu-tek menyadari
bahwa serangan yang dilakukan oleh Bo Siong Kun merupakan
serangan yang sangat dahsyat, melebihi dahsyatnya dari
serangan-serangannya kepada Sin-kun-bu-tek sendiri.
“Taisu, hati-hati..........!” teriak Sin-kun-bu-tek dengan suara
tergetar. Tetapi belum lagi suara peringatan itu selesai terdengar,
angin gempuran yang dilancarkan oleh Siang-niauw-pek-sian Bo
Siong Kun telah menyambar tiba.
Gunal Shing tetap berdiri tegak tanpa bergerak. Dia melihat
betapa Bo Siong Kun menyerang dengan bernafsu sekali, dan
melancarkan gempuran dengan kekuatan sangat dahsyat.
Dengan gerakan yang perlahan, tetapi gesit, tahu-tahu si
pendeta menggerakkan tangan kirinya. Dia telah mendorong
perlahan.
Memang tidak keras dorongan itu tetapi kesudahannya
membuat Bo Siong Kun, si raja iblis yang terkenal keganasannya
itu jadi terkejut sekali. Dia terkesiap waktu merasakan gempuran
itu bagaikan menghantam tempat yang lunak dan kosong.
Dan belum sempat dia menarik serangannya itu, justru dia
merasakan dorongan yang kuat sekali pada dadanya. Cepat-cepat
Bo Siong Kun mengempos pernapasannya, dia berusaha berdiri
tetap untuk melawan tenaga mendorong Gunal Shing, tetapi
nyatanya tidak urung tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke
belakang.
Pengalaman ini merupakan pengalaman pertama kali buat
Siang-niauw-pek-sian Bo Siong Kun. Karena untuk pertama kali
ini dia gagal melancarkan serangan dan bahkan dia sendiri yang
terhuyung begitu, sedangkan si pendeta asing itu tampaknya

Tat Mo Cauwsu 117


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tenang-tenang saja berdiri di tempatnya tanpa bergeming


sedikitpun juga.
“Kau........” berseru Siang-niauw-pek-sian Bo Siong Kun
dengan suara yang tersendat tertahan, tampaknya dia kaget dan
gusar sekali.
“Sabar tuan, serangan tuan tadi merupakan serangan yang
kejam sekali......... Maka jika dalam hal ini orang yang
menyambuti serangan tersebut tidak memiliki kepandaian yang
berarti, tentu korban itu telah terbinasa karenanya........!”
Sabar suara pendeta itu, walaupun dia berkata-kata dengan
suara yang mengandung teguran.
Bo Siong Kun jadi tambah gusar, dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat keras. Dan tahu-tahu tanpa bicara
sepatah kata perkataanpun juga, kedua tangannya silih berganti
melancarkan serangan-serangan yang gencar.
Kedua tangannya itu diputar-putar dalam bentuk lingkaran
kecil. Tetapi di ke sepuluh jari tangannya itu dia telah
menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya, sehingga waktu dia
menggerakkannya, tenaga serangannya itu menimbulkan angin
yang berkesiuran keras sekali dan sekali saja dia mendorong,
maka bagaikan ada gempa bumi yang menghantam diri pendeta
asing itu.
Gunal Shing sedikitpun tidak menjadi gugup atau takut,
bahkan dia telah tersenyum sabar sekali. Dengan perlahan, namun
gerakannya itu dapat mengimbangi gerakan tangan Bo Siong
Kun, dia telah mengebutkan lengan bajunya.
Kembali Bo Siong Kun terdorong mundur, sehingga
membuat dia jadi tambah marah saja. Dengan suara yang sangat
keras dan bengis, beberapa kali Bo Siong Kun melancarkan
gempuran-gempuran yang hebat, namun selalu gagal.

Tat Mo Cauwsu 118


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan Sin-kun-bu-tek yang menyaksikan peristiwa ini,


berdiri tertegun di tempatnya.
Sejak pertama kali dia bertemu dengan Bo Siong Kun,
memang Sin-kun-bu-tek telah ketakutan bukan main. Karena
diapun telah merasakan betapa kepandaian Bo Siong Kun sangat
hebat, beberapa tingkat di atas kepandaiannya, dan hampir saja
jiwanya melayang di tangan orang she Bo itu.
Namun sekarang, nyatanya Gunal Shing dapat melayaninya
dengan baik, dengan tenang dan sabar, dan tanpa terdesak
sedikitpun juga. Bahkan sebaliknya Bo Siong Kun jadi sibuk
sekali melancarkan serangan-serangan yang beruntun tanpa
memperoleh hasil.
Setelah lewat belasan jurus, tampaknya Bo Siong Kun
merasa kesal juga serangan-serangannya itu tidak memberikan
hasil sedikitpun juga. Dia telah mengeluarkan suara bentakan
kecil sambil melompat ke belakang menjauhi diri.

––––––––

JILID 4

MUKA Bo Siong Kun merah padam, dia gusar sekali.

Tat Mo Cauwsu 119


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tahu-tahu mulutnya itu berkemak kemik perlahan. Sepasang


matanya yang memancar menyeramkan itu semakin mengerikan
saja.
Dan saat itu sepasang burung merpati putih yang sejak tadi
berputar-putar di tengah udara, kini telah terbang mendekati Bo
Siong Kun. Dan kedua merpati putih itu telah melayang-layang di
atas kepala Bo Siong Kun.
Saat itu keadaan Bo Siong Kun aneh sekali. Dia berdiri
dengan sepasang kaki yang tegak dan muka yang semakin lama
semakin menyeramkan sekali.
Dengan cepat segera terlihat perobahan di diri Bo Siong Kun,
dari atas kepalanya itu telah mengepul mengeluarkan asap. Dan
waktu dia menggerakkan tangan kanannya, dia mengeluarkan
suara erangan perlahan.
“Oh, ilmu hitam!!” berseru Gunal Shing dengan suara yang
nyaring, tampaknya dia terkejut.
Cepat-cepat pendeta ini merangkapkan sepasang tangannya,
dan membaca ayat-ayat suci Sang Buddha. Dia telah
membacanya dengan suara yang cukup nyaring.
Yang membuat Sin Han dan Sin-kun-bu-tek jadi terkejut
bukan main justru disaat itu dihadapan Gunal Shing seperti
muncul sesosok tubuh. Sesosok tubuh seekor harimau......... yang
tengah meraung dan mengulurkan sepasang kaki depannya, akan
menerkam Gunal Shing........!
Sin Han sendiri sampai mengeluarkan suara pekik ketakutan
dan menubruk Sin-kun-bu-tek, sedangkan si pengemis Lo Ping
Kang juga telah bersiap-siap untuk melarikan diri.
Tetapi Gunal Shing mengetahui bahwa lawannya tengah
mempergunakan ilmu hitam, semacam ilmu sihir. Dia tidak takut

Tat Mo Cauwsu 120


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sedikitpun juga, karena Gunal Shing telah memiliki kekuatan


tenaga bathin yang sempurna sekali.
Setelah membaca sejenak lamanya ayat-ayat suci Sang
Buddha, dan melihat harimau ganas itu siap akan menerkamnya,
Gunal Shing telah mengebutkan lengan jubahnya,
“Kembalilah ke asalmu…….!”
Seketika tubuh harimau itu seperti terbakar mengeluarkan
asap, lalu lenyap! Yang tertinggal di atas tanah hanyalah
sepotong besi yang bentuknya menyerupai harimau-
harimauan.............. yang menggeletak diam.
Muka Bo Siong Kun jadi berobah merah padam. Jago sakti
she Bo itu memang seringkali mempergunakan ilmu hitamnya
jika tengah menghadapi jago-jago yang hebat dan sulit
dirubuhkannya.
Dan dia selalu berhasil dengan caranya itu. Karena dengan
mempergunakan ilmu hitamnya itu, tentu saja telah membuat Bo
Siong Kun mudah sekali memusnahkan lawan-lawannya.
Tidak mengherankan lagi jika dalam dua tahun ini justru Bo
Siong Kun cepat sekali berhasil mengangkat namanya menjadi
sangat terkenal dan ditakuti. Karena setiap jago yang bentrok
dengannya, jangan harap bisa lolos dari kematian.
Itulah sebabnya, begitu terkenalnya kebengisan Bo Siong
Kun, dengan gelaran Siang-niauw-pek-sian. Karena disamping
dia mengenakan pakaian serba putih juga burung merpatinya
itupun berbulu putih, membuat Sin-kun-bu-tek jadi ketakutan
bukan main begitu mengetahui dia akan bertemu dengan Bo
Siong Kun.
Jika saja tidak ditolong oleh Gunal Shing, niscaya Sin-kun-
bu-tek sulit lolos dari kematian. Teringat akan itu, tampak Sin-

Tat Mo Cauwsu 121


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kun-bu-tek jadi menggigil karenanya, dia merasa ngeri


sendirinya.
Sedangkan Bo Siong Kun waktu melihat ilmu hitamnya bisa
dipunahkan oleh Gunal Shing, dia jadi berdiri dengan tubuh
gemetar menahan kemarahan yang luar biasa. Diapun telah
mengeluarkan suara bentakan dan mulai melancarkan serangan-
serangan dengan kedua tangannya.
Anehnya, Bo Siong Kun sendiri tidak melangkah maju, dan
kedua tangannya itu hanya menyerang-nyerang udara kosong,
sama sekali dia tidak menujukan sasarannya ke tubuh si pendeta
Gunal Shing.
Tetapi bagi yang mengetahui, tentu akan terkejut, karena
ilmu yang tengah dipergunakan oleh Bo Siong Kun justru
merupakan ilmu hitam kelas tinggi yang sangat aneh dan
memiliki kedahsyatan yang luar biasa. Ilmu hitam itu dinamakan
'Gugur Hancurkan Udara'.
Dimana setiap kali ilmu tersebut dipergunakan, tentu akan
menimbulkan pengaruh yang hebat. Akan menyebabkan lawan
seperti tengah menghadapi badai hujan pasir yang hebat.
Bagaikan juga menghadapi gunung berapi yang meletus,
sehingga membuat korban dari ilmu itu seperti orang gila yang
ketakutan dan panik.
Jika memang korban telah panik demikian, dengan mudah
Bo Siong Kun akan menghabisi jiwa korbannya itu dengan satu
pukulan yang mematikan.
Gunal Shing juga terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan
puja-puji akan kebesaran Sang Buddha. Namun disebabkan
kebathinan dari Gunal Shing memang telah sempurna, dia tidak
menjadi gugup menghadapi ilmu hitam serupa itu.

Tat Mo Cauwsu 122


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Walaupun di matanya pendeta itu seperti melihat dua


makhluk yang tinggi besar menakutkan, dengan senjata kampak
mengancam akan menyerangnya, Gunal Shing tidak menjadi
gentar. Dia membaca ayat-ayat suci Sang Buddha, kemudian
mengerahkan kekuatan bathinnya. Kedua telapak tangannya itu
telah digosok-gosokkannya, diapun telah melawan ilmu hitam itu
dengan ilmu kebathinan pula.
Aneh sekali, disaat Gunal Shing menggosok-gosok kedua
telapak tangannya itu, justru disaat itu juga kedua makhluk
menyeramkan itu meraung dan lenyap……. Suara berisik seperti
gempa bumi atau meletusnya gunung berapi juga berangsur-
angsur telah lenyap, dan sirna.
Tentu saja keadaan seperti ini membuat Bo Siong Kun jadi
terkejut sekali. Dia sampai mengeluarkan suara seruan seperti
rintihan.
Dengan punahnya ilmu hitam yang dipergunakannya itu,
bukan berarti tanpa adanya akibat buruk pada dirinya. Karena
segera Bo Siong Kun terhuyung-huyung beberapa langkah
dengan muka yang pucat, dia merasakan dadanya nyeri dan sakit
bukan main.
Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi
sekali, Bo Siong Kun masih bisa mempertahankan diri. Dengan
muka yang pucat pias, dia telah merangkapkan sepasang
tangannya, dan telah menjura kepada Gunal Shing, katanya,
“Hari ini aku telah menerima petunjuk Taisu yang sangat
berharga, dan tentu saja pelajaran hari ini tidak akan dilupakan
oleh Bo Siong Kun. Jika ada jodoh, tentu aku akan menemui
Taisu pula disuatu hari kelak untuk meminta petunjuk pula!”
Dan setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya untuk
berlalu. Masih sempat juga Bo Siong Kun mengawasi mendelik

Tat Mo Cauwsu 123


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepada Sin-kun-bu-tek dan Sin Han dengan sorot mata yang


sangat mengerikan.
Sepasang burung merpati berbulu putih yang tengah
beterbangan di udara itu pun rupa-rupanya mengetahui bahwa
majikan mereka telah kena dipecundangi. Dengan sendirinya
sepasang burung merpati itu mengeluarkan suara pekik yang
nyaring, dan terbang menuju ke arah majikannya itu pergi.........
Ikut berlalu juga, dengan memekik-mekik mengeluarkan suara
yang berduka, bagaikan ikut bersedih hati atas kekalahan yang
dialami majikannya itu..........
Gunal Shing menghela napas, dia menggumam perlahan,
katanya,
“Sayang! Sayang sekali, ilmu setinggi itu disalahgunakan!”
Dan setelah menghela napas lagi, pendeta ini menoleh
kepada Sin-kun-bu-tek,
“Apakah tuan tidak cidera?” tanyanya.
Sin-kun-bu-tek cepat-cepat menghampiri si pendeta dan
merangkapkan sepasang tangannya menjura dalam-dalam
memberi hormat kepada Gunal Shing.
“Terima kasih atas pertolongan Taisu......... Tentu aku si
pengemis miskin Lo Ping Kang tidak akan melupakan budi
kebaikan Taisu........!” kata si pengemis tua itu.
Si pendeta tersenyum sabar, katanya, “Tidak ada budi dan
kebaikan, yang ada ialah kewajiban di antara sesama manusia
harus saling tolong menolong. Dan sudah menjadi kewajiban aku
si pendeta kecil harus menolongi seseorang yang tengah dalam
penderitaan! Syukur saja atas kebesaran Sang Buddha, aku
berhasil menundukkan ilmu hitamnya orang itu........”

Tat Mo Cauwsu 124


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kepandaian Taisu luar biasa, Siang-niauw-pek-sian yang


begitu tinggi kepandaiannya, dapat Taisu tundukkan..!” puji Sin-
kun-bu-tek.
“Kemenangan itu bukan merupakan kemenangan apa-apa,
karena orang itu tidak berhasil kusadarkan dari kesesatannya!
Jika aku berhasil membinasakannya itupun bukan merupakan
suatu kemenangan apa-apa.
“Justru kemenangan itu akan tiba jika saja berhasil membuat
sadar orang itu agar dia kembali ke jalan yang lurus menjauhi diri
dari kesesatan…...”
Sin-kun-bu-tek kagum sekali kepada pendeta yang gagah dan
ramah ini disamping sikapnya yang tenang dan sabar itu. Saat itu
si pendeta telah menoleh kepada Sin Han, mata pendeta itu tiba-
tiba bersinar dan dia tersenyum penuh welas asih,
“Adik kecil ini tampaknya tengah menghadapi kesulitan........
apakah yang telah mempersulit dan menyusahkan hati adik
kecil?”
Sin-kun-bu-tek cepat-cepat menyahuti,
“Dia tengah menghadapi musibah yang besar. Ayahnya baru
saja terbunuh, dia sendiri dikejar-kejar musuh ayahnya dan juga
ingin dibinasakan. Untung saja bertemu denganku yang bisa
memukul mundur musuh-musuhnya itu........”
Gunal Shing menghela napas panjang, katanya,
“Permusuhan! Dendam! Pembunuhan! Apa artinya itu?
“Ketakutan? Apakah artinya itu?
“Terhindar dari bahaya dan tengah menderita? Apakah
artinya?

Tat Mo Cauwsu 125


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Yang terpenting bagi seorang umat manusia, haruslah


bersungguh-sungguh menghadapi kehidupan ini dengan jalan-
jalan yang benar, dengan cara-cara yang benar........ harus
mengetahui kunci rahasia hidup…….!”
Sin Han tertarik sekali mendengar perkataan si pendeta.
Setelah menjura memberi hormat, Sin Han masih sempat
bertanya,
“Taisu, apakah yang Taisu maksudkan dengan kunci rahasia
hidup itu?”
Si pendeta tersenyum sabar, dia menyahutinya,
“Engkau masih terlampau kecil nak. Engkau tidak mungkin
mengerti hal itu. Maka, nanti jika engkau telah dewasa, aku akan
mengupas dan memberikan pengertian atas pertanyaanmu itu.
“Yang terpenting, engkau tidak perlu dikejar-kejar perasaan
takut, tidak perlu engkau mencari-cari yang belum ada. Yang
terutama sekali engkau harus menjalankan apa yang ada disaat
ini. Engkau harus berusaha hidup dengan cara yang baik, diliputi
welas asih dan kebajikan.
Jika engkau bisa menghindarkan diri dari tuntutan-tuntutan
hati kecilmu, tuntutan-tuntutan badaniah. Tentu engkau akan
mencicipi kehidupan yang tenang tenteram serta bahagia........!”
Sin Han memang tidak dapat memahami perkataan si
pendeta, dia hanya berdiam saja. Tetapi berbeda dengan Sin Han,
justru Sin-kun-bu-tek telah mengangguk kagum, bahkan katanya,
“Taisu benar, aku Lo Ping Kang berusaha untuk dapat hidup
dengan cara yang benar, untuk dapat menuruti nasehat Taisu!”
“Itu bukan merupakan suatu nasehat, kesadaran harus berasal
dari dasar hati sendiri........!” kata Gunal Shing. “Tidak bisa
dipaksakan tetapi haruslah kita yang membuka mata, telinga dan

Tat Mo Cauwsu 126


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

hati. Dengan demikian barulah kita akan mengenal apakah


artinya hidup ini........! Pahamkah engkau, tuan?”
Sin-kun-bu-tek mengangguk sambil menjura lagi untuk
menyatakan terima kasih dan kagumnya.
Disaat itu tampak Gunal Shing telah tersenyum lagi, katanya
dengan sabar,
“Baiklah, kukira sekarang telah cukup lama kita bercakap-
cakap, dilain kesempatan jika ada jodoh, kita akan bertemu
lagi........!”
Baru saja selesai perkataannya itu, si pendeta tahu-tahu telah
lenyap dari hadapan Sin Han dan Sin-kun-bu-tek.
Sin Han heran bukan main, dia menduga si pendeta mengerti
ilmu menghilangkan tubuh.
Dia menanyakannya kepada Sin-kun-bu-tek, si pengemis itu
tertawa, katanya,
“Bukan! Bukan ilmu melenyapkan tubuh! Tetapi justru itulah
ilmu meringankan tubuh yang telah mencapai puncak
kesempurnaan, sehingga begitu bergerak, dia bisa berkelebat
dengan cepat sekali, secepat angin. Dan dalam sekejap mata saja
dia telah berhasil mencapai tempat yang jauh sekali,”
menjelaskan si pengemis dengan suara memantul perasaan
kagum yang luar biasa.
Sambil bercakap-cakap, Sin Han dan Sin-kun-bu-tek
melanjutkan perjalanan mereka.
Tiba-tiba Sin Han telah bertanya,
“Lojinke, sebenarnya siapakah manusia jahat berpakaian
serba putih itu? Mengapa dia bergelar Siang-niauw-pek-sian dan

Tat Mo Cauwsu 127


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

membawa-bawa sepasang burung merpati putihnya itu, yang


tampaknya jinak sekali padanya?”
Ditanya begitu, Sin-kun-bu-tek menghela napas panjang,
tampak mukanya jadi muram.
“Sesungguhnya dia manusia jahat yang kejahatannya
melebihi iblis mana saja. Tangannya juga sangat telengas, dan
sifatnya buruk bukan main.
“Karena dia selalu diburu oleh keinginan untuk membunuh
orang sebanyak mungkin.......... Maka dari itu, dengan munculnya
manusia seperti dia, niscaya dunia persilatan akan kacau dan
menghadapi ancaman yang tidak ringan.
“Hai! Hai! Sayang sekali, sayang sekali! Entah telah berapa
banyak jago-jago yang rubuh dan terbinasa di tangan dia........!”
Dan setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas
beberapa kali, tampaknya dia benar-benar berduka sekali.
Selama setengah bulan lamanya Sin Han ikut si pengemis
melakukan perjalanan dari sebuah kampung ke kampung lainnya.
Tidak jarang merekapun singgah di sebuah rumah makan.
Sin-kun-bu-tek gemar sekali makan santapan yang enak-
enak. Tetapi semua itu tidak pernah dibelinya, karena dengan
mengandalkan kepandaiannya, ilmu meringankan tubuhnya yang
tinggi sekali, dia selalu mencurinya.
Selama ikut Sin-kun-bu-tek, Sin Han juga selalu memperoleh
kegembiraan, karena dia dapat makan yang enak-enak. Juga dia
pesiar ke tempat-tempat yang indah, dimana Sin-kun-bu-tek telah
mengajak anak ini untuk mendatangi tempat-tempat yang indah
sekali.

Tat Mo Cauwsu 128


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Seperti menikmati keindahan ditepi telaga Tai-ouw. Juga


mendatangi tempat-tempat yang terkenal akan keindahannya,
serta kota-kota yang sangat ramai.
Karena Sin-kun-bu-tek sebagai seorang pengemis, dengan
sendirinya pakaian Sin Han yang telah robek-robek dan pecah itu
tidak diperhatikannya. Diapun tidak pernah menganjurkan Sin
Han untuk mengganti pakaian itu, bahkan si pengemis juga sama
sekali seperti tidak pernah teringat untuk membelikan pakaian
untuk Sin Han.
Semula memang Sin Han agak canggung dengan pakaiannya
yang compang-camping seperti itu, dengan keadaan yang dekil
dan kotor. Tetapi setelah lewat setengah bulan, dia akhirnya
menjadi terbiasa juga.
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Han tidak
mengacuhkan pula pada pakaiannya yang tidak keruan.
Tampaknya dia seperti pengemis kecil saja, keadaannya sama
seperti Sin-kun-bu-tek.
“Apakah aku selamanya akan menjadi pengemis seperti
dia?” berpikir Sin Han pada suatu malam, disaat dia tengah rebah
di ruang sebuah kuil tua bersama Sin-kun-bu-tek.
Pikiran anak ini telah melayang-layang memikirkan
nasibnya, dimana dia teringat ayahnya yang dibinasakan oleh
lawan-lawannya, sehingga dia akhirnya harus terlantar seperti
sekarang ini........ Diam-diam anak itu telah menitikkan air
matanya.
“Mengapa kau menangis?” tiba-tiba suara Sin-kun-bu-tek
telah mengejutkan Sin Han.
Anak ini cepat-cepat menyusut air matanya, dia telah
menyahuti perlahan, “Aku teringat kepada ayahku, lojinke!”

Tat Mo Cauwsu 129


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, untuk apa memikirkan orang yang telah mati?” kata


si pengemis dengan suara yang datar dan telah memejamkan
matanya lagi.
Sin Han juga telah memejamkan matanya pura-pura untuk
tidur, karena dia tidak mau terlalu rewel membantah perkataan
pengemis tua itu. Sedangkan Sin-kun-bu-tek tidak segera tidur,
walaupun dimulutnya dia berkata,
“Untuk apa memikirkan orang yang telah mati?” dan
sikapnya tawar sekali, namun di dalam hatinya si pengemis justru
berpikir,
“Anak ini baik sekali........ ternyata dia tidak terlalu
memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Kasihan nasibnya terlalu
buruk, dalam usia sekecil ini dia sudah harus terlunta-lunta
kehilangan orang tuanya! Entah siapa musuh-musuhnya itu, yang
telah membinasakan ayahnya!
“Sesungguhnya aku ingin mengambilnya menjadi muridku,
tetapi aku kuatir dia menolak! Tentang pengangkatan guru dan
murid, tentu saja tidak boleh ada unsur memaksa........!”
Dan setelah berpikir begitu, tanpa dikehendaki si pengemis
telah menghela napas dalam-dalam, tampaknya dia berduka
sekali.
Diam-diam juga, si pengemis jadi teringat akan dirinya.
Sejak kecil dia telah kehilangan kedua orang tuanya, yang saat itu
terserang semacam penyakit menular, dan kedua orang tuanya
yang kena terjangkit penyakit menular itu jadi menemui ajalnya.
Sejak saat itulah si pengemis hidup sebagai anak yatim. Dia
telah berusaha untuk dapat hidup terus dengan jalan mengemis,
tetapi kesengsaraan yang dideritanya terlalu berat, dihina orang,
dipukuli dan juga dijauhi dari pergaulan, dengan sendirinya telah
membuat si pengemis waktu berusia sebelas tahun, bermaksud

Tat Mo Cauwsu 130


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menghabiskan dirinya dengan terjun ke dalam sebuah jurang di


gunung Heng-san.
Namun siapa sangka, justru disaat itu Lo Ping Kang telah
ditolongi oleh seorang pertapa sakti di gunung tersebut, yang lalu
mengambilnya menjadi murid dan mendidik ilmu silat. Dengan
memiliki kepandaian yang tinggi, tentu saja selanjutnya tidak ada
orang yang bisa menghinanya dengan begitu saja, bahkan nama
Lo Ping Kang jadi terkenal di dalam dunia persilatan atas
perbuatannya yang selalu membasmi kebathilan dan
kejahatan.........
Walaupun telah memiliki kepandaian yang tinggi, Lo Ping
Kang tidak menjadi angkuh, bahkan dia senang sekali menolongi
orang-orang yang tengah dalam kesulitan. Disamping itu juga
untuk mengenang penderitaannya dimasa lalu, dimana dia pernah
terlunta-lunta dan hidup sebagai pengemis kecil, maka Lo Ping
Kang telah berpakaian sebagai seorang pengemis, bahkan
selamanya dia menuntut penghidupan sebagai seorang pengemis.
Sebetulnya, jika memang Lo Ping Kang ingin hidup mewah
dan senang, dia bisa saja memperoleh semuanya itu, karena
dengan memiliki kepandaian yang sangat tinggi seperti dia, tentu
saja dengan mudah dia dapat mengambil uang dari para hartawan
kaya, dan diapun bisa saja berpakaian mewah yang terbuat dari
bahan yang mahal asal saja dia mau.
Tetapi Lo Ping Kang tidak menghendaki semua itu, dia tetap
berpakaian sebagai pengemis miskin yang butut sekali, rombeng
dan cabik-cabik. Jika suatu saat dia mencuri uangnya hartawan
kaya raya yang jahat, tentu saja uang itu dibagi-bagikan kepada
penduduk yang miskin dan memerlukannya.
Dengan perbuatannya itu nama Lo Ping Kang, dengan
gelarannya Sin-kun-bu-tek, jadi semakin terkenal dan dihormati.

Tat Mo Cauwsu 131


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi watak dan sifat si pengemis sangat aneh. Dia selalu


menghilang tanpa meninggalkan jejak. Kemana saja dia senang,
dia datang, dan tidak pernah menetap disuatu tempat lebih dari
satu bulan.
Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang mengetahui
dimana jejak si pengemis yang senang berkelana ini. Banyak
sahabat-sahabat yang telah dijalin oleh Lo Ping Kang. Karena
selama berkelana, dia senang mengunjungi jago-jago silat yang
ternama dan dengan mereka telah bertukar pikiran dan pandangan
mengenai ilmu silat.
Tetapi disamping memiliki banyak sahabat-sahabat tidak
kurang pula musuh-musuhnya si pengemis. Karena selama dia
melakukan perbuatan-perbuatan mulia membela si lemah dari
tindasan si jahat namun kuat, maka dia telah menanamkan tali
permusuhan dengan beberapa tokoh dari jalan hitam.........
Teringat semua itu, si pengemis she Lo tersebut jadi teringat
lagi akan perkataan Gunal Shing, pendeta asing itu,
“Apa itu penderitaan? Apa itu ketakutan? Apa itu
kesengsaraan?”
Dan disaat inilah si pengemis baru menyadarinya bahwa
sebenarnya apa yang dikatakan oleh pendeta itu sangat tepat
sekali.
Dia seharusnya tidak mengenal penderitaan, jika dia
menganggap penghidupan dan kehidupannya menggembirakan.
Dan diapun tidak perlu merasa bersengsara jika saja menerima
apa adanya saja yang terdapat di dirinya.
Yang terpenting seperti apa yang dikatakan oleh pendeta
asing itu, yaitu harus mengenal cara-cara hidup yang baik, harus
mengetahui juga kunci hidup yang masih terselubung oleh suatu
rahasia yang sulit tertembusi.

Tat Mo Cauwsu 132


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Jika saja seorang manusia telah mengenal rahasia kunci


kehidupan, dengan sendirinya orang itu akan hidup tenang dan
bahagia, sehingga dapat mengikuti tata cara kehidupan yang baik,
yang diliputi welas asih dan kebajikan.........
Berpikir sampai disitu, perasaan kagum Sin-kun-bu-tek
terhadap Gunal Shing bertambah-tambah saja.
“Dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa, kebathinan
yang mengagumkan dan pengetahuan yang sangat luas
sekali........!” berpikir Sin-kun-bu-tek.
“Dia benar-benar merupakan seorang tokoh persilatan yang
hebat sekali, karena dengan mudah dan hanya beberapa jurus saja
Gunal Shing berhasil merubuhkan jago sehebat Siang-niauw-pek-
sian........!
“Hai! Hai! Hai! Siapakah sebenarnya Gunal Shing itu? Dan
apa maksud kedatangannya ke daratan Tiong-goan ini? Jika
mendengar namanya, tentu tidak salah lagi pendeta itu dari
India…….!”
Berpikir sampai disitu, Sin-kun-bu-tek jadi menghela napas
lagi. Matanya telah mengawasi tertegun kepada langit-langit
ruangan kuil di mana dia berada.
Sin Han yang pura-pura tidur, sesungguhnya masih tidak bisa
tertidur lelap, karena pikirannya melayang-layang memikirkan
juga akan nasibnya di masa-masa mendatang. Walaupun
bagaimana Sin Han berusaha untuk tidur dengan memejamkan
matanya rapat-rapat, dia tidak berhasil juga.
Disaat itulah Sin Han mendengar si pengemis tua Lo Ping
Kang berulang kali telah menghela napas panjang dan
nampaknya berduka sekali. Sin Han membuka matanya dan
mengintainya. Dia melihat sikap si pengemis, dengan sendirinya
dia jadi heran.

Tat Mo Cauwsu 133


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Entah apa yang sedang dipikirkan oleh orang tua itu........!”


berpikir Sin Han di dalam hatinya. “Hai! Hai! Tampaknya
Lojinke itu juga tengah berduka, tentu ada sesuatu yang tengah
menyusahkan hatinya........!”
Tetapi Sin Han tidak berani lancang menanyakannya, karena
dia kuatir nanti disemprot oleh makian, maka Sin Han telah
memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur lagi........
◄Y►
WAKTU Sin Han terbangun dari tidurnya matahari telah
naik tinggi, karena cahaya matahari telah menerobos masuk ke
dalam ruangan kuil yang kotor itu.
Sin Han memandang sekelilingnya, tetapi dia tidak melihat
Sin-kun-bu-tek. Anak itu segera menduga si pengemis tentunya
sedang pergi mencari makanan yang enak........ seperti hari-hari
sebelumnya.
Setiap pagi Sin-kun-bu-tek tentu akan berkeliling, dari rumah
makan yang satu ke rumah makan lainnya, bukan untuk
mengemis, tetapi untuk mencuri makanan enak........ Dan setiap
kali dia kembali, tentu akan membawa ber-macam-macam
makanan yang sedap dan gurih..........
Dengan sabar Sin Han telah duduk menantikan kembalinya
pengemis itu. Dia telah membayangkan, sebentar lagi tentu dia
akan makan enak. Tetapi menantikan sampai menjelang tengah
hari, Sin-kun-bu-tek tidak juga muncul.
Sin Han jadi gelisah, dia telah menantikan lagi sejenak, dan
kegelisahannya semakin menjadi waktu menjelang lohor si
pengemis tua Sin-kun-bu-tek masih juga belum muncul. Dengan
heran Sin Han telah keluar dari kuil itu, dia memandang sekitar
tempat tersebut.

Tat Mo Cauwsu 134


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dilihatnya cukup banyak orang yang berlalu lalang di muka


kuil, karena di depan kuil itu memang merupakan jalur jalan yang
cukup ramai dilalui orang. Tetapi Sin Han tidak melihat si
pengemis. Hal ini membuat Sin Han jadi berkuatir sekali.
Maka setelah menantikan sekian lama lagi, akhirnya Sin Han
memutuskan untuk mencari si pengemis. Dia telah meninggalkan
kuil itu dan mengelilingi kota Po-siong-kwan, dia berputar-putar
dari jalan yang satu ke jalan yang lain.
Dan yang diperhatikan sekali oleh Sin Han adalah setiap
rumah makan yang dijumpainya. Dia selalu berdiri lama di muka
rumah makan yang dijumpainya, untuk melihat-lihat apakah di
rumah makan tersebut bercokol si pengemis tua yang cukup nakal
itu.........
Tetapi menjelang sore hari, usaha Sin Han tetap nihil, dia
tidak berhasil menemui si pengemis tua itu.
Ketika menjelang malam hari Sin Han kembali ke kuil rusak
itu, hatinya jadi kecewa waktu melihat di dalam kuil tetap tidak
terlihat bayangan si pengemis tua itu.
“Apakah lojinke itu mengalami suatu halangan?” pikir anak
itu kemudian. “Apakah disaat dia ingin mencuri makanan dia
telah kena dipergoki sehingga dia dikeroyok........?
“Atau dia memang sudah tidak mau mengajak aku........? Dia
sengaja meninggalkan aku disaat aku masih tertidur
nyenyak........?”
Bermacam-macam pikiran memenuhi benak anak ini.
Dengan jengkel dan sedih, Sin Han menantikan terus
kembalinya Sin-kun-bu-tek di kuil tersebut. Menjelang tengah
malam, Sin-kun-bu-tek masih juga belum kembali, dan akhirnya
karena terlalu letih, Sin Han telah tertidur lagi.

Tat Mo Cauwsu 135


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keesokan paginya, tetap saja dia tidak melihat si pengemis,


hal itu menunjukkan bahwa si pengemis belum kembali ke kuil
ini.
“Lojinke itu tentu tidak mungkin kembali ke kuil ini
lagi........ Jika dia menemui halangan, tentu dia telah berurusan
dengan bahaya yang mungkin tidak kecil........ Atau jika dia
memang bermaksud meninggalkan aku, tentunya dia telah pergi
jauh sekali........
“Lebih baik aku melanjutkan perjalanan seorang diri saja!
Tetapi........ kemana aku akan pergi? Kemana tujuanku? Dan
besok-besok aku harus makan apa? Uang tidak ada, dan
kepandaian tidak bisa........ Paling tidak aku hanya melakukan
pekerjaan mengemis........!”
Dan setelah berpikir begitu, Sin Han menghela napas lagi
dengan hati berduka sekali. Dia merasakan perutnya sangat lapar,
karena sejak kemarin pagi sampai pagi ini masih belum ada secuil
barang makanan yang sempat masuk ke dalam perutnya........
Dengan langkah kaki yang lesu, tampak Sin Han telah keluar
dari kuil itu. Dia berjalan tanpa tujuan, hanya ada sedikit harapan
dihatinya, kalau-kalau dia bisa berjumpa dengan Sin-kun-bu-tek.
Perutnya lapar sekali, tetapi untuk meminta makanan kepada
pelayan rumah makan. Sin Han tidak berani lagi, karena
pengalamannya beberapa saat yang lalu telah membuat Sin Han
tidak mau mengalami pula peristiwa yang tidak menggembirakan
itu.
Setelah berkeliling kota dan hari mendekati siang, Sin Han
telah letih bukan main. Akhirnya karena tidak bisa menahan
laparnya pula, Sin Han telah menghampiri sebuah rumah yang
tidak begitu bagus bentuknya di pintu kota itu.

Tat Mo Cauwsu 136


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dilihatnya di dekat pekarangan rumah itu, yang banyak


sekali tumbuh pohon-pohon bunga, tampak berdiri seorang lelaki
setengah baya yang memelihara kumis dan jenggot cukup
panjang. Sin Han menghampiri, dia telah menjura sambil katanya
dengan sikap yang sangat hormat sekali,
“Maaf lojinke........ aku ingin meminta tolong sesuatu dari
lojinke........!” kata Sin Han kemudian.
“Pertolongan apa?” tanya orang tua itu sambil
memperlihatkan sikap tidak senang setelah melihat yang
menegurnya itu seorang pengemis kecil, yang pakaiannya
compang camping dan kotor serta dekil sekali.
“Aku ingin mencari pekerjaan, lojinke........” kata Sin Han.
“Mencari pekerjaan?” tanya orang tua itu sambil melirik
dengan sikap yang sinis.
“Ya Lojinke........ tidak perlu lojinke membayar gajiku,
asalkan lojinke mau memberikan makan dan tempat bernaung
untukku!” kata Sin Han kemudian.
Orang tua itu tersenyum sinis.
“Setan kecil, tubuhmu begitu kurus kering, pekerjaan apa
yang bisa engkau lakukan? Tanpa bayar dan tanpa memberi
makan pun aku tidak sudi! Hemm, hanya akan mengotori
rumahku saja!
“Cepat pergi........! Merusak keindahan pemandangan saja
kau! Masih kecil sudah malas........ hanya pandai berpakaian
sebagai pengemis dan meminta belas kasihan orang........”
Melihat orang tua itu bukannya menyanggupi, bahkan telah
memaki dan mengusirnya dengan cara yang kasar seperti itu,
tentu saja telah membuat Sin Han jadi tersinggung.

Tat Mo Cauwsu 137


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Lojinke, aku tidak meminta makanan darimu, aku hanya


menawarkan tenagaku untuk bekerja kepada Lojinke dengan
pembayaran hanyalah lojinke cukup memberi makan
kepadaku........! Jika memang Lojinke keberatan, itupun tidak
apa-apa........ Asalkan lojinke jangan memaki dan memperlakukan
aku begitu kasar........!”
Muka orang tua itu jadi berobah merah karena mendongkol
dan gusar.
“Eh, engkau berani menasehati aku?” bentaknya dengan
suara yang bengis. “Cepat pergi, sebelum aku perintahkan
pelayanku untuk membikin kau babak belur dan merobek
mulutmu yang kurang ajar itu!”
Dan setelah berkata begitu, orang tua itu telah mengawasi
Sin Han dengan sorot mata yang bengis, mendelik lebar-lebar.
Sin Han jadi takut juga, walaupun dia mendongkol sekali
atas sikap orang tua itu. Tidak urung anak ini hanya berdiam diri
saja dan telah memutar tubuhnya, dia telah berlalu meninggalkan
orang tua itu.
Hati anak ini sangat sedih, karena Sin Han tidak mengerti.
Mengapa justru manusia-manusia seperti lelaki setengah tua itu
yang harus memperlakukan dia dengan kejam.
Bukankah jika memang orang tua itu tidak mau menerima
tawarannya untuk bekerja, dengan cara yang baik dia bisa saja
menolaknya? Tidak perlu dia memaki dan mengusirnya dengan
cara begitu?
Sin Han sambil berjalan dengan langkah-langkah kaki yang
lesu, telah menghela napas berulang kali. Di dalam hatinya, dia
jadi berpikir keras, entah bagaimana caranya mengatasi
keadaannya yang seperti ini. Perutnya juga telah lapar bukan
main.

Tat Mo Cauwsu 138


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sambil berjalan Sin Han juga telah menunduk mengawasi


pakaiannya, dia melihat pakaian yang compang-camping. Dan dia
menghela napas lagi.
“Mungkin pakaian compang-camping inilah yang membuat
setiap orang menuduh aku sebagai pengemis kecil dan mereka
jadi membenci aku........!” pikirnya di dalam hatinya.
“Dan........ aku harus berusaha untuk memperoleh sepotong
pakaian yang agak baik! Tetapi bagaimana caranya yang terbaik?
Bagaimana caranya aku bisa memperoleh sepotong pakaian yang
cukup pantas dan baik? Bukankah untuk mengisi perut yang
tengah lapar ini saja aku tidak memiliki uang untuk membeli
makanan........?”
Karena sangat bingung, Sin Han sampai mengucurkan air
mata sambil mengayunkan langkah kakinya. Tanpa terasa dia
telah berada di pintu kota sebelah barat.
Tanpa memiliki tujuan, Sin Han telah berjalan terus. Dia
telah menghampiri sebuah pinggir hutan kecil yang ada di dekat
bukit disamping kota itu, dimana terpisah enam-tujuh lie.
Kemudian Sin Han duduk termenung mengawasi matahari
yang mulai tenggelam diufuk barat........ sebentar lagi sang malam
akan tiba. Disaat itulah, tiba-tiba Sin Han melihat seseorang yang
berpakaian sebagai seorang imam, tengah berjalan cepat sekali.
Keadaan imam itu tidak aneh dan tidak luar biasa. Tetapi
justru yang agak mengherankan adalah kelakuan imam itu, yang
berjalan sambil membawa sebuah tempayan air yang sangat berat
dikepalanya.
Mungkin tempayan air yang berukuran besar itu memiliki
berat hampir duaratus kati lebih. Tetapi imam itu dapat berjalan
dengan cepat sekali.

Tat Mo Cauwsu 139


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu melewati tempat dimana Sin Han tengah mengawasi


dia, imam yang berusia di antara empatpuluhan tahun itu telah
menghentikan langkah kakinya, dia telah menatap Sin Han
dengan sorot mata yang dalam.
“Anak, mengapa engkau seorang diri di tempat ini?”
tegurnya.
Sin Han melihat muka imam itu bengis, tetapi nada suaranya
lembut dan ramah, sehingga agak lenyap perasaan takutnya.
“Aku........ aku tidak tahu harus pergi kemana, aku tidak punya
rumah........!” kata Sin Han agak bingung.
“Hemmm, jadi dalam usia semuda ini engkau telah
melakukan pekerjaan mengemis?” tanya si imam, dan nada
suaranya berobah jadi tidak sedap didengar.
“Ti........ tidak........!” menyahuti Sin Han. “Aku kebetulan
tidak memiliki uang untuk membeli pakaian yang lebih pantas,
maka banyak orang menuduh aku sebagai pengemis........!”
Muka si imam telah berobah.
“Hemmm, masih sekecil ini engkau telah berani berdusta!”
katanya dengan suara tidak senang. “Apakah engkau menduga
aku akan mempercayai perkataanmu begitu saja?
“Hem, jika memang hanya untuk membeli pakaian yang
cukup pantas buatmu, tentu mudah sekali, asalkan kau mau
bekerja, dan kemudian memperoleh uang, lalu membelinya........!
Mungkin engkau yang sangat malas, hanya mau memperoleh
yang mudah saja........!”
Sin Han menggelengkan kepalanya dan dia telah berduka
bukan main, karena hatinya sedih mendengar perkataan imam itu
seperti memojokkannya dan menuduh dia sebagai pemalas!

Tat Mo Cauwsu 140


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukan totiang........ bukan begitu! Aku telah berusaha untuk


bekerja, tetapi tidak ada orang yang hendak memakai tenagaku!”
kata Sin Han.
“Hemm, kembali kau berdusta! Dasar kunyuk kecil yang
pandai berbohong! Memang pengemis-pengemis cilik seperti kau
inilah yang pandai sekali berdusta!”
Dan setelah berkata begitu, si imam telah berkata lagi sambil
menunjuk ke dalam jambangannya, “Aku yang bersedia
menerimamu sebagai pembantuku! Bersediakah engkau? Tetapi
pekerjaanmu harus menggotong tempayan ini........!!”
“Menggotong tempayan itu?” tanya Sin Han terkejut.
“Aku........ aku........ mana kuat?”
Imam itu telah tertawa dingin.
“Memang aku telah menduga sebelumnya!” kata imam itu.
“Memang engkau seorang anak yang malas........!!”
Dan imam itu telah mengayunkan langkah kakinya lagi akan
berlalu.
“Tunggu dulu totiang........!” kata Sin Han sambil
menghampirinya.
“Mau apa lagi kau? Meminta uang atau makanan dariku?”
tanya si imam dengan suara mengejek.
“Bukan begitu, totiang, aku ingin sekali bekerja, jika totiang
memiliki pekerjaan yang bisa kukerjakan, aku tentu mau
bekerja........ mengerjakan apa saja........ asalkan yang cocok
dengan tenagaku ini........!”
Si imam telah tertawa dingin.

Tat Mo Cauwsu 141


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Pintar bicara kau!” kata imam itu mengejek. “Dengan


perkataan asal sesuai dengan tenagaku, berarti engkau artikan
pekerjaan yang ringan-ringan saja, bukan?
“Dan pekerjaan yang berat-berat engkau katakan tidak sesuai
dengan tenagamu! Hemm, hemm, kunyuk kecil yang pandai
bicara! Pintar sekali lidahmu itu!!”
Muka Sin Han jadi merah, dia mendongkol juga si imam
selalu menyebut dia dengan perkataan 'kunyuk kecil yang pandai
bicara'. Dia berkata dengan suara kurang senang,
“Jika memang totiang keberatan memberikan pekerjaan
kepadaku, umpamanya merawat kuil atau menyapu halaman kuil,
ya sudah........!” dan anak ini telah memutar tubuhnya, dia
bermaksud berlalu.
“Tunggu dulu!” bentak imam itu dengan suara yang nyaring,
“Jangan pergi dulu........!”
Sin Han menahan langkah kakinya, dia telah menoleh kepada
imam itu, tanyanya, “Apakah Totiang bersedia membantu aku
memberikan pekerjaan yang cocok dengan tenagaku?”
“Ya! Tetapi engkau harus berjanji, pekerjaan apa saja harus
kau terima........!”
Alis Sin Han jadi tergerak, mengkerut dalam-dalam. Karena
dia kuatir kalau dia memenuhi permintaan si imam dan
menyanggupi untuk mengerjakan apa saja, itulah berabe sekali.
Karena sekali saja dia menyanggupi dan imam itu kembali
perintahkan dia menggotong tempayan air yang berukuran besar
dan berat itu, bukankah itu merupakan pekerjaan yang mustahil
dilakukannya? Maka Sin Han telah menggelengkan kepalanya.
“Maafkan totiang, aku meminta pekerjaan sebagai tukang
sapu atau pekerjaan merawat pekarangan kuil totiang saja. Untuk

Tat Mo Cauwsu 142


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengangkat barang-barang berat seperti tempayan air itu, aku


tidak sanggup........!”
“Kalau memang begitu, engkau boleh bertahan dengan
laparmu itu juga........!” kata si imam. Dan dia telah membalikkan
tubuhnya pula untuk berlalu.
“Imam jahat........!” menggumam Sin Han dengan suara
perlahan, karena anak ini sangat mendongkol sekali, dia merasa
seperti dipermainkan imam itu.
Walaupun Sin Han menyebutkan perkataan, “Imam jahat!”
itu sangat perlahan sekali, namun pendengaran imam itu ternyata
sangat tajam sekali. Dia tahu-tahu telah memutar tubuhnya
dengan sikap yang marah dan telah bertanya dengan suara yang
mengandung kegusaran,
“Apa kau bilang? Kau mengatakan aku imam jahat?”
Sin Han jadi gelagapan, dia tidak menyahuti, hanya
menundukkan kepalanya.
“Cepat jawab! Apa maksudmu menuduh aku sebagai imam
jahat!” bentak si imam. “Apakah kau ingin dihajar mampus
dengan tempayan air ini, heh?”
Diancam begitu, tentu saja Sin Han jadi ketakutan bukan
main. Dia jadi mengeluarkan keringat dingin, dan tahu-tahu dia
telah memutar tubuhnya, dia bermaksud melarikan diri.
Tetapi imam itu telah tertawa dingin, tahu-tahu dia
mengibaskan tangan kirinya, menggerakkan lengan jubahnya
yang kebesaran itu. Dari lengan jubahnya itu menyambar angin
yang keras sekali menghantam punggung Sin Han, sehingga anak
itu jadi kesakitan.

Tat Mo Cauwsu 143


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sampai dia mengeluarkan seruan kesakitan bercampur kaget.


Untuk kagetnya lagi, tubuhnya juga telah terjerunuk dan
terjerambab jatuh mencium bumi!
Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi mendongkol
sekali, di hatinya dia telah mengatakan bahwa imam ini memang
benar-benar jahat, karena bermaksud mempersakiti dirinya.
Sambil merangkak bangun dan menyusut hidungnya yang telah
mengeluarkan darah, Sin Han telah berkata dengan mendongkol,
“Totiang, aku seorang anak kecil yang tidak berdaya! Jika
totiang tidak bermaksud memberikan pekerjaan dan menolong
aku, mengapa totiang harus mempersakiti aku........?”
Ditegur begitu, si imam tampaknya jadi tambah gusar. Dia
telah menggerakkan tangan kirinya lagi. Dan sekali ini Sin Han
telah terdorong kembali oleh serangkum angin yang kuat bukan
main, sehingga dia menderita kesakitan.
Apa lagi sekarang yang terkena gempuran itu dadanya,
sehingga anak itu jadi kejengkang dan kepalanya membentur
tanah menimbulkan sakit yang bukan main. Sampai pandangan
matanya jadi gelap.
“Anak kurang ajar! Kunyuk kecil yang tidak tahu diri!
Sungguh lancang dan kurang ajar sekali mulutmu itu!” dan
setelah berkata begitu, si imam telah menggerakkan tangannya
lagi.
Sin Han takut bukan main, dia pikir imam itu ingin
memukulnya lagi. Tetapi anehnya imam itu bukannya memukul
Sin Han bahkan telah memegang tempayan air yang tadi dibawa
di atas kepalanya, dilontarkan ke tengah udara, sehingga
tempayan air yang berat itu terlemparkan dengan mudah, seperti
juga imam itu sama sekali tidak mempergunakan tenaganya.

Tat Mo Cauwsu 144


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Disaat itulah, dengan cepat sekali tampak si imam telah


melompat dengan gesit, tangannya diulur, dia telah menjambak
punggung Sin Han.
“Mandilah kau disitu!” katanya dengan suara yang keras.
Dan tubuh Sin Han telah dilontarkan juga, sehingga tubuh
anak itu telah terlempar dan masuk ke dalam tempayan air itu!
Waktu tempayan itu meluncur turun dengan air yang bercipratan
keluar, imam itu telah menyanggah kembali tempayan air itu
dengan mempergunakan kepalanya!
Itulah suatu cara yang sangat luar biasa sekali,
memperlihatkan imam itu memiliki kepandaian yang sangat
tinggi. Sin Han yang tercebur ke dalam tempayan air itu tidak
bisa melakukan apa-apa, diapun takut bergerak, karena tempayan
itu berada di kepala si imam.
Anak ini kuatir kalau dia melakukan gerakan-gerakan yang
cukup kuat, nanti tempayan itu rubuh dan diapun ikut jatuh
terbanting……. maka dia hanya berdiam diri di dalam rendaman
air tempayan itu.
Hanya kepalanya saja yang muncul keluar dengan sepasang
tangan memegangi tepian tempayan itu.......... Imam itu telah
berjalan lagi seperti tidak pernah terjadi suatu apapun juga,
dengan membawa tempayan air yang telah tambah isinya seorang
anak.........
Setelah berjalan sekian lama, imam itu telah tiba di muka
sebuah kuil. Disaat itu hati Sin Han berdebar-debar keras sekali,
dia tidak tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan imam itu
kepada dirinya. Tetapi diperlakukan begitu oleh si imam, dengan
sendirinya Sin Han jadi membenci imam tersebut.

Tat Mo Cauwsu 145


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu imam itu mendorong pintu gerbang dia disambut


seorang imam kecil, yang telah langsung memberi hormat
kepadanya dengan membungkukkan tubuh,
“Suhu telah pulang?”
“Hem!” imam itu hanya menyahuti begitu saja, dia telah
melangkah masuk terus ke dalam kuil.
Setibanya di pekarangan kuil, dia melontarkan tempayan air
itu, sehingga Sin Han menjerit kecil, karena dia yakin tempayan
air itu akan terbanting berikut dirinya.
Tetapi anehnya, tempayan air yang berukuran besar itu
seperti dikendalikan oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
Memang benar tempayan air itu jatuh di atas tanah, di pinggir
kelompok pohon bunga, tetapi tempayan itu tidak terbanting
keras, juga tidak menimbulkan goncangan sedikitpun juga.
Sin Han cepat-cepat merangkak untuk keluar dari tempayan
air tersebut. Tetapi imam itu telah mendelikkan matanya, dia
telah berkata,
“Sekali saja kau melangkah keluar, aku akan
menghukummu!”
“Tetapi totiang........” mendongkol sekali Sin Han dibuat
imam itu.
“Apa yang tetapi, tetapi?” bentak imam itu dengan suara
yang bengis. “Hemm......... lihatlah, sekali saja kau keluar, aku
akan menghajarmu dengan hukuman yang sangat berat!”
Tetapi dalam mendongkolnya, Sin Han jadi tidak takut lagi,
dia jadi nekad. Dengan cepat anak itu telah melangkah turun dari
dalam tempayan air itu.

Tat Mo Cauwsu 146


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si imam jadi berobah mukanya, dia telah melompat dan


mengulurkan tangannya. Dijambaknya baju Sin Han, kemudian
anak itu dimasukkan kembali ke dalam tempayan air itu.
Namun Sin Han telah muncul pula dari permukaan air
tempayan dan bermaksud untuk melangkah keluar dari tempayan
air itu pula. Imam itu telah menekan punggungnya, sehingga anak
itu tenggelam di dalam air kembali.
Sin Han meronta-ronta, sampai dia meneguk air cukup
banyak, dan sulit bernapas. Tetapi imam itu tidak juga mau
melepaskan tekanan tangannya itu. Setelah Sin Han lemas dan
hampir jatuh pingsan, barulah imam itu melepaskan tekanannya.
Sin Han cepat-cepat muncul dari permukaan air, dia telah
mengambil napas dalam-dalam, mukanya pucat pias dengan
tubuh basah kuyup.
“Totiang........ kau........ kau jahat sekali!” memaki Sin Han
nekad. “Jika memang engkau hendak membunuhku, bunuhlah!
Janganlah engkau menyiksa aku demikian rupa!”
“Hemm, membinasakan dirimu? Apakah kau kira pantas
tanganku dikotori oleh darah pendusta seperti kau?” bentak si
imam.
“Tetapi........ tetapi totiang hanya berani kepada seorang anak
kecil seperti aku........ Coba jika aku memiliki kepandaian, tentu
aku akan melawan perlakuanmu ini! Aku seorang anak kecil
tidak berdaya, apakah totiang tidak malu menghina aku?”
Muka si imam jadi berobah merah padam, tampaknya dia
mendongkol sekali. “Bagus! Rupanya engkau benar-benar pandai
bersilat lidah!” katanya. “Engkau tidak puas dan menganggap
bahwa aku telah menghina dirimu!

Tat Mo Cauwsu 147


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Baik! Baik! Aku akan perintahkan muridku yang sebaya


usianya dengan engkau........ Aku ingin melihat, apa yang bisa
kau lakukan terhadap anak yang sebaya usianya dengan engkau,
untuk mencegah kau mengatakan aku si tua menghina si kecil!”
Dan setelah berkata dengan nada suara mendongkol seperti
itu, imam itu telah melambaikan tangannya memanggil imam
kecil itu, dia telah berkata,
“Kemari kau!”
Imam kecil itu, yang mungkin berusia delapan tahun dan
tinggi tubuhnya sama seperti Sin Han, telah menghampiri sambil
memberi hormat. Diapun telah bertanya,
“Ada perintah apakah suhu?”
“Kau lawan anak itu, kau hajar dia!” perintah imam itu.
Imam kecil itu tertegun.
“Suhu........?” tanyanya tidak mengerti.
“Aku perintahkan kau melawan anak itu kau hajar dia sampai
puas........ Dia beranggapan bahwa dirinya pandai sekali, dan jika
berkelahi dengan anak seusia dengan dia tentu akan memperoleh
kemenangan........!”
Mendengar sampai disitu, imam kecil itu baru mengerti, dia
segera menyahutinya,
“Baiklah suhu........!” dan imam kecil itu telah menghadapi
Sin Han yang masih berada di dalam tempayan,
“Engko kecil, mari kita main-main........!”
Sin Han telah lemah sekali, diapun tadi telah disiksa si imam
ditenggelamkan di dalam air tempayan itu, dengan sendirinya dia
kehabisan tenaga. Dan kini dia ditantang begitu, diapun jadi
kuatir sekali, karena memang Sin Han tidak bisa berkelahi.

Tat Mo Cauwsu 148


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi melihat sinar mata si imam yang tengah mengawasi


dia dengan mendelik, Sin Han jadi nekad. Tidak mau dia
memperlihatkan kelemahannya dihadapan imam yang
dianggapnya jahat ini, dia telah melangkah keluar dari tempayan
air itu, kemudian menghadapi imam kecil itu.
“Baiklah........ tetapi aku tidak bisa berkelahi!” kata Sin Han.
“Bagaimana cara berkelahinya........”
“Terserah padamu, engko kecil!” menyahuti imam kecil itu
tertawa. “Kau boleh menyerangku dulu, karena bukankah engkau
ini seorang tamu........?”
Sin Han bingung sekali, belum lagi dia tahu apa yang harus
dilakukannya, imam itu telah membentak muridnya.
“Kiang-jie hajar dia! Berilah pelajaran, agar lain waktu dia
tidak besar kepala dan lenyap sifat pendustanya itu........!”
Imam kecil itu tampaknya takut gurunya nanti menggusari
dia, segera dia mengiyakannya, dan melangkah maju satu tindak
mendekati Sin Han. Dan sambil mengayunkan tangannya itu, dia
telah menggerakkan kepalan tangan kanannya.
Gerakan itu sangat cepat sekali. Dan belum lagi Sin Han
berhasil melihat datangnya kepalan si imam kecil, tiba-tiba dia
telah merasakan sakit pada hidungnya. Karena hidungnya itu
telah terkena hajaran yang dilakukan oleh kepalan tangan imam
kecil tersebut.
Tubuh Sin Han terhuyung lalu jatuh duduk di atas tanah
dengan hidung bercucuran darah segar. Pandangan matanya jadi
gelap dan berkunang-kunang.
Disaat itu si imam tua telah berkata dengan suara yang keras,
“Hemm, hemm, semangat tempe! Mana itu kepandaianmu?”

Tat Mo Cauwsu 149


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan ejekan itu membuat telinga Sin Han jadi merah. Dengan
menahan sakit, dia telah bangkit berdiri. Walaupun bagaimana
Sin Han sangat mendongkol dan benci sekali kepada imam itu.
Imam kecil itu menanti Sin Han berdiri, lalu dengan cepat
sekali tangan kanannya telah bergerak lagi.
“Bukk! Bukk!” pundak dan dada Sin Han telah kena
dihajarnya dengan telak sekali.
Sin Han menderita kesakitan yang luar biasa. Tetapi dia tidak
mau mengeluarkan jeritan, hanya sekuat tenaga, tahu-tahu dia
menubruk dan memeluk tangan imam kecil itu, lalu Sin Han
menundukkan kepalanya dan telah memegangi tangan imam kecil
itu.
Imam kecil itu jadi kaget, dia menarik pulang tangannya,
tetapi tidak bisa.
“Hajar dia, Kiang-jie!” perintah imam tua itu dengan suara
keras. “Mengapa seperti anak perempuan yang main pegang-
pegangan begitu?”
Dibentak begitu, si murid tampaknya jadi takut. Dia telah
cepat-cepat mengerahkan tenaganya, sambil menarik tangannya,
dia menggaet kaki Sin Han, sehingga Sin Han terjengkang
dengan kedua tangan terbuka, dengan sendirinya imam kecil itu
bisa menarik pulang kembali tangannya.
Sin Han merangkak bangun lagi dengan mendongkol, anak
ini jadi tambah nekad. Dia telah menubruk dan akan memukul
imam kecil itu, Kiang-jie, dengan mempergunakan kedua kepalan
tangannya. Tetapi pukulan Sin Han mana memiliki tenaga seperti
yang dilakukan Kiang-jie?
Kiang jie merupakan murid imam itu. Dengan sendirinya dia
mengerti ilmu silat dan sudah biasa melatih diri, maka setiap

Tat Mo Cauwsu 150


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

pukulannya mengandung kekuatan yang lumayan disamping


taktik-taktik dari jurus-jurus pertempuran yang memang telah
dikuasainya.
Maka belum lagi kedua tangan Sin Han tiba, disaat itulah
Kiang-jie telah menyambuti tangan kanan Sin Han dengan
kibasan tangan kiri. Lalu tangan kanan Kiang-jie menerobos
nyelonong ke muka Sin Han lagi.
Kembali Sin Han harus terjungkel dan menderita kesakitan.
Pipinya yang terpukul juga telah agak kebiru-biruan
membengkak. Tetapi Sin Han jadi semakin nekad.
“Sejak ayah menemui ajal di tangan musuh-musuhnya, aku
selain menderita dihina orang! Biarlah! Hari ini biarpun harus
mati, aku harus melawan imam kecil ini, untuk membuktikan
bahwa aku tidak mudah dihina!
“Walaupun harus mati, aku harus memberikan perlawanan
sekuat tenagaku........ Jika aku sampai mati, itupun bagus, aku
bisa berkumpul kembali dengan ayah, sehingga untuk selanjutnya
tidak ada orang yang bisa menghina aku pula! Lagi pula, hidup
dengan selalu dihina orang, apakah gunanya?”
Karena berpikir begitu, maka Sin Han jadi nekad sekali.
Waktu dia merangkak bangun, tanpa menanti dia bisa berdiri
tetap, dan sebelum Kiang-jie sempat melancarkan serangannya
lagi, Sin Han telah menubruk dan memeluk kedua kaki Kiang-jie.
Kemudian ditariknya dengan kuat sekali, sehingga tubuh
Kiang-jie terjungkel bergumul bersama-sama dengan Sin Han di
atas tanah.
Kiang-jie mengeluarkan seruan tertahan, dia jadi
mendongkol atas perbuatan Sin Han yang dianggapnya licik.
Dengan cepat kedua tangannya menghantam kepala Sin Han.

Tat Mo Cauwsu 151


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukk! Bukk!” kepala Sin Han terpukul keras, tetapi dia


tidak menjerit. Dia hanya merangkul kedua kaki Kiang-jie
semakin kuat.
Lalu dengan nekad dia menundukkan kepalanya. Tahu-tahu
giginya telah terbenam di kaki Kiang-jie yang digigitnya dengan
kuat sekali.
Kiang-jie menjerit kesakitan. Dia jadi kelabakan dan
berusaha mendorong bahu Sin Han, agar anak itu melepaskan
kakinya.
Tetapi bukannya melepaskan rangkulannya itu, Sin Han
justru telah memeluk semakin kuat saja. Dia juga menggigit terus
dengan gigi digerak-gerakkan, sehingga menimbulkan perasaan
sakit bukan alang kepalang buat Kiang-jie, sehingga imam kecil
ini telah menjerit-jerit sambil menangis.
“Aduhh! Aduhh, Suhu, tolong suhu........ dia main curang!”
teriak Kiang-jie dengan suara sesambatan menahan sakit. Kedua
tangannya masih berada di punggung Sin Han, berusaha
mendorong sekuat tenaganya.
Imam yang menjadi guru Kiang-jie jadi berobah merah
padam. Dia mendongkol dan gusar sekali, dia telah melompat
maju dan menjambak punggung Sin Han, yang ditariknya dengan
kuat untuk dilemparkan.
Tetapi untuk kagetnya imam itu, waktu dia mengangkat naik
tubuh Sin Han, tubuh Kiang-jie juga ikut terangkat, karena Sin
Han mati-matian merangkul terus kedua kaki Kiang-jie, yang
terus juga digigitnya semakin keras.
Keruan saja Kiang-jie jadi meraung-raung kesakitan dan
menangis, karena imam kecil itu merasakan dagingnya seperti
copot tergigit Sin Han. Cepat-cepat guru Kiang-jie menghantam
pundak Sin Han, sehingga anak itu merasakan tulang pundaknya

Tat Mo Cauwsu 152


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

seperti akan patah. Dia kesakitan bukan main, dan mengeluarkan


suara jeritan.
Karena menjerit maka gigitannya di kaki Kiang-jie jadi
terlepas. Dan Kiang-jie sambil teraduh-aduh telah mengusap-usap
kakinya yang bekas tergigit itu, dia marah dan kesakitan sekali.
Imam yang menjadi guru Kiang-jie telah melontarkan tubuh
Sin Han, sehingga Sin Han terguling di atas tanah beberapa
tombak jauhnya. Dan bantingan itu menyebabkan Sin Han juga
jadi kesakitan bukan main.
Sehingga imam itu telah menyalahi janjinya sendiri. Dia
telah mengadu kedua anak itu, yang katanya ingin dilihat apakah
Sin Han sanggup merubuhkan muridnya!
Tetapi kenyataannya Sin Han telah mempergunakan cara
menggigit, sehingga murid imam itu terhitung kalah. Sebab dia
telah menangis dan teraduh-aduh tidak berdaya untuk melepaskan
diri dari gigitan Sin Han. Sin Han jadi gusar dan bertambah
nekad.
“Imam jahat! Imam tidak tahu malu! Engkau bilang ingin
membiarkan kami berkelahi, tetapi mengapa engkau imam tua
bangka yang ikut campur tangan?” Dan sambil membentak
begitu, Sin Han telah merangkak bangun untuk berdiri.
Muka imam itu jadi merah padam, dengan gusar dia telah
membentak, “Kunyuk kecil yang licik, engkau telah berkelahi
dengan cara yang curang!”
“Curang? Hemm, kalian yang curang! Muridmu itu telah
berlatih diri mempelajari ilmu silat, sedangkan aku tidak!
“Dengan mengandalkan semua itu, karena yakin muridmu
dapat menyiksa aku, maka engkau berani memajukan muridmu
itu untuk bertanding dengan aku! Kenyataannya?

Tat Mo Cauwsu 153


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, hemm, muridmu walaupun memiliki kepandaian


silat, ternyata gentong kosong tidak punya guna! Bukankah
dalam suatu pertempuran kita bebas mempergunakan cara apa
saja, asalkan bisa merubuhkan lawan........?”
Disanggapi begitu, Si imam jadi mendongkol sekali.
“Kiang-jie!” panggilnya kepada muridnya dengan suara
membentak keras. “Kau lawan lagi dia, kau harus memberikan
ganjaran padanya! Jika engkau sampai dirubuhkan lagi oleh dia,
hemm, hemm, aku akan menghukum berat padamu!”
Mendengar ancaman gurunya itu, tentu saja Kiang-jie jadi
sangat ketakutan, dia sampai mengeluh perlahan. Dan kemudian
telah melangkah menghampiri Sin Han dengan muka merah
padam.
“Engkau tidak boleh main gigitan lagi........ Kau boleh
memukul aku semaunya, tetapi tidak boleh curang main gigit
seperti anak perempuan........!” kata Kiang-jie.
Dia telah berpesan begitu, karena dia kuatir nanti Sin Han
main gigit pula. Karena jika sampai dia digigit pula, tentu dia
akan mengalami penderitaan yang tidak ringan dan kesakitan
yang tidak tanggung-tanggung.
Sin Han telah mentertawai untuk mengejeknya,
“Dalam perkelahian, kita bebas mempergunakan cara apa
saja……..” kata Sin Han kemudian. “Mengapa engkau harus
takut kepada gigitan? Bukankah engkau juga memiliki tangan
yang bebas memukul? Dan lagi pula engkaupun memiliki gigi?
Engkau boleh main gigit pula.”
Disahuti begitu oleh Sin Han, muka Kiang-jie jadi berobah
merah. Selama dia berguru kepada gurunya, dia telah digembleng

Tat Mo Cauwsu 154


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

keras mempelajari ilmu silat, mana mungkin dalam suatu


perkelahian dia main gigit seperti Sin Han?
Bukankah hal itu akan membuat nama gurunya jatuh? Lagi
pula, main gigit seperti Sin Han itu, merupakan perbuatan yang
dianggapnya pengecut. Namun Kiang-jie takut dan berkuatir
kalau-kalau nanti Sin Han akan main gigit lagi, karena dikakinya
masih ada tapak bekas gigi Sin Han, yang terbenam dalam sekali
di daging kakinya.
Melihat muridnya ragu-ragu, imam itu telah membentak,
“Kiang-jie, apakah engkau ingin kuhajar? Cepat pukul anak
itu! Awas, jika engkau kalah lagi atau menangis, aku akan
menghukum berat padamu!”
Itulah ancaman kedua kalinya dari sang guru, jika sampai dia
masih ragu-ragu, tentu gurunya akan segera menghukumnya.
Maka, karena takut gurunya itu marah, Kiang-jie telah
memaksakan diri maju menghampiri Sin Han, tetapi matanya
telah menatap terus kepada mulut Sin Han, kepada gigi dari anak
itu yang tampak samar-samar dari sela bibirnya.
Hati Kiang jie jadi tergoncang. Dia telah mengayunkan
tangannya, tetapi matanya terus menatap ke mulut Sin Han.
Melihat imam kecil itu mulai memukulnya lagi, Sin Han
menggeser dirinya ke samping kanan, dia telah mengelakkan
serangan itu.
Tetapi Kiang-jie telah mempelajari ilmu silat di bawah
didikan seorang guru seperti si imam yang tampaknya memiliki
kepandaian sangat tinggi. Maka begitu Sin Han mengelakkan diri
ke kanan, dengan cepat sekali Kiang-jie telah menggerakkan lagi
tangan kirinya berusaha menjambak Sin Han, sedangkan tangan
kanannya telah nyelonong menghantam dada Sin Han.

Tat Mo Cauwsu 155


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukk!” tubuh Sin Han telah terjungkel rubuh terguling di


atas tanah, sehingga Sin Han mengeluarkan suara seruan tertahan
dengan menahan perasaan sakit di dadanya.
Kiang-jie berdiri diam saja di tempatnya. Dia tidak mengejar
untuk menyerang lagi, karena dia kuatir kalau-kalau nanti
kakinya itu ditubruk dan dipeluk lagi oleh Sin Han. Jika sampai
terjadi begitu, berabelah dia, karena kakinya tentu akan
merasakan pula gigi-gigi dari Sin Han..........
Melihat sikap muridnya itu, si imam jadi mendongkol bukan
main.
“Kiang-jie........mengapa kau diam saja?” bentaknya dengan
suara bengis.
Kiang-jie terkejut, cepat-cepat dia menyahuti, “Aku akan
segera menyerang lagi, suhu!”
Dan benar-benar Kiang-jie telah maju, tetapi sekarang dia
berlaku hati-hati sekali. Waktu dia berada di dekat Sin Han yang
masih rebah di tanah, ketika Sin Han mengulurkan tangannya
ingin merangkul kedua kaki Kiang-jie, maka imam kecil itu telah
melompat mengelakkan rangkulan itu.
Bahkan waktu tubuhnya meluncur turun, kaki Kiang-jie telah
menjejak punggung Sin Han, sehingga Sin Han menjerit
kesakitan.
Belum lagi Sin Han tahu apa yang terjadi, kaki kanan Kiang-
jie telah menyambar menendang mukanya lagi. Gerakannya itu
sangat cepat, sehingga Sin Han tidak bisa mengelakkannya.
Seketika itu juga pandangan mata Sin Han jadi gelap dan dia
sampai bergulingan di atas tanah beberapa kali........
Kemudian Kiang-jie menggerakkan tangan kanannya. Dia
telah menjambak rambut Sin Han. Kepala anak itu diangkatnya,

Tat Mo Cauwsu 156


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sehingga muka Sin Han menengadah ke atas, dan membarengi itu


tangan kirinya menghajari muka Sin Han beberapa kali.
Walaupun menderita kesakitan, Sin Han tidak mengeluarkan
suara jeritan. Dia hanya mengulurkan kedua tangannya berusaha
untuk mencekal tangan Kiang-jie.
Tetapi kali ini Kiang-jie berlaku waspada sekali. Dia tidak
memberikan kesempatan kepada Sin Han memegang bagian
tubuhnya, maka dengan demikian Sin Han gagal beberapa kali
untuk mencekal tangan Kiang-jie.
Bahkan Kiang-jie terus menerus beruntun telah menghantami
muka Sin Han, sampai muka anak itu babak belur.
Apa lagi Kiang-jie juga teringat betapa tadi Sin Han telah
menggigit kakinya, menimbulkan perasaan sakit yang bukan
main, sampai dia menangis, dan juga malu kepada gurunya. Maka
Kiang-jie semakin bernafsu sekali melancarkan pemukulan
kepada Sin Han.
Sin Han yang sangat kesakitan, merasakan pandangan
matanya gelap, hampir saja dia jatuh pingsan.
Dalam keadaan tertekan seperti itu, Sin Han jadi kalap dan
nekad. Dia telah meronta sekuat tenaganya untuk menubruk
kepada Kiang-jie, tanpa memperdulikan lagi perasaan sakit
rambutnya yang dijambak Kiang-jie, dia juga telah mengulurkan
kedua tangannya.
Usaha Sin Han berhasil, karena dia telah dapat merangkul
pinggang Kiang-jie! Hal ini tentu saja mengejutkan Kiang-jie, dia
sampai berjingkrak mengeluarkan seruan kaget dan ketakutan.
Tetapi Sin Han seperti seseorang yang tenggelam di sungai,
maka sekarang mendapatkan pinggang orang yang telah bisa
dirangkulnya. Dia seperti mendapat kayu penolong.

Tat Mo Cauwsu 157


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia merangkulnya kuat-kuat dan tidak mau melepaskannya


kembali. Walaupun Kiang-jie telah menjambak keras rambutnya
dan menarik kepala Sin Han kuat-kuat agar Sin Han tidak bisa
mendekati mulutnya ke perut Kiang-jie.
Tetapi Sin Han benar-benar nekad, tanpa memperdulikan
perasaan sakit di kepalanya, karena rambutnya tertarik keras. Sin
Han memajukan kepalanya, dan “Cepp!” Mulutnya telah berada
diperut Kiang-jie, seketika itu juga gigi-giginya terbenam di
daging perut Kiang-jie!
Melengkinglah suara jeritan Kiang-jie. Dia menjerit-jerit
sambil berjingkrakan, dan juga telah mengucurkan air mata
kesakitan. Karena perut adalah bagian yang sensitif, sekarang
digigit kuat-kuat oleh Sin Han begitu rupa.
Dengan sendirinya telah membuat Kiang-jie kesakitan luar
biasa. Kedua tangannya juga telah berkelejatan tidak bisa
memegang tubuh Sin Han lagi.
“Ampun........ ampun, jangan menggigit terus! Aku kalah!
Aku kalah!” teriak Kiang-jie melupakan malu dan takut pada
gurunya. Dia telah menyerah, dengan harapan Sin Han akan
melepaskan gigitannya itu.
Tetapi Sin Han tetap menggigit terus.
“Suhu........ ohh suhu, tolongi aku suhu........ dia........ dia
main gigitan lagi........!” teriak Kiang-jie kelabakan.
Imam itu jadi mengerutkan sepasang alisnya, karena dia
mendongkol bukan main. Dia telah menghampiri dan dengan
bengis dia telah menarik tubuh Sin Han.
Tetapi Sin Han tetap merangkul keras pinggang Kiang-jie.
Dia juga menggigit sekuat tenaganya tidak mau melepaskan
gigitan di perut Kiang-jie.

Tat Mo Cauwsu 158


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Biarlah aku dihajar mati oleh imam jahat ini, tidak nantinya
aku melepaskan gigitanku ini........!” pikir Sin Han dengan hati
yang nekad.
Tentu saja yang menderita kesakitan hebat adalah Kiang-jie.
Karena dia merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, yang
digigit oleh Sin Han semakin lama semakin keras sekali.
Disaat itu tampak Sin Han telah berkeringat, tetapi dia tetap
menggigit terus. Si imam yang menarik tubuh muridnya juga
tidak berdaya, karena begitu dia menarik, segera Kiang-jie
menjerit dengan tubuh berkelejatan. Sebab begitu tubuh Sin Han
ketarik, berarti gigitannya tertarik, dan perut Kiang-jie yang
tergigit itu ikut tertarik juga.
Dengan sendirinya menimbulkan perasaan sakit yang tak
terhingga........ membuat Kiang-jie jadi mengucurkan air mata
terus menerus.
“Oh suhu, tolonglah aku........ aduhh, suhu, tolonglah
cepat........ gigitannya semakin keras........!” teriak Kiang-jie
dengan suara sesambatan.
Imam itu jadi bingung juga. Memang bisa saja dia
menghantam pecah batok kepala Sin Han, membinasakan anak
itu, dengan demikian dia bisa menolongi muridnya. Tetapi,
apakah hanya persoalan kecil seperti itu dia harus membinasakan
Sin Han?
Akhirnya imam itu telah menghela napas dia menyerah juga.
“Baiklah, sudahilah gigitan gigimu itu, aku menyerah kalah,
muridku itu memang tolol........!” kata imam tersebut kemudian
dengan suara yang tidak sebengis tadi.

Tat Mo Cauwsu 159


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Sin Han tetap menggigit, dia menggeleng-gelengkan


kepalanya. Mungkin maksudnya dia ingin menyatakan bahwa dia
tidak mau melepaskan gigitannya itu.
Keruan saja Kiang-jie jadi semakin menjerit-jerit. Karena
begitu Sin Han menggelengkan kepalanya, berarti gigitannya di
perut Kiang-jie juga jadi bergerak-gerak, sehingga menimbulkan
perasaan sakit sampai terasa tulang-tulang tubuhnya pada ngilu.
“Kalau engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu, terpaksa
aku akan menghajar hancur batok kepalamu!” kata imam itu
dengar suara yang bengis sekali.
Tetapi Sin Han tidak memperdulikannya.
“Walaupun engkau menghantam pecah batok kepalaku, aku
tidak akan menuruti lagi kata-katamu, imam busuk!!” pikir Sin
Han di dalam hatinya.
Bahkan Sin Han telah merangkul pinggang Kiang-jie
semakin kuat. Dia takut kalau-kalau si imam nanti menariknya
terlepas dari Kiang-jie.
Kiang-jie masih menjerit-jerit kesakitan, dia kelabakan
sekali, sehingga membingungkan juga imam itu. Dia berpikir
keras untuk memisahkan muridnya dari Sin Han.
“Baiklah!” kata imam itu jengkel sekali, dengan hati yang
gusar. “Karena engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu,
biarlah aku akan menghajar hancur batok kepalamu........!”
Dan setelah berkata begitu, imam itu menggerakkan telapak
tangannya, dia bermaksud akan menghantam dengan tenaga yang
diperhitungkan, yaitu dengan pukulan yang akan membuat Sin
Han pingsan saja, tidak sampai menghancurkan kepala anak itu.
Tetapi Sin Han benar-benar nekad. Walaupun dia telah
melihat imam itu mengayunkan tangannya untuk menghantam

Tat Mo Cauwsu 160


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepalanya, tetap saja Sin Han tidak mau melepaskan gigitannya


pada perut Kiang-jie, yang telah menangis menggerung-gerung
kesakitan.
Telapak tangan imam itu telah meluncur dengan cepat sekali
menyambar ke arah batok kepala Sin Han, dan hanya terpisah
beberapa dim lagi.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa geli disertai dengan
perkataan,
“Imam jahat........ jangan menghina anak kecil!”
Berbareng dengan habisnya perkataan itu, dari balik sebatang
pohon telah melompat keluar sesosok tubuh, dengan gerakan
yang ringan, tahu-tahu punggung imam itu telah ditepuknya.
Tetapi imam tersebut juga tidak lemah ilmunya, dia
mendengar mendesirnya angin serangan yang tajam. Keruan saja
dia jadi terkesiap hatinya. Dengan cepat dia membatalkan
serangannya kepada Sin Han, dan kemudian dia memutar
tangannya itu, yang diteruskan untuk menangkis serangan lawan
gelap itu.
“Bukk!” kedua tangan itu telah saling bentur dengan kuat
sekali. Tubuh imam itu tergoncang dan tampak orang yang
melancarkan serangan itupun mengeluarkan suara seruan
tertahan, dan telah melompat mundur sambil tertawa.
“Hebat! Hebat! Memang nama Tung Sie Cinjin tidak
kosong........!”
Imam itu, yang memang benar Tung Sie Cinjin adanya, jadi
marah sekali. Dia melepaskan cengkeramannya pada Sin Han dan
membalikkan tubuhnya mengawasi orang yang baru datang.

Tat Mo Cauwsu 161


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ternyata seorang pengemis berusia di antara enampuluh


tahun, yang pakaiannya compang-camping, tampak berdiri
dihadapannya sambil tersenyum seperti mengejek.
“Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang?” tegur imam itu, “Rupanya
engkau yang usil dengan urusanku!!”
“Oho, bukan usil, tetapi engkau yang telah main curang,
yang mau menghina seorang anak kecil tidak berdaya lewat
tangan muridmu......... Tetapi kau gagal, muridmu itu terlalu
goblok dan tolol, seperti gentong nasi yang setiap hari hanya bisa
gegares saja, maka dari itu, kau sendiri yang akhirnya ingin
menghina anak itu, mencelakainya!
“Kalau urusan ini tersiar keluar di dalam kalangan Bu Lim,
apakah engkau tidak takut akan menjadi bahan tertawaan dari
para orang gagah?”
Ditegur begitu oleh si pengemis, muka Tung Sie Cinjin jadi
berobah merah padam. Dia gusar bercampur malu sekali,
sehingga tubuhnya telah gemetaran menahan perasaan marahnya.
“Baik! Baik Sin-kun-bu-tek, aku memang telah lama
mendengar namamu yang sangat terkenal! Dan juga kita telah
dua kali bertemu.
“Tetapi sayangnya justru kita tidak memiliki kesempatan
untuk mengukur kepandaian! Kali ini memang benar-benar
merupakan kesempatan yang baik sekali, untuk melihat siapa
yang lebih tinggi kepandaiannya di antara kita berdua........!”
Tetapi baru saja Tung Sie Cinjin berkata sampai disitu,
kembali Kiang-jie telah menjerit-jerit dengan suaranya yang
sangat keras,

Tat Mo Cauwsu 162


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aduhh! Suhu........ tolongi aku dulu........ suhu…….


suhu......... aduhh tolongi aku dulu suhu........ dia menggigit sangat
keras sekali........”
Dan sambil berteriak-teriak menangis, Kiang-jie juga
mengayunkan kedua tangannya memukuli punggung Sin Han.

––––––––

JILID 5

TETAPI Sin Han telah nekad benar. Apa lagi sekarang dia
mendengar tadi Tung Sie Cinjin menyebut-nyebut Sin-kun-bu-
tek, pengemis tua yang diketahui baik padanya, dengan
sendirinya semangat Sin Han jadi terbangun. Dia pun girang si
pengemis yang dicari-carinya itu bisa muncul di tempat ini.
Maka bukannya dia melepaskan gigitannya, dia justru telah
menggigit semakin kuat saja. Disamping itu, tangannya juga telah
merangkul pinggang Kiang-jie dengan keras tanpa
memperdulikan pukulan-pukulan kalap dari Kiang-jie di
punggungnya.
Sin-kun-bu-tek yang melihat kejadian itu telah sengaja
memperdengarkan suara tertawa mengejeknya.

Tat Mo Cauwsu 163


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, lihatlah muridmu yang goblok dan hanya bisa


gegares itu, telah melolong-lolong seperti anjing yang terjepit!
Padahal dia telah kau didik bertahun-tahun ilmu pukulan dan
ilmu silat, mana itu kepandaian bangpaknya? Hemm, menghadapi
seorang anak sebayanya yang tidak mengerti silat saja dia sudah
tidak sanggup!
“Sebagai seorang guru, kau terhitung guru macam apa?
Muridnya begitu goblok, tentu saja gurunya juga tolol sekali.........
Bagaimana kau bisa temberang dan sesumbar ingin mengadu
kepandaian denganku?”
Diejek begitu rupa oleh Sin-kun-bu-tek bukan main
murkanya Tung Sie Cinjin, sehingga dia tidak bisa menahan
kemarahannya itu lagi. Dengan mengeluarkan suara bentakan
yang keras sekali, dia telah menerjang maju. Dan sambil
melompat dia telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk
melancarkan serangan yang sangat hebat pada jurus pembukaan
itu.
Tetapi Sin-kun-bu-tek tidak takut sedikitpun juga. Dengan
tenang dia memperhatikan datangnya kedua kepalan tangan dari
imam itu.
Waktu kepalan tangan kanan imam itu hampir sampai di
mukanya, pengemis tua ini telah berkelit dengan memiringkan
kepalanya. Sedangkan tangan kirinya dipakai untuk menotok
mata imam itu dengan gerakan secepat kilat.
Tentu saja hal ini tidak pernah diduga oleh Tung Sie Cinjin,
sehingga dia mengeluarkan seruan tertahan. Tetapi sebagai
seorang yang pandai dan memiliki kepandaian yang sangat tinggi,
dia tidak menjadi gugup menghadapi keadaan seperti itu.
Cepat sekali dia menarik pulang tangannya, dan kakinya
tahu-tahu telah menendang beruntun dengan mempergunakan

Tat Mo Cauwsu 164


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

ilmu tendangan 'Ban-lian-tui‟ (tendangan selaksa berantai).


Tampak kedua kaki Tung Sie Cinjin telah saling samber tidak
hentinya.
Dan kepalanya juga telah mundur ke belakang sehingga
totokan jari tangan dari Sin-kun-bu-tek jadi bisa diloloskannya
dengan mudah. Apa lagi si pengemis juga harus melompat
mundur akibat desakan tendangan-tendangan berangkai yang
sangat berbahaya itu.
“Haha, inikah kepandaian istimewa?” tegur Sin-kun-bu-tek
dengan suara mengejek. “Nah, sekarang kau lihatlah seranganku
ini, aku ingin memperlihatkan sedikit kebodohan!”
Setelah berkata mengejek begitu, tampak Sin-kun-bu-tek
telah menggerakkan kedua kepalan tangannya, yang digerak-
gerakkan dengan cepat. Sehingga berseliwiran seperti juga ular-
ular naga yang menyambar-nyambar dengan sasaran yang sulit
diterka.
Tung Sie Cinjin jadi kelabakan. Dia berulang kali
mengeluarkan suara seruan-seruan tertahan dan melompat
mundur, karena kedua kepalan tangan Sin-kun-bu-tek itu telah
berobah jadi seperti seratus kepalan tangan yang berseliwiran di
depan mukanya, dan mengancam akan menghantamnya.
Itulah semacam kepandaian yang luar biasa karena Sin-kun-
bu-tek telah berhasil menggerakkan kedua kepalan tangannya
dengan cepat sekali. Sehingga menyebabkan kepalan tangan itu
seperti juga berobah menjadi sangat banyak, menyesatkan sasaran
yang diincernya, menyebabkan lawan juga sulit sekali untuk
mengadakan penjagaan terhadap serangan semacam ini, karena
yang pasti lawan tentu bingung akan sasaran dari serangan itu.
Disaat itu, Sin Han masih terus juga menggigit dengan keras
sambil merangkul semakin ketat, sehingga Kiang-jie terus

Tat Mo Cauwsu 165


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menjerit-jerit kesakitan. Tentu saja jeritan-jeritan Kiang-jie


membuat terpecahnya perhatian Tung Sie Cinjin. Dia sering
dikejutkan oleh jeritan dan teriak kesakitan Kiang-jie.
Apa lagi dalam satu jurus permulaan tadi dia telah bisa
melihat bahwa dia masih kalah seurat dengan kepandaian Sin-
kun-bu-tek. Walaupun pertama-tama di jurus pendahuluan ini
memang mereka tampak berimbang, tetapi jika nanti telah
bertempur cukup lama, tentu akan berakhir dengan kekalahan di
dirinya.
Akibat pecahnya dari pemusatan pikirannya telah membuat
Tung Sie Cinjin tidak bisa bertempur dengan sebaik-baiknya, dan
membuat dia jadi berada di bawah angin, apa lagi tenaga
lwekangnya masih berada di bawah kepandaian Sin-kun-bu-tek.
Tetapi disebabkan malu, maka imam ini jadi bertempur terus
dengan kalap dan nekad.
Lalu tanpa memperdulikan suatu apapun juga, dia telah
mengeluarkan kepandaian simpanannya. Dengan melancarkan
serangan yang beruntun kepada Sin-kun-bu-tek, sehingga
memaksa pengemis itu harus melompat mundur beberapa kali
mengelakkan diri.
Tung Sie Cinjin mempergunakan kesempatan disaat tubuh
Sin-kun-bu-tek tengah melompat mundur, dia telah mencabut
pedangnya yang sejak tadi terselip di punggungnya. Kemudian
dia telah menggerakkan pedangnya itu, untuk menikam dengan
ujung pedang digetarkan.
Sin-kun-bu-tek terkejut juga melihat cara menyerang
lawannya itu. Karena jurus serangan yang dipergunakannya itu
merupakan jurus yang bisa mematikan.
Dengan cepat Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang berlaku lebih
waspada. Dia telah memandang dengan sikap yang sangat hati-

Tat Mo Cauwsu 166


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

hati sekali, mengawasi mata pedang yang tengah menyambar ke


arah dadanya.
Sebagai seorang yang telah digelari “Kepalan Sakti Tanpa
Tandingan” tentu saja Sin-kun-bu-tek memiliki kepandaian yang
telah tinggi sekali pada kedua tangannya. Itulah sebabnya waktu
pedang lawannya menyambar datang, dengan cepat Sin-kun-bu-
tek menggerakkan tangan kanannya ke samping kanan, lalu tahu-
tahu jari tangannya akan menjepit badan pedang itu.
Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat dan berada di
luar dugaan dari Tung Sie Cinjin. Sehingga telah membuat Tung
Sie Cinjin mengeluarkan seruan kaget dan cepat-cepat menarik
pulang pedangnya, agar tidak terjepit oleh jari tangan lawannya.
Tetapi Tung Sie Cinjin jadi mengeluarkan keringat dingin.
Jika tadi pedangnya dapat dijepit, tentu dia akan mengalami
kesulitan yang tidak kecil. Disamping itu juga, dia terkejut untuk
liehaynya tangan Sin-kun-bu-tek.
Sin-kun-bu-tek kembali melancarkan serangan kepada si
imam. Waktu Tung Sie Cinjin melompat mundur, dengan cepat
tubuh si pengemis telah doyong ke muka, dia telah membarengi
dengan gempuran kedua kepalan tangannya.
Gerakannya itu agak aneh, karena biasanya jika orang
melancarkan serangan dengan kepalan tangan, tentu dia
menyerang dengan jurusan dari depan menerjang ke lawan.
Tetapi justru Sin-kun-bu-tek menggerakkan tangannya itu dengan
jurus yang berlawanan, yaitu kepalan tangannya itu menyambar
dari bawah menuju ke atas.
Keruan saja Tung Sie Cinjin jadi heran. Dia tidak bisa
tenggelam begitu saja dalam keheranannya itu, sebab jika dia
berlaku lambat sedikit saja, tentu dadanya, tepat di jalan darah
Mia-liu-hiatnya akan menjadi sasaran yang empuk.

Tat Mo Cauwsu 167


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan cepat pedang di tangan kanannya diputar seperti


titiran, dan tangan kirinya mengibas ke arah Sin-kun-bu-tek.
Titiran pedangnya yang cepat sekali dan memancarkan hawa
dingin, membuat Sin-kun-bu-tek menarik kembali kedua
tangannya. Sebab jika meneruskan serangannya itu, berarti kedua
tangannya itu akan menjadi sasaran pedang dan bisa buntung.
Ketika Sin-kun-bu-tek menarik pulang tangannya, disaat itu
juga dia merasakan samberan angin dari tangan kiri si imam,
sehingga membuat dia jadi sibuk untuk menangkisnya.
Tenaga dalam Sin-kun-bu-tek memang menang seurat
dengan tenaga dalam yang dimiliki Tung Sie Cinjin, maka waktu
dua kekuatan tenaga itu saling bentur tubuh Tung Sie Cinjin jadi
terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang.
Sedangkan Sin-kun-bu-tek tidak terdorong sedikitpun juga
dari tempat berdiri, dia berdiri tegak tanpa bergeming.
Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan suara tertawa mengejek,
dia telah berkata dengan dingin,
“Mana kepandaianmu yang berarti? Semua kepandaian yang
tadi kau keluarkan merupakan jurus-jurus bangpak yang tidak
memiliki arti apa-apa! Jika aku mau, dalam sekejap mata saja,
dengan membalikkan telapak tangan, aku bisa mengirim kau
pergi menemui kakek moyangmu!”
Itulah ejekan yang hebat. Karena si pengemis ingin
mengartikan bahwa dia bisa saja membinasakan imam itu dengan
mudah, dengan mengirim Tung Sie Cinjin ke neraka menemui
kakek moyangnya........!
Kumis dan jenggot Tung Sie Cinjin jadi bergerak-gerak
menahan amarah. Dia sampai lompat berjingkrak dengan disertai
teriakan kalap.

Tat Mo Cauwsu 168


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi waktu dia mau melompat menerjang kepada si


pengemis kembali dia mendengar Kiang-jie telah menjerit-jerit
kesakitan. Sebab perutnya masih belum dilepas dari gigitan Sin
Han.
Mendengar suara jeritan muridnya itu, Tung Sie Cinjin jadi
semakin gusar. Dengan cepat dia membatalkan maksudnya
menerjang Sin-kun-bu-tek, dia telah melompat ke dekat
muridnya, dan pedang di tangan kanannya itu digerakkan akan
menabas ke batang leher Sin Han!
“Ihhh!” Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan seruan kaget.
Karena dia tidak menyangka bahwa Tung Sie Cinjin bisa
melakukan perbuatan keji dan hina seperti itu, ingin
membinasakan seorang anak kecil seperti Sin Han dengan cara
yang demikian rendah.
Untuk melompat mencegah maksud Tung Sie Cinjin, jelas
sudah tidak lagi, karena Sin-kun-bu-tek terpisah di tempat yang
cukup jauh. Maka dari itu, dia telah cepat-cepat menendang
sebutir batu di dekat kakinya dengan mempergunakan ujung kaki,
batu itu telah tertendang menyambar ke arah pedang Tung Sie
Cinjin.
“Tringggg........!” pedang itu telah terbentur oleh batu yang
ditendang Sin-kun-bu-tek dengan keras, sehingga tergetar
mengeluarkan suara mengaung, maka sasaran pedang Tung Sie
Cinjin jadi berobah arah.
“Imam hina-dina..............!” bentak Sin-kun-bu-tek sambil
melompat membarengi dengan tendangan pada batu kerikil itu.
Maka belum lagi Tung Sie Cinjin sempat mengulangi
tabasan pedangnya pada diri Sin Han, disaat itu kepalan tangan
Sin-kun-bu-tek telah menyambar ke punggungnya, memaksa

Tat Mo Cauwsu 169


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tung Sie Cinjin harus mengelakkan diri dengan melompat sejauh


empat tombak dari tempat Sin Han berada.
Justru begitu, tampak Kiang-jie telah menjerit-jerit kesakitan
lagi, dia sudah tidak memperdulikan keadaan gurunya yang
tengah terdesak oleh Sin-kun-bu-tek, Kiang-jie telah berteriak-
teriak,
“Aduhhh........ suhu tolong........ tolong suhu! Sakit
sekali........ setan kecil ini, eh toako, jangan gigit terus, lepaskan,
aku akan menuruti perintahmu........ Tolonglah aku jangan
menyiksa aku demikian rupa........!”
Sambil menangis seperti itu, tampak Kiang-jie telah teraduh-
aduh tidak memukul lagi, karena dia ingin meminta belas kasihan
dari Sin Han.
Tetapi Sin Han tetap menggigit, dan merangkul kuat-kuat.
Dia memang tidak mau melepaskan gigitannya itu karena Sin
Han menyadarinya jika saja dia melepaskan gigitan dan
rangkulannya itu, tentu Kiang-jie akan menghantami lagi muka
dan tubuhnya seperti tadi.
Sin-kun-bu-tek jadi tertawa geli sendirinya melihat keadaan
murid Tung Sie Siangjin. Dia telah berkata dengan suara nyaring,
“Eh kerbau kecil sekarang kau coba bilang........ jika memang
engkau mau menjadi budak dari engko kecil itu, gigitan itu akan
kuperintahkan lepas........!”
“Mau! Mau! Aduhhhh! Sakit! Sakit sekali!” teriak Kiang-jie
dengan bercucuran air mata karena dia menahan perasaan sakit
yang bukan main. “Aku akan menuruti semua perintah dari engko
kecil ini........!”
“Benar janjimu itu?” tanya Sin-kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 170


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Benar........ aku tidak akan ingkar!” kata Kiang-jie dengan


suara sesambatan.
“Baiklah! Sebagai tanda bahwa engkau akan menuruti setiap
perintah dari engko kecil itu, sekarang coba engkau maki si imam
tua keparat itu. Katakan dia dengan makian yang sehebat-
hebatnya. Semakin hebat makianmu semakin baik dan semakin
cepat pula aku perintahkan engko kecil itu untuk melepaskan
gigitannya!!”
Kiang-jie tengah kesakitan bukan main, tetapi mendengar dia
diminta untuk memaki gurunya, dia jadi kaget sendirinya.
Untuk sejenak dia tertegun, tetapi kemudian dia telah
teraduh-aduh kembali.
“Mengapa engkau tidak segera memaki?” tegur Sin-kun-bu-
tek dengan suara mengejek. “Semakin lama engkau tidak
memaki, semakin lama pula engkau tersiksa dan menderita
kesengsaraan seperti itu! Ayo cepat maki imam tua bangka
itu…….!”
Kata-kata Sin-kun-bu-tek itu disertai dengan suara
tertawanya yang nyaring. Dia tidak memperdulikan Tung Sie
Cinjin yang berdiri dengan tubuh gemetar karena menahan
amarahnya yang meluap-luap, si imam merasakan dadanya
seperti mau meledak.
Kiang-jie tidak tahan terus menerus perutnya digigit seperti
itu. Maka dia telah mengeluarkan suara makiannya,
“Imam……. imam busuk........ aku benci padamu tidak bisa
menolongi aku!! Aku benci…….!”
Dada Tung Sie Cinjin seperti mau meledak. Dia sampai
merasakan telinganya merah panas dan kumis maupun
jenggotnya telah berdiri.

Tat Mo Cauwsu 171


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Murid murtad……..” dia memaki dengan suara gemetar.


“Itulah makian yang cukup baik, tetapi tidak begitu hebat!
Ayo maki lagi!” perintah Sin-kun-bu-tek, pengemis tua yang
nakal itu.
“Sin Han, gigit yang lebih keras kalau dia tidak mau memaki
lebih hebat!”
Sin Han mengiyakan, dia menggerakkan giginya, sehingga
Kiang-jie merasakan gigitan di perutnya itu semakin sakit saja.
Dia sampai menjerit teraduh-aduh dengan suara yang melengking
nyaring.
Disaat itu, sebetulnya Kiang-jie tengah ragu-ragu untuk
memaki pula, karena walaupun bagaimana dia menghormati dan
juga merasa takut kepada gurunya itu. Kemudian dia telah
berkata dengan menangis terisak-isak,
“Lebih baik........ lebih baik bunuh saja aku......... jangan
menyiksa aku begini!” Dan waktu dia berkata sampai disitulah,
justru Sin Han tengah menggerak-gerakkan giginya, sehingga
menimbulkan perasaan pedih di perut imam kecil itu, yang
membuat dia menjerit meraung-raung.
Tung Sie Cinjin melihat muridnya tersiksa begitu rupa, sudah
tidak bisa mempertahankan kemarahannya lagi. Dia
mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali, dan telah
menjejakkan kakinya. Tubuhnya telah melompat dengan cepat
sekali menerjang ke arah Sin Han, yang maksudnya akan ditikam
dengan pedangnya.
Tetapi Sin-kun-bu-tek sangat waspada sekali. Melihat
gerakan yang dilakukan Tung Sie Cinjin, dia telah mengeluarkan
suara tertawa mengejek,
“Dasar imam tidak tahu diri........!”

Tat Mo Cauwsu 172


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan tubuh Sin-kun-bu-tek telah bergerak menyusul imam itu.


Bahkan waktu tubuhnya tengah melayang seperti itu, tangan
kanannya telah bergerak dengan cepat sekali menghantam ke
punggung imam itu.
Serangan yang dilancarkan Sin-kun-bu-tek merupakan
serangan yang luar biasa, angin berkesiuran sangat kuat sekali.
Tung Sie Cinjin sendiri merasakan betapa angin itu
menyambar dengan hebat ke punggungnya. Dengan sendirinya
dia jadi terkesiap juga, karena Tung Sie Cinjin menyadarinya
bahwa serangan yang dilancarkan oleh Sin-kun-bu-tek tidak
dapat diremehkan.
Dia telah membatalkan tikamannya kepada Sin Han.
Kemudian memutar tubuhnya mengayunkan pedangnya dengan
cara melingkar, akan menabas perut dari si pengemis tua yang
nakal itu.
Gerakan yang dilakukan oleh Tung Sie Cinjin merupakan
salah satu jurus berbahaya dari ilmu pedangnya, karena dia
melancarkan tabasan tanpa tanggung-tanggung lagi.
Tetapi Sin-kun-bu-tek juga memiliki kegesitan dan
kepandaian yang telah tinggi, sehingga dia bisa menghadapi
tabasan itu dengan baik. Waktu pedang berkelebat ke arah
perutnya secepat kilat si pengemis tua itu telah menyentil badan
pedang dengan mempergunakan jari telunjuknya, sehingga
menimbulkan suara “Tringggg…….!” yang sangat nyaring.
Pedang di tangan Tung Sie Cinjin telah melejit ke samping
terkena sentilan itu, dan hampir terlepas dari cekalan tangan si
imam. Tung Sie Cinjin sendiri telah mengeluarkan suara seruan
kaget berbareng gugup juga karena hampir saja pedangnya
terlepas dari cekalannya dan yang terpenting sekali justru pedang
itu terpental menyambar ke arah mukanya sendiri……!

Tat Mo Cauwsu 173


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Cepat-cepat dia memiringkan kepalanya, sehingga dia bisa


menghindari samberan pedangnya, yang hampir saja terjadi
senjata makan majikan........
Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan suara tertawa mengejek,
“Hemmmm, memang sejak semula aku telah menduga
bahwa Tung Sie Cinjin hanyalah seekor kerbau dungu yang
pintar menghina anak-anak kecil saja........! Ternyata dugaanku
itu tidak meleset........!” Dan setelah berkata begitu, si pengemis
tua tersebut tertawa bergelak-gelak dengan suara yang sangat
nyaring sekali.
Dengan gusar Tung Sie Cinjin menyerang sekaligus dengan
mempergunakan empat jurus yang menyambar saling beruntun,
sehingga pedangnya itu bergerak-gerak dengan gerakan yang
berbahaya sekali. Maka dari itu Sin-kun-bu-tek tidak berani
main-main lagi menghadapi serangan seperti itu.
Dia telah berusaha menghadapinya dengan bersungguh-
sungguh, karena dia merasakan samberan pedang justru
menyambar ke bagian-bagian yang sangat berbahaya ditubuhnya.
Waktu itulah, cepat luar biasa tampak Sin-kun-bu-tek
menggunakan kegesitan tubuhnya untuk berkelit ke kiri dan ke
kanan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, disamping itu
kedua tangannya juga telah berseliwiran menyambar ke arah
Tung Sie Cinjin.
Gerakan tangannya itu sangat dahsyat sekali, sebagai seorang
pendekar gagah perkasa yang telah terkenal dengan julukan Sin-
kun-bu-tek, dengan sendirinya kepalan tangan si pengemis
merupakan kepalan tangan maut. Jika lawannya terkena satu kali
saja serangan kepalan tangan Sin-kun-bu-tek, jika dia tidak
segera tewas, tentu dia akan menderita luka berat di dalam.........
Kembali keduanya terlibat dalam pertarungan yang seru.

Tat Mo Cauwsu 174


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Disaat itu Kiang-jie kembali berteriak-teriak kesakitan.


Teriakan-teriakannya itu telah membuat Tung Sie Cinjin jadi
kelabakan juga.
Walaupun dia tidak ingin memperhatikan suara teriakan-
teriakan dari muridnya itu, tetapi pemusatan pikirannya tetap saja
terpecahkan, sehingga setiap serangan pedangnya selalu
mengalami kegagalan.
Sin-kun-bu-tek juga sering mentertawai dan mengejeknya,
sehingga ketenangan dari Tung Sie Cinjin semakin berkurang.
Harus diketahui kalau seorang jago sedang bertempur, jika
ketenangannya berkurang dengan sendirinya kepandaiannya itu
seperti menurun seberapa bagian!!
Tung Sie Cinjin juga mengetahui pantangan terutama dalam
bertempur itu, yaitu tidak boleh lenyap ketenangan diri. Maka dia
telah berusaha untuk memulihkan kembali ketenangan hatinya,
selalu gagal, karena suara jerit-jerit kesakitan dari Kiang-jie
selalu mengganggu pemusatan pikirannya.
Lebih-lebih disaat itu Kiang-jie juga mulai memaki maki
Tung Sie Cinjin dengan kata-kata yang kotor dan hebat-hebat,
seperti,
“Guru bangsat, guru tidak tahu adat, pantes saja kau digebuk
oleh pengemis itu........ engkau memang harus mampus!
“Engkau imam cabul, imam yang gemar sekali paras cantik,
yang hanya pandai menghina anak kecil, imam yang bisa makan
saja........
“Lihat saja aku sebagai muridmu, engkau tidak bisa
mendidik aku untuk menjadi seorang yang memiliki kepandaian
yang bisa diandalkan........ kenyataannya justru jadi tersiksa! Tahu
begini, lebih baik aku tidak mempelajari ilmu silat........!”

Tat Mo Cauwsu 175


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan banyak lagi makian-makian hebat yang dilontarkan


Kiang-jie kepada gurunya. Sang murid ini demikian nekad,
karena dia sudah tidak bisa menahan perasaan sakit di perutnya,
akibat gigitan Sin Han yang semakin kuat.
Tung Sie Cinjin merasakan dadanya seperti mau meledak,
karena dia merasakan darahnya meluap sampai ke ujung
kepalanya. Tetapi dia tetap berusaha menenangkan hatinya,
walaupun berulang kali konsentrasi dirinya gagal pula.
Kenyataan seperti inilah telah membuat Sin-kun-bu-tek
semakin menjadi-jadi melontarkan ejekan-ejekan kepada imam
itu untuk membangkitkan kemarahannya.
“Hahaha, maka dari itu aku menasehati agar engkau hati-hati
melatih diri. Jika belum yakin bahwa dirimu memiliki kepandaian
yang tinggi, jangan sekali-sekali sok menjadi guru dan
mengambil murid! Lihatlah hasilnya sangat mengecewakan
sekali!”
Diejek pulang pergi seperti itu, Tung Sie Cinjin tidak bisa
menahan kemarahannya lagi. Dengan mengeluarkan suara
teriakan kalap, dia telah menyerang si pengemis secara membabi
buta, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya lagi.
Sin-kun-bu-tek semakin girang, karena dia melihat usahanya
membikin marah Tung Sie Cinjin telah berhasil. Dia melihat
bahwa Tung Sie Cinjin mulai kehilangan keseimbangan
tubuhnya, karena dia terlalu mementingkan penyerangannya dari
pada pembelaan dirinya, maka banyak sekali lowongan-lowongan
yang terdapat di diri Tung Sie Cinjin.
Dengan mempergunakan kepalan tangannya dalam suatu
kesempatan, tampak Sin-kun-bu-tek telah melancarkan pukulan
tangannya ke bahu lawannya.

Tat Mo Cauwsu 176


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukkkkkkkk!” tubuh Tung Sie Cinjin telah jatuh terpental


ke depan. Di saat itulah Sin-kun-bu-tek tidak memberikan
kesempatan lagi kepada lawannya, dia telah mencecar lawannya
dengan pukulan-pukulan yang dahsyat.
Tetapi Tung Sie Cinjin merupakan salah seorang tokoh yang
memiliki kepandaian cukup tinggi, sehingga dia masih bisa
mempertahankan diri.
“Engkau mau menyerah atau tidak?” bentak Sin-kun-bu-tek
dengan suara mengejek.
Muka Tung Sie Cinjin jadi merah padam. Walaupun
bagaimana, dia mana bisa diperhinakan sedemikian rupa.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras
sekali, pedangnya menyambar dengan hebat sekali, berkelebat-
kelebat di empat penjuru.
Serangan Sin-kun-bu-tek sementara bisa dibendung dengan
pedangnya itu.
Kiang-jie yang melihat walaupun dia telah memaki-maki
hebat gurunya, namun masih juga gigitan Sin Han tidak
dilepaskan, telah berteriak sambil menangis,
“Eh pengemis bau apakah engkau tidak menepati janjimu!
Lihatlah, apakah anak ini mau menuruti perkataanmu........ dia
belum mau melepaskan gigitannya........”
“Hahahaha,” tertawa si pengemis tua itu dengan suara yang
nyaring sekali, dia telah berkata dengan suara yang datar, “Kau
tanyakan saja langsung kepada anak kecil itu, apakah dia bersedia
untuk membebaskan engkau dari gigitannya itu........!”
Mendengar perkataan pengemis itu, tentu saja membuat
Kiang-jie jadi kecewa sekali, sehingga dia jadi menangis
menggerung-gerung.

Tat Mo Cauwsu 177


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si pengemis tua she Lo itu telah tertawa lagi dengan suara


yang panjang.
“Eh imam tua busuk, apakah engkau tidak bisa mengajar
murid? Lihatlah muridmu itu sudah tidak tahu malu menyembah-
nyembah orang lain dan mendewa-dewakan musuh untuk
memaki hebat kepada gurunya yang dianggap sebagai gentong
kosong........! Mana kewibawaanmu?”
Tetapi Tung Sie Cinjin sudah tidak mau memperdulikan lagi
ejekan si pengemis. Dia telah berseru keras dan melancarkan
serangan-serangan dengan pedangnya secara kalap.
Cara bertempur dari imam ini membuat Sin-kun-bu-tek
akhirnya jadi kelabakan juga. Karena dia melihat bahwa
lawannya dalam keadaaan nekad sudah tidak mengacuhkan
keselamatan dirinya lagi, setiap tusukan pedangnya merupakan
serangan yang mengajak musuhnya untuk gugur bersama-sama.
Tentu saja si pengemis Lo Ping Kang tidak mau jika harus
binasa bersama-sama dengan imam itu.
Buru-buru Lo Ping Kang telah merobah cara bertempurnya.
Dia melompat mundur beberapa tombak, kemudian berdiri
bertolak pinggang menghadapi imam itu, diapun telah berkata
dengan suara yang dingin,
“Bagaimana? Apakah engkau ingin melanjutkan
pertempuran ini atau memang engkau menyerah kalah saja?”
Ditanya begitu, si imam telah menjawab dengan getir,
“Lebih baik aku mati bersamamu daripada harus menyerah!”
sahutnya.
Dan dengan cepat sekali pedangnya telah menyambar lagi
secara beruntun, sehingga terdengar suara “Sringggg.........!” yang

Tat Mo Cauwsu 178


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

nyaring dan pedang itu menyambar ke arah tenggorokan Sin-kun-


bu-tek.
Sin-kun-bu-tek melompat mundur terus menerus, bagaikan
seekor kucing tengah mempermainkan tikus.
Tung Sie Cinjin jadi semakin kalap saja. Dia terus menerus
melompat-lompat melancarkan serangan sambil berteriak-teriak
penasaran.
Dalam soal ketenangan, tentu saja si pengemis tua itu yang
menang. Karena justru dia yang sedang mempermainkan
lawannya.
Tetapi Tung Sie Cinjin memiliki ilmu pedang yang cukup
hebat, sehingga membuat Sin-kun-bu-tek tidak berani bertempur
dalam jarak yang dekat. Karena dalam keadaan kalap dan tidak
memperdulikan keselamatan diri dan jiwanya tentu saja setiap
serangan yang dilancarkan oleh Tung Sie Cinjin sangat berbahaya
sekali.
Disaat itu Kiang-jie rupanya sudah tidak sanggup bertahan
terus terhadap gigitan di perutnya yang sakit luar biasa. Dia telah
jatuh pingsan.
Sin Han yang sedang menggigiti perut Kiang-jie waktu
merasakan tubuh orang itu terkulai lemas tidak bertenaga. Dia
menduga Kiang-jie tentu telah pingsan.
Maka perlahan-lahan dia telah melepas rangkulan tangannya
dari tubuh imam kecil itu lalu rubuh ke tanah. Waktu tubuh si
imam cilik itu terjungkel, Sin Han telah melepas gigitan pada
perut imam itu.
Dia melihat betapa perut si imam kecil berlumuran darah,
dan waktu Sin Han menyusutnya, mulut itu juga telah berlumuran

Tat Mo Cauwsu 179


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

darah. Sin Han jadi bergidik sendirinya. Kiang-jie kuatir nanti


mati, berarti dia jadi pembunuhnya........
Sin-kun-bu-tek yang juga melihat Kiang-jie telah rubuh
pingsan segera berteriak teriak dengan suara yang nyaring,
“Eh imam bodoh, lihat muridmu benar-benar tidak punya
guna setelah puas memaki dirimu, dia tertidur nyenyak........ ha ha
ha ha!!”
Tung Sie Cinjin jadi tambah gusar saja, tetapi dia tahu bahwa
lawannya telah mancing kemarahannya, untuk mengurangi
ketenangan dirinya. Dia telah berseru keras dan melancarkan
tikaman lagi, waktu Sin-kun-bu-tek meloncat mundur
mengelakkan diri.
Tung Sie Cinjin tidak mengejarnya, dia berdiri mengatur
jalan pernapasannya, untuk memulihkan ketenangan hatinya,
menjernihkan otaknya dan juga berusaha mengendalikan
lwekangnya yang mulai kacau balau itu. Dia adalah seorang ahli
lweekhe tenaga dalam.
Dengan sendirinya dia memiliki lwekang yang tinggi, maka
jika dia marah dan lupa diri, sehingga lwekang itu berbalik
menghantam dirinya. Tentu saja ini sangat berbahaya sekali,
berarti dia akan menerima bencana yang tidak kecil.........
Waktu Tung Sie Cinjin berdiam diri begitu, Sin-kun-bu-tek
telah melambaikan tangannya memanggil Sin Han,
“Kemari kau!”
Sin Han cepat-cepat menghampiri si pengemis, tangan anak
itu dicekel oleh si pengemis, kemudian Sin-kun-bu-tek menoleh
kepada Tung Sie Cinjin sambil berkata,
“Baiklah, sekarang kita akhiri pertemuan ini sampai disini
saja......... dilain kesempatan nanti kita bertemu lagi........!”

Tat Mo Cauwsu 180


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah begitu, dengan cepat si pengemis menjejakkan


kakinya, tubuhnya telah melompat ke atas dinding kuil dan
mencelat pergi seperti bayangan saja.
Tung Sie Cinjin yang menyadari dia tidak mungkin bisa
merubuhkan pengemis itu tidak mengejarnya, hanya saja dia telah
berseru dengan suara yang sangat keras,
“Dilain waktu aku akan mencarimu, Sin-kun-bu-tek!”
“Aku selalu siap menanti kedatanganmu,” Sahut Sin-kun-bu-
tek sambil berlari pergi. Dalam sekejap mata saja suara si
pengemis telah terdengar jauh. Hal itu memperlihatkan bahwa
pengemis tersebut telah pergi jauh..........
Sin Han yang dicekal tangannya oleh Sin-kun-bu-tek
merasakan tubuhnya terangkat lalu terapung-apung dimana angin
berseliwiran menyambar nyambar telinga dan mukanya. Angin
itu berkelisiran keras sekali, menunjukkan Sin-kun-bu-tek berlari
lari dengan cepat sekali.
Setelah berlari lari cukup lama dan telah mencapai tempat
yang jauh terpisah dengan kuil Tung Sie Cinjin, Sin-kun-bu-tek
berhenti berlari. Dia menurunkan Sin Han.
“Lojinke, aku kuatir memikirkan kau beberapa hari ini!” kata
Sin Han begitu cekalannya dilepaskannya. “Kau menghilang
begitu saja.”
Sin-kun-bu-tek tertawa renyah, dia menyahuti,
“Kau duduklah disitu, kita beristirahat dulu disini. Nanti aku
ceritakan mengapa aku meninggalkan kau seorang diri selama
dua hari ini........”
Sin Han menuruti perintah si pengemis, dia telah duduk di
bawah sebatang pohon!

Tat Mo Cauwsu 181


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si pengemis juga duduk disamping Sin Han, dia mulai


bercerita,
“Pagi itu, seperti biasa aku ingin mencari makanan...........
Tetapi dengan tidak terduga aku telah bertemu dengan seorang
penjahat pemetik bunga........”
“Penjahat pemetik bunga?” Sin Han heran. “Apakah
bungapun ada pencurinya?”
Sin-kun-bu-tek tersenyum lebar,
“Penjahat pemetik bunga adalah seorang penjahat yang
senang mengganggu anak istri orang, tegasnya wanita-wanita
cantik........ yang selalu dirusak kesuciannya........”
“Dirusak kesuciannya?” tanya Sin Han, bingung lagi.
“Apakah dipukul pantatnya atau dihina oleh penjahat itu?”
Mendengar pertanyaan Sin Han yang terakhir, pengemis itu
telah menggelengkan kepala sambil garuk-garuk kepalanya yang
tidak gatal, dia telah berkata,
“Ah, sulit sekali aku menjelaskannya, bagaimana ini harus
dijelaskan........?”
Sin Han tertawa melihat sikap pengemis itu.
“Sudahlah lojinke, teruskan ceritamu. Walaupun aku tidak
mengerti apa maksudnya dirusak kesuciannya itu, tetapi yang
terpenting sekarang aku telah berkumpul dengan lojinke
lagi........”
“Ya, waktu itu kebetulan sekali aku melihat penjahat itu
seorang pemuda yang tentu saja tampan memasuki sebuah rumah
makan. Aku mengenali dia sebagai pejahat pemetik bunga,
karena itu dengan adanya dia di kota ini, aku yakin tentu dia

Tat Mo Cauwsu 182


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tengah mengincar korbannya pula.......... maka aku menantikan


sampai dia selesai sarapan dan meninggalkan rumah makan.
“Aku menguntitnya terus........ ternyata dia menginap di
sebuah rumah penginapan yang cukup mewah!
“Sebetulnya saat itu aku bermaksud kembali untuk
memberitahukan kepadamu, tetapi kupikir nanti kehilangan
jejaknya dan jadi repot. Tentu akan terjadi seorang korban yang
jatuh di tangannya.
Maka dari itu aku telah membatalkan maksudku itu. Aku
telah menantikan saja di muka rumah penginapan itu sampai
langit mulai menjadi gelap.
“Rupanya penjahat cabul itu menantikan waktu menjelang
tengah malam, dia enak-enakan tertidur nyenyak ketika
menjelang tengah malam. Benar saja, dari sebuah jendela kamar
di rumah penginapan itu telah melompat keluar sesosok
tubuh........”
“Bagaimana Lojinke dapat melihat sosok bayangan itu keluar
dari sebuah jendela kamar?” tanya Sin Han heran.
“Karena aku bercokol di atas genting, aku telah mengawasi
setiap kamar dari rumah penginapan tersebut. Dan menjelang
tengah malam itulah aku melihat si penjahat pemetik bunga itu
telah keluar dari rumah penginapan tersebut.
“Dia memiliki gin-kang yang cukup sempurna, karena dia
telah mengambil jalan di atas genting dan berlari dengan cepat
menuju ke utara, maka aku segera mengikutinya........ Disaat itu
tentu saja aku mengikutinya tanpa menimbulkan kecurigaan
padanya, sehingga dia tidak mengetahui bahwa aku mengikutinya
aku telah mengikuti terus dengan leluasa........

Tat Mo Cauwsu 183


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ternyata penjahat pemetik bunga itu telah menuju ke sebuah


gedung yang cukup besar dan mewah. Disaat itulah aku
menyaksikan dia menyelinap ke dalam gedung itu lewat tembok
dan kemudian berdiam disamping jendela kamar.
Dia telah mengintai dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya,
kemudian menyalakan sepasang dupa tidur, dibakarnya sehingga
asap yang harum memenuhi tempat itu. Ketika itu aku telah gusar
bukan main, dan aku ingin menerjangnya untuk menghajarnya.
Tetapi aku tidak mau mengejutkan pemilik gedung ini maka
aku berdiam diri saja, untuk mengawasi sejenak lamanya. Hanya
waktu penjahat cabul itu ingin beraksi, aku telah menimpukkan
sebutir batu untuk mengalihkan perhatiannya dan memancingnya
keluar dari gedung itu........”
“Tampaknya penjahat itu menjadi terkejut sekali. Dia
mengeluarkan seruan tertahan dan telah mengawasi sekelilingnya
dengan muka yang bengis.”
“Aku sengaja memperdengarkan suara tertawa kecil, agar dia
mendengarnya. Dan seperti yang kuduga, tiba-tiba penjahat itu
telah menjejakkan kakinya, dia berusaha untuk mengejar aku.
“Aku memperdengarkan lagi suara tertawa yang keras dan
berlari-lari menjauhi gedung itu. Aku memancingnya sampai di
luar kota. Setelah itu barulah aku menghajarnya........ sampai dia
terkencing-kencing dan memohon pengampunan........”
Sin Han tertawa mendengar cerita si pengemis yang
dianggapnya sangat jenaka itu. Dia telah bertanya lagi,
“Lalu bagaimana Lojinke?” tanya Sin Han.
“Tetapi rupanya penjahat cabul itu ada gurunya, yang
membelanya. Kebetulan sekali gurunya melihat muridnya itu
kuhajar terkencing kencing, maka dia telah menyerbu dan

Tat Mo Cauwsu 184


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

melancarkan serangan kepadaku. Dengan sendirinya hal ini


membuat aku jadi sengit dan melabrak juga gurunya.
“Tetapi guru si penjahat cabul itu cukup tinggi
kepandaiannya. Kami bertempur satu hari satu malam, barulah
aku berhasil merubuhkannya........
Waktu aku kembali ke rumah penginapan, justru aku tidak
melihat lagi, rupanya engkau telah pergi meninggalkan kuil rusak
itu........!”
Sin Han tersenyum.
“Memang aku menantikan Lojinke cukup lama. Setelah
melewatkan satu malam lagi, keesokan paginya aku pun
meninggalkan kuil itu........!” kata Sin Han kemudian, “Lalu
bagaimana Lojinke mengetahui bahwa aku dibawa oleh imam
jahat itu?”
“Tentu saja aku mencarimu dengan hati yang kesal, karena
engkau tidak mau menantikan.........!” kata si pengemis tua she Lo
dengan disertai suara tertawa.
“Aku ingin sekali menempilingmu saat itu........ Aku
mencarinya kemana mana, dan secara kebetulan aku melihat kau
ribut dengan imam itu maka aku bersembunyi dan menyaksikan
semua itu.
“Aku telah mengikuti sampai di kuilnya, dan waktu melihat
kau terancam bahaya, sengaja aku menggertak dan
mempermainkan imam itu.........!”
Mendengar cerita Pengemis itu, Sin Han tertawa terpingkal-
pingkal. Dia anggap si pengemis ini walaupun usianya telah
lanjut, kenyataannya dia sangat jenaka sekali.
“Lain kali kau tidak boleh keluyuran seorang diri!” kata si
pengemis kemudian.

Tat Mo Cauwsu 185


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukankah lojinke yang telah meninggalkan aku seorang


diri?” tanya Sin Han kemudian.
“Mungkin........ mungkin begitu!” sahut si pengemis jadi
gelagapan ditanggapi oleh Sin Han.
Sin Han tertawa.
“Masih untung lojinke berhasil menolongi aku, jika tidak,
tentu aku telah mati disiksa oleh tojin itu.”
Si pengemis Sin-kun-bu-tek telah mengangguk
membenarkan, dan disaat itu dia telah berkata lagi,
“Seharusnya, mulai hari ini engkau mempelajari sedikit-
sedikit ilmu silat, agar bisa kau pergunakan untuk menghadapi
orang-orang yang menghinamu..........!”
“Tetapi........” Sin Han jadi tertegun waktu disinggung harus
mempelajari ilmu silat.
“Tetapi kenapa?” tanya si pengemis tua she Lo sambil
mengawasi.
Sin Han tidak menyahuti. Dimatanya segera terbayang
kembali peristiwa mengenaskan yang telah menimpa ayah dan
dirinya.
Ayahnya memang mengerti ilmu silat, dan justru karena
mengerti ilmu silat, akhirnya telah bermusuhan dengan
seseorang, sehingga dia akhirnya dibinasakan oleh anak buah
musuhnya itu.
“Kenapa engkau tampaknya keberatan sekali mempelajari
ilmu silat?” tanya Sin-kun-bu-tek mendesak.
“Aku sebenarnya tidak ingin mempelajari ilmu silat,
lojinke........!” menyahuti Sin Han.

Tat Mo Cauwsu 186


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Eh?” Sin-kun-bu-tek jadi tercengang heran. “Mengapa


begitu?”
“Karena........ karena........”
“Karena apa?” desak si pengemis.
“Yang telah kusaksikan, setiap orang yang mengerti ilmu
silat, tentu memiliki musuh!”
“Eh, mengapa begitu?”
“Seperti ayahku, karena dia mengerti ilmu silat, maka dia
telah terbinasakan oleh lawan-lawannya........ Dan seperti Tung
Sie Cinjin, dia mengerti ilmu silat, tetapi akhirnya dia dibuat
penasaran dan kecewa oleh tekanan Lojinke........!!”
Mendengar perkataan Sin Han, si pengemis telah tertawa
bergelak-gelak dengan suara yang keras.
“Hahaha, engkau ini lucu sekali!” katanya kemudian. “Lalu
apa manfaatnya jika tidak memiliki ilmu silat! Ayo engkau
katakan, aku ingin mendengarnya........!”
Sin Han ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian dia telah berkata
lagi,
“Sebetulnya orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu saja
kemungkinan memiliki musuh sangat kecil sekali........!”
“Hemm, salah besar jika engkau memiliki pikiran seperti
itu........!” kata si pengemis.
“Mengapa begitu?” tanya Sin Han. “Bisa Lojinke
menjelaskannya?”
“Jika seseorang tidak mengerti ilmu silat lalu bertemu
seseorang yang jahat dan kejam, sehingga orang itu disiksa,
apakah dia bisa memberikan perlawanan?”

Tat Mo Cauwsu 187


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han diam, dia tidak bisa menyahuti. Tetapi kemudian


dengan suara tidak lancar, dia coba menyahuti juga,
“Mungkin bisa juga asalkan kita jangan mencari musuh dan
lawan. Bukankah kita memang tidak memiliki ilmu silat!”
“Enak saja kau bicara!” kata si pengemis sambil tertawa lagi.
“Hmm, salah satu contohnya seperti tadi, waktu engkau disiksa
oleh muridnya Tung Sie Cinjin dan si imam sendiri, bagaimana
kalau tidak ada aku?”
Ditegur begitu, Sin Han benar-benar mati kutu tidak bisa
memberikan penyahutan.
“Nah anak, engkau telah mengalami sendiri, walaupun
engkau tidak bermaksud bermusuhan dengan orang-orang tetapi
manusia-manusia jahat di dunia ini terlalu banyak sekali. Jika
engkau tidak membekali dirimu dengan kepandaian yang tinggi,
akhirnya engkau sendiri yang akan menjadi bulan-bulanan
mereka, dipermainkan dan bahkan dianiaya........!”
Setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas lagi.
Rupanya dia juga teringat akan pengalamannya sendiri waktu
masih kecil sewaktu dia belum memiliki kepandaian apa-apa........
Sin Han sendiri berdiam diri, dia tengah merenungi
perkataan si pengemis, sampai dia mengangguk ragu-ragu,
“Baiklah lojinke, tampaknya ilmu silat cukup penting untuk
bekal kita menjaga keselamatan diri........ Jika memang lojinke
tidak keberatan, mau juga aku mempelajarinya........!”
“Haahaha, enak saja kau berkata, anak kecil!” kata si
pengemis. “Untuk mempelajari ilmu silat, engkau harus memiliki
seorang guru. Dan seorang guru tidak bisa diperoleh begitu saja,
harus disertai pengangkatan antara guru dan murid........ mengerti
kau?”

Tat Mo Cauwsu 188


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han mengangguk, dia telah bangun berdiri, tahu-tahu


anak itu telah berlutut dihadapan si pengemis, dia telah
menganggukkan kepalanya tiga kali, sambil panggilnya,
“Suhu, terimalah hormat tecu.”
Si pengemis jadi berseri-seri, tampaknya dia girang bukan
main, dia berkata,
“Anak yang baik! Anak yang baik!” katanya. “Engkau harus
baik-baik mempelajari setiap jurus ilmu silat yang kuajarkan!
Bangunlah muridku........
“Mulai saat ini engkau adalah muridku, Sin-kun-bu-tek Lo
Ping Kang. Dan selama menjadi muridku ini, engkau juga harus
baik-baik mentaati peraturan pintu perguruan!”
Dan setelah berkata begitu, si pengemis menguraikan
pantangan-pantangan bagi seorang murid dari pintu
perguruannya, yaitu dilarang melakukan pekerjaan jahat, dilarang
melakukan perampokan, dilarang mengikuti jejak penjahat,
dilarang melakukan perbuatan-perbuatan yang langsung atau
tidak langsung menolong si jahat menindas si lemah.
“Tecu (murid) akan berusaha sebaik mungkin menjadi orang
baik, Lojinke........!” kata Sin Han kemudian memberikan
janjinya, yang mirip-mirip dengan sumpah. “Jika memang aku
melanggar janjiku ini, biarlah kelak aku mati dengan tubuh yang
tidak utuh dibacok ribuan golok!!”
Senang hati Sin-kun-bu-tek mendengarnya, dia telah
menepuk tangan sambil berseru,
“Bagus muridku! Bagus muridku!”
Kemudian banyak juga wejangan-wejangan dan nasehat-
nasehat yang diberikan Sin-kun-bu-tek kepada Sin Han. Terutama

Tat Mo Cauwsu 189


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali tentang kehidupan orang-orang dikalangan rimba


persilatan.
Sin-kun-bu-tek juga menceritakan bagaimana peraturan-
peraturan di dalam rimba persilatan, karena itu Sin Han kini
mulai mengerti sedikit-sedikit sifat-sifat orang Bu-lim. Terutama
sekali yang ditekankan oleh Sin-kun-bu-tek adalah kesetia-
kawanan itulah.
Sin Han juga berjanji, jika dia telah berhasil mempelajari
ilmu silat, tentu dia akan bertingkah laku baik dan tidak
sembarangan membela orang jahat. Sin-kun-bu-tek jadi girang
sekali, karena hal ini telah memperlihatkan bahwa Sin Han
merupakan bibit yang baik dikemudian hari.
Sin-kun-bu-tek juga percaya bahwa Sin Han jika
memperoleh bimbingan yang baik, tentu kelak akan menjadi
seorang pendekar yang baik, dimana bisa diharapkan Sin Han
akan berdiri digaris keadilan.
◄Y►
Begitulah, dari hari ke hari Sin Han telah diajak berkelana
oleh Sin-kun-bu-tek, tanpa terasa telah lewat hampir dua bulan.
Dan selama itu Sin Han memperoleh gemblengan dari gurunya
itu ilmu-ilmu dasar untuk ilmu silat.
Yang diutamakan oleh Sin-kun-bu-tek adalah melatih diri
dalam ilmu tenaga dalam. Dan juga dia telah berusaha
memberikan keyakinan kepada Sin Han, dengan mempelajari
ilmu tenaga dalam (lweekang) tentu seseorang bisa mengatur
jalan pernapasannya dengan baik.
Dengan menerima pelajaran dasar seperti itu, tentu saja Sin
Han jauh lebih mudah kelak untuk mempelajari ilmu senjata
tajam atau yang terutama sekali adalah mempelajari ilmu pukulan
dari Sin-kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 190


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han ternyata memiliki otak yang sangat cerdas sekali,


karena dia bisa menerima pelajaran yang diberikan oleh Sin-kun-
bu-tek dengan mudah. Selama dua bulan itu, dia telah berhasil
mempelajari sampai tingkat mengatur pernapasan yang
dihentikan selama setengah jam.
Dan sebetulnya pelajaran itu bukan hal yang mudah, tetapi
Sin Han dapat melakukannya dengan baik. Dia telah berhasil
menutup pernapasannya hampir mencapai setengah jam!
Tentu saja Sin-kun-bu-tek yang menyaksikan hasil yang
telah dicapai oleh muridnya itu, jadi girang bercampur kaget.
Sebab walaupun bagaimana dia heran juga melihat muridnya bisa
memiliki bakat yang begitu baik, dan juga memiliki kecerdasan
yang cepat sekali berhasil menangkap setiap pelajaran yaug
diberikan olehnya.
Maka Sin-kun-bu-tek semakin bersemangat untuk mendidik
Sin Han. Dia telah berusaha untuk mengembleng anak ini
menjadi seorang pendekar yang gagah perkasa.
Selama hampir dua bulan itupun Sin Han telah melihat
betapa gurunya itu merupakan seorang yang adil bijaksana.
Karena selalu Sin-kun-bu-tek banyak melakukan perbuatan-
perbuatan mulia, menolongi orang-orang yang lemah tertindas
dari si kuat tetapi jahat.
Tidak jarang Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang terlibat dalam
suatu pertempuran yang hebat sekali dengan para penjahat
tangguh, tetapi selama itu umumnya Lo Ping kang berhasil
memukul rubuh lawannya.
Sin Han kagum sekali, dia telah melihat betapa gurunya itu
tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Tampaknya yang
diutamakan sekali oleh Lo Ping Kang adalah menolong orang
yang tertindas itu.

Tat Mo Cauwsu 191


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pagi itu Sin Han dan Sin-kun-bu-tek tiba di kampung Liu-ho-


cung, sebuah perkampungan yang tidak begitu besar. Tetapi
penduduk kampung itu cukup padat dan ramai.
Pertama-tama yang dicari Sin-kun-bu-tek adalah sebuah
rumah makan. Dengan mempergunakan kegesitan tubuhnya, dia
telah mengambil jalan melompati dinding belakang rumah makan
itu.
Dia telah mencuri beberapa macam sayur, makanan kering
dan buah-buahan. Kemudian si pengemis telah membawa Sin
Han ke sebuah kuil rusak yang ada di mulut kampung, mereka
telah bersantap dengan lahap sekali.
“Lihatlah Sin Han, aku selalu mencuri makanan dari orang-
orang yang cukup berada dan mampu! Jika soal uang, aku tentu
akan mencurinya dari hartawan kaya raya.........
“Mereka memiliki banyak uang, tetapi belum tentu bersedia
menolong si lemah dan si miskin. Sedangkan makanan, di rumah
makan tentu memiliki makanan yang sangat banyak…...!
“Coba kau memintanya secara baik-baik, tentu mereka tidak
akan memberikannya, bahkan akan memaki, mungkin juga
memukulmu! Maka lebih baik kita mencuri saja........! Itulah
ganjaran untuk manusia-manusia kikir dan jahat seperti
mereka........!”
Sambil mengunyah daging kering, Sin Han mengangguk
tersenyum.
“Benar suhu........ Dulu aku masih belum mengetahui. Aku
menduga bahwa dengan meminta secara baik-baik, mereka tentu
akan menaruh belas kasihan kepada kita dan memberikan sedikit
dari makanan yang berlebihan........

Tat Mo Cauwsu 192


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi aku pun telah mengalaminya beberapa kali........


mengalami pengalaman pahit. Mereka bukannya memberi,
bahkan sengaja mengusir dan memaki aku........!”
“Itulah umumnya sifat-sifat manusia kikir........ Maka aku
sendiri selalu mengambilnya sesenang hati saja........ karena jika
aku meminta, tentu mereka tidak akan memberikannya!”
Dan setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa
bergelak-gelak dengan suara yang sangat nyaring, tampaknya dia
gembira sekali. Sedangkan Sin Han telah meneruskan makannya,
setelah kenyang, anak itupun tidur dengan nyenyak disudut
ruangan kuil itu.
Rupanya selama ini Sin Han telah terbiasa dengan tata-cara
hidup si pengemis, yang tidak pernah dipusingi segala apapun
juga, yang hanya makan tidur sesenang hati, tanpa mau diliputi
segala persoalan yang tidak penting. Selama dua bulan itupun
tubuh Sin Han lebih gemuk dari saat-saat yang lalu.
Tetapi baru saja Sin Han tertidur sejenak, tiba-tiba dia
tersentak oleh suara sesuatu yang gedubrakan keras sekali di
dalam ruangan kuil. Sin-kun-bu-tek yang sedang rebah di dekat
meja sembahyang juga terkejut.
Waktu dia tengah memejamkan mata menikmati ngantuknya
dengan perut yang telah kenyang itu tiba-tiba dia merasakan
menyambarnya angin yang keras sekali. Dan dari arah atas
genting telah menyambar turun sebungkah batu yang sangat besar
sekali, akan menimpa tubuhnya.
Sebagai seorang jago silat yang memiliki kepandaian telah
tinggi, tentu saja Sin-kun-bu-tek dapat bergerak cepat sekali. Dia
telah melompat berdiri dan mengelak ke samping, sehingga batu
itu jatuh di tempat dia tadi tidur dengan mengeluarkan suara
gedubrakan keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 193


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han yang terbangun dengan kaget itu masih sempat


melihat betapa Sin-kun-bu-tek dengan gerakan yang cepat sekali.
Begitu kakinya menginjak lantai, segera menjejakkan kakinya
dan tubuhnya telah melompat pula ke atas dengan gerakan yang
sangat ringan.
Dia telah menerjang ke arah dari mana batu besar itu tadi
jatuh. Segera disusul dengan suara bentakan-bentakan yang
sangat nyaring dari si pengemis, yang telah melancarkan
serangan kepada seseorang.
Sin Han cepat-cepat melompat bangun dan memburu ke arah
meja sembahyang. Dia bergidik sendirinya. Coba batu itu
menimpa dirinya, bukankah dia tidak bisa mengelakkan diri? Dan
akan tertimpa mati karenanya.
Disebabkan memikirkan begitu, Sin Han tidak berani terlalu
dekat pada batu itu karena anak ini menduga mungkin nanti ada
batu besar lainnya yang bisa jatuh menimpa dirinya.
Sin Han berlari keluar kuil. Dia mengangkat kepalanya
mengawasi ke arah genteng kuil, dilihatnya dua sosok tubuh
tengah bergerak-gerak cepat saling tempur.
Sin Han mengenali, salah seorang sosok tubuh itu tidak lain
dari gurunya. Sedangkan lawannya adalah seorang lelaki berusia
di antara limapuluh tahun, memiliki paras yang menyeramkan,
yang saat itu tengah membentak,
“Hari ini adalah hari kematianmu, pengemis busuk! Telah
tiga tahun aku mencari-cari jejakmu, baru hari ini aku berhasil
menemuinya!”
Dan berulang kali kedua tangannya telah melancarkan
serangan dengan ganas. Tetapi Sin-kun-bu-tek telah memiliki
kepandaian yang tinggi, mana mudah dia dihajar begitu.
Berulangkali si pengemis telah mengelakkan diri dari serangan-

Tat Mo Cauwsu 194


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

serangan lawannya, dan tidak jarang dia juga balas melancarkan


serangan sambil memperdengarkan suara tertawa mengejek.
“Ciang Ko Sin, empat tahun yang lalu aku pernah
mengampuni jiwamu, tetapi hari ini engkau sengaja
mengantarkan jiwamu lagi!” kata si pengemis dengan suara yang
nyaring. “Maka, manusia jahat seperti engkau, hari ini tidak boleh
dibiarkan hidup terus........”
Dan Sin-kun-bu-tek membarengi perkataannya itu dengan
menggerakkan sepasang tangannya untuk melancarkan serangan
balasan. Gerakan yang dilakukan Sin-kun-bu-tek sangat dahsyat
sekali, setiap tangannya digerakkan, tentu mendatangkan angin
yang berkesiuran sangat kuat mendesak lawannya.
Orang itu yang dipanggil Ciang Ko Sin telah berusaha
memunahkan serangan Sin-kun-bu-tek dengan membalas
menyerang juga. Dia telah berkata lagi,
“Tiga orang adikku telah binasa di tanganmu, maka jika hari
ini aku tak bisa membinasakan pengemis tua seperti engkau,
biarlah aku tidak hidup terus........!”
Dan membarengi selesainya perkataannya kembali dia
melancarkan serangan-serangan yang cepat sekali,
mempergunakan tangan kosong juga. Namun hal itu
dilakukannya hanya beberapa jurus saja.
Setelah lewat belasan jurus, tahu-tahu tangan kanannya telah
mengambil golok yang berada di pinggangnya, mempergunakan
senjata tajam itu untuk melancarkan serangan-serangan yang
beruntun membacok dan menabas ke arah Sin-kun-bu-tek.
Si pengemis mengeluarkan suara tertawa dingin waktu
melihat lawannya telah mempergunakan senjata tajam. Dia juga
berkata mengejek,

Tat Mo Cauwsu 195


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Manusia rendah seperti engkau, yang ingin menyerang


secara menggelap dengan mempergunakan batu besar itu mana
pantes engkau dilayani olehku?”
Dan sambil berkata begitu Sin-kun-bu-tek mengeluarkan
suara seruan yang nyaring sekali, tahu-tahu kedua tangannya
telah dilintangkan dan didorong ke depan.
Ciang Ko Sin terkejut. Dia merasakan tubuhnya diterjang
oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dia terhuyung dan
senjatanya itu hampir terlepas dari pegangannya.
Dan belum lagi dia mengetahui apa-apa, tiba-tiba tangan
kanan Sin-kun-bu-tek telah bergerak menerobos maju
menggempur dadanya. Si pengemis kita ini tidak berhenti hanya
sampai disitu saja, diapun telah menggerakkan tangan kirinya,
menotok jalan darah Kiu-ho-hiat dan Ping-cie-hiat dari lawannya,
seketika itu juga tubuh terbanting di tanah!
Sin-kun-bu-tek sama sekali tidak berusaha menahan
menggelindingnya tubuh lawannya itu. Dia memandangi saja
dengan memperlihatkan senyuman dingin, kemudian dia
menyusul melompat turun ke bawah.
Dengan mencengkeram baju di punggung Ciang Ko Sin, si
pengemis telah membawanya ke tengah ruang kuil,
dilemparkannya tubuh Ciang Ko Sin ke atas lantai. Walaupun
dalam keadaan tertotok, tetapi Ciang Ko Sin tidak
memperlihatkan perasaan takut, matanya memandang mendelik
dengan sikap yang bengis.
“Aku telah rubuh kembali di tanganmu, kau ingin
membunuhku, silahkan bunuh, aku tidak takut!” kata Ciang Ko
Sin dengan suara yang nyaring, sedikitpun dia tidak
memperlihatkan perasaan takut.
Sin-kun-bu-tek tertawa dingin, dia telah mengejek,

Tat Mo Cauwsu 196


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kau minta mati? Hemmm, tidak semudah itu! Jangan harap


kau bisa memperoleh kematian begitu mudah!”
Lalu si pengemis telah duduk disamping tubuh Ciang Ko Sin,
mengawasi dengan wajah yang jenaka sekali, untuk
mempermainkan orang she Ciang itu. Tangan si pengemis juga
telah melambai memanggil Sin Han yang tengah berdiri
mengawasi saja.
“Kemari kau, Han-jie (anak Han)!” panggilnya.
Cepat-cepat Sin Han menghampirinya, dan si pengemis
perintahkan muridnya itu duduk disampingnya.
“Sin Han!” kata Sin-kun-bu-tek berselang sejenak. “Hari ini
aku akan mengajari engkau ilmu memukul........!”
“Baik suhu!” mengangguk Sin Han.
“Jurus yang pertama haruslah dilakukan dengan gerakan
yang perlahan, ilmu pukulan ini mengandalkan kesabaran dan
ketenangan, dinamai “Sin-kun-eng-jiauw” atau “Pukulan
Rajawali”. Waktu Sucouw (kakek guru) mu menciptakan ilmu
pukulan ini, dia telah melihat sepasang burung rajawali yang
tengah bertempur.
“Dia melihat bagaimana cara mencengkeram sepasang
burung rajawali itu, dan bagaimana binatang-binatang itu
menggerakkan sayap mereka saling kibas dan saling pukul.
Sampai akhirnya Sucouwmu itu memiliki serupa ingatan untuk
menciptakan semacam ilmu pukulan yang disarikan dari cara
bertempur sepasang burung rajawali itu.
Maka dengan sendirinya ilmu pukulan itupun diberi nama
“Sin-kun-eng-jiauw”, yaitu ilmu pukulan rajawali, yang digabung
dari cara mencengkeram maupun memukul dengan

Tat Mo Cauwsu 197


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mempergunakan sayapnya. Maka engkau harus memperhatikan


baik-baik, inilah jurus pertama........!”
Dan berbareng dengan selesainya perkataannya itu, tangan si
pengemis telah bergerak ke arah tulang iga Ciang Ko Sin dengan
cepat sekali, dan terdengarlah suara “Dukkk!” yang cukup
nyaring.
Iga Ciang Ko Sin yang dijadikan sasaran dari serangan itu
tentu saja tergempur keras, dan orang she Ciang ini jadi
menderita kesakitan yang luar biasa. Tetapi dengan muka yang
bengis, dia menatap kepada si pengemis, sama sekali dia tidak
menjerit.
“Inilah jurus yang kedua........!” kata Sin-kun-bu-tek lagi.
Dia memutar kedua tangannya di tengah udara, kemudian
meluncur menyambar ke arah dada lawannya, sehingga beruntun
terdengar suara “Bukkk! Bukkk!” yang keras sekali.
Sehingga walaupun Ciang Ko Sin bertekad tidak ingin
menjerit, tidak urung orang she Ciang tersebut mengeluarkan
suara pekik tertahan karena terlampau kesakitan.
Sin Han mengawasi saja cara gurunya itu melancarkan
serangan-serangan dengan jurus-jurus barunya itu, dimana Sin
Han melihat gerakan dan jurus-jurus itu memang sederhana
sekali. Tetapi rupanya memiliki gerakan yang cukup ampuh
untuk menerobos pertahanan musuh.
Walaupun kali ini musuh tidak bisa bergerak, tetapi dari
gerakannya yang hampir meliputi sekitar tubuh lawan, tentu saja
lawan sulit sekali mengelakkan diri. Karena waktu melancarkan
serangan yang kedua itu, justru si pengemis telah memutar
terlebih dulu kedua tangannya, dia telah menggempur dengan
meluncur turun.

Tat Mo Cauwsu 198


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kau telah mengerti? Bisa kau menangkap gerakan dari


jurus-jurus itu?” tanya Sin-kun-bu-tek setelah melakukan
penyerangan kedua kali itu.
Sin Han mengangguk. “Bisa suhu…….!” sahutnya.
“Coba kau lakukan........!'' Perintah si pengemis.
Sin han menuruti, dia telah mengikuti gerakan tangan seperti
yang dilakukan Sin-kun-bu-tek tadi dan melancarkan serangan ke
bagian tubuh dari Ciang Ko Sin.
Tetapi Sin-kun-bu-tek telah menggelengi kepalanya.
“Bukan begitu! Jika kau menyerang dengan cara demikian
memang gerakan-gerakannya cepat tetapi tanpa diaturnya
pernapasanmu, tentu saja seranganmu itu tidak memiliki arti apa-
apa........ Tidak dapat membinasakan atau melukai lawan.........!
Harusnya demikian!”
Dan si pengemis telah memberikan beberapa petunjuknya
lagi.
Begitulah, guru dan murid telah melatih dengan tubuh Ciang
Ko Sin dijadikan bahan latihannya.
Semakin lama Ciang Ko Sin jadi semakin terkejut saja.
Karena segera dia mengetahui bahwa sasaran di tubuhnya justru
merupakan bagian-bagian yang sangat berbahaya, jalan-jalan
darah terpenting.
Maka jika hal ini terus menerus berlangsung, dimana
beberapa bagian jalan darah tergentingnya terpukul, berarti dia
akan mengalami luka parah. Sedikitnya akan bercacad dan
musnah ilmu silatnya.
Rupanya Sin-kun-bu-tek melakukan hal itu, karena dia
sengaja ingin memusnahkan ilmu silat dari orang she Ciang

Tat Mo Cauwsu 199


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tersebut. Dia telah melatih muridnya dengan ilmu silat Pukulan


Rajawali itu, tetapi tujuan utama adalah memusnahkan seluruh
kepandaian Ciang Ko Sin.
Setelah menyadari bahaya yang bisa mengancam dirinya,
Ciang Ko Sin akhirnya diliputi perasaan takut. Karena kalau dia
sampai bercacad jelas hal itu jauh lebih mengenaskan
dibandingkan dengan kematian, maka akhirnya dengan suara
tersendat, Ciang Ko Sin telah berkata,
“Aku........ aku mohon kau bunuh saja aku........ aku bersedia
untuk binasa........”
Sin-kun-bu-tek tertawa dingin.
“Hemm, enak saja kau bicara!” katanya. “Tidak mudah untuk
mati…….!”
“Tetapi........ tetapi pengemis bau, kau jangan menyiksa aku
demikian rupa........!” kata Ciang Ko Sin lagi.
“Hemm, menyiksamu? Tidak! Aku tidak menyiksamu, aku
hanya melatih muridku........!”
“Tetapi dengan jalan darah Tai-cie-hiat, Su-kie hiat, Lian-po-
hiat, Cung-tie-hiat dan beberapa jalan darah lainnya yang
terpenting di tubuhku dipukuli terus menerus. Berarti kau
membunuh aku secara perlahan-lahan!
“Itulah suatu perbuatan seorang pengecut! Lawan yang sudah
tidak berdaya, engkau siksa untuk binasa perlahan-lahan!!”
Mendengar perkataan Ciang Ko Sin yang terakhir, Sin-kun-
bu-tek telah tertawa bergelak-gelak keras sekali, dia juga telah
memperlihatkan wajah yang keren sekali.
“Orang she Ciang, kau dengarlah!” katanya kemudian
dengan suara yang nyaring. “Empat tahun yang lalu aku pernah

Tat Mo Cauwsu 200


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

membebaskan dirimu dari kematian, walaupun seharusnya saat


itu engkau diganjar dengan kematian. Sebab engkau melakukan
perbuatan terkutuk dengan membunuh gadis-gadis tidak berdosa,
memperkosa dan juga banyak perbuatan terkutuk lainnya engkau
lakukan!
“Lalu tadi engkau pernah mengatakan bahwa engkau telah
mencari-cari aku selama tiga tahun! Hahaha, sekarang engkau
telah melihatnya bukan? Bahwa aku tidak akan membiarkan kau
lolos pula!
“Aku memang menghendaki engkau bercacad seumur hidup,
memusnahkan seluruh ilmu silatmu........ Dan untuk selanjutnya
engkau akan menjadi manusia bercacad yang tidak punya guna,
sehingga berhadapan dengan seorang manusia saja engkau tidak
akan sanggup! Mengertikah kau?”
Bergidik Ciang Ko Sin mendengar ancaman si pengemis itu.
“Jika demikian, engkau binasakan saja........ Aku mohon
engkau bunuhlah aku,” kata Ciang Ko Sin dengan suara
sesambatan, tampaknya dia ketakutan sekali.
“Haahaahaa, sudah kukatakan, tidak mudah untuk binasa,
tidak mudah meminta mati,” kata Sin-kun-bu-tek dengan suara
yang dingin, “Manusia seperti engkau memang tidak mudah
hidup dan tidak gampang mati.........
“Hadiah yang paling enak adalah memberikan cacad padamu
dan memusnahkan seluruh ilmu silatmu! Nanti aku akan
membebaskan kau........!”
Kemudian si pengemis menoleh kepada Sin Han, katanya
lagi, “Ayo mulai berlatih lagi!”

Tat Mo Cauwsu 201


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan selesai berkata si pengemis telah memberikan beberapa


contoh lagi. Ciang Ko Sin jadi musnah harapannya untuk bisa
lolos dari tangan Sin-kun-bu-tek.
Harus diketahui, bahwa seorang ahli silat paling takut jika
dirinya mesti bercacad dan musnah ilmu silatnya. Setiap ahli silat
yang telah melatih diri, tentu akan berusaha untuk mempertinggi
kepandaiannya, karena mereka pun banyak memiliki lawan-
lawan tangguh.
Dengan musnahnya ilmu silat mereka berarti akan
berantakan hidup mereka. Itulah sebabnya, mengapa Ciang Ko
Sin jadi demikian ketakutan dan dia lebih rela harus mati,
daripada musnah ilmu silatnya.
Sin Han telah menjalankan jurus-jurus yang diajarkan
kepadanya. Dan dia melakukan pukulan-pukulan dengan jurus-
jurus ilmu pukulan Rajawali itu dengan gencar.
Walaupun pukulan-pukulan yang dilancarkan Sin Han tidak
begitu keras dan tenaga serangannya juga tidak sehebat yang
dilakukan Sin-kun-bu-tek, namun disebabkan sasaran dari
pukulan-pukulannya itu mengambil bagian-bagian jalan darah
terpenting di tubuh Ciang Ko Sin, maka Ciang Ko Sin menderita
kesakitan bukan main.
Sampai akhirnya dia rubuh pingsan waktu beberapa jalan
darah terpentingnya telah hancur pecah akibat getaran dari ilmu
Pukulan Rajawali itu. Sin-kun-bu-tek mengajarkan Sin Han jurus-
jurus itu sampai menjelang sore, Ciang Ko Sin telah tiga kali
jatuh pingsan.
Setelah melihat cukup banyak pecahnya jalan-jalan darah
terpenting di tubuh Ciang Ko Sin, barulah Sin-kun-bu-tek
mengajak Sin Han untuk berlalu meninggalkan kuil itu dan Ciang
Ko Sin yang menggeletak pingsan di lantai kuil tersebut.

Tat Mo Cauwsu 202


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tiga jam lagi dia akan tersadar dengan sendirinya, tetapi


saat itu dia telah berobah menjadi manusia bercacad dan seluruh
ilmu silatnya telah musnah. Untuk selanjutnya manusia jahat
seperti dia tidak bisa membuat kejahatan lagi........” menjelaskan
Sin-kun-bu-tek.
Begitulah Sin-kun-bu-tek telah menanamkan sifat-sifat
kegagahan seorang pendekar silat dari kalangan Kang-ouw.
Setiap kejahatan harus dibasmi.........
Pagi itu, Sin-kun-bu-tek berdua muridnya telah tiba di
pinggir sebuah hutan yang tidak begitu besar. Mereka sedang
melakukan perjalanan menuju kota Souw-ciu, karena si pengemis
ingin mengajak Sin Han menemui seorang sahabatnya yang telah
lama tidak berjumpa, yaitu seorang ahli silat ternama Goan Tie,
yang kini telah hidup tenang menyendiri di Souw-ciu, tidak
mencampuri pula urusan-urusan dunia persilatan.
“Goan Tie susiok (paman Goan Tie) merupakan sahabat
yang baik, waktu kami masih sama-sama muda, kami selalu
bekerja sama untuk membasmi kejahatan........!”

––––––––

JILID 6

Tat Mo Cauwsu 203


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Saat mereka tiba di sebuah hutan, mereka melihat di dekat


akar pohon yang melintang itu terdapat sesosok mayat, yang
menggeletak sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya mayat itu tidak terlalu luar biasa jika tidak
terdapat sesuatu yang istimewa. Tetapi keadaan mayat itu justru
sangat mengerikan sekali.
Sepasang tangan dan kaki dan mayat itu telah dipotong-
potong tidak karuan, dan muka mayat itupun telah dibakar hangus
sehingga tidak dikenali lagi wajahnya.
“Perbuatan biadab........!” mendesis Sin-kun-bu-tek dengan
suara kemarahan.
“Ya siapa yang telah melakukan perbuatan kejam seperti
ini?” menggumam Sin Han dengan hati yang goncang.
“Dan........ dan kematian orang ini suhu, benar-benar sangat
menakutkan sekali........!”
“Inilah perbuatan manusia-manusia jahat yang tidak
mengenal perikemanusiaan!” kata Sin-kun-bu-tek dengan suara
mengandung kegusaran.
“Hemm........ tunggu, apa itu!?” dan Sin-kun-bu-tek
berjongkok, dia mengambil sesuatu dari tangan si korban yang
tercekal keras.
Tangan itu, lengkap jari jari tangannya, telah merupakan
potongan kecil belaka, karena mulai dari pangkal lengan dipotong
menjadi enam bagian, dan hanya bagian telapak tangan itulah
yang utuh, dimana jari-jari tangannya seperti mencekal sesuatu.
Dan barang itulah yang diambil Sin-kun-bu-tek.
Waktu barang tersebut dikeluarkan, ternyata merupakan
secarik kertas kecil, dan di dalam kertas itu terdapat empat huruf
tulisan,

Tat Mo Cauwsu 204


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ban-hoa-ciang-mo” yang artinya “Tangan Iblis Selaksa


Bunga”.
“Ban-hoa-ciang-mo!” mendesis Sin-kun-bu-tek dengan suara
terkejut, sepasang alisnya mengkerut dalam-dalam.
Tampaknya pengemis tua she Lo ini tengah berpikir keras,
“Siapakah dia?”
“Apakah orang itu pembunuhnya, suhu?” tanya Sin Han.
“Hemmm, jika dilihat keadaan demikian tentu Ban-hoa-
ciang-mo itu yang telah melakukan pembunuhan kejam seperti
ini, sebab korbannya ini telah mencekal keras-keras kertas yang
bertulisan gelaran iblis itu…….! Tetapi siapa dia, yang bergelar
“Tangan Iblis Selaksa Bunga” itu? Tampaknya dia hebat dan
kejam sekali.”
Sin Han jadi merasa seram, karena dia melihat sosok mayat
itu terbinasa dengan cara yang sangat mengerikan sekali.
Sin-kun-bu-tek memasukkan secarik kertas yang bertulisan
Ban-hoa-ciang-mo itu ke dalam sakunya, kemudian dia menggali
tanah dengan dibantu Sin Han untuk mengubur mayat itu. Setelah
menguruk liang yang digalinya itu yang merupakan gundukan
kecil, si pengemis menghela napas lagi.
“Dan orang yang terbunuh inipun entah siapa adanya? Entah
dia memiliki sanak atau pamili dimana......... Dilihat dari
pakaiannya, jelas dia seorang ahli silat!”
Si pengemis menjauhkan dirinya duduk di bawah sebatang
pohon disamping gundukan kuburan baru itu untuk beristirahat.
Kemudian si pengemis memejamkan matanya untuk tidur.
Sin Han melihat gurunya telah tidur nyenyak, jadi gelisah
sekali. Dia merasa ngeri melihat gundukan kuburan baru itu,

Tat Mo Cauwsu 205


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

karena dia membayangkan betapa mayat yang berada di dalam


kuburan itu dalam keadaan rusak menyeramkan.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Sin Han
telah duduk tidak berjauh dari gurunya, dan dia mempermainkan
batang-batang rumput.
Keadaan di sekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada orang
yang berlalu lalang. Angin berhembus sepoi-sepoi.
Lama juga Sin Han menantikan gurunya itu bangun, tetapi
Sin-kun-bu-tek tampaknya benar-benar pules. Untuk mengisi
waktu isengnya, Sin Han telah melatih beberapa jurus ilmu
pukulan yang telah diturunkan Sin-kun-bu-tek.
Walaupun belum bisa dipergunakan untuk bertempur, tetapi
Sin Han telah berhasil menguasai jalan-jalannya setiap jurus itu.
Disamping itu dia juga telah mengetahui cara-cara untuk
melancarkan serangannya.
Waktu Sin Han sedang berlatih, tiba-tiba dari kejauhan
tampak berlari-lari dua sosok tubuh sambil memperdengarkan
suara jeritan yang menyayatkan hati, menghampiri ke arah Sin
Han dan Sin-kun-bu-tek berada.
Sin Han jadi heran dan terkejut, dia berhenti berlatih dan
mengawasi ke arah kedua orang yang sedang mendatangi itu.
Hatinya juga menduga-duga entah apa yang tengah terjadi di diri
kedua orang itu.
Kedua sosok tubuh itu berlari-lari semakin mendekat saja,
dan waktu Sin Han bisa melihat jelas, dia jadi terkejut bukan
main. Hatinya sampai tergoncang keras dan darahnya mendesir
cepat, karena dia melihat betapa muka kedua orang itu rusak
seperti bekas terbakar.

Tat Mo Cauwsu 206


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tubuh kedua orang itupun telah rusak oleh luka-luka yang


banyak di berbagai bagian tubuhnya, dimana darah mengucur
membasahi tubuh mereka.
Setelah berlari-lari sekian lama dan hampir sampai di tempat
Sin Han dan Sin-kun-bu-tek berada, keduanya telah rubuh
terjungkel, bergulingan di tanah sambil meraung-raung dengan
suara menyayatkan.
Sin Han jadi bingung sekali, dia telah menghampiri gurunya,
yang tubuhnya telah digoncang-goncangkannya dengan keras.
“Suhu........ suhu bangun!” panggilnya. “Ada sesuatu yang
luar biasa........!”
Si pengemis tua she Lo itu telah membuka matanya dengan
sikap tak acuh. “Ada apa?” tanya Sin-kun-bu-tek dengan segan
dan menggeliat meluruskan tubuhnya. “Engkau selalu
mengganggu tidurku saja........!”
“Lihatlah suhu......... kedua orang itu…….!”
Karena diliputi perasaan takut, ngeri dan kaget, Sin Han
tidak bisa berkata-kata dengan lancar. Dia telah menunjuk ke arah
dua orang yang mukanya hangus terbakar dan tubuhnya telah
terluka parah itu, yang bergulingan di tanah sambil meraung-
raung.
Sin-kun-bu-tek memandang ke arah yang ditunjuk oleh Sin
Han, dan kemudian dia menguap. Sedikitpun juga dia tidak
memperlihatkan perasaan kaget. Dia telah memejamkan kembali
matanya, sambil sahutnya,
“Biar saja, jangan usil.........jangan mengganggu tidurku
lagi!”
Sin Han jadi gelisah sekali bercampur heran karena dia tidak
mengerti mengapa gurunya membawa sikap demikian!?

Tat Mo Cauwsu 207


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Biasanya Sin-kun-bu-tek jika melihat urusan yang ganjil dan


tidak wajar, tentu akan segera bertindak.
Karena gurunya telah berpesan agar dia tidak mengganggu
tidurnya, Sin Han juga tidak berani membangunkan lagi gurunya.
Walaupun hatinya tergoncang keras mendengar suara jerit pekik
kedua orang itu yang tetap bergulingan dengan keadaan yang
sangat mengenaskan sekali........
Kedua orang itu berkelejatan terus menerus, bergulingan dan
mengeluarkan suara pekik kesakitan. Disamping itu samar-samar
kedua orang itu sesambatan,
“Ampun........ aduhh........ bunuhlah kami........ aduhhh........
Ban-hoa-ciang-mo, ampun........” dan suara teriakan mereka itu
hanya samar-samar, karena tampaknya mereka telah lemah benar.
Sedangkan saat itu Sin Han juga terkejut mendengar kedua
orang tersebut menyebut-nyebut Ban-hoa-ciang-mo.
Bukankah Ban-hoa-ciang-mo itu merupakan iblis yang
membinasakan orang yang telah dikubur oleh gurunya dan dia
beberapa saat yang lalu?
Apakah kedua orang ini, yang mukanya juga hangus terbakar
seperti mayat yang telah dikubur itu, adalah dua orang korban
lainnya dari Ban-hoa-ciang-mo?
Hanya saja, bedanya mereka justru masih lengkap memiliki
sepasang tangan dan kaki yang belum terpotong-potong...........
Sin Han jadi bingung sendirinya.
Beberapa kali dia menoleh kepada gurunya. Lalu beralih
kepada kedua orang itu yang tampaknya tengah tersiksa. Lalu
memandang gurunya pula dan berbalik memandang kepada
kedua orang itu lagi.

Tat Mo Cauwsu 208


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sikap yang diperlihatkan Sin Han justru merupakan tanda


bahwa anak ini sedang diliputi oleh perasaan takut yang sangat,
karena mendengar suara pekik kesakitan dan jerit raung dari
kedua orang itu. Sin Han merasakan bulu tengkuknya bagaikan
terbangun berdiri semuanya..........
Anak itu hanya bisa berdiri mematung saja.
Tiba-tiba terdengar suara pekik yang nyaring dari kejauhan,
samar-samar sekali.
“Ban-hoa-ciang-mo,......... ampunilah kami! Ampunilah
kami!” tiba-tiba kedua orang yang tengah berguling di tanah
dengan muka yang terbakar itu, telah menjerit-jerit dengan suara
yang keras, rupanya dia mendengar juga suara pekik dikejauhan
itu.
Sin Han jadi menduga, apakah suara pekik dikejauhan itu
adalah suara pekiknya Ban-hoa-ciang-mo? Dan hati anak ini
tambah tergoncang keras saja.
Dengan cepat Sin Han menggeser tubuh, dia telah duduk di
dekat gurunya dengan hati yang kebat-kebit. Sebetulnya Sin Han
ingin membangunkan gurunya lagi, karena disaat itu bukankah
tengah berlangsung peristiwa yang sangat hebat sekali?
Tetapi Sin Han tidak berani membangunkan Sin-kun-bu-tek,
sebab sebelum tidur pula, gurunya itu telah berpesan agar tidak
mengganggu tidurnya.
Suara pekik dikejauhan yang mirip-mirip suara tertawa atau
menangis itu terdengar semakin dekat juga.
Waktu Sin Han tengah mengawasi tertegun kepada kedua
sosok tubuh yang bergulingan di tanah itu, tahu-tahu di tempat itu
telah bertambah dengan seseorang lainnya!

Tat Mo Cauwsu 209


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tampak seorang lelaki berpakaian pelajar, berusia duapuluh


empat atau duapuluh lima tahun telah berdiri. Mukanya cukup
tampan dan tangan kanannya meng-gerak-gerakkan kipas di
tangannya.
Sikapnya angkuh sekali, dan dari wajahnya yang tampan
gagah itu, seperti terpancar sinar yang cukup mengerikan. Karena
matanya tampak memancarkan sinar yang kejam dan aneh,
mengawasi kedua orang yang tengah bergulingan di tanah itu.
Pelajar muda itu hanya melirik sejenak kepada Sin Han dan
Sin-kun-bu-tek, kemudian sudah tidak mengacuhkan si pengemis
dan Sin Han. Dia berkata dengan suara yang dingin kepada kedua
orang yang tengah bergulingan di atas tanah itu,
“Kalian ingin mati?” tanyanya dengan suaranya yang datar
sekali tidak mengandung perasaan apa-apa.
Tampaknya dia tidak terpengaruh atau ngiris menyaksikan
kedua orang yang telah terluka parah itu.
“Benar......... benar Ban-hoa-ciang-mo......... ampunilah kami.
Bunuhlah kami......... Janganlah kami disiksa demikian!” teriak
kedua orang itu sesambatan dengan suara yang lebih keras,
karena mereka telah memaksakan diri untuk berkata-kata, tetapi
kesudahannya mereka merintih dan bergulingan lagi di tanah.
Pemuda pelajar yang tampan itu telah mengeluarkan suara
tertawa dingin, sikapnya begitu tawar dan tidak memperlihatkan
perasan lainnya selain sikap angkuh dan pemberang. Kipas di
tangan kanannya telah digerak-gerakkan.
“Hemm........ kalian berdua telah kuhadiahkan Pek-kut-ciam
(Jarum Tulang Putih), maka sulit aku mengambil dan menarik
kembali paku-paku itu dari tubuh kalian........!”
Kedua orang itu merintih lagi.

Tat Mo Cauwsu 210


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kami tahu! Kami tahu Ban-hoa-ciang-mo, kami memang


telah terkena jarum Pek-kut-ciammu itu........ Kami juga tahu
jarum itu sangat halus sekali.
“Waktu kau menepuk punggung kami dengan perlahan, paku
itu telah menerobos masuk ke dalam daging tubuh kami dan
menyelusup terus sampai ke tulang, menimbulkan sakit seperti
sekarang ini........ Maka tolonglah kami, binasakan saja kami........
tidak tahan lagi kami harus menderita seperti ini........!”
“Untuk binasa, itu mudah!” kata si pelajar muda dengan
suara yang tawar. “Tetapi kalian harus memberikan jawaban dulu
atas pertanyaanku yang tadi........ yaitu dimana guru kalian
menyimpan kitab Sin-hian-pit-kip?”
Kedua orang itu menggerung-gerung dengan suara tidak
jelas. Tampaknya walaupun kesakitan tetapi mereka tidak
bersedia untuk menjawab pertanyaan pelajar bermuka dingin itu,
yang selalu dipanggilnya dengan sebutan Ban-hoa-ciang-mo.
Sin Han mengawasi dengan hati yang kebat kebit, karena dia
melihat kedua orang itu tampaknya semakin lama semakin
menderita saja. Tiba-tiba Ban-hoa-ciang-mo telah berkata lagi
dengan suara yang dingin.
“Kalian boleh pilih, menderita kesakitan seperti itu selama
dua hari dua malam, atau kalian sebutkan di mana tempat
penyimpanan kitab “Sin-hian-pit-kip”, maka kalian akan segera
kubinasakan, sehingga kalian terbebas dari siksaan!
“Perlu kalian ketahui juga, bahwa guru kalian telah terbinasa,
telah kubunuh dengan muka yang terbakar dan tubuh terpotong-
potong........ karena dia terlalu keras kepala.
“Dia tidak mau menyebutkan dimana dia menyimpan kitab
ilmu silatnya itu, walaupun aku telah memotong tangan dan
kakinya. Sampai aku memotong tangan dan kakinya itu menjadi

Tat Mo Cauwsu 211


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

belasan potong, tua bangka keparat itu tetap tidak mau


menyebutnya! Maka dia menemui kematian dengan cara yang
mengenaskan itu!
“Apakah kalian juga hendak mengalami penderitaan seperti
tua bangka itu?”
Kedua orang itu mengerang-erang lagi dengan suara yang
mengenaskan sekali. Mereka juga memohon agar mereka
dibinasakan saja oleh Ban-hoa-ciang-mo.
Sin Han mendengar perkataan Ban-hoa-ciang-mo, segera
menduga bahwa orang yang disebutnya sebagai tua bangka yang
telah dipotong-potong tubuhnya itu, tentu tidak lain dari pada
mayat yang telah dikubur gurunya beberapa saat yang lalu!
Bukankah mayat itu dalam keadaan hancur mengerikan, dengan
tubuh yang terpotong?
“Cepat kalian katakan, dimana disimpannya kitab Sin-hian-
pit-kip itu........! Atau aku akan segera berlalu meninggalkan
kalian, agar selama dua hari dua malam kalian tersiksa perasaan
sakit seperti itu terus menerus tanpa ada seorangpun yang bisa
menolongi kalian!
“Pek-kut-ciam ku itu merupakan jarum istimewa. Tidak ada
seorang manusia pun di dunia ini yang bisa mengeluarkan jarum
itu atau mengurangi perasaan sakit akibat jarum tersebut disetiap
bonggolan tulang kalian........!”
Kedua orang yang terluka parah itu tampaknya masih ragu-
ragu, tetapi salah seorang di antara mereka yang tampaknya
sudah tidak bertahan lebih lama lagi dari perasaan sakit itu, telah
berkata dengan suara tidak lancar,
“Kitab Sin-hian-pit-kip itu disimpan suhu.......... disimpan
suhu di..........”

Tat Mo Cauwsu 212


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Cepat katakan, begitu kau memberitahukan engkau akan


kubinasakan, sehingga penderitaan kau berakhir..........!” kata
Ban-hoa-ciang-mo dengan suara yang dingin, tetapi matanya
semakin terpentang lebar.
Karena dia menantikan dengan bersungguh-sungguh akan
keterangan yang diberikan orang itu. Tetapi orang tersebut
tampaknya ragu-ragu karena dia telah merintih pula sejenak
lamanya.
Kawannya yang seorang telah berkata dengan suara yang
dingin,
“Hemmm, engkau........! Aduhhh!” dia tidak bisa meneruskan
perkataannya, karena kembali dia merintih lagi, “Jangan.........
aduhhh! Jangan katakan padanya.........! Aduhhh! Aduhhh!”
Ban-hoa-ciang-mo telah tertawa dingin, dia bilang,
“Hemmm, engkau ingin menderita lebih lama? Baiklah! Aku
pergi saja!” dan setelah berkata begitu, Ban-hoa-ciang-mo telah
mengayunkan langkahnya memutar tubuhnya untuk berlalu.
Tetapi kedua orang itu jadi ketakutan sekali, mereka teraduh-
aduh sambil menjerit-jerit,
“Jangan........ jangan pergi........ aku katakan......... aku aku
akan mengatakan.........!”
Dan setelah berteriak begitu salah seorang di antara mereka
telah berkata lagi sambil teraduh-aduh,
“Sin-hian-pit-kip berada........ berada di bawah
pembaringan........ aduuhh........ suhu........!”
Mendengar itu, Ban-hoa-ciang-mo tertawa bergelak-gelak
dia mengibaskan kipasnya yang ditutup, lalu katanya,

Tat Mo Cauwsu 213


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terima kasih. Nah, aku pergi dulu! Jika memang


keteranganmu itu benar, aku akan kembali kemari untuk
membinasakan kalian, agar penderitaan kalian tidak bertambah
lama! Tetapi jika ternyata keteranganmu itu dusta, hemm, hemm,
tentu saja penderitaan kalian akan berlipat lebih berat........!”
Dan setelah berkata begitu, tampak Ban-hoa-ciang-mo
menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat akan berlalu.
Namun disaat itulah sebutir batu telah melesat lewat di depan
mukanya, disusul dengan kata-kata,
“Jangan pergi dulu!”
Ban-hoa-ciang-mo jadi terkejut, dia berhenti melangkah
sambil memutar tubuhnya. Dihadapannya berdiri si pengemis
yang tadi dilihatnya tengah tidur nyenyak.
“Hemm, engkau ingin mencampuri urusan ini, pengemis
butut?” tanyanya dengan suara dingin, “Rupanya tadi kau pura-
pura bodoh dengan tidur-tidur anjing........!”
Sin-kun-bu-tek tertawa dingin.
“Engkau masih demikian muda usia, tetapi hatimu kejam
melebihi serigala........! Tentu manusia seperti engkau ini akan
meminta korban yang jauh lebih banyak lagi, maka jika tidak
disingkirkan, akan membawa bahaya yang sangat besar........!”
“Hemm........!” tertawa pelajar yang bergelar Ban-hoa-ciang-
mo itu dengan suara yang dingin, mengandung kegusaran,
“Engkau tidak takut nanti menderita seperti mereka……..?”
“Membasmi kebathilan dan kejahatan mengapa harus takut
menderita?” menyahuti si pengemis tua she Lo itu dengan suara
gusar juga, “Justru manusia-manusia berhati serigala seperti
engkau yang harus disingkirkan dari permukaan bumi…….”

Tat Mo Cauwsu 214


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah berkata begitu, tampak Sin-kun-bu-tek bersiap-


siap untuk melancarkan serangan sambil melanjutkan
perkataannya.
“Nah, mulailah!” Ban-hoa-ciang-mo tertawa dingin, dan dia
berkata tawar.
“Tidak perlu tergesa-gesa untuk menerima maut!” katanya
mengejek.
“Hemmm, nanti setelah engkau merasakan enaknya jarum
Pek-kut-ciam ku itu, engkau baru mengerti, betapa permintaan
maaf dan ampun kepada Ban-hoa-ciang-mo sangat penting
sekali……”
Tetapi Sin-kun-bu-tek sama sekali tidak takut, dia telah
bersiap-siap untuk melancarkan serangan.
Sedangkan Ban-hoa-ciang-mo telah mengibaskan kipasnya
yang dibukanya kembali, digerak-gerakkan dengan sikap seperti
orang yang tengah mengipas.
Setelah itu, tangan kirinya diangkat sampai ke depan
dadanya, dia juga tersenyum dengan sikap yang mengejek,
katanya,
“Sial sekali hari ini aku harus berurusan dengan pengemis
jorok menjijikkan seperti kau......... majulah.”
Sin-kun-bu-tek tidak berlaku segan-segan lagi. Tadi dia telah
menyaksikan betapa Ban-hoa-ciang-mo memang merupakan iblis
yang sangat kejam sekali. Disamping itu dia juga melihat salah
seorang korbannya, tubuhnya telah dipotong-potong.
Maka sekarang dia melancarkan serangan dengan tidak
sungkan-sungkan lagi. Dia telah menyalurkan tenaga lwekangnya
dikedua kepalan tangannya sebanyak delapan bagian.........
sehingga serangannya itu sangat berbahaya sekali, karena jika

Tat Mo Cauwsu 215


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

saja serangan itu menghantam batu, tentu batu itu akan terhajar
hancur..........
Tetapi Ban-hoa-ciang-mo sama sekali tidak jeri menghadapi
Sin-kun-bu-tek. Dia menantikan waktu kepalan tangan lawannya
hampir tiba, baru dia menggerakkan kedua tangannya secara aneh
sekali, yaitu tangan kirinya yang tadi diangkat ke depan dadanya
dikibaskan ke depan dan kipasnya itu dipergunakan untuk
menunjuk kepada Sin-kun-bu-tek.
Terjadilah suatu peristiwa yang sangat aneh sekali yang
membuat Sin-kun-bu-tek kaget bukan main. Karena tahu-tahu
tubuhnya seperti diterjang suatu kekuatan yang tidak tampak, dan
badannya itu telah terpelanting bergulingan di atas tanah.
“Ilmu hitam!” berseru Sin-kun-bu-tek dengan suara tertahan.
Sebagai seorang pendekar ternama di dunia rimba persilatan,
yang memiliki pengalaman luas, Sin-kun-bu-tek mengetahui
bahwa serangan yang dilakukan lawannya itu bukan dengan
mempergunakan tenaga dalam, melainkan mempergunakan
semacam ilmu gaib aliran hitam.
Maka sebelum tubuhnya tiba di dekat si pelajar, justru dia
merasakan seperti menubruk selapis dinding tebal yang kuat yang
membuat dia terpental.
Ban-hoa-ciang-mo telah tertawa mengejek.
“Bagaimana?” tanyanya sambil menggerak gerakkan
kipasnya dengan sikap acuh tak acuh meremehkan si pengemis.
“Hemm, ilmu hitam seperti itu memang bisa menakut-nakuti
anak kecil, tetapi untuk aku tidak!” berseru Sin-kun-bu-tek bukan
berdiam diri saja.
Dia telah melompat dan melancarkan serangan lagi dengan
mempergunakan sekaligus kedua tangannya. Dalam keadaan

Tat Mo Cauwsu 216


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

gusar dan marah, dia telah melancarkan serangan dengan


mempergunakan ilmu Pukulan Rajawali.
Gerakan yang dilakukan oleh Sin-kun-bu-tek rupanya
mengejutkan Ban-hoa-ciang-mo juga.
Dia melihat si pengemis seperti tidak takuti lagi ilmu
hitamnya, maka pelajar ini menyadari bahwa lawannya memiliki
ilmu bathin dan latihan lwekang yang cukup kuat.
Maka Ban-hoa-ciang-mo telah berlaku hati-hati. Dia
mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali dan telah
menusuk dengan kipasnya.
Tetapi Sin-kun-bu-tek kali ini telah berwaspada. Dia
mengetahui bahwa lawannya ini memiliki ilmu hitam yang bisa
dipergunakan melumpuhkan lawan, maka si pengemis
mengerahkan lwekangnya dan memusatkan seluruh perhatiannya.
Waktu Ban-hoa-ciang-mo membentak, “Rubuh!” Si
pengemis menghentakkan kepalanya untuk melenyapkan
pengaruh ilmu hitam itu, yang termasuk sejenis ilmu sihir juga.
Dengan hentakan kepala begitu, Sin-kun-bu-tek berhasil
melenyapkan pengaruh ilmunya Ban-hoa-ciang-mo, sehingga
serangan yang dahsyat itu telah menyambar terus dengan cepat.
Ban-hoa-ciang-mo jadi semakin sangat gusar melihat
usahanya kembali gagal untuk merubuhkan pengemis itu. Dengan
cepat dia melompat ke samping, mulutnya telah berkemak kemik
pula disaat berhasil meloloskan diri dari gempuran Sin-kun-bu-
tek, lalu dia mengibaskan kipasnya pula dengan beruntun.
Gerakannya memang benar-benar aneh. Karena gerakannya
itu bukan menyerupai gerakan silat, melainkan gerakan-gerakan
tangan yang dipenuhi oleh pengaruh-pengaruh sihir.

Tat Mo Cauwsu 217


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Walaupun Sin-kun-bu-tek melancarkan serangan yang


gencar, tidak satupun dari serangan-serangannya itu yang bisa
mengenai sasarannya. Sehingga membuat Sin-kun-bu-tek tambah
penasaran dan heran.
Dia tidak mengerti, setiap tenaga serangannya hampir
mengenai diri Ban-hoa-ciang-mo, selalu pula serangan itu
membalik dan lenyap, bagaikan di sekeliling diri Ban-hoa-ciang-
mo terlindung lapisan dinding yang tidak tampak.
Si pengemis tua she Lo mengenal bahwa itu adalah ilmu
hitam yang kuat sekali sebab si pelajar ganas itu melindungi
dirinya dengan rapat. Dengan penasaran yang meluap-luap,
tampak Sin-kun-bu-tek telah menggerakkan lagi kedua
tangannya, dia telah mengibas berulang kali dengan kepalan
tangannya, untuk menggempur pertahanan Ban-hoa-ciang-mo.
Kedua orang itu telah bertempur dengan seru dan dahsyat,
dengan gerakan-gerakan yang agak aneh. Sebab yang seorang
mempergunakan kekuatan lwekang dengan jurus-jurus ilmu
pukulan biasa, sedangkan yang seorangnya lagi mempergunakan
ilmu hitam, yang aneh dan sulit dicernakan oleh pikiran sehat si
pengemis.
Ban-hoa-ciang-mo juga bukannya tidak berkuatir. Dia heran
ilmu hitamnya tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap diri si
pengemis.
Dia telah beberapa kali menyalurkan ilmu hitamnya itu
dengan gerakan-gerakan yang sangat ketat dan aneh. Namun
kenyataannya selalu gagal.
Si pengemis dapat memunahkan semua pengaruh ilmu
sihirnya itu dengan menggigit bibirnya atau lidahnya. Rasa sakit
pada lidah dan bibirnya itulah yang telah membuat Sin-kun-bu-
tek sulit dipengaruhi oleh kekuatan sihir dari lawannya tersebut.

Tat Mo Cauwsu 218


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu Sin-kun-bu-tek melancarkan serangan dan gempuran


keras pula.
Tiba-tiba Ban-hoa-ciang-mo telah mengeluarkan suara pekik
yang cukup nyaring, nadanya aneh sekali dan telinga Sin-kun-bu-
tek jadi merah panas, jantungnya bergoyang keras, darahnya
mendesir dan hatinya berdebar keras.
Si pengemis tua Lo Ping Kang kaget bukan main, dia
merasakan perobahan pada dirinya itu. Yang membuat dia lebih
kaget lagi justru ketika dia menyaksikan Sin Han yang tengah
berdiri di bawah pohon, telah terjungkal rubuh pingsan waktu
Ban-hoa-ciang-mo memekik begitu.
Tetapi Sin-kun-bu-tek menyadarinya bahwa dia tidak boleh
terpecah perhatiannya.
Sedikit saja dia terpengaruh oleh ilmu hitamnya Ban-hoa-
ciang-mo, tentu dia akan menghadapi kecelakaan yang tidak
kecil. Dengan cepat Sin-kun-bu-tek mengempos semangat
murninya, dia menggigit lidahnya cukup keras sampai
menimbulkan perasaan sakit.
Namun pengaruh ilmu hitam itu tidak juga lenyap, masih
mempengaruhi dirinya, sehingga pengemis ini merasakan
jantungnya tergoncang keras, dengan muka terasa panas
mengejang.
“Celaka!” mengeluh Sin-kun-bu-tek dengan suara tertahan.
Dengan saat itu Ban-hoa-ciang-mo juga telah mengeluarkan
suara pekikan lagi seperti tadi, kedua tangannya digerak-
gerakkan. Selanjutnya terjadi peristiwa yang tambah mengejutkan
hati Lo Ping Kang, karena dia merasakan betapa serangan kedua
tangannya selalu berobah arah.

Tat Mo Cauwsu 219


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Jika dia bermaksud menyerang kepala Ban-hoa-ciang-mo,


maka tangannya itu telah meluncur menghantam sisi pinggang
pelajar ganas itu. Jika dia mengincer sasaran di dada Ban-hoa-
ciang-mo, maka dia justru menyerang perut lawannya.
Sin-kun-bu-tek menyadarinya bahwa dirinya telah terjatuh
dalam pengaruhnya pelajar yang bergelar Ban-hoa-ciang-mo itu
(si Tangan Iblis Berlaksa Bunga).
Hati Sin-kun-bu-tek jadi kecut. Dia telah berusaha
mengempos terus semangatnya.
Tetapi waktu Ban-hoa-ciang-mo memekik untuk ketiga
kalinya sambil meng-gerak-gerakkan tangan kiri dan kanan
seperti orang yang tengah mendayung, gerakan tubuh Sin-kun-
bu-tek semakin tidak leluasa. Dia merasakan sepasang tangannya
itu seperti telah dikuasai oleh kekuatan yang luar biasa
dahsyatnya.
Si pengemis jadi mengeluh dan berkuatir. Ban-hoa-ciang-mo
telah mengeluarkan suara tertawa yang keras sekali,
“Hemmmm, tidak lama lagi engkau tentu akan memohon-
mohon ampun dariku........ tetapi disaat itu, hahahaha, tentu
engkau akan merasakan enak Jarum Pek-kut-ciam ku!!”
Dan setelah berkata begitu, kembali Ban-hoa-ciang-mo
memekik untuk keempat kalinya, pekikannya itu menyerupai
suara tertawa dan suara tangisan. Dia menyalurkan ilmu hitamnya
itu lewat suara pekikannya, untuk mempengaruhi lawannya.
Sin-kun-bu-tek seketika merasakan sepasang lengannya jadi
lemas seperti tidak bertenaga, begitu juga sepasang lututnya
lemas bagaikan tidak memiliki kekuatan lagi, maka tanpa ampun
lagi pengemis itu telah rubuh terjungkel berlutut di tanah!
Ban-hoa-ciang-mo tertawa keras.

Tat Mo Cauwsu 220


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Lihatlah!” katanya dengan suara yang menyeramkan sekali.


“Dengan demikian, dekat pula saatnya engkau akan merasakan
hebatnya Ban-hoa-ciang-mo. Tetapi aku justru menghendaki
engkau binasa dan menderita perlahan-lahan!!”
Rupanya Ban-hoa-ciang-mo bicara tidak main-main. Dia
tidak mau cepat-cepat menyiksa Sin-kun-bu-tek seperti korban-
korbannya yang lain.
Dia juga mengeluarkan jarum beracun Pek-kut-ciamnya. Dia
telah membentak keras dengan suara memekik tadi tubuhnya
tahu-tahu meliuk-liuk dan kedua tangannya telah digerakkannya.
Sin-kun-bu-tek yang merasakan seluruh tenaganya seperti
telah melompat berdiri, lalu menari-nari.
Keruan saja hati Sin-kun-bu-tek jadi terkejut dan gelisah
sekali, karena tangannya itu bergerak di luar kehendaknya, dia
menari-nari terus. Si pengemis berusaha menindih getaran dari
suara pekikan Ban-hoa-ciang-mo itu dengan hentak kepala dan
mengempos semangat murni maupun lwekangnya, tetapi selalu
gagal........
Walaupun dia telah menggigit lidahnya cukup keras, sampai
mengeluarkan darah, pengaruh ilmu hitam dari lawannya itu
masih belum juga dapat dilenyapkannya........ Tangan dan
kakinya tetap ber-gerak-gerak di luar kehendak hatinya.
Ban-hoa-ciang-mo menyelesaikan gerakan tangannya dengan
pekikan lagi. Tubuh Sin-kun-bu-tek seperti tertendang suatu
kekuatan yang sangat kuat sekali, dan terpental ke belakang
kejengkang rubuh dengan mengeluarkan jeritan yang
menyakitkan hati........!
Keadaan Sin-kun-bu-tek memperlihatkan bahwa dia telah
kena pengaruh oleh kekuatan ilmu hitamnya Ban-hoa-ciang-mo,
karena di luar keinginannya, waktu dia terjungkel rubuh disaat itu

Tat Mo Cauwsu 221


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

juga dia telah tertawa........ Walaupun sesungguhnya dia


merasakan sekujur tubuhnya sakit bukan main.
“Habislah aku kali ini........!” berpikir si pengemis di dalam
hatinya. Dia juga tidak berdaya untuk memberikan perlawanan
terhadap ilmu hitamnya Ban-hoa-ciang-mo.
Ban-hoa-ciang-mo tertawa keras, dia telah melirik kepada
Sin Han yang menggeletak di atas tanah dalam keadaan pingsan
itu.
“Hemm, anak itu beruntung, dia telah kabur pingsan,
sehingga tidak mendengar suara pekikanku yang dahsyat........
sehingga dia tidak akan terpengaruh apa-apa. Karena dalam
keadaan pingsan tentu saja dia tidak mendengar suatu apapun
juga.”
Dan setelah menggumam begitu, tampak Ban-hoa-ciang-mo
telah memandang kepada si pengemis tua Lo Ping Kang lagi, dia
berkata dengan suara dingin,
“Sekarang tiba saatnya engkau harus mengalami siksaan
dariku, karena mulutmu yang lancang dan sikapmu yang kurang
ajar!”
Mulut Ban-hoa-ciang-mo berkemak-kemik lagi perlahan, dia
menggerakkan tangan kanannya, dan menghentak ke atas,
“Bangun!” bentaknya dengan keras.
Aneh sekali, tubuh Sin-kun-bu-tek seperti dikuasai suatu
kekuatan aneh yang memaksa dia melompat berdiri. Gerakan
tubuhnya seperti juga robot yang telah menuruti saja perintah
Ban-hoa-ciang-mo.
Walaupun dalam pengaruh ilmu hitam, tetapi disebabkan
Sin-kun-bu-tek merupakan jago yang memiliki lwekang tinggi
sekali, maka kesadaran pikirannya belum lenyap semuanya.

Tat Mo Cauwsu 222


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia telah berpikiran keras untuk melawan pengaruh ilmu


hitam itu. Hanya sayangnya beberapa kali usahanya itu gagal.
“Tampar mukanya sendiri sebanyak sepuluh kali,” perintah
Ban-hoa-ciang-mo dengan suara yang bengis.
Hati Sin-kun-bu-tek menolak perintah itu, justru karena
tangan kanannya telah terangkat di luar kehendaknya, dan
bergerak menempeleng mukanya sendiri sebanyak sepuluh kali.
Sampai mengeluarkan suara “plak plok” yang keras sekali, sebab
dia telah menempelengnya dengan kuat sampai mukanya itu
bengkak.
Tetapi dia tidak menderita sakit, bahkan di luar keinginannya
diapun telah tertawa keras. Sikapnya itu seperti juga orang tidak
waras.
Dengan cepat sekali Ban-hoa-ciang-mo telah membentak
lagi, “Cakar mukamu.........”
Di luar keinginannya lagi, kedua tangan Sin-kun-bu-tek telah
mencakari mukanya berulang kali, sampai mukanya itu bergaris
terkena cakaran dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.
Ban-hoa-ciang-mo tertawa bergelak-gelak,
“Bagus! Bagus!” katanya dengan suara nyaring. “Hmm,
rupanya engkau seorang yang patuh sekali pada perintah
pengemis jorok!”
Dan setelah berkata begitu, Ban-hoa-ciang-mo berkemak-
kemik lagi, ingin memerintahkan si pengemis Sin-kun-bu-tek
menyiksa dirinya sendiri dengan pengaruh ilmu hitamnya.
Tetapi disaat itu Sin Han telah tersadar dari pingsannya, dia
telah melihat keadaan muka gurunya yang berlumuran darah,
sehingga anak itu terkejut, dia berteriak,

Tat Mo Cauwsu 223


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Suhu........ kenapa kau?”


Ban-hoa-ciang-mo yang tengah membacakan mantera-
manteranya segera menoleh kepada Sin Han. Dan dalam
kesempatan yang hanya beberapa detik itulah, disaat Ban-hoa-
ciang-mo berhenti membaca manteranya, Sin-kun-bu-tek cepat-
cepat mengulurkan tangan kanannya.
Dia telah memasukkan jari telunjuknya, yang ujungnya
digigit keras-keras, sampai ujung jari tangan itu mengucurkan
darah. Dan gigitan pada ujung jari tangannya itu justru telah
menyebabkan Sin-kun-bu-tek menderita kesakitan yang
mendatangkan kesadaran pikirannya, sehingga dirinya bebas dari
pengaruh ilmu hitam Ban-hoa-ciang-mo.
Sin-kun-bu-tek menyadari juga bahwa keselamatan jiwanya
hanya tergantung pada waktu yang hanya beberapa detik itu. Jika
dia tidak mempergunakan sebaik mungkin, tentu di waktu-waktu
mendatang sulit baginya untuk meloloskan diri dari pengaruh
ilmu hitamnya Ban-hoa-ciang-mo.
Dengan mengeluarkan suara teriakan marah Sin-kun-bu-tek
telah menerjang menghajarkan kedua kepalan tangannya itu ke
dada Ban-hoa-ciang-mo. Dia memukul dengan mempergunakan
seluruh kekuatan lwekang yang ada padanya.
Ban-hoa-ciang-mo jadi kaget bukan main. Dia sampai
mengeluarkan teriakan tertahan karena dia tidak menyangka
bahwa Sin-kun-bu-tek bisa meloloskan diri dari pengaruh ilmu
hitamnya itu dan diapun sedang tidak bersiap siaga, sehingga
dengan tergesa-gesa dia ingin mengelakkan diri dari gempuran
itu.
Namun disebabkan tadi perhatiannya terpecah kepada Sin
Han, maka dia tidak berhasil mengelakkan serangan mendadak
Sin-kun-bu-tek. Kepalan tangan si pengemis telah menggempur

Tat Mo Cauwsu 224


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

keras sekali dada dari pelajar yang ganas dan memiliki ilmu
hitam itu, sampai memperdengarkan suara “krekkkk”, karena ada
tulang dadanya yang patah.
Ban-hoa-ciang-mo telah mengeluarkan pekik kesakitan,
tubuhnya terpental dan terbanting di tanah, bergulingan beberapa
tombak.
Sin-kun-bu-tek tidak membuang-buang kesempatan yang
ada. Karena Sin-kun-bu-tek tahu, jika sampai si pelajar yang
ganas itu sempat mempengaruhi dirinya dengan ilmu hitamnya,
habislah harapannya untuk lolos.
Kembali dia menerjang sambil mengirimkan pukulan dengan
kepalan tangannya yang telah disaluri oleh tenaga sinkangnya.
Gerakan itu mendatangkan angin yang berkesiuran sangat
keras sekali, sehingga Ban-hoa-ciang-mo yang semula bermaksud
akan membaca manteranya lagi, jadi batal dan cepat-cepat
mengelakkan diri.
Sin-kun-bu-tek mendesak terus tanpa memberikan
kesempatan kepada lawannya walaupun sedetik, berturut-turut
dia melancarkan serangan-serangan yang mematikan. Sebab Sin-
kun-bu-tek bertekad jika dia dapat dia ingin membinasakan
lawannya itu.
Ban-hoa-ciang-mo yang melihat kenekadan lawannya yang
telah begitu rupa, dengan cepat merogoh saku bajunya. Karena
dia yakin jika harus menghadapi pukulan Sin-kun-bu-tek dengan
kepalan tangan biasa, tentu dia tidak akan sanggup.
Karena kekuatan lwekangnya masih berada di bawah tingkat
Sin-kun-bu-tek. Begitu tangannya ditarik keluar dari saku
jubahnya, dia telah membanting sesuatu di tanah, segera
terdengar ledakan keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 225


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek yang tengah menerjang maju jadi kaget


bukan main, apa lagi berbareng dengan terdengar suara ledakan
itu, juga mengepul asap hitam yang tebal sekali di sekitar tempat
itu, menghalangi pandangan matanya. Dia tidak berhasil melihat
dimana beradanya Ban-hoa-ciang-mo.
Dengan hati yang tergoncang keras, Sin-kun-bu-tek telah
melompat mundur melepaskan diri dari gulungan asap hitam itu,
kemudian mementang matanya lebar-lebar. Dia mengawasi
sekitar tempat itu mencari-cari Ban-hoa-ciang-mo. Tetapi pelajar
yang ganas itu telah lenyap, rupanya dia telah melarikan diri.
Setelah yakin bahwa Ban-hoa-ciang-mo telah berlalu, tubuh
Sin-kun-bu-tek jatuh duduk lemas tidak bertenaga, tetapi dia bisa
menghela napas lega.
Sin Han cepat-cepat memburu gurunya, untuk memayangnya
membawanya ke bawah sebatang pohon yang rimbun.
“Berbahaya! Berbahaya!” mengeluh si pengemis dengan
suara gemetar, karena baru saja dia lolos dari bahaya yang benar-
benar mengerikan.
Jika saja dia tidak berhasil meloloskan diri dari pengaruhnya
ilmu sihir Ban-hoa-ciang-mo, niscaya akan membuat dia
menderita, dan menemui kematian dengan bersengsara.
Ban-hoa-ciang-mo ganas dan bertangan telengas sekali.
Sedangkan kedua orang yang tadi berteriak-teriak kesakitan
dengan bergulingan di tanah, saat itu sudah tidak berkutik lagi,
diam kaku tanpa bernapas lagi, karena jiwa mereka telah
melayang...........
“Sungguh berbahaya manusia itu!! Dia benar-benar seperti
iblis yang menakutkan! Jauh lebih menakutkan dari Siang-niauw-
pek-sian Bo Siong Kun. Pelajar itu benar-benar ganas
sekali........!”

Tat Mo Cauwsu 226


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han jadi memandang bengong kepada gurunya, dia telah


berkata dengan suara ragu-ragu, “Sekarang........ sekarang
bagaimana suhu? Apakah luka-luka di muka suhu harus
dibersihkan dengan air? Biarlah aku mencari air di sekitar tempat
ini..........!”
Si pengemis mengangguk, dia memberikan secarik kain
kepada muridnya, dan Sin Han berlari-lari mencari sungai, guna
membasahi carikan kain itu.
Kebetulan sekali di tempat yang terpisah tidak begitu jauh,
anak ini menemui sungai yang airnya jernih. Segera Sin Han
merendam kain itu, dan membawa ke gurunya untuk menyusut
darah yang mengucur dari mukanya.
Setelah memborehkan semacam obat pada lukanya itu, si
pengemis mengajak muridnya berlalu dengan cepat. Sebab dia
kuatir kalau-kalau Ban-hoa-ciang-mo muncul kembali........
Sampai kedua orang yang telah menggeletak menjadi mayat
itu tidak sempat lagi dikubur oleh Sin-kun-bu-tek. Karena
pengemis inipun dikejar perasaan ngeri membayangkan bahwa
tadi dia telah kena dipengaruhi oleh ilmu hitamnya Ban-hoa-
ciang-mo.
Sesungguhnya Ban-hoa-ciang-mo tadi waktu didesak oleh
serangan-serangan dahsyat si pengemis yang bergelar Kepalan
Sakti Tanpa Tanding itu. Dia melihat bahwa percuma berurusan
dengan Sin-kun-bu-tek.
Karena dia tengah menyelidiki kitab “Sin-hian-pit-kip”, yang
menurut pengakuan dari salah seorang di antara kedua orang
korbannya, kitab itu diletakkan di bawah pembaringan guru si
korban.
Inilah yang membuat Ban-hoa-ciang-mo mau menyudahi
pertempuran dengan pengemis. Dan dia bermaksud untuk lebih

Tat Mo Cauwsu 227


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dulu mengambil kitab pusaka yang tampaknya sangat penting


sekali bagi dia..........
Jika tidak, walaupun Sin-kun-bu-tek memiliki kepandaian
dua kali lipat lebih tinggi dari sekarang, tentu pengemis itu tidak
akan lolos dari pengaruh ilmu sihirnya.
Sin-kun-bu-tek mengajak Sin Han berlalu dengan tergesa-
gesa untuk menjauhi tempat itu. Setelah melakukan perjalanan
belasan lie mereka sampai di permukaan sebuah kampung kecil,
yaitu Ban-hoo-cung.
Si pengemis mengajak Sin Han mencari rumah penginapan,
karena Sin-kun-bu-tek perlu beristirahat disamping merawat luka-
lukanya. Dia pun harus melatih lwekangnya yang telah
tergempur, karena dia telah mempergunakannya melebihi dari
takaran yang semestinya.
Sin Han melihat gurunya duduk bersemadhi melatih
lwekangnya di dalam kamar rumah penginapan tersebut. Dia
mengetahui dalam keadaan seperti itu tentu gurunya tidak mau
diganggu.
Maka Sin Han hanya diam saja mengawasi gurunya yang
tengah melatih lwekangnya itu, dan hati anak ini jadi ngiris
melihat luka-luka bekas cakaran di muka gurunya. Diam-diam
Sin Han jadi berpikir keras, kepandaian Ban-hoa-ciang-mo benar-
benar hebat sekali, dan anak ini tidak mengetahui entah siapa
yang bisa menguasai manusia yang berhati kejam itu..........
Setelah duduk bersemadhi hampir dua jam, akhirnya si
pengemis melompat turun dari pembaringan, dia bilang kepada
muridnya,
“Untung saja aku tidak terluka di dalam..........”

Tat Mo Cauwsu 228


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apakah kepandaian Ban-hoa-ciang-mo itu benar-benar


hebat sekali, Suhu?” tanya Sin Han.
Sang guru menggeleng perlahan.
“Kepandaian silatnya tidak seberapa, tetapi dia memiliki
ilmu hitam yang menyerupai ilmu sihir, sehingga setiap saat bisa
menguasai korbannya. Dengan sendirinya, dia bisa saja
mempengaruhi lawannya itu tidak memiliki tenaga, dan
menyebabkan lawan itu mudah sekali dirubuhkan........!!”
Sin Han bengong saja tidak mengerti, karena dia belum
mengetahui apa itu perbedaannya antara ilmu silat dengan ilmu
hitam yang menurut gurunya hampir mirip-mirip dengan ilmu
sihir........
Malam itu mereka tidur tidak tenang. Lebih-lebih Sin-kun-
bu-tek, karena pengemis ini kuatir kalau-kalau Ban-hoa-ciang-mo
akan muncul di setiap waktu dengan tiba-tiba sekali.
Sedangkan Sin Han pun jadi tidur gelisah, karena sering kali
dia melihat gurunya itu melompat dari pembaringannya dan
memasang pendengarannya baik-baik seperti sedang
mendengarkan sesuatu.
Keadaan gurunya ini membuat Sin Han tambah berkuatir dan
tidak tenang. Tetapi sebagai seorang anak yang belum dewasa,
tentu saja Sin Han juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya,
selain bingung.
Keesokan paginya, Sin Han dan Sin-kun-bu-tek bersantap di
ruang depan rumah penginapan itu.
Waktu itu orang yang tengah bersantap di ruangan tersebut
tidak banyak, hanya tampak empat orang di sebuah meja sebelah
kanan. Merekapun berpakaian sebagai penduduk biasa saja,
bukan dari kalangan Kang ouw.

Tat Mo Cauwsu 229


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ketika Sin Han dan gurunya tengah bersantap, tiba-tiba di


pintu rumah makan itu telah datang seorang lelaki berusia di
antara limapuluh tahun. Pakaiannya sebagai seorang petani, tetapi
justru anehnya di pinggangnya membawa sebatang golok.
Mukanya kurus panjang, tetapi dengan alis yang tebal dan mata
yang tajam, dia tampaknya gagah sekali.
Dipanggilnya seorang pelayan rumah makan dan memesan
agar dipersiapkan empat meja makan dengan empatpuluh macam
masakan yang mahal. Semua harga pesanannya itu segera
dibayarnya dengan menyerahkan dua buah goan-po kepada si
pelayan.
“Lebihnya boleh kau ambil!” katanya kepada si pelayan.
Tentu saja pelayan itu jadi kegirangan, sisa dari pembayaran
itu mungkin masih lebih sepuluh tail. Seumur hidupnya belum
pernah pelayan tersebut menerima hadiah sebesar itu, maka dia
telah mengucapkan terima kasihnya berulang kali.
Sedangkan lelaki yang berpakaian sebagai petani itu telah
mengambil tempat duduk di-meja sebelah barat, di dekat jendela,
dia mengawasi ke arah luar.
Waktu orang berpakaian petani itu melangkah masuk ke
ruangan makan ini, Sin-kun-bu-tek telah menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Dia juga bilang kepada Sin Han dengan suara yang
perlahan sekali,
“Jangan melihati dia……. kita harus cepat-cepat
berlalu........!”
Tetapi disebabkan orang berpakaian petani itu justru duduk
di meja sebelah barat, yang letaknya berdekatan dengan meja Sin-
kun-bu-tek, sehingga tidak leluasa si pengemis mengajak
muridnya itu berlalu.

Tat Mo Cauwsu 230


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kalau dia berdiri untuk meninggalkan meja itu, tentu orang


berpakaian sebagai petani itu akan melihat mereka dan akan
memperhatikannya, karena orang itu belum disibuki oleh barang-
barang santapannya yang belum dihidangkan.
Maka dari itu Sin-kun-bu-tek telah meneruskan makannya
dengan kepala yang tertunduk dalam-dalam dia berdiam diri saja.
Sin Han yang melihat sikap gurunya itu jadi heran bukan
main, dia telah mengawasi saja. Walaupun Sin Han bermaksud
menanyakan mengapa gurunya bersikap seperti itu, tetapi
disebabkan melihat keadaan gurunya serupa itu Sin Han
membatalkan maksud hatinya.
Dia hanya meneruskan santapannya perlahan-lahan dengan
hati diliputi oleh tanda tanya, pikirannya juga jadi bekerja,
“Orang-orang rimba persilatan ternyata memiliki banyak
sekali persoalan yang aneh-aneh......... Selama ini, hanya dalam
beberapa bulan saja aku telah melihat dan mengalami banyak
peristiwa yang aneh-aneh..........”
Setelah melihat orang yang berpakaian seperti petani itu
repot bersantap dan meminum arak, Sin-kun-bu-tek memberi
isyarat kepada muridnya agar berlalu. Dia telah melambaikan
tangannya kepada seorang pelayan, dan membayarnya tanpa
menanti pelayan itu menyebutkan harga makanan itu.
“Sisanya kau ambil!” kata Sin-kun-bu-tek dengan suara
perlahan.
Si pelayan tertegun. Waktu kemarin Sin-kun-bu-tek dan Sin
Han datang bermalam, mereka meremehkan dan bahkan merasa
jijik. Namun Sin-kun-bu-tek telah membayar terlebih dulu uang
sewa kamar itu, sehingga mereka tidak bisa menolak pengemis
ini dan muridnya.

Tat Mo Cauwsu 231


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan sekarang diberi hadiah uang kembaliannya yang cukup


banyak, mungkin hampir belasan tail perak. Pelayan itu jadi kaget
bercampur girang, sampai dia mau menduga bahwa pengemis ini
adalah seorang hartawan yang tengah menyamar sebagai
pengemis..........
Tanpa mengatakan suatu apapun juga, Sin-kun-bu-tek
bangkit berdiri, menarik Sin Han yang ingin diajaknya kembali
ke kamarnya. Waktu itulah orang yang berpakaian petani itu telah
mengangkat kepalanya.
Dia memandang ke arah Sin-kun-bu-tek dan dari mulutnya
terdengar seruan perlahan. Tetapi kemudian orang itu telah
menundukkan kepalanya lagi, dia meneruskan makannya tanpa
memperdulikan Sin-kun-bu-tek.
Waktu Sin-kun-bu-tek mendengar seruan perlahan orang itu,
muka si pengemis jadi berobah pucat pias, tampaknya dia kaget
dan seperti ketakutan.
Sin Han jadi tambah heran, dia hanya menuruti ajakan
gurunya kembali ke kamar mereka. Setelah mengunci pintu
kamar, Sin-kun-bu-tek menghela napas dalam-dalam.
“Mengapa kita bisa bertemu dengan dia?” tanya Sin-kun-bu-
tek seperti kepada dirinya sendiri.
“Engkau melihat orang yang berpakaian seperti petani,
bukan?” tanya Sin-kun-bu-tek kepada muridnya.
Sin Han mengangguk.
“Ya, yang mengambil meja di samping kita bukan?” tanya
Sin Han.
“Benar,” mengangguk Sin-kun-bu-tek, dan kembali dia
menghela napas lagi. “Tetapi sayang sekali jika melewatkan

Tat Mo Cauwsu 232


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kesempatan ini........!” kata Sin-kun-bu-tek lagi, seperti


menggumam seorang diri.
“Apa yang suhu maksudkan?” tanya Sin Han heran.
“Aku maksudkan orang yang berpakaian sebagai petani itu.
Dia seorang yang sangat hebat kepandaiannya, mungkin di dalam
rimba persilatan sulit mencari orang sehebat dia........
“Orang itulah yang bergelar Kim-to-ong-san (Raja Gunung
Bergolok Emas), sedangkan namanya tidak diketahui jelas,
karena tidak ada seorangpun yang mengetahui siapa nama
sebenarnya dari Kim-to-ong-san tersebut.........”
“Lalu apa maksud suhu dengan mengatakan sayang jika
melepaskan kesempatan..........” tanya Sin Han.
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang tidak segera menyahuti
pertanyaan muridnya itu, karena dia mempermainkan jari
telunjuknya yang terluka akibat gigitannya sendiri waktu
menghadapi Ban-hoa-ciang-mo, yang saat itu telah mulai merapat
kembali.
“Sebetulnya aku memikirkan kesempatan untukmu! Jika
engkau bisa berguru kepada Kim-to-ong-san, tentu engkau bisa
memperoleh pelajaran ilmu silat kelas tinggi. Bukankah
kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik sekali?”
Dan waktu berkata begitu Sin-kun-bu-tek mengawasi
muridnya kemudian dia menghela napas panjang dan
melanjutkan kata-katanya lagi,
“Tetapi sayangnya justru aku pernah bentrok dengannya.
Aku pun pernah dirubuhkannya dan bersumpah tidak akan hidup
berdua dengan dia di dunia ini..........”
“Jika demikian, tentunya terdapat permusuhan di antara suhu
dengan Kim-to-ong-san itu?” tanya Sin Han.

Tat Mo Cauwsu 233


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Boleh dibilang begitu........” mengangguk si pengemis


dengan cepat. “Tetapi buktinya sampai sekarang ini justru kami
berdua masih berada di dunia.........!”
“Permusuhan apakah yang terdapat di antara suhu dengan
orang itu?” tanya Sin Han ingin mengetahui.
“Sebetulnya semua itu disebabkan watak dan sifat-sifat
burukku juga........ Aku terlalu usil, sering mempermainkan orang
dan lebih-lebih ketika berusia muda. Waktu duapuluh tahun yang
lalu jika mendengar ada orang gagah, aku mendatangi dan
mengajak mengadu kepandaian!
“Dan waktu itu aku mendengar Kim-to-ong-san memiliki
kepandaian yang tinggi dan disegani lawan maupun kawan, maka
aku mencarinya. Dan ketika bertemu dengannya aku telah
memancing kemarahannya dengan perbuatan-perbuatan
menggodanya, sehingga dia menjadi marah dan telah bertempur
denganku.
“Kami bertempur dengan hebat, kepandaianku telah
kupergunakan seluruhnya, namun kenyataan yang ada
memperlihatkan bahwa dia memang lebih unggul dan jauh lebih
tinggi kepandaiannya. Akhirnya dia berhasil merubuhkan diriku
dengan mudah.
“Disaat itulah, aku bersumpah akan mempelajari lebih rajin
lagi ilmu-ilmu silat tingkat tinggi. Dan juga bersumpah tidak akan
hidup berdua dengannya di bumi ini.
“Tetapi sumpahku itu tidak terwujud, walaupun aku telah
mempelajari dengan tekun melatih diri berbagai kepandaian yang
hebat-hebat kenyataannya selalu aku dikalahkannya. Dua kali aku
menyatroninya dan menantangnya, tetapi dua kali itu pula aku
telah dirubuhkannya.

Tat Mo Cauwsu 234


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Maka segera aku mengetahui, selamanya aku tidak mungkin


dapat merubuhkan Kim-to-ong-san, karena semakin aku melatih
diri dan memperoleh kepandaian yang jauh lebih tinggi, begitu
juga dengan Kim-to-ong-san, yang tentunya akan melatih diri dan
kepandaiannya mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali.
“Maka dari itu, untuk selamanya aku tidak mungkin bisa
menandingi kepandaiannya, dan aku menjadi malu, aku tidak
mau bertemu lagi dengan dia. Waktu tadi bertemu, diapun seperti
terkejut sewaktu mengenali aku, tetapi diapun tidak mau mencari
urusan........”
Sin Han mengangguk mengerti.
“Jika demikian, tentunya locianpwe itu memiliki kepandaian
yang sangat tinggi sekali........!” katanya.
“Ya, kesempatan yang baik seperti itu sayang sekali jika
dilewatkan........ Kalau saja aku tidak memiliki ganjalan apa-apa
dengan dia, bukankah bisa saja aku meminta dia menerimamu
menjadi muridnya? Dengan demikian, jelas engkau kelak akan
menjadi seorang murid yang pandai........”
Tetapi Sin Han menggelengkan kepalanya.
“Tidak suhu, walaupun bagaimana aku tetap tidak mau
berpisah dengan suhu. Walaupun Kim-to-ong-san memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi itu bukan menjadi sebab yang
mengharuskan aku merasa beruntung jika bisa mengangkat dia
menjadi guru.........”
“Hemm,” Sin-kun-bu-tek hanya mendengus saja dengan
pikiran yang menerawang, sedangkan saat itu dia telah berpikir
juga. “Anak ini memiliki hati yang baik, dia tidak serakah dan
kemaruk akan kepandaian..........!”

Tat Mo Cauwsu 235


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah itu si pengemis tua Lo Ping Kang merebahkan di


pembaringan untuk beristirahat.
Sin Han juga merebahkan dirinya di pembaringan satunya
lagi. Anak ini masih memikirkan sikap suhunya tadi.
Sin-kun-bu-tek memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sekali. Sin Han yakin, jika dia bisa mewariskan kepandaian
gurunya itu, itu pun telah lebih dari cukup baginya.
Karena berpikir begitu Sin Han telah melompat turun dari
pembaringannya, dia mulai melatih jurus-jurus yang pernah
diajarkan gurunya. Dengan cepat dia telah melatih duapuluh
jurus, dan napasnya agak memburu.
“Suhu mengatakan, aku hanya mengerti kembang dari jurus-
jurus ini saja........ tidak mungkin dapat merubuhkan orang! Maka
aku harus melatih lebih giat dan juga melatih tenaga
dalam..........”
Waktu berpikir begitu, Sin Han segera teringat kepada
ayahnya yang telah marhum. Dan dia jadi membayangkan, jika
saja dia telah bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tentu dia bisa
mencari musuh ayahnya itu untuk membalas dendam.
Dan Sin Han melatih diri lagi dengan beberapa jurus lainnya,
sehingga akhirnya dia merasa letih dan berhenti melatih diri
rebah beristirahat.
Tiba-tiba Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah tertawa,
rupanya tadi dia tidak tidur.
“Bagus! Aku telah melihat engkau melatih diri dengan baik!
Semangatmu tinggi dan engkau telah mempelajari semua jurus-
jurus yang kuwariskan itu dengan baik! Sekarang mari kuajarkan
lagi beberapa jurus lainnya.”

Tat Mo Cauwsu 236


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan si pengemis Lo Ping Kang mulai menurunkan beberapa


jurus yang baru pula kepada anak itu.
Sin Han telah memperhatikan setiap keterangan gurunya dan
kemudian melatihnya. Ada beberapa kesalahan yang
dilakukannya, dan dia telah memperoleh petunjuk lagi dari
gurunya, sampai akhirnya Sin Han berhasil menguasai jurus-jurus
itu.
Tetapi waktu Sin Han ingin mengulangi lagi latihan-
latihannya, disaat itulah tampak muka Sin-kun-bu-tek telah
berobah.
“Di ruang makan telah berdatangan banyak sekali tamu!”
katanya kemudian. “Mungkin orang-orang yang dinanti-nantikan
Kim-to-ong-san!”
Sin Han heran.
“Bagaimana Suhu bisa mengetahui? Bukankah suhu berada
di dalam kamar?” tanya anak itu.
“Tetapi aku mendengar dari suara-suara langkah mereka,
yang menunjukkan bahwa jumlah mereka sangat banyak,”
menyahuti Sin-kun-bu-tek.
“Oh, betapa tajamnya pendengaran suhu.........” kata Sin Han
kagum.
“Mari kita keluar untuk melihat!” ajak Sin-kun-bu-tek
menarik tangan Sin Han, yang ingin diajaknya keluar.
Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya, dia telah
mengikuti gurunya keluar dari kamar tersebut.
Waktu mereka sampai di ruangan makan, memang di tempat
itu telah berkumpul banyak sekali orang yang bermacam-macam
pula cara berpakaian mereka, ada yang tinggi ada yang pendek.

Tat Mo Cauwsu 237


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mereka umumnya membawa senjata tajam, dan dilihat dari cara


berpakaian mereka itu, rupanya mereka berasal dari dunia
persilatan.
Disaat itu, Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan seruan
tertahan, dan bergumam perlahan,
“Mengapa disini bisa berkumpul demikian banyak jago-jago
ternama?”
Dan setelah bergumam begitu, Sin-kun-bu-tek menarik
tangan Sin Han, yang diajaknya berdiri di belakang tiang di
ambang pintu rumah makan itu, untuk menyaksikan lebih jauh.
Tampak Kim-to-ong-san telah berdiri dari duduknya dan
sedang berkata-kata,
“Kalian rupanya menepati janji juga berkunjung menemui
aku........!” suaranya nyaring dan keras sekali.
Diapun telah menyambut kedatangan orang-orang itu, yang
jumlahnya mungkin mencapai duapuluh orang, dengan
merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat.
Tetapi keduapuluh orang itu telah memandang dengan sikap
yang dingin, mereka berdiam diri saja tidak membalas hormat
Kim-to-ong-san sedikitpun juga.
Salah seorang, yang berpakaian sebagai tojin, telah maju
menghampiri lebih dekat Kim-to-ong-san, dia telah bilang,
“Apakah kita akan menentukannya disini........?”
“Jangan,” kata Kim-to-ong-san cepat. “Justru aku yang
rendah ingin menjamu kalian. Nanti baru kita menyelesaikan
urusan dua tahun yang lalu itu........!”

Tat Mo Cauwsu 238


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah berkata begitu, Kim-to-ong-san telah


melambaikan tangannya memanggil seorang pelayan, yang cepat
sekali menghampirinya.
“Sudah siapkah barang santapan yang kupesan?” tanya Kim-
to-ong-san kemudian.
“Sudah Loya........!” menyahuti pelayan itu. “Dan semuanya
masih hangat..........!”
“Bagus! Siapkan untuk tuan-tuan ini.........!”
Kemudian Kim-to-ong-san telah menoleh kepada orang-
orang yang rupanya menjadi lawannya itu, katanya,
“Mari, silahkan tuan-tuan bersantap dulu........ Kali ini aku
Kim-to-ong-san yang akan menjadi tuan rumah........!”
Segera dia mempersilahkan para orang-orang gagah itu untuk
duduk di beberapa meja yang telah disiapkan lengkap dengan
bermacam-macam barang santapan.
Tetapi orang yang berpakaian sebagai tojin itu telah berkata
dengan suara yang dingin,
“Kedatangan kami bukan untuk makan, kami ingin
menyelesaikan persoalan kita seperti yang telah kita
janjikan........! Jika memang engkau tidak mau melakukan
penentuannya di sebuah tempat yang lapang dan terpisah dari
keramaian, biarlah kita mengambil tempat disini saja........!”
Lalu tojin tersebut menoleh kepada si pelayan yang tengah
menantikan tamu-tamunya itu mengambil tempat duduk. Dia
telah merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah goan-po yang
dilemparkan kepada pelayan itu, katanya,

Tat Mo Cauwsu 239


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ambillah untukmu dan singkirkan meja-meja itu, buatlah


sebuah papan pengumuman bahwa hari ini tidak menerima
tamu........!”
Melihat tojin itu sulit diajak bicara, Kim-to-ong-san telah
tertawa, sabar sekali sikapnya.
“Baiklah! Rupanya tuan-tuan sudah tidak sabar lagi!
Silahkan para cuwie menentukan caranya, bagaimana kita ingin
mengadu kepandaian?”
“Terserah kepadamu saja! Kami hanya menurutkan!”
menyahuti Tojin itu dengan suara yang lebih dingin, dan agak
bengis.
“Tetapi kalian datang dalam jumlah yang sangat banyak,
sedangkan aku hanya seorang diri........ Terlebih lagi sekarang aku
sebagai tuan rumah........ maka silahkan tuan-tuan yang lebih dulu
mengajukan cara-cara yang baik untuk kita mengadu
kepandaian!!”
Si Tojin tampaknya mendongkol mendengar perkataan Kim-
to-ong-san, dia telah berkata dengan suara yang tawar,
“Walaupun aku Cin An Cinjin datang dengan sahabat-
sahabat yang cukup banyak, tetapi tentu aku tidak akan serendah
itu main keroyokan dan berbuat pengecut........ Mereka datang
hanya untuk menyaksikan, untuk menjadi saksi, siapa di antara
kita nanti yang jauh lebih unggul!
“Dua tahun lalu, dua orang saudara seperguruanku terbinasa
di tanganmu. Menurutku karena ilmunya tidak tinggi dan itu
maka sekarang justru aku ingin melihatnya, apakah dengan
memiliki kepandaian seperti sekarang ini aku bisa merubuhkan
dirimu........”

Tat Mo Cauwsu 240


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu berkata-kata begitu Cin An Cinjin memperlihatkan


sikap yang temberang sekali, dia telah berkata dengan angkuh
sekali. Dalam sekejap mata dia telah memancarkan sikap
bermusuhan bersiap-siap untuk mulai melakukan pertempuran.
Kawan-kawan tojin itu telah menyingkir ke samping. Mereka
berdiam diri dengan sikap yang dingin dan mata mereka
memandang ke arah Kim-to-ong-san dengan sikap bermusuhan.
Tetapi Kim-to-ong-san tetap tenang, sama sekali dia tidak
merasa takut atau gentar melihat sikap mereka. Dia telah
merangkapkan kedua tangannya dan menjura memberi hormat.
“Silahkan........!” katanya dengan suara yang perlahan.
“Silahkan........ aku bersedia menantikan ajaran
darimu........!” dan selesai berkata, tampak Kim-to-ong-san
merentangkan tangannya untuk menerima serangan.
“Sreenggg…….!” Cin An Cinjin telah mencabut senjatanya,
sebatang pedang.
Dia telah mengibaskannya dan bersiap-siap untuk
melancarkan serangan. Kemudian imam ini mengawasi ke arah
Kim-to-ong-san dengan tatapan yang tajam sambil katanya,
“Jika aku yang melancarkan serangan kepadamu yang tidak
bersenjata, itulah bukan perbuatan yang gagah, cabutlah Golok
Emasmu.........!”
Kim-to-ong-san memang memiliki senjata yang terbuat dari
emas dalam bentuk sebatang golok, itulah sebabnya dia digelari
sebagai Kim-to-ong-san. Mendengar perkataan lawannya, dia
tertawa mengejek lalu katanya dengan suara yang datar,
“Engkau yang meminta aku mempergunakan senjata,
baiklah! Nah silahkan kau membuka serangan!” Dan sambil
berkata begitu, Kim-to-ong-san telah mencabut golok emasnya,

Tat Mo Cauwsu 241


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sebuah golok yang pendek dan terbuat dari emas dicampur bahan
campuran lainnya, berkilauan cemerlang sekali.
Disaat itu Cin An Cinjin mengeluarkan bentakan,
“Jaga serangan........!”
Pedangnya telah berkelebat dengan cepat sekali. Dia telah
melancarkan serangan-serangan yang sangat cepat dan gesit.
Pedangnya itu seperti juga seekor naga yang berkelebat-
kelebat dengan gerakan yang indah sekali. Setiap gerakannya itu
sangat berbahaya, karena justeru mata pedang telah mengincar
bagian-bagian yang berbahaya di tubuh Kim-to-ong-san, seperti
leher, mata dan perut.
Tetapi Kim-to-ong-san berusaha untuk mengelakkan diri dari
serangan lawannya. Dia hanya mengawasi saja betapa pedang
lawan menyambar datang dengan mata pedang bergetar disaat
serangan hampir sampai.
Kim-to-ong-san dengan gesit sekali menggerakkan golok
emasnya, dia telah menangkisnya dengan keras, sehingga
terdengar suara,
“Tranggggg…….!” yang nyaring sekali!
Pedang si tojin telah berhasil disampoknya dengan kuat,
sampai pedang itu miring ke samping.

––––––––

JILID 7

Tat Mo Cauwsu 242


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

NAMUN Cin An Cinjin juga memiliki kepandaian yang


tinggi. Dia memang telah menduga sebelumnya bahwa serangan
pedangnya itu akan dipunahkan.
Maka begitu pedangnya dibentur oleh golok emas lawannya,
dia telah mengeluarkan seruan sambil menurunkan pedangnya ke
bawah. Kemudian menyontek ke atas, menghentakkannya untuk
menabas dada lawannya.
Gerakan seperti itu tentu saja merupakan gerakan yang
sangat berbahaya. Jika sampai mengenai sasaran yang tepat,
niscaya akan menyebabkan dada lawannya itu terobek oleh
kibasan mata pedang.
Tetapi Kim-to-ong-san benar-benar memiliki kegesitan yang
luar biasa. Walaupun mata pedang lawannya menyambar dengan
cepat sekali, tetapi dia bisa mengelakkan serangan itu dengan
mudah. Dia memiringkan tubuhnya ke kanan, kemudian golok
mustikanya yang terbuat dari emas itu telah menabas ke arah
pinggang Cin An Cinjin.
Cin An Cinjin menjadi terkejut, dia menjejakkan tubuhnya
berjumpalitan dua kali di tengah udara. Tetapi waktu tubuhnya
meluncur turun, dia telah merasakan sambaran golok lagi.
Hal itu disebabkan Kim-to-ong-san telah melancarkan
serangan sekaligus tiga serangan yang beruntun, sehingga

Tat Mo Cauwsu 243


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

berturut-turut pula Cin An Cinjin harus mengelakkan diri dengan


berlompatan menjauhi diri dari serangan-serangan golok mustika
tersebut. Sinar kuning dari golok emas Kim-to-ong-san terus
berkelebat-kelebat mengincar bagian-bagian tubuh Cin An Cinjin
yang mematikan.
Namun Cin An Cinjin telah berhasil berkelit terus dan
kemudian dalam suatu kesempatan, waktu Kim-to-ong-san
menarik pulang senjatanya untuk dipergunakan menyerang pula,
disaat itulah Cin An Cinjin membarengi dengan serangannya
yang telah disaluri tenaga lwekangnya. Karena dia menginginkan
lawannya ini mundur untuk memberikan kesempatan padanya
memperbaiki posisi dirinya.
Kim-to-ong-san juga tidak mau terlalu mendesak lawannya
yang memperlihatkan kenekadan seperti itu, sambil
mengeluarkan suara 'Hemmm!” dia melompat ke belakang, untuk
bersiap-siap menantikan serangan berikut lawannya, mulutnya
juga telah bertanya sambil diiringi tertawa,
“Bagaimana kepandaianku? Apakah cukup untuk menindih
kepandaianmu?”
Ditegur begitu, bukan main gusarnya Cin An Cinjin, dia
telah membentak,
“Hemmm, coba engkau rasakan pedang ini!” dan si imam
telah memutar pedangnya itu dengan gerakan yang sangat cepat
sekali seperti titiran. Lalu dengan mengeluarkan serangan
pedangnya telah melakukan tusukan-tusukan yang beruntun
beberapa kali.
Kim-to-ong-san juga telah melihat bahaya yang mengancam
dirinya. Karena dalam beberapa jurus ini dia mengetahui bahwa
kepandaian Cin An Cinjin memang cukup tinggi, hanya berbeda
satu tingkat di bawah kepandaiannya.

Tat Mo Cauwsu 244


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Cuma saja karena Cin An Cinjin menyerang dirinya dengan


kalap dan nekad, sehingga untuk sementara waktu Kim-to-ong-
san tidak bisa menundukkan lawannya dengan kekerasan. Karena
jika dipaksakan dia terlalu mendesak Cin An Cinjin ada
kemungkinan mereka bisa celaka bersama.
Hal itulah yang menyebabkan Kim-to-ong-san tidak mau
berlaku nekad seperti lawannya, untuk mengelakkan serangan
lawannya yang datang beruntun. Tampak Kim-to-ong-san hanya
main kelit saja, dan goloknya sekali-sekali dipergunakan untuk
menangkis.
Dalam sekejap mata saja Cin An Cinjin telah melancarkan
serangan sampai belasan jurus, tetapi disebabkan kepandaian
lawannya masih berada satu tingkat di atas kepandaiannya
sendiri, maka dia tidak berhasil mendesak lawannya. Malah
sedikit demi sedikit dirinya telah jatuh di bawah angin.
Sin-kun-bu-tek dan Sin Han yang menyaksikan jalan
pertempuran itu, telah melihat bahwa kedua orang itu memang
memiliki kepandaian sangat hebat. Tetapi berbeda dengan Sin
Han, Sin-kun-bu-tek telah bisa membedakan bahwa Cin An
Cinjin justru masih kalah setingkat jika dibandingkan dengan
lawannya.
Dan serangan-serangan yang bernapsu mendesak terus
menerus diri lawannya, bisa meruntuhkan Cin An Cinjin sendiri.
Sebab Kim-to-ong-san menghadapinya dengan tenang dan tengah
mencari bagian-bagian kelemahan dari lawan ini.
Di antara berkesiuran angin serangan yang menyambar
datang itu, tampak Kim-to-ong-san mulai berobah cara
bertempurnya. Dia sudah tidak terlalu memperhatikan datangnya
serangan-serangan pedang lawannya.

Tat Mo Cauwsu 245


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia berdiri dengan sepasang kaki yang tegak mengerahkan


golok ke kiri dan ke kanan untuk melindungi tubuhnya. Pada
suatu kesempatan, tampak Kim-to-ong-san mengerahkan lengan
kirinya sambil membentak,
“Rubuh kau........!”
Gempuran itu membuat tubuh Cin An Cinjin terhuyung
keras, karena Kim-to-ong-san mengibas dengan mempergunakan
lwekang (tenaga dalam) yang dahsyat sekali.
Melihat keadaan Cin An Cinjin, Sin-kun-bu-tek menghela
napas.
“Tojin ini mengalami nasib seperti aku........ dia bertempur
dengan kalap. Coba dia mau berlaku tenang sedikit, tentu dia bisa
menghadapi Kim-to-ong-san jauh lebih baik…….!” kata si
pengemis dengan suara yang perlahan.
“Tetapi suhu......... beberapa kali tojin itu kena terserang dan
terdesak oleh Kim-to-ong-san, tampaknya kepandaian si tojin
memang masih berada di bawah kepandaian lawannya!”
“Memang benar apa yang kau katakan itu..........” kata Sin-
kun-bu-tek. “Tetapi jika saja tojin itu mau berlaku tenang, belum
tentu dia dapat dirubuhkan Kim-to-ong-san dalam waktu yang
singkat, karena dia berlaku kalap dan melupakan ketenangan
dirinya, dengan sendirinya dia jadi terserang begitu hebat........!”
Melihat keadaan pertempuran seperti itu, ke sembilanbelas
orang kawan dari Cin An Cinjin memperlihatkan kekuatiran dan
gusar. Mereka kuatir kalau-kalau imam itu kena dicelakakan
Kim-to-ong-san, karena mereka bertempur dengan
mempergunakan senjata tajam.
Gusar karena mereka yakin, bahwa Kim-to-ong-san akan
memperoleh kemenangan. Dan sebagai sahabat-sahabat dari Cin

Tat Mo Cauwsu 246


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

An Cinjin, mereka tentu saja marah melihat sang kawan terdesak


begitu.
Kalau mereka tidak teringat akan pesan Cin An Cinjin agar
mereka tidak membantu dirinya waktu dia bertempur dengan
Kim-to-ong-san, tentu mereka sudah maju membantu.
Kenyataan seperti ini telah membuat ke sembilanbelas orang
sahabat dari tojin itu mau atau tidak, mereka harus mematuhi
pesan tersebut. Karena jika mereka itu menerjang maju untuk
mengepung Kim-to-ong-san, tentu akan menyinggung perasaan
kawannya itu.
Cin An Cinjin sendiri telah mengetahui, bahwa kepandaian
lawannya memang berada di atas kepandaiannya. Tetapi karena
telah diliputi oleh hawa amarah, dia sudah tidak memperdulikan
lagi keselamatan dirinya.
Dia menyerang lawannya dengan nekad sekali. Setiap kali
pedangnya itu bergerak, maka dia melancarkan serangan-
serangan yang mematikan.
Kim-to-ong-san juga menyadari bahwa lawannya itu sangat
penasaran, maka berulang kali dia tertawa dingin. Hal itu untuk
memancing kegusaran lawannya agar lawan itu bertambah kalap,
sehingga nanti mudah dia merubuhkannya.
Sin Han melihat betapa pedang dan golok telah berkelebat-
kelebat dengan cepat sekali memperlihatkan bahwa kepandaian
kedua orang yang tengah bertempur itu telah mencapai tingkat
yang sangat tinggi sekali.
Kim-to-ong-san saat itu telah berkata dengan suara yang
nyaring,
“Kukira telah cukup kali ini kita main-main.........!”

Tat Mo Cauwsu 247


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan membarengi dengan perkataan itu, tampak golok emas


yang telah menyambar datang dengan cepat sekali ke arah batang
leher lawannya.
Cin An Cinjin jadi mengeluarkan seruan tertahan. Dia telah
mengibaskan pedangnya untuk menangkis dan cepat-cepat
mundur ke belakang beberapa tindak.
Justru gerakan seperti itulah yang diharapkan oleh lawannya.
Kim-to-ong-san telah menyalurkan tenaga lwekangnya di kedua
tangannya kemudian dia mendorongnya sehingga tubuh Cin An
Cinjin seperti tergempur oleh suatu kekuatan yang sangat
dahsyat, dengan mengeluarkan suara “Bukkkk!” Tubuh Cin An
Cinjin telah terlempar sejauh beberapa tombak.
Gerakan Kim-to-ong-san bukan hanya sampai disitu saja,
karena tangan kanannya telah meluncur untuk merampas pedang
si imam. Pergelangan tangan Cin An Cinjin telah kena
ditotoknya, sehingga pedangnya terlepas dari cekalannya.
Dan waktu pedang itu meluncur turun akan jatuh, dengan
cepat sekali Kim-to-ong-san mengulurkan tangannya meraih
pedang itu. Dalam sekejap mata, pedang si imam telah pindah
tangan.
“Nah, sekarang kita telah mengetahui bahwa kepandaian kita
berimbang........ apakah engkau ingin meneruskan pertandingan
ini?” tanya Kim-to-ong-san sambil mengembalikan pedang
lawannya.
Ditanya begitu, tentu saja Cin An Cinjin menjadi semakin
marah. Setelah mengambil pedangnya dari tangan lawannya,
dengan nekad dia kembali melancarkan tikaman-tikaman ke
tubuh Kim-to-ong-san, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya
lagi.

Tat Mo Cauwsu 248


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kim-to-ong-san tentu saja tidak mau mengadu jiwa untuk


mati bersama-sama dengan lawannya. Dia beberapa kali berkelit
dan kembali ingin merampas pedang Cin An Cinjin.
Pedang itu tadi dikembalikannya dengan maksud si imam
menyudahi permusuhan mereka. Tetapi siapa duga imam itu
justru melancarkan serangan-serangannya lagi.
Waktu pedang Cin An Cinjin menyambar cepat, maka Kim-
to-ong-san telah berkelit, dan sambil berkelit dia lalu menotok iga
lawannya dengan gerakan “Bangau Keluar Goa”, maka seketika
itu juga Cin An Cinjin telah terkulai rubuh di tanah.
Dalam keadaan seperti ini, Cin An Cinjin telah beberapa kali
berusaha untuk menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya guna
membuka totokannya, tetapi tidak berhasil.
Kim-to-ong-san mengambil pedang lawannya yang
kemudian diserahkan kembali kepada tojin itu.
“Kuharap engkau mau mengerti, bahwa permusuhan di
antara kita tidak perlu dilanjutkan terus........!”
Tetapi Cin An Cinjin mendelikkan matanya lebar-lebar
dengan sikap yang bermusuhan, dia telah berkata dengan dingin,
“Walaupun harus binasa, aku tetap akan mengadu jiwa
denganmu! Mengapa engkau berlaku licik dan hina seperti ini?
Mengapa engkau main totok? Cepat buka totokanmu ini........
Mari kita bertempur lagi!”
Dan setelah berkata begitu, tampak Cin An Cinjin meludah,
dia begitu benci sekali kepada Kim-to-ong-san.
Tetapi Kim-to-ong-san sabar bukan main. Dia baru saja ingin
berkata, atau dari rombongan kawan Cin An Cinjin telah
melompat menghampiri seorang hweeshio berusia di antara

Tat Mo Cauwsu 249


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

empatpuluh tahun. Mukanya lebar dan hidungnya besar, dia telah


memperdengarkan suara bentakan yang nyaring,
“Kim-to-ong-san, engkau ternyata memang memiliki
kepandaian yang tinggi, Cin An Tosu ternyata telah berhasil kau
rubuhkan! Biarlah kali ini aku Bong Siu Siansu ingin coba-coba
untuk belajar denganmu!”
Dan setelah berkata begitu, tampak si Hweeshio telah
bersiap-siap untuk melancarkan serangan. Sikapnya itu
memperlihatkan bahwa dia seorang ahli lwekang yaitu ahli tenaga
dalam, karena dia berusaha untuk dapat menyalurkan kekuatan
tenaga dalamnya itu di kedua telapak tangannya, lalu kulit telapak
tangannya telah berobah merah seperti darah.
Dalam keadaan seperti ini, Kim-to-ong-san terpaksa
menghadapi si hweshio yang tampaknya begitu garang, dia telah
berkata,
“Hemmm, memang sudah kuduga bahwa kalian datang
bersama tojin itu karena ingin main keroyok........!”
Tampak Kim-to-ong-san telah melemparkan pedangnya si
tojin ke tanah, kemudian katanya dengan suara yang tawar,
“Nah, bersiap-siap untuk kita coba-coba mengukur
kepandaian.”
Si Hweshio tidak mempergunakan senjata tajam, dia telah
menghadapi Kim-to-ong-san dengan mempergunakan tangan
kosong saja. Waktu ditantang begitu oleh Kim-to-ong-san, justru
si hweshio telah mengibaskan lengan jubahnya yang kanan
sambil melompat maju, tahu-tahu tangan kirinya telah diulurkan
untuk mencengkeram dengan keras sekali.
Setiap gerakan yang dilakukan si hweshio, angin yang
mendesir sangat kuat sekali, sehingga Kim-to-ong-san jadi

Tat Mo Cauwsu 250


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

terhuyung mundur beberapa langkah dan telah memusnahkan


kekuatan lwekangnya, karena dia bermaksud akan melawan keras
dengan keras.
“Bukkk........!” terdengar suara benturan yang sangat kuat
sekali. Benturan itu telah menyebabkan tubuh mereka terhuyung
mundur ke belakang.
Tetapi si Hweshio yang mengakui dirinya bergelar Bong Siu
Siansu, telah menerjang lagi sambil melancarkan serangan yang
bertubi-tubi. Dalam beberapa saat saja, dia telah melancarkan
serangan sampai belasan jurus.
Nama Kim-to-ong-san benar-benar gagah. Lawannya dia
diserang dengan serangan-serangannya yang begitu kuat,
kenyataannya dia dapat menghadapinya dengan baik.
Di antara berkesiuran angin serangan yang bertubi-tubi
seperti itu, tampak golok emas dari Kim-to-ong-san telah
berkelebat-kelebat dengan gerakan yang dahsyat sekali,
menyambar bagian atas, tengah dan bawah tubuh dari lawannya.
Dan atas hasil serangan tersebut, menyebabkan Bong Siu
Siansu harus mengurangi desakannya. Dia harus mundur
beberapa kali, karena serangan itu mengancam keselamatan
jiwanya.
Kim-to-ong-san sendiri saat itu telah terkejut bukan main
sebab dia telah melihat bahwa kepandaian Bong Siu Siansu justru
hampir setingkat dengan kepandaian dirinya. Dengan sendirinya,
hal itu telah membuat dia jadi berpikir keras untuk mencari
kelemahan dari lawannya, dia bermaksud akan menyelesaikan
pertempuran itu secepat mungkin.
Dengan mempergunakan gerakan “Kim-to-siang-niauw” atau
“Sepasang Burung Bergolok Emas”, goloknya itu berkelebat-
kelebat di atas kepala lawannya yang gundul itu, karena seperti

Tat Mo Cauwsu 251


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

juga golok itu benar-benar telah berobah menjadi seekor burung,


yang mengancam batok kepala lawannya.
Angin dari serangan yang muncul dari golok Kim-to-ong-san
memaksa si hweshio sementara waktu harus mengundurkan diri
dari jarak yang semula, untuk mencari kesempatan membalas
serangan-serangan lawannya.
Tetapi Kim-to-ong-san sudah tidak mau membuang-buang
waktu lagi. Goloknya berkelebat-kelebat dengan hebat, dan juga
tenaga serangan itu sekalian mengincer jalan darah “Mie-hong-
hiat' dan 'Pan-cie-hiat' dari lawannya, yang masing-masing
terletak di bahu dan di lengan si hweshio.
Bong Siu Siansu jadi gusar bukan main. Tahu-tahu kedua
telapak tangannya itu dimajukan ke depan, dia berusaha
menangkap golok lawannya dengan jepitan jari tangan kanan,
sedangkan tangan kirinya dipergunakan untuk menggempur dada
lawannya.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Kim-to-ong-san tidak
bisa main-main menghadapi serangan lawannya. Berulang kali
dia telah menarik goloknya agar keluar dari jepitan tangan
lawannya.
Disamping itu, gempuran tangan kiri lawan di dadanya
dihadapi dengan kekuatan lwekang yang telah disalurkan di
dadanya itu, sehingga waktu tangan Bong Siu Siansu mengenai
dada lawannya, dia merasakan betapa tangannya seperti
menghantam dada yang keras seperti baja.
Keruan saja Bong Siu Siansu jadi mengeluarkan suara seruan
kaget dan cepat-cepat menarik kembali tangan kirinya.
Tetapi waktu itu Kim-to-ong-san juga tidak berdiam saja.
Dia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tangan
kirinya membalas kepada Bong Siu Siansu.

Tat Mo Cauwsu 252


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Karena gerakan ini merupakan gerakan yang mengancam


keselamatan si hweshio, maka hweshio itu harus melepaskan jari
tangannya pada golok Kim-to-ong-san.
Begitu goloknya terlepas dari jepitan tangan lawannya,
dengan cepat sekali Kim-to-ong-san telah membalas menyerang
dengan goloknya sampai menimbulkan cahaya emas yang
berkilauan.
“Ihhh!” Bong Siu Siansu berseru tertahan. Dia telah bergerak
cepat mengelakkan samberan golok itu, dan waktu dia terlolos
dari bahaya itu, luar biasa Bong Siu Siansu telah melancarkan
pukulan dengan salah satu jurus “Pek-lui-ciang” atau Pukulan
Tangan Geledek.
Pek-lui-ciang itu merupakan ilmu yang mirip dengan Pek-
kong-ciang, tetapi bedanya jika Pukulan Geledek itu justru bisa
menghancurkan besi dan batu, jadi jauh lebih kuat dan ampuh.
Tetapi dalam keadaan demikian, Kim-to-ong-san berlaku
sebat sekali. Dia memutar golok emasnya yang telah berhasil
mengangkat namanya menjulang ke atas dalam dunia Kang-ouw.
Ke delapan belas kawan Cin An Cinjin yang lainnya rupanya
jadi penasaran sekali melihat sebegitu jauh Bong Siu Siansu
masih belum juga bisa merobohkan lawannya. Maka sambil
mengeluarkan suara bentakan keras, beberapa orang di antara
mereka telah menerjang maju.
“Kepung saja!” teriak salah seorang di antara mereka dengan
suara yang nyaring.
“Ya, binasakan saja!”
“Kim-to-ong-san harus dibinasakan, dia terlalu berbahaya
untuk dibiarkan hidup terus!”

Tat Mo Cauwsu 253


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan beberapa orang itu sambil berteriak begitu, telah


mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Ada yang
mengeluarkan pedang, ada yang memakai golok dan lain
sebagainya. Dengan serentak mereka telah menyerbu mengepung
Kim-to-ong-san.
Serangan-serangan yang mereka pancarkan juga sangat kuat
sekali. Karena rata-rata ilmu silat itu hanya berada satu tingkat di
bawah kepandaian Cin An Cinjin, maka dalam sekejap mata
Kim-to-ong-san telah terdesak hebat.
“Rupanya mereka memang jago-jago yang memiliki
kepandaian cukup tinggi!” berpikir Kim-to-ong-san di dalam
hatinya dengan perasaan terkejut juga melihat cara menyerang
lawannya yang selalu menuju ke bagian-bagian yang berbahaya
di tubuhnya.
Kim-to-ong-san saat itu telah berpikir juga,
“Jika aku bertempur terus menerus demikian, tentu akhirnya
aku akan kehabisan tenaga, dan nanti dengan mudah dapat
dirubuhkan mereka.......... Lebih baik aku mengambil jalan cepat
saja merubuhkan mereka karena masih banyak kawan-kawannya
yang belum ikut menyerang........!”
Karena berpikir begitu, Kim-to-ong-san telah merobah cara
bertempurnya, goloknya itu telah diputarnya dalam gerakan
delapan penjuru.
Itulah salah satu jurus dari ilmu Pat-kwa-to (Ilmu Golok
Delapan Penjuru) yang merupakan ilmu andalannya yang sangat
dibanggakannya. Ilmu ini tidak akan dipergunakannya jika
memang dia tidak sedang menghadapi lawan yang berat.
“Sreenggg........ tranggg tranggg........!” beberapa kali
terdengar suara benturan golok itu dengan pedang-pedang dan

Tat Mo Cauwsu 254


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

golok lawannya, sehingga menimbulkan suara yang nyaring


menyakitkan anak telinga.
Sin Han dan Sin-kun-bu-tek yang berdiri menyaksikan dari
pinggiran, jadi merasa kuatir akan keselamatan Kim-to-ong-san,
karena mereka melihat lawan-lawan Kim-to-ong-san memiliki
kepandaian yang rata-rata cukup tinggi.
Dengan jurus-jurus Pat-kwa-to itu Kim-to-ong-san berhasil
mendesak lawan-lawannya beberapa kali harus melompat mundur
mengelakkan diri dari samberan goloknya yang menyambar dari
delapan penjuru. Semakin lama lawan-lawan Kim-to-ong-san
merasa semakin sulit untuk bergerak, karena golok Kim-to-ong-
san seperti bayangan saja selalu mengurung ruang gerak lawan-
lawannya dari delapan penjuru.
“Tranggg........ aduhhh!” terdengar suara benturan senjata
tajam itu yang disusul jeritan kesakitan dari salah seorang lawan
Kim-to-ong-san, yang tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang
dan kemudian rubuh kejengkang.
Sedangkan kawan-kawan Cin An Cinjin yang lainnya jadi
terkejut, mereka mengeluarkan seruan kaget bercampur marah.
Kemudian mereka mengepung lebih rapat lagi diri Kim-to-ong-
san.
Bong Siu Siansu sendiri telah menggerakkan telapak
tangannya untuk mengincar tulang piepe (tulang selangka) dari
lawannya yang dihajar dengan pukulan yang dahsyat.
Bersamaan dengan itu, dua orang lawan Kim-to-ong-san
yang lainnya juga telah menyerang serentak dengan
mempergunakan senjata mereka, yang seorang menikam dan
yang seorang lagi menabas kaki Kim-to-ong-san.
Serangan-serangan itu menimbulkan angin yang berkesiuran
keras sekali menuju ke diri Kim-to-ong-san.

Tat Mo Cauwsu 255


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kim-to-ong-san juga menyadari bahwa dia tidak boleh main-


main dalam hal ini. Karena sedikit saja dia bergerak lambat, maka
akan menyebabkan dia terbinasa atau terluka berat di tangan
lawan-lawannya.
Waktu Kim-to-ong-san tengah berpikir keras untuk
merubuhkan lawan-lawannya itu, justru disaat itu Cin An Cinjin
telah terbebas dari totokan tadi, karena ada seorang sahabatnya
yang berpakaian pelajar telah membuka totokan itu.
Kemudian Cin An Cinjin bersama-sama dengan sisa kawan-
kawannya yang tadi hanya berdiri menonton saja, telah
menerjunkan diri untuk ikut mengeroyok Kim-to-ong-san.
Jurus demi jurus telah dilewati mereka tetapi keadaan Kim-
to-ong-san benar-benar telah terdesak sekali. Dan dia jadi sibuk
sekali mengelakkan diri dari setiap serangan-serangan yang
dilancarkan lawannya, yang jumlahnya sangat banyak itu.
Sin Han yang menyaksikan pertempuran itu jadi tambah
kuatir saja. Sedangkan Sin-kun-bu-tek lebih terkejut lagi, karena
sebagai seorang ahli ilmu silat yang tinggi, tentu saja dia bisa
melihatnya, mungkin dalam belasan jurus lagi Kim-to-ong-san
akan segera rubuh di tangan lawannya.
Disaat itulah Sin-kun-bu-tek telah mengambil keputusan
yang cepat. Dia telah mengeluarkan suara seruan sambil
melompat ke tengah gelanggang.
“Kim-to-ong-san, jangan kuatir, aku akan membantumu
menghadapi manusia-manusia rendah itu!”
Dan sambil berteriak begitu, Sin-kun-bu-tek juga telah
menggerakkan kedua tangannya dengan cepat. Dia bergelar
sebagai Sin-kun-bu-tek, dengan sendirinya kepalan tangannya itu
memiliki tenaga lwekang yang sangat dahsyat, sehingga untuk

Tat Mo Cauwsu 256


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sementara waktu dia berhasil mendesak lawan-lawannya harus


melompat menyingkir untuk mengelakkan diri.
“Sin-kun-bu-tek!” bentak Cin An Cinjin waktu mengenali si
pengemis. “Engkau demikian usil, heh? Hemmm, sesungguhnya
kami memiliki urusan pribadi dengan Kim-to-ong-san tetapi
engkau sebagai orang luar ternyata ingin ikut mencampuri urusan
ini!!”
Mendengar bentakan itu, Sin-kun-bu-tek menyahuti sambil
terus melancarkan serangan-serangan kepada salah seorang
lawannya yang berada disamping kanannya,
“Cin An Cinjin, rupanya engkau manusia rendah yang tidak
tahu malu. Tadi engkau mengatakan sahabat-sahabatmu ini hanya
ingin menyaksikan engkau bertempur mengadu kepandaian
dengan Kim-to-ong-san, tetapi sekarang kenyataan? Hemm,
justru engkau telah berusaha untuk mengeroyok Kim-to-ong-
san!”
Muka Cin An Cinjin jadi berobah menjadi merah padam. Dia
telah mengeluarkan suara bentakan sambil menikam pedangnya
ke diri Sin-kun-bu-tek.
“Pengemis busuk, engkau ingin mencobai tajamnya
pedangku, bukan? Terimalah!” dan sambil membentak begitu,
mata pedangnya mengincar tenggorokan Sin-kun-bu-tek.
Si pengemis bertangan kosong, tidak mungkin dia
menyambuti serangan hebat seperti itu.
Dengan memiringkan tubuhnya ke samping dia mengelakkan
serangan itu. Kemudian dari samping dia melakukan pukulan
dengan kepalan tangan kanannya ke arah lambung lawannya.
Tojin itu jadi terkesiap hatinya, tetapi dia tidak menjadi
gugup. Dengan cepat dia telah mengelakkan diri dari gempuran

Tat Mo Cauwsu 257


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

lawannya dan mempergunakan pedangnya untuk memapas


sehingga terpaksa si pengemis telah menarik pulang kepalan
tangannya untuk melompat mundur.
Tetapi Sin-kun-bu-tek tidak berdiam diri. Sambil melompat
mundur, dia telah mempergunakan kesempatan tersebut untuk
menyerang kepada lawannya yang ada disamping kirinya.
Gerakannya begitu cepat dan tidak terduga, sehingga kepalan
tangannya singgah tepat sekali dibahu lawannya. “Bukkkk!”
suara itu terdengar sangat keras sekali, dan tubuh lawannya itu
telah terguling rubuh.
Sin-kun-bu-tek telah memperdengarkan suara tertawa
bergelak, kemudian berkata,
“Hahaha, memang kalian merupakan manusia-manusia
rendah........ terimalah serangan-seranganku ini!” Dan Sin-kun-
bu-tek kembali telah melancarkan serangan-serangan berantai
pula dengan kepalan tangannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Sin-kun-bu-tek kali ini jauh
lebih hebat dibandingkan dengan serangan-serangan sebelumnya.
Dalam sekejap mata saja, serangan-serangan itu telah
menyebar dengan dahsyat sekali menuju ke bagian-bagian yang
mematikan di tubuh lawannya. Karena Sin-kun-bu-tek memang
kali ini bersungguh-sungguh untuk dapat membinasakan lawan-
lawannya itu.
Sedangkan Kim-to-ong-san waktu melihat memperoleh
bantuan seorang gagah seperti Sin-kun-bu-tek, jadi terbangun
kembali semangatnya. Dia mengeluarkan suara tertawa keras,
disusul dengan ucapan,

Tat Mo Cauwsu 258


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terima kasih saudara Lo Ping Kang, engkau datang tepat


waktunya! Mari kita bersama-sama membasmi manusia-manusia
rendah ini!”
Kemudian dengan gagah sekali tampak Kim-to-ong-san
melancarkan serangan-serangan beruntun dengan
mempergunakan golok emasnya yang diputarnya dengan cepat
dan bertenaga sekali. Dan dari golok emasnya itu telah keluar
angin yang menderu-deru menerjang ke diri lawan-lawannya.
Dalam keadaan demikian lawan-lawan Kim-to-ong-san tidak
berani terlalu mendesak karena mereka takut kesambar golok
pusaka lawannya yang tampaknya tajam sekali.
Sin-kun-bu-tek telah berteriak,
“Kim-to-ong-san, kita harus membinasakan mereka karena
manusia-manusia seperti ini tidak tahu malu, mari kita bekerja
sama!”
Dan sambil berkata begitu, Sin-kun-bu-tek berulang kali
melancarkan pukulan-pukulan saktinya, membuat musuh-
musuhnya tambah terdesak saja.
Kim-to-ong-san juga sudah tidak ragu-ragu lagi untuk turun
tangan keras. Dia telah mengerahkan golok emasnya dengan
gerakan-gerakan yang sangat berbahaya sekali bagi musuh-
musuhnya.
Jurus-jurus simpanannya juga telah dikeluarkan dan
dipergunakannya, sehingga lawan-lawannya itu semakin terdesak
saja.
Cin An Cinjin dan kawan-kawannya semakin lama jadi
semakin penasaran. Mereka telah mengerahkan seluruh
kepandaian yang dimilikinya untuk berusaha merubuhkan kedua
lawannya itu.

Tat Mo Cauwsu 259


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han yang berdiri disamping menyaksikan jalannya


pertempuran itu jadi tergoncang keras hatinya. Karena dia
menyadari bahwa Sin-kun-bu-tek dan Kim-to-ong-san terancam
bahaya yang cukup besar.
Tetapi untuk membantu jelas Sin Han tidak bisa, karena dia
memang belum memiliki kepandaian apa-apa, hanya beberapa
jurus saja yang baru diperoleh dari suhunya.
Keadaan seperti ini membuat Sin-kun-bu-tek juga
menyadari, bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.
Karena jika dibiarkan berlangsung terus, tentu dia sendiri dan
Kim-to-ong-san yang akan mengalami bahaya.
Tampak Kim-to-ong-san pun telah menjadi marah. Dengan
mengeluarkan suara raungan, dia mengerahkan goloknya dengan
cara menyilang. Terdengarlah suara jeritan tiga musuhnya yang
terhuyung mundur, karena lengan mereka telah terluka golok
emas Kim-to-ong-san.
Sin-kun-bu-tek juga tidak mau ketinggalan. Dengan cepat
sekali dia telah berhasil memukul jatuh empat orang lawannya
terguling keras akibat kena kepalan tangannya.
Disaat Cin An Cinjin ingin melancarkan tikaman dengan
pedangnya lagi. Tampak Sin-kun-bu-tek mengulurkan kepalan
tangannya dengan berani, sehingga membuat Cin An Cinjin jadi
kegirangan karena hal itu bisa menyebabkan tangan si pengemis
tua she Lo itu terluka atau terbabat putus.
Tetapi rupanya gerakan Sin-kun-bu-tek hanya merupakan
gerakan menggertak saja. Karena dia telah menghentak
tangannya ke samping waktu mata pedang hampir berhasil
mengenai sasarannya.

Tat Mo Cauwsu 260


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan waktu pedang itu menyamber lewat di atas bahunya


sejauh tiga dim, dengan cepat kepalan tangannya telah
menghantam perlahan batok kepala Cin An Cinjin.
Walaupun kepala Cin An Cinjin tidak sampai terhajar hancur
dan pecah, namun tubuhnya telah terpental keras dan rubuh
terjungkel di lantai.
Sin-kun-bu-tek tertawa sambil katanya,
“Sekarang bagaimana? Apakah kita akan meneruskan
pertandingan ini?”
Ditanya begitu, Cin An Cinjin gusar sekali. Tetapi dia
menyadari bahwa kedua lawannya itu liehay sekali, maka tidak
mungkin dia berhasil merubuhkan mereka.
Segera dia melompat berdiri, kemudian katanya kepada
kawan-kawannya,
“Biarlah hari ini kita ampuni jiwa kedua manusia busuk itu,
nanti kita akan mencari mereka lagi........!”
Dan setelah berkata begitu, Cin An Cinjin telah menoleh dan
mendelik kepada Sin-kun-bu-tek, lalu diiringi oleh kawan-
kawannya mereka berlalu.
Kim-to-ong-san tidak bermaksud mencegah kepergian orang-
orang itu, karena dia juga mengerti percuma saja dia menghadang
mereka. Karena tentu akan menyebabkan dirinya terlibat dalam
suatu pertempuran yang panjang kembali.
Disaat itu Sin-kun-bu-tek telah menghampiri Kim-to-ong-
san, dia telah menjura sambil katanya,
“Rupanya kita berjodoh sehingga hari ini kita bertemu
kembali..........! Tetapi aku telah mengerti bahwa ganjalan di
antara kita tidak perlu diteruskan.........!”

Tat Mo Cauwsu 261


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kim-to-ong-san tertawa. “Akupun berpikir begitu..........!”


katanya.
“Dan memang sekarang inipun aku belum lagi menyatakan
terima kasihku atas bantuanmu, saudara Lo!”
Sin-kun-bu-tek jadi girang bukan main mendengar perkataan
Kim-to-ong-san, karena dengan demikian berarti permusuhan di
antara mereka telah habis.
Sin Han telah menghampiri Kim-to-ong-san dan gurunya.
Dia juga telah menjura memberi hormat kepada Kim-to-ong-san
tanpa diperintahkan gurunya lagi.
“Tecu memberi hormat kepada Locianpwe..........!” katanya
kemudian.
Kim-to-ong-san cepat-cepat memegang bahu Sin Han, dia
mencegah anak itu memberi hormat, katanya,
“Anak yang bagus! Anak yang baik! Engkau tentunya murid
si pengemis tua she Lo itu, bukan?”
“Benar!” Lo Ping Kang telah menyahuti mewakili muridnya,
dia meneruskan kata-katanya sambil tertawa, “Sin Han seorang
murid yang baik, dia memiliki tulang dan bakat yang bagus.”
“Ya, menurut penglihatanku juga begitu,” kata Kim-to-ong-
san sambil mengangguk.
Sin-kun-bu-tek tertawa, “Jika memang anak ini memiliki
rejeki bagus, tentu dia akan menerima hadiah dari kau, Siangkoan
Heng-tai (saudara Siangkoan).” Si pengemis memanggil Kim-to-
ong-san dengan sebuah Siangkoan Heng-tai, karena memang
Kim-to-ong-san sebenarnya bernama Siangkoan Lu.

Tat Mo Cauwsu 262


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Licik sekali kau, pengemis tua she Lo!” kata Siangkoan Lu


sambil tertawa juga. “Engkau membantu aku, tetapi dibalik
bantuan itu justru engkau menghendaki sesuatu........!”
“Tetapi bukan untuk diriku......... kukatakan juga jika
muridku ini memiliki rejeki jelek, berarti dia tidak mendapat apa-
apa…….!”
“Jangan kuatir, pengemis tua Lo, aku nanti menghadiahkan
beberapa jurus kepada anak ini.........! Siapa namamu?” tanya
Kim-to-ong-san.
Sin Han menyebutkan namanya.
“Cepat kau nyatakan terima kasihmu.........!” kata Sin-kun-
bu-tek kepada muridnya.
Sin Han juga tahu bahwa dia akan menerima hadiah yang
tidak ternilai. Karena dengan mendapat beberapa jurus dari ilmu
Kim-to-ong-san, dia bisa memiliki kepandaian tambahan,
disamping kepandaian yang akan diturunkan oleh gurunya.
Maka dari itu Sin Han cepat-cepat menekuk lututnya. Dia
telah memberi hormat kepada Kim-to-ong-san, sambil katanya,
“Terima kasih atas kebaikan dan hadiah locianpwe.........!”
Kim-to-ong-san telah mengibaskan tangannya, dia
mengerahkan sedikit tenaga lwekangnya, sehingga tubuh Sin Han
terangkat oleh kibasan tangannya itu.
Sin-kun-bu-tek telah melambaikan tangannya memanggil
seorang pelayan, para pelayan itu tengah berkelompok ketakutan,
mereka menghampiri dengan sikap ragu-ragu.
“Jangan takut, tidak terjadi urusan jiwa disini, bukan? Maka
kalian tidak perlu takut..........! Siapkan sebuah meja untuk kami
bersantap, lengkap dengan sayur-sayur yang enak........!”

Tat Mo Cauwsu 263


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pelayan itu menghampiri, dia mengerjakan dengan cepat


sekali semua pesanan Sin-kun-bu-tek.
Dalam waktu yang singkat pelayan itu telah mempersiapkan
sebuah meja lengkap dengan delapan macam sayur, begitu juga
araknya.
Sin-kun-bu-tek telah mengajak Kim-to-ong-san untuk
dijamu, dan Siangkoan Lu tampaknya senang sekali dengan sikap
yang akrab dari si pengemis, karena dengan demikian
permusuhan atau ganjalan hati mereka telah habis sampai disitu.
Sin Han hanya lebih banyak mendengar saja percakapan
kedua orang tingkatan tua itu, yang membicarakan banyak sekali
persoalan-persoalan dunia persilatan.
Sin-kun-bu-tek juga menanyakan kepada Kim-to-ong-san,
apa sebabnya Kim-to-ong-san bisa bentrok dengan rombongan
Cin An Cinjin.
“Sebetulnya jika diceritakan sungguh menggelikan!” katanya
kemudian, sambil berkata begitu Kim-to-ong-san telah meneguk
dulu araknya, baru kemudian melanjutkan kata-katanya.
“Dan peristiwa itu juga terjadi kebetulan sekali! Cin An
Cinjin memiliki dua orang saudara seperguruan yang memiliki
kepandaian lumayan tingginya. Hanya saja mereka kurang begitu
baik.
“Mereka telah melakukan perdagangan tanpa modal, yaitu
melakukan perampokan-perampokan. Jika yang dirampok itu
hartawan-hartawan kaya yang kikir, masih tidak menjadi
persoalan........ Tetapi justru mereka tidak memandang bulu, siapa
saja yang sempat dirampok, tentu akan dirampok oleh mereka.
“Maka dari itu, dalam keadaan demikian telah membuat aku
tidak senang mendengarnya. Suatu hari secara kebetulan sekali

Tat Mo Cauwsu 264


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

justru aku telah memergoki mereka telah melakukan perampokan


sehingga aku terus melabrak mereka.
“Kedua orang itu juga memberikan perlawanan. Sebetulnya
aku hanya ingin menghajar mereka sampai kapok saja, namun
mereka memberikan perlawanan yang gigih, sampai akhirnya aku
salah tangan membinasakannya.........!
“Itulah sebabnya Cin An Cinjin telah mencari aku untuk
menuntut balas. Dua tahun yang lalu justru dia telah bertemu
denganku dan kami bertempur. Tetapi nyatanya dia berhasil
kurubuhkan juga dia melarikan diri.
“Hanya sebelum pergi, Cin An Cinjin telah menjanjikan aku
untuk bertemu lagi dua tahun kemudian untuk mengadu
kepandaian........ Dan kami menjanjikannya justru dirumah makan
ini! Apa yang terjadi selanjutnya telah kalian saksikan.”
Mendengar sampai disitu, Sin Han telah memotong,
“Apakah selama dua tahun Cin An Cinjin memperoleh
kemajuan yang cukup banyak, Siangkoan Locianpwe........?”
Siangkoan Lu mengangguk, sebelum menyahuti dia
mengambil sepotong daging dengan sumpitnya, kemudian sambil
mengunyah perlahan dia telah berkata,
“Benar mungkin selama dua tahun dia telah melatih diri
dengan giat. Karena tadi sempat aku merasakan betapa
kepandaiannya itu telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat
sekali, sehingga akupun bila harus bertempur lagi dengannya dua
atau tiga tahun mendatang, niscaya sulit merubuhkannya pula!”
“Tetapi saudara Siangkoan, kepandaianmu telah sempurna,
sulit mencari orang seliehay engkau! Terus terang saja kukatakan,
bahwa aku menyerah kalah dan tidak berani untuk bertempur lagi

Tat Mo Cauwsu 265


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

denganmu saudara Siangkoan,” Dan setelah berkata begitu, Sin-


kun-bu-tek telah tertawa lebar.
Kim-to-ong-san juga ikut tertawa, dia cepat-cepat
mengeluarkan kata-kata rendah.
Dalam persoalan ini, memang Sin-kun-bu-tek mengakui
kepandaian Kim-to-ong-san telah mengalami kemajuan yang
sangat banyak jika dibandingkan masa lalu. Jika dulu Kim-to-
ong-san telah berhasil merubuhkannya, maka sekarang lebih-
lebih lagi Sin-kun-bu-tek tidak sanggup menghadapinya.........
Setelah selesai bersantap, Sin-kun-bu-tek mengajak Kim-to-
ong-san ke kamarnya. Dan dikamarnya itu, diwaktu si pengemis
tidur, justru Sin Han memperoleh petunjuk-petunjuk dan
pengajaran dari Kim-to-ong-san yaitu ilmu silat tangan kosong,
yang memiliki perobahan-perobahan jurus yang sangat aneh dan
hebat.
Sin Han melatih diri dengan giat, karena dia memang
bermaksud benar-benar dapat menguasai ilmu silat yang
diturunkan kepadanya. Disaat itu, Sin-kun-bu-tek tidak melihat
apa yang diajarkan Kim-to-ong-san, maka dia telah tidur
membalik punggung menghadap ke dinding.
Sin Han melatih diri terus, sehingga cepat sekali dia dapat
menguasai jurus-jurus yang diterimanya. Walaupun belum
mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan lawannya.
“Kukira telah cukup!” kata Kim-to-ong-san setelah
memberikan petunjuk-petunjuk lagi kepada anak itu, sehingga
Sin Han telah mengerti benar. “Asal engkau rajin-rajin melatih
diri, tentu jurus-jurus itu telah cukup untuk menghadapi jago-jago
tingkat tiga dan empat!”
Sin Han cepat-cepat mengatakan terima kasihnya.

Tat Mo Cauwsu 266


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kim-to-ong-san melompat naik ke pembaringan yang


satunya dia rebah untuk tidur.
Sedangkan Sin Han meneruskan latihannya dengan giat,
karena dia ingin melatih terus sampai dapat menguasai dengan
benar jurus ilmu silat yang baru saja diterimanya itu.
Waktu itu Sin-kun-bu-tek telah melompat turun dari
pembaringannya.
“Selesai?” tanyanya kepada Sin Han.
Murid itu mengangguk. “Memang hebat jurus-jurus yang
diturunkan Siangkoan locianpwe........!” kata Sin Han kemudian.
“Hmmmm, rupanya Siangkoan locianpwe memiliki banyak
sekali ilmu-ilmu lainnya, karena tadi dikatakannya jika kelak aku
bisa bertemu lagi dengannya, akan diturunkan empat macam ilmu
silatnya lagi, yaitu ilmu mengatur jalan pernapasan, ilmu pedang,
ilmu golok dan ilmu tangan kosong........!”
Sin-kun-bu-tek tertawa, dia menoleh kepada Kim-to-ong-san
yang tengah rebah dengan mata terpejam.
“Saudara Siangkoan, engkau benar-benar hebat! Lihatlah,
muridku sampai mengagumimu........!” seru Sin-kun-bu-tek.
Kim-to-ong-san membuka matanya dan tertawa lebar agak
nyaring.
“Hmmmm, engkau pengemis licik kembali engkau ingin
mempergunakan kelicikanmu itu untuk menguras kepandaianku
untuk muridmu itu, sehingga engkau telah mengumpak-umpak
aku!!”
Keesokan paginya, setelah satu malam lagi Kim-to-ong-san
bermalam di kamar si pengemis Sin-kun-bu-tek, dia pamitan.

Tat Mo Cauwsu 267


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sebetulnya Sin-kun-bu-tek ingin menahannya untuk diajak


bertukar pikiran mengenai ilmu silat.
Tetapi kenyataannya Kim-to-ong-san telah menolaknya,
karena Siangkoan Lu mengemukakan bahwa dia masih memiliki
urusan yang penting.
Maka akhirnya mereka berpisahan, dan sebelum pergi Kim-
to-ong-san telah berpesan kepada Sin Han,
“Engkau harus baik-baik melatih diri di bawah gurumu........
Kepandaian gurumu si pengemis tua she Lo itu cukup tinggi. Di
dalam rimba persilatan namanya terkenal sekali, maka engkau
jika bisa mewariskan setengah saja dari kepandaiannya, niscaya
engkau akan dapat melayani jago-jago yang cukup tinggi
tingkatannya!”
Sin Han berjanji akan mempelajari sebaik mungkin semua
pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan yang pernah diberikan
oleh Kim-to-ong-san.
◄Y►
Sin-kun-bu-tek telah mengajak muridnya untuk melanjutkan
pula perjalanan mereka.
Selama satu bulan mereka berkelana dari kampung yang satu
ke kampung yang lainnya dan mereka telah melakukan banyak
sekali perbuatan-perbuatan mulia dengan membantu orang-orang
yang tengah tertindas.
Selama satu bulan itupun Sin Han mempelajari terus semua
ilmu silat yang telah diperolehnya, sehingga dia bisa menguasai
dengan baik jurus-jurus yang telah dimilikinya.
Maka dengan satu bulan ini, walaupun Sin Han belum dapat
dipersamakan dengan jago-jago di kalangan Kang-ouw, tetapi

Tat Mo Cauwsu 268


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

untuk menghadapi orang dewasa biasa, dia tidak mungkin dapat


dikalahkan.........
Pagi itu, Sin-kun-bu-tek dan muridnya telah tiba di tepi
telaga Sin-ouw. Mereka menyewa perahu untuk bermain-main di
tengah telaga itu.
Hari itu tampaknya Sin-kun-bu-tek telah gembira sekali. Dia
telah bernyanyi-nyanyi dengan suara yang lantang sekali,
membawakan syair Cing-siu-sie, syair yang memuji akan
keindahan alam.
Sin Han mengayuh perlahan-lahan, perahu meluncur tenang
di air telaga itu. Tetapi waktu guru dan murid itu tengah bermain
perahu, tiba-tiba dari arah depan mereka meluncur sebuah perahu
kecil dengan cepat sekali.
Di atas perahu itu tampak dua orang lelaki setengah baya.
Mereka tidak memperdulikan perahu Sin-kun-bu-tek yang seperti
tidak dilihatnya, sehingga perahu yang tengah meluncur cepat itu
akan menubruk perahu Sin-kun-bu-tek.
Tentu saja hal itu membuat Sin-kun-bu-tek dan Sin Han jadi
terkejut bukan main, mereka guru dan murid sampai
mengeluarkan suara seruan tertahan.
Dengan cepat Sin-kun-bu-tek telah memegang ke dua tepian
perahu. Dia mengerahkan tenaga lwekang ke tangannya, dengan
disertai suara teriakan yang nyaring sekali.
Dia telah menghentaknya, maka perahunya itu telah
melompat ke samping sejauh dua tombak seperti terangkat oleh
kekuatan yang tidak tampak oleh mata.
Sin-kun-bu-tek walaupun telah berhasil menyelamatkan
perahunya dari tabrakan, namun mendongkol bukan main, dia
telah menoleh dengan mata mendelik.

Tat Mo Cauwsu 269


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan perahu yang berpenumpang dua orang lelaki


setengah baya itu terus meluncur dengan pesat. Mereka seperti
juga tidak mau mengacuhkan bahwa baru saja tadi perahu mereka
hampir saling bertubrukan dengan perahu Sin-kun-bu-tek.
“Hemmm, kalian orang-orang tidak tahu peraturan!” bentak
Sin-kun-bu-tek dengan suara yang nyaring.
Dan dia bukan hanya berkata begitu saja. Karena waktu
perahu dari kedua orang setengah baya itu meluncur lewat di sisi
perahunya, dengan cepat tangan kanan Sin-kun-bu-tek telah
menyambar kayu pengayuh di tangan Sin Han, dia telah
mengebut dengan kayu itu.
Kedua orang setengah baya yang di atas perahu tersebut jadi
terkejut bukan main. Mereka sampai mengeluarkan suara seruan
tertahan mengandung kegusaran.
Tampak mereka memiliki kepandaian yang tinggi dan
kegesitan yang lumayan. Karena waktu kayu mengayuh itu
menyambar akan mengemplang kepala mereka, kedua orang
tersebut dengan cepat telah menundukkan kepala mereka,
sehingga selamatlah kepala mereka dari serangan kayu pengayuh
itu.
Saking jengkelnya waktu perahu kedua orang lelaki setengah
baya itu akan melesat lebih jauh. Disaat itulah Sin-kun-bu-tek
menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya lewat kayu pengayuh itu.
Dia telah mengayunkannya memukul buntut perahu dengan
kuat sekali sampai kayu pengayuh itu patah karenanya. Tetapi
perahu kedua orang setengah baya itupun bukannya tidak
memperoleh kerusakan apa-apa, karena perahu mereka seperti
dihantam oleh suatu kekuatan yang dahsyat sekali.

Tat Mo Cauwsu 270


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan mengeluarkan suara “krekkkkkk!” sangat keras,


buntut perahu mereka itu telah hancur. Dan perahu itu justru telah
terjungkat naik seperti akan terbalik.
Kedua orang penumpang perahu itu tampaknya terkejut
bercampur marah. Sebelum perahu mereka itu terbalik dan
tenggelam, mereka telah menjejakkan kaki mereka, dan
melompat gesit sekali dengan gerakan yang ringan.
Dengan meminjam tenaga pantulan dari kedua kaki mereka,
tubuh kedua orang tersebut telah melambung dan mendarat di
perahu Sin-kun-bu-tek, disamping Sin Han.
Bahkan salah seorang di antara mereka telah mengulurkan
tangan kanannya dengan maksud akan mencengkeram bahu Sin
Han, yang ingin dilemparkannya keluar dari perahu.
Sin-kun-bu-tek mendongkol bukan main karena dia mengerti
bahaya mengancam Sin Han. Anak itu belum memiliki
kepandaian yang berarti, dengan adanya cengkeraman itu tentu
Sin Han tidak mungkin dapat memberikan perlawanan apa-
apa.........
Cepat sekali Sin-kun-bu-tek mengibaskan lengan bajunya.
Karena untuk melompat berdiri dia sudah tidak keburu lagi, maka
dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menangkis tangan
lawannya.
Walaupun tangannya tidak sampai mengenai tangan orang
yang hendak mencengkeram bahu Sin Han, tidak urung tangan
orang itu telah berobah arah tidak mengenai sasarannya.
Sin Han melompat maju ke depan mendekati gurunya.
“Mengapa kau begitu usil dan bertangan lancang merusak
perahu kami, heh?” bentak kedua orang itu dengan suara yang
hampir bersamaan. “Siapa kau, pengemis bau?”

Tat Mo Cauwsu 271


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mendengar bentakan itu Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan


suara tertawa mengejek. Dia juga telah berkata dengan suara yang
dingin.
“Engkaulah yang sangat kurang ajar ingin membenturkan
perahumu ke perahu kami........! Untung hanya perahumu saja
yang kuhajar hancur! Coba kalau memang kalian yang
kubinasakan.........?”
Tetapi belum Sin-kun-bu-tek selesai mengucapkan kata-
katanya itu, justru salah seorang di antara kedua orang itu telah
mencabut pedangnya, dengan mengeluarkan suara “Sringgg…….
Sringgg!” yang nyaring sekali, di tangannya telah tercekal
sebatang pedang yang berkilauan.
“Pengemis busuk, justru kami yang akan menghajarmu!”
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat orang itu
menggerakkan pedangnya dengan cepat sekali. Dia telah
menikam ke arah dada Sin-kun-bu-tek dengan jurus Ma-hong-
sian, atau Kuda Angin menembus Dinding.
Gerakan yang dilakukannya itu benar-benar sangat
berbahaya, karena mata pedang baru saja melintas, ujungnya itu
telah menempel di baju Sin-kun-bu-tek. Hal itu telah
memperlihatkan bahwa kepandaian yang dimiliki orang itu sangat
hebat sekali.
Sin-kun-bu-tek juga jadi terkejut waktu melihat cara orang
itu, karena dia telah merasakan menyambarnya angin serangan
yang kuat sekali. Sin-kun-bu-tek tidak berani main-main lagi,
dengan cepat dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring.
Dia mengelakkan serangan lawannya dengan menggeser kaki
kanannya sedikit, lalu dia mengebut dengan lengan jubahnya
untuk menggulung pedang lawannya. Gerakan Sin-kun-bu-tek
dilakukan dengan cepat dan gesit, namun lawannya itu telah

Tat Mo Cauwsu 272


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

keburu menarik pulang pedangnya, sehingga tidak sampai


tergulung lengan baju Sin-kun-bu-tek.
Waktu itu tampak lawan Sin-kun-bu-tek yang seorangnya
lagi telah mengeluarkan suara seruan sambil mencabut
pedangnya juga. Dia telah melancarkan serangan sekaligus dua
kali dengan beruntun.
Tentu saja gerakan yang dilakukannya itu sama hebatnya
dengan gerakan yang tadi. Karena justru serangannya itu
mengincar jalan darah Cu-ti-hiat dan jalan darah Ma-lian-ho-hiat,
yang terletak di pinggang, di tingkat keempat dari tulang rusuk si
pengemis.
Gempuran seperti itulah yang telah membuat Sin-kun-bu-tek
terpaksa harus mundur sampai di ujung perahunya.
Kedua lawan Sin-kun-bu-tek tampak tidak mau berhenti
sampai disitu saja. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang
keras, tampak keduanya telah menyerang maju dengan
mempergunakan kedua pedang mereka.
Gerakan yang mereka lakukan itu benar-benar merupakan
gerakan yang sangat mendesak sekali. Sebab tidak ada jalan
menyingkir lagi untuk Sin-kun-bu-tek.
Maka dari itu, bisa dimengerti, Sin-kun-bu-tek terpaksa harus
menghadapi dengan kekerasan. Dia harus menghadapi serangan
kedua lawannya itu dengan mengerahkan kekuatan tenaga
lwekang pada ke sepuluh jari tangannya, dengan berani sekali dia
telah mencengkeram pedang-pedang lawannya.
Perbuatan seperti itu sangat berani sekali, sehingga dia
seperti mempertaruhkan keselamatan kedua telapak tangannya.
Karena jika memang dia meremas pedang itu dan lawannya
menarik senjata masing-masing, niscaya tangan Sin-kun-bu-tek
akan mengalami luka yang tidak ringan.

Tat Mo Cauwsu 273


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi ternyata Sin-kun-bu-tek bukan bermaksud


mencengkeram pedang-pedang lawannya itu. Dia hanya menekan
ke bawah sedikit, kemudian dengan cepat sekali dia telah
melompat ke tengah udara, melompati kepala kedua orang
lawannya.
Kedua lawannya itu sampai mengeluarkan seruan kaget dan
cepat-cepat mengelakkan tendangan kaki Sin-kun-bu-tek.
Sin-kun-bu-tek tidak bertindak hanya sampai disitu saja. Dia
telah meneruskan lagi tendangannya kepada punggung kedua
orang itu.
Tendangan yang dilakukan itu sangat dahsyat sekali,
sehingga tidak ampun lagi tubuh kedua orang itu telah terhuyung
mundur. Dan salah seorang di antara mereka telah tertendang
kecebur ke dalam air telaga.
Tentu saja kawan yang seorangnya lagi jadi kaget dan cepat-
cepat mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan
kepada kawannya yang kecebur itu.
Namun waktu dia membungkukkan tubuhnya dengan
mengeluarkan tangannya, disaat itu juga tampak Sin-kun-bu-tek
telah mengeluarkan suara bentakan yang keras dan telah
menendang lagi sampai tubuh lawannya yang sisa seorang inipun
telah terlempar dan kecebur ke dalam air empang........
Sin-kun-bu-tek telah berdiri dengan bertolak pinggang
menghadapi kedua orang lawannya yang telah berenang
menghampiri perahunya. Sin Han telah bertepuk-tepuk tangan
dengan girang.
“Bagus suhu! Mereka memang manusia-manusia galak yang
perlu diberi hajaran.”

Tat Mo Cauwsu 274


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek juga telah tertawa. Dia berkata dengan suara


yang dingin kepada lawan-lawannya yang telah berenang
mendekati ke arah perahunya.
“Engkau jangan harap dapat selamat! Kau juga harus
merasakan kecebur di air telaga!” teriak salah seorang dengan
suara yang mengandung penasaran.
Kemudian dia telah selulup ke dalam air. Tentu saja
perbuatan lawannya itu membuat Sin-kun-bu-tek telah terkejut,
karena dia segera dapat menduganya apa yang ingin dilakukan
oleh lawannya itu.
Di antara berdesirnya angin yang dingin di tengah telaga itu,
justru perahu yang kecil itu telah menggoyang-goyang membuat
Sin-kun-bu-tek dan Sin Han jadi terkejut. Muka si pengemis telah
berobah menjadi pucat.
Cepat Sin-kun-bu-tek mengerahkan tenaga dalamnya
menginjak dasar perahu itu. Dia berusaha mengimbangi
perahunya itu, agar tidak bisa diterbalikkan oleh lawannya.
Tetapi karena lawan mempergunakan kekuatan lwekang juga
untuk menjungkir balikkan perahu tersebut, dengan sendirinya
telah membuat perahu itu terbalik tanpa dapat dicegah lagi.
Sin Han mengeluarkan suara jeritan tertahan. Dia tidak bisa
berenang dan juga disaat itu Sin-kun-bu-tek tidak sempat
menjambretnya, karena dia sendiri telah terlempar dan tercebur
ke dalam air telaga.
Disaat itu, salah seorang lawannya yang lain justru telah
menyambuti Sin-kun-bu-tek dengan serangan kepalan tangannya,
dia menghantam ke arah punggung.
“Bukkkkk!” keras bukan main gempuran itu, sehingga dalam
sekejap mata saja, punggung Sin-kun-bu-tek telah kena

Tat Mo Cauwsu 275


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

digempurnya dengan dahsyat, sehingga membuat Sin-kun-bu-tek


jadi mengeluarkan suara seruan kesakitan.
Waktu tubuhnya terlempar dan kecebur ke air telaga, disaat
itu pula terlihat lawannya telah berenang mendekatinya, untuk
melancarkan serangannya lagi.
Sin-kun-bu-tek gusar bukan main, tadi lawannya membuat
licik. Dia telah mengeluarkan seruan marah sambil membalikkan
tubuhnya di air, dan tangannya menyambar ke arah potongan
kayu yang jauh yang telah digerakkannya untuk menghantam
kepada lawannya.
Lawannya itu kaget dengan mengeluarkan teriakan tertahan,
cepat-cepat menyelam ke dalam air pula.
Air dimana dia telah menyelam itu justru telah terpukul
muncrat dan berhamburan kemana-mana.
Sin-kun-bu-tek tidak mau tinggal diam, dia telah menyelam
dan berenang dengan cepat mencari lawannya.
Justru jarak mereka tidak berpisah begitu jauh, maka dengan
cepat dia berenang dan mengejarnya, sambil kayu pengayuhnya
telah dipergunakan untuk melancarkan serangan dengan
ditusukkan. Hebat sekali cara serangannya itu, karena dalam
keadaan demikian, kayu tersebut meluncur kuat sekali walaupun
mereka berada di dalam air.
Hal itu disebabkan Sin-kun-bu-tek melancarkan serangan
dengan menggunakan kekuatan lwekangnya sebanyak tujuh
bagian. Lawannya yang berada di dalam air juga sangat terkejut
sekali, dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menyampok
samberan kayu itu.

Tat Mo Cauwsu 276


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek jadi penasaran. Dia ingin melancarkan


serangan pula, tetapi disaat itu dia telah melihat Sin Han yang
tengah tenggelam dengan bergelagapan.
Untuk selamatkan anaknya itu, Sin-kun-bu-tek tidak bisa
melancarkan terus serangan kepada lawannya. Dia telah meluncur
dengan cepat berenang mendekati Sin Han, yang baju di
punggungnya telah dijambaknya dan diseretnya naik ke atas.
Sin Han gelagapan, tetapi setelah berhasil muncul di
permukaan air, bisa bernapas kembali.
Anak itu menghela napas dalam-dalam karena merasakan
badannya seperti ingin meledak dan tadi dia telah meneguk air
yang cukup banyak. Coba kalau memang dia tidak keburu
ditolong oleh gurunya, niscaya akan menyebabkan dia mati sesak
tidak bisa bernapas.
Tetapi kesempatan tersebut telah dipergunakan oleh
lawannya, ke dua-duanya telah berenang menghampiri ke arah
Sin-kun-bu-tek. Mereka juga telah melancarkan serangan yang
kuat.
Serangan itu cukup berbahaya. Sekali saja mengenai Sin-
kun-bu-tek, walaupun tengah berada di dalam air, niscaya akan
menyebabkan dia terluka di dalam.
Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi,
tentu saja Sin-kun-bu-tek tidak menjadi gugup. Dia telah
mempergunakan kedua kakinya untuk menendang kepada kedua
lawannya itu.
Waktu dia menendang, si pengemis telah menendang kepada
kedua kepalan tangan lawannya, sehingga dengan meminjam
tenaga pantulannya dia telah mencelat berenang menjauhi kedua
lawannya. Berbareng dengan itu tampak Sin-kun-bu-tek telah
berenang ke tepi telaga.

Tat Mo Cauwsu 277


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Walaupun jarak tepian telaga itu cukup jauh, namun dia bisa
berenang dengan cepat sekali. Dan dia bisa mencapai tepi telaga
dengan selamat.
Sin Han telah dilemparkannya sehingga anak itu terbanting
di tepian telaga, tetapi dia tidak menderita kesakitan apa-apa,
karena si pengemis melemparkannya dengan mempergunakan
tenaga yang diperhitungkannya.
Disaat itu kedua orang lawan Sin-kun-bu-tek memburu
berenang ke tepi juga, muka mereka telah memancarkan
kebengisan yang sangat. Tampak jelas kedua orang itu murka
sekali kepada Sin-kun-bu-tek.
Begitu mereka mendekat, keduanya telah menyerang
serentak. Sin-kun-bu-tek juga tidak tinggal berdiam diri saja. Tadi
kedua orang itu yang telah mencari persoalan, tanpa sebab
perahunya ingin diterjang.
Maka waktu melihat kedua orang berusia setengah baya ini
melancarkan serangan, dengan cepat Sin-kun-bu-tek
merentangkan kedua tangannya. Dalam waktu yang sangat
singkat sekali dia telah melancarkan serangan balasan yang
beruntun.
Kedua lawan Sin-kun-bu-tek jadi terkejut melihat serangan-
serangan Sin-kun-bu-tek seperti itu. Tetapi disebabkan mereka
juga merupakan dua orang ahli dengan cepat mereka merobah
posisi kedudukan kedua kaki masing-masing.
Sambil berbuat begitu, mereka juga telah membalas
melancarkan serangan. Hebat bukan main cara menyerang kedua
orang berusia setengah baya itu, karena yang seorang lagi dari
samping kiri.
Gerakan mereka itu luar biasa cepatnya, dan angin serangan
yang menyambar juga keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 278


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek jadi gusar dan tambah mendelu. Dia telah


melakukan totokan ke jalan darah Lu-tie-hiat dari kedua
lawannya.
Letak jalan darah itu berada di bagian kiri perut, dan
serangan yang dilakukan oleh Sin-kun-bu-tek bisa
menghancurkan isi perut lawannya, sehingga kedua lawannya
jadi terdesak dengan hebat. Apa lagi Sin-kun-bu-tek melancarkan
serangannya itu dengan sepenuh tenaganya.
Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan kedua orang itu
telah melompat ke belakang perahu menjauhi diri dari Sin-kun-
bu-tek sejauh tiga tombak. Mata mereka memancarkan sinar yang
bengis sekali. Kata salah seorang di antara mereka,
“Pengemis busuk, siapa kau sebenarnya? Mengapa engkau
mencari urusan denganku?”
Mendengar pertanyaan orang itu, Sin-kun-bu-tek
memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian katanya
dengan suara yang tawar,
“Seharusnya aku yang menegur kalian, yang tidak hujan
tidak angin ingin menubruk perahu kami........! Hemm! Hemm!
Sekarang kalian katakan, siapa kalian berdua? Apa sebabnya
secara ugal-ugalan begitu ingin menubruk perahu kami?”
Kedua orang itu tampak ragu-ragu mereka saling pandang
satu dengan yang lainnya. Setelah berdiri diam sejenak lamanya,
akhirnya salah seorang di antara mereka telah berkata,
“Hemm........ sesungguhnya kami tidak mau diganggu oleh
kau pengemis butut, karena kami masih memiliki banyak urusan!
Namun, baiklah!
“Karena engkau menanyakan siapa kami, tidak ada
halangannya kami memberitahukannya. Kami berdua murid

Tat Mo Cauwsu 279


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ceng-hay Kiehiap (Pendekar gagah dari Ceng-hay) Khu Tiong


Beng........
“Aku sendiri bernama San Cie Liang, dan ini adik
seperguruanku she Hiu dan bernama Kiu Eng. Nah, sekarang
coba kau katakan, urusan apa yang pernah terjadi di antara kau
dengan kami? Mengapa kau menghancurkan perahu kami?”
Sin-kun-bu-tek terkesiap juga mendengar bahwa kedua orang
ini adalah murid dari Ceng-hay Kiehiap, karena justru Khu Tiong
Beng merupakan seorang pendekar gagah dimasa itu. Namun
Sin-kun-bu-tek dapat menenangkan kembali goncangan hatinya,
dia telah berkata dingin,
“Hemm, jika memang engkau tidak mengganggu kami, jelas
kamipun tidak akan membentur diri kalian. Tetapi kenyataannya
tadi, Hemm, hemm, justru kalian ingin menubruk perahu kami
dengan perahu kalian!”
Dua orang itu, San Cie Liang dan Hiu Kiu Eng, tertawa
menggelak.
“Walaupun engkau mengatakan tidak ingin menempur
diriku, tetapi kalian memang sengaja ingin mencari persoalan
dengan kami, yaitu telah ditenggelamkan akibat pukulan kayu
pengayuhmu! Hemmm, bocah kecil itupun harus merasakan
enaknya hukuman dari kami!”
Sin Han terkejut sekali mendengar perkataan orang itu.
Karena dia mengetahui kedua lawan gurunya itu memang
memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Dan jika gurunya itu sampai dirubuhkan kedua orang
lawannya itu, dirinya juga tidak nantinya dapat lolos dari
kematian di tangan kedua orang itu.

Tat Mo Cauwsu 280


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Sin-kun-bu-tek telah tertawa tawar lagi, katanya


dengan suara yang tawar,
“Hemmm, dengan hanya memiliki kepandaian seperti itu,
kalian berdua ingin menjagoi dan bertindak sewenang-wenang?
Coba terimalah seranganku ini lagi..........!”
Dan sambil berkata begitu, si pengemis telah melonjorkan
tangan kanannya, menekuk sedikit, dan sikunya itu jatuh di dekat
dada sedangkan tangan kirinya telah mengibas.
Tiba-tiba Sam Cie Liang dan Kiu Eng telah merasakan
sambaran yang kuat dari tangan Sin-kun-bu-tek sehingga kedua
orang itu harus mundur ke belakang dan memperkuat posisi kaki
mereka. Tetapi kali ini Sin-kun-bu-tek melancarkan serangan
tidak kepalang tanggung, hampir seluruh kekuatan lwekang yang
ada padanya telah dikerahkan dan dipergunakannya.
Kedua lawan Sin-kun-bu-tek menyadari jika mereka
melawan terus berarti mereka sendiri yang akan rubuh.
Dengan cepat mereka merobah cara bertempurnya, San Cie
Liang telah berteriak nyaring, “Gelombang besar.........!”
maksudnya meminta kawannya untuk melarikan diri.
Hiu Kiu Eng juga mengerti maksud kakak seperguruannya
itu. Dia memperhatikan gerakan dan cara menyerang si pengemis,
kemudian dia telah melancarkan serangan yang gencar dan kuat,
sehingga tubuh Sin-kun-bu-tek terhuyung mundur dua tombak.
Mempergunakan kesempatan seperti inilah tampak San Cie
Liang dan Hiu Kiu Eng telah melompat mundur dengan gerakan
yang gesit lalu memutar tubuh hendak melarikan diri.
Sin-kun-bu-tek hanya tertawa saja, sama sekali dia tidak mau
mengejarnya. Memang Sin-kun-bu-tek tidak mau mencari
permusuhan, dia menganggap bahwa kedua orang itu hanya

Tat Mo Cauwsu 281


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

berlaku tolol, karena tanpa sebab kedua orang setengah baya itu
ingin mencari urusan dengan dirinya.
Sin Han menghela napas lega, dia telah melihat bahwa
gurunya memang benar-benar lihay dan berhasil mengusir kedua
lawannya dengan hanya beberapa jurus saja.
“Mari kita pergi.........!” kata Sin-kun-bu-tek setelah berdiam
diri sejenak lamanya. “Hemm, kedua manusia rendah itu
mungkin ingin melakukan sesuatu, nanti kita kuntit saja........!”
Dan Sin-kun-bu-tek telah menarik tangan Sin Han untuk
diajak berlalu dari tempat itu.
Gerakan Sin-kun-bu-tek agak cepat, dia setengah berlari.
Sedangkan Sin Han mengikutinya dengan berlari-lari keras.
Napas Sin Han memburu keras tetapi Sin-kun-bu-tek yang
sering melirik dan melihat keadaan murid, tetap berdiam saja, dia
terus juga berlari-lari dengan cepat. Dan waktu itu tampak Sin
Han telah bermandi keringat dikening, muka dan tubuhnya.
Tetapi Sin Han memang ulet dan tabah, dia bisa mengikuti
terus gurunya, dengan mempergunakan ilmu lari cepat yang
selama beberapa bulan belakangan ini dia peroleh dari gurunya.
Waktu itu tampak Sin-kun-bu-tek menghentikan langkah
kakinya, dia menoleh kepada Sin Han.
“Lelah?” tanyanya.
Sin Han menggeleng perlahan dengan muka yang berobah.

––––––––

JILID 8

Tat Mo Cauwsu 282


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“TECU sangat malu, sudah cukup lama tecu menerima


pelajaran dari suhu, tetapi kenyataannya tecu (murid) tidak bisa
menyandak dan mengejar suhu, walaupun suhu hanya berjalan
biasa saja. Tecu memang harus berlatih diri lebih giat lagi,”
menyahuti Sin Han dengan sikap sungguh-sungguh.
Sin-kun-bu-tek tersenyum sabar, katanya.
“Muridku, engkau sebetulnya seorang murid yang baik dan
memiliki bakat yang bagus pula. Karena itu aku bersedia
menerima engkau menjadi muridku, asalkan engkau mau berlatih
diri dengan rajin........!
“Mengenai kepandaian yang sekarang engkau miliki ini
bukan menjadi soal, tidak bisa engkau mempelajari ilmu yang
tinggi dengan waktu yang singkat........ Engkau harus banyak
berlatih diri dan juga harus ulet mempelajari setiap jurus yang
kuberikan…….!”
“Terima kasih suhu........!” kata Sin Han cepat, “Wejangan
yang diberikan oleh suhu akan Tecu ingat baik-baik.”
“Bagus! Mari kita lanjutkan pula perjalanan kita,” kata Sin-
kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 283


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kali ini Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang tidak berlari cepat


seperti tadi. Dia hanya mengendurkan langkah kakinya perlahan-
lahan, sehingga Sin Han bisa berjalan sejajar dengannya.
Disaat hari menjelang sore. Sin-kun-bu-tek bersama
muridnya telah tiba di permukaan kampung Liang-sie-cung.
Perkampungan itu sangat kecil dan penduduknya juga tidak
begitu padat. Sedangkan di permukaan kampung yang begitu
sepi, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
“Kita beristirahat disini saja.........!” kata Sin-kun-bu-tek
setelah berdiri sesaat lamanya mengawasi permukaan kampung
itu.
“Kita cari dulu kuil tua untuk kita bermalam. Tetapi jika di
kampung ini tidak terdapat kuil tua, maka terpaksa kita bermalam
di rumah penginapan.........”
Sin Han menyetujui. Dia sendiri tidak tahu mengapa setelah
menjadi murid Sin-kun-bu-tek, diapun senang sekali tidur di kuil-
kuil tua yang tidak terpelihara dibandingkan harus menginap di
rumah penginapan yang ramai.
Dan tentunya merekapun akan memperoleh perlakuan sinis
dari pelayan-pelayan rumah penginapan itu. Bukankah mereka
hanya berpakaian sederhana dengan penuh tambalan sebagai
pengemis?
Sin-kun-bu-tek mengajak muridnya mengelilingi kampung
tersebut, tetapi mereka tidak berhasil menemuinya. Mungkin juga
kampung ini tidak memiliki kuil.
“Hai!” Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang telah menghela napas
dalam-dalam, kemudian katanya, “Memang sial sekali hari ini,
mengapa kampung ini tidak memiliki kuil untuk kita bermalam?!

Tat Mo Cauwsu 284


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Aku paling benci kalau harus menginap di-rumah-rumah


penginapan..........”
Sin Han tersenyum, lalu katanya, “Suhu jangan berkata
begitu, menginap dimana saja sama, bukan? Jika memang
kampung ini tidak memiliki kuil, kita bisa saja mengasoh di alam
terbuka..........!”
Si pengemis tua she Lo itu mengangguk sambil tersenyum
lebar.
“Benar!” katanya kemudian. “Memang benar apa yang kau
katakan.........! Mari kita cari lagi beberapa saat, jika benar-benar
tidak terdapat kuil di kampung ini, biarlah kita tidur di emperan
rumah penduduk pun tidak menjadi persoalan........!”
Guru dan murid itu mengelilingi satu kali lagi kampung
tersebut. Mereka hanya sekali-sekali saja bertemu dengan satu
orang penduduk kampung itu.
Tetapi kuil tua yang dicari Sin-kun-bu-tek benar-benar tidak
ada, maka Sin-kun-bu-tek telah mengajak Sin Han untuk
mengasoh di dekat emperan rumah yang cukup megah. Rupanya
rumah yang mewah ini milik seorang hartawan kaya.
Sin Han melihat gurunya telah duduk dengan sepasang kaki
dilonjorkan di dekat pintu gedung itu. Diapun telah memejamkan
matanya rapat-rapat.
Sin Han mengikuti apa yang dilakukan gurunya, meringkuk
disamping Sin-kun-bu-tek untuk tidur. Tetapi disaat Sin Han
tengah enaknya terlelap dalam tidurnya, anak itu dikejutkan oleh
suara bentakan yang nyaring,
“Siapa yang berani menggoda aku?” dan Sin Han mengenali
itulah suara gurunya yaitu Sin-kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 285


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu Sin Han membuka matanya, dia melihat gurunya


telah bertolak pinggang mengawasi sekelilingnya.
Sin Han cepat-cepat melompat bangun, dia segera bertanya,
“Ada apa, suhu?”
“Hemm, tadi ada orang yang menjailkan kita........ nah, kau
lihatlah, benda apa itu........ di dekat ambang pintu?”
Sin Han menoleh mengawasi tempat yang ditunjuk gurunya.
Sin Han jadi mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena kaget
dan ngeri.
Di dekat undakan tangga, ternyata menggeletak dua pasang
tangan, lengkap dengan jari-jarinya. Tangan itu hanya sebatas
sikut, tentu kedua orang pemilik tangan tersebut telah peroleh
malapetaka yang hebat.
“Tangan........ tangan siapa itu, suhu?” tanya Sin Han dengan
suara tergetar.
“Hemmm, sudah kukatakan, ada seseorang yang hendak
mempermainkan kita........!” dan setelah berkata begitu, tampak
Sin-kun-bu-tek mengerahkan tenaga dalamnya, dengan
menyalurkan lwekangnya. Sin-kun-bu-tek telah berkata,
“Siapa yang ingin main-main dengan aku si pengemis tua Lo
Ping Kang. Perlihatkanlah dirimu agar kita dapat saling
berkenalan…….!”
“Hehehe, aku tidak menyangka bahwa pengemis busuk tua
bangkotan seperti itu……..!”
Menyusul dengan kata-kata itu tampak sesosok tubuh telah
melompat keluar dari balik dinding dengan gerakan yang ringan
sekali. Dialah seorang lelaki berusia di antara empatpuluhan
tahun.

Tat Mo Cauwsu 286


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi potongan mukanya sangat kasar dan buruk sekali.


Sebab sebelah mata kirinya telah picak dan bibirnya juga tebal,
sehingga keadaannya itu tidak sedap dilihat.
Hanya bentuk tubuhnya yang bagus, yaitu tinggi dan tegap.
Di pinggangnya tampak tergantung sebatang joan-pian (pecut
lemas), yang digulung beberapa gulungan dan tergantung tidak
begitu terlihat jika tidak diperhatikan baik-baik.
Muka Sin-kun-bu-tek jadi berobah ketika melihat orang itu,
tampaknya Sin-kun-bu-tek terkejut sekali.
“Kiranya engkau, Tiat-sim Sianjin (Manusia sakti Berhati
Besi),” kata Sin-kun-bu-tek dengan suara yang perlahan, setelah
memperhatikannya dengan seksama keadaan orang itu.
“Tepat! Sama sekali tidak salah! Akulah Tiat-sim Sianjin Su
Hong Sin,” menyahuti orang yang bermata picak itu, “Aku ingin
berhitungan denganmu mengenai penghinaan terhadap muridku.”
Sin-kun-bu-tek tertawa perlahan, dia telah berkata dengan
suara yang mengejek, “Engkau ingin mencari balas untuk
muridmu.........? Siapakah muridmu itu?”
Muka Su Hong Sin semakin tidak enak dilihat. Dia telah
mengibaskan tangan kanannya dengan keras sekali, sehingga
menimbulkan kesiuran angin yang sangat kencang.
Sin-kun-bu-tek tidak takut menghadapi serangan seperti itu.
Dia telah mengawasinya dengan sorot mata yang sangat tajam
memandang ke arah tangan Su Hong Sin. Waktu angin serangan
hampir sampai maka disaat itulah tampak Sin-kun-bu-tek dengan
cepat sekali mengelakan diri ke samping.
Keadaan seperti ini membuat Su Hong Sin jadi tambah
penasaran. Dia bergelar sebagai Tiat-sim Sianjin, sehingga lawan

Tat Mo Cauwsu 287


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

maupun kawan merasa segan terhadap ilmu „Tiat-sim-ciang atau


Pukulan Hati Besinya‟.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia telah
melompat lagi dengan terjangan yang sangat kuat,
mempergunakan salah satu jurus dari ilmu Tiat-sim-ciang.
Namun Sin-kun-bu-tek tidak menjadi gugup waktu melihat
lawannya telah melancarkan serangan begitu hebat.
Sin-kun-bu-tek telah mengeluarkan juga jurusnya yang
hebat. Dia menyambuti serangan Tiat-sim-ciang dengan
kekerasan, sehingga Su Hong Sin jadi terkejut.
Dia ingin menarik pulang serangannya namun sudah tidak
keburu lagi, maka dari itu, cepat-cepat dia telah meneruskan
serangannya itu dengan menambahkan kekuatan tenaga
lwekangnya.
“Bukkk!” terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali,
seperti juga keadaan di sekitar tempat itu akan gempa.
Suara bentakan dan berkesiuran angin yang sangat keras
sekali telah membuat penghuni gedung itu jadi terbangun dari
tidurnya. Mereka jadi menduga-duga, entah apa yang telah terjadi
sehingga menimbulkan suara yang begitu keras dan bentakan-
bentakan bengis.
Penghuni gedung itu tidak berani keluar waktu mengetahui di
luar pintu gedung itu terdapat dua orang yang sedang mengadu
kepandaian.
Sin Han yang sejak tadi berdiri mengawasi saja, jadi diliputi
kekuatiran. Dan juga dia telah melihat betapa gurunya berusaha
untuk dapat merubuhkan lawannya, tetapi Tiat-sim-ciang
lawannya cukup hebat.

Tat Mo Cauwsu 288


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek paling sengit jika dia tidak bisa merubuhkan


lawannya, walaupun pengemis ini mengetahui bahwa lawannya
merupakan lawan yang sangat tangguh. Maka dari itu dia telah
mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya.
Tahu-tahu Sin-kun-bu-tek berputar setengah lingkaran.
Dengan cepat sekali kedua tangan si pengemis tua she Lo telah
melancarkan serangan yang beruntun.
Su Hong Sin sendiri yang melihat hal itu jadi berpikir keras.
Dia memang ingin membalas sakit hati muridnya, yang pernah
dirubuhkan oleh si pengemis dan dibuat bercacad. Maka dari itu,
sekarang dia berusaha untuk dapat merubuhkan Sin-kun-bu-tek.
Saat itu tampak Sin-kun-bu-tek bekerja tidak kepalang
tanggung. Begitu kedua serangannya dielakkan, dalam waktu
yang singkat sekali si pengemis telah menyusuli pula dengan
serangan yang lainnya.
Kekuatan tenaga lwekang Sin-kun-bu-tek sesungguhnya
lebih tinggi satu tingkat dari Su Hong Sin, begitu juga jika
berbicara mengenai kepandaiannya. Su Hong Sin belum bisa
menandingi Sin-kun-bu-tek.
Tetapi ada satu keuntungan untuk Su Hong Sin, karena dia
telah mempergunakan ilmu pukulan Tiat-sim-ciang, yang
memiliki jaringan kuat sekali.
Sebab kedua tangan Su Hong Sin yang bersilat dengan
mempergunakan Tiat-sim-ciang itu seperti berobah menjadi
puluhan pasang tangan. Disamping itu juga tampak sepasang
tangan itu bagaikan mengurung dan menjirat tubuh Sin-kun-bu-
tek.
Keadaan demikian telah membuat Sin-kun-bu-tek memutar
otaknya sekeras mungkin, dia mengerahkan seluruh
kepandaiannya untuk mendesak lawannya.

Tat Mo Cauwsu 289


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Sin-kun-bu-tek


merupakan serangan yang cukup hebat dan mematikan, memaksa
Su Hong Sin harus melompat mundur beberapa kali
menggerakkan serangan yang menyambar cepat sekali.
Sin-kun-bu-tek saat itu telah berpikir,
“Hemm, jika kesempatan disaat dia tengah terdesak aku tidak
memanfaatkannya, niscaya beberapa saat lagi nanti aku akan sulit
merubuhkannya!”
Karena berpikir begitu, tampak Sin-kun-bu-tek
mempergencar serangannya.
Sehinggga Su Hong Sin jadi terdesak dengan hebat. Dia
berusaha untuk memberikan perlawanan yang gigih, namun tetap
saja Su Hong Sin tidak berhasil untuk balas menyerang.
Sin-kun-bu-tek saat itu telah berkata mengejek, katanya
dengan suara yang nyaring,
“Hemmm, ternyata kepandaianmu hanya begitu saja..........!”
Begitu habis suaranya, segera tangan Sin-kun-bu-tek
melancarkan gempuran yang jauh lebih keras lagi.
Su Hong Sin juga rupanya telah mendongkol bercampur
penasaran. Dia mengeluarkan suara erangan, dan menubruk
kepada si pengemis. Maksudnya ingin mengadu jiwa dengan
lawannya untuk mati bersama.
Tetapi Sin-kun-bu-tek mana mau berlaku nekad seperti
lawannya itu. Dengan cepat si pengemis tua she Lo itu telah
meluncurkan suara bergetar yang keras, berbareng dengan itu
kedua telapak tangannya telah dimajukan untuk melancarkan
gempuran dengan mempergunakan seluruh kekuatan murninya.

Tat Mo Cauwsu 290


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kebetulan sekali Su Hong Sin telah melompat dan menerjang


maju pula. Maka pada kesempatan itu, dimana Su Hong Sin tidak
memiliki pertahanan yang gigih dan rapat, Sin-kun-bu-tek telah
berhasil menghantam dadanya.
“Bukkk!” bukan main hebatnya tenaga hantaman itu. Karena
seketika itu tubuhnya Su Hong Sin yang tinggi besar itu telah
terlempar tinggi sekali, kemudian terguling-guling di tanah
beberapa tombak.
Su Hong Sin mengeluarkan suara keluhan dan telah
merangkak berdiri.
“Kau memang hebat, pengemis tua! Kuakui sekarang aku
rubuh di tanganmu, tetapi ingat suatu saat kelak aku akan
mencarimu lagi!”
Dan setelah berkata begitu, tampak Su Hong Sin
membalikkan tubuhnya, berlalu dengan cepat. Hanya dengan
berapa jejakan kaki saja, tubuhnya telah lenyap dari pandangan
Sin-kun-bu-tek.
Si pengemis tua she Lo itu telah menghela napas dalam-
dalam, dia telah berkata,
“Untung saja tadi aku berhasil memukul dia terguling. Jika
sampai dia mempergunakan seluruh ilmu Tiat-sim-ciang nya itu,
belum tentu aku bisa menundukkannya,” menjelaskan si
pengemis kepada muridnya.
Sin Han mengangguk, lalu tanyanya dengan suara yang ragu-
ragu,
“Tetapi Suhu, tadi aku melihat suhu telah terkejut dan wajah
suhu berobah waktu melihat munculnya orang itu……. Mengapa
demikian, suhu?”
Sin-kun-bu-tek menghela napas panjang lagi.

Tat Mo Cauwsu 291


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Engkau tidak mengetahui, muridku! Su Hong Sin yang


bergelar Tiat-sim Sianjin merupakan seorang yang pandai bukan
main dan juga bertangan telengas. Coba kau lihat itu dua pasang
tangan yang telah buntung, itulah hasil perbuatannya..........!”
Sambil berkata begitu, Sin-kun-bu-tek telah menunjuk
kepada kedua pasang tangan yang menggeletak di dekat undakan
anak tangga gedung itu.
Sin Han diam-diam jadi bergidik ngeri.
“Hemmm, belum apa-apa sudah takut!” kata Sin-kun-bu-tek
kepada muridnya itu. “Itu hanya dua pasang tangan yang
dibuntungi, masih banyak hal-hal yang mengerikan dilakukan
manusia rendah itu!
“Sebetulnya kepandaian kami berimbang. Namun disebab
dia membawa adat dan menuruti hawa amarahnya, telah
membuat dia kurang mempertahankan perbentengan dirinya,
sehingga dia harus menelan pil pahit dibuat terpental
olehku..........!” kembali si pengemis telah menghela napas
beberapa kali.
Kemudian si pengemis tua she Lo itu telah menganjurkan Sin
Han melanjutkan tidurnya, sedangkan Sin-kun-bu-tek sendiri
telah merebahkan dirinya di dekat undakan anak tangga.
Pemilik gedung dan pelayan-pelayannya tidak seorangpun
yang berani keluar. Apa lagi tadi mereka telah menyaksikan Sin-
kun-bu-tek berhasil merubuhkan lawannya, membuktikan bahwa
kepandaian Lo Ping Kang benar-benar hebat, mana mereka
berani mengusirnya?
Sedangkan tuan rumah itu telah memesan kepada pelayan-
pelayannya agar tidak usil atau mengganggu tidurnya si pengemis
she Lo dan muridnya itu. Juga hartawan kaya itu telah memesan

Tat Mo Cauwsu 292


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

agar pelayan-pelayannya itu tidak membuka pintu sebelum Lo


Ping Kang berlalu.
Sin-kun-bu-tek bersama Sin Han tertidur lelap sekali, sampai
terbangun matahari sudah naik cukup tinggi.
“Setan kecil, kau!” kata Sin-kun-bu-tek tertawa sambil
menabok pundak Sin Han.
Sin Han terkejut dan telah melompat berdiri, dia
menanyakan, “Suhu mau kemana?”
Sin Han bertanya begitu, karena dia melihat si pengemis
telah berdiri dan merapihkan baju tambalannya itu.
“Biasa…….!” kata Sin-kun-bu-tek sambil tersenyum lebar.
“Aku ingin meminta bagian rangsum makanan kepada rumah-
rumah makan!”
Mendengar perkataan gurunya yang jenaka itu, Sin Han telah
tertawa juga.
“Kau tunggu saja disini, jangan pergi ke mana-mana!!” pesan
Sin-kun-bu-tek pula sambil mengayunkan langkah kakinya untuk
mengambil bagiannya dari rumah makan yang terdapat di
kampung ini.
Sin Han menuruti pesan gurunya, dia tetap duduk di emperan
gedung itu lagi.
Sin Han duduk sambil mencabuti rumput-rumput kecil yang
tumbuh banyak sekali di muka gedung tersebut, digigitnya
perlahan-lahan.
Waktu itu, keadaan sudah cukup siang, sehingga banyak juga
orang yang berlalu-lalang di tempat tersebut.
Tetapi semua orang yang lewat di muka gedung itu, dan
melihat Sin Han tengah duduk seorang diri, mereka tidak

Tat Mo Cauwsu 293


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengacuhkannya. Karena mereka pikir mungkin Sin Han seorang


pengemis kecil yang malas.
Tetapi waktu di jalan tersebut lewat seorang tojin, yang
memakai jubah warna hijau dan tengah mengebut-ngebutkan
perlahan Hud-timnya, dia tertegun melihat Sin Han.
Tojin itu telah menunda langkah kakinya, dia memandangi
lagi Sin Han sesaat lamanya tanpa mengucapkan kata-kata.
Sin Han jadi kikuk diperhatikan begitu rupa oleh si tojin.
Segera anak ini bangkit merangkapkan sepasang tangannya, dia
telah menjura memberi hormat.
“Apakah ada sesuatu yang Tootiang ingin sampaikan
kepadaku?” ramah sekali waktu Sin Han bertanya begitu.
Tojin itu membawa sikap acuh tak acuh, dia masih juga
mengawasi Sin Han dengan tatapan mata yang sangat tajam
sekali.
“Mengapa engkau menjadi pengemis kecil?” tiba-tiba tojin
itu telah menegur dengan suara yang dingin. “Tidakkah sayang
dalam usia sekecil engkau sudah tidak memiliki tekad dan cita-
cita, hanya mengandalkan belas kasihan orang........!”
Muka Sin Han jadi berobah merah.
“Benar totiang, apa yang dikatakan oleh totiang memang
benar. Tetapi justru kebetulan sekali aku memiliki seorang guru
dari partai Kay-pang, maka tidak dapat aku tidak menuruti
peraturan-peraturan yang ada di dalam Kay-pang........!”
Tojin itu tampaknya terkejut juga.
“Engkau........ engkau murid Kay-pang? Siapa gurumu?”
tanya si tojin dengan cepat.

Tat Mo Cauwsu 294


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sin-kun-bu-tek........ Namanya Lo Ping Kang!” menyahuti


Sin Han, setelah dia ragu sejenak.
“Ihh…….!” berseru tojin itu dengan suara yang tertahan,
wajahnya juga memperlihatkan rasa terkejut. “Engkau muridnya
Lo Ping Kang, si pengemis tua bangka itu?”
“Benar!” Sin Han mengangguk cepat. “Insu sedang mencari
makanan........!”
“Hemm,” mendengus si tojin, tampaknya dia benar-benar
mendongkol dan sengit waktu mengetahui Sin Han murid Sin-
kun-bu-tek Lo Ping Kang. “Sungguh kebetulan sekali kita bisa
bertemu denganmu disini!”
“Apa maksud Totiang........?” kata Sin Han sambil menatap
kepada tojin itu.
“Hemmm........ memang sudah belasan tahun kami tidak
bertemu, dan disini rupanya aku tidak akan gagal mencari pula.
“Yang pasti tidak akan sia-sia capai lelahku untuk
mencarinya, dan melatih ilmu......... Hahahaha.........!” dan diakhir
dari perkataannya itu, tojin itu telah tertawa bergelak dengan
suara yang nyaring.
Di detik-detik seperti itu, Sin Han segera tersadar, bahwa
Tojin ini tentu memiliki ganjalan sesuatu dengan gurunya. Dilihat
dari sikap dan wajahnya yang memancarkan kebengisan itu, tentu
menunjukkan Tojin tersebut tengah gusar.
“Totiang........” kata Sin Han.
Tetapi belum lagi perkataannya itu habis, justru tojin itu telah
mencengkeram baju di punggung Sin Han. Kemudian
dilemparkan terbanting di tanah!

Tat Mo Cauwsu 295


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gerakan yang dilakukan itu tampaknya ringan sekali. Tetapi


kenyataannya Sin Han terbanting keras bukan main, sampai anak
itu bagaikan rontok semua tulang tulang di tubuhnya.
Tanpa dikehendaki oleh Sin Han, karena terlalu sakit sekali
maka dia telah menjerit dengan suara yang melengking.
Si Tojin rupanya tidak bertindak sampai disitu saja. Dia telah
mengayunkan kaki kirinya, maka tubuh Sin Han terlempar ke
tengah udara cukup tinggi, kurang lebih lima tombak.
Itulah tenaga menendang bukan biasa, karena tendangan
tersebut disertai tenaga lwekang yang dahsyat sekali.
Begitu tubuh Sin Han terpental meluncur dengan kecepatan
yang luar biasa, imam itu telah menggerakkan tangan kanannya.
Dia telah berhasil mencengkeram baju di dekat punggung Sin
Han.
Dengan demikian Sin Han tidak sampai terbanting pula, si
Tojin kemudian melemparkan Sin Han ke tanah.
“Dimana sekarang gurumu berada?” tegur tojin itu.
“Suhu.......... suhu........” Sin Han jadi tergugu.
“Cepat katakan!”
“Aku sendiri tidak mengetahui, karena yang kuketahui
adalah pekerjaan yang tetap bagi guruku itu, yaitu mencari
makanan yang digemarinya.”
“Hemm, engkau memperoleh guru seperti Lo Ping Kang,
maka dari itu, engkau kelak pun bukan manusia baik-baik…….!
Maka lebih baik engkau dibinasakan saja........!”
Mendengar perkataan Tojin itu, tubuh Sin Han jadi gemetar
kaget.

Tat Mo Cauwsu 296


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, mukamu pucat sekali tentu engkau ketakutan,


bukan?” tanya si imam lagi, “Tidak perlu kau takut, aku tidak
akan menganiaya dirimu asalkan engkau bersedia mengantarkan
aku kepada gurumu…….!”
Setelah berkata begitu, si imam telah mengulurkan tangan
kanannya, dia mencekal tangan kiri Sin Han. Kemudian diajak
untuk pergi mencari Sin-kun-bu-tek.
Tetapi Sin Han tidak mau menuruti kehendak Tojin itu, dia
telah meronta. Tetapi walaupun Sin Han meronta sekuat
tenaganya, namun tidak urung tangannya itu tercekal terus tidak
bisa dilepaskannya.
Keadaan seperti ini membuat Sin Han jadi nekad.
“Tojin jahat, aku tidak mengganggumu, mengapa justru
sekarang engkau ingin menggangguku?Cepat lepaskan cekalan
tanganmu ini........!”
Mendengar perkataan Sin Han, tampak si Tojin telah tertawa
dengan suara yang nyaring sekali, katanya kemudian,
“Hemm sudah dalam keadaan demikian, engkau masih
membangkang saja atas perintahku, maka nanti setelah kupotong
jari tanganmu, engkau bersedia mengantarkan aku bertemu
dengan gurumu.
“Itulah suatu tindakan yang bijaksana,......... Tetapi jika
engkau membangkang, akupun tidak perdulikan akan kata-kata,
Si tua menghina si kecil, aku akan menyiksamu........”
Sin Han jadi takut lagi, dia telah berkata dengan suara
tersendat.
“Hemm, engkau memaksa aku dengan demikian rupa,
apakah engkau tidak takut ditertawai orang-orang rimba

Tat Mo Cauwsu 297


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

persilatan? Lagi pula memang aku tidak mengetahui dimana


sekarang ini suhu tengah berada.”
Mendengar perkataan Sin Han, tojin itu telah berkata lagi,
“Hemm, memang engkau seorang anak yang terlalu keras
kepala! Yang terpenting sekarang engkau ikut denganku, nanti
jika kita telah bertemu dengan gurumu itu, Sin-kun-bu-tek,
barulah kau kubebaskan. Tetapi jika tidak hemm, hemmm..........”
Sin Han juga menyadari ancaman bahaya untuk dirinya jika
dia membangkang terus. Maka dia telah berkata dengan suara
yang dingin,
“Hemm kau bunuhlah jika memang ingin membinasakan
diriku…….!”
“Jangan pura-pura seperti seorang Hohan, sedangkan hatimu
tengah memikirkan jalan untuk meloloskan diri dari
cengkeramanku ini, bukan?”
Sin Han cerdas, dia tahu, jika dia melawan si tojin dengan
sikap kepala batunya, niscaya akan menyebabkan tojin itu gusar
dan juga bisa-bisa dia dianiaya si tojin.
“Baik!” kata Sin Han kemudian. “Hemm, dengan keadaan
seperti ini tentu saja kita harus mencarinya di sekitar
perkampungan ini.........”
“Tidak menjadi persoalan........!” kata tojin itu dengan suara
yang nyaring. “Hemm........ dalam persoalan ini, yang terpenting
engkau harus turut denganku! Jika memang si pengemis tua she
Lo itu berusaha menyingkir dariku, maka engkau yang akan
menggantikan dia........!”
Muka Sin Han jadi berobah merah karena gusar dan
mendongkol. Tojin ini tidak hujan dan tidak angin, justru telah
menyiksanya dengan kejam.

Tat Mo Cauwsu 298


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Baiklah!” kata Sin Han kemudian dengan perasaan


mendongkol bukan main. Kemudian dia berkata lagi sambil
menatap kepada si tojin,
“Tetapi kau harus ingat, jika memang gagal, maka engkau
jangan mempersalahkan aku.”
“Yang terpenting kita harus mencari sampai dapat si
pengemis tua Lo Ping Kang itu........!” kata tojin itu dengan suara
yang bengis.
Sin Han tidak mau membantahnya terlebih jauh. Dia hanya
menganggukkan kepalanya saja dan mengikuti si tojin yang
membawanya kemana saja untuk mengelilingi perkampungan itu.
Tetapi berputaran sampai seharian penuh, ternyata mereka
masih belum bisa menjumpai Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang.
Keadaan demikian membuat imam itu jadi uring-uringan.
Beberapa kali si tojin telah mengebutkan bulu-bulu Hud-timnya
di kepala Sin Han.
“Engkau jangan mempermainkan aku!” bentak tojin itu
dengan suaranya yang keras mengandung kemarahan yang sangat
hebat.
Karena tampaknya dia benar-benar penasaran sekali. Dia
juga telah menarik tangan Sin Han yang dicekalnya keras sekali,
sehingga menimbulkan perasaan sakit yang bukan main.
“Aduhh......... jangan mencekal tangan begitu keras, totiang,
sakit sekali!” merintih Sin Han.
“Engkau ingin menunjukkan atau tidak tempat
bersembunyinya gurumu itu?” bentak si imam. “Jika tetap keras
kepala, hemm, sekali saja aku mencekal lebih keras, tentu lengan
tanganmu ini akan hancur, sehingga kelak tidak bisa
dipergunakan pula karena akan bercacad.”

Tat Mo Cauwsu 299


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya


sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.
“Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui jelas
kemana perginya guruku itu, karena sudah menjadi kebiasaannya
untuk mencari makanan di pagi hari.........!”
Imam itu telah berdiri sekian lama, akhirnya mengendurkan
cekalannya itu.
“Baiklah, mari kita mencari pula pengemis tua she Lo
itu......... Tidak mungkin dia bisa lenyap ke dalam bumi,” kata
tojin itu lagi dengan suara yang dingin.
Dan tangan Sin Han ditariknya untuk mengelilingi pula
perkampungan tersebut.
Dan beberapa saat kemudian mereka telah letih, karena
hampir satu harian mereka mencari-cari kesana kemari dengan
tidak memperoleh hasil. Waktu itu, si tojin tampaknya telah
semakin gusar saja dan sejenak lamanya, dia telah berhenti dan
melepaskan cekalan tangannya pada tangan Sin Han.
Disaat itulah tampak si tojin telah mengawasi bengis kepada
Sin Han. Mukanya merah padam menahan kemarahan dan
kemendongkolannya.
“Jika engkau tidak mau memberitahukan dimana gurumu
berada, biarlah nanti aku yang mencarinya sendiri!
“Tetapi sekarang justru engkau harus mewakili gurumu itu!
Jika kelak aku gagal mencari pengemis tua she Lo itu, maka
hitung-hitung aku telah melampiaskan sebagian dari sakit
hatiku!”
Sin Han kini baru menyadarinya bahwa tojin ini adalah
musuh gurunya. Dan Sin Han jadi menyesal, mengapa tadi dia
memberitahukan bahwa dia murid Sin-kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 300


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi penyesalan itu tidak berarti apa-apa lagi, karena dia


telah tertawan oleh tojin tersebut.
Namun sebagai seorang anak yang cerdas, cepat sekali Sin
Han berkata,
“Tunggu dulu totiang. Bicara soal kematian aku tidak takut
tetapi justru engkau sendiri.
“Apakah tidak menjadi malu ditertawai oleh orang-orang
Kang-ouw dengan tuduhan si tua menghina si kecil? Hem
mengenai guruku, jika dia telah tiba di depan gedung dimana tadi
aku berada, totiang bisa bertemu dengannya.”
“Hemmm........!” mendengus dingin tojin itu. “Aku sudah
mengatakan, jika engkau tidak ingin memberitahukan dimana
bersembunyinya gurumu itu, maka engkau harus
mewakilinya........!”
Dan setelah berkata begitu, tojin ini telah melepaskan
cekalan tangannya. Sin Han yang tengah bingung dan panik
mengetahui tojin itu memiliki kepandaian yang tinggi, dengan
hanya sekali pukul di kepalanya tentu dia akan binasa disaat itu
juga.
Maka dari itu, Sin Han tidak mau membuang-buang
kesempatan yang ada. Begitu tojin tersebut melepaskan
cekalannya, dengan cepat Sin Han memutar tubuhnya, dia telah
berlari dengan sekuat tenaganya.
Tetapi mana bisa Sin Han lolos dari tangan tojin yang gagah
itu? Dengan mengeluarkan suara bentakan yang dingin,
“Mau lari kemana kau?”
Tampak tubuh si tojin telah bergerak cepat sekali. Dan begitu
dia mengulurkan tangannya, seketika itu juga baju bagian

Tat Mo Cauwsu 301


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

punggung Sin Han telah kena dicekal oleh si tojin, kemudian


tubuh Sin Han diangkatnya tinggi-tinggi.
Sewaktu baju di belakang punggungnya kena dicekal tojin
itu, Sin Han merasakan semangatnya seperti terbang
meninggalkan raganya. Dan dia menjadi tambah terkejut waktu
tubuhnya telah dilemparkan melayang ke tengah udara dan
kemudian jatuh terbanting pula di tanah, dengan diiringi pula oleh
suara jeritannya.
Tojin itu telah tertawa mengejek sambil menggerak-gerakkan
Hud-timnya (kebutan untuk pendeta).
“Sudah kukatakan, engkau jangan memiliki pikiran-pikiran
yang tidak-tidak. Jangan memikirkan untuk dapat lolos dari
tanganku!
“Hemm, walaupun engkau memiliki ilmu lari cepat sepuluh
kali lipat dari sekarang, tidak nantinya engkau bisa lolos dari
tangan Kiang An Cinjin........” Dan setelah berkata dengan suara
yang mengejek begitu, tojin tersebut telah tertawa lagi dengan
keras.
Sin Han merasa ngeri melihat muka si tojin yang tampaknya
cukup menyeramkan.
Disaat itu, Sin Han juga telah merangkak bangun dengan
muka berlepotan darah. Sebab tadi si tojin telah melemparkannya,
sehingga dia jatuh terbanting keras, dengan muka yang lebih dulu
mencium bumi, sehingga seketika itu juga dari hidungnya telah
mengucur deras sekali darah merah segar.
Waktu Sin Han telah dapat berdiri tetap dan meraba
mukanya, dia jadi kaget melihat darah yang berlepotan di telapak
tangannya. Seketika itu juga Sin Han jadi nekad, dia telah
berteriak memaki tojin itu dengan berani,

Tat Mo Cauwsu 302


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hidung kerbau yang tidak tahu malu, hemm! Rupanya


engkau ini memang benar-benar tojin yang rendah dan hina!”
Mendengar perkataan itu, tojin tersebut memandang Sin Han
dengan sorot mata yang tajam sekali, memancarkan kebengisan
yang sangat. Dan tojin tersebut pun tidak berdiam diri saja.
Dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali
tampak dia telah menggerakkan jari telunjuknya. Tetapi hebat
akibatnya bagi Sin Han, karena begitu mukanya tersentuh oleh
jari-jari tangan tojin itu, seketika Sin Han merasakan sakit bukan
main.
Disamping hidungnya yang bocor mengeluarkan darah
merah segar, juga dia merasakan pandangan matanya jadi gelap
sekali. Setelah berputar tiga kali, tampak Sin Han terjerunuk jatuh
di tanah.
“Hidung kerbau bau! Engkau terlalu jahat sekali!” teriak Sin
Han yang nekad sekali. “Aku akan adu jiwa denganmu.........!”
Dan setelah berkata begitu tampak Sin Han mengeluarkan
suara seruan nyaring. Dia telah melancarkan serangan dengan
sepasang tangannya yang kecil itu.
Justru-jurus yang diturunkan oleh Sin-kun-bu-tek merupakan
ilmu yang hebat dan cukup luar biasa.
Tojin itu waktu melihat Sin Han memukul, dengan tenang
dia menerima serangan tersebut. Dia telah memasang dadanya,
sehingga dadanya itu terpukul keras juga.
“Bukkk!” bukannya Tojin itu yang kesakitan, bahkan Sin
Han sendiri yang telah kesakitan, dan menarik cepat-cepat
tangannya. Tojin itu telah tertawa melihat Sin Han kesakitan
seperti itu, dia telah berkata dengan suara mengejek,

Tat Mo Cauwsu 303


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, apakah engkau ingin merasakan lagi siksaan dariku?


Ayo jalan, tunjuki aku dimana beradanya si tua bangka she Lo
itu!”
Melihat sikap tojin itu dan juga tadi dia telah merasakan
akibat dari cekalan tangan maupun dibanting keras, membuat Sin
Han tidak berani terlalu berkepala batu lagi.
“Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui
dimana sekarang suhu berada!” kata Sin Han. “Tetapi aku tentu
saja tidak keberatan untuk mengelilingi kampung ini untuk
mencari guruku itu! Tetapi yang pasti, suhu berada dimana pada
saat-saat sekarang ini sama sekali aku tidak mengetahuinya!”
Sin Han berkata-kata dengan memperlihatkan sikap yang
bersungguh-sungguh. Tetapi si tojin tampaknya tidak puas, dia
mengebutkan perlahan lengan jubahnya, katanya dengan nyaring,
“Hemm, engkau tidak perlu banyak alasan! Yang penting
sekarang engkau harus menunjukkan dimana gurumu itu, si tua
bangka she Lo berada, sehingga engkau tidak akan menerima
siksaan-siksaan yang jauh lebih hebat dariku.........!”
Sin Han menghela napas. Dia telah ngeloyor meninggalkan
tempat itu untuk mengelilingi kampung.
Si Tojin mengawasi dari belakang, dia tak mau berjalan di
muka, hanya mengikuti Sin Han dari belakang saja.
Sedangkan saat itu Sin Han sering berpikir. Apakah dia
berusaha melarikan diri pula, atau memang mengikuti saja
perintah-perintah tojin itu.
Sambil berjalan Sin Han telah berpikir keras. Dan dia tidak
tahu apa yang harus dilakukannya. Karena jika dia melarikan diri,
tentu dengan mudah tojin itu akan dapat menyusulnya, sebab
tojin itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.

Tat Mo Cauwsu 304


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi jika dia berdiam diri dikuasai si pendeta, tentu saja dia
akan terikat. Kemungkinan dia akan disiksa dan dipersakiti oleh
imam itu.
Tojin itu juga rupanya mengetahui bahwa Sin Han, yang
telah menjadi tawanannya itu tengah berpikir dan berusaha untuk
mencari kesempatan melarikan diri.
Itulah sebabnya tojin tersebut mengikuti dengan jarak yang
tidak terlalu jauh. Walaupun dia tidak menuntun Sin Han, namun
dia tetap berwaspada.
Jika sampai anak itu bermaksud melarikan diri, niat tentu
akan dibatalkan dengan cepat, karena jarak terpisahnya tidak
begitu jauh, sehingga mempermudah tojin itu untuk menangkap
dan memberikan hajaran lagi kepada Sin Han.
Waktu itu, Sin Han melihat kesempatan untuk melarikan diri
sama sekali tidak ada.
Tetapi anak ini memang cerdas dan cerdik sekali pikirannya.
Sebab itu untuk sementara waktu Sin Han tidak memperlihatkan
sikap seperti ingin melarikan diri.
Dia patuh saja kepada setiap kata-kata tojin itu. Dan jika
memang nanti bertemu dengan gurunya, diapun tentu bisa bebas
kembali.
Namun, dimana gurunya itu harus dicari? Sin Han masih
tidak mengetahui ke arah mana mencari gurunya itu, sedangkan si
tojin telah beberapa kali mengeluarkan suara ejekan dan hinaan
kepadanya dan juga untuk Sin-kun-bu-tek.
Memang hati Sin Han mendongkol bukan main. Dia
berusaha menindih perasaan mendongkolnya itu dan tidak
diperlihatkan di mukanya. Hanya saja diam-diam Sin Han telah
berpikir dihatinya,

Tat Mo Cauwsu 305


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jika nanti kau telah bertemu dengan guruku, kau baru


mengetahui bahwa Sin-kun-bu-tek seorang gagah perkasa.”
“Cepat tunjukkan tempat persembunyian si tua bangka
pengemis she Lo itu! Jika kau sengaja mengajak aku mutar-mutar
keliling kampung hemm, hemm, kedua kakimu itu akan
kupatahkan!”
Mendengar perkataan si tojin, Sin Han jadi bergidik. Karena
tidak mustahil si pendeta akan membuktikan ancamannya itu.
Lagi pula nada suara pendeta tersebut memperlihatkan
kegusarannya dan bengis sekali.
“Aku memang ingin mencari guruku itu!” kata Sin Han
setelah tertegun sejenak. “Dengan adanya guruku, tentu engkau
tidak akan menghina aku lagi..........”
“Hmm, jadi engkau maksudkan gurumu itu seorang pendekar
gagah perkasa yang tanpa tanding? Hmmmm, hemmmm sayang
tua bangka pengemis she Lo itu tidak ada disini, jika nanti kita
telah berhasil menemui jejaknya, aku akan memperlihatkan
kepadamu bagaimana sesungguhnya pengemis busuk itu.”
Sin Han bungkam tidak memberikan komentar apa-apa, dia
hanya berjalan terus. Si tojin juga sudah tidak mengomel lagi,
hanya mengikuti di belakang Sin Han.
Tojin ini telah melihat bahwa Sin Han memang tidak
berdusta, karena dari gerak geriknya dapat dilihat bahwa anak ini
memang tengah mencari gurunya juga.
Tetapi setelah lewat lagi sekian lama, mereka masih belum
berhasil menjumpai Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang, maka
kemarahan tojin itu jadi meluap lagi.
“Hmm, sudahlah!” kata tojin itu dengan suara yang sangat
keras. “Walaupun aku tidak tisa berhasil mencari si tua bangka

Tat Mo Cauwsu 306


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

pengemis itu, yang bisa main sembunyikan ekor, maka biarlah


engkau saja yang mewakilinya..........”
Dan setelah berkata menghampiri Sin Han. Matanya tojin
tersebut telah memancarkan sinar yang keji sekali, dia begitu juga
telah mengangkat tangan kirinya, untuk melancarkan serangan ke
diri anak itu.
Walaupun untuk menepuk batok kepala Sin Han yang cukup
keras, tetapi tojin itu hanya mempergunakan dua bagian dari
tenaga dalamnya. Angin serangan itu berkesiuran, dan hati Sin
Han tercekat kaget.
“Bagaimana dia bisa menangkis atau mengelakkan dari dari
serangan itu?”
Maka akhirnya Sin Han pasrah saja, dia berdiam diri dengan
memejamkan matanya.
Disaat yang bersamaan waktu telapak tangan dari si tojin
hanya berpisah beberapa dim dari batok kepalanya. Tiba-tiba
tampak sesosok bayangan telah berkelebat dengan cepat sekali.
Gerakan tangan tojin itu sudah cepat, karena dia menyerang
dengan pukulan yang aneh. Tetapi justru orang yang baru muncul
itu lebih gesit lagi, sebab disaat dia mengayunkan tangannya,
tangan tojin tersebut berhasil ditangkisnya.
Sehingga membuat si tojin jadi gusar bukan main. Dia telah
melompat mundur beberapa langkah ke belakang dengan muka
yang merah padam.
“Hemmm, rupanya engkau?” tanya si tojin sambil
memandang orang yang muncul itu. Diapun telah melanjutkan
pula,

Tat Mo Cauwsu 307


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Memang aku sejak tadi telah mencari-carimu. Rupanya


engkau tadi sengaja bersembunyi dan sekarang baru
memperlihatkan dirimu!”
Sin Han yang sejak tadi memejamkan matanya saja, telah
membuka kembali pelupuk matanya, dan alangkah senangnya dia
waktu mengenali orang yang baru muncul menolonginya itu.
“Suhu........!” teriaknya.
Orang yang baru muncul itu memang tidak lain daripada Sin-
kun-bu-tek Lo Ping Kang, yang saat itu tengah berdiri
menghadapi si tojin dengan sikap mengejek.
“Hidung kerbau, mengapa engkau menghina muridku?”
tanyanya kemudian.
Si imam yang dipanggil sebagai “hidung kerbau” marah
bukan main. Dia telah memandang dengan sorot mata yang tajam
sambil katanya,
“Sin-kun-bu-tek, kedatanganku kemari untuk membuat
pertemuan denganmu guna menentukan siapa yang kalah dan
siapa yang tewas........!”
Tetapi Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang menyambuti perkataan
tojin itu dengan sikap yang dingin sekali.
“Hemm, engkau ingin mengadu kepandaian? Aku
menasehatimu, bahwa dalam mengadu kepandaian, salah seorang
di antaranya ada yang menang, dan ada yang kalah!
“Maka jika nanti engkau keluar sebagai pemenang, tentu
engkau tidak akan memperoleh apapun juga........ Tetapi jika
memang dalam hal ini engkau kalah, tidakkah engkau akan
menderita malu ditertawakan orang-orang rimba persilatan?”

Tat Mo Cauwsu 308


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ditanya begitu, si tojin tertawa mengejek, diapun telah


berkata dengan suara yang dingin,
“Engkau tidak perlu menasehatiku! Ketahuilah beberapa
orang adik maupun kakak seperguruanku telah jatuh di
tanganmu!
“Bahkan adik kami yang ketiga, telah dibinasakan engkau!
Dalam hal ini disamping aku mengadu kepandaian, akupun ingin
memperhitungkan dendam belasan tahun yang lalu!!” Selesai
berkata si tojin telah mengebutkan Hud-tim di tangannya.
Dari kebutan Hud-timnya itu menyambar angin yang kuat
sekali, karena tojin itu menyadari Sin-kun-bu-tek merupakan
lawan yang berat.
Tetapi Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang hanya berdiri tenang-
tenang di tempatnya. Dia memandangi saja datangnya serangan
tersebut.
Waktu tangan kiri tojin itu akan mencengkeram baju bagian
dada, Sin-kun-bu-tek baru menyambuti dengan satu sampokan.
Luar biasa kebutan Hud-tim di tangan si tojin itu, maka jika
memang terkena pada sasarannya niscaya akan menyebabkan dia
terluka parah atau binasa.........
Tetapi Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang memang memiliki
kepandaian yang telah tinggi. Dia tidak menjadi gugup waktu
diserang pula dengan pukulan-pukulan tangan si tojin yang
dicampur juga dengan kebutan-kebutan Hud-timnya.
Keadaan seperti ini membuat tojin itu jadi tambah penasaran.
Dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya untuk
menyerang Sin-kun-bu-tek.

Tat Mo Cauwsu 309


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Sin-kun-bu-tek memang memiliki gin-kang dan


kepandaian yang cukup tinggi, dia telah menyambuti serangan
tojin itu dengan kekerasan pula.
Sin-kun-bu-tek memang yakin bahwa dia akan dapat
merubuhkan tojin ini. Maka walaupun si tojin telah melancarkan
serangan yang sangat kuat, dia telah membarengi pula dengan
tendangan kakinya.
Tendangan kaki Sin-kun-bu-tek luar biasa cepatnya,
sehingga tojin itu jadi mengeluarkan seruan kaget.
Waktu beberapa saat yang lalu dia mencari-cari jejak Sin-
kun-bu-tek. Hatinya yakin bahwa dia akan berhasil menundukkan
Sin-kun-bu-tek dalam beberapa jurus saja.
Namun sekarang, begitu mereka bertempur, disaat itu juga
tojin itu merasakan bahwa kekuatan lwekang dan kepandaian si
pengemis tidak berada di sebelah bawahnya.
Tetapi karena diliputi kegusaran dan marah, tojin itu telah
menggerakkan kedua tangannya lagi dengan gerakan yang sangat
kuat. Serangan mana telah membuat Sin-kun-bu-tek sementara
waktu harus mengelakkan diri dulu.
Tojin itu jadi girang, dia telah melancarkan serangan yang
jauh lebih hebat. Terbangun semangat tojin itu waktu melihat
Sin-kun-bu-tek mulai terdesak dan disaat itupun terlihat betapa si
pengemis sibuk mengelakkan diri.
Maka si tojin berulang kali mengeluarkan suara seruan
nyaring, sambil tangannya itu digerakkan, dimana Hud-timnya
telah menyambar-nyambar bagaikan seekor naga dan juga
tangannya telah dipergunakan untuk mencengkeram.
Sin-kun-bu-tek mengetahui, tidak bisa dia bertempur dengan
cara-cara seperti itu. Maka dengan mengeluarkan suara bentakan

Tat Mo Cauwsu 310


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

keras, tahu-tahu kedua kepalan tangannya yang sangat kuat dan


tangguh itu, telah menyambar silih berganti ke bagian-bagian
yang mematikan di tubuh tojin itu.
Tentu saja tojin itu harus mengelakkan diri sambil menarik
pulang serangannya. Tetapi belum lagi tojin itu berhasil
memperbaiki kedudukan kedua kakinya, ternyata si pengemis tua
she Lo itu telah melancarkan serangan lagi dengan gencar.
Lo Ping Kang terkenal dengan julukannya, yaitu kepalan
sakti tanpa tandingan. Maka dari itu bisa dibayangkan betapa
hebatnya kedua kepalan tangannya itu.
Namun sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki
kepandaian cukup tinggi, tojin itu tidak menjadi gugup. Dia telah
memutar Hud-timnya dengan cepat sekali, lingkaran Hud-timnya
itu melindungi sekujur tubuhnya agar tidak sampai terserang oleh
kepalan tangan Sin-kun-bu-tek.
Waktu itu Sin Han hanya menyaksikan dari samping dengan
hati berdoa agar gurunya yang bisa memperoleh kemenangan,
karena tojin itu jadi sangat jahat dan telah menyiksa dirinya.
Sin-kun-bu-tek dan tojin itu telah terlibat dalam suatu
pertempuran yang seru sekali. Masing-masing telah
mengeluarkan ilmu simpanan mereka.
Si Tojin sendiri dengan mempergunakan Hud-timnya itu,
tampaknya semakin lama semakin gagah, maka tidak mudah buat
Sin-kun-bu-tek untuk merubuhkan lawannya.
Waktu itu si tojin juga tidak tinggal diam, dia telah berpikir,
“Si pengemis memang tangguh dan gagah, tetapi..........
Hemm, coba nanti lihat, apakah aku yang dapat menundukkanmu
atau engkau yang bisa merubuhkan diriku!

Tat Mo Cauwsu 311


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kepandaian kita hampir berimbang, dan si pengemis hanya


menang seurat dariku! Maka jika aku bisa melibatkan dia dengan
mempergunakan jurus Ban-hoa-ie (Hujan bunga selaksa), tentu
aku bisa merubuhkan si pengemis busuk ini........!”
Karena berpikir begitu, tampak si tojin telah mempergencar
serangannya, dengan Hud-timnya justru tojin itu ingin melibat
Sin-kun-bu-tek.
Sin-kun-bu-tek pun berpikir, “Kepandaian imam ini tidak
berada di sebelah bawahku........! Hemm, tampaknya dia tidak
mudah untuk dirubuhkan…...!”
Sin-kun-bu-tek baru berpikir sampai disitu, justru disaat
tersebut dia telah melihat si tojin merobah cara menyerangnya,
sehingga pengemis itu jadi terkejut juga. Dia telah berusaha
memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk balas
menyerang.
Keadaan seperti ini telah membuat si tojin agak sulit untuk
melancarkan serangan yang mengikat si pengemis. Karena justru
Sin-kun-bu-tek selain mengandalkan lwekangnya yang tinggi,
juga kedua kakinya melakukan tendangan yang silih berganti,
membuat tojin itu agak repot untuk mengelakkan diri dari
serangan-serangan itu.
Suatu kali Sin-kun-bu-tek melihat ada kesempatan dimana
tojin itu tengah mengangkat Hud-timnya, untuk melakukan
penyerangan, sedangkan jarak keduanya sangat dekat sekali.
Maka ketika si tojin mengangkat Hud-timnya, pertahanan di
dadanya terbuka, sehingga membuat Sin-kun-bu-tek jadi girang
bukan main. Dia mana mau membuang kesempatan yang ada ini?
Dengan mengerahkan tenaga lwekangnya di kedua kepalan
tangannya, tangan kirinya telah melancarkan serangan ke arah

Tat Mo Cauwsu 312


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dada. Kemudian tangan kanannya dipakai untuk menggempur


perut si Tojin.
Hebat kesudahannya, karena dengan mengeluarkan suara
yang keras, “Bukkk! Dukk!” dada dan perut tojin itu kena
digempur hebat sekali.
Begitu terkena serangan si pengemis, tojin itu mengeluarkan
suara teriakan yang sangat nyaring, tubuhnya telah terpental keras
sekali.
Sin-kun-bu-tek telah menghampiri tubuh si tojin yang tengah
terguling di atas tanah itu.
Sebetulnya Sin-kun-bu-tek ingin melancarkan serangan lagi.
Tapi ketika melihat si tojin merangkak berdiri dan kemudian
memuntahkan darah segar sebanyak tiga kali, si pengemis tua she
Lo itu telah membatalkan maksudnya untuk menyerang kepada
tojin itu lagi.
“Sekarang engkau telah melihat, manusia hidung kerbau
seperti engkau tidak dapat menandingi Sin-kun-bu-tek, bukan?”
ejek si pengemis.
Waktu itu si tojin telah berhasil berdiri dengan tubuh yang
terhuyung-huyung dan dia telah mengawasi Sin-kun-bu-tek
dengan sorot mata yang tajam.
“Hmm, aku tidak akan melupakan hadiah ini!” katanya
dengan suara yang agak serak, karena disaat itu si tojin telah
memuntahkan lagi darah segar sebanyak tiga kali.
Sin-kun-bu-tek tertawa lebar.
“Hemm, jika engkau ingin membalas dendam, aku tidak bisa
mengatakan apa-apa. Tetapi sekarang ini jika memang aku
menghendakinya, maka mudah sekali aku membinasakanmu
disini.........”

Tat Mo Cauwsu 313


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Muka tojin itu jadi berobah merah.


“Aku tidak akan membiarkan engkau berlalu begitu enak,
karena tadi engkau telah menghina dan menyiksa muridku! Nah,
sekarang kau coba rasakan tanganku ini!”
Dan setelah berkata begitu, sepasang tangan Sin-kun-bu-tek
telah bergerak melancarkan serangan lagi. Namun si tojin yang
tengah menoleh melihat serangan Sin-kun-bu-tek, maka dia bisa
mengelakkannya. Tanpa balas menyerang atau memaki, tampak
tojin itu telah melompat untuk berlalu.
Sin-kun-bu-tek telah puas mempermainkan tojin itu.
Sin Han cepat-cepat menghampiri gurunya, dimana Sin-kun-
bu-tek telah mempergunakan secarik kain untuk membersihkan
luka muridnya itu.
“Kepandaian tojin itu cukup tinggi, tidak berada di sebelah
bawahku......... maka jika memang kami bertempur terus, sulit
bagiku untuk merubuhkannya!
“Untung saja tadi tojin itu melakukan gerakan yang
melowongkan pertahanan dadanya, sehingga aku berhasil
melancarkan serangan kepadanya dan membuat dia terluka di
dalam........ Coba kalau tojin itu berlaku tenang, tentu sulit bagiku
untuk merubuhkannya!”
“Siapakah tojin jahat itu suhu?” tanya Sin Han setelah
gurunya itu membersihkan noda-noda darah di mukanya.
Si pengemis mengangkat bahunya.
“Aku sendiri baru pertama kali ini melihatnya, entah siapa
dia dan berasal dari perguruan mana. Ilmu silatnya cukup hebat
karena itu sulit aku menduga-duga dari pintu perguruan mana
tojin itu..........”

Tat Mo Cauwsu 314


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tetapi tojin itu jahat sekali, suhu, dia telah menyiksa aku
tanpa mengenal kasihan lagi…....!” kata Sin Han kemudian
dengan sikap yang manja.
“Sudahlah, bukankah aku telah membalas
kemendongkolanmu itu dengan merobohkan si tojin hidung
kerbau itu? Bukankah diapun telah memuntahkan darah segar?”
Sin Han mengangguk, tampaknya anak ini puas melihat
gurunya telah berhasil mempermainkan si tojin.
Waktu itu tampak cuaca mulai menjelang lohor. Dari balik
bajunya yang penuh tambalan itu si pengemis telah mengeluarkan
dua potong ayam panggang dan beberapa macam kue dan sayur
lainnya.
Guru dan murid itu segera mengisi perut. Sin-kun-bu-tek
mengajak Sin Han melanjutkan perjalanannya lagi setelah
beristirahat.
“Kita akan pergi ke Kang-lam, daerah itu merupakan daerah
yang sangat permai, dan penuh kelembutan. Sebab udara di
selatan itu sangat baik dan tanahnya subur!
“Tahukah engkau, karena kagumnya, beberapa orang
pujangga telah menulis syair yang bunyinya sebagai berikut,
“Kang-lam merupakan sorganya dunia........!”
Dari kata-kata itu saja engkau sudah bisa membayangkan
betapa indahnya Kang-lam.”
Sin Han girang bukan main, dia sampai menepuk-nepuk
tangan beberapa kali.
“Tentu di sana aku bisa bermain-main sepuas hati........!” kata
Sin Han dengan suara yang riang.

Tat Mo Cauwsu 315


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek tersenyum mendengar perkataan muridnya


itu, dia telah berkata perlahan,
“Muridku, walaupun daerah di sana indah luar biasa, engkau
tidak bisa bermain-main saja, latihan ilmu silatmu harus ditekuni
agar engkau bisa menguasainya dengan baik........!”
“Ya, tecu juga selalu akan mengingat dan menyimpan semua
nasehat suhu........ Tetapi dengan berada di daerah yang permai
seperti Kang-lam, berarti aku bisa menyaksikan keindahan yang
menakjubkan........! Mengenai latihan ilmu silat seperti suhu lihat
sendiri, bukankah aku tidak pernah lalai?”
Kembali Sin-kun-bu-tek tersenyum sabar, dia telah
mengusap-usap kepala Sin Han dengan penuh kasih sayang.
Setelah beristirahat lagi sejenak, si pengemis melompat berdiri
katanya,
“Mari kita berangkat!”
Sin Han juga telah bangun berdiri. Tetapi baru saja mereka
ingin mengayunkan langkah kakinya, tiba-tiba mata Sin Han
telah terpentang lebar-lebar.
Begitu juga dengan gurunya, Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang,
yang matanya telah terbuka lebar-lebar, mengawasi ke suatu
tempat di bawah pohon.
Ternyata di bawah pohon itu terdapat segerombolan ular-ular
yang berukuran tidak menentu, ada yang panjang dan ada yang
pendek, warnanya juga bermacam-macam, ada yang hijau, ada
pula yang merah dan coklat.
Jumlah ular itu sekitar seratus ekor tengah menggeleser di
tanah. Lidah ular-ular itu terjulur keluar dan mereka mendesis
dengan suara yang menakutkan sekali.

Tat Mo Cauwsu 316


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aneh sekali!” kata Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang dengan


suara tertahan. “Dari mana saja ular-ular itu yang terdiri dari
berbagai jenis......... yang mengherankan sekali justru mereka bisa
berkumpul menjadi satu seperti itu.........!”
Sin-kun-bu-tek tidak bisa melanjutkan perkataannya, karena
ular-ular itu telah menggeleser menghampiri ke arah mereka.
“Mari kita pergi.........!” ajak Sin-kun-bu-tek yang ingin
menjauhi ular-ular itu. “Binatang melata seperti itu tidak perlu
kita lawan, walaupun kepandaian kita tinggi dan tingkat kita
sempurna, tetapi jika harus menghadapi ular-ular berjumlah
begitu besar, bagaimana kita bisa menghindarkan diri?”
Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya. Memang anak
ini tengah ketakutan dan jijik melihat ular-ular yang jumlahnya
banyak sekali.
Tetapi waktu mereka baru memutar tubuh berjalan empat
langkah, dari arah depan mereka mendatangi segerombolan ular-
ular berbagai jenis itu. Jadi tegasnya mereka seperti terkurung
oleh barisan ular itu.
Waktu Sin Han dan Sin-kun-bu-tek menoleh lagi ke arah
lainnya. Di dua tempat kiri dan kanan mereka juga tampak
barisan ular yang menyeramkan sekali dan tengah menggeleser
mendatangi ke arah Sin-kun-bu-tek dan Sin Han.
Sin Han jadi ketakutan bukan main melihat jumlah ular yang
demikian banyak, dia sampai mendekati gurunya, seperti ingin
meminta perlindungan.
Sin-kun-bu-tek sendiri jadi bingung untuk menghadapi
barisan ular seperti itu, karena jika memang dia mempergunakan
gin-kangnya (ilmu meringankan tubuhnya), tidak nantinya dia
bisa melompat sampai enam atau tujuh tombak, sedangkan

Tat Mo Cauwsu 317


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

jumlah ular itu sangat banyak dan berbaris panjang sekali, sampai
belasan tombak.
Sin-kun-bu-tek jadi mengeluh.
Dia memang gagah dan memiliki kepandaian yang tinggi.
Tetapi menghadapi barisan ular ini ternyata dia tidak berdaya dan
tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Dia pun jijik bukan main. Barisan ular itu telah mendatangi
semakin dekat, sehingga Sin-kun-bu-tek dan muridnya telah
terkurung oleh barisan ular itu.
Tetapi waktu ular-ular itu sedang mengurung Sin Han dan
Sin-kun-bu-tek dalam bentuk lingkaran satu tombak, tiba-tiba di
tengah udara lewat sepasang burung merpati, yang mengeluarkan
suara pekik yang beruntun.
Melihat burung merpati itu, muka Sin-kun-bu-tek jadi
berobah.
“Siang-niauw-pek-sian!” berseru Sin Han dengan suara
tersendat, karena dia mengetahui dengan adanya sepasang burung
merpati itu, berarti hadir juga Siang-niauw-pek-sian majikan
burung itu.
Sin-kun-bu-tek juga telah berpikir,
“Menghadapi ular-ular ini saja sudah sulit karena ular-ular
ini tampaknya terlatih sekali! Entah siapa pemiliknya........! Dan
sekarang ditambah pula dengan munculnya Siang-niauw-pek-
sian, tentu keadaan jadi lebih rumit.”
Suara pekik burung merpati itu telah menyebabkan ular-ular
yang ada di sekitar tempat itu mengangkat kepalanya dengan
lidah terjulur, tampaknya binatang melata ini tengah menghadapi
sesuatu yang dihormatinya.

Tat Mo Cauwsu 318


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tidak lama kemudian, dari kejauhan terdengar samar-samar


suara pekikan. Dan disaat itu pula Sin-kun-bu-tek dan Sin Han
jadi memandang sekelilingnya, karena orang yang mengeluarkan
suara pekikan yang menyerupai suara tertawa dan menangis itu,
semakin lama semakin dekat.
Sin-kun-bu-tek tahu, bahwa yang mengeluarkan suara
pekikan itu tidak lain dari pada tokoh iblis Siang-niauw-pek-sian.
Tetapi sebegitu jauh, belum terlihat orangnya.
Ular-ular yang jumlahnya ribuan ekor itu, ketika mendengar
suara pekik yang menyeramkan itu, telah menundukkan
kepalanya masing-masing. Sikap ular-ular itu seperti juga tengah
menantikan munculnya orang yang mengeluarkan pekikan itu,
untuk memberi hormat.
Kedua burung merpati putih yang bulunya halus dan indah
itu, telah menukik dengan serentak, menyambar seekor ular yang
berukuran tidak begitu besar.
Ular yang disambar oleh burung merpati itu sama sekali
tidak meronta atau mengeluarkan desiran, hanya berdiam diri
saja.
Kedua burung merpati itu telah terbang tinggi kembali,
mereka telah menarik tubuh ular itu, maka putuslah tubuh ular
itu. Kedua burung merpati itu terbang lagi ke bawah dan berdiri
di sebuah batu yang cukup besar, lalu mematuki ular tersebut,
untuk dijadikan santapan mereka!
Melihat itu Sin Han dan Sin-kun-bu-tek telah memandang
heran. Karena mereka tidak mengerti mengapa ular beracun
seperti itu bisa tunduk dan diam saja dibinasakan oleh kedua
burung merpati itu.
Sehingga perasaan ngeri telah meliputi hati Sin Han, dan
begitu juga dengan Sin-kun-bu-tek. Pengemis tua ini juga terkejut

Tat Mo Cauwsu 319


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali, tetapi dia bisa mempertahankan dirinya untuk menindih


perasaan ngerinya terhadap ribuan ekor ular itu.
Bahkan Sin-kun-bu-tek ingin melihat perkembangan
selanjutnya. Untuk keluar dari lingkaran barisan ular itu, jelas
mereka tidak bisa.
Tetapi untuk berdiam diri saja juga tidak bisa. Dengan cepat
Sin-kun-bu-tek berpikir untuk mencari jalan keluar. Waktu itu,
suara pekik yang menyeramkan dari Siang-niauw-pek-sian, telah
terdengar lebih keras lagi.
Dan tidak lama kemudian muncullah orang tersebut, Siang-
niauw-pek-sian yang memiliki mata dan muka menyeramkan.
Waktu sampai di tempat itu, Siang-niauw-pek-sian telah
melihat Sin-kun-bu-tek dan muridnya, maka Siang-niauw-pek-
sian mengeluarkan suara yang mengejek, katanya dengan suara
yang tawar,
“Kita rupanya berjodoh........ sekarang kita telah bertemu
lagi!!”
Dan setelah berkata begitu, Siang-niauw-pek-sian tertawa
bergelak-gelak. Dia mengayunkan kakinya untuk melangkah
memasuki gelanggang dimana barisan ular itu memenuhi tanpa
terdapat lowongan sedikitpun juga.
Tetapi anehnya waktu Siang-niauw-pek-sian melangkah
masuk melewati barisan ular itu justru ular-ular itu yang
menyingkir ke samping.
Sin-kun-bu-tek telah menyahuti,
“Memang tidak pernah kusangka, bahwa dunia ini terlalu
sempit, sehingga kita bisa saling bertemu lagi........!”

Tat Mo Cauwsu 320


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemm, kalian lihat bukan barisan ular. Ular-ular itu adalah


mainan isteriku......... Jika mainanku adalah burung merpati itu,
yang patuh terhadap setiap perintahku.
“Justru istriku itu memelihara ular sebanyak ini untuk
membantu aku, agar burung-burung merpatiku tidak
kelaparan.........! Setiap hari burung merpati itu bisa makan
daging ular!!”
Kembali Siang-niauw-pek-sian telah tertawa bergelak-gelak
lagi.
Sin-kun-bu-tek tertawa dingin, dia telah berkata,
“Kau memang manusia rendah yang tidak tahu malu! Hemm,
hal ini membuktikan bahwa engkau mengangkat nama di
kalangan Kang-ouw bukan mengandalkan kepandaianmu, hanya
mengandalkan burung-burung merpatimu dan ular-ular itu........!”
Siang-niauw-pek-sian jadi gusar bukan main, dia telah
mengeluarkan suara seruan yang keras sekali. Seruan mana telah
membuat Sin-kun-bu-tek dan Sin Han merasakan telinga mereka
seperti tuli.
Jika Sin-kun-bu-tek dapat mempertahankan getaran suara itu
dengan menyalurkan tenaga dalamnya, justru Sin Han yang
masih memiliki kepandaian rendah, telah rubuh terguling.
Sin-kun-bu-tek menjadi kaget, cepat-cepat dia berjongkok
untuk membangunkan muridnya itu. Dia juga telah menotok
beberapa jalan darah di tubuh Sin Han, sehingga muridnya itu
telah sadar kembali.
Siang-niauw-pek-sian membiarkan Sin-kun-bu-tek
menolongi muridnya, tetapi disaat itu, diapun tidak hentinya
mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras, yang disertai
dengan kekuatan tenaga lwekangnya.

Tat Mo Cauwsu 321


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Begitu tersadar, Sin Han pingsan lagi karena getaran suara


yang sangat kuat dari Siang-niauw-pek-sian.
Sin-kun-bu-tek jadi tambah mendongkol, dia sampai memaki
Siang-niauw-pek-sian, hatinya juga telah berpikir,
“Biarlah Sin Han pingsan dahulu........ aku harus menghadapi
manusia berhati srigala ini.........”
Maka dari itu Sin-kun-bu-tek meletakkan tubuh muridnya di
tanah, sedangkan dia sendiri telah melompat berdiri dengan muka
memancarkan kegusaran yang sangat.
“Siang-niauw-pek-sian!” seru Sin-kun-bu-tek dengan suara
yang mengandung kegusaran. “Engkau keterlaluan sekali!
Janganlah engkau melakukan perbuatan licik dengan meminjam
tenaga sihir maupun binatang melata itu.........
“Jika memang benar-benar Hohan, tentu engkau akan
menghadapi aku dengan ilmu silatmu.........!”
Siang-niauw-pek-sian berhenti memekik, dengan muka yang
sangat merah seperti kepiting direbus, sebab dia gusar sekali.
Disaat itulah dia telah berkata dengan suara yang mengandung
hawa pembunuhan,
“Pengemis bau, engkau tidak perlu banyak bicara!” katanya
kemudian, “Jika memang engkau merasakan aku bermain licik,
aku persilahkan engkau menyerang aku……. kita akan mengadu
kepandaian secara jujur, agar hatimu puas........!”
Lo Ping Kang tertawa dingin, dia telah berkata dengan suara
yang tawar,
“Baik! Baik! Tetapi janji seorang Hohan sama seperti seekor
kuda yang telah dipecut lari........ Engkau tidak bisa memungkiri
lagi kata-katamu........! Nah, sekarang perintahkan ular-ular itu
untuk pergi........ agar kita bisa bertempur lebih leluasa.”

Tat Mo Cauwsu 322


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Siang-niauw-pek-sian tertawa mengejek mendengar


perkataan si pengemis tua she Lo itu.
“Ular-ular itu dipelihara isteriku, maka mana aku bisa
perintahkan ular-ular itu untuk pergi? Terlebih lagi burung
merpatiku itu belum makan kenyang.........! Biarlah kita
bertempur disini saja.........!”
Mendengar perkataan Siang-niauw-pek-sian, Lo Ping Kang
masih ragu-ragu. dia telah mengawasi ke arah barisan ular yang
tengah berjajar itu.
“Kenapa? Apakah engkau kuatir kalau nanti setelah aku
terdesak olehmu?”
“Benar! Tepat sekali!” kata Sin-kun-bu-tek kemudian dengan
suara yang ragu-ragu.
“Hemmm.........aku tidak akan sehina itu!” kata Siang-niauw-
pek-sian dengan marah. “Akupun mengetahui, dengan memiliki
kepandaian seperti engkau sekarang ini, tidak lebih dari sepuluh
jurus engkau telah dapat dirubuhkan!”
“Baiklah,” kata Sin-kun-bu-tek sambil tertawa kecil
mengejek. “Marilah buktikan perkataan itu!”
Siang-niauw-pek-sian gusar bukan main, dia telah
mengeluarkan suara pekikan dengan bola mata yang berubah
menjadi merah.
Sin-kun-bu-tek tidak berani menatap mata Siang-niauw-pek-
sian, yang seperti mengandung kekuatan gaib. Maka dari itu,
sambil melirik, dia hanya memandang bagian-bagian tubuh
lawannya yang sangat berbahaya.
Sin-kun-bu-tek juga menyadari sekali saja dia terjatuh dalam
lingkaran mata Siang-niauw-pek-sian, niscaya dirinya akan
terjatuh dalam cengkeraman Siang-niauw-pek-sian.

Tat Mo Cauwsu 323


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keadaan seperti ini telah membuat Sin-kun-bu-tek jadi


berlaku hati-hati sekali, karena Siang-niauw-pek-sian telah
berusaha beberapa kali untuk menguasai lawannya dengan
kekuatan ilmu hitamnya (semacam ilmu gaib).
Namun, disebabkan Sin-kun-bu-tek memang bukannya
seorang yang lemah, dia dapat menghadapinya dengan berusaha
menenangkan dirinya sebisa mungkin.
Rupanya Siang-niauw-pek-sian mendongkol dan penasaran
sekali melihat Sin-kun-bu-tek bisa bertahan demikian lama.
Sedangkan saat ini telah berlangsung delapan jurus gerakan,
hanya sisa dua jurus lagi bagi Siang-niauw-pek-sian untuk
merubuhkan lawannya.
“Ayo keluar semua kepandaianmu, aku tidak percaya engkau
bisa merubuhkan aku dengan mengandalkan sepuluh jurus saja,”
kata Sin-kun-bu-tek dengan suara yang bengis sekali sambil tetap
waspada terhadap serangan-serangan Siang-niauw-pek-sian yang
aneh-aneh gerakannya!
Tetapi Siang-niauw-pek-sian juga memiliki kepandaian yang
luar biasa, maka dalam keadaan terdesak dan terjepit seperti itu,
cepat sekali Siang-niauw-pek-sian menangkis dengan mendorong
telapak tangan Sin-kun-bu-tek.
Ketika tangan mereka saling bentur satu dengan yang
lainnya, Siang-niauw-pek-sian telah mengeluarkan suara pekikan
yang sangat keras sekali.
Tapi suara teriakan yang dikeluarkan oleh Siang-niauw-pek-
sian tidak bisa merubuhkan Sin-kun-bu-tek, walaupun suara itu
memiliki getaran lwekang yang kuat sekali, karena Sin-kun-bu-
tek telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menutup
pendengarannya. Kedua tangannya telah ditarik pulang sambil
melompat mundur satu langkah ke belakang.

Tat Mo Cauwsu 324


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

––––––––

JILID 9

DIKALA Sin-kun-bu-tek menarik pulang tangannya, disaat


itu terlihat pergelangan tangan si pengemis telah berwarna merah.
Karena tadi lengannya itu sangat keras membentur lengan
lawannya.
Dalam keadaan demikian, Sin-kun-bu-tek bertambah
semangat dalam bertempurnya. Bukankah dia hanya perlu satu
jurus lagi saja untuk menghadapi lawannya itu? Sembilan jurus
telah dilewatkan, dan kini hanya tinggal satu jurus untuk Siang-
niauw-pek-sian membereskan Sin-kun-bu-tek.
“Sudah kukatakan, tua bangka seperti engkau tidak punya
guna dan hanya bisa membuka mulut temberang saja…….!” kata
Sin-kun-bu-tek dengan suara yang nyaring.
Dia sengaja berkata begitu, karena memang Sin-kun-bu-tek
bermaksud untuk memancing kemarahan lawannya. Dan jika
lawannya telah diliputi kemarahan, niscaya lawannya itu akan
kehilangan ketenangannya.

Tat Mo Cauwsu 325


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han yang melihat keadaan kedua jago yang tengah


bersiap-siap untuk saling terjang itu, telah memandang dengan
sikap berkuatir sekali. Di antara siliran angin sore, tampak kedua
orang itu berusaha untuk mencari kelemahan lawannya masing-
masing.
Waktu itu, Sin-kun-bu-tek melompat melancarkan serangan,
karena dia bermaksud untuk memancing lawannya melancarkan
serangan satu jurus lagi berarti dirinyalah yang akan menang.
Sebab Siang-niauw-pek-sian telah berjanji jika dalam sepuluh
jurus dia tidak bisa merubuhkan Sin-kun-bu-tek, dia yang
terhitung kalah.
Siang-niauw-pek-sian juga cerdik, tidak mau dia termakan
oleh pancingan yang diulurkan Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang.
Justru waktu serangan Lo Ping Kang menyamber datang, Siang-
niauw-pek-sian telah melompat ke belakang beberapa langkah,
kemudian dia mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring
sekali.
Suara itu menggema menulikan anak telinga terpaksa Sin-
kun-bu-tek harus menjauhi diri mempergunakan kedua tangannya
menutup telinganya. Ketika mengetahui Siang-niauw-pek-sian
mulai melancarkan gempuran lewat ilmu hitamnya, Sin-kun-bu-
tek jadi berkuatir juga.
Dia telah mengempos semangatnya untuk menenangkan
hatinya yang bergoncang keras. Cepat bukan main, Sin-kun-bu-
tek telah melancarkan gempuran lagi kepada lawannya!
Namun Siang-niauw-pek-sian tidak mau menyambutinya.
Setiap kali serangan menyambar datang, dia telah mengeluarkan
suara pekikan yang sangat keras sekali.

Tat Mo Cauwsu 326


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setiap kali Siang-niauw-pek-sian berteriak dengan suara


yang nyaring memekikkan anak telinga, Sin-kun-bu-tek selalu
harus melompat mundur menjauhi diri........
Semakin lama Sin-kun-bu-tek jadi semakin penasaran, maka
dia telah membentak,
“Hei tua bangka, apakah engkau tidak tahu malu, sehingga
engkau harus main ilmu sihir seperti itu, sedangkan aku hanya
mempergunakan ilmu silat biasa! Tidakkah kau takut
ditertawakan oleh orang-orang rimba persilatan?”
Siang-niauw-pek-sian tertawa bergelak-gelak dan diapun
telah menggerakkan kedua tangannya yang diputar cepat sekali.
Dalam keadaan demikian, Sin-kun-bu-tek harus cepat-cepat
mengelakkan diri, karena serangan Siang-niauw-pek-sian yang
terakhir ini mengandung kekuatan yang luar biasa hebatnya.
Siang-niauw-pek-sian bermaksud akan mempergunakan ilmu
hitamnya guna merubuhkan si pengemis she Lo itu dan lalu
membinasakannya. Tetapi waktu Siang-niauw-pek-sian tengah
membaca manteranya, tiba-tiba terlihat dari sebelah kanannya
berkelebat sesosok tubuh yang gerakannya sangat gesit, dan
belum lagi kedua kaki orang itu mengenai tanah, dia telah berseru
dengan suara nyaring sekali,
“Aha........ rupanya Siang-niauw-pek-sian cuma berani
menghina orang yang memiliki kepandaian lebih rendah dari
dia.........”
Itulah ejekan yang sangat hebat sekali yang diterima oleh
Siang-niauw-pek-sian. Karena seumur hidupnya belum pernah
dia menerima hinaan seperti itu.

Tat Mo Cauwsu 327


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia telah memutar kepalanya memandang kepada orang


yang baru sampai itu. Dia mengawasi dengan mata yang tajam
sekali.
Waktu dia melihat jelas orang itu, seorang nenek tua yang
berusia di antara tujuhpuluh tahun, Siang-niauw-pek-sian jadi
terkejut. Tetapi dia sama sekali tidak memperlihatkan perasaan
terkejutnya itu di wajahnya.
“Kau Ceng-ie Hujin?” tanya Siang-niauw-pek-sian dengan
suara yang sengaja dikeraskan. Karena dia tidak mau kalah gertak
dengan si nenek, yang diketahuinya merupakan salah seorang
tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi
sekali.
“Benar!” tertawa wanita tua itu, yang dipanggil oleh Siang-
niauw-pek-sian dengan sebutan Ceng-ie Hujin atau Nyonya
Berpakaian hijau.
“Justru aku tidak gembira melihat orang yang sudah tidak
berdaya disiksa begitu olehmu! Biarlah urusan si pengemis itu
kuambil alih, engkau boleh menyerangku sekuat tenaga.”
Mendengar perkataan Ceng-ie Hujin, muka Siang-niauw-
pek-sian jadi berobah tidak senang, karena dia gusar sekali.
Walaupun Siang-niauw-pek-sian telah yakin bahwa wanita
tua ada dihadapannya merupakan lawan yang berat sekali. Tetapi
hinaan yang dilontarkan wanita tua itu tentu saja tidak bisa
diterima oleh Siang-niauw-pek-sian.
Dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras,
tampak Siang-niauw-pek-sian telah menerjang maju disertai juga
dengan kedua tangannya yang bergerak cepat sekali mengandung
kekuatan lwekangnya sebanyak enam bagian.

Tat Mo Cauwsu 328


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin-kun-bu-tek yang melihat munculnya Ceng-ie Hujin,


semula dia girang. Tetapi akhirnya diapun jadi kecewa lagi.
Karena dia segera teringat bahwa Ceng-ie Hujin merupakan
seorang tokoh rimba persilatan yang sangat hebat dan memiliki
adat yang aneh!
Jika sekarang ini dia telah muncul memperlihatkan diri,
itupun bukan berarti Ceng-ie Hujin ingin menolonginya.
Mungkin hanya disebabkan Ceng-ie Hujin merupakan seorang
wanita tua yang suka mengagulkan kepandaiannya, dimana Ceng-
ie Hujin tidak pernah mau mengalah kepada siapapun juga.
Waktu itu serangan yang dilancarkan oleh Siang-niauw-pek-
sian sudah hampir tiba. Cepat luar biasa Ceng-ie Hujin telah
menyambuti serangan Siang-niauw-pek-sian tanpa merasa gentar
sedikitpun juga.
Dia juga tidak merobah kedudukan kedua kakinya. Dengan
mengeluarkan suara “Buuuk!” yang keras sekali kedua tangan
dari Siang-niauw-pek-sian dan Ceng-ie Hujin telah saling bentur.
Walaupun baru satu jurus saja mereka bertempur, tetapi
Ceng-ie Hujin telah dapat melihatnya bahwa kepandaian Siang-
niauw-pek-sian bukanlah merupakan kepandaian apa-apa
baginya. Hanya saja lwekang yang dimiliki oleh Siang-niauw-
pek-sian agak berlainan dengan lwekang yang umumnya.
Ceng-ie Hujin tidak bimbang lagi untuk merubuhkan Siang-
niauw-pek-sian, dengan jurus “Sie-bong-sie-kui” (Empat setan
dengan empat nisan), tubuh Siang-niauw-pek-sian telah dikurung
rapat sekali oleh si nenek.
Hal ini membuat Siang-niauw-pek-sian jadi tambah terkejut,
karena walaupun bagaimana dia tidak mau sampai dirubuhkan si
nenek. Dengan cepat Siang-niauw-pek-sian telah mengucapkan
beberapa manteranya.

Tat Mo Cauwsu 329


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mulutnya berkemak-kemik tidak hentinya. Dia rupanya telah


berusaha mempergunakan ilmu hitamnya untuk merubuhkan
Ceng-ie Hujin yang tangguh itu.
Tetapi waktu Siang-niauw-pek-sian telah membentak dengan
suara yang keras sekali dan jaluran angin serangan itu menerjang
kepada lawannya, Ceng-ie Hujin telah tertawa dingin, dia juga
berkata,
“Hemm, ilmu hitam yang buruk seperti ini mana bisa kau
pergunakan untuk merubuhkan diriku?”
Dan selesai berkata, tampak Ceng-ie Hujin mengeluarkan
suara bentakan dan telah mendorongkan kedua telapak tangannya
itu kepada lawannya. Maka tidak ampun lagi ilmu hitamnya
Siang-niauw-pek-sian telah terpukul mundur dan berbalik
menghantam dirinya sendiri.
Siang-niauw-pek-sian tidak menyangka akan terjadi urusan
seperti ini. Dimana tenaga pengaruh ilmu hitamnya telah berbalik
menyerang dirinya, karena Ceng-ie Hujin memang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi dan lwekang yang telah sempurna.
Tetapi Siang-niauw-pek-sian sama sekali tidak menjadi
gugup. Dengan mengeluarkan suara kecil, dia telah membuang
dirinya ke samping kanan berguling di atas tanah.
Memang ilmu hitam yang berbalik menghantam dirinya
sebab tangkisan lwekang si nenek tua Ceng-ie Hujin telah
berhasil dielakkan Siang-niauw-pek-sian, sehingga dia bisa lolos
dari kematian atau terluka berat. Tetapi dengan melompat ke
samping dan bergulingan di atas tanah, pertahanan diri Siang-
niauw-pek-sian menjadi lowong.
Maka Ceng-ie Hujin yang melihat terbukanya kesempatan
seperti ini. Dia tidak mau menyia-nyiakannya dan telah melompat
sambil mengayunkan telapak tangan kirinya, menghantam

Tat Mo Cauwsu 330


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

punggung Siang-niauw-pek-sian, untuk menggempur tulang


piepe (selangka) di pundak Siang-niauw-pek-sian.
Rupanya gempuran yang dilakukan oleh Ceng-ie Hujin tidak
berhasil dielakkan lagi oleh Siang-niauw-pek-sian, maka dia
hanya bisa merasakan tulang piepenya sakit dan hancur. Siang-
niauw-pek-sian tidak berdaya untuk balas menyerang pula.
“Hem,” mendengus perlahan si nenek. “Sudah kukatakan
engkau tidak memiliki kepandaian apa-apa........! Mana bisa kau
melawan diriku?
“Lihatlah, baru empat jurus saja, engkau telah berhasil
kurubuhkan! Tulang piepemu telah patah dan hancur, maka ilmu
silatmu sebagian besar telah musnah!
“Jika engkau merawat diri baik-baik, mungkin lima tahun
kemudian kepandaianmu baru bisa pulih kembali! Pergilah! Aku
muak melihatmu.........!”
Sambil berkata begitu, si nenek Ceng-ie Hujin telah
mengebutkan tangan kanannya, seperti perintahkan Siang-niauw-
pek-sian berlalu.
Sepasang burung merpati berbulu putih yang dipelihara
Siang-niauw-pek-sian, sejak tadi berputar-putar di atas kepala
majikannya. Karena mereka seperti juga ikut bersedih hati
melihat majikan mereka itu telah berhasil dirubuhkan oleh
lawannya.
Dalam keadaan demikian tampak Siang-niauw-pek-sian
merangkak untuk berdiri, dia merasakan tulang piepenya sakit
sekali dan punggungnya seperti telah hancur. Dia mengeluarkan
suara erangan, agar dirinya dapat berdiri dengan mempergunakan
bantuan sisa tenaganya.

Tat Mo Cauwsu 331


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu itu tampak Ceng-ie Hujin telah berkata lagi dengan


tawar, “Engkau seorang yang berhati jahat, maka kukira imbalan
yang telah kuberikan cukup pantas bagimu........!”
Muka Siang-niauw-pek-sian berobah merah padam, dia telah
mendengus, kemudian katanya,
“Terima kasih atas pelajaran yang telah engkau berikan
ini........ tetapi suatu saat nanti kita akan bertemu lagi! Walaupun
bagaimana aku ingin meminta pengajaran lagi dari kau........!”
Dan setelah berkata begitu, Siang-niauw-pek-sian memutar
tubuhnya untuk berlalu.
Sedangkan Ceng-ie Hujin seperti tidak mengacuhkan
ancaman Siang-niauw-pek-sian. Dia hanya menoleh kepada Sin-
kun-bu-tek dan Sin Han, yang waktu itu telah tersadar dari
pingsannya, sebab Sin Kun Buk Tek telah menguruti jalan
darahnya, ketika Siang-niauw-pek-sian tengah dilibat oleh Ceng-
ie Hujin.
Sin-kun-bu-tek menghampiri Ceng-ie Hujin. Dia telah
menjura dalam-dalam, katanya, “Aku menghaturkan terima kasih
atas pertolongan yang diberikan oleh Hujin (Nyonya).”
Tetapi muka Ceng-ie Hujin tidak memancarkan perasaan
apapun juga. Dia seperti tidak memperdulikan ucapan terima
kasih itu.
Waktu itu tampak Ceng-ie Hujin bukannya memperhatikan
Sin-kun-bu-tek dan Sin Han, melainkan matanya telah
mengawasi sekelilingnya dimana ular-ular yang jumlahnya ribuan
itu, masih tetap mengurung dengan kepala terangkat dan lidah
yang terjulurkan.
“Hemm, Mo-coa!” berkata Ceng-ie Hujin seperti juga tengah
berbicara dengan seseorang lainnya. “Keluarlah dan perlihatkan

Tat Mo Cauwsu 332


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dirimu! Suamimu tadi telah kuhajar babak belur, apakah engkau


tidak penasaran? Mengapa engkau selalu menyembunyikan diri?”
Nyaring sekali kata-kata yang diucapkan oleh Ceng-ie Hujin,
sehingga suara itu bergema, sebab disertai tenaga lwekang yang
sempurna. Dari arah dalam hutan kecil itu telah terdengar suara
tertawa perlahan, kemudian disusul dengan perkataannya,
“Menyembunyikan ekor katamu? Hemm, justru aku tidak
kesudian bertemu muka dengan Siang-niauw-pek-sian, tua
bangka yang tidak tahu diri itu.”
“Sekarang kau keluarlah, dan perintahkan ular-ularmu itu
mundur dahulu, agar kita bisa mengeluarkan kepandaian masing-
masing.........”
Terdengar kembali suara tertawa dari orang di dalam hutan,
yang dipanggil oleh Ceng-ie Hujin dengan sebutan Mo-coa atau
Iblis Ular.
“Ceng-ie Hujin, sekarang memang engkau berhasil menghina
suamiku, tetapi akupun akan membuat engkau merasakan
bagaimana jika tubuhmu itu dijadikan santapan ular-ularku!”
Dan berbareng dengan habisnya perkataan itu, dari arah
dalam hutan telah berjalan melangkah dengan tindakan kaki yang
satu-satu, seorang wanita yang berusia di antara limapuluhan
tahun. Disaat itupun tampak barisan ular beracun itu memisahkan
diri, sehingga wanita yang baru muncul dari dalam itu bisa
berjalan dengan tenang.
Ceng-ie Hujin tertawa mengejek, katanya,
“Mo-coa, selama ini engkau melakukan banyak sekali
perbuatan jahat. Hemmm, sekarang justru kebetulan aku datang
ke daerah Kang-lam untuk keperluan bertemu dengan beberapa
tokoh persilatan, maka dengan mempergunakan kesempatan ini,

Tat Mo Cauwsu 333


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

aku bermaksud untuk membereskan dulu manusia-manusia jahat


seperti kau dan suamimu........”
Muka Mo-coa jadi berobah merah padam, dia telah berkata
dengan nada yang bengis sekali.
“Hemm, jika memang dalam hal ini engkau merasakan
dirimu memiliki kepandaian yang sangat tinggi, itulah terlalu
temberang sekali! Siapa yang tidak mengetahui bahwa Ceng-ie
Hujien merupakan iblis yang paling aseran.
“Jangan kau mengambing hitamkan kami, dengan menunjuk
kami adalah orang-orang jahat! Jika diukur dan ditimbang, sama
saja setail delapan kati!” menyahuti Mo-coa dengan suara yang
mengejek sekali.
Sin-kun-bu-tek melihat bahwa Mo-coa memiliki paras yang
cantik, namun di seluruh mukanya dan juga tangannya tampak
bekas-bekas luka. Sebagai seorang tokoh terkenal yang telah
berkelana selama puluhan tahun tentu saja si pengemis
mengetahui jelas siapa itu Mo-coa.
Sudah lama sekali Sin-kun-bu-tek mendengar tentang Mo-
coa yang selalu memelihara ular-ular yang bisa dijinakkannya.
Maka dari itu, banyak jago-jago rimba persilatan yang rubuh
mudah sekali di tangannya.
Mo-coa juga terkenal sebagai iblis bertangan telengas. Setiap
orang yang tidak disenangi tentu dibinasakannya. Sehingga Mo-
coa tidak disenangi oleh golongan putih maupun golongan hitam.
Tetapi sekarang Sin-kun-bu-tek melihatnya sendiri, bahwa
Mo-coa tidak seangker apa yang diceritakan oleh para orang-
orang gagah di daratan Tiong-goan. Hanya yang agak menonjol
keluar biasaannya dimata Sin-kun-bu-tek, yaitu wanita ini pandai
sekali memelihara dan mengendalikan ular-ularnya.

Tat Mo Cauwsu 334


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu itu Ceng-ie Hujin telah berkata dengan suara yang


dingin,
“Cabut senjatamu!”
Mo-coa tersenyum mengejek.
“Hemm.........” mendengus Mo-coa dengan suara yang tawar.
“Seumur hidupku, aku tidak pernah mempergunakan senjata.
Sayang sekali sepasang tanganku ini terlalu bertingkah, di mana
tanganku ini tidak kesudian mencekal senjata jika menghadapi
lawan!”
Hebat kata-kata Mo-coa. Dia ingin mengartikan bahwa
dengan sepasang tangannya itu saja dia sudah dapat merubuhkan
lawannya. Bahkan di dalam kata-katanya yang sangat temberang
itu, Mo-coa bagaikan ingin menyatakan bahwa dia lebih
sempurna ilmunya dengan bertangan kosong, dibandingkan
dengan mempergunakan senjata.
Kemudian Mo-coa telah berkata lagi,
“Ayoh, kau mulai menyeranglah! Aku hanya mengikuti saja
apa yang kau inginkan! Kita bertempur disini boleh di tempat
lainpun boleh!”
Ceng-ie Hujin tertawa dingin.
“Hemmm, rupanya engkau terlalu angkuh dan temberang!
Kelak jika aku kesalahan tangan melukaimu, engkau jangan
mempersalahkan diriku!!”
Setelah berkata begitu, tampak Ceng-ie Hujin telah
menggosok-gosok kedua telapak tangannya sampai beberapa
saat. Sehingga membuat Mo-coa jadi heran, karena Ceng-ie Hujin
bukannya menyerang dia, justru telah menggosok-gosok telapak
tangannya tersebut.

Tat Mo Cauwsu 335


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apa yang engkau lakukan?” tegur Mo-coa dengan suara


yang keras sekali, “Apakah engkau ingin main tepuk tangan
saja?”
Ceng-ie Hujin tidak melayani ejekan lawannya, dengan cepat
sekali tampak Ceng-ie Hujin telah berhenti menggosok kedua
telapak tangannya. Telapak tangan itu agak merah bagaikan
dialiri oleh darah yang sangat banyak. Sinar kemerah-merahan
dari kedua telapak tangan Ceng-ie Hujin cukup mengejutkan Mo-
coa.
“Hebat sekali tampaknya lwekang wanita tua ini........” pikir
Mo-coa. “Aku harus hati-hati menghadapinya, dia bukan orang
sembarangan.”
Karena berpikir begitu, Mo-coa telah bersiap sedia untuk
menerima serangan lawannya, sikapnya tenang sekali. Dia tidak
memperlihatkan perobahan di mukanya walaupun hatinya kaget
melihat kedua telapak tangan lawannya bisa berobah begitu
merah.
Tiba-tiba Ceng-ie Hujin telah mengeluarkan bentakan keras
sambil merentangkan kedua tangannya itu. Dari kedua tangannya
meluncur angin serangan yang sangat kuat, sehingga Mo-coa
merasakan tubuhnya seperti tergetar keras.
Untung saja dia memiliki lwekang yang cukup tinggi,
sehingga dia bisa menghadapi lawannya dengan mengandalkan
gin-kang dan lwekangnya. Sehingga serangan Ceng-ie Hujin
terdorong mundur sebelum tenaga serangannya itu tiba di
sasarannya.
Dan berbareng itu Mo-coa juga menggerakkan tangannya
dengan jurus “Cie-hoa-ie-thian” atau “Hujan Bunga Dari Langit”.
Dan serangannya memang cocok dengan nama jurus itu, karena
semua jari-jari tangannya bagaikan hujan dari langit telah

Tat Mo Cauwsu 336


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengurung tubuh Ceng-ie Hujin dengan totokan-totokan yang


berbahaya.
Ceng-ie Hujin waktu melihat lawannya bergerak cepat
seperti itu, dia jadi berpikir keras. Karena justru serangan Mo-coa
merupakan serangan yang bisa mematikan.
Ceng-ie Hujin juga tidak berdiam diri saja, cepat-cepat dia
memperbaiki posisi kedudukan kedua kakinya. Dia mengeluarkan
suara erangan dan muka Ceng-ie Hujin jadi tambah
menyeramkan.
Keadaan pertempuran sekarang merupakan saat-saat yang
menegangkan, karena Ceng-ie Hujin telah mengerahkan tenaga
dalamnya ke telapak tangannya, sehingga telapak tangan itu
semakin memerah darah saja. Dengan bertambah merah telapak
tangan Ceng-ie Hujin, bertambah liehay pula tenaga serangannya.
Sedang Mo-coa telah mengawasi lawannya dengan sorot
mata yang sangat tajam sekali mengandung penasaran dan
kebencian. Sehingga kedua orang yang ingin bertempur itu
seperti juga dua ekor singa betina yang akan saling terjang dan
saling merubuhkan.
Rupanya Ceng-ie Hujin menyadari bahwa kali ini dia
bertemu lawan yang tangguh sekali. Mo-coa memang memiliki
nama sangat terkenal di dalam rimba persilatan.
Nama sebenarnya dari iblis Ular itu Bwee Sian Giok. Tetapi
karena telah puluhan tahun namanya itu jarang dipergunakan,
maka orang-orang rimba persilatan menganggapnya telah mati,
dan juga namanya mulai dilupakan.
karena orang-orang Kang-ouw hanya mengetahui dia bisa
menjinakkan ular dalam jumlah yang banyak, bahkan ular-
ularnya itu bisa diperintah olehnya. Itulah sebabnya Bwee Sian
Giok diberikan gelaran sebagai Iblis Ular.

Tat Mo Cauwsu 337


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ceng-ie Hujin juga telah seringkali mendengar soal Mo-coa,


yang kepandaiannya tinggi, dan juga memiliki sepasang tangan
yang sangat beracun sekali.
Sin-kun-bu-tek yang melihat cara bertempur kedua orang itu
jadi tertegun.
Dia mementang matanya lebar-lebar, dan menghela napas
panjang akhirnya, diapun telah berpikir,
“Ha, memang benar apa yang dikatakan dalam pepatah,
gunung yang tinggi masih ada yang jauh lebih tinggi.”
Sin Han lain sikapnya dengan Sin-kun-bu-tek. Anak ini
hanya berdiam diri mengawasi jalannya pertempuran di antara
kedua wanita yang luar biasa itu. Sin Han tertarik melihat tangan
dari kedua wanita yang tengah bertempur itu silih berganti
bergerak-gerak cepat luar biasa.
Dalam keadaan demikian, Sin Han juga tidak bisa berdiri
terlalu dekat di gelanggang pertempuran itu. Sebab angin
serangan dari kedua wanita itu yang tengah saling bertempur itu
mengeluarkan damparan-damparan angin yang sangat kuat sekali.
Jika sampai tersampok satu kali saja, niscaya anak itu akan
terpental keras. Tetapi untuk menyingkir dari gelanggang
pertempuran, diapun tidak bisa, karena mereka semuanya
terkurung oleh barisan ular peliharaan Mo-coa.
Jalan satu-satunya bagi Sin Han hanyalah menggeser
tubuhnya mendekati gurunya, Sin-kun-bu-tek.
Kedua wanita yang tengah terlibat dalam suatu pertempuran
yang menentukan itu telah saling menyerang dengan
mengeluarkan ilmu-ilmu mereka yang dahsyat. Maka angin
serangan dari kedua orang tersebut menderu-deru keras sekali
bahkan debu telah bertebaran.

Tat Mo Cauwsu 338


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Suatu kali Mo-coa melihat kesempatan pada lawannya,


dimana Ceng-ie Hujin tengah melancarkan serangan dengan
mempergunakan kedua tangan yang dirangkapkan. Kemudian
tubuhnya doyong ke sebelah depan, membarengi mana tampak
Ceng-ie Hujin telah menyerang mempergunakan kepalan
tangannya ke arah dada sebelah kiri lawannya.
Serangan yang dilancarkan oleh Ceng-ie Hujin memang
sangat dahsyat. Karena itu jika tidak sempat dielakkan oleh
lawannya tentu akan menemui kematian yang mengerikan,
dengan tulang-tulang dada yang hancur dan jantung maupun hati
akan ikut jadi hancur.
Inilah yang dinamakan jurus ''Hud-couw-san-ciang” atau
“Buddha Selaksa Tangan”. Serangan seperti ini mengandalkan
kekuatan tenaga lwekang yang sempurna sekali.
Jika tadi Ceng-ie Hujin hanya mengosok-gosok kedua
telapak tangannya sampai berobah merah, hal itu karena dia ingin
mempergunakan sebagian dari tenaga lwekangnya saja. Tetapi
sekarang melihat lawannya itu memiliki kepandaian yang benar-
benar sangat tinggi, tentu saja membuat Ceng-ie Hujin harus
mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk
merubuhkan Mo-coa.
Memang Mo-coa sendiri terkesiap waktu melihat datangnya
serangan seperti itu. Tetapi sebagai seorang jago yang telah
berpengalaman, Mo-coa dapat menghadapi serangan tersebut
dengan mempergunakan gin-kangnya.
Dia melompat ke belakang, lalu melompat lagi ke kiri,
kemudian melompat pula ke belakang Ceng-ie Hujin. Semua itu
dilakukannya dengan cepat sekali, karena belum lagi lompatan
yang pertama itu selesai, ujung kakinya telah bergerak lagi
melompat pula.

Tat Mo Cauwsu 339


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keadaan seperti ini mengejutkan Ceng-ie Hujin juga. Karena


justru disaat itu dia belum bisa berdiri tegak, dan belum sempat
menarik pulang tenaga serangannya.
Namun sebagai tokoh sakti yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, tampak Ceng-ie Hujin tidak begitu mengacuhkan serangan
lawannya. Dengan langkah kaki yang aneh dia berhasil lolos
menyerang lawannya.
Dalam keadaan demikian, tampak Mo-coa telah
mengelakkan diri sambil menangkis tangan Ceng-ie Hujin.
Namun rupanya gerakan Mo-coa kurang begitu cepat, sehingga
tubuhnya telah terpental waktu menangkis serangan Ceng-ie
Hujin.
Ceng-ie Hujin juga tidak mau membuang-buang kesempatan
yang ada. Dengan mengeluarkan suara teriakan nyaring, Ceng-ie
Hujin menubruk dan menggempur Mo-coa dengan
mempergunakan kepalan tangannya.
Serangan yang dilakukan oleh Ceng-ie Hujin memiliki
kekuatan lwekang yang sangat dahsyat sekali.
Mo-coa saat itu tengah terdesak dan terhuyung belum sempat
dia memperbaiki kedudukannya. Dan kini telah menyambar lagi
serangan Ceng-ie Hujin, menyebabkan dia jadi terkesiap hatinya,
karena Mo-coa menyadarinya bahwa serangan-serangan seperti
itu bisa mematikan.
Dan dia tidak mau membuang-buang waktu lagi, cepat sekali
dia berusaha, bergulingan pula untuk menjauhi dari Ceng-ie
Hujin. Ketika serangan Ceng-ie Hujin telah tiba, Mo-coa sudah
tidak bisa berpikir lebih panjang lagi, dia menggerakkan
tangannya untuk menangkis mengadu untung........
TEPAT Ceng-ie Hujin tidak jadi meneruskan serangannya
waktu melihat lawannya telah berusaha menangkis, dia merobah

Tat Mo Cauwsu 340


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

cara menyerangnya. Sambil menarik pulang tangan kanannya,


dengan cepat sekali tangan kirinya bekerja, menghantam tepat
sekali dada lawannya.
Mo-coa sebetulnya ingin menangkis dan mengelakkan diri
dari serangan itu, tetapi justru kesempatan tidak ada. Dan
akhirnya waktu tangannya terangkat dan bagian dadanya lowong,
disaat itu pula tangan Ceng-ie Hujin telah menyambar.
“Bukkk!” Suara benturan itu sangat keras dan kuat sekali.
Dengan mengeluarkan suara erangan, Mo-coa telah
terbanting di tanah dekat ular-ularnya bahkan dua atau tiga ekor
ular telah terduduki olehnya. Cepat sekali Mo-coa telah
melompat berdiri lagi dengan muka yang merah padam.
“Jika hari ini aku Bwee Sian Giok tidak berhasil
membinasakan dirimu dan menghirup darahmu, aku bersumpah
tidak akan hidup lebih lama lagi.”
Mendengar perkataan Bwee Sian Giok, Ceng-ie Hujin telah
mendengus mengejek.
“Hemmm, engkau jangan bermimpi bisa merubuhkan aku,
sedangkan kepandaianmu itu memang tidak seberapa tinggi! Ayo
kita mulai lagi main-main untuk menentukan siapa yang lebih
atas dan siapa yang di bawah........!”
Kemudian Ceng-ie Hujin telah maju selangkah, kaki
kanannya ditekuk sedikit, dan sambil mengeluarkan suara seruan
yang nyaring sekali, tampak Ceng-ie Hujin telah menggerakkan
tangan kirinya, lalu menyusul tangan kanannya bersiap sedia jika
tangan kirinya itu hendak ditangkis oleh Mo-coa.
Begitulah Ceng-ie Hujin telah menyerang saling susul
dengan cepat sekali. Dalam kesempatan itu, Ceng-ie Hujin telah
menarik dua keuntungan baginya, yaitu pertama-tama justru Mo-

Tat Mo Cauwsu 341


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

coa belum sempat membenarkan kuda-kuda kedua kakinya, dan


diapun tengah terluka di dalam akibat pukulan Ceng-ie Hujin
tadi, tentu saja diserang hebat seperti itu membuat Mo-coa jadi
kelabakan.
Tetapi tanpa menantikan tibanya serangan, Mo-coa telah
menjejakkan kakinya, dia telah melompat dengan cepat sekali ke
belakang melewati barisan ularnya.
Ceng-ie Hujin jadi mendongkol bukan main, dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sambil melompat
melewati kepala ular-ular itu.
Mo-coa melihat lawannya menyusul dia, iblis ini telah
tertawa keras, “Hemm........!” kata Mo-coa dengan geram.
“Apakah engkau bermaksud mengadu jiwa? Sengaja aku
telah mengalah, tetapi mengapa engkau justru terlalu mendesak
aku? Jika memang engkau tidak mau menyudahi urusan ini
biarlah aku akan mengerahkan pasukan ularku agar mengepung
dirimu........”
Ceng-ie Hujin tidak takut oleh gertakan Mo-coa dan malah
menerjang maju untuk melompat dan melakukan penyerangan
yang hebat.
Mo-coa Bwee Sian Giok juga menyadarinya. Jika dia masih
melayani Ceng-ie Hujin, tentu dirinya yang akan menerima
bencana, maka ia berusaha untuk menjauhi diri dari lawannya.
Sin-kun-bu-tek juga menyaksikan betapa kedua orang itu
telah bertempur dengan mengeluarkan kepandaian mereka
masing-masing. Dan setiap serangan yang dilancarkan oleh salah
seorang di antara kedua orang yang tengah bertempur itu,
memang memiliki kekuatan yang bisa mematikan lawannya.

Tat Mo Cauwsu 342


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan Sin Han yang masih belum mengetahui dalamnya


ilmu silat, jadi memandang tertegun saja. Dia memang tidak bisa
melihat jelas kedua orang yang tengah bertempur itu, karena
Ceng-ie Hujin dan Mo-coa Bwee Sian Giok bergerak-gerak gesit
sekali seperti bayangan.
Ceng-ie Hujin yang melihat dia belum juga berhasil
merubuhkan lawannya, jadi semakin marah.
Tiba-tiba Mo-coa telah bersiul dengan suara yang sangat
nyaring sekali. Suara siulan itu seperti juga menyebutkan barisan
ularnya, sehingga tampak jelas sekali pasukan ular itu telah
meluncur akan mendekati majikannya itu.
Ceng-ie Hujin terkejut sekali. Dia mengerti, sekali saja
pasukan ular yang jumlahnya ribuan dan dari berbagai jenis itu
berhasil mengurungnya, celakalah dia!
Tanpa memperdulikan lawannya, Ceng-ie Hujin telah
melompat berlari beberapa tombak jauhnya, untuk mengelakkan
ular-ular yang mendekatinya itu.
“Hahahaha,” tertawa Mo-coa dengan suara yang sangat
nyaring sekali, lalu dia mengejek, “Mana kepandaianmu yang kau
agul-agulkan? Hemmm, kini engkau jangan harap bisa lolos dari
ular-ular peliharaanku itu.........!”
Kembali Mo-coa mengeluarkan siulan yang panjang, dan
ular-ular itu yang menjadi binatang peliharaannya, telah
menggeleser mendekati Ceng-ie Hujin dengan maksud ingin
memagut dengan mulutnya yang beracun.
Ceng-ie Hujin jadi gentar juga melihat binatang melata itu
telah mendekatinya. Ceng-ie Hujin telah mengerahkan tenaga
murninya di telapak tangannya, dimana kedua telapak tangannya
itu berobah jadi bercahaya putih, bagaikan tangan terbuat dari
perak.

Tat Mo Cauwsu 343


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ilmu ini yang dinamakan Pek-kong-ciang atau Ilmu Pukulan


Udara Kosong. Cepat sekali dia telah menggerakkan sepasang
tangannya, menghantam ke arah ular-ular yang berada paling
dekat dengannya.
Tanpa menyentuh ular-ular itu, justru Ceng-ie Hujin telah
berhasil membinasakan belasan ekor ular-ular yang tengah melata
di dekatnya. Muka Mo-coa jadi berobah merah padam karena
marah, dia telah berkata,
“Walaupun engkau memiliki ilmu Pek-kong-ciang jangan
harap engkau bisa lolos dari pasukan ularku itu.........” Dan selesai
berkata begitu tampak Mo-coa telah mengeluarkan siulan yang
panjang.
Pasukan ular Mo-coa yang tadi berjalan lenggang lenggok
perlahan-lahan, begitu mendengar suara siulan Mo-coa, ular-ular
itu seperti juga menjadi kalap. Mereka telah menggeleser
menerjang Ceng-ie Hujin.
Yang luar biasa lagi adalah dua ekor ular hijau yang
berukuran satu jari telunjuk manusia, yang telah melompat
dengan gesit sekali menubruk ke arah pergelangan tangan Ceng-
ie Hujin.
Ceng-ie Hujin terkejut sekali, karena ia melihatnya
bagaimana ular itu menerjang dan memagutnya, sehingga dalam
sekejap mata, daging lengan Ceng-ie Hujin telah terhujam gigi-
gigi ular tersebut.
Sakit dan darah meliputi diri Ceng-ie Hujin. Dia juga telah
beberapa kali mengebutkan tangannya agar ular itu melepaskan
gigitannya.
Namun ular itu tetap menggigit, sehingga tubuhnya
bergelantungan dilengan Ceng-ie Hujin. Saking kesalnya Ceng-ie

Tat Mo Cauwsu 344


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Hujin telah menangkap ular itu dengan tangannya yang lain dan
menariknya dengan cara menghentak.
Memang waktu itu sakit bukan main, namun gigitan ular itu
bisa ditarik terlepas berikut sepotong daging lengan dari Ceng-ie
Hujin. Dengan gusar Ceng-ie Hujin membanting ular itu sampai
remuk, karena kerasnya bantingan yang dilakukannya.
Muka Mo-coa jadi berobah cerah, tampaklah Bwee Sian
Giok girang sekali melihat salah seekor ularnya telah berhasil
menggigit.
“Obat yang hebat bagaimanapun juga, tidak nantinya engkau
bisa memunahkan racun ularku ini!
“Ketahuilah olehmu, ular ini yang biasa dipanggil Ceng-coa,
ular hijau. Tetapi ular hijau ini tidak sama dengan ular hijau
biasa, karena jika potongan tubuh ular biasa agak besar, tetapi
Ceng-coa milikku ini justru memiliki kelainannya. Nah, sebelum
lewat sepuluh jam, tubuhmu akan hancur menjadi cairan........!
Hehehehehe!!”
Wajah Ceng-ie Hujin jadi berobah merah padam, tampaknya
dia sangat gusar. Dalam keadaan ini, tampak Ceng-ie Hujin telah
membentak keras,
“Rupanya engkau memang manusia licik! Cepat keluarkan
obat pemunahnya!”
“Enak saja kau!” kata Mo-coa Bwee Sian Giok dengan suara
mengejek, “Apakah obatku itu dibuat oleh kakek dan ayahmu?”
“Baiklah! Aku telah terlanjur terkena racun ularmu itu, maka
biarlah aku mengadu jiwa denganmu, untuk mati bersama-sama!”
Dan sambil berkata begitu, berulang kali Ceng-ie Hujin
menggerak-gerakkan tangan kanan dan kirinya dengan cepat
sekali, kembali dia mempergunakan ilmu pukulan Pek-kong-

Tat Mo Cauwsu 345


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

ciang........ Begitu kedua tangannya bergerak, segera pula


beberapa ekor ular telah terbinasakan.
Karena Ceng-ie Hujin merupakan seorang yang memiliki
kepandaian lwekang sempurna maka dengan cepat sekali dia bisa
melakukan pukulan-pukulan yang beruntun mempergunakan
tenaga lwekangnya. Pukulan Pek-kong-ciangnya tidak hanya
melumpuhkan ular-ular itu, namun juga berhasil meremukkan
tubuh ular-ular itu.
Mo-coa jadi marah sekali, dia telah mengeluarkan siulan lagi,
yang nadanya sangat tinggi dan kuat sekali. Dan pasukan ular ini
seperti juga tersentak dari kagetnya, mereka telah melompat
beberapa tombak menerjang Ceng-ie Hujin.
Rupanya siulan Mo-coa yang terakhir itu merupakan perintah
buat ular-ular tersebut.
Tetapi Ceng-ie Hujin memiliki gin-kang yang menakjubkan,
dia berhasil mengelakkan diri dari serangan ular-ular berbisa ini.
Bahkan dengan beruntun Ceng-ie Hujin kembali mempergunakan
telapak tangannya untuk memukul kepala ular ini, yang hancur
seketika itu juga.
Mo-coa yang menyaksikan kejadian tersebut jadi
mengeluarkan suara tertawa yang sangat keras sekali, diapun
kemudian telah berkata,
“Hemm, coba kau keluarkan seluruh kepandaianmu. Aku
ingin melihatnya engkau sanggup atau tidak menghadapi ularku
ini…....!”
Lagi-lagi Mo-coa mengeluarkan suara tertawanya yang
nyaring. Diwaktu dia mengakhiri suara tertawanya itu, Mo-coa
Bwee Sian Giok bersiul dengan suara tajam sekali.

Tat Mo Cauwsu 346


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gerakan yang dilakukan ular-ular itu jadi berobah lagi, sebab


mereka seperti terpengaruh oleh suara seruan dari Mo-coa,
majikan mereka. Bagaikan kalap ular-ular itu menerjang ke diri
Ceng-ie Hujin, gerakan ular-ular itu yang berjumlah sangat
banyak sekali cukup mengerikan juga Ceng-ie Hujin.
Keruan Ceng-ie Hujin jadi kelabakan dan berusaha untuk
memukul jatuh ular-ular itu yang menerjang dirinya. Diapun telah
melindungi diri dengan jurus “Ceng-kong” atau “Seribu patung”
dimana dia telah memutar kedua tangannya itu bagaikan titiran.
Sehingga dalam sekejap mata Ceng-ie Hujin telah
membinasakan ratusan ekor ular dan juga telah melindungi
dirinya dengan ilmu “Ceng-kong”, dan memang untuk sementara
ini Ceng-ie Hujin masih sanggup menghadapi terjangan
gerombolan ular itu. Cuma saja dihatinya dia jadi berpikir,
“Jika aku terus menerus bertempur dengan pasukan ular,
tentu tenagaku akan habis! Jika aku tidak terbinasa oleh pagutan
ular-ular itu, niscaya Mo-coa Bwe Sian Giok akan dapat
mengambil kesempatan itu untuk membinasakan aku.”
Karena berpikir begitu, tampak Ceng-ie Hujin telah
mempercepat gerakan pukulan telapak tangannya, kembali dia
membinasakan lagi puluhan ekor ular.
“Mo-coa, engkau manusia licik, dengan mengandalkan
tentara ularmu ini, engkau ingin mencari kemenangan dariku!
Hemm, jangan mimpi, walaupun harus dikurung ular-ularmu itu
aku sama sekali tidak gentar!”
Dan sambil berkata begitu, tampak Ceng-ie Hujin
menjejakkan kakinya, dia telah melompat menubruk ke arah Mo-
coa. Waktu kedua kakinya hampir menginjak tanah, disaat itulah
tampak Ceng-ie Hujin menggerakkan tangan kanannya yang
ingin menotok kedua mata Mo-coa.

Tat Mo Cauwsu 347


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keadaan seperti ini membuat Mo-coa tidak dapat harus


menangkisnya. Karena dia disaat itu berada dalam jarak yang
tidak begitu jauh, juga telah membuat persiapan yang tergesa-
gesa sehingga dia tidak berhasil untuk mengelakkan diri.
Waktu itu, tampak Ceng-ie Hujin telan menarik pulang
tangannya, lalu menyusuli dengan gerakan tangan lainnya, karena
Ceng-ie Hujin bermaksud membinasakan lawannya.
Mo-coa juga tidak tinggal diam, dia telah mengeluarkan
suara bentakan marah dan tangan kirinya diulurkan untuk
mencengkeram baju bagian dada lawannya.
Ceng-ie Hujin tidak gentar menghadapi ancaman yang keras
seperti itu. Dia mengelak sambil memiringkan tubuhnya,
kemudian dengan cepat sekali dia telah menabas dengan telapak
tangan.
Tabasan telapak tangan itu dilakukannya dengan kuat sekali,
terdengar suara 'bukkk' yang keras sekali, dan kedua orang itu,
yaitu Ceng-ie Hujin dan Mo-coa telah terhuyung mundur ke
belakang beberapa langkah.
Kemudian tampak keduanya telah bersiap-siap lagi untuk
saling melancarkan serangan.
Ceng-ie Hujin tidak takut menghadapi Mo-coa, justru yang
ditakutinya adalah pasukan ular dari iblis Ular itu.
Mo-coa telah memonyongkan mulutnya memberikan
perintah kepada ularnya melalui siulannya lagi.
Tetapi Ceng-ie Hujin tidak mau memberikan kesempatan
untuk Mo-coa bersiul, dia terus mencecar diri Mo-coa agar tidak
sempat bersiul. Sehingga Mo-coa jadi batal bersiul, karena dia
harus memperhatikan baik-baik terhadap serangan yang akan
dilancarkan oleh lawannya.

Tat Mo Cauwsu 348


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Melihat kedua tangan dari Ceng-ie Hujin telah menyambar


datang, maka Mo-coa cepat-cepat menangkisnya dengan
mempergunakan tenaga lunak.
Dilawan lunak seperti itu, serangan Ceng-ie Hujin seperti
lenyap ditelan oleh kekuatan Mo-coa.
Ceng-ie Hujin jadi terkejut merasakan tenaga serangannya
seperti lenyap tidak ada bekasnya.
“Ihh!” berseru Ceng-ie Hujin dengan suara tertahan, karena
dia terkejut bukan main.
Waktu itu Mo-coa telah mengeluarkan suara tertawa dingin,
“Sekarang sudah selesai pertandingan kita. Karena ada
urusan lainnya yang perlu kuselesaikan, kita tunda sampai tiga
tahun mendatang bertemu di Tiang-lo-kwan di Souw-ciu. Nanti
kita bisa main-main sepuas hati.”
Dan tanpa menantikan jawaban dari Ceng-ie Hujin, Iblis Ular
ini telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Sedangkan Ceng-ie Hujin tidak mencegahnya, karena dia
memang tidak mau mencari urusan dengan si Iblis Ular ini.
Ceng-ie Hujin tidak jeri menghadapi Mo-coa, tetapi justru
pasukan Ular-ularnya itulah yang membuat dia ngeri.
Sedangkan Mo-coa telah melangkah jauh dan tanpa menoleh
lagi dia telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali,
seperti juga dia memberikan perintah kepada Ular-ularnya ini
untuk berlalu dari tempat tersebut.
Binatang melata yang jumlahnya ribuan itu beringsut-ingsut
mengikuti majikannya, yaitu Mo-coa, meninggalkan tempat itu
dengan mengeluarkan suara desis yang ramai sekali.
Ceng-ie Hujin jadi bergidik melihat pasukan ular Mo-coa.

Tat Mo Cauwsu 349


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ceng-ie Hujin ini membayangkan, kalau saja dia diserbu


oleh pasukan ular Mo-coa, niscaya sulit sekali baginya untuk
menghindarkan gigitan satu atau dua ekor ular Mo-coa itu.
Sin-kun-bu-tek menarik tangan Sin Han diajak untuk
menjura memberi hormat guna mengatakan terima kasih mereka
atas pertolongan Ceng-ie Hujin.
Tetapi waktu Sin-kun-bu-tek menjura sambil berkata,
“Terima kasih atas pertolongan Liehiap........”
Disaat itulah Ceng-ie Hujin telah mendengus dingin.
“Siapa yang sudi menolongmu?” tegur Ceng-ie Hujin dengan
suara yang tawar, mukanya juga tidak enak dilihat. “Aku sedang
mengurus persoalan aku, tidak ada sangkut paut dengan diri
kalian.........!”
Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang dan Sin Han jadi tertegun
mendengar perkataan Ceng-ie Hujin. Lebih-lebih Sin-kun-bu-tek,
dia tidak menyangka bahwa Ceng-ie Hujin akan mengeluarkan
kata-kata yang kasar seperti itu.
“Lihiap........” kata Sin-kun-bu-tek Lo Ping Kang sambil
menatap kepada Ceng-ie Hujin.
“Ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan tadi adalah
urusanku, bukan untuk menolongi kalian! Aku memang memiliki
persoalan dengan Siang-niauw-pek-sian dan istrinya itu, yaitu
Mo-coa!
“Hemmm, aku justru ingin membinasakan mereka untuk
menyelesaikan persoalanku.......... Sayang Mo-coa terlalu tangguh
dengan pasukan ularnya.” Dan setelah berkata begitu, Ceng-ie
Hujin telah menghela napas panjang.
Sin-kun-bu-tek telah menatap lagi sekian lama pada Ceng-ie
Hujin, kemudian katanya.

Tat Mo Cauwsu 350


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Walaupun Liehiap tidak bermaksud menolongku, tetapi


memang kenyataan yang ada telah memperlihatkan, jiwa kami
selamat karena pertolongan tidak langsung yang diberikan
Liehiap. Jika tidak, bagaimana kami bisa hidup sampai sekarang?
Menghadapi Siang-niauw-pek-sian saja aku tidak sanggup, apa
lagi harus menghadapi isterinya itu.........”
“Sudahlah!” kata Ceng-ie Hujin dengan suara yang tawar dan
muka yang tidak senang, rupanya dia tengah diliputi
kemendongkolan yang sangat. “Jangan kau menambah
kemendongkolanku! Pergilah!!”
Perkataan Ceng-ie Hujin seperti itu tentu saja merupakan
perkataan yang kasar, membuat Sin-kun-bu-tek tersinggung,
mukanya berobah merah.
“Terlalu temberang dan sombong sekali wanita tua ini!” pikir
Sin-kun-bu-tek di dalam hatinya, tetapi diapun telah berkata,
“Baiklah, terima kasih atas bantuan tadi yang diberikan
liehiap.........!”
Ceng-ie Hujin hanya mendengus saja, kemudian dia memutar
tubuhnya, beberapa kali lompatan saja dia telah lenyap dari
pandangan mata Sin-kun-bu-tek dan Sin Han.
Sin-kun-bu-tek juga mengajak muridnya untuk berlalu.
Dua hari mereka melakukan perjalanan, dan tiba dipinggiran
kota Lam-ciu-kwan, sebuah kota yang padat penduduknya.
Karena sampai di pinggiran kotapun banyak sekali orang yang
berlalu lalang.
Sin-kun-bu-tek telah mengajak Sin Han singgah di sebuah
kedai arak. Disitu telah banyak pengunjungnya, tetapi masih ada
beberapa meja kosong, sehingga Sin-kun-bu-tek dan Sin Han
leluasa memilih meja di dekat jendela.

Tat Mo Cauwsu 351


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pelayan yang melihat tamunya ini merupakan pengemis tua


dan pengemis kecil, jadi memandang sinis. Tetapi Sin-kun-bu-tek
cepat mengeluarkan seraupan uang hancuran seberat lima tail,
diberikannya kepada pelayan itu,
“Siapkan beberapa macam makanan dan lebihnya boleh kau
ambil........”
Peristiwa seperti ini tidak disangka-sangka oleh si pelayan
sehingga dia memandang tertegun sejenak, dan kemudian
tergesa-gesa pergi ke belakang mempersiapkan santapan untuk
Sin-kun-bu-tek. Waktu pelayan itu menyusun makanan yang
telah matang, sikapnya menghormat sekali.
Sin-kun-bu-tek telah bersantap dengan bernafsu sekali,
karena dia melihat sayur-sayur yang disajikan merupakan sayur
yang lezat-lezat. Begitu pula halnya dengan Sin Han, biasanya
sang guru mencuri makanan dari rumah makan, dan kini justru
dia bersama gurunya bersantap di rumah makan, jelas dia lebih
berselera lagi.
Tetapi waktu Sin-kun-bu-tek dan Sin Han bersantap, tiba-tiba
terdengar suara seseorang di luar pintu kedai arak ini,
“Apakah kau melihat seorang lelaki berusia limapuluhan
tahun, dengan kumis tipis tanpa jenggot, memakai baju hijau?”
suara itu bernada sabar dan ramah sekali.
“Tidak........!” pelayan di luar pintu menyahuti. “Mungkin
orang yang Taisu cari tidak lewat di kota ini........!”
Terdengar suara menghela napas dari si penanya tadi,
tampaknya dia tengah berpikir sejenak lamanya, sampai akhirnya
dia telah berkata lagi, “Baiklah, siapkan meja untukku lengkap
dengan sayur-sayur tanpa daging........!”

Tat Mo Cauwsu 352


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Baik Taisu, silahkan masuk..!” kata pelayan yang diajak


bercakap-cakap tadi.
Sin-kun-bu-tek dan Sin Han telah menoleh ke arah pintu, saat
itu tengah melangkah masuk seorang pendeta dengan pakaian
yang diselempangkan, memelihara jenggot dan kumis yang
pendek, namun lebat. Rambutnya dikonde, hidungnya mancung,
dan juga pipinya merah, bersinar segar.
Dialah seorang pendeta asing, seperti juga pendeta dari
Lhasa, Tibet ataupun juga pendeta dari India.
Seperti diketahui bahwa Hweshio (pendeta) agama Buddha
di Tiong-goan selalu mencukur rambut dan memiliki kepala yang
botak licin. Namun pendeta India umumnya memelihara rambut
walaupun sebagai pemeluk agama Buddha, karena peralihan
antara agama Buddha dan Hindu masih memiliki kekuatan yang
berimbang di India.
“Suhu......... bukankah itu Gunal Shing?” tanya Sin Han
waktu melihat pendeta dari India itu.
Sin-kun-bu-tek juga jadi girang, dia sampai cepat-cepat
berdiri menyambut pendeta itu.
“Gunal Shing Taisu........!” panggilnya dengan suara riang.
“Ternyata kita berjodoh bertemu kembali disini.”
Sambil berkata begitu si pengemis Lo Ping Kang telah
menjura memberi hormat kepada Gunal Shing. Sedangkan Sin
Han juga telah memberi hormat kepada pendeta India itu.
Cepat-cepat Gunal Shing meminta kepada guru dan murid itu
agar jangan telalu banyak peradatan.
“Mari kita bersantap bersama, Taisu!” kata Sin-kun-bu-tek.
“Pertemuan ini tentu sangat menggembirakan sekali, aku si
pengemis miskin yang mengundang Taisu untuk ditraktir..........”

Tat Mo Cauwsu 353


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gunal Shing tersenyum sabar waktu mendengar perkataan


Sin-kun-bu-tek, dia telah duduk di kursi yang lainnya. Santapan
untuk pendeta ini juga diantar pelayan ke meja Sin-kun-bu-tek.
“Maafkan Siauw-keng (pendeta kecil) tidak makan barang
berjiwa.........!” kata Gunal Shing setelah pelayan itu selesai
mempersiapkan santapan untuknya.
Sambil bersantap, mereka bercakap-cakap dengan gembira.
Terutama sekali Sin-kun-bu-tek yang berulang kali
menyatakan terima kasihnya kepada Gunal Shing yang telah
menolonginya.
“Sesungguhnya.........” kata Gunal Shing dalam suatu
kesempatan. “Kedatangan Siauw-ceng kedaratan Tiong-goan,
ingin menyebar luaskan pelajaran sang Buddha. Disamping itu,
Siauw-ceng juga seringkali mendengar bahwa di daratan Tiong-
goan banyak sekali pendekar-pendekar Kang-ouw yang memiliki
kepandaian yang tinggi dan sempurna dalam ilmu silat…….
“Siauw-ceng tertarik sekali untuk melihat semua itu........
Sengaja Siauw-ceng telah melakukan perjalanan yang jauh untuk
melihat dengan mata kepala sendiri ilmu silat di daratan Tiong-
goan........! Disamping itu juga, keindahan alam pemandangan
yang dimiliki Kang-lam (daerah selatan) ini, telah menggugah
hati Siauw-ceng untuk melihatnya.”
Sin-kun-bu-tek tertawa mendengar perkataan si pendeta, dia
telah berkata,
“Mungkin orang yang menceritakan segalanya kepada Taisu
hanyalah melebih-lebihkan saja! Buktinya, waktu Taisu
menolong jiwaku, kepandaian Taisu jauh beberapa tingkat lebih
tinggi dari kepandaianku maupun kepandaian orang yang Taisu
rubuhkan!”

Tat Mo Cauwsu 354


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si pendeta tersenyum sabar.


“Siancai! Siancai!” katanya kemudian dengan suara yang
tenang. “Tetapi kini Siauw-ceng memang telah beruntung dapat
menyaksikan sendiri betapa kepandaian yang dimiliki pendekar-
pendekar di daratan Tiong-goan sangat hebat, hanya mereka
kurang melatih diri.
“Jika memang ada kesempatan, Siauw-ceng juga ingin
mendirikan kuil dan memberikan bimbingan kepada mereka yang
memiliki bakat baik dan tulang yang sempurna!”
Sin-kun-bu-tek jadi gembira sekali mendengar perkataan si
pendeta, dia telah berkata dengan suara yang riang.
“Taisu, jika memang begitu maksud Taisu, mungkin muridku
ini cocok sekali untuk menerima keberuntungan dididik oleh
Taisu.”
Kemudian si pengemis Lo Ping Kang memberi isyarat
kepada muridnya.
Sin Han juga mengerti arti isyarat dari gurunya itu, cepat-
cepat dia telah bangun berdiri dan berlutut mengangguk kepala
beberapa kali kepada pendeta Gunal Shing itu.
“Oh anak yang manis, jangan banyak peradatan........” kata
Gunal Shing dengan suara yang lembut dan sabar, Dia juga telah
memegang bahu Sin Han, yang akan diangkatnya bangun berdiri.
Sin Han mana bisa membandel? Tenaga tarikan Gunal Shing
sangat kuat sekali! Dan karena Sin Han tetap berlutut, dia
terangkat dalam keadaan berlutut.
“Berdirilah anak manis........!” kata Gunal Shing sambil
tersenyum gembira, “Kelak jika kita berjodoh bertemu pula,
maka aku akan menurunkan kepandaian tenaga dalam yang
berasal dari ilmu Yoga yang dicampur dengan latihan pernapasan

Tat Mo Cauwsu 355


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang kuperoleh di daratan Tiong-goan ini selama aku


mengembara, dimana kedua jenis latihan yang sebetulnya
berlainan itu telah berhasil kugabungkan.”
Sin Han girang bukan main, dia telah meluruskan kakinya,
maka dia bisa berdiri dihadapan si pendeta sambil katanya,
“Terimakasih Taisu........ budi Taisu tentu tidak akan
kulupakan..........!”
Gunal Shing telah berkata lagi,
“Sebetulnya aku tengah mengejar seseorang........! Orang itu
merupakan iblis yang sangat kejam dan membahayakan bagi
jago-jago di daratan Tiong-goan.
“Dia berasal dari daratan Persia dan memiliki kepandaian
yang sangat tinggi sekali yang sulit untuk ditundukkan. Hal ini
bukan aku sangat mengagul-ngagulkan kepandaian iblis itu,
memang sesungguhnya dia merupakan iblis yang benar-benar
tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu juga
sangat aneh sekali.
“Itulah sebabnya, karena memikirkan keselamatan dari
orang-orang di daratan Tiong-goan ini, terpaksa Siauw-ceng
melakukan pengejaran. Siauw-ceng bermaksud untuk
membasminya, karena telah terlalu banyak dosa yang
dilakukannya.”
Sin-kun-bu-tek jadi memandang tertarik, tanyanya,
“Lalu sekarang, apakah Taisu sudah mengetahui jejaknya?”
Gunal Shing menggeleng.
“Dua hari yang lalu aku berhasil bertemu dengannya,
memergoki disaat dia ingin memperkosa seorang gadis, dimana
ayah dan ibu mau pun kakak adik dari si gadis telah dibinasakan

Tat Mo Cauwsu 356


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dengan cara yang kejam, yaitu disamping kepala mereka dihajar


pecah, pun tubuh mereka telah dirusak dengan cara yang benar-
benar mengerikan!
“Tentu saja hal ini membuat Siauw-ceng merasa pedih di hati
dan menyesali mengapa di dunia ini bisa terdapat manusia berhati
srigala, bahkan lebih kejam dari serigala itu sendiri.........
“Dan kebetulan sekali justru Siauw-ceng tiba sebelum iblis
Persia itu berhasil merusak kehormatan calon korbannya itu, dan
kami telah bertempur tiga hari tiga malam tanpa berkesudahan,
sehingga akhirnya kami sama-sama letih, dan duduk mengaso
menghentikan pertempuran itu.
“Sedangkan si iblis telah mempergunakan kesempatan itu
untuk melarikan diri! Memang kepandaian iblis itu masih berada
satu tingkat di bawah kepandaian Siauw-ceng namun untuk
merobohkannya tidaklah mudah.
“Dengan berhasilnya dia melarikan diri, berarti Siauw-ceng
harus mengikuti jejaknya lagi. Inilah yang sulit.........”
“Siapakah nama iblis Persia itu, Taisu?” tanya Sin-kun-bu-
tek tertarik sekali.
“Di Persia dia memang merupakan jago yang sulit dicari
tandingannya. Dia bernama Koko Timo. Kepandaiannya mirip-
mirip dengan kepandaian Siauw-ceng, karena rupanya diapun
mempelajari aliran latihan Yoga sehingga lwekangnya itu telah
mencapai tingkat yang sempurna!
“Tetapi jika Siauw-ceng tidak berhasil merubuhkannya dan
memunahkan kepandaiannya, niscaya keselamatan dari para jago-
jago di daratan Tiong-goan terancam oleh bahaya yang tidak
kecil. Disamping itu juga isteri dan anak orang baik-baik akan
terancam kehormatannya.........!”

Tat Mo Cauwsu 357


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berkata begitu, Gunal Shing berulang kali menghela


napas, mukanya muram dan tampaknya dia jengkel sekali.
“Taisu, jika memang Taisu membutuhkan bantuan,
perintahkan saja. Aku tentu akan melakukan perintah Taisu tanpa
berpikir dua kali. Aku yakin Taisu berdiri di pihak yang benar
untuk membasmi kebathilan!
“Walaupun harus terjun ke dalam kobaran api, tentu aku si
pengemis miskin Lo Ping Kang akan melakukannya dengan hati
rela. Asalkan Koko Timo dapat dihancurkan........!”
Gunal Shing tersenyum sabar, wajahnya yang muram telah
lenyap, kini tampak berseri.
“Terima kasih! Terima kasih!” kata si pendeta setelah lewat
sekian lama.
“Walaupun tidak mudah untuk merubuhkan Koko Timo,
tetapi diapun tidak akan bisa merubuhkan Siauw-ceng. Justru
yang terpenting, bagaimana Siauw-ceng mencari kelemahannya,
untuk merubuhkannya dan memusnahkan ilmunya itu!
“Koko Timo saat sekarang berusia limapuluhan tahun,
memakai baju berwarna hijau dan memelihara kumis yang tipis
tanpa jenggot. Dia mudah dikenali, karena dia bangsa asing untuk
daratan Tiong-goan.........!
“Sekarang yang terpenting sekali, Siauw-ceng harus dapat
menemui jejaknya........!”
Sin-kun-bu-tek mengangguk perlahan, kemudian dia telah
berkata lagi dengan nada yang hati-hati sekali,
“Taisu........ apakah kami bisa bersama-sama Taisu mencari
orang Persia itu?”
Gunal Shing tersenyum sabar, katanya,

Tat Mo Cauwsu 358


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terima kasih, kalian memang baik sekali, terima kasih!


Tetapi kepandaian Koko Timo sangat tinggi sekali.
“Dia memiliki lwekang yang sempurna, yaitu cara mengatur
pernapasan yang dikombinasikan dengan pernapasan dari negeri
lainnya! Sehingga dengan memiliki latihan pernapasan dari
beberapa aliran, Koko Timo memang sudah memiliki kepandaian
yang luar biasa hebatnya! Aku sendiri belum tentu dapat
merubuhkannya........”
Setelah berkata begitu, Gunal Shing telah berhenti sejenak,
kemudian dia baru melanjutkan perlahan sekali. “Dan kukira
lebih leluasa, jika Siauw-ceng (aku pendeta kecil) yang
mencarinya........”
Sin-kun-bu-tek mengerti, itulah penolakan secara halus.
“Baiklah Taisu! Semoga usaha Taisu berhasil!” kata Sin-
kun-bu-tek.
Saat itu Gunal Shing telah berkata lagi,
“Sesungguhnya, keadaan Siauw-ceng juga belum
memungkinkan bisa memenangkan dia, tetapi Siauw-ceng
berusaha untuk membendung kejahatan-kejahatan yang biasa
dilakukannya........!”
Sin-kun-bu-tek mengangguk sambil mengeluarkan pujian
untuk pendeta tersebut.
Gunal Shing tersenyum, katanya dengan suara yang sabar,
“Apa itu arti sanjungan dan pujian? Kosong, semuanya tidak
berisi. Apa pula artinya caci maki dan sumpah serapah, semua
itupun Kosong. Yang ada, haruslah ada pengertiannya, dengan
adanya pengertian tentu semuanya akan berjalan dengan lancar.”
Sin-kun-bu-tek cepat-cepat menyatakan terima kasihnya.

Tat Mo Cauwsu 359


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Taisu telah memberikan wejangan yang sangat berarti, dan


nasehat Taisu tidak akan kulupakan.........!” kata si pengemis Lo
Ping Kang.
“Selama setengah tahun berkelana di daratan Tiong-goan
banyak sekali orang-orang Han yang tidak mengetahui siapa
adanya Siauw-ceng. Maka mereka selalu memberikan nama
kepadaku dengan sebutan Tat-mo.
“Dan gelaran seperti itu memang tidak memberatkan Siauw-
ceng, hanya justru embel-embel yang ada, yaitu perkataan
Cauwsu di belakang dari Tat-mo, merupakan pujian kosong yang
terlalu tinggi melambungkan Siauw-ceng. Sehingga Siauw-ceng
jadi kuatir kalau-kalau nanti nama Tat-mo Cauwsu hanya
merupakan nama kosong belaka........!”
Itulah kata-kata merendah dari Gunal Shing atau Tat-mo
Cauwsu yang tidak ingin dipuji dan disanjung berlebihan.
Tetapi Sin-kun-bu-tek telah menepuk tangannya sambil
berkata,
“Bagus! Memang kepandaian seperti Taisu sulit dicari
duanya! Taisu sudah memiliki kepandaian yang luar biasa
tingginya dan juga lwekang yang sempurna. Maka nama Tat-mo
Cauwsu itu memang tepat sekali diberikan untuk Taisu.”
Gunal Shing mengeluarkan kata-kata merendah. Setelah
bercakap-cakap beberapa saat lagi, Tat-mo Cauwsu atau Gunal
Shing telah meminta diri untuk melanjutkan perjalanannya.
Waktu bangkit dari duduknya, Gunal Shing telah menoleh
kepada Sin Han,
“Jika kelak aku memiliki kesempatan berjodoh bertemu lagi
dengan kau, anak yang manis, tentu Siauw-ceng akan
menurunkan beberapa macam ilmu kepandaian untukmu!”

Tat Mo Cauwsu 360


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sin Han cerdas, segera dia juga berlutut menyatakan terima


kasihnya, “Budi Taisu tidak akan tecu (murid) lupakan........!”
Cepat-cepat Gunal Shing membalas penghormatan Sin Han,
katanya,
“Bukan berarti aku menjadi gurumu, nak! Nanti aku hanya
menghadiahkan saja, karena sekarang-sekarang ini aku belum
lagi bermaksud menerima murid, karena masih banyak persoalan
yang harus Siauw-ceng selesaikan........!”
Sin Han mengucapkan terima kasihnya sekali lagi, lalu
katanya,
“Baiklah Taisu, tetapi terimalah pernyataan terima
kasihku........” Dan sekali ini Sin Han telah memberikan hormat
tanpa berlutut, dia hanya menjura membungkukkan badannya.
Tat-mo Cauwsu atau Gunal Shing, tidak mengelakkan diri
lagi dari penghormatan itu. Dia hanya memegang bahu Sin Han
untuk diangkat agar anak itu tidak memberi hormat lebih jauh.
Kepada Sin-kun-bu-tek, Gunal Shing juga telah berkata
sambil tersenyum,
“Lo-heng (saudara Lo) muridmu memiliki bakat dan tulang
yang baik. Dia merupakan bahan yang baik sekali, maka engkau
harus mendidiknya baik baik.”
Sin-kun-bu-tek cepat-cepat mengangguk!
“Benar Taisu,” katanya sambil tertawa, “Apa yang dikatakan
oleh Taisu memang benar! Tetapi, jika anak ini memperoleh
bimbingan dariku, seorang guru yang butut dan tidak memiliki
kepandaian apa-apa tentu sayang sekali bakat bagus itu tersia-sia.
“Untung saja Tai-su tadi telah menjanjikan dalam suatu
kesempatan akan menurunkan ilmu silat kepadanya. Sehingga

Tat Mo Cauwsu 361


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kelak aku tidak perlu menelan kepahitan dari perkataan orang-


orang yang mengatakan murid Sin-kun-bu-tek tidak punya guna!”
“Siancai! Siancai! Siecu (anda) terlalu merendahkan diri!
Dan juga tampaknya lidah Siecu pandai sekali, sehingga dengan
berkata begitu Siecu telah mengikat diriku dengan janjiku
ini........!” Dan setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah
tertawa bergelak-gelak.
Sin-kun-bu-tek tertawa dengan suara yang gembira. Waktu
Tat-mo Cauwsu telah berlalu, Sin-kun-bu-tek menghela napas
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,
“Itulah namanya gunung yang sangat tinggi masih ada yang
lebih tinggi lagi, begitu pula dengan kepandaian ilmu silat!
Semula aku menduga bahwa kepandaianku sudah cukup tinggi
dan jarang yang bisa menandinginya.
“Tetapi setelah bertemu dengan Tat-mo Cauwsu, segera
kurasakan bahwa kepandaianku belum ada sepersepuluh dari
kepandaiannya........!
“Itulah sebabnya aku harus menyadari kenyataan seperti ini,
beberapa kali aku bertempur dengan Siang-niauw-pek-sian, Mo-
coa dan lain-lainnya, tetapi ternyata aku tidak berdaya apa-apa
sewaktu menghadapi mereka! Maka dari itu, yang jelas aku
memang harus berlatih diri lagi........!”
Sin Han mengawasi gurunya dengan penuh perhatian, diapun
telah bertanya,
“Suhu........!” katanya kemudian. “Apakah kepandaian dari
pendeta itu memang luar biasa sekali?”
“Memang begitu keadaannya, kepandaiannya hebat sekali!
Tetapi bukan berarti dia tidak memiliki lawan yang punya

Tat Mo Cauwsu 362


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepandaian setinggi dia. Hanya jarang ada orang yang bisa


menandingi kepandaiannya!
“Maka engkau, Sin Han selanjutnya engkau harus belajar
yang giat. Dan kelak jika memang masih berjodoh sehingga kau
bisa bertemu dengan Tat-mo Cauwsu, berarti engkau bisa
memiliki kepandaian yang lebih tinggi lagi.........!”
“Terima kasih suhu, semua ini berkat bantuan dan budi suhu
juga........!” kata Sin Han. “Aku bersumpah akan mempelajari dan
melatih diri sebaik mungkin, agar tidak mendatangkan malu pada
suhu.........!”
Sin-kun-bu-tek tampaknya girang bukan main mendengar
janji muridnya itu, dia telah berkata,
“Bagus! Bagus! Besok aku akan mulai menurunkan jurus-
jurus dengan mempergunakan senjata tajam, disamping itu
akupun akan mengajarimu ilmu mengatur pernapasan!”
Sin Han mengucapkan terima kasihnya lagi.
Tidak lama kemudian, guru dan murid telah meninggalkan
kedai arak itu untuk melanjutkan perjalanan mereka.
TAT-MO CAUWSU atau Gunal Shing, begitu keluar dari
kedai arak itu, telah mengambil jalan ke arah barat. Dia
bermaksud untuk melanjutkan perjalanannya dengan mengambil
ke arah barat, dimana begitu dia keluar dari pintu kota, dia bisa
mengambil ke arah Selatan, karena tujuannya adalah kota Phung-
sie-kwan sebuah kota yang tidak begitu besar dan tidak begitu
padat penduduknya.
Menurut penyelidikannya, justru Koko Timo bersembunyi
mengasingkan diri di kota itu, untuk melatih semacam ilmu dari
kitab mustika yang diperolehnya di tanah Persia.

Tat Mo Cauwsu 363


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dalam pengejaran kepada Koko Timo itu, Gunal Shing atau


Tat-mo Cauwsu ini telah melakoni banyak sekali perjalanan jauh.
Tetapi karena Tat-mo Cauwsu memang bermaksud membasmi
kebathilan, dan dia juga merasakan bahwa melakukan pengejaran
kepada Koko Timo bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
Disamping dia harus menyelidiki, juga jika kelak telah saling
jumpa, mereka akan terbentur dalam suatu pertempuran yang seru
sekali. Sebab Koko Timo memang memiliki kepandaian yang
luar biasa tingginya, hampir berimbang dengan kepandaian dia
sendiri.
Cuma satu keuntungan dari Tat-mo Cauwsu sebagai orang
beribadat. Dia memiliki iman yang jauh lebih kuat dan Koko
Timo, disamping itu juga dia memiliki ilmu kebathinan
disamping Lwekangnya yang sempurna.

––––––––

JILID 10

DALAM perjalanan menuju ke pintu kota sebelah barat Tat-


mo Cauwsu telah teringat kepada Sin Han.

Tat Mo Cauwsu 364


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Anak itu merupakan bahan yang baik! Mudah-mudahan saja


urusan cepat selesai, dan berhasil merubuhkan Koko Timo,
sehingga aku bisa membimbing anak itu..........!!” berpikir Tat-mo
Cauwsu di dalam hatinya.
Dan diapun telah tersenyum.
Tampak Tat-mo Cauwsu memang terkesan baik sekali pada
Sin Han. Dia melihatnya Sin Han memiliki kepribadian yang
baik, tulang-tulang yang bagus, disamping bakatnya yang
menonjol sekali.
Maka dari itu Tat-mo Cauwsu memang bersungguh-sungguh.
Jika urusannya dengan Koko Timo telah dapat diselesaikannya,
maka dia akan mencari Sin Han, untuk mendidiknya berbagai
ilmu silat kelas tinggi.........
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba Tat-mo Cauwsu merasakan
bahwa di belakangnya ada seseorang yang menguntitnya.
Walaupun Tat-mo Cauwsu tidak menoleh ke belakang, tetapi
lewat hati kecilnya dia yakin ada seseorang yang diam-diam
mengikutinya.
“Siapa dia.........?” pikir Tat-mo Cauwsu dalam hatinya.
“Didengar dari suara tindakan kakinya orang ini memiliki
gin-kang yang sangat tinggi sekali........ apa maksudnya orang ini
mengikuti aku secara diam-diam?”
Saat itu Tat-mo Cauwsu melihat di depannya ada sebuah
tikungan. Dia telah membelok ditikungan itu, kemudian dia
mengintai ke arah dari mana tadi dia mendatangi.
Ternyata seorang pemuda berusia di antara tigapuluh tahun.
Dengan pakaiannya yang parlente, tengah tergesa-gesa berlari
karena dia takut kehilangan jejak dari Tat-mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 365


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi ketika pemuda itu membelok ditikungan tersebut,


tahu-tahu ada sebuah tangan yang besar dan kekar mencengkeram
baju di bagian pundaknya, disertai kata-kata yang sangat sabar,
“Mengapa siecu mengikuti Siauw-ceng? Apa maksud siecu?”
Waktu pakaiannya kena dicengkeram dan mendengar
pertanyaan itu, pemuda tersebut jadi kaget bukan main. Dia
sampai mengeluarkan seruan kaget dan telah meronta untuk
melepaskan cengkeraman yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu.
Tetapi walaupun dia meronta dengan menyalurkan tenaga
lweekangnya, tetap saja dia tidak bisa membebaskan dari
cengkeraman itu. Lebih kaget lagi pemuda itu waktu dia
mengenalinya bahwa yang mencengkeramnya itu tidak lain dari
Tat-mo Cauwsu yang tengah dikuntitnya, maka seketika keringat
dingin membasahi muka dan tubuhnya.
“Lepaskan! Siang hari begini engkau ingin menghina orang,
heh?” bentak pemuda itu setelah berhasil menindih goncangan
hatinya.
Tat-mo Cauwsu memang telah melepaskan cengkeraman
tangannya, dia berkata dengan sabar,
“Mengapa siecu menguntit diam-diam........? Siapakah
Siecu?”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu yang sabar dan tidak
memperlihatkan kemarahan sedikitpun juga, pemuda itu jadi
lebih tenang. Dia telah sengaja membentak,
“Siapa yang kesudian mengikutimu? Hemm, engkau di siang
hari seperti ini main tuduh orang! Apakah kau kira aku memiliki
waktu yang cukup banyak mengikuti dirimu?”
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar, diapun telah berkata,

Tat Mo Cauwsu 366


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Siancai! Siancai! Maafkanlah! Mungkin juga Siauw-ceng


yang keliru menyangka......... Silahkan Siecu melanjuti perjalanan
Siecu, maafkanlah atas perbuatan kasar yang Siauw-ceng lakukan
tadi.”
Mendengar perkataan si pendeta, sebetulnya pemuda tersebut
ingin memaki lagi. Tetapi karena pemuda ini juga menyadari si
pendeta India ini memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dia
tidak mau banyak rewel lagi. segera dia memutar tubuhnya dan
berlalu dengan langkah kaki lebar-lebar.
Tat-mo Cauwsu menghela napas dalam-dalam, diapun
menggumam,
“Hemm, rupanya orang itu diperintah oleh seseorang lainnya.
Tetapi siapa dia? Apakah Koko Timo?” Sambil menggumam
begitu, Tat-mo Cauwsu sudah melangkah lagi menyusuri lorong
jalan itu, dan dia sampai di pintu kota sebelah barat.
Di sekitar tempat itu sepi sekali, hanya beberapa orang
penjaga pintu kota yang juga tengah duduk seenaknya pada
mengantuk. Tat-mo Cauwsu telah keluar dari kota itu, menyusuri
jalan kecil berumput.
Dalam perjalanannya, dia hanya sekali-sekali bertemu
dengan orang yang ingin menuju ke kota tersebut. Tetapi Tat-mo
Cauwsu kurang begitu memperhatikannya, sebab pendeta ini
tengah berpikir keras untuk mencari jejak dari Koko Timo, jago
dari Persia itu.
Tetapi waktu berpapasan dengan seseorang lagi, yang
jalannya dengan kepala tertunduk, Tat-mo Cauwsu tersenggol
pundaknya. Sampai tubuhnya seperti tergoncang, karena benturan
yang terjadi itu merupakan benturan yang sangat kuat, seperti
juga disertai dengan tenaga lwekang.

Tat Mo Cauwsu 367


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sebagai seorang pendeta yang telah memiliki kebathinan


kuat, tubuh Tat-mo Cauwsu hanya bergoyang sedikit. Sedangkan
kedua kakinya tetap berdiri di tempatnya tanpa berobah
kedudukan kuda-kuda kedua kakinya.
Orang yang menyenggol Tat-mo Cauwsu itu adalah seorang
laki-laki berusia enampuluhan tahun, memelihara kumis yang
tebal dan panjang, masih berwarna hitam, meskipun usianya telah
mencapai enampuluhan tahun.
Tat-mo Cauwsu segera juga memutar tubuhnya, tangannya
menyambar ke punggung orang itu dengan disertai kata-kata,
“Tunggu dulu sahabat..........!”
Orang itu terkejut juga waktu dari arah punggungnya
menyambar angin serangan yang kuat sekali sehingga
punggungnya jadi sakit dan dingin.
Mengetahui cengkeraman tangan Tat-mo Cauwsu sangat
kuat, orang itu tidak berani berlaku ayal. Dia telah bergulingan ke
depan, bersalto yaitu berjumpalitan beberapa kali, meloloskan
diri dari serangan lawannya.
Waktu itu, Tat-mo Cauwsu juga terkejut. Tapi cengkeramnya
berhasil mencengkeram tubuh orang itu, tetapi tubuh orang
tersebut seperti licin bagaikan belut.
Hal itu menunjukkan bahwa orang itu memiliki semacam
ilmu weduk, ilmu kebal terhadap serangan senjata tajam. Dengan
sinar mata yang sangat tajam, Tat-mo Cauwsu telah mengawasi
orang itu.
Sedangkan laki-laki berusia enam puluh tahun itu telah
mengayunkan langkahnya ingin berlari meninggalkan tempat itu.
Tat-mo Cauwsu bergerak cepat sekali, dengan mengeluarkan
suara seruan,

Tat Mo Cauwsu 368


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tunggu dulu sahabat, mari kita bicara dulu secara baik-


baik.........!”
Sabar sekali seruan Tat-mo Cauwsu, tetapi justru sambil
berseru segera kedua tangannya telah bekerja. Dia
mempergunakan tangan kanannya untuk mencengkeram tulang
pipe di pundak lawannya, sedangkan tangannya yang kiri telah
meluncur akan menotok jalan darah Lu-hie-hiat lawannya.
Serangannya itu sangat cepat sekali, kalau sampai lawannya
terkena cengkeraman tangan kanan Tat-mo Cauwsu, berarti dia
akan cacad seumur hidupnya......... Atau jika memang totokan jari
tangan Tat-mo Cauwsu berhasil menotok tepat jalan darah Lu-
hie-hiatnya, maka separoh tubuhnya akan mati serta lumpuh........
Dan orang itu rupanya menyadari bahaya yang tengah
mengancamnya itu, maka dengan tidak berpikir panjang lagi dia
kembali bergulingan untuk menjauhi diri dari Tat-mo Cauwsu.
Tetapi belum dia sempat berdiri, Tat-mo Cauwsu tahu-tahu sudah
berada dihadapannya dan berdiri tegak sambil memperhatikannya
dengan sinar mata yang sangat tajam sekali.
Laki-laki berusia enampuluh tahun itu telah berdiri dengan
sikap.
“Mengapa......... mengapa kau menyerang aku? Apakah di
siang hari seperti ini engkau hendak merampok? Tidak takutkah
kau akan ancaman hukuman jika perbuatan ini kulaporkan kepada
Tie-kwan?”
“Ditegur begitu, Tat-mo Cauwsu tertawa tawar, kemudian
katanya,
“Baiklah, jika engkau ingin melaporkan kepada Tie-kwan,
silahkan! Tetapi sekarang ini, sebelum engkau menjelaskan apa
maksudmu menyenggol pundak Siauw-ceng dengan kerahkan
tenaga dalam, dan juga ingin merubuhkan Siauw-ceng dengan

Tat Mo Cauwsu 369


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kekuatan murnimu itu, jangan harap engkau bisa meloloskan diri


dari tanganku.”
Muka orang itu jadi berobah pucat, walaupun bagaimana
memang dia telah mendengar sebelumnya bahwa Tat-mo Cauwsu
memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Dia pun
menyadari bahwa pendeta dari India ini bukan lawan yang
empuk, tetapi kini dia telah berada di tangan si pendeta.
Jika tadi orang tersebut sengaja menyenggolkan bahunya
kepada pundak Tat-mo Cauwsu, karena dia bermaksud untuk
mencoba kekuatan si pendeta dari India, yang selama ini
namanya telah sangat terkenal.
Begitu dia membentur, tadipun dia telah merasakan kesakitan
pada bahunya, karena bahunya itu seperti juga menyenggol
sebatang besi yang keras sekali.
Dan kini, diapun tampaknya tidak bisa meloloskan diri dari
lawannya. Tat-mo Cauwsu melihat orang itu berdiam diri ragu-
ragu, maka pendeta ini telah bertanya dengan sabar,
“Hemmm, apakah engkau tidak ingin bicara secara jujur,
sehingga menghendaki aku mempergunakan kekerasan.........?”
Ditegur begitu, orang yang berusia enampuluhan tahun itu,
jadi gentar juga. Dia telah melihatnya, kepandaian Tat-mo
Cauwsu berada di atas kepandaiannya sendiri, jika memang Tat-
mo Cauwsu melancarkan serangan yang sungguh-sungguh
niscaya dia akan binasa.
“Aku.......... aku tadi tanpa sengaja telah menyenggol
bahumu,” kata orang tersebut berusaha mengalihkan persoalan.
“Dan maafkanlah, sungguh aku tidak sengaja menyenggol
pundakmu itu..........!”

Tat Mo Cauwsu 370


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mendengar perkataan orang tersebut, dan melihat wajahnya


yang licik, Tat-mo Cauwsu merangkapkan tangannya, kembali
dia berkata,
“Siancai! Siancai! Tampaknya memang engkau sulit diajak
bicara secara baik! Jika siecu (anda) tidak bersedia untuk bicara
dengan baik, maka Siauw-ceng akan mempergunakan
kekerasan.”
Dan setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu menggerakkan
tangan kirinya. Dia mempergunakan dua bagian dari tenaga
dalamnya.
Namun kesudahannya justru membuat orang berusia
enampuluhan tahun itu terhuyung mundur kejengkang di atas
tanah. Itulah membuktikan kepandaian Tat-mo Cauwsu memang
luar biasa sekali.
Bahkan lelaki berusia enampuluhan tahun itu bukan hanya
rubuh terjungkel saja, karena dia telah menjerit kesakitan. Lalu
dia merangkak berdiri, tetapi tubuhnya masih sempoyongan, dan
mukanya juga jadi pucat pias.
Tat-mo Cauwsu berkata lagi dengan suara yang tawar,
“Berikanlah kepada Siauw-ceng keterangan yang
sesungguhnya, setelah itu Siauw-ceng akan membiarkan Siecu
angkat kaki........”
Hati lelaki tua itu jadi tergoncang, dia berada dalam
keraguan.
“Siapa nama siecu?” tanya Tat-mo Cauwsu, waktu dia
melihat orang itu berdiam diri saja.
“Aku Bong dan bernama Lap Hin,” menyahuti orang
tersebut.

Tat Mo Cauwsu 371


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Siapa yang perintahkan kau untuk mencari urusan dengan


Siauw-ceng?” tanya Tat-mo Cauwsu lagi.
“Aku.......... aku tidak sengaja menyenggol bahu Taisu.........
Sungguh aku tidak sengaja..!” menyahuti orang she Bong itu
dengan suara berusaha meyakinkan bahwa senggolannya tadi
hanyalah merupakan senggolan tanpa disengaja.
“Hemm..........!” mendengus si pendeta dari India itu,
sikapnya tetap sabar. “Baiklah! Jika memang Siecu tetap bersikap
keras tidak ingin mengakui apa yang sesungguhnya, Siauw-ceng
juga tidak bisa memaksanya......... maka dari itu, pergilah!!”
Kemudian dengan perlahan Tat-mo Cauwsu mengebutkan
lengan jubahnya, tepat disaat itu juga tubuh orang she Bong
tersebut telah terpental keras sekali. Tubuh Bong Lap Hin
bergulingan di atas tanah, dia merasakan dadanya seperti melesak
dan ada beberapa tulang di tubuhnya bagaikan patah.
Tetapi dia bandel sekali, dia berusaha merangkak untuk
berdiri, karena ia mengetahui Tat-mo Cauwsu tidak mungkin
menarik perkataannya tadi, yaitu membebaskan dia. Secepatnya
Bong Lap Hin bermaksud melarikan diri.
Disaat orang itu ingin berlalu, Tat-mo Cauwsu telah berkata,
“Ingatlah baik-baik olehmu, jalan darah Tu-liang-hiat dan
Tat-cie-hiatmu telah kuserang hancur! Jika dalam tiga hari
engkau tidak memperoleh obat yang tepat, maka jiwamu
terancam kematian, atau juga akan bercacad seumur hidup........!”
Sabar sudah Tat-mo Cauwsu, seperti juga urusan yang
menyangkut masalah jiwa dipandang ringan.
Muka Bong Lap Hin jadi berobah seketika itu juga, menjadi
pucat pias.

Tat Mo Cauwsu 372


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apa......... apa yang Taisu bilang?” tanyanya dengan suara


terkejut dan tubuh gemetar.
“Coba kau tarik napas dalam-dalam, salurkan lwekangmu ke
jalan darah Tan-tian-hiat, nanti engkau akan mengetahuinya apa
yang telah terjadi di tubuhmu........!”
Bong Lap Hin menuruti petunjuk yang diberikan oleh Tat-
mo Cauwsu. Dia menghirup udara dalam-dalam, kemudian
menyalurkannya ke jalan darah Tan-tian-hiat. Seketika itu juga
dia merasakan betapa jalan darah Tu-liang-hiat dan Tat-cie-
hiatnya itu gatal-gatal bercampur sedikit perasaan sakit!
Muka Bong Lap Hin jadi pucat seperti kapur tembok. Tahu-
tahu ia telah menekuk kedua kakinya berlutut dihadapan Tat-mo
Cauwsu sambil menangis.
“Taisu......... ampunilah jiwaku........ memang aku bermaksud
buruk kepada Taisu, tetapi semua itu diperintahkan oleh
seseorang, aku hanya menerima upah saja.........!” sesambatan
Bong Lap Hin.
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar, dia telah berkata,
“Bagus! Bagus! Engkau rupanya masih sayang pada jiwamu,
siecu! Aku akan memberikan obat yang bisa menyembuhkan luka
di dalam tubuhmu itu.
“Tetapi engkau harus menjelaskan dulu apa sesungguhnya
yang menyebabkan engkau mau menerima permintaan seseorang
untuk mencari urusan dengan Siauw-ceng?”
Tampak Bong Lap Hin ragu-ragu, tetapi kemudian dia
berkata juga, “Sebetulnya....... sebetulnya orang yang
memerintahkan aku untuk mencelakai Taisu adalah........ adalah
Tan.......... Akhhh!”

Tat Mo Cauwsu 373


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Baru saja Bong Lap Hin berkata sampai perkataan 'adalah


Tan.........', dia sudah mengeluarkan suara jeritan yang sangat
nyaring sekali. Karena di punggungnya telah menancap sebatang
pisau yang menembusi jantungnya. Tubuhnya seketika
berkelejatan sebentar, lalu diam. Bong Lap Hin telah putus
napasnya dengan sepasang mata yang mendelik lebar.
Tat-mo Cauwsu juga jadi terkejut, dia cepat-cepat
membungkuk untuk memeriksa keadaan Bong Lap Hin. Dia
melihat orang she Bong itu telah putus napasnya, maka dia
menghela napas dalam-dalam.
Senjata rahasia itu berbentuk sebilah pedang pendek, yang
diberi racun, karena dari luka itu mengalir keluar darah kental
yang kehitam-hitaman......... Mungkin racun yang dipergunakan
merupakan racun yang dapat bekerja cepat, disamping itu
mengenai sasaran yang tepat, yaitu jurusan jantung, maka telah
membuat Bong Lap Hin seketika menghembuskan napasnya
tanpa bisa ditolong lagi.
Sambil menghela napas, Tat-mo Cauwsu telah berdiri, dia
mengawasi ke arah sekelilingnya, tetapi tidak ada seorangpun di
sekitar tempat itu. Tadi Tat-mo Cauwsu sempat melihat
menyambarnya pedang itu dari arah belakang sebatang pohon
yang sangat besar.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak keburu untuk menolong orang
she Bong itu dari kematiannya.
Tat-mo Cauwsu juga sempat melihat sesosok bayangan yang
melompat berlari dari balik batang pohon itu. Tetapi Tat-mo
Cauwsu tidak ingin mengejarnya, sebab dia ingin menolongi
terlebih dulu korban serangan gelap itu, yaitu Bong Lap Hin.
Setelah menghela napas sekali lagi, Tat-mo Cauwsu lalu
menggali tanah, dia mengubur jenasah Bong Lap Hin.

Tat Mo Cauwsu 374


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bong Siecu, kasihan engkau menjadi korban dari keganasan


seseorang........ tenanglah engkau di duniamu yang baru.........!”
Kemudian Tat-mo Cauwsu telah membacakan beberapa
manteranya. Dengan langkah yang perlahan-lahan Tat-mo
Cauwsu telah melanjutkan perjalanannya lagi.
Dia mengetahui dari Bong Lap Hin, bahwa orang yang
memusuhinya itu adalah orang she Tan. Siapakah orang she Tan
itu? Apa maksudnya memusuhi dirinya? Bermacam-macam
pertanyaan timbul dibenak Tat-mo Cauwsu.
Saat itu hari sudah mendekati sore, dan udara mulai dingin
serta langit pun mulai gelap, dimana di ufuk barat sisa cahaya
matahari itu tampaknya memerah indah sekali.
“Akh, manusia di dunia ini selalu harus terlibat dalam suatu
pergolakan untuk kelanjutan hidupnya! Seperti aku yang telah
mensucikan diri, akhirnya harus melibatkan diri pula dalam
kancah-kancah yang terjadi di daratan Tiong-goan!
“Tetapi tugas mulia seperti ini walaupun harus menghadapi
peristiwa yang paling mengerikan sekalipun, harus dihadapinya
dengan tabah…….! Siancai! Siancai!” Setelah berkata begitu Tat-
mo Cauwsu memuji kebesaran Sang Buddha, dia juga menghela
napas beberapa kali.
Gunal Shing atau yang dikenal oleh jago di daratan Tiong-
goan dengan nama Tat-mo Cauwsu telah melanjutkan
perjalanannya. Tekadnya untuk mencari Koko Timo semakin
besar saja.
Dia berusaha untuk membekuk Koko Timo, dan
membinasakannya. Jika memang iblis itu sama sekali tidak mau
juga tersadar dari perbuatannya yang sesat.

Tat Mo Cauwsu 375


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah melakukan perjalanan beberapa lie lagi, maka Tat-


mo Cauwsu telah sampai di kampung Liu-in-cung, sebagai
perkampungan yang tidak begitu besar.
Tat-mo Cauwsu mencari rumah penginapan di kampung itu.
Dan dia memperoleh kenyataan bahwa di rumah penginapan di
kampung tersebut hanya satu, lagi pula keadaannya tidak bersih
dan jorok sekali.
Pengunjung rumah penginapan inipun sedikit sekali. Saat itu
yang menginap di rumah penginapan tersebut hanya satu orang,
masih terdapat tujuh kamar kosong.
Tat-mo Cauwsu memperoleh kamar yang paling ujung, yang
letaknya di belakang rumah penginapan itu.
Karena agak letih melakukan perjalanan setengah harian,
Tat-mo Cauwsu telah menaruh pauw-hok (buntalan)nya di meja.
Lalu dia meminta kepada pelayan untuk mempersiapkan air
mencuci muka.
Setelah selesai bersalin, Tat-mo Cauwsu keluar dari
kamarnya, dia menghampiri ruangan untuk makan dan memesan
beberapa macam sayur tanpa daging.
Dengan segera pesanan Tat-mo Cauwsu telah dipersiapkan
dan pendeta ini meminta tambahan nasi. Waktu itu dikala pelayan
tengah menyediakan semangkok nasi pula, mata Tat-mo Cauwsu
yang tajam dan jeli telah melihat seseorang melangkah masuk ke
dalam rumah penginapan yang merangkap sebagai rumah makan
juga.
Namun waktu orang itu baru saja melangkahkan kakinya di
ambang pintu, dia telah melihat Tat-mo Cauwsu. Tampaknya
orang tersebut jadi terkejut dan mukanya juga berobah pucat,
cepat-cepat dia memutar tubuhnya untuk berlalu batal memasuki
rumah makan tersebut.

Tat Mo Cauwsu 376


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dialah seorang pemuda yang mungkin baru berusia duapuluh


lima tahun. Walaupun Tat-mo Cauwsu mengetahui bahwa
pemuda itu mengandung maksud tidak baik terhadapnya, tetapi
pendeta ini tidak mengejarnya, dia meneruskan santapannya.
Setelah membayar harga makanan itu Tat-mo Cauwsu
kembali ke kamarnya.
“Hemm, sikap pemuda tadi sangat mencurigakan sekali.........
Kukira malam ini akan terjadi sesuatu.........!” pikir Tat-mo
Cauwsu.
Pendeta dari India tersebut telah naik ke pembaringannya,
dia duduk bersemadhi. Pendeta inipun kemudian membaca Liam-
keng, yaitu ayat-ayat suci ajaran Sang Buddha.
Menjelang sampai kentongan kedua di tengah malam, Tat-
mo Cauwsu masih juga duduk bersemadhi, seperti tengah
menantikan sesuatu. Karena lwekangnya telah tinggi dan
mencapai taraf yang sempurna, pendeta ini dapat tidak tidur, dan
hanya bersemadhi beberapa jam sudah bisa memulihkan
kesehatan tubuhnya.
Tiba-tiba pendengaran Tat-mo Cauwsu yang sangat tajam
telah mendengar suara sesuatu di atas genting. Suara yang sangat
ringan sekali, bagaikan jatuhnya sehelai daun kering di atas
genting. Tentu saja, suara itu menunjukkan ada 'tamu' malam
yang berkunjung.
“Gin-kangnya cukup baik, walaupun dia masih
memperdengarkan suara yang sangat perlahan itu pada langkah
kakinya. Namun hal itu telah membuktikan bahwa tamu ini bukan
lawan yang ringan.”
Sambil berpikir begitu, Tat-mo Cauwsu tetap duduk
bersemedhi tidak bergerak dari tempat duduknya. Dia berdiam
diri saja, hanya telinga yang dipasang benar-benar.

Tat Mo Cauwsu 377


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tidak lama kemudian, terdengar kembali suara kaki yang


perlahan di atas genting.
“Ssttt.........!” terdengar suara yang perlahan, rupanya orang
yang pertama telah memberi isyarat kepada kawannya yang baru
datang, agar tidak menimbulkan suara berisik.
Beruntun-runtun telah terdengar tiga kali lagi suara langkah
kaki hinggap di atas genting.
“Mereka berjumlah lima orang.........” pikir Tat-mo Cauwsu
setelah sekian lama tidak mendengar suara langkah kaki lainnya.
“Apa maksud mereka dan siapa mereka?”
Walaupun hatinya bertanya-tanya, tetapi Tat-mo Cauwsu
tetap meneruskan semadhinya.
Waktu itu terdengar salah seorang di antara ke lima 'tamu'
yang tidak diundang itu telah berkata dengan suara yang perlahan
sekali, hampir tidak terdengar,
“Dia sedang bersemadhi......... Toako, apakah kita terjang
saja ke dalam? Atau kita memancing dia keluar dari kamarnya?”
“Biarlah, kita lihat dulu, bagaimana akan dilakukannya!
Sesungguhnya, melihat keadaan seperti ini, kepandaian pendeta
India ini kurang begitu baik dan tidak setinggi apa yang
dibicarakan oleh orang-orang rimba persilatan........ Buktinya saja
kedatangan kita berlima tidak diketahui olehnya..........”
“Siapakah tuan-tuan yang malam gelap pekat ini datang
berkunjung untuk menjengukku?” tanya Tat-mo Cauwsu tiba-tiba
dengan suara yang tawar dan sabar. “Silahkan kalian masuk dari
pintu saja. Siauw-ceng akan menerima dan menyambut kalian
dengan hati yang senang..........”
Kelima orang yang berada di atas genting itu jadi terkejut,
mereka sejenak tertegun. Semula mereka menduga Tat-mo

Tat Mo Cauwsu 378


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Caswsu tidak mengetahui kedatangan mereka, tetapi justru


mereka baru tahu, bahwa Tat-mo Cauwsu telah mengetahui
kehadiran mereka.
Setelah berhasil menenangkan goncangan hatinya, orang
yang dipanggil Toako itu, telah berkata dengan suara yang
mengejek,
“Pendeta busuk, keluarlah untuk menerima hukumanmu!”
Suara itu keras sekali, terdengarnya sangat lantang.
Tetapi Tat-mo Cauwsu menghadapinya dengan tenang
sekali, dia menyahuti dengan suara yang sabar,
“Kalian berlima datang berkunjung untuk bertemu dengan
Siauw-ceng, mengapa harus Siauw-ceng yang keluar menemui
kalian?”
Kembali kelima orang yang berada di atas genting jadi
terkejut, disamping itu mereka juga kagum sekali atas ketajaman
pendengaran pendeta itu. Karena tanpa melihat, Tat-mo Cauwsu
telah berhasil menyebutkan jumlah ''tamu” tidak diundang itu.
“Tat-mo Cauwsu, kami Ngo-liong-tang-hay datang untuk
mengadakan suatu perhitungan..........!” seru si Toako dengan
nada yang meninggi menunjukkan kegusarannya. “Keluarlah,
mari kita bicara di luar.........”
Dan selesai berkata, terdengar kelima orang 'tamu' tidak
diundang itu telah melompat turun saling susul.
Tat-mo Cauwsu juga telah turun dari pembaringannya.
Dengan sikap yang tenang sekali, dia melangkah ke pintu,
membukanya dengan sabar. Sama sekali pendeta ini tidak
memperlihatkan perasaan jeri atau takut.
Begitu Tat-mo Cauwsu membuka pintu kamarnya dan
melangkah ke belakang rumah penginapan itu, dilihatnya di

Tat Mo Cauwsu 379


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

pekarangan rumah penginapan itu telah berdiri lima orang yang


bentuk tubuhnya tidak rata. Ada yang pendek ada yang jangkung
dan juga ada yang sedangan tubuhnya.
Kelima orang itu yang menyatakan gelaran mereka sebagai
Ngo-liong-tang-hay, atau Lima Naga dari lautan Tang-hay, telah
memandang Tat-mo Cauwsu dengan muka yang mengerikan dan
wajah yang bengis. Hampir berbareng mereka pun berkata,
“Mari kita memperhitungkan sakit hati dari Liok-te (adik
keenam) kami yang telah binasa di tanganmu…….!”
Setelah berkata begitu kelima orang tersebut, yaitu Ngo-
liong-tang-hay telah melompat lincah sekali, mengurung Tat-mo
Cauwsu di tengah-tengah. Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak gentar
sedikitpun juga, dia telah memandang satu persatu wajah ke lima
Naga lautan Tang Hay itu. Tanyanya kemudian dengan sabar,
“Apa maksud kalian yang sebenarnya? Liok-te kalian yang
bernama Wu Sung Cie memang mati wajar. Dia sangat jahat dan
melakukan banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak terpuji!
“Sebagai penjahat apa perlunya disayangkan kematiannya?
Bukankah diapun telah berusaha mempergunakan kepandaiannya
sebelum binasa di tangan Siauw-ceng?
“Siauw-ceng pun bukan membunuhnya dengan
mempergunakan akal licik atau tipu serangan menggelap? Maka
Siauw-ceng anggap, tidak perlu kalian mengusut dan mengurusi
persoalan itu pula, karena tidak ada artinya!
“Sekarang kalian ingin memanjangkan urusan. Siauw-ceng
memang tidak kuatir kepada kalian. Tidak mungkin kalian bisa
memenangkan Siauw-ceng dan juga tidak mungkin kalian bisa
membinasakan diri Siauw-ceng, karena kepandaian kalian belum
cukup sempurna!

Tat Mo Cauwsu 380


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Lebih baik kalian hidup mengasingkan diri untuk melatih


ilmu silatmu, agar lebih sempurna, dan hidup secara baik-baik
sebagaimana layaknya..........!”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu tampaknya ke lima
tamu tidak diundang itu jadi marah bukan main. Mereka berseru
dengan suara yang hampir bersamaan.
“Engkau tidak perlu menasehatiku!” kata si Toako dengan
suara yang nyaring, menindih suara kawan-kawannya yang lain,
dan dia juga telah mengawasi Tat-mo Cauwsu dengan sorot mata
yang sangat tajam sekali.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah berkata lagi,
“Siancai! Siancai! Siauw-ceng hanya ingin menyadarkan
kalian, memberikan bimbingan atas belas kasih dan sayang Sang
Buddha.
“Maka jika kalian memang tidak mengacuhkan mengapa
pula Siauw-ceng harus terlalu bersikeras memaksa kalian agar
hidup layak? Bukankah itupun tidak pantas, setiap manusia tentu
berhak dan bisa menentukan hidupnya sendiri.”
Muka si Toako lelaki yang memelihara jenggot brewokan
itu, berobah merah padam. Dialah seorang laki-laki berusia di
antara limapuluh tahun, usianya itu lebih muda dan keadaan
wajahnya yang tampak menyeramkan. Dilihat dari keadaan
tubuhnya, mungkin dia seorang ahli Gwa-khe (tenaga luar).
Dengan sikap yang berang mengandung kemarahan, tampak
si Toako itu telah berkata,
“Sekarang yang terpenting kita tidak perlu banyak bicara,
kita harus mengadakan perhitungan dulu........!” Lalu si Toako
mengebutkan lengan baju kanannya untuk memberi isyarat
kepada kawan-kawannya.

Tat Mo Cauwsu 381


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan gerakan isyarat itu telah diikuti oleh kawan-kawannya


yang melompat mengurung Tat-mo Cauwsu lebih dekat. Mereka
juga telah mencabut senjatanya masing-masing, yaitu sebatang
pedang. Dengan bersenjata pedang mereka memang bukan lawan
yang ringan.
Si Toako yang telah mencabut pedangnya, dengan
mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia melancarkan
tikaman pembukaan kepada Tat-mo Cauwsu. Tetapi pendeta dari
India ini berdiri tenang di tempatnya, sama sekali dia tidak
berusaha mengelakkan diri dari serangan lawannya itu.
“Hati-hati siecu, Siauw-ceng Gunal Shing sesungguhnya
tidak ingin memiliki musuh, karena Siauw-ceng menghendaki
persahabatan dan persaudaraan.....” Sabar suara si pendeta.
Dan waktu itu serangan si Toako telah sampai dekat sekali di
dada pendeta itu. Dalam keadaan seperti ini, dengan gerakan
yang sulit diikuti oleh pandangan mata, tampak Tat-mo Cauwsu
menggeser kaki kirinya.
Dia telah merobah kedudukan tubuhnya sambil mengangkat
tangan kanannya. Dia telah berhasil mengelakkan diri dari
serangan mata pedang lawannya, yang menyambar lewat di sisi
ketiak tangannya.
Dan disaat itu dengan cepat Tat-mo Cauwsu telah
menurunkan tangannya, menjepit pedang itu dengan
mempergunakan ketiaknya.
Si Toako jadi terkejut sekali, mukanya juga berubah menjadi
merah padam. Dia telah berkata dengan suara marah,
“Cepat lepaskan pedangku. Kau bersikap jantan sedikit,
jangan hanya bisa main bicara dan menjepit ini!”

Tat Mo Cauwsu 382


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Itulah ejekan untuk Tat-mo Cauwsu, tetapi pendeta dari India


ini justru sangat sabar dan tenang, dia hanya berkata,
“Kau teriaklah sendiri........!”
Dan belum lagi kata-katanya itu habis diucapkan tiba-tiba ke
empat kawannya si Toako telah menerjang maju melancarkan
serangan kepada Tat-mo Cauwsu dengan berbagai gerakan. ada
yang menikam ada pula yang menebas.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mereka merupakan
yang bisa mematikan. Karena justru mereka mengincer bagian-
bagian yang sangat berbahaya di tubuh si pendeta India.
Tat-mo Cauwsu telah memperdengarkan suara tertawa yang
perlahan dan sabar, katanya,
“Kalian benar-benar terlalu mendesak Siauw-ceng!” Dan
sambil berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah melompat ke atas,
berjumpalitan melewati atas kepala lawan-lawannya.
Pedang si Toako jadi terlepas.
“Serang terus, kita harus membinasakannya, jangan biarkan
dia bisa meloloskan diri........!” kata si Toako dengan suara yang
sangat keras.
Mereka berlima, Ngo-liong-tang-hay merupakan tokoh-tokoh
persilatan yang menjagoi selama puluhan tahun di sekitar lautan
Tang Hay. Mereka lebih mirip hidup sebagai bajak laut.
Dulu mereka terkenal sebagai Liok-liong-tang-hay. Tetapi
beberapa tahun yang lalu adik angkat mereka yang keenam, yaitu
Wu Sung Cie telah binasa di tangan Tat-mo Cauwsu, maka
seterusnya mereka memakai gelaran sebagai Ngo-liong-tang-hay.
Si Toako bernama Lim Cung Liang. Ji-te (adik kedua) dari
Ngo-liong-tang-hay itu bernama Tang Pao Liang, Samte (adik

Tat Mo Cauwsu 383


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

ketiga) bernama Yu Hui An. Sie-te (adik keempat) kelompok


Ngo-liong-tang-hay ini bernama Ho Sui In, dan Ngo-te (adik
kelima) dari Ngo-liong-tang-hay bernama Bun Tai Lui.
Tentu saja mereka berlima memang memiliki kepandaian
yang cukup tinggi. Sebab selama puluhan tahun mereka malang
melintang di lautan Tang-hay, tidak pernah menemui tandingan.
Tetapi justru satu kali, disaat adik keenam dari Ngo-liong-
tang-hay, yang bernama Wu Sung Cie itu tengah melakukan
suatu kejahatan. Dia kepergok oleh Tat-mo Cauwsu yang telah
memberi ganjaran cukup keras.
Tapi Wu Sung Cie terlalu keras kepala. Dia pantang
menyerah dan telah mengadakan perlawanan kepada pendeta
India itu dengan tidak memikirkan keselamatan dirinya.
Maka dari itu tidak mengherankan dalam waktu yang singkat
hanya empat jurus saja. Tat-mo Cauwsu kesalahan tangan telah
memukulnya tepat di kepala, sehingga kepalanya itu pecah dan
remuk…….
Saat itu Tang Pao Liang bersama-sama dengan keempat
saudara angkatnya telah melompat dan menggerakkan pedang
mereka masing-masing untuk melakukan tikaman dari berbagai
jurusan ke arah tubuh pendeta dari India itu.
Tat-mo Cauwsu tercekat juga hatinya, karena dia melihat
kepandaian ke lima orang lawannya ini jauh lebih liehay
dibandingkan dengan Wu Sung Cie. Terlebih lagi sekarang Ngo-
liong-tang-hay itu berlima, maka setiap serangannya jauh lebih
hebat dibandingkan dengan kepandaian Wu Sung Cie.
Yang membuat Tat-mo Cauwsu berlaku lebih hati-hati lagi,
karena dia melihat kekompakan ke lima orang Ngo-liong-tang-
hay itu, yang dapat bekerja sama dengan baik. Jika yang seorang

Tat Mo Cauwsu 384


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tengah terdesak oleh Tat-mo Cauwsu, maka ke empat orang yang


lainnya melancarkan serangan serentak.
Tentu saja keadaan demikian membuat Tat-mo Cauwsu
harus mengeluarkan kepandaiannya juga. Jika semula dia
meremehkan ke lima Ngo-liong-tang-hay, mengingat Wu Sung
Cie dapat dirubuhkannya dengan mudah, sekarang justru tampak
Tat-mo Cauwsu telah mengeluarkan ilmu Cap-sah Lo-han-kun
(Delapan belas arhad).
Tubuhnya bergerak-gerak dengan tindakan kaki yang
mantap. Setiap lengan jubahnya dikebutkan juga membawa
samberan angin yang menderu-deru keras sekali.
Lawan-lawan Tat-mo Cauwsu jadi sangat terkejut waktu
melihat bahwa Tat-mo Cauwsu bukan saja dapat menghindarkan
diri dari serangan serentak mereka, juga telah berhasil balas
menyerang dengan dahsyat luar biasa.
Tetapi Lim Cung Liang, si Toako, telah mengeluarkan suara
bentakan keras, dan merobah cara bertempurnya. Jika tadi dia
melancarkan serangan dengan pedangnya yang menikam, maka
kini dia menyerang dengan pedang yang diputar bergulung-
gulung bagaikan pelangi berkilauan.
Sedangkan Tang Pao Liang, si Jie-te, telah menggerakkan
pedangnya dengan cepat sekali. Dia memusatkan seluruh
kekuatan tenaga lwekang ke telapak tangannya, lalu disalurkan ke
pedangnya!
Serangan dari kedua Ngo-liong-tang-hay ini memang
mempengaruhi gerakan Tat-mo Cauwsu, karena pendeta itu harus
berulang kali berkelit ke kiri dan ke kanan, mengelakkan diri dari
lingkaran sepasang pedang itu.
Serangan Yu Hui An, si Sam-te, dan Ho Sui In, si Sie-te,
telah melancarkan serangan juga dengan cara yang melingkar-

Tat Mo Cauwsu 385


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

lingkar seperti itu. Hanya adik kelima dari Ngo-liong-tang-hay,


yaitu Bun Tai Lui, yang tidak memutar melingkar pedangnya, dia
hanya menikam.
Tetapi walaupun hanya menikam, justru tenaga pokok dalam
kelompok Ngo-liong-tang-hay dengan ilmu pedang melingkar-
lingkar itu berada di tangan si adik yang kelima ini. Karena Bun
Tai Lui memegang peranan terpenting.
Ke empat saudaranya hanya mengaburkan perhatian dan
pandangan mata dari lawan, sedangkan Bun Tai Lui yang
melancarkan tikaman-tikaman di tempat-tempat yang lowong.
Tat-mo Cauwsu berseru,
“Siancai! Siancai!” dia kagum sekali kepada kepandaian ke
lima orang ini, yang tentu tidak mudah dilatih dalam waktu yang
singkat, sebab kekompakan mereka tampak jelas sekali.
“Sayang sekali kepandaian yang demikian tinggi
dipergunakan oleh manusia-manusia jahat seperti mereka..........
Jika bisa dimiliki oleh orang yang berbudi luhur dan memiliki
tanggung jawab, tentu kepandaian ini besar artinya.......... untuk
keadilan dalam memberantas kebathilan..........!”
Karena berpikir begitu, dan juga ke lima orang lawannya
telah mengepung dirinya rapat, Tat-mo Cauwsu juga tidak bisa
terlalu lama berpikir. Dengan cepat, dari gerakan Cap-sah Lo-
han-kun, dia telah merobah kedua tangannya yang digetarkan
seperti pendeta ini tengah bersujud dihadapan Sang Buddha.
Hanya saja kedua tangannya itu yang telapak tangannya
dirangkapkan, telah bergetar keras sekali.
Melihat cara Tat-mo Cauwsu yang agak luar biasa ini, ke
lima orang lawannya telah tertegun sejenak. Dan mereka
mengawasi apa yang akan dilakukan olah Tat-mo Cauwsu,

Tat Mo Cauwsu 386


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

karena mereka masih menduga-duga entah ilmu apa yang ingin


dipergunakan oleh Tat-mo Cauwsu.
Tetapi Tat-mo tidak memperdulikan sikap ke lima orang
lawannya itu. Dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring
sekali, tahu-tahu sepasang tangannya telah ditentangkan dan
dibulatkan.
Begitu tangan Tat-mo Cauwsu dikebutkan. Dari telapak
tangannya menyambar angin yang dahsyat sekali sekaligus
kepada ke lima lawannya, kekuatan tenaga serangan dari Tat-mo
Cauwsu itu seperti juga runtuhnya gunung.
Tentu saja ke lima orang Ngo-liong-tang-hay jadi kaget
bukan main. Mereka mengerahkan tenaga lwekang mereka untuk
menangkis dengan pedang masing-masing.
Tetapi tenaga serangan yang menyambar itu terlalu dahsyat.
Tanpa bisa mereka kuasai lagi, tubuh mereka telah terpelanting
keras bergulingan di atas tanah!
Waktu ke lima Ngo-liong-tang-hay itu berusaha merangkak
untuk berdiri, mereka masing-masing telah memuntahkan darah
segar. Ada yang dua kali, ada yang tiga kali memuntahkan cairan
merah yang mengerikan.
“Omitohud!” memuji Tat-mo Cauwsu dengan suara yang
perlahan, seperti mengandung penyesalan. “Terpaksa Siauw-ceng
menggunakan tangan keras kepada kalian, karena tampaknya
kalian sulit disadarkan dengan kata-kata sang Budha saja.........”
Muka kelima orang jago Ngo-liong-tang-hay itu merah
padam, tampaknya mereka sangat gusar sekali.
Tat-mo Cauwsu telah berkata lagi,
“Pergilah........ kali ini Siauw-ceng hanya mempergunakan
lima bagian dari tenaga mujijat api Yang-kang (yang kemudian

Tat Mo Cauwsu 387


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

setelah didirikan kuil Siauw-lim-sie oleh Tat-mo Cauwsu, jurus


Yang-kang itu diberi nama Kiu-yang-cin-kheng........).
“Tetapi jika memang kelak kalian bertemu dengan Siauw-
ceng dan masih juga belum sadar akan kejahatan-kejahatan yang
diperbuat oleh kalian, hemmm, hemm, Siancai! Disaat itu Siauw-
ceng tidak bisa bertangan ringan lagi, tentu kalian akan
dibereskan, untuk menghindarkan umum dari malapetaka tangan
jahatmu.”
Dan setelah berkata begitu Tat-mo Cauwsu telah memutar
tubuhnya. Dengan langkah kaki yang tenang tampak pendeta dari
India tersebut telah melompati dinding dan kembali ke kamarnya,
merebahkan diri dan tidur nyenyak.
Ngo-liong-tang-hay melihat kenyataan ilmu yang dimiliki
Tat-mo Cauwsu. Baru sekarang mengakui bahwa pendeta dari
India itu sangat liehay dan sulit sekali untuk menandingi
kepandaian pendeta India itu.
Sedangkan Tat-mo Cauwsu tadi hanya mempergunakan lima
bagian dari tenaga Yang-kangnya. Coba jika pendeta itu berhati
kejam, dan melancarkan serangan dengan delapan bagian tenaga
Yang-kangnya itu, niscaya akan menyebabkan tubuh Ngo-liong-
tang-hay akan tergempur hancur berkeping-keping.
Dengan tubuh lesu, Ngo-liong-tang-hay telah meninggalkan
pekarangan rumah penginapan itu. Karena mereka menyadari,
sampai nantipun walaupun mereka melatih diri sekuat mungkin,
tidak bisa mereka mengharapkan kemenangan untuk
menundukkan pendeta India itu.
Kepandaian yang dimiliki Tat-mo Cauwsu memang
merupakan kepandaian mujijat yang jarang sekali dimiliki jago-
jago lainnya di daratan Tiong-goan.

Tat Mo Cauwsu 388


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keesokan paginya Tat-mo Cauwsu terbangun dari tidurnya


dengan tubuh yang segar. Pendeta itu telah bersembahyang
membaca Liam-keng beberapa saat lamanya, kemudian baru
keluar dari kamarnya untuk perintahkan pelayan mempersiapkan
santapan paginya dengan sayur-sayuran saja tanpa daging.
Selesai bersantap, Tat-mo Cauwsu keluar dari rumah
penginapan itu. Dia memandang sekitar tempat tersebut, cukup
ramai orang yang berlalu lalang.
Memang Tat-mo Cauwsu bermaksud untuk bermalam dua
atau tiga malam di rumah penginapan ini, untuk melihat-lihat
keadaan di sekitar tempat tersebut. Sesungguhnya, Tat-mo
Cauwsu datang ke daratan Tiong-goan untuk menyebar luaskan
agama Buddha.
Dan dengan demikian, selama berkelana di daratan Tiong-
goan, pendeta dari India ini pun telah melihat lihat daerah mana
yang baik untuk mendirikan kuil, guna dijadikan pusat
penyebaran agama Buddhanya.
Sebegitu jauh Tat-mo Cauwsu masih juga belum menemui
tempat yang cocok dengan apa yang diharapkannya. Setelah
memandang sekitar tempat itu beberapa saat lamanya, Tat-mo
Cauwsu telah melangkah perlahan-lahan, dia berjalan sambil
menikmati keindahan di kampung itu.
Walaupun saat itu dia berada di sebuah kampung tidak begitu
besar, namun Tat-mo Cauwsu melihat keindahan alam yang
sejati, kehidupan dan para penduduk kampung yang tampaknya
rukun dan ramah. Dia mengakuinya, penghidupan di kampung
dengan di kota memang berbeda sekali.
Manusia-manusia yang berada di kota-kota besar umumnya
memiliki penghidupan yang agak berada dengan penghidupan di
kampung-kampung kecil.

Tat Mo Cauwsu 389


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dimana-mana manusia yang kebetulan hidup di kota


terutama sekali di kota besar maka mereka menjadi seorang yang
terlalu masa bodoh terhadap sekitarnya. Dan juga selalu dikejar-
kejar oleh kebutuhan untuk memuasi lahiriah mereka belaka,
dimana uang dan kekayaan memegang peranan, dengan cara apa
saja mereka mengejar kekayaan, dan merekapun menghalalkan
yang diharamkan.
Tetapi bagi penduduk di kampung-kampung, terutama sekali
di kampung yang kecil dan berpenduduk sedikit sekali,
kehidupan dan penghidupan manusia-manusia di kampung lebih
tenteram, lebih tenang dan rukun. Karena mereka umumnya
memang lebih bisa menyelami perasaan di antara sesamanya.
Pengejaran untuk kekayaan pun hampir sama sekali tidak
ada. Karena umumnya mereka telah puas dengan yang
diperolehnya, yang telah diperiksa oleh Thian, maka dari itu
mereka tidak diperbudak oleh berbagai cara untuk mengejar harta
dan kekayaan.
Tat-mo Cauwsu menghela napas waktu berpikir sampai
disitu. Betapapun memang pendeta ini selama berkelana di
daratan Tiong-goan, dia telah melihatnya perbedaan yang
menyolok seperti itu.
Waktu Tat-mo Cauwsu sedang menyusuri sebuah lorong
kecil, yang jarang sekali rumah penduduknya hanya ada satu-satu
dan jaraknya pun terpisah cukup jauh, mata pendeta ini telah
melihat sesuatu yang agak aneh.
Dia melihat di sebuah batu gunung yang ada di sisi sebatang
pohon, tampak ada guratan-guratan yang bentuknya seperti
lukisan kepala tengkorak.
Setelah berada dekat, Tat-mo Cauwsu memperhatikan
dengan cermat, hatinya terkejut juga. Karena justru lukisan

Tat Mo Cauwsu 390


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepala tengkorak itu di batu merupakan ukiran yang sangat dalam


dan besar-besar.
Tat-mo Cauwsu mengulurkan jari telunjuknya, tepat sekali
ukiran itu menurut ukiran dari telunjuknya. Waktu Tat-mo
Cauwsu menggerakkan jari telunjuknya mengikuti jalur ukiran
dibatu itu, dia segera mengetahuinya bahwa ukiran tersebut tentu
telah dibuat oleh ukiran jari tangan.
Yang mengejutkan Tat-mo Cauwsu bukanlah ukiran kepala
tengkorak di batu itu, karena diapun memang bisa saja melakukan
hal itu. Tetapi justru yang mengejutkannya adalah di kampung
sekecil ini bisa terdapat seorang tokoh persilatan yang memiliki
keahlian lwekang begitu sempurna?
Dan siapakah jago luar biasa itu? Lagi pula untuk apa dia
meninggalkan ukiran kepala tengkorak di batu tersebut? Apa
yang hendak dilakukannya?
“Omitohud.........!” memuji Tat-mo Cauwsu kepada
kebesaran Sang Buddha. Dia telah merangkapkan tangannya di
depan dadanya, untuk menenangkan hatinya, karena melihat
lukisan berbentuk kepala tengkorak manusia, maka tentunya
orang yang mengukir batu tersebut merupakan seorang yang
cukup kejam hatinya.
Diwaktu Tat-mo Cauwsu tengah memuji akan kebesaran
Sang Buddha, disaat itulah terdengar suara seruling yang ditiup
perlahan sekali, mengalun lembut luar biasa. Suaranya halus dan
syair dari suara seruling itu diambil dari sajak yang sangat
terkenal dari pujangga Ban Tiong Gie yang berjudul “Sin-sin-po-
ling”.
Dengan demikian, si peniup seruling itu tentunya seorang
yang sangat terpelajar sekali. Jarang orang bisa membawakan

Tat Mo Cauwsu 391


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sajak Sin-sin-po-ling karena sajak itu mengandung banyak sekali


kata-kata sulit dari persediaan, 'Seribu Kata Bahasa Tiong-goan'.
Maka jika ada sesorang yang sanggup membawakan sajak itu
dari awal sampai akhir tanpa salah sehuruf pun, orang itu tentu
merupakan seorang yang sangat terpelajar sekali. Waktu itu Tat-
mo Cauwsu telah memandang ke arah datangnya suara seruling
itu.
Terpisah kurang lebih belasan tombak, tampak mendatangi
perlahan-lahan seorang lelaki bertubuh agak gemuk. Dia
memakai baju panjang berwarna kuning, dengan kopiah
pelajarnya yang berwarna merah sangat menyala dan agung
sekali sikapnya.
Usianya mungkin baru empatpuluh tahun. Tetapi karena dia
tidak memelihara kumis dan jenggot, wajahnya jauh lebih muda
dari usianya.
Waktu itu dia mendatangi sambil meneruskan tiupan
serulingnya dia menghampiri Tat-mo Cauwsu. Tepat waktu jarak
mereka terpisah kurang lebih dua tombak, pelajar itu telah
menyelesaikan tiupan serulingnya dikata-kata terakhir dari sajak
Sin-sin-po-ling.
“Bagaimana Taisu, cukup merdukah tiupan serulingku itu?”
tanya pemuda tersebut.
Tampaknya dia gembira sekali, mukanya cerah. Dan waktu
dia selesai bertanya, dia telah tersenyum, sehingga tampak jelas
sekali baris giginya yang putih cemerlang itu.
Tat-mo Cauwsu telah berkata,
“Siancai! Siancai! Merdu sekali! Tampaknya Heng-tai
seorang yang Bun-bu Coancai (Terpelajar memiliki ilmu surat
dan silat).”

Tat Mo Cauwsu 392


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mendengar perkataan si pendeta, muka si pelajar telah


berobah, sikap yang riang telah sirna, dan mukanya
memperlihatkan keterkejutannya.
“Bagaimana Taisu mengetahui aku memiliki kepandaian silat
dan surat?” tanyanya kemudian sambil memandang dengan sorot
mata menyelidiki.
“Ha, rupanya Heng-tai tidak mau memperlihatkan bahwa
engkau mengerti juga ilmu silat yang cukup tinggi disamping
ilmu suratmu yang sempurna itu........” kata Tat-mo Cauwsu
sambil tertawa.
“Walaupun Heng-tai menyamar dengan cara bagaimanapun
juga tetapi dengan sinar mata seperti itu, tentu saja orang bisa
mengenali bahwa Heng-tai sebetulnya bukanlah pelajar yang
sejati.
“Karena Heng-tai tentunya memiliki kepandaian yang cukup
tinggi, karena sinar matamu yang tajam itu memperlihatkan
bahwa engkau memiliki lwekang yang sangat tinggi.........! Sinar
mata itulah yang tidak bisa disembunyikan........!”
Pelajar itu telah menggerakkan seruling di tangannya sambil
tertawa lebar.
“Ternyata Taisu sangat tajam sekali pandangan matanya,
sehingga baru bertemu, engkau sudah bisa mengetahui bahwa aku
mengerti ilmu silat disamping menguasai ilmu surat!
“Bagus! Bagus! Rupanya Taisu merupakan seorang sahabat
yang enak untuk diajak bicara! Jika melihat cara berpakaian
Taisu, dan keadaan wajah Taisu, tentunya Taisu bukanlah bangsa
Han, setidaknya jika bukan berasal dari India, tentu Taisu
merupakan pendeta dari Tibet atau Persia........!”

Tat Mo Cauwsu 393


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mata Heng-tai (saudara) ternyata sangat tajam sekali,


memang Siauw-ceng berasal dari India. Hanya sejak kecil Siauw-
ceng senang mempelajari bahasa Han, karena ada paman luar
Siauw-ceng yang berasal dari Tiong-goan dan menetap di India,
sehingga Siauw-ceng bisa menguasai sedikit bahasa Tiong-goan.”
Si pelajar tertawa.
“Kita baru bertemu, tetapi kita seperti dua orang sahabat
lama yang baru bertemu........! Tampaknya seperti ada kecocokan
di antara kita........!”
Kata pelajar itu lagi sambil menggerak gerakkan serulingnya
yang berkilauan. Ternyata seruling itu dibuat dari baja putih,
mulus dan berkilauan indah sekali.
“Ya, memang Heng-tai tampaknya ramah dan sopan sekali
sehingga Siauw-ceng kagum atas sikap Heng-tai yang
periang…….” mengangguk Tat-mo Cauwsu.
“Memang mencari sahabat sejati yang sulit. Karena itu kita
harus berkelana dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia
lainnya untuk melihat, mencari dan memperoleh sahabat sejati
itu.
“Walaupun ada kata-kata yang mengatakan, manusia di bumi
ini adalah saudara-saudara kita namun tidak mustahil di antaranya
terdapat manusia-manusia berwatak hina dan berpribudi rendah.
Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi.
“Dan itupun masih bagus, asal mereka tidak mencelakai
sesamanya untuk kepentingan pribadinya tersebut........! Tetapi,
untuk mencari lawan, mudah sekali sama seperti kita membalik
telapak tangan.........”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu, si pelajar telah
mengacungkan ibu jari tangan kanannya.

Tat Mo Cauwsu 394


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tepat!” katanya setengah berseru sambil tersenyum lebar.


“Memang tepat apa yang dikatakan oleh Taisu, karena itu
marilah kita mengikat tali persahabatan, agar kita kelak menjadi
sahabat-sahabat........!”
“Sejak tadi, Siauw-ceng telah menganggap Heng-tai sebagai
sahabat......... Begitu pula jika Siauw-ceng menghadapi siapa saja,
Siauw-ceng segera menganggapnya sebagai sahabat.
“Jika orang yang bersangkutan menganggap Siauw-ceng
sebagai musuh, itu adalah urusan mereka, karena justru bagi
Siauw-ceng, mereka adalah sahabat! Dan kalau sampai ada
seseorang yang memusuhi Siauw-ceng, itupun urusan pribadi
mereka sendiri, bukan persoalan bagi diri Siauw-ceng, karena
Siauw-ceng akan tetap menganggapnya sebagai sahabat..........
“Sedapat mungkin Siauw-ceng akan menyadari mereka dari
segala kekeliruan yang mereka lakukan. Tetapi jika mereka
menolak uluran tangan kita, apa yang hendak dikata........?”
Mendengar perkataan pendeta dari India ini yang cukup
panjang, tiba-tiba pelajar itu telah tertawa terbahak-bahak sambil
mengempit serulingnya di ketiak dan dia telah menepuk
tangannya keras-keras.
“Bagus! Bagus! Sejak aku dilahirkan sampai sekarang ini,
baru pertama kali ini aku mendengar kata-kata sebaik itu!! Nah
Taisu, apakah kau bersedia mengikat tali persahabatan denganku?
“Aku biasa dipanggil oleh sahabat atau lawan dengan julukan
Gin-tok Siucai (Pelajar berseruling perak), namaku Cie Hok di
bawah dan di atas huruf Tang. Bolehkah aku mengetahui gelaran
Taisu yang harum?”
“Apa itu harum? Apa itu kemuliaan? Semuanya kosong!
Yang terpenting kita mengenal terlebih dulu diri kita, mengenal

Tat Mo Cauwsu 395


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

pribadi kita dan barulah kita bisa membuka mata, memandang


sekitar kita, untuk melihat, mendapatkan dan
memeliharanya.........!
Jika memang seseorang bisa terlepas dari rangsang dan nafsu
keduniawian, dia akan berhasil mengecap hidup bahagia dan
tenteram…….!”
“Hai! Hai! Kembali Taisu mengeluarkan kata-kata yang
membuat aku harus angkat topi karenanya........!” kata Tang Cie
Hok dengan suara yang riang.
“Baiklah, jika memang Taisu tidak gemar dengan basa basi,
akupun bisa bertanya langsung. Dapat aku mengetahui gelaran
Taisu?”
“Sebetulnya Siauw-ceng bernama Gunal Shing, tetapi selama
berkelana di daratan Tiong-goan, Siauw-ceng dipanggil dengan
sebutan Tat-mo Cauwsu.”
“Tat-mo Cauwsu? Ohhh, ya........ coba tunggu dulu, aku
seperti pernah mendengarnya nama itu........ tetapi, sayang sekali
aku lupa! Mungkin dalam percakapan beberapa orang sahabat
nama Tat-mo Cauwsu itu disebut-sebut.
“Tetapi yang kuingat, justru nama Tat-mo Cauwsu itu
mendatangkan kesan yang baik dan merupakan nama yang
mengejutkan bagi para penjahat, bukan?”
Gin-tok Siucai Tang Cie Hok adalah seorang begal tunggal
yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Dia memiliki ilmu silat
totokan yang ampuh sekali. Selama limabelas tahun belajar
berseruling perak ini telah malang melintang di daratan Tiong-
goan, selama itu dia belum memperoleh tandingan.

Tat Mo Cauwsu 396


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan demikian timbul sikap angkuhnya dan selalu


memandang lawan-lawannya dengan ringan sekali. Karena itu
pula diapun selalu bersikap congkak.
Sikapnya memang periang, karena dia merasakan dan yakin
bahwa dirinya merupakan jago nomor wahid di dunia Kang-ouw.
Dia selalu tertawa dan meremehkan lawannya.
Tetapi waktu dia bertemu dengan Tat-mo Cauwsu, justru dia
telah diberikan santapan kata-kata wejangan seperti itu. Keruan
saja dia merasakan bahwa sikap aneh dari Tat-mo Cauwsu tidak
berada di bawahnya.
Memang Gin-tok Siucai selalu membawakan sikap yang
aneh. Dan jika ingin membinasakan lawannya pelajar ini sering
memperlihatkan tingkah yang bukan-bukan.
Dia tertawa sepuas-puasnya, atau dia menakut-nakuti dulu
lawannya dengan wajah yang mengerikan dan ancaman-ancaman
yang menakutkan. Setelah lawannya ketakutan bukan main,
barulah dia menghabiskan jiwa lawannya itu.
Namun menghadapi Tat-mo Cauwsu yang wajahnya angker
dan agung sekali, dia jadi mati kutu. Lebih-lebih pendeta itu
selalu menyodorkan kata-kata yang mengandung arti sangat luas
sekali, maka dari itu dengan sendirinya si pelajar berseruling
perak itu tidak bisa membawakan sikap ugal-ugalannya.
Melihat cara Tat-mo Cauwsu yang agak aneh dalam
menghadapinya, yang baru saja bertemu telah berkata-kata
sebebas itu, Gin-tok Siucai malah jadi gembira! Dia merasakan,
bahwa dia telah bertemu dengan lawan yang setimpal dengan
dirinya.
Sambil menggerakkan serulingnya, tampak Gin-tok Siucai
telah berkata dengan suara yang nyaring,

Tat Mo Cauwsu 397


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Taisu, tentunya Taisu memiliki kepandaian luar biasa yang


mengagumkan sekali bukan?”
“Apa itu kagum? Apa itu yang luar biasa?” balik tanya Tat-
mo Cauwsu sambil tersenyum sabar.
“Sudah kukatakan sejak tadi, apa yang masih menyangkut
keduniawian, tentu akan membawa malapetaka! Maka dari itu,
jika seseorang telah berhasil melepaskan diri dari tuntutan-
tuntutan keduniawian, maka orang itu bisa hidup dengan teratur
dan tenteram, apa adanya disaat sekarang saja yang harus
dikerjakan, tanpa memikirkan masa lalu dan masa yang akan
datang........!
“Tetapi sebagai manusia tentu saja harus berpikir panjang
dan luas. Justru untuk mengartikan saat-saat sekarang ini yang
sering dilupakan, umumnya manusia sering dilemparkan dalam
khayalan yang terlalu jauh, sehingga menyeret mereka pula ke
alam yang belum terwujud bentuknya.”
Si pelajar seruling perak itu telah menggeleng-gelengkan
kepalanya sambil tertawa.
“Taisu, pengetahuanmu mengenai penghidupan tampaknya
lebih jauh dan luas dibandingkan dengan apa yang telah kulihat!
Tampaknya Taisu memang benar-benar menghayati segalanya
itu.
“Sekarang marilah kita bicara mengenai ilmu silat! Menurut
apa yang kulihat dan hematku tentunya, Taisu bukanlah orang
sembarangan.
“Dengan berani merantau seorang diri dari India datang ke
daratan Tiong-goan, tentu Taisu telah memiliki bekal, terutama
sekali ilmu silatmu.........! Maka menurut apa yang telah Taisu
alami, bagaimana pandangan Taisu mengenai jago-jago di

Tat Mo Cauwsu 398


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

daratan Tiong-goan ini........?” tanya si pelajar berseruling perak


itu.
Tat-mo Cauwsu tersenyum.
“Semuanya hebat, hanya saja mereka belum dapat
mengekang nafsu dan emosi. Mereka terlalu cepat puas dan tidak
melatih diri dengan penuh kesungguhan, karena perasaan tinggi
diri dan merasa puas yang terlalu cepat seperti itu, membuat
mereka akhirnya jadi tertinggal oleh yang muda-muda, generasi
yang mendatang.........!”
Tat-mo Cauwsu berusaha memberikan penyahutan yang
cukup luas ruang lingkupnya.
“Bagus! bagus! Pendapat Taisu memang sependapat dengan
yang selama ini kupikirkan.........! Begitu pula pendapatku,
memang banyak jago-jago silat yang ternama dan memiliki
kepandaian tinggi.
“Tetapi setelah memperolah keharuman nama, mereka
tenggelam dalam keharuman namanya itu, melupakan untuk
berlatih dengan giat, malas untuk meningkatkan kepandaian.
Hatinya bersenang-senang dalam limpahan hormat dan
kemasyuran nama belaka, sehingga sepuluh atau duapuluh tahun
kemudian, mereka baru terkejut dan menyadari ketertinggalannya
itu oleh anak-anak muda.........!”
Tat-mo Cauwsu tersenyum pula.
“Heng-tai bicara mengenai ilmu silat, apakah ada sesuatu
yang hendak Heng-tai utarakan?” tanya Tat-mo Cauwsu sambil
mengawasi pelajar berseruling perak itu dengan sorot mata yang
tajam sekali.
karena Tat-mo Cauwsu begitu melihat pelajar ini segera
dapat merasakan di hati kecilnya, bahwa Gin-tok Siucai Tang Cie

Tat Mo Cauwsu 399


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Hok tersebut bukanlah sebangsa manusia baik-baik, bahkan


sangat licik sekali. Itulah sebabnya mengapa Tat-mo Cauwsu
membuka perkataannya dengan kaitan yang bersangkutan dengan
ujar-ujar yang mengandung wejangan.
“Begini Taisu,” kata Gin-tok Siucai Tang Cie Hok sambil
tertawa dengan muka yang riang, “Seperti tadi Taisu telah
mengetahui bahwa aku digelari sahabat-sahabat maupun lawan
dengan julukan “Gin-tok Siucai”, yaitu si pelajar berseruling
perak.
“Maka aku ingin memperlihatkan kepandaian serulingku itu,
untuk dipergunakan menotok lawan. Nanti setelah melihat
keburukan dari ilmu totokanku itu, harap Taisu memberikan
petunjuk!”
Dan setelah berkata begitu, Gin-tok Siucai memang
menggerakkan serulingnya. Dia ingin memperagakan
kepandaiannya dihadapan si pendeta, karena dia yakin Tat-mo
Cauwsu tentu akan terkejut nanti setelah melihat ilmu
serulingnya.
Maka dia mulai bersilat dengan serulingnya itu, dengan
gerakan-gerakan yang dahsyat dan cepat sekali. Setiap gerakan
pelajar berseruling perak ini memang dapat diikuti, tetapi setiap
jurus yang diperlihatkannya mengandung perobahan gerak yang
rumit sekali dan membahayakan lawannya.
Seruling itu bergerak melingkar-lingkar dan setiap tusukan
atau tabasan ujung seruling itu, pasti akan mengenai tempat yang
sangat berbahaya sekali di tubuh lawannya.
Tat-mo Cauwsu sendiri tercekat hatinya, tetapi pendeta itu
tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya itu di wajahnya. Dia
tersenyum saja mengawasi terus.

Tat Mo Cauwsu 400


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah menjalankan duapuluh satu jurus dari ilmu


serulingnya itu, yang setiap jurus mengandung delapan perobahan
gerakan, Gin-tok Siucai berhenti dengan seruling yang diturunkan
ke dekat pahanya, seperti juga itulah jurus yang penutupnya.
“Bagaimana Taisu?” tanya Gin-tok Siucai sambil tersenyum
lebar, “Apakah engkau bisa membedakan gerakan yang lemah
dan kurang sempurna dalam jurus-jurus seruling itu?”
Tat-mo Cauwsu telah berkata,
“Siancai! Jarang sekali orang bisa memiliki kepandaian
sehebat Heng-tai. Itulah kepandaian yang cukup sempurna........!
Hanya sedikit sekali kekurangannya.
“Setiap totokan tidak mengandung kekuatan lwekang yang
mantap dimana Heng-tai merobah perobahan dari jurus-jurus
seruling itu yang tampaknya semakin rumit semakin hebat. Coba
kalau memang Heng-tai menyertainya sejurus dengan penyaluran
lwekang yang kuat, niscaya Heng-tai akan lebih sempurna
lagi........”
Muka Gin-tok Siucai jadi berobah memperlihatkan perasaan
tidak senang dan penasaran.
Semula dia mengharapkan si pendeta akan memujinya
setinggi langit, seperti apa yang sering dialaminya. Tetapi kini
sebaliknya si pendeta telah mengemukakan kelemahan-
kelemahannya.
Walaupun apa yang dikatakan oleh Tat-mo Cauwsu memang
apa yang sebenarnya. Namun dalam hal ini telah membuat Gin-
tok Siucai kurang gembira.
Sudah diketahui wataknya yang sering mempermainkan
lawan, maka sekarang dia dicela, walaupun dengan perkataan

Tat Mo Cauwsu 401


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang halus dan tidak mencela secara langsung setidak-tidaknya


telah membuat Gin-tok Siucai Tang Cie Hok jadi penasaran.
“Mungkin apa yang dikatakan oleh Taisu memang
benar.........” kata Tang Cie Hok kemudian sambil tersenyum,
senyum yang agak sinis, tidak seperti tadi cerah dan riang.
“Tetapi apakah Taisu mau untuk main-main beberapa jurus
serulingku ini, agar mataku terbuka?”
“Siancai! Siancai! Siauw-ceng tidak memiliki kepandaian
yang berarti, tentu tidak dapat dibandingkan dengan kepandaian
Heng-tai yang tinggi dan sempurna itu? Mana berani Siauw-ceng
mengadu tangan dengan Heng-tai........?”
“Janganlah Taisu merendah seperti itu. Aku mengetahui
tentunya Taisu memiliki kepandaian yang sempurna! Marilah
Taisu, kita main-main beberapa jurus untuk melewati waktu
senggang........” kata Tang Cie Hok mendesak.
Tat-mo Cauwsu kembali tersenyum,
“Baiklah!” katanya mengangguk sabar. “Tetapi kuharap saja
Heng-tai mau berlaku murah hati kepada Siauw-ceng, tidak
menurunkan tangan keras.........!”
Gin-tok Siucai tertawa, dia menggerakkan tangan kanannya
untuk melancarkan serangan dengan jurus pembukaan. Dia
menggerakkan serulingnya itu lurus-lurus ke depan, untuk
menotok jalan darah Pa-tie-hiat di samping dada kanan dari si
pendeta India tersebut.
Gerakannya memang tidak begitu cepat, dapat dilihat
menyambarnya seruling. Tetapi justru perobahan dari serangan
itu yang rumit dan akan membingungkan lawan, maka seruling
bisa berobah-obah arah dengan cepat sekali dalam satu kali
serangan tersebut.

Tat Mo Cauwsu 402


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Hal ini membuat Tat-mo Cauwsu jadi berpikir dalam


hatinya, “Kepandaian pelajar ini memang cukup tinggi, tenaga
lwekangnyapun lumayan dan kepandaian menotoknya sangat
hebat. Tetapi sayangnya dia tidak bisa memecahkan diri antara
penyaluran tenaga lwekangnya ke serulingnya! Itulah
kelemahannya.........!”
Tat-mo Cauwsu bukan hanya berpikir begitu saja, tetapi dia
telah mengelakkan serangan lawannya dengan gerakan yang
cepat sekali. Dia memiringkan dadanya tanpa merobah
kedudukan kuda-kuda kakinya.
Seruling lewat di samping dadanya hanya terpisah dua dim.
Dan waktu itu Tat-mo Cauwsu telah mengulurkan tangan kirinya,
dia mengancam jalan darah Liong-ku-hiat di dekat pergelangan
tangan Tang Cie Hok, yang hendak dicengkeramnya.
Tang Cie Hok waktu memperoleh kenyataan serangannya itu
gagal dan mengenai tempat kosong. Secara beruntun telah
melanjutkan dengan serangan kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya dengan beruntun.
Setiap serangan itu semakin lama jadi semakin kuat dan
menindih ruang gerak lawannya.
Tat-mo Cauwsu juga merasakan pengaruh dari tekanan
seruling itu, karenanya dia juga telah merasakan bahwa tidak bisa
dia hanya berkelit saja.
Ketika sampai jurus yang kedua belas Tat-mo Cauwsu
berkata sabar,
“Maaf, Siauw-ceng harus menggagalkan serangan ini!”
Waktu itu seruling Gin-tok Siucai Tang Cie Hok tengah
meluncur turun akan menotok leher Tat-mo Cauwsu. Dengan
cepat sambil berkata begitu, si pendeta telah memiringkan

Tat Mo Cauwsu 403


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepalanya, sehingga seruling itu gagal mengenai sasarannya yang


tepat, lewat di sisi leher pendeta itu beberapa dim jauhnya.
Dan Tat-mo Cauwsu bukan bergerak sampai disitu saja,
tangan kanannya bergerak cepat sekali tahu-tahu dia berhasil
menjepit seruling Gin-tok Siucai! Gerakan yang dilakukan si
pendeta sangat sulit untuk diikuti oleh pandangan mata, sehingga
serangan itu telah mengejutkan Gin-tok Siucai, sebab pelajar ini
justru tidak dapat menarik pulang serulingnya.
Cepat-cepat Tang Cie Hok mengerahkan tenaga lwekangnya
yang disalurkan sembilan bagian ke telapak tangannya. Dia
menarik kuat-kuat sambil mengeluarkan suara teriakan nyaring.
Disaat itulah, dengan getaran yang kuat sekali, seruling
bergerak sedikit, tetapi tidak terlepas dari cekalan jari telunjuk
Tat-mo Cauwsu yang menjepitnya bagaikan capit baja.
Tang Cie Hok jadi penasaran sekali, dia mengerahkan lagi
tenaga murninya dan berusaha sekuat tenaga untuk menarik
serulingnya. Tetap saja seruling yang dijepit oleh jari telunjuk
Tat-mo Cauwsu tidak bergeming.
“Apakah telah cukup, Heng-tai?” tanya Tat-mo Cauwsu
dengan suara yang sabar.
Muka Tang Cie Hok jadi berobah merah padam, dia marah
bercampur penasaran. Sekali lagi Tang Cie Hok telah menarik
serulingnya itu, tapi tetap tidak berhasil.
Akhirnya Tat-mo Cauwsu melepaskan juga jepitan jari
telunjuknya. Dia telah berkata dengan suara yang sabar dan
ramah,
“Sudahlah Heng-tai, apa lagi yang harus kita lakukan hanya
untuk sekedar memperoleh perkataan menang atau kalah itu?
Semuanya kosong dan tidak ada artinya.

Tat Mo Cauwsu 404


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Marilah kita menyudahi saja urusan ini sampai disini,


selanjutnya kita akan mengikat tali persahabatan yang erat.........!
Bukankah itu jauh lebih baik?”
Tang Cie Hok telah memandang Tat-mo Cauwsu dengan
muka yang berobah merah karena malu dan penasaran. Tetapi dia
mengakui kepandaian Tat-mo Cauwsu memang benar-benar luar
biasa dan tidak mungkin dapat ditandingi oleh kepandaiannya.
Jika tadi Tat-mo Cauwsu bermaksud untuk menurunkan
tangan jahat padanya atau melukainya, tentu hal itu dengan
mudah dapat dilakukannya. Tetapi rupanya Tat-mo Cauwsu
memang tidak bermaksud buruk.
Si pelajar seruling perak itu telah merangkapkan sepasang
tangannya menjura memberi hormat kepada Tat-mo Cauwsu.
“Terima kasih atas petunjuk Taisu........ dengan demikian
bisa terbuka pandangan mata dan pikiranku bahwa di atas gunung
masih ada gunung yang lebih tinggi........! Terima kasih Taisu atas
kemurahan hati Taisu yang tidak menurunkan tangan keras
kepadaku!
“Selama aku berkelana malang melintang di dalam dunia
persilatan, belum ada orang yang kupandang dan kusegani. Tetapi
sekarang mataku baru terbuka, bahwa ada seseorang yang berjiwa
luhur dan agung seperti Taisu, yang memiliki kepandaian sangat
menakjubkan sekali.”
Tat-mo Cauwsu telah berkata lagi,
“Heng-tai terlalu tinggi memuji! Tahukah Heng-tai, bahwa
pujian yang terlalu tinggi akhirnya dapat mencelakai orang yang
bersangkutan?
“Orang yang dipuji-puji dan dipuja itu, jika menerima suatu
hal yang tidak diinginkan, sama pula halnya dia jatuh dari tempat

Tat Mo Cauwsu 405


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang tinggi sekali menimbulkan sakit yang luar biasa. Maka


alangkah bijaksananya jika saja kita bisa berhati-hati dalam
persoalan ini dengan apa adanya saja..........”

––––––––

JILID 11

“TAISU terlalu merendah dan memang sudah sepatutnya


Taisu menerima penghargaan yang tinggi dari kami golongan
Kang-ouw di Tiong-goan! Jika menurut penglihatan aku yang
picik, tentu tidak ada seorangpun kaum gagah kalangan Kang-
ouw di Tiong-goan ini yang bisa menandingi kepandaian
Taisu.........” kata Gin-tok Siucai lagi dengan sikap bersungguh-
sungguh.
“Ah, tidak bisa Heng-tai berkata begitu, bukankah tinggi
gunung ada yang lebih tinggi lagi? Sudahlah, kini mari kita
melihat kepada persoalan lain! Tadi secara kebetulan, aku telah
melihat di batu itu terdapat lukisan yang berbentuk kepala
tengkorak manusia.”
Dan sambil berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah menunjuk
ke batu yang berada di bawah batang pohon itu, di batu yang
berukiran kepala tengkorak manusia.

Tat Mo Cauwsu 406


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Gin-tok Siucai waktu melihat ukiran kepala tengkorak


manusia itu jadi berobah mukanya pucat pias, dia juga
mengeluarkan seruan tertahan.
Tat-mo Cauwsu melihat perobahan muka Gin-tok Siucai. Dia
jadi heran melihat pelajar seruling perak yang kepandaiannya
tinggi itu bisa memperlihatkan sikap seperti ketakutan begitu
melihat ukiran kepala tengkorak di batu tersebut.
“Celaka Taisu! kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat
ini, kalau terlambat........ tentu kita bisa menerima bencana yang
sangat hebat sekali........!” Suara Gin-tok Siucai waktu berkata
begitu tergetar, tampaknya dia memang ketakutan sekali.
Tat-mo Cauwsu tambah heran dan menatap dalam dalam
kepada Pelajar berseruling perak tersebut, dia telah berkata
dengan suara yang tetap tenang.
“Tunggu dulu Heng-tai,” dia juga menarik tangan si pelajar
seruling perak itu, karena Gin-tok Siucai seperti hendak cepat-
cepat angkat kaki berlalu dari tempat tersebut.
“Gambar ukiran kepala tengkorak manusia itu apa artinya?
Mengapa Heng-tai begitu berkuatir?”
Si pelajar seruling perak telah menatap Tat-mo Cauwsu
dengan sinar mata yang gelisah, diapun telah berkata,
“Apakah........ apakah Taisu belum pernah mendengar
tentang Khu-ke Lomo (Iblis Tengkorak) Cung Cie Liang?”
Tat-mo Cauwsu memperlihatkan sikap seperti heran.
“Khu-ke Lomo Cung Cie Liang?” tanyanya.
Tang Cie Hok mengangguk, sedangkan matanya telah
memandang sekeliling tempat itu.

Tat Mo Cauwsu 407


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Benar Taisu......... Iblis Tengkorak itu sangat telengas sekali


tangannya........!” kata Tang Cie Hok dengan sikap ketakutan
sekali.
“Setiap orang tentu akan menggigil ketakutan sampai terasa
tulang-tulang di tubuh berlepasan jika bertemu dengan Iblis
Tengkorak itu. Karena disamping adatnya yang aneh dan senang
sekali menganiaya lawannya.
“Juga Iblis Tengkorak itu memiliki ilmu yang sangat luar
biasa. Diapun memiliki semacam kepandaian seperti ilmu
sihir........! Mari Taisu, mari kita cepat-cepat berlalu!”
Dan setelah berkata begitu, Tang Cie Hok menarik
tangannya agar terlepas dari cekalan Tat-mo Cauwsu, dia cepat-
cepat hendak berlalu dari tempat itu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tetap mencekal tangan Tang Cie Hok,
sehingga pelajar berseruling perak itu tidak berhasil melepaskan
tangannya.
“Lepaskan Taisu! Aku ingin cepat-cepat menghindarkan diri
dari pertemuan dengan iblis itu........!” kata Tang Cie Hok. “Jika
kau mau tetap berdiam disini, terserah..!”
Kemudian tampak Tang Cie Hok menarik tangannya lagi,
untuk melepaskan cekalan tangan Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu tetap mencekal tangan Tang Cie Hok kuat-
kuat. Sia sia belaka Tang Cie Hok menarik tangannya, yang tidak
juga dapat terlepas dari cekalan tangan Tat-mo Cauwsu.
“Sabar Heng-tai, jangan tergesa-gesa! Tadi kau mengatakan
Khu-ke Lomo merupakan iblis yang sangat telengas sekali,
apakah dia berasal dari golongan hitam?”
“Bukan hanya berasal dari golongan hitam, bahkan dia biang
dari kalangan para jago-jago di aliran hitam!” menyahut Tang Cie

Tat Mo Cauwsu 408


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Hok jadi gelisah sekali, karena tidak juga Tat-mo Cauwsu


melepaskan cekalannya.
“Cepat kita menyingkir, Taisu........ Kalau kita sampai
bertemu dengannya, tentu celakalah kita........ Niscaya dia akan
menguasai kita dengan ilmu sihirnya........ Sejak dulu sampai
sekarang, tidak pernah ada korbannya yang lolos dari kematian di
tangan iblis tersebut........!
“Tanda gambar tengkorak yang diukir dengan jari telunjuk
tangan merupakan tanda kehadirannya di tempat ini! Ayoh cepat
kita berlalu Taisu........!”
Tat-mo Cauwsu menggelengkan kepalanya perlahan, katanya
sabar dan tenang,
“Nanti dulu Tang Heng-tai........ justru Siauw-ceng ingin
bertemu dengan iblis itu........!”
“Apa?” tanya Tang Cie Hok dengan bulu tengkuknya yang
berdiri, karena kaget bercampur perasaan ngeri. “Taisu........ taisu
ingin bertemu dengan Khu-ke Lomo Cung Cie Liang?”
Tat-mo Cauwsu telah mengangguk.
“Ya, jika memang dia berada di sekitar tempat ini, biarlah
kita nantikan saja munculnya........”
“Mana........ mana boleh begitu Taisu?” kata Tang Cie Hok
gugup sekali, “Kita seperti juga menghampiri kematian!”
Tetapi Tat-mo Cauwsu tenang sekali, dia menggelengkan
kepalanya,
“Biarlah aku berkenalan dengan iblis itu, dan engkau tertarik
untuk menyaksikan, bukan?”
“Tetapi Taisu, bukan aku meremehkan kepandaian Taisu,
karena jika sampai iblis itu melihat kita, jangan harap kita bisa

Tat Mo Cauwsu 409


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menyingkir dari kematian di tangannya. Soal kepandaian ilmu


silatnya mungkin bisa ditandingi Taisu tetapi ilmu hitamnya yang
luar biasa anehnya mana dapat kita menghadapinya.”
Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat-mo Cauwsu
tersenyum sabar dan melepaskan cekalan tangannya.
“Nah, jika memang Heng-tai tidak bersedia menyaksikan
pertemuan Siauw-ceng dengan Cun Cie Liang, Siauw-ceng juga
tidak bisa memaksanya. Silahkan Heng-tai berlalu.
“Tetapi jika seandainya nanti dalam perjalanan pergi itu
Heng-tai berpapasan dengannya, bukankah itu lebih merepotkan
lagi?”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu itu Tang Cie Hok jadi
mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya tergetar keras dan
kemudian ia menganggukkan kepala.
“Benar........ Benar Taisu........ Jadi bagaimana harusnya yang
kulakukan? Jika aku pergi melarikan diri dari tempat ini, lalu
berpapasan dengan dia, bukankah bahaya itu telah di depan mata
juga?
“Tetapi jika berdiam di tempat ini dan iblis itu muncul,
bukankah kematian juga untukku? Jelas aku tidak sanggup
menghadapi iblis itu, aku tidak bisa menghadapi ilmu hitamnya.”
Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat-mo Cauwsu telah
tertawa hambar.
“Menurut hemat Siauw-ceng, alangkah baiknya jika memang
Heng-tai berdiam disini bersama Siauw-ceng. Bukankah jika iblis
itu muncul Siauw-ceng yang akan menghadapinya dan Heng-tai
hanya menyaksikan saja!

Tat Mo Cauwsu 410


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“jika memang nanti Siauw-ceng ternyata tidak sanggup


menghadapinya, Heng-tai bisa angkat kaki untuk bersembunyi
dari dia........ Kukira itulah cara yang baik........!”
Muka Tang Cie Hok berobah jadi merah. Dia merasakan
kata-kata Tat-mo Cauwsu itu merupakan sindiran halus untuk
dirinya, karena dia seperti dianggap pengecut.
“Baiklah Taisu,” kata Tang Cie Hok setelah ragu-ragu
sejenak, “Tetapi........ apakah Taisu memilki ilmu andalan untuk
menghadapinya? Jika memang kita mengetahui tidak sanggup
menghadapinya, untuk apa kita mencoba-coba menghadapinya?
“Bukankah lebih baik kita berdua menyingkirkan diri tidak
menahan permusuhan dengan iblis celaka itu? Tahukah Taisu,
telah ratusan jiwa para orang-orang gagah yang terbinasa di
tangannya?”
Tat-mo Cauwsu tetap membawa sikap yang tenang, dia telah
berkata sabar,
“Tenang saja Heng-tai, karena maksud Siauw-ceng untuk
menemui iblis Tengkorak itu bukan hanya sekedar untuk
memperoleh kemenangan saja........ Justru Siauw-ceng ingin
menghadapinya untuk membasmi kebathilan........!
“Maka dari itu, Siauw-ceng hanya akan berusaha saja untuk
menundukkan dan menyadari Iblis Tengkorak tersebut dari
jalannya yang sesat........! Sabar saja jangan berlalu gugup seperti
itu........!”
Tang Cie Hok menghela napas, dia berkata dengan suara
terbata bata,
“Terus terang saja Taisu, selamanya aku tidak takut kepada
siapapun juga. Tetapi hanya iblis Tengkorak ini saja yang
membuat aku jadi gentar dan ketakutan, sehingga aku melupakan

Tat Mo Cauwsu 411


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

harga diri dan malu, aku ingin melarikan diri dari jaringan tempat
dia berada.
“Hal itu disebabkan secara kebetulan sekali aku pernah
menyaksikan dengan mataku. Betapa iblis itu membinasakan tiga
orang tokoh persilatan yang sangat ternama, yang kepandaiannya
tidak berada di bawah kepandaianku.
“Mereka hanya melayani empat jurus. Kemudian seorang
demi seorang terbinasa dengan cara mengerikan sekali, dengan
sekujur tubuh yang hancur lumat oleh pukulan yang dilancarkan
oleh si iblis Tengkorak.”
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah menepuk bahu Tang Cie
Hok, katanya, “Kau tenang saja, Heng-tai, aku berjanji akan
menghadapi iblis itu sebaik mungkin........!”
Tetapi Tat-mo Cauwsu belum bisa meyakinkan penuh
kepada Tang Cie Hok, karena pelajar berseruling perak tersebut
tampaknya masih diliputi perasaan takut saja.
“Sebenarnya Iblis Tengkorak Cung Cie Liang itu memiliki
kepandaian yang diandalkannya dalam bentuk ilmu sihir atau
memang ilmu silatnya?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Kedua-duanya, disamping kepandaian silatnya dan
lwekangnya yang sempurna, juga dia memiliki ilmu sihir aliran
hitam, yang bisa menguasai lawannya dengan sinar
matanya.........!” menyahuti Tang Cie Hok.
“Jika begitu, Heng-tai tidak perlu kuatir, karena aku berjanji
akan menghadapinya nanti…….! Soal ilmu hitamnya itu tidak
perlu Heng-tai kuatirkan, bukankah Siauw-ceng seorang
beribadat yang memiliki mantera-mantera yang bisa mengusir
iblis dan setan?”

Tat Mo Cauwsu 412


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu yang seperti


merupakan jaminan untuknya, Tang Cie Hok jadi agak tenang.
Dia telah mengangguk. “Mudah-mudahan saja........!”
Tetapi baru saja Tang Cie Hok berkata sampai disitu, justru
suaranya terhenti, karena telah ada yang menyambungi, “Mudah-
mudahan saja iblis Tengkorak itu muncul sekarang juga.”
Semangat Tang Cie Hok seperti terbang meninggalkan
raganya. Dia mendengar suara itu parau menyeramkan, sampai
sepasang lututnya menggigil gemetaran.
“Ini........ ini........,” katanya dengan suara tersendat.
Sebetulnya Tang Cie Hok ingin memberitahukan Tat-mo
Cauwsu bahwa iblis Tengkorak itu telah datang di tempat
tersebut. Tetapi karena diliputi ketakutan yang luar biasa, Tang
Cie Hok yang biasanya periang dan sering meremehkan
lawannya, jadi tidak bisa berkata-kata dengan lancar.
Tat-mo Cauwsu juga telah mendengar suara yang parau
menyeramkan itu. Dia menoleh ke arah datangnya suara itu.
Dari balik gerombolan pohon bunga terpisah kurang lebih
tigapuluh tombak tampak sesosok bayangan yang berkelebat
cepat sekali mendatangi. Sosok tubuh itu rupanya memiliki gin-
kang (ilmu meringankan tubuh) yang sangat tinggi sekali. Karena
begitu dia berkata, segera tubuhnya telah sampai dihadapan Tat-
mo Cauwsu dan Tang Cie Hok, hanya terpisah dua tombak.
Tubuh Tang Cie Hok jadi gemetaran, belum apa apa dia
sudah jeri melihat munculnya si iblis Tengkorak yang
keadaannya memang agak luar biasa.
Tat-mo Cauwsu sendiri waktu melihat bentuk dan ujud dari
Iblis Tengkorak itu, jadi tergetar hatinya.

Tat Mo Cauwsu 413


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dihadapan mereka berdiri seorang laki-laki yang bertubuh


jangkung kurus. Dengan muka yang menyeramkan, bagaikan
muka itu tidak berdaging dan menyerupai tengkorak kepala
manusia........
Iblis itu memiliki sepasang mata yang cekung ke dalam
dengan kening yang menonjol dan beberapa rambut saja yang
bertumbuhan di atas kepalanya. Bibirnya lebar sekali, sehingga
keadaan mukanya itu memang benar-benar seperti tengkorak
kepala manusia.
Matanya yang cekung itu memancarkan sinar kehijau-hijauan
menakutkan sekali.
“Kaliankah yang menantikan kedatanganku? Kudengar
kalian ingin bertemu........ hahaha, maka aku telah cepat-cepat
datang kemari agar tidak mengecewakan kalian……!” kata Iblis
Tengkorak Cung Cie Liang dengan suara yang menyeramkan
sekali.
Tat-mo Cauwsu cepat-cepat merangkapkan tangannya, dia
juga memuji kebesaran Sang Buddha untuk menenangkan
kembali goncangan hatinya.
“Siancai! Siancai! Bolehkah Siauw-ceng mengetahui nama
Heng-tai?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Hemm, bukankah engkau telah mendengar sendiri dari
mulut dia?” tanya Cung Cie Liang dengan suara menyeramkan
dan menunjuk kepada Tang Cie Hok.
Ditunjuk begitu Tang Cie Hok jadi lemas seperti tidak
bertenaga. Dia cepat-cepat menunduk tidak kuat saling bentrokan
mata dengan manusia yang ujudnya agak luar biasa ini, karena
terlalu kurusnya itu, sehingga kepalanya dan mukanya bagaikan
tidak berdaging lebih mirip tengkorak kepala manusia.

Tat Mo Cauwsu 414


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jadi Heng-tai yang bergelar Khu-ke Lomo Cung Cie


Liang?” tanya Tat-mo Cauwsu dengan suara yang tenang.
“Tidak salah! Tepat sekali! Tadipun engkau telah
mendengarnya........ Memang akulah si iblis yang paling kejam.
“Iblis yang bertangan telengas yang tidak pernah memiliki
perasaan kepada lawannya. Iblis yang selalu menyiksa lawannya
terlebih dulu sebelum membinasakannya! Itulah aku Khu-ke
Lomo Cung Cie Liang.........!”
Tat-mo Cauwsu tetap membawakan sikap yang tenang
sekali, dia telah berkata dengan suara yang sabar,
“Cung Heng-tai, kiranya engkau memiliki ilmu menangkap
suara yang sempurna sekali! Tadi engkau terpisah dengan kami
cukup jauh, tetapi engkau telah berhasil menangkap semua
pembicaraan kami dengan jelas!
“Disamping itu engkau memiliki Gin-kang yang sangat
tinggi sekali. Maka apakah kepandaian yang begitu tinggi dan
mengagumkan sekali tidak dibuat sayang untuk dipergunakan
melakukan hal hal yang tidak baik dan tidak wajar?”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu seperti juga menyesali
perbuatan perbuatannya si Iblis telah tertawa dengan suara
bergelak-gelak keras sekali.
“Bagus! Bagus! Seumurku ini, baru pertama kali ini aku
ditegur orang........! Bagus! itulah yang kuhendaki! Selamanya
aku paling benci pada manusia manusia pengecut seperti dia!”
Dan sambil berkata begitu tampak Khu-ke Lomo telah menunjuk
kepada Tang Cie Hok dengan sikap yang mengejek.
“Justru sekali-sekali aku ingin bertemu manusia seperti
engkau, yang baru pantas dijadikan lawan bertanding…….!”

Tat Mo Cauwsu 415


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Kemudian mata Khu-ke Lomo Cung Cie Liang memandang


kepada Tat-mo Cauwsu dengan sorot mata yang sangat
mengerikan sekali. Matanya itu memancarkan sinar biru kehijau-
hijauan.
Tat-mo Cauwsu waktu melihat mata dari Khu-ke Lomo Cung
Cie Liang, jadi terkejut. Karena dia mengetahui, itulah sinar mata
seorang yang memiliki ilmu hitam sangat tinggi.
“Siancai! Siancai!” kata si pendeta India ini dengan suara
yang sabar. “Bisakah Heng-tai memberikan petunjuk lainnya?”
“Engkau maksudkan untuk mengadu ilmu bukan?” tanya si
Iblis Tengkorak.
“Itulah yang tidak diharapkan Siauw-ceng........ hanya Siauw-
ceng mengharapkan, kalau bisa, Heng-tai merobah cara hidup
Heng-tai, meninggalkan kesesatan dan kembali ke jalan
benar…….
“Bukankah sayang jika kepandaian setinggi itu dipergunakan
untuk melakukan yang tidak-tidak? Jika saja Heng-tai mau
kembali ke jalan yang lurus, dengan mempergunakan kepandaian
setinggi itu, banyak pekerjaan mulia yang bisa Heng-tai
kerjakan........!”
“Hahaha!” tertawa Khu-ke Lomo dengan suara yang keras
sekali, tubuhnya sampai tergoncang-goncang. Disaat itulah dia
telah berkata dengan suara yang sangat nyaring.
“Bagus! Bagus! Sudah dua kali engkau menganjurkan aku
dan menasehati aku agar kembali ke jalan yang lurus menurut
istilah yang kau katakan itu!
“Tetapi dalam hal ini, aku lebih senang jika tetap di jalanku
ini! Nah, jika engkau bisa menundukkan aku, nanti aku mau
mendengarkan kata-katamu!”

Tat Mo Cauwsu 416


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si pendeta dari India itu kembali tersenyum sabar.


“Berhasil merubuhkan atau tidak, itu bukan merupakan
persoalan. Yang menjadi persoalan justru adalah keinginan dari
engkau sendiri yang kembali ke jalan lurus dan juga melakukan
banyak perbuatan perbuatan mulia........!” menyahuti Tat-mo
Cauwsu dengan suara yang tenang.
“Terserah kepada kau sendiri, ingin mengikuti sedikit
saranku itu atau memang kau tetap dengan duniamu. Mengenai
adu kepandaian, Siauw-ceng tidak memiliki kepandaian apa apa,
hanya sedikit sedikit gerakan untuk menyehatkan tubuh.........!”
Si iblis Tengkorak itu telah tertawa dengan suara yang sangat
keras, lalu Cung Cie Liang setelah puas tertawa, dia membentak
dengan suara yang keras sekali,
“Rubuh!” Tangan kanannya telah dikebutkannya dengan
kuat. Sehingga dari kebutan tangannya itu meluncur kekuatan
angin serangan yang sangat dahsyat dan mengandung suatu
kekuatan gaib yang mendorong ke arah Tat-mo Cauwsu.
Tetapi pendeta India itu tetap tenang. Dia tersenyum sambil
merangkap sepasang tangannya, maka gempuran yang dilakukan
oleh Khu-ke Lomo lenyap!
Khu-ke Lomo terkesiap sejenak. Belum pernah ada yang
sanggup menyambuti serangannya itu tanpa bergeming
sedikitpun, seperti yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu.
Tang Cie Hok sendiri, yang kala itu tengah berdiri terpisah
dua tombak dari Tat-mo Cauwsu terguling di tanah beberapa kali,
waktu bangun berdiri. Dia merasakan tubuhnya sakit-sakit.
Maka setelah menelan pil pahit seperti itu, Tang Cie Hok
tidak berani berdiri terlalu dekat. Dia telah menjauh diri sampai

Tat Mo Cauwsu 417


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

belasan tombak, karena dia takut kalau-kalau nanti terulang


kembali angin serangan dari Khu-ke Lomo menghantam dia.
“Bagus!” kata Khu-ke Lomo setelah tersadar dari
tertegunnya. “Engkau memang lawan yang pantas untuk
kulayani!”
Dan setelah berkata begitu, tampak Khu-ke Lomo
mengeluarkan suara erangan, kedua tangannya diangkat perlahan-
lahan. Tampaknya dia tengah mengerahkan ilmu sihirnya yang
digabung dengan ilmu silatnya, sepuluh jari tangannya dipentang
lebar-lebar, dia bersiap-siap seperti juga ingin menyerang.
Tat-mo Cauwsu hanya berdiri diam di tempatnya dengan
sikap yang tenang, dia mengawasi apa yang dilakukan oleh
lawannya.
“Terimalah seranganku!” kata Khu-ke Lomo dengan suara
teriakannya itu yang mengandung suatu kekuatan gaib yang bisa
mempengaruhi jiwa dari lawannya yang belum memiliki
kepandaian lwekang yang tinggi.
Tetapi menghadapi Tat-mo Cauwsu, teriakan dari Khu-ke
Lomo tidak berarti apa apa........ Hanya waktu kedua tangannya
itu melancarkan serangan, disaat itulah Tat-mo Cauwsu telah
menggerakkan kedua tangannya.
Dengan tangan kiri ditekuk dan sikut berada disamping
dadanya, lalu tangan kanannya dilonjorkan ke arah Khu-ke
Lomo.
Gerakan Tat-mo Cauwsu itu tampaknya dilakukan dengan
perlahan sekali. Tetapi kesudahannya sangat hebat sekali, sebab
memiliki kekuatan lwekang yang dahsyat sekali.
Khu-ke Lomo Cung Cie Liang juga terkejut melihat cara Tat-
mo Cauwsu menghadapinya. Dia mengetahui bahwa tangkisan

Tat Mo Cauwsu 418


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

merangkap serangan yang dilancarkan oleh Tat-mo Cauwsu


merupakan jurus yang sangat berbahaya sekali.
Dalam keadaan seperti itu, Khu-ke Lomo telah membatalkan
serangannya. Dia melompat ke belakang dengan gerakan yang
gesit sekali, dia juga telah tertawa dengan suara yang keras,
sambil katanya,
“Tidak percuma engkau berani banyak tingkah dihadapanku.
Kiranya engkau memang memiliki kepandaian yang berarti!
Bagus! Bagus, inilah menggembirakan sekali!!”
Kemudian cepat luar biasa tampak Khu-ke Lomo Cung Cie
Liang telah mengeluarkan suara erangan lagi. Tetapi sekali ini
tidak akan menyerang dengan mempergunakan kedua tangannya,
melainkan kakinya yang ditendangkan berantai sambil
membentak,
“Rubuh kau!” dia telah mengeluarkan ilmu sihirnya untuk
mempengaruhi Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu merasakan kepalanya seperti membesar, dan
tengkuknya dingin sekali.
Tetapi pendeta India ini cepat sekali membaca mantra dari
ajaran Sang Buddha, maka dengan cepat dia bisa menguasai diri.
Karena dengan menyebut kebesaran Sang Buddha, ilmu hitam
yang dipergunakan oleh Khu-ke Lomo Cung Cie Liang bisa
dipunahkannya.
Waktu itu, kaki Khu-ke Lomo hampir tiba, cepat luar biasa
Tat-mo Cauwsu telah menggerakkan tangan kanannya untuk
menotok mata kaki si iblis Tengkorak. Totokan itu bukan
merupakan totokan biasa, karena jika saja totokan itu berhasil
mengenai sasarannya dengan tepat, tentu akan membuat iblis
Tengkorak itu terjungkel dengan kaki yang lumpuh.

Tat Mo Cauwsu 419


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Khu-ke Lomo mana mau membiarkan kakinya itu ditotok


oleh Tat-mo Cauwsu. Dia kembali menarik pulang tendangan
berantainya itu.
Tetapi sekarang dihati Khu-ke Lomo telah bersemi perasaan
mendongkol bercampur penasaran, telah dua kali beruntun dia
gagal dengan serangannya, yang kedua kalinya dia menarik
pulang serangannya.
Matanya yang memang bersinar biru kehijau-hijauan itu
memancar tajam sekali, memandang kepada Tat-mo Cauwsu
dengan sorot mata yang sangat mengerikan. Dia telah
mengeluarkan ilmu sihirnya lagi.
Waktu dia mengebutkan tangannya ke atas tahu-tahu Tang
Cie Hok yang berdiri dikejauhan seperti melihat Khu-ke Lomo
Cung Cie Liang seperti juga telah berobah menjadi jauh lebih
besar lima kali dari ukuran tubuhnya yang semula. Tampaknya
seperti seorang raksasa yang memiliki tangan dan kaki yang besar
sekali, yang bersiap siap untuk menerkam kepada Tat-mo
Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu tetap tenang, dia telah menyebut beberapa
kali kebesaran Sang Budha, dan tangan kanannya diangkat
menempel di dadanya. Dia telah memandang tajam kepada Khu-
ke Lomo yang tengah bersiap-siap menerkam dengan bentuk
tubuh yang sangat besar itu.
Tetapi karena ilmu kebathinan yang dimiliki Tat-mo Cauwsu
telah mencapai tingkat yang sempurna, dengan sendirinya cepat
sekali pengaruh ilmu hitam dari Khu-ke Lomo bisa dilenyapkan.
Di mata Tat-mo Cauwsu keadaan Khu-ke Lomo Cung Cie Liang
sama seperti manusia biasa, yang tidak ada perobahan
sesuatunya. Malah saat itu Khu-ke Lomo telah menerkam
melancarkan serangannya.

Tat Mo Cauwsu 420


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Berbeda dengan Tat-mo Cauwsu, justru Tang Cie Hok telah


rubuh duduk numprah di tanah. Karena dia kaget dan semaput
melihat Khu-ke Lomo yang seperti telah berobah menjadi
seorang raksasa yang besar sekali.
Tat-mo Cauwsu mengawasi datangnya serangan dari
lawannya, dia berkata dengan suara yang perlahan,
“Cung Heng-tai, lebih baik kita sudahi permainan seperti
ini......... percayalah tidak ada keuntungan apapun bagi kita!!”
Khu-ke Lomo menyadari ilmu hitamnya tidak berhasil
menguasai lawannya. Dia malah jadi semakin penasaran dan
marah sekali, serangannya yang tengah menyambar ke arah
pundak Tat-mo Cauwsu meluncur semakin cepat saja.
Tetapi Tat-mo Cauwsu disamping mendalami ilmu
kebathinan, juga memang memiliki kepandaian silat yang tinggi
sekali. Dia tidak gentar menghadapi serangan yang dilakukan
oleh Khu-ke Lomo.
Dengan berdiri di kaki kanannya, kaki kirinya diangkat
tertekuk ke atas, dengan gerakan Kim-ke-tok-pit (Ayam emas
berdiri dikaki tunggal), secepat kilat Tat-mo Cauwsu memutar
tubuhnya dengan gerakan yang gesit. Dan begitu terkaman dari
Khu-ke Lomo menyambar datang, tampak tangan kanan Tat-mo
Cauwsu meluncur di bawah ketiak lawannya.
Khu-ke Lomo waktu melihat Tat-mo Cauwsu
mempergunakan jurus Kim-ke-tok-pit, dia sudah terkejut. Karena
melihat gerakan Tat-mo Cauwsu sangat luar biasa sekali.
Biasanya, jurus Kim-ke-tok-pit merupakan jurus silat yang
biasa saja, karena jurus itu memang dimiliki oleh setiap pintu
perguruan silat, yaitu dengan mengandalkan satu kaki untuk
merebut kegesitan dari lawan.

Tat Mo Cauwsu 421


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Tat-mo Cauwsu telah berdiri berputar dengan kaki


tunggalnya itu, sehingga dia bisa merobah posisi tubuhnya dalam
waktu yang sangat singkat sekali. Dimana tahu-tahu kepalan
tangannya nyelonong menghantam dada disamping iga dari Iblis
Tengkorak itu.
“Bukkk!” bukan main kerasnya suara benturan itu, tetapi si
Iblis Tengkorak tidak terpental, hanya terhuyung beberapa
langkah saja ke belakang.
Tat-mo Cauwsu tidak meneruskan serangannya. Dia tidak
mendesak lebih jauh.
Sedangkan Khu-ke Lomo telah memandang bengis kepada
Tat-mo Cauwsu, tampaknya dia marah bercampur penasaran,
dengan sinar mata yang menyala kebiru-biruan dia telah
melompat lagi melancarkan serangan.
Untuk jurus ini Tat-mo Cauwsu hanya mengelakkan diri saja,
dia tidak balas menyerang.
Khu-ke Lomo terus melakukan serangan bertubi-tubi,
sehingga kedua orang yang memiliki kepandaian luar biasa
tingginya itu telah terlibat dalam pertempuran yang sangat seru.
Dalam waktu yang singkat sekali mereka telah bertempur belasan
jurus.
Tang Cie Hok yang melihat pertempuran kedua orang yang
masing-masing memiliki kepandaian begitu tinggi, dia
memandang dengan takjub. Dengan mengerahkan sisa tenaganya
Tang Cie Hok dapat merangkak berdiri.
Dia melihatnya Tat-mo Cauwsu tampak berada di atas angin,
sebab setiap serangan lawannya dapat dielakkannya dengan
mudah. Begitu juga bermacam-macam ilmu hitam dari Cung Cie
Liang telah berhasil dipunahkan, sehingga Iblis Tengkorak itu
jadi semakin gusar dan telah mengeluarkan seluruh kepandaian

Tat Mo Cauwsu 422


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang dimilikinya untuk mengimbangi Tat-mo Cauwsu yang


memiliki kepandaian luar biasa tingginya.
Khu-ke Lomo Cung Cie Liang sebetulnya baru sepuluh tahun
angkat nama di dalam kalangan Kang-ouw. Tetapi karena
kepandaiannya yang sangat tinggi, cepat sekali dia disegani dan
ditakuti oleh orang-orang rimba persilatan.
Waktu itu, Khu-ke Lomo memiliki muka yang tampan,
usianya juga baru empatpuluh tahun. Tetapi waktu dia bertempur
dengan beberapa pendeta Lhama dari Tibet, dia terkena serangan
senjata berapi yang menyebabkan mukanya terbakar dan rusak,
sehingga wajahnya tidak mirip manusia lagi.
Dia lebih mirip dengan tengkorak manusia. Maka dari itu,
selanjutnya dia digelari dengan julukan Khu-ke Lomo.
Cung Cie Liang pun berobah wataknya. Jika semula dia
sudah kejam, justru setelah kerusakan wajahnya itu dia tambah
kejam dan telengas, sehingga berangsur-angsur setiap orang
rimba persilatan merasa takut bertemu dengannya.
Tanda kepala tengkorak manusia yang selalu diukir di batu-
batu dengan mempergunakan jari telunjuknya, merupakan tanda
bahwa dia berada di sekitar tempat tersebut.
Tidak perduli jago-jago dari aliran putih atau hitam,
semuanya merasa takut untuk berjumpa dengannya. Maka dari
itu, perlahan-lahan Cung Cie Liang dianggap sebagai raja dari
segala iblis-iblis pentolan aliran hitam yang berada di daratan
Tiong-goan.
Tetapi Cung Cie Liang bukannya merobah kelakuannya
disaat usianya mencapai limapuluh tahun lebih. Bahkan dia
bertambah bengis saja.

Tat Mo Cauwsu 423


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan menyingkirnya setiap orang yang melihat tanda


tengkorak yang diukirnya di batu, membuat Cung Cie Liang
merasakan dia hidup menyendiri di dunia ini. Karena dimana saja
dia tiba dan melukiskan gambar tengkorak dengan ukiran jari
tangannya di batu-batu, maka selalu orang-orang menyingkir.
Hal ini menimbulkan kesepian untuk Cung Cie Liang juga.
Sehingga dia menaruh dendam kepada orang-orang persilatan,
yang dianggapnya telah menjauhi diri dan mengasingkannya
seorang diri.
Dendam itu meluap dalam tingkat yang lain, yaitu setiap
orang yang mengerti ilmu silat yang berpapasan dengannya, tentu
akan dibinasakannya, dengan cara-cara yang sangat kejam sekali.
Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Cung Cie Liang
semakin ditakuti oleh orang-orang persilatan di daratan Tiong-
goan. Sebab semua jago-jago yang mengetahui adanya Cung Cie
Liang, segera menyembunyikan diri.
Itulah sebabnya, semakin hari sikap dan watak Cung Cie
Liang semakin kejam dan telengas. Karena setiap orang yang
mengerti ilmu silat, baik tinggi maupun rendah, selalu
dianggapnya sebagai lawannya.
Tat-mo Cauwsu telah menyaksikan betapa serangan-
serangan yang dilakukan oleh lawannya dicampur baurkan
dengan ilmu hitamnya. Memang agak merepotkan pendeta India
ini juga menghadapi serangan serangan serupa itu.
Karena disamping harus memperhatikan kedua tangan dari si
Iblis Tengkorak yang menyambar-nyambar ke bagian bagian
tubuhnya yang mematikan. Pun Tat-mo Cauwsu harus
mengerahkan kekuatan batinnya untuk memunahkan ilmu hitam
dari si iblis.

Tat Mo Cauwsu 424


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah bertempur sebanyak belasan jurus, pendeta dan India


ini akhirnya habis sabar, katanya dengan suara nyaring,
“Baiklah Khu-ke Lomo........ engkau terlalu mendesak.
Maafkan Siauw-ceng terpaksa harus mempergunakan sedikit
kepandaian Siauw-ceng.”
Setelah berkata begitu, tampak Tat-mo Cauwsu melompat
mundur menjauhi lawannya terpisah satu tombak. Kemudian
disaat Khu-ke Lomo bermaksud akan melancarkan serangan lagi
kepadanya, Tat-mo Cauwsu telah mendahuluinya dengan
mengebutkan sekaligus kedua tangannya.
Kebutan itu memiliki kekuatan tenaga yang luar biasa
dahsyatnya, karena Tat-mo Cauwsu sudah habis sabarnya dan
benar-benar melakukan penyerangan yang sangat kuat sekali.
Dengan cepat Khu-ke Lomo melompat mundur beberapa
langkah ke belakang. Mukanya merah padam karena diamuk oleh
amarahnya.
Tat-mo Cauwsu menghela napas panjang-panjang kemudian
katanya sambil tersenyum tenang,
“Apakah Cung Heng-tai masih tidak puas main-main begitu
lama?” tanya Tat-mo Cauwsu.
Wajah Khu-ke Lomo tampak merah padam, dengan gusar dia
berseru,
“Jika hari ini aku tidak bisa mengelupas kulit kepalamu,
biarlah aku tidak perlu hidup lagi di bumi ini.........!” Dan suara
ancamannya itu sangat menyeramkan sekali, seperti juga
menggetarkan sekitar tempat ini.
Dan Khu-ke Lomo Cung Cie Liang bukan hanya membentak
menyeramkan saja. Tubuhnya juga melompat menerkam dengan

Tat Mo Cauwsu 425


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

cepat sekali melancarkan gempuran yang sangat hebat kepada


Tat-mo Cauwsu.
Kali ini karena Khu-ke Lomo Cung Cie Liang telah
mengetahui bahwa lawannya merupakan seorang pendeta yang
sangat liehay ilmu silat maupun juga ilmu kebatinannya, maka
dia telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.
Sedangkan Tang Cie Hok yang berdiri di pinggiran, waktu
melihat Cung Cie Liang melancarkan gempuran yang begitu
dahsyat, sama seperti juga runtuhnya gunung kepada Tat-mo
Cauwsu. Tang Cie Hok jadi menggidik ngeri.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tetap berdiri tenang-tenang di
tempatnya. Dia berseru perlahan, kemudian menyambuti
serangan Cung Cie Liang dengan kekerasan pula.
Karena disinilah kelak dari kesempatan yang dinanti-nanti
Tat-mo Cauwsu untuk mengukur sampai berapa tinggi
kepandaian yang dimiliki lawannya itu. Maka dia sengaja telah
melancarkan tangkisan dengan cara keras dilawan keras.
Gempuran itu menimbulkan suara yang hebat waktu kedua
kekuatan tenaga itu saling bentur. Dan tubuh Tat-mo Cauwsu
terhuyung beberapa tindak ke belakang, sedangkan Khu-ke Lomo
sendiri telah terpental satu tombak lebih.
Tetapi Iblis tengkorak itu berhasil untuk menguasai dirinya,
dia tidak sampai jatuh terjungkel.
Dalam kesempatan itu Tat-mo Cauwsu tidak mau mengalah
lebih jauh. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang
menggetarkan tempat ini, bagaikan angin menumbangkan pohon-
pohon dan menggugurkan batu-batu yang ada di sekitar tempat
ini, Tat-mo Cauwsu telah melompat melancarkan gempuran ke
arah dada Khu-ke Lomo.

Tat Mo Cauwsu 426


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Khu-ke Lomo baru saja bisa memperbaiki kedudukan kedua


kakinya. Dan disaat itu dia telah melihat datangnya gempuran
yang luar biasa kuatnya dari Tat-mo Cauwsu.
Tetapi sebagai seorang tokoh silat yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, walaupun kaget, Khu-ke Lomo tidak menjadi
gugup.
Di antara berkesiuran angin serangan Tat-mo Cauwsu yang
menyambar datang itu, tampak Khu-ke Lomo telah melompat ke
samping kanan, berusaha mengelakkan diri sambil tangan
kanannya telah menghantam pergelangan tangan pendeta dari
India itu.
“Tukkk!” tulang pergelangan tangan mereka saling bentur
dengan keras, sampai terdengar sangat nyaring sekali.
Tat-mo Cauwsu telah menyalurkan tenaga dalamnya ke arah
pergelangan tangannya. Dia menindih pergelangan tangan Khu-
ke Lomo, sehingga seperti juga memiliki tenaga tindihan ribuan
kati.
Khu-ke Lomo waktu dibentur tulang pergelangan tangannya
jadi kaget berbareng kesakitan. Karena dia merasakan tulang
pergelangan tangannya itu bagaikan dihantam oleh sesuatu yang
keras dan berat sekali.
Dia ingin menarik pulang tangannya, tetapi justru disaat itu
dia tidak bisa menarik kembali tangannya. Keadaan seperti ini
tentu saja telah membuat Khu-ke Lomo jadi terkejut.
Dia mengempos semangatnya dan bermaksud menariknya,
tetapi tidak bergeming. Karena pergelangan tangannya itu seperti
lengket dengan tulang pergelangan tangan Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang sabar,

Tat Mo Cauwsu 427


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Siancai! Siancai! Khu-ke Lomo Cung Cie Liang, apakah


tidak lebih baik kita menyelesaikan urusan sampai disini saja?”
Tetapi Cung Cie Liang justru mengeluarkan suara bentakan
yang mengguntur. Dia marah sekali maka disamping
mempergunakan lwekangnya yang disalurkan ke seluruh
pergelangan tangan.
Diapun mengeluarkan ilmu hitamnya. Sehingga tampak
tangan Khu-ke Lomo seperti telah berobah menjadi sangat besar
sekali.
Dalam keadaan demikian, Tat-mo Cauwsu tetap menghadapi
dengan tenang. Dia telah melihat lawannya seperti keripuhan
sendiri, sehingga dia mengeluarkan suara tertawa mengejek,
katanya dengan nada yang sabar,
“Jika saja Heng-tai (saudara) Khu-ke Lomo bersedia berjanji
tidak meneruskan perbuatan jahatmu maka aku bersedia
melepaskan dan membebaskan dirimu dari cacad atau
kematian........! Siancai! Siancai! Bersediakah Cung Heng-tai?”
Khu-ke Lomo jadi gusar bukan main. Dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang bengis sambil menggerakkan
tangan kanannya itu dengan kuat sekali untuk diputar. Walaupun
tangan Tat-mo Cauwsu masih menempel dipergelangan
tangannya, tetapi justru dia ingin menguasai tangan Tat-mo
Cauwsu yang hendak diputarnya itu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak mau membiarkan tangannya itu
diputar, dia telah tersenyum, sambil katanya,
“Walaupun engkau mengerahkan seluruh kekuatanmu, tidak
nantinya engkau akan berhasil melepaskan pergelangan tanganmu
itu.”

Tat Mo Cauwsu 428


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Khu-ke Lomo jadi semakin gusar dia berusaha memutar


tangannya itu. Tetapi kembali gagal, hanya bergerak-gerak
perlahan saja.
Waktu itu, Tang Cie Hok menyaksikan pertempuran antara
Tat-mo Cauwsu dan Khu-ke Lomo merupakan pertempuran yang
sangat luar biasa, jarang sekali dia bisa menyaksikan pertempuran
sengit ini. Maka dari itu Tang Cie Hok telah memandang tertegun
dengan pancaran mata yang terpentang lebar-lebar.
Saat itu Khu-ke Lomo setelah gagal beberapa kali memutar
tangan lawannya, telah mengeluarkan suara bentakan pula yang
mengguntur sambil menggerakkan tangan kirinya, yang
digerakkan untuk menotok biji mata Tat-mo Cauwsu, yang
ditotoknya dengan cepat dan luar biasa. Jika saja orang lain yang
menjadi lawan dari Khu-ke Lomo, tentu akan membuat dia
menjadi korban totokan itu.
Walaupun bagaimana cepatnya totokan yang dilakukan Khu-
ke Lomo, namun tidak berhasil mengenai sasarannya. Karena
Tat-mo Cauwsu dengan gerakan yang cepat luar biasa telah
mengelakkan serangan itu dengan memiringkan kepalanya.
Justru saat itu tangan Tat-mo Cauwsu yang satunya meluncur
akan mencengkeram bahu lawannya. Gerakan itu memang
merupakan gerakan yang aneh dan tidak diduga oleh Khu-ke
Lomo Cung Cie Liang. Sebab semula Tat-mo Cauwsu dengan
posisi kedudukan miring, berarti tangannya yang satu itu berada
dalam jarak jangkau yang cukup jauh.
Tetapi anehnya, justru tangan Tat-mo Cauwsu itu seperti bisa
diulur menjadi lebih panjang beberapa dim dari yang sebenarnya.
Dia telah mencengkeram bahu Khu-ke Lomo, bahkan telah
menekan jalan darah Ciu-tie-hiat di dekat tulang piepe lawannya,
cengkeraman yang kuat itu bisa menghancurkan tulang piepe
lawannya.

Tat Mo Cauwsu 429


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak melakukan cengkeraman yang


bisa melukai lawannya, dia hanya menyentuh dan menarik pulang
tangannya lagi, disusuli dengan katanya,
“Sudahlah! Jika memang Cung Heng-tai bermaksud kembali
ke jalan yang benar, pergilah!” katanya sambil menarik tangan
yang menindih pergelangan tangan Cung Cie Liang.
Terbebas dari tekanan tangan Tat-mo Cauwsu dan baru saja
kaget waktu bahunya disentuh oleh cengkeraman Tat-mo
Cauwsu, Khu-ke Lomo menyadari bahwa lawannya berlaku
murah hati tidak mencelakainya. Jika saja cengkeraman tadi
dibahunya diperkeras sedikit saja dan mematahkan tulang
piepenya, berarti akan membuat bercacad si iblis Khu-ke Lomo
seumur hidupnya.
Cung Cie Liang bergelar Iblis Tengkorak, dia juga sangat
telengas dan kejam sekali. Maka dari itu, belum pernah dia
memberi kesempatan hidup kepada lawannya.
Baru pertama kali inilah dia menghadapi lawan yang justru
memiliki kepandaian silat dan kesaktian yang jauh lebih tinggi
darinya. Maka baru saja mengalami ancaman kematian atau
bercacad dan lolos dari bencana, membuat Khu-ke Lomo jadi
berdiri diam salah tingkah di tempatnya.
“Pergilah!” kata Tat-mo Cauwsu lagi dengan suara yang
sabar dan tenang. “Tetapi ingatlah baik-baik oleh Cung Heng-tai,
jangan sekali-sekali engkau kembali melakukan perbuatan jahat
lagi. Lebih baik engkau hidup secara baik-baik untuk
memperoleh ketenangan dan ketentraman!”
Khu-ke Lomo tertawa dingin, dia berkata dengan suara yang
tawar,

Tat Mo Cauwsu 430


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Baiklah! Hari ini aku telah menerima pelajaran yang cukup


berarti. Tetapi dilain kesempatan aku ingin sekali meminta
petunjuk pula dari kau Tat-mo Cauwsu!”
Setelah berkata begitu Khu-ke Lomo telah memutar
tubuhnya dia berlalu dengan cepat sekali.
Tat-mo Cauwsu membiarkan lawannya pergi, dia hanya
memutar tubuhnya sambil menghela napas.
“Iblis yang sangat berbahaya jika dia masih melanjutkan
perbuatan jahatnya, tentu akan mendatangkan bencana yang tidak
kecil untuk orang-orang Kang-ouw di daratan Tiong-goan.........!”
menggumam Tat-mo Cauwsu dengan suara yang perlahan
mengandung sesalan.
Tang Cie Hok telah menghampiri Tat-mo Cauwsu, dia
merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat
kepada Tat-mo Cauwsu,
“Terima kasih atas pengajaran yang tadi Taisu berikan! Baru
hari ini mataku terbuka, bahwa di dunia ini memang tidak ada
yang memiliki kepandaian tertinggi, yang tinggi ada pula yang
lebih tinggi.
“Kepandaian ilmu silat selama ingin dipelajari, tentu tidak
ada batasnya........ Semoga saja aku dilain kesempatan bisa
melakukan banyak perbuatan-perbuatan mulia untuk menebus
dosa-dosaku........!”
Tat-mo Cauwsu gembira mendengar janji Tang Cie Hok.
“Kepandaian Tang Heng-tai sangat tinggi, juga memiliki
kepandaian Bun (sastra), maka jika kedua macam kepandaian itu
dipergunakan untuk alam dan kebaikan membela keadilan untuk
si kecil yang tertindas, tentu Tang Heng-tai memiliki kesempatan

Tat Mo Cauwsu 431


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

untuk menjadi seorang pendekar yang sangat ternama


sekali........”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu muka Tang Cie Hok
jadi berobah merah. Dia telah berkata dengan suara yang
perlahan,
“Petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dari Taisu sangat
saya hargai!” Dia berdiam diri sejenak, tetapi kemudian
meneruskan perkataannya lagi, “Aku tidak akan melupakan
petunjuk-petunjuk Taisu.”
Setelah itu Tang Cie Hok pamitan untuk melanjutkan
perjalanannya.
Tat-mo Cauwsu telah mengawasi kepergian orang she Tang
itu untuk sejenak lamanya. Tat-mo Cauwsu berdiri diam di
tempatnya tanpa bergerak, karena dia masih memikirkan Khu-ke
Lomo Cung Cie Liang.
“Di daratan Tiong-goan banyak sekali jago-jago yang
memiliki kepandaian aneh dan luar biasa. Tetapi justru mereka
umumnya berjalan di jalan hitam, melakukan banyak kejahatan.
“Hal inilah yang harus kuberikan pengertian agar mereka
mau merobah kelakuan mereka. Jika memang mereka membandel
tidak mau menuruti petunjuk-petunjukku, barulah aku harus
mempergunakan kekerasan untuk membinasakannya........
membasminya agar jago-jago jahat seperti itu tidak menimbulkan
bencana bagi masyarakat umumnya.”
Setelah menghela napas lagi beberapa kali, Tat-mo Cauwsu
kemudian melanjutkan perjalanan. Setelah matahari menyilam
diufuk barat, Tat-mo Cauwsu tiba didesa Wu-cing-kwan.

Tat Mo Cauwsu 432


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia bermalam di desa itu di rumah seorang penduduk.


Keesok harinya kembali pendeta India ini melanjutkan
perjalanannya.
Dua hari lamanya Tat-mo Cauwsu melakukan perjalanan
menuju ke selatan. Daerah selatan memang indah dan permai.
Tetapi pada sore hari ketiga Tat-mo Cauwsu berada di kaki
gunung Sing-cie-san, sebuah gunung yang tidak begitu besar
yang mirip-mirip bentuknya dengan keadaan di gunung Bie-san.
Pendeta dari India ini telah memandang sekelilingnya
mengawasi sekitar tempat itu, kalau-kalau ada rumah penduduk
yang bisa diminta bermalam. Tetapi sekitar dikaki gunung ini
sepi sekali, tidak terlihat juga rumah penduduk dan hanya pohon
dan batu belaka yang tampak.
Tat-mo Cauwsu sudah memasuki pedalaman gunung itu,
maksudnya ingin mencari sebuah tempat yang bisa
dipergunakannya tidur dan beristirahat. Setelah melakukan
perjalanan kurang lebih lima lie, Tat-mo Cauwsu mendengar
samar-samar suara yang aneh sekali.
Pendeta ini memasang pendengarannya baik-baik dan
akhirnya dia tersenyum sendirinya. Karena segera dia
mengenalinya bahwa suara aneh itu tidak lain dari suara air
tumpah, yaitu air terjun.
Didengar suaranya yang perlahan dan samar itu, memang
menunjukkan letak air terjun itu masih terpisah jauh.
Tat-mo Cauwsu melihat matahari telah tenggelam ditelan
oleh kaki langit sebelah barat. Dan dia masih terus juga
melakukan perjalanan karena keadaan di sekitar hutan yang
dijalaninya itu sangat sepi sekali, sampai-sampai binatang
buaspun tidak dilihatnya di hutan tersebut.

Tat Mo Cauwsu 433


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keadaan hutan yang besar tapi sepi seperti tidak memiliki


penghuninya yaitu binatang-binatang liar, membuat Tat-mo
Cauwsu jadi bertanya-tanya di dalam hatinya. Karena biasanya
hutan yang bagaimana kecil pun, pasti dihunikan oleh binatang
liar, setidak-tidaknya binatang-binatang kecil seperti burung dan
lain lainnya.
Tat-mo Cauwsu telah menyusuri terus menuju ke arah dari
mana datangnya suara air tumpah itu, yang semakin lama
terdengar semakin jelas. Dia melangkah terus.
Tetapi suatu ketika, Tat-mo Cauwsu telah menahan langkah
kakinya. Dia berdiri tertegun, karena justru dia mendengar suara
mengaung yang sangat aneh sekali, suara itu seperti suara pekik
atau jerit, tetapi mirip juga suara tertawa, sehingga terdengarnya
suara itu aneh sekali.
“Suara apa itu?” berpikir pendeta India ini di dalam hatinya.
“Terdengarnya suara itu bagaikan memiliki kekuatan hitam........
mengerikan.........”
Tetapi sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, Tat-mo Cauwsu tidak jeri untuk menghadapi
apapun juga. Dia melangkah maju terus.
Dua kali dia mendengar kembali suara pekik yang mirip
tertawa dan nadanya menyeramkan sekali, yang menurut
pendengaran Tat-mo Cauwsu seperti mengandung kesesatan.
Sedangkan suara air tumpah terdengar semakin jelas. Tat-mo
Cauwsu mengetahui bahwa air terjun itu tentunya terletak di
tempat yang tidak jauh lagi.
Waktu Tat-mo Cauwsu tiba di mulut hutan sebelah lainnya,
dia melihat terhampar sebuah lapangan rumput yang luas.

Tat Mo Cauwsu 434


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Di sebelah kanannya, terpisah kurang lebih belasan tombak,


tampak sebuah anak sungai yang cukup besar mengalir tenang.
Airnya jernih sekali, dan di ujung batu-batu gunung yang terpisah
kurang lebih ratusan tombak, tampak tebing yang tinggi.
Dari atas tebing itulah meluncur turun air terjun yang bening
bagaikan segaris benang sutra putih. Suara jatuhnya air terjun itu
yang menimpah air dan batu, memang merupakan suara yang
bergemuruh.
Tat-mo Cauwsu menghampiri tempat itu ke kaki tebing,
maksudnya hendak mencuci muka dan tubuhnya, karena Tat-mo
Cauwsu bermaksud beristirahat di bawah kaki tebing itu, di dekat
air terjun.
Tetapi setelah Tat-mo Cauwsu tiba dikaki tebing itu, kembali
pendeta ini dihadapi oleh sesuatu yang agak ganjil. Air terjun
yang turun dan belum tumpah ke sungai, justru telah berpencaran
seperti terbentur suatu kekuatan yang dahsyat.
Tat-mo Cauwsu untuk sejenak lamanya berdiri tertegun
mengawasi pecahan ujung air mancur di sebelah bawah, yang
terus menerus berhamburan seperti membentur suatu kekuatan
yang tidak tampak. Samar-samar Tat-mo Cauwsu melihat sesosok
benda yang di dalam tumpahan air terjun itu.
Pendeta India ini telah mengerutkan alisnya. Dia memasang
penglihatannya lebih baik memperhatikan benda yang samar-
samar dibalik tirai air terjun itu.
Dia telah melihatnya, benda itulah yang menyebabkan tirai
air terjun di sebelah bawah beterbangan bagaikan terbentur
kekuatan yang sangat dahsyat sekali. Yang membuat Tat-mo
Cauwsu lebih heran lagi justru benda itu menyerupai seorang
manusia.

Tat Mo Cauwsu 435


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Karena penasaran, Tat-mo Cauwsu telah menghampiri lebih


dekat. Dan memang dibalik tirai air terjun itu duduk bersila
seorang yang bentuk tubuhnya agak pendek, mukanya bulat sama
seperti potongan tubuhnya yang bulat juga.
Hidungnya bundar dan pesek, dengan bibirnya yang tebal.
Matanya terbuka lebar, walaupun bentuknya tetap saja tidak
berobah merupakan mata yang sipit. Keadaannya mirip-mirip
orang Han, tetapi juga mirip mirip seperti orang dari suku bangsa
di luar bangsa Han.
Lama Tat-mo Cauwsu berdiri diam mengawasi orang itu.
Yang membuat Tat-mo Cauwsu takjub, justru dia melihat betapa
orang itu selalu menggerak-gerakkan kedua tangannya
bergantian, memukuli air yang tumpah ke bawah.
Kekuatan air terjun itu bukannya ringan, meliputi ribuan kati.
Tetapi yang mengherankan sosok tubuh itu berada tepat sekali di
bawah tumpahnya air terjun tersebut, bahkan tirai air terjun itu
berhamburan setiap kali terpukul oleh kedua tangannya.
“Hebat orang pendek ini…….!” berpikir Tat-mo Cauwsu di
dalam hatinya. “Dia bisa menahan kekuatan tumpahnya air terjun
sudah merupakan hal yang sangat luar biasa, karena tekanan
jatuhnya air terjun tentu meliputi ribuan kati........
“Tetapi justru yang lebih luar biasa lagi adalah kedua
tangannya itu yang dapat menghantam hancur tirai air terjun itu
sehingga tidak ada air yang bisa membasahi tubuhnya........!”
Sambil berpikir begitu Tat-mo Cauwsu telah mengawasi
dengan mata tertegun, karena dia kagum sekali.
Tetapi orang yang bertubuh pendek gemuk itu, yang tengah
bergumul dengan air tumpah itu, tampaknya melihat Tat-mo
Cauwsu juga. Karena dia telah mengeluarkan suara pekikan yang

Tat Mo Cauwsu 436


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

aneh sekali, seperti suara teriakan dan suara tertawa yang


tergabung menjadi satu.
Tat-mo Cauwsu baru mengetahui bahwa suara aneh yang
didengarnya tadi adalah suara teriakan orang bertubuh pendek ini.
Dan orang bertubuh pendek itu bukan berteriak saja, dia telah
melompat, gerakannya luar biasa gesitnya, karena tahu-tahu dia
telah berada dihadapan Tat-mo Cauwsu.
Matanya yang sipit itu telah dibuka lebar-lebar, dia
mengawasi dengan sinar mata yang menyelidik. Tapi sinar mata
itu menurut Tat-mo Cauwsu mengandung sinar dari sesuatu ilmu
sesat.
“Siapa kau?” tegur orang itu dengan mempergunakan kata-
kata Han yang kaku, “Tahukah engkau, bahwa beradanya engkau
disini telah mengganggu latihanku?”
Tat-mo Cauwsu cepat-cepat merangkapkan tangannya, dia
menjura kepada orang itu, “Siancai, maafkan, Siauw-ceng tidak
tahu bahwa justru kedatangan Siauw-ceng di tempat ini telah
mengganggu ketenangan Siecu (tuan) berlatih diri.
“Tadi Siauw-ceng tidak sengaja datang di tempat ini, karena
Siauw-ceng bermaksud untuk beristirahat disini setelah
melakukan perjalanan satu hari lamanya. Siauw-ceng harap Siecu
tidak marah, dan Siauw-ceng akan segera berlalu..........”
Sambil berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah memutar
tubuhnya untuk berlalu. Tetapi belum lagi melangkah lebih dari
tiga tindak, orang itu telah membentak, “Berhenti........!”
Bentakan itu sangat keras, dan seperti mengandung suatu
kekuatan pengaruh yang menggetarkan hati. Tat-mo Cauwsu
telah menahan langkah kakinya, dia menoleh sambil tersenyum.

Tat Mo Cauwsu 437


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Ada yang ingin Siecu katakan?” tanyanya dengan suara


yang sabar.
“Hemm........ enak saja kau setelah mengganggu latihanku,
lalu engkau ingin berlalu dengan begitu saja?” kata orang
bertubuh pendek gemuk itu dengan suara yang tidak sedap
didengar oleh telinga. Karena selain dia berkata-kata dengan
suara yang kaku dalam bahasa Han, juga dia membentak dengan
suara yang seperti kaleng pecah.
“Apakah dengan begitu saja kau ingin meninggalkan tempat
ini setelah menggagalkan latihanku hari ini?”
Tat-mo Cauwsu melihat sikap orang ini jadi kurang senang
juga hatinya karena itu bersikap kasar dan tidak menyenangkan.
Tetapi Tat-mo Cauwsu sabar sekali, dia telah berkata dengan
suara yang ramah,
“Lalu, apa yang dikehendaki oleh siecu?”
“Hemm, tidak ada orang yang bisa berlalu begitu saja dari
hadapan Keuki Takashi sebelum menerima hadiah dariku!”
katanya dengan suara yang nyaring dan mengandung nada yang
agak bengis.
“Hadiah? Hadiah apa yang ingin diberikan Siecu kepada
Siauw-ceng?” tanya Tat-mo Cauwsu dengan suara yang sabar.
“Kau boleh pilih sendiri, anggota tubuhmu yang mana
bersedia dibuat cacad, tanganmu atau kakimu, atau anggota tubuh
lainnya, kau pilih sendiri!” kata orang itu lagi, Keuki Takashi,
dengan suara yang tetap seperti kaleng pecah.
Tat-mo Cauwsu jadi tidak senang karenanya, dia telah
mengawasi tajam orang pendek ini. Mendengar dari perkataan
orang itu dan juga namanya, maka Tat-mo Cauwsu segera

Tat Mo Cauwsu 438


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengetahui bahwa orang ini bukan bangsa Han, dan tentunya


orang dari negeri matahari terbit yaitu Jepang.
Mengetahui itu Tat-mo Cauwsu jadi heran sendirinya.
Karena yang diketahuinya daratan Tiong-goan yang dihunikan
juga oleh perantauan perantauan suku bangsa matahari terbit
biasanya berada di sebelah Utara pinggiran.
Namun kini justru orang Jepang ini berada di daerah Selatan.
Keadaannya juga luar biasa sekali melatih diri di bawah
tumpahnya air terjun.
“Apa maksud Siecu? Siauw-ceng tidak mengerti, tolong
Siecu memberitahukannya.........”
Keuki Takashi telah tertawa, suara tertawanya tidak enak.
Dan Tat-mo Cauwsu kembali mendengar dalam nada suara
orang itu mengandung kesesatan.
“Hadiah yang kumaksudkan,” kata Keuki Takashi dengan
suara yang cempreng, “Ialah hadiah cacad untukmu! Setiap orang
yang datang kemari, tidak gampang-gampang meninggalkan
tempat ini sebelum membawa tanda mata dari Keuki
Takashi......... Apa lagi justru engkau telah lancang datang kemari
disaat aku tengah berlatih, setidak-tidaknya engkau telah mencuri
lihat latihanku........”
Mendengar perkataan Keuki Takashi sampai disitu, habislah
kesabaran Tat-mo Cauwsu. Dia melihatnya bahwa orang Jepang
ini rupanya bukan manusia baik-baik.
“Baiklah,” kata Tat-mo Cauwsu dengan suara yang sabar.
“Aku merupakan pendeta miskin perantauan, jadi apa yang
dikehendaki oleh Siecu? Aku hanya akan menuruti dan mengikuti
kemauan Siecu........”

Tat Mo Cauwsu 439


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Muka Keuki Takashi jadi semakin tidak sedap dilihat. Dia


memperdengarkan suara tertawanya yang tidak enak untuk
didengar oleh telinga.
“Hemmm, engkau rupanya sudah mengerti maksudku,
bukan?” tanya kemudian. “Nah, sekarang katakanlah, bagian
bagian anggota tubuhmu yang mana bersedia dibuat bercacad!”
“Omitohud! Omitohud!” berkata Tat-mo Cauwsu memuji
kebesaran sang Buddha. “Kenapa harus begitu? Bukankah Siauw-
ceng tanpa sengaja tersesat di tempat ini.
“Jika memang kedatangan Siauw-ceng di tempat ini
mengganggu latihan Siecu, maka Siauw-ceng telah meminta
maaf........ Dan Siecu boleh meneruskan latihanmu lagi tanpa
terganggu dengan kehadiran Siauw-ceng, bukankah Siauw-ceng
akan segera berlalu? Hemm, mengapa sampai harus dibuat
bercacad dulu tubuhku?”
Wajah Keuki Takashi semakin tidak enak dilihat, dia
rupanya telah memperlihatkan kemarahannya.
“Tidak ada seorang pun yang bisa menentang keinginan
Keuki Takashi........ Apa lagi berusaha membangkang!” katanya
dengan suara yang sember. “Bersiap-siaplah engkau untuk
menerima hukuman dariku!”
Tat-mo Cauwsu memaksakan dirinya untuk tertawa,
walaupun saat itu hatinya juga diliputi kemarahan.
“Jika memang Siecu berkata begitu sesungguhnya peraturan
dari mana yang Siecu pergunakan?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Tidak mungkin seorang manusia, tanpa kesalahan yang berarti,
bersedia tubuhnya dibuat bercacad…….”
“Kepala gundul!” bentak Keuki Takashi dengan suara yang
nyaring mengandung kemarahan. “Engkau ingin membangkang?”

Tat Mo Cauwsu 440


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Membangkang? Siauw-ceng tidak membangkang, hanya


ingin menjelaskan kepada Siecu, bahwa Siauw-ceng tanpa
sengaja datang di tempat ini. Jika memang siecu menganggap
kehadiran Siauw-ceng sangat mengganggu Siecu bukankah
tadipun Siauw-ceng telah meminta maaf?
“Kenapa harus didesak terus untuk memperoleh apa yang
disebut 'hukuman' oleh Siecu?”
“Engkau terlalu rewel, kepala gundul!” bentak Keuki
Takashi dengan suara yang temberang sekali, sinar matanya
memancarkan sikap yang angkuh. “Kau lihat ini, apakah
kepalamu lebih keras dari ini.........”
Sambil berkata begitu, Keuki Takashi telah menggerakkan
tangan kanannya yang diangkat sampai melewati atas kepalanya.
Kedua kakinya direnggangkan, dan dia mengeluarkan suara pekik
sambil menghajar sebungkah batu yang berukuran besar dengan
tepian telapak tangannya.
Tidak terdengar suara apa-apa waktu tepian telapak
tangannya itu menghantam batu tersebut, hanya saja, akibat
pukulan itu sangat hebat. Waktu Keuki Takashi mengangkat
tangannya dari batu itu, batu yang semula berbungkah besar itu
telah meluruk menjadi beberapa puluh pecahan.
Hati Tat-mo Cauwsu jadi tercekat, dan berbareng kagum
juga. Telapak tangan orang Jepang ini rupanya telah terlatih
sekali, karena batu yang begitu keras telah berhasil dipukulnya
pecah sedemikian rupa.
Tetapi melihat cara waktu Keuki Takashi mengerahkan
tenaganya dan memukulnya, Tat-mo Cauwsu mengetahui bahwa
Keuki Takashi seperti memiliki kepandaian Gwakang (tenaga
lahiriah yang mengandalkan kekuatan tubuh atau phisik, yang

Tat Mo Cauwsu 441


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sesungguhnya kepandaian Keuki takashi dimasa sekarang ini


lebih dikenal sebagai pelajaran Karate).
“Bagaimana menurut penglihatanmu, apakah kepalamu yang
gundul itu jauh lebih keras dari batu itu?” tanya Keuki Takashi
dengan suara yang temberang sekali.
Tat-mo Cauwsu dengan sabar memperlihatkan senyumnya,
dia juga telah menyebut beberapa kali kebesaran Sang Buddha,
kemudian baru menyahuti,
“Memang kepandaian dari suatu kekuatan yang dilatih
semakin lama semakin tinggi dan sempurna harus dibuat bangga.
Tetapi seorang manusia melatih diri untuk memiliki kekuatan dan
kepandaian yang tinggi bukan sekedar untuk bertindak sewenang-
wenang, bukan untuk mencelakai sesama manusia yang tidak
bersalah apa-apa padanya........
“Justru tujuan yang pokok adalah bagaimana menyalurkan
dan mempergunakan kepandaian yang telah dimilikinya itu,
disertai dengan akal yang sehat. Harus melakukan banyak
perbuatan-perbuatan mulia barulah merupakan suatu hal yang
patut dibanggakan........!”
Keuki Takashi jadi semakin gusar hatinya.
“Aku tidak perlu kata-kata nasehatmu itu keledai gundul,”
kata Keuki Takashi dengan suara yang bertambah garang dan
kasar.
“Justru kini kau boleh sebutkan, bagian anggota tubuhmu
yang mana bersedia untuk dibuat bercacad. Atau memang engkau
menghendaki kematian dengan kepalamu itu kuhajar hancur
remuk seperti batu itu yang menjadi contohnya?”
Tat-mo Cauwsu masih tersenyum dengan sikap yang sabar,
walaupun hatinya telah mendongkol sekali.

Tat Mo Cauwsu 442


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sebungkah batu tidak bisa dipersamakan dengan seorang


manusia. Jika sebungkah batu walaupun bagaimana besar dan
kerasnya, hanya sebungkah batu yang tidak bergerak dan diam.
“Tetapi justru manusia, memiliki gerak, yang bisa saja
mengelakkan, dan bisa saja menghadapi setiap mara bahaya yang
mengancam dirinya. Tidak mungkin seorang manusia akan
berdiam diri saja walaupun mengetahui telah datang mara bahaya
yang mengancam keselamatan jiwanya........!”
Keuki Takashi memperlihatkan sikap yang lebih garang, dia
telah membentak, “Jadi kau memang menantang aku.........?”
Dan belum lagi suara bentakannya itu habis, disaat itulah
telah terlihat Keuki Takashi membarengi dengan gerakan
tangannya yang sangat cepat sekali meluncur akan menghantam
pundak Tat-mo Cauwsu dengan mempergunakan tepian telapak
tangannya.
Kalau orang lain yang menerima serangan ini mungkin akan
terkejut. Tetapi tidak demikian halnya dengan Tat-mo Cauwsu.
Dia mengawasi datangnya serangan itu dengan berdiri tenang
dihadapannya.
Waktu dia melihat tepian telapak tangan lawannya hampir
mengenai bahunya, barulah dia memiringkan pundaknya dan
dengan hanya mempergunakan jari telunjuknya dia telah berhasil
mendorong telapak tangan Keuki Takashi.
Itulah peristiwa yang belum pernah dialami oleh Keuki
Takashi, sehingga dia jadi terkejut dan tertegun. Dia merasakan
dorongan jari telunjuk dari pendeta dihadapannya itu telah
membuat telapak tangannya itu terdorong keras walaupun hanya
jari telunjuk itu yang mendorong.
Tetapi dalam keadaan terkejut seperti itu justru Keuki
Takashi telah mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras

Tat Mo Cauwsu 443


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali. Tangan kanannya itu baru terdorong oleh jari telunjuk Tat-
mo Cauwsu namun tangan kirinya telah menyerang lurus ke
depan biji mata pendeta dari India itu.
Tat-mo Cauwsu juga terkejut sekali melihat cara menyerang
Keuki Takashi, karena cara bertempur Keuki Takashi berlainan
dengan cara bertempur jago-jago silat di daratan Tiong-goan. Jika
orang yang menghadapinya itu memiliki kepandaian tanggung-
tanggung, tentu akan dapat dicelakai oleh Keuki Takashi.
Karena itu, Tat-mo Cauwsu cepat-cepat menggerakkan
kepalanya, dia berhasil mengelakkan serangan ujung jari tangan
Keuki Takashi. Dan kemudian dengan cepat Tat-mo Cauwsu
menyusuli dengan kebutan lengan bajunya.
Kebutan lengan jubah Tat-mo Cauwsu itu mengandung
kekuatan tenaga lwekang yang sangat dahsyat sehingga Keuki
Takashi telah mengeluarkan suara teriakan dan terhuyung
mundur beberapa langkah. Peristiwa yang terjadi ini sangat
mengejutkan Keuki Takashi, karena belum pernah ada orang
yang berhasil menggempur kuda-kuda kedua kakinya yang sangat
kuat.
Tetapi Keuki Takashi tidak lama-lama tenggelam dalam
keterkejutannya itu. Karena dia juga telah diliputi oleh perasaan
penasaran dan marah.
Dengan disertai oleh suara pekikan yang sangat nyaring
memekakkan anak telinga tampak Keuki Takashi telah melompat
dan melancarkan tendangan lurus dengan mempergunakan
telapak kakinya. Yang dituju adalah leher pendeta dari India
tersebut, yang ingin ditendang dengan mempergunakan tepian
kakinya itu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu memiliki gerakan yang sangat gesit
sekali. Dia telah mengeluarkan suara teriakan yang sangat

Tat Mo Cauwsu 444


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

nyaring dan mengebutkan lengan jubah pertapaannya, sehingga


ujung lengan jubahnya itu telah melibat kaki Keuki Takashi.
Dengan menghentak Tat-mo Cauwsu membuat tubuh Keuki
Takashi hampir jatuh terjungkel.
Keuki Takashi berusaha mempertahankan keseimbangan
tubuhnya. Dia telah mengerahkan tenaganya dan mempergunakan
kedua tangannya menahan meluncurnya tubuh itu, kemudian
mendorong lagi ke atas, sehingga tubuhnya melambung ke tengah
udara dan meluncur turun dengan kedua kakinya terlebih dulu,
berdiri tegak tanpa goyah sedikitpun juga.
Tat-mo Cauwsu kagum juga melihat kegesitan dan kuatnya
kuda-kuda kedua kaki Keuki Takashi. Pendeta dari India ini telah
berkata,
“Rupanya engkau terlalu mengandalkan kepandaian dan
kekuatanmu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik kepada
sesamamu........ Baiklah, jika memang Siecu mendesak terus,
biarlah Siauw-ceng menemanimu main-main beberapa
jurus........!”
Tat-mo Cauwsu berkata begitu karena pendeta India ini jadi
tertarik juga untuk main-main beberapa jurus dengan jago Jepang
yang memiliki kepandaian tinggi itu.
Keuki Takashi telah mengeluarkan suara teriakan yang
nyaring. Tubuhnya telah melompat melambung ke tengah udara
dengan gerakan yang cepat sekali sambil melakukan tendangan-
tendangan mautnya.
Tat-mo Cauwsu tiga kali beruntun-runtun telah mengelakkan
tendangan tendangan kaki Keuki Takashi. Dia berhasil
mengelakkan diri dengan mudah.

Tat Mo Cauwsu 445


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Namun Keuki Takashi terus melakukan pukulan-pukulan


karatenya yang dikombinasikan dengan tendangan-tendangan
kedua kakinya yang menyambar bertubi-tubi ke tubuh Tat-mo
Cauwsu.
Setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan serangan-
serangan yang bisa mematikan. Sebab beberapa kali Tat-mo
Cauwsu berhasil mengelakkan diri dari tendangan itu, kaki Keuki
Takashi telah menendang hancur batu batu yang ada di dekat Tat-
mo Cauwsu.
Maka bisa diambil perbandingan bahwa tendangan kaki
Keuki Takashi tidak kalah hebatnya dengan tepian telapak
tangannya yang bisa menghancurkan batu.
Tat-mo Cauwsu sendiri heran memikirkan kepandaian orang
bertubuh pendek gemuk ini. Dia tidak mengerti mengapa
kekuatan Gwakang yang dimiliki Keuki Takashi demikian hebat
dan tangguh.
Dalam keadaan demikian, tampak Tat-mo Cauwsu bukan
hanya ingin berkelit saja. Jika tadi beruntun Tat-mo Cauwsu telah
mengelakkan diri tanpa melancarkan serangan balasan karena dia
bermaksud ingin mencari dulu titik kelemahan dari ilmu karate si
pendek gemuk ini.

––––––––

JILID 12

Tat Mo Cauwsu 446


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

TIBA-TIBA Tat-mo Cauwsu telah merobah cara


bertempurnya, dengan jurus “Hong-liu-cut-hay' atau 'Angin
Menerpa Yang-liu Masuk ke lautan”, tahu-tahu tangan Tat-mo
Cauwsu telah bergerak-gerak cepat sekali.
Yang luar biasa bukanlah gerakan kedua tangannya yang
cepat, tetapi angin serangan tangan Tat-mo Cauwsu yang
berkesiuran, sehingga di tempat tersebut bagaikan diterpa oleh
terjangan badai dan angin topan.
Keuki Takashi juga nampaknya terkejut dengan perobahan
cara bersilat yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu. Karena begitu
kedua tangan Tat-mo Cauwsu bergerak-gerak dengan lincah dan
cepat, segera pula menyambar angin serangan yang tidak
hentinya menerjang dirinya.
Bahkan yang membuatnya jadi kaget sekali, setiap terjangan
angin serangan yang dilancarkan Tat-mo Cauwsu membuat
tubuhnya jadi terhuyung berulang kali.
Tetapi Takashi juga memiliki kekuatan dan kepandaian yang
dapat diandalkan olehnya, sehingga dia tidak menjadi gugup
menghadapi keadaan seperti ini. Bahkan cepat sekali dia
mengerahkan kekuatan di kedua telapak tangannya dan
menerjang dengan kekerasan.

Tat Mo Cauwsu 447


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu menyadari bahayanya telapak tangan Keuki


Takashi yang mengandung tenaga gwakang. Dia tidak mau saling
membenturkan tangannya dengan pihak lawan tersebut.
Memang bisa saja dia menghadapi tenaga serangan lawannya
dengan mempergunakan tenaga lwekangnya atas latihan Yoga
yang dimilikinya, namun Tat-mo Cauwsu tidak mau menempuh
resiko seperti itu. Dengan menggerakkan gin-kangnya, tubuh Tat-
mo Cauwsu berkelebat-kelebat mengelakkan serangan-serangan
Keuki Takashi, sambil balas menyerang dengan tidak kalah
hebatnya.
Menghadapi cara bertempur yang dilakukan Tat-mo Cauwsu,
Keuki Takashi rupanya kaget bercampur penasaran. Dengan
mendongkol beberapa kali dia harus mengelakkan diri juga.
Karena pernah sekali terjadi waktu Keuki Takashi tidak
memperdulikan serangan Tat-mo Cauwsu dan terus menggempur
dada pendeta itu. Tangan Tat-mo Cauwsu singgah di dadanya,
sehingga tubuh Keuki Takashi jadi tergoncang hebat dan mundur
dengan wajah yang pucat.
Sedangkan yang mengejutkan dia justru waktu tadi tepian
telapak tengannya berhasil menggempur punggung pendeta India
tersebut, dia merasakan tenaga serangannya seperti lenyap.
Karena Tat-mo Cauwsu mempergunakan ilmu (tenaga lunak)
untuk menerima gempuran yang dilakukan oleh Keuki Takashi
yang membuat punggungnya itu selunak kapas. Dengan demikian
lenyaplah daya tenaga serangan Keuki Takashi.
Jago Jepang yang bertubuh gemuk pendek itu telah berdiam
diri sejenak menatap tajam pada Tat-mo Cauwsu. Hasil
serangannya yang tidak memberikan hasil apa-apa padanya
membuat dia heran tercenung. Dia tidak mengerti mengapa
punggung pendeta itu bisa selunak kapas.

Tat Mo Cauwsu 448


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Biasanya, jangan kata tubuh manusia, sedangkan batu atau


besi dapat dihancurkan oleh gempuran pinggir telapak tangannya.
Karena telah duapuluh lima tahun lamanya Keuki Takashi
melatih ilmunya tersebut.
Bahkan selama lima tahun belakangan ini Keuki Takashi
telah melatih diri di bawah tumpahan air terjun yang mengandung
kekuatan mendorong mencapai ribuan kati. Sehingga
kepandaiannya jadi meningkat lebih hebat lagi dibandingkan
dengan masa lalunya.
Selain kuda-kuda kedua kakinya menjadi kuat sekali, seperti
juga gunung yang tegar dan kokoh, yang tidak akan goyah oleh
gempuran bagaimana kuatpun juga. Namun kenyataan yang
dihadapi kini membuat dia heran. Pertama-tama, dia menyerang
Tat-mo Cauwsu tanpa mendatangkan hasil, punggung pendeta itu
tidak berhasil dihancurkannya.
Dan begitu juga waktu telapak tangan Tat-mo Cauwsu
mengenai dadanya. Walaupun nampaknya sentuhan yang
dilakukan Tat-mo Cauwsu mengenai dadanya itu perlahan sekali,
namun berhasil membuat tergempur kuda-kuda kedua kaki Keuki
Takashi, sehingga diapun terhuyung mundur, bahkan merasakan
sakit yang bukan main pada dadanya.
Tat-mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
berkata dengan suara yang sabar,
“Siancai! Siancai! Siecu telah melihat, tidak selamanya
kepandaian Siecu bisa diandalkan untuk merubuhkan dan
menganiaya sesama manusia, bukan? Maka dari itu, alangkah
bijaksananya seseorang melakukan amal kebaikan, untuk
memupuk jiwa yang luhur.
“Coba Siecu bayangkan kepandaian tanpa pemikiran yang
baik mendatangkan bencana bagi sesama manusia diri sendiri.

Tat Mo Cauwsu 449


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi jika pemikiran tanpa kepandaian bisa menyebabkan


malapetaka.
“Siecu pikirkan, jika Siecu tetap dengan perbuatan yang
selalu menuruti hawa angkara murka, dengan mengandalkan
kepandaian yang sekarang kebetulan dimiliki Siecu, bukankah hal
itu akan mendatangkan bencana yang tidak kecil?
“Terutama untuk sesama manusia dan juga untuk Siecu
sendiri jika kelak suatu saat Siecu bertemu dengan lawan yang
kebetulan sekali memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari
kepandaian Siecu. Serta lawan Siecu itu memiliki sifat yang
kejam dan bertangan telengas juga, bukankah akan mendatangkan
malapetaka yang hebat untuk diri Siecu?
“Terlebih lagi memang di dunia ini tiada yang kekal dan
karma itu akan selalu ada, maka tidak bisa selamanya Siecu
berada di atas, suatu saat kegetiran itu akan diterima oleh Siecu
jika meneruskan perbuatan yang tidak baik ini........!”
Keuki Takashi waktu mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu
bukannya merenungkan perkataan itu, bahkan sebaliknya jadi
gusar sekali. Dia berjingkrak sambil mengeluarkan suara teriakan
yang mirip dengan suara tertawa atau tangis itu, mengerikan dan
nada suaranya itu mengandung kesesatan.
Tangan kirinya diturunkan ke dekat perutnya, sedangkan
tangan kanannya perlahan-lahan diangkatnya, dengan
mengerahkan seluruh kekuatan inti yang dimilikinya, dia
mengangkatnya sampai telapak tangan kanan itu berada di atas
kepalanya.
Dengan mengeluarkan suara erangan yang mengerikan dan
muka memancarkan sinar yang mengandung hawa pembunuhan,
tampak Keuki Takashi telah melompat melakukan pukulan
dengan kedua tangannya.

Tat Mo Cauwsu 450


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu juga jadi terkejut waktu melihat cara


lawannya melancarkan serangan seperti itu. Dia menggidik
melihat sinar mata Keuki Takashi yang memancar menyeramkan.
Tetapi sebagai seorang yang patuh beribadah, Tat-mo
Cauwsu segera menyebut kebesaran nama Sang Buddha, sambil
mengerahkan semangat murninya dikedua tangannya. Pukulan
yang kali ini dilakukan oleh Keuki Takashi tidak mungkin bisa
dielakkannya, karena terlalu cepat dan kuat sekali. Tubuh Keuki
Takashi juga melambung di tengah udara waktu tangannya
melancarkan pukulan.
Maka Tat-mo Cauwsu telah berdiri dengan Tiat-lo-han
(Arhad Besi), kedua kakinya seperti menancap di bumi. Dan dia
telah mempergunakan salah satu jurus dari Cap-peh Lo-han-kun,
ilmu silat telapak tangan kosong yang memiliki ketangguhan
sangat diandalkannya.
“Bukkk!” gempuran yang dilakukan oleh Keuki Takashi
telah berhasil mengenai telapak tangan Tat-mo Cauwsu, tubuh
mereka berdua tergetar keras sekali.
Keuki Takashi telah meluncur turun dengan tubuh yang
dirasakan sakit-sakit akibat dorongan tenaga Tat-mo Cauwsu.
Maka dia kembali diliputi perasaan heran dan kaget, karena
pukulannya yang begitu hebat, tidak bisa merubuhkan Tat-mo
Cauwsu, membuat Keuki Takashi sejenak lamanya jadi berdiam
diri tertegun menatap si pendeta.
Tat-mo Cauwsu berdiri tegak di tempatnya. Bagaikan kedua
kakinya berakar di tanah, sedikitpun tidak tergoyahkan oleh
tenaga serangan yang dilakukan oleh Keuki Takashi.
Tetapi di luar tahunya Keuki Takashi, hati Tat-mo Cauwsu
tercekat. Waktu tadi dia menangkis serangan yang dilakukan oleh
Keuki Takashi, justru dia merasakan betapa tenaga tangkisannya

Tat Mo Cauwsu 451


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

itu tidak memberikan hasil apa apa, bahkan tenaga gempuran


Keuki Takashi bagaikan membuat seluruh darah di tubuhnya
telah bergolak.
Untuk itu, Tat-mo Cauwsu cepat-cepat mengempos tenaga
lwekangnya. Untung saja dia memang memiliki lwekang yang
telah mencapai puncaknya, ditambah dengan hasil latihan tenaga
Yoganya, maka dia berhasil memunahkan tenaga pukulan telapak
tangan Keuki Takashi.
Namun sejenak lamanya dadanya masih dirasakan sakit
sekali. Hal itu membuktikan bahwa tenaga pukulan Keuki
Takashi walaupun tidak bisa merubuhkannya tetapi telah
membuat dia tergempur di dalam.
Di luar Tat-mo Cauwsu tenang-tenang saja, tetapi dihatinya
dia agak gelisah. Karena pendeta dari India ini menyadari, kalau
saja Keuki Takashi melancarkan serangan beruntun seperti tadi
sebanyak tiga kali lagi, kemungkinan untuk bertahan terus tidak
bisa dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu, dia tentu akan terluka di
dalam.
Cepat-cepat Tat-mo Cauwsu menyalurkan kekuatan tenaga
lwekangnya di beberapa jalan darah terpenting di kepala, leher,
dada dan perutnya. Dia menyalurkan dengan cepat, dan perasaan
sakit di dadanya berangsur-angsur lenyap.
Untung juga disaat itu Keuki Takashi juga tidak melancarkan
serangan lagi, sebab jago Jepang itu juga tengah tertegun. Itulah
suatu keuntungan bagi Tat-mo Cauwsu.
Dia bisa memanfaatkan keadaan seperti itu untuk
melancarkan peredaran jalan darahnya yang tadi hampir macet
akibat pukulan telapak tangan Keuki Takashi.
Dalam keadaan demikian Keuki Takashi sendiri berpikir dua
kali untuk melancarkan serangan lagi, sebab diapun tadi

Tat Mo Cauwsu 452


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

merasakan dada dan perutnya sakit sekali. Dadanya sesak


mengganggu napasnya disamping perasaan sakit perutnya dimana
isi perutnya itu seperti terbalik.
Waktu itupun Keuki Takashi baru mengakui bahwa pendeta
India itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali, mungkin lebih
tinggi seurat dari kepandaiannya. Tetapi Keuki Takashi tentu saja
tidak mau memperlihatkan kelemahan dirinya, dia telah
tersenyum mengejek sambil katanya,
“Sebetulnya jika aku hendak mengambil jiwamu, sama
mudahnya seperti aku menghantam batu tadi yang hancur
luluh…….! Tetapi melihat engkau memiliki kepandaian yang
lumayan dan tentunya kau peroleh dengan susah payah dan
latihan yang berat memakan waktu tidak singkat, aku merasa
sayang bila orang seperti engkau harus binasa di bawah tanganku.
“Nah pergilah, kali ini aku mau memaafkan orang yang
datang menggangguku! Dan engkau merupakan orang yang
pertama kalinya, yang datang kemari dan berlalu tanpa
cacad........”
Semula sebelum bertempur memang Tat-mo Cauwsu
bermaksud meninggalkan tempat itu tanpa menimbulkan
bentrokan dengan jago bertubuh pendek gemuk itu.
Tetapi sekarang, setelah bertempur dan melihat kepandaian
jago Jepang itu tinggi sekali, dan memiliki sifat-sifat yang agak
sesat, tentu saja membuat Tat-mo Cauwsu jadi berpikir juga.
Jika membiarkan jago Jepang itu tetap dengan keadaan dan
kelakuannya yang sesat, pasti akan banyak sekali berjatuhan
korban-korban lainnya dikemudian hari.
Sekarang saja dia telah memiliki kepandaian yang begitu
tinggi, mungkin satu-dua tahun lagi setelah jago Jepang ini
menyelesaikan latihannya, akan mendatangkan bencana yang

Tat Mo Cauwsu 453


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

hebat. Sebab disaat itu tentu jago Jepang ini telah memiliki
kepandaian yang jauh lebih sempurna lagi.
Tat-mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
menyebut perkataan, “Siancai!” dua kali, lalu dia berkata dengan
suara yang sabar sekali,
“Siecu memiliki kepandaian yang mendatangkan rasa kagum
di hatiku......... Siauw-ceng mengakui bahwa kepandaian Siecu
jarang yang bisa menandinginya. Alangkah menggembirakan jika
kita mengikat tali persahabatan, dimana kita bisa bertukar
pandangan mengenai ilmu silat........”
Keuki Takashi menatap Tat-mo Cauwsu dengan sepasang
alis yang memain. Sejenak lamanya dia tidak menyahuti, hanya
memandang dengan sorot mata yang tajam, sampai akhirnya dia
mengibaskan tangannya, katanya dengan kasar,
“Engkau memiliki jalanmu sendiri, sedangkan aku pun
memiliki jalan sendiri maka kita asal tidak saling mengganggu itu
pun telah lebih dari cukup........!”
Dengan berkata begitu, Keuki Takashi ingin mengatakan
bahwa dia juga kagum atas kepandaian yang dimiliki Tat-mo
Cauwsu, hanya dia tidak mau menyebutkan dan mengakuinya
secara terus terang. Dia hanya menegaskan, jika Tat-mo Cauwsu
kelak tidak mengganggunya, diapun tidak ingin mencari urusan
kepada pendeta India itu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak puas oleh jawaban yang
diberikan oleh Keuki Takashi, dia telah berkata dengan suara
yang sabar,
“Walaupun kita memiliki jalan yang berbeda tetapi jika
memang kita ingin mengikat tali persahabatan yang intim dan
memiliki rasa pengertian, tentu banyak orang yang bisa kita
selamatkan…….!”

Tat Mo Cauwsu 454


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apa maksudmu?” bentak Keuki Takashi dengan suara yang


tawar.
“Omitohud, atas nama Sang Buddha yang agung, maka
Siauw-ceng ingin meminta agar Siecu tidak lagi menurut hawa
nafsu untuk mencelakai sesama manusia…….!!” menyahuti Tat-
mo Cauwsu dengan suara yang sabar, walaupun lawannya itu
bersikap kasar sekali.
Muka Keuki Takashi jadi berobah waktu mendengar
perkataan Tat-mo Cauwsu, dengan muka yang merah padam, dia
telah berkata dingin,
“Jika engkau masih banyak bicara lagi, kerewelanmu itu
akan merobah pendirianku........ Dan jika terjadi begitu, tidak bisa
engkau mempersalahkan diriku jika aku menyerang lagi dirimu!
Terlebih baik, cepatlah kau angkat kaki dari tempat ini!” Suara
Keuki Takashi kaku dan tidak mengandung persahabatan.
Namun Tat-mo Cauwsu tenang sekali, dia telah tersenyum
tawar, sambil katanya,
“Jika memang Siecu masih tidak bersedia untuk mengambil
“Empat Kebenaran Mulia”, dan juga “Delapan Jalan Utama”,
niscaya Siecu akan mengalami banyak kesengsaraan dikemudian
hari. Karena hukum karma tidak akan bisa dielakkan lagi untuk
orang-orang yang banyak melakukan perbuatan-perbuatan jahat.”
Muka Keuki Takashi jadi berobah merah padam mendengar
perkataan Tat-mo Cauwsu.
“Aku jahat atau baik, itu bukan urusan untukmu, bukan?”
tanyanya mengejek.
“Benar, tetapi sebagai sesama manusia, Siauw-ceng merasa
kasihan jika melihat siecu mengambil jalan yang sesat.

Tat Mo Cauwsu 455


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terlebih lagi jika dengan kepandaian yang Siecu miliki itu


kelak mengancam keselamatan banyak manusia di bumi ini,
maka itupun merupakan suatu kewajiban Siauw-ceng untuk
menyadari Siecu dari jalan yang sesat itu........”
Keuki Takashi jadi gusar sekali. Dia mengeluarkan suara
teriakan yang mirip suara tertawa dan tangis itu, dia telah
berjingkrak dengan penuh kemarahan, dan kemudian berseru
gusar,
“Sekarang ini coba katakan, apakah engkau memang
demikian usil ingin mencampuri apa yang hendak kulakukan?
Sudah kukatakan, walaupun engkau memiliki kepandaian yang
lumayan tingginya, aku tidak gentar!
“Jika engkau masih tidak mau cepat angkat kaki, tentu aku
akan membinasakanmu. Atau setidak-tidaknya aku akan
membuat kau bercacad........!”
Mendengar perkataan Keuki Takashi, Tat-mo Cauwsu telah
berkata tawar,
“Siancai! Siancai! Memang Siecu masih belum mau melihat
jalan yang terang, dan memilih jalan yang gelap pekat........!
Siauw-ceng memang tidak bisa memaksa…….”
Keuki Takashi gusar dan penasaran, tetapi karena dia
mengetahui Tat-mo Cauwsu memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, dia tidak mau cari urusan dengan pendeta itu. Maka
sedapat mungkin Keuki Takashi berusaha membendung
kemarahan hatinya itu.
Baru saja jago Jepang tersebut hendak berkata lagi, tiba-tiba
terdengar suara tertawa mengikik. Suara itu merdu sekali
terdengarnya, tetapi mengandung nada yang cukup mengerikan di
suara tertawanya tersebut.

Tat Mo Cauwsu 456


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Didengar dari nada suara tertawa itu yang cukup merdu,


tentunya seorang wanita yang cukup cantik. Memang Tat-mo
Cauwsu dan Keuki Takashi tidak perlu tunggu lama lagi.
Segera terlihat sesosok tubuh langsing telah meluncur cepat
sekali dari atas tebing, Gerakannya luar biasa cepatnya,
membuktikan ilmu meringankan tubuhnya tinggi sekali.
Tubuhnya itu meluncur bagaikan kakinya tidak menyentuh
tanah saja. Bukan lagi rasa heran Tat-mo Cauwsu lenyap, seorang
wanita cantik sekali berpakaian warna merah dan penuh
perhiasan, telah berdiri dihadapannya dengan memperdengarkan
suara tertawanya yang merdu, namun genit.
Usia wanita ini mungkin tigapuluh tahun. Tetapi disebabkan
dia berpakaian robek seperti itu, dengan rambut yang disanggul
menjadi dua dan dipenuhi perhiasan, membuat dia jauh lebih
muda dari usianya yang sebenarnya.
Muka Keuki Takashi telah berobah ketika melihat wanita itu.
Diapun telah berkata dengan suara yang dingin,
“Ang-ie Sianlie (Dewi Baju Merah) Cie Cie Lian, apakah
engkau belum puas mengganggu aku, sehingga kini engkau
kembali lagi?”
Wanita cantik itu tertawa lagi, tetapi kali ini suara tertawanya
sangat perlahan, disusul dengan kata-katanya yang genit sekali,
“Kakakku yang tercinta, mengapa engkau selalu tidak
gembira melihat kedatanganku........ Apakah aku menyebalkan
sekali dalam pandanganmu? Apakah aku kurang cantik?”
Tat-mo Cauwsu mengerutkan alisnya dan di dalam hatinya
menyebut kebesaran Sang Buddha, karena wanita tersebut sangat
genit sekali. Sikapnya memperlihatkan kebinalannya, walaupun

Tat Mo Cauwsu 457


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

memang parasnya cantik sekali dan potongan tubuhnya sangat


baik.
Keuki Takashi kembali tertawa dingin.
“Aku seorang lelaki, dan sama seperti lelaki yang lainnya.
Aku pun senang sekali dengan wanita-wanita cantik seperti
engkau!
“Tetapi sekarang, aku tengah melatih diri untuk
menyempurnakan ilmuku, maka engkau harus mengerti, tidak
dapat aku melayanimu........ Janganlah engkau mengganggu aku
terus menerus.........”
“Mengganggu? Tidak! Aku tidak mengganggumu!!”
menyahuti Ang-ie Sianlie dengan suara disertai suara tertawanya
yang genit. “Aku hanya ingin selalu berdekatan dengan engkau!
Terus terang kukatakan kepadamu, kakakku yang gagah, aku
memang paling menyukai lelaki gagah seperti engkau!
“Banyak lelaki lelaki yang memiliki muka dan tubuh yang
baik, jauh lebih baik dari engkau, tetapi mereka tidak memiliki
kegagahan seperti engkau. Aku hanya ingin selalu berdekatan
dengan engkau, tidak akan mengganggu, bolehkan kakakku yang
gagah?”
Waktu berkata-kata begitu, Ang-ie Sianlie juga telah melirik
kepada Tat-mo Cauwsu lalu katanya lagi, “Hai, hai, apakah
pendeta gundul ini mengganggumu? Biar nanti aku yang
melemparkannya pergi!”
Tanpa menantikan persetujuan Keuki Takashi, Ang-ie
Sianlie telah menghampiri Tat-mo Cauwsu.
Keuki Takashi memang tidak ingin mencegahnya, justru dia
girang melihat Ang-ie Sianlie ingin menempur Tat-mo Cauwsu,

Tat Mo Cauwsu 458


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

karena Keuki Takashi mengetahui Ang-ie Sianlie memiliki


kepandaian yang tinggi sekali.
Telah beberapa kali sebelumnya Ang-ie Sianlie selalu datang
mengganggunya, dan selama itu tidak berhasil Keuki Takashi
merubuhkannya, walaupun Ang-ie Sianlie Cie Cie Lian juga
tidak berhasil merubuhkan Keuki Takashi.
Setelah menghampiri kurang lebih terpisah setombak dengan
Tat-mo Cauwsu, Cie Cie Lian telah mengeluarkan suara tertawa
yang genit sekali.
“Pendeta gundul, apakah engkau tidak mau cepat-cepat
angkat kaki, menantikan nona manismu melemparkan kau ke
dalam sungai itu?” tanyanya. Suaranya merdu sekali tetapi
nadanya mengancam.
Tat-mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya, dia
mengucapkan kebesaran Sang Buddha.
“Siancai! Siancai! Di antara kita tidak tersangkut urusan dan
hubungan apapun juga, mengapa tampaknya kau begitu galak?”
Seperti juga angin cepatnya, Ang-ie Sianlie tahu-tahu telah
menggerakkan tangan kirinya untuk mencengkeram baju bagian
dada dari Tat-mo Cauwsu, sambil katanya dengan suara merdu,
“Kau pergilah pendeta botak, jangan banyak bicara........!”
Memang Ang-ie Sianlie memiliki gin-kang yang hebat
sekali, seperti tadi dia telah berhasil menuruni tebing yang begitu
tinggi dengan gerakan yang gesit dan tampaknya mudah sekali
selain sangat cepat.
Maka dari itu, waktu dia mengulurkan tangannya, Tat-mo
Cauwsu juga terkejut karena tangan itu berkelebat sangat cepat
sekali, hampir tidak bisa dilihat oleh pandangan mata biasa.

Tat Mo Cauwsu 459


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak mau membiarkan tubuhnya itu


disentuh tangan Ang-ie Sianlie. Dia telah mengeluarkan suara
tertawa tenang, lalu katanya,
“Maaf! Maaf! Siauw-ceng tidak bisa melayanimu,
nona........!” Sambil berkelit dari cengkraman Ang-ie Sianlie
tampak Tat-mo Cauwsu mengulur langkahnya ke belakang
menjauhi diri dari Ang-ie Sianlie.
“Ihhh........!” Ang-ie Sianlie mengeluarkan suara seruan
seram. Dia kaget karena pendeta yang alim ini bisa mengelakkan
diri dari cengkraman tangannya, yang dilakukannya sangat cepat
sekali.
“Engkau memiliki kepandaian yang lumayan pendeta botak?
Coba terima tanganku ini........!” dan membarengi perkataannya
itu, tampak Ang-ie Sianlie beruntun telah menggerakkan kedua
tangannya, ke bagian dada, dan perut Tat-mo Cauwsu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu sudah tidak terkejut lagi. Karena
sekarang Tat-mo Cauwsu mengetahui bahwa wanita cantik yang
ada di depannya ini memang merupakan seorang wanita yang
memiliki kepandaian cukup liehay.
Waktu melihat kedua tangan Ang-ie Sianlie meluncur ke
arahnya, Tat-mo Cauwsu tidak menyingkir lagi, dia hanya
mengibaskan lengan bajunya. Tetapi di dalam hatinya pendeta ini
jadi berpikir.
“Tampaknya kepandaian wanita genit ini tidak berada di
sebelah bawah kepandaian Keuki Takashi. Jika ia si pendek itu
ikut maju melancarkan serangan bersama, tentu aku akan lebih
sibuk menghadapinya…….!”
Kibasan tangan Tat-mo Cauwsu yang memiliki kekuatan
sangat dahsyat itu membuat kedua tangan Ang-ie Sianlie jadi
tersampok ke samping, sehingga wanita genit yang cantik ini

Tat Mo Cauwsu 460


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

terkejut sekali, dia merasakan pergelangan tangannya ngilu dan


sakit.
“Ihh........!” dia mengeluarkan suara seruan tertahan lagi
karena heran, “Benar-benar engkau memiliki kepandaian yang
lumayan. Hai kakakku yang gagah, apakah si pendeta botak ini
memang lihay?” Dia bertanya begitu ditujukan kepada Keuki
Takashi.
“Ya, dia memang memiliki kepandaian yang tidak di bawah
kepandaianku,” menyahut Keuki Takashi.
Jawaban itu diberikan, karena Keuki Takashi bermaksud
mengingatkan kepada Ang-ie Sianlie agar berlaku lebih hati-hati
dan waspada waktu melancarkan serangan kepada Tat-mo
Cauwsu. Tentu saja ia merupakan kisikan yang tersembunyi
untuk Ang-ie Sianlie.
Cie Cie Lian tidak melancarkan serangan berikutnya, dia
berdiri dengan sikap yang genit sekali dan tertawa tawa.
“Aneh sekali! Dua bulan yang lalu aku heran bisa bertemu
seorang gagah perkasa seperti kakakku yang tampan itu, Keuki
Takashi dan kini aneh pula, bisa bertemu dengan pendeta botak
yang kepandaiannya tampaknya tidak rendah……!
“Di tempat yang sunyi, tetapi ramai dengan manusia-manusia
gagah! Bagus! Inilah tentu akan meramaikan suasana di tempat
ini........”
Selesai dengan perkataaannya itu, tampak Ang-ie Sianlie
telah mengeluarkan suara seruan nyaring yang merupakan
pekikan wanita yang genit sekali. Tampak kedua tangannya
digerak-gerakkan dengan cepat namun tangannya itu tidak
ditujukan menyerang Tat-mo Cauwsu, hanya digerak-gerakkan
dengan diikuti oleh gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk seperti
tengah menari.

Tat Mo Cauwsu 461


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Memang gerakan tubuhnya itu menimbulkan rangsangan


bagi orang yang melihatnya. Tetapi untuk Tat-mo Cauwsu yang
memiliki iman sangat kuat, dia menatapnya dengan perasaan
sebal dan muak.
Namun Ang-ie Sianlie bukan sekedar menari, itulah gerakan-
gerakan ilmu pukulan yang mengandung kekuatan dahsyat sekali.
Jika liuk-liuk tubuhnya itu yang menimbulkan kegairahan dan
rangsangan, hanyalah disebabkan ingin memecahkan perhatian
lawan.
Dan setelah berputar tujuh kali mengelilingi Tat-mo Cauwsu,
tahu-tahu Ang-ie Sianlie melancarkan serangan yang sangat cepat
sekali, menotok dan mencengkeram bertubi-tubi.
Tat-mo Cauwsu juga heran melihat seorang wanita cantik
seperti Ang-ie Sianlie Cie Cie Lian bisa memiliki kepandaian
setinggi itu, walaupun usianya masih demikian muda. Dan dilihat
dari caranya dia melancarkan serangan, wanita itu
mempergunakan ilmu silat dari aliran Utara di daratan Tiong-
goan.
Telah dua kali Tat-mo Cauwsu bertemu dengan aliran ilmu
silat dari Utara itu, karena waktu dia memasuki daratan Tiong-
goan disaat itu dia sering kali bertemu dengan para jago yang
memiliki kepandaian sangat tinggi.
Ang-ie Sianlie waktu melihat serangan-serangan yang
dilancarkannya itu tidak juga mengenai sasarannya dengan tepat.
Bahkan Tat-mo Cauwsu dengan menggeser-geser sedikit kakinya
telah berhasil memunahkan serangan-serangannya.
Dengan sendirinya membuat Ang-ie Sianlie jadi heran dan
berbareng penasaran. Semakin lama gerakan kedua tangannya
yang melancarkan totokan dan cengkeraman itu semakin cepat
saja.

Tat Mo Cauwsu 462


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia telah mengincar bagian-bagian tubuh yang berbahaya


dari pendeta tersebut. Jika cengkeramannya itu berhasil mengenai
sasarannya, niscaya salah satu jalan darah penting di tubuh Tat-
mo Cauwsu akan hancur karenanya, yang bisa mendatangkan
luka berat untuk dirinya.
Sedangkan totokan yang dilancarkan oleh Ang-ie Sianlie
juga memiliki kehebatan yang mengerikan. Sebab yang diincar
jari tangannya merupakan jalan darah penting di tubuh Tat-mo
Cauwsu.
“Wanita secantik ini ternyata memiliki hati yang kejam dan
tangan telengas. Totokan-totokannya selalu mengincar bagian-
bagian yang mematikan!
“Coba kalau kebetulan yang menghadapinya seorang yang
berkepandaian sedang-sedang saja. Bukankah orang itu akan
menjadi celaka di tangannya?” pikir Tat-mo Cauwsu.
Karena berpikir begitu, cepat sekali Tat-mo Cauwsu telah
mengeluarkan seruan nyaring tahu-tahu kedua lengan jubahnya
dikebutkan ke arah muka Ang-ie Sianlie Cie Cie Lian.
Gerakan itu bukan sembarang gerakan karena disertai tenaga
lwekang yang sangat kuat sekali, tepat menyambar ke arah muka
wanita cantik she Cie itu.
Cie Cie Lian mengeluarkan seruan heran tetapi dia tidak
menjadi kaget atau gugup oleh gempuran kedua lengan jubah
Tat-mo Cauwsu, karena dia memang memiliki kepandaian yang
tinggi, sehingga dia bisa mengelakkannya dengan melompat
mundur dan memunahkan tenaga yang menyambar ke arah
dirinya.
Hanya perasaan herannya itu disebabkan dia tidak
menyangka bahwa Tat-mo Cauwsu memiliki kepandaian yang di
luar dugaannya. Sambil tertawa lagi dengan sikap yang genit,

Tat Mo Cauwsu 463


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tampak Cie Cie Lian telah melompat tinggi ke tengah udara


menerjang Tat-mo Cauwsu, kedua tangannya dipentang, seperti
juga ingin merangkul dan memeluk Tat-mo Cauwsu.
Pendeta India ini jadi terkejut. Wanita itu memang
merupakan wanita yang genit sekali, dan Tat-mo Cauwsu telah
mensucikan diri, maka tidak sudi Tat-mo Cauwsu bersentuhan
tangan, apa lagi tubuh dengan wanita genit itu.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang-ie Sianlie memang
merupakan gerakan pancingan, dia ingin merangkul lawannya.
Sebab biasanya kaum lelaki jarang yang kuat menghadapi godaan
nafsu birahi jika dipeluknya, sehingga bisa mendatangkan
kesempatan kepada Cie Cie Lian untuk merubuhkan lawannya
dengan mudah.
Namun Tat-mo Cauwsu dengan jurus 'Lee-ie-ta-teng' atau
'Ikan Lee-ie Meletik', tubuhnya cepat sekali melompat
berjumpalitan ke belakang dua kali, meluncur dengan kedua kaki
turun terlebih dulu di bumi.
Ang-ie Sianlie mengeluarkan suara tertawa terkikik melihat
kelakuan Tat-mo Cauwsu.
“Apakah kau jijik dipeluk olehku?” ejeknya, “Apakah kau
tidak ingin merasakan betapa mesra dan hangatnya dirangkul oleh
seorang wanita secantik aku?”
Ditegur begitu, Tat-mo Cauwsu telah merangkapkan kedua
tangannya, katanya, “Siancai! Siancai! Nona memiliki
kepandaian yang tinggi, wajahmu juga cantik. Mengapa tangan
dan hatimu telengas sekali........?”
Muka Ang-ie Sianlie tidak berobah sedikitpun juga, malah
dia tertawa terkikik pula dengan sikap yang jauh lebih genit.

Tat Mo Cauwsu 464


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Memang! Memang kepada orang-orang yang tidak


kusenangi, bisa saja sekali hantam memecahkan batok kepalanya!
Tetapi bagi orang-orang gagah yang memiliki kepandaian tinggi
mendatangkan perasaan kagum kepadaku tentu saja aku tidak
tega untuk membinasakannya, atau menurunkan tangan telengas
dan kejam........ Bukankah tadi aku hanya ingin memelukmu
saja?”
Dan kembali Ang-ie Sianlie tertawa mengikik dengan suara
yang sangat centil sekali. Dia juga telah melangkah maju lagi dua
langkah mendekati Tat-mo Cauwsu.
Pendeta itu semakin muak melihat sikap dan tingkah laku
dari wanita cantik tetapi genit dan berandalan sekali sikapnya itu.
Dia telah mundur menjauhi diri dari Ang-ie Sianlie, kemudian
dengan cepat dia berkata,
“Omintohud! Jangan terlalu mendesak Siauw-ceng untuk
menurunkan tangan keras!”
Tetapi Ang-ie Sianlie telah melangkah terus mendekati Tat-
mo Cauwsu sehingga membuat pendeta itu beberapa kali harus
melangkah mundur menjauhi diri.
“Kemarilah engkau!” kata Ang-ie Sianlie dengan suara
perlahan, mendesis.
Tetapi suaranya itu aneh sekali, mengandung kekuatan
seperti menarik dan membetot. Karena dia mempergunakan ilmu
penarik (semacam hipnotis dimasa kini), sehingga hati Tat-mo
Cauwsu jadi tergoncang.
Tetapi pendeta ini memang memiliki iman yang sangat kuat
sekali, teguh bukan main. Dia telah berulang kali menyebut
kebesaran sang Buddha dan berhasil menguasai goncangan
hatinya.

Tat Mo Cauwsu 465


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan Ang-ie Sianlie waktu melihat dia tidak juga


berhasil menguasai pendeta itu, telah mengeluarkan lagi
perkataan mendesisnya itu,
“Kemarilah……. mendekatlah sayang, kemarilah!” suaranya
itu membuat tubuh Tat-mo Cauwsu jadi bergidik. Walaupun
bagaimana pengaruh kata-kata itu menggoncangkan hati pendeta
ini.
Tat-mo Cauwsu menyadari bahwa wanita genit ini telah
mempergunakan ilmu penarik untuk menguasainya. Jika
kepandaian lwekang Tat-mo Cauwsu kurang kuat, tentu dia akan
kena dipengaruhi dan akan menghampiri, sehingga mudah sekali
Ang-ie Sianlie Cie Cie Lian menjatuhkan tangan yang
menentukan.
Memang telah sering kali sebelumnya Cie Cie Lian
mempergunakan ilmu penarik itu untuk menguasai lawan
lawannya. Dan biasanya berhasil memuaskan sekali, sehingga
dengan mudah dia bisa merubuhkan lawannya.
Tetapi dia gagal waktu mempergunakannya pada Keuki
Takashi. Dan kali ini pun Ang-ie Sianlie telah mengalami
kegagalan lagi, karena dia tidak berhasil menguasai Tat-mo
Cauwsu.
Keadaan demikian membuat Ang-ie Sianlie jadi mendongkol
dan penasaran. Dia melihat Tat-mo Cauwsu bukannya
menghampiri malah telah melompat ke belakang menjauhi diri.
Ang-ie Sianlie memusatkan lagi perhatiannya dan berseru
pula, “Kemarilah sayang......... kemarilah!”
Dan sambil berkata begitu, dia telah menggerak gerakkan
tangan dan tubuhnya yang meliuk-liuk, sehingga menimbulkan
rangsangan.

Tat Mo Cauwsu 466


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu mana bisa dikuasai dengan ilmu penyirap


seperti itu? Karena iman pendeta ini sangat kuat, disamping itu
sejak kecil Tat-mo Cauwsu memang telah melibat diri dan
mensucikan diri dari keduniawian sehingga ilmu itu tidak ada
artinya lagi sama sekali baginya.
Setelah mencoba dua kali dan selalu gagal, Ang-ie Sianlie
Cie Cie Lian telah mengeluarkan suara seruan membentak, dan
dia berkata,
“Baiklah, rupanya imanmu kuat sekali. Aku ingin melihat,
apakah dengan mempergunakan ilmu silat engkaupun tidak bisa
dirubuhkan!”
Dan lenyap tertawa genitnya. Sikapnya jadi bersungguh-
sungguh. Dia telah melompat menyerang dengan kekuatan yang
sangat penuh di kedua tangannya, Ang-ie Sianlie memang
merupakan seorang wanita yang sulit dicari tandingannya dimasa
kini!
Dia sebetulnya merupakan murid dari seorang sakti yang
sudah mengasingkan diri. Tetapi setelah lulus dari pelajaran pintu
perguruannya, Ang-ie Sianlie telah mengembara dalam daratan
Tiong-goan, cepat sekali mengangkat nama!
Tetapi tahun demi tahun, karena belum pernah dirubuhkan
orang dan setiap pertempuran selalu dimenangkannya, sehingga
membuat Ang-ie Sianlie semakin congkak dan angkuh saja.
Sampai akhirnya dia memiliki sifat yang telengas sekali.
Waktu dia berusia duapuluh lima tahun, Ang-ie Sianlie Cie
Cie Lian telah berkenalan dengan seorang pemuda tampan
bernama Siangkoan Hu. Seorang pemuda yang memiliki
kepandaian tinggi sekali.
Setelah memupuk percintaan dan hubungan mereka sampai
dua tahun, Siangkoan Hu telah meninggalkannya begitu saja dan

Tat Mo Cauwsu 467


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menolak cinta Ang-ie Sianlie. Sehingga Cie Cie Lian jadi patah
hati dan sakit hati kepada kaum lain jenisnya itu.
Untuk selanjutnya pula Ang-ie Sianlie telah melakukan
banyak perbuatan-perbuatan mempermainkan pihak kaum pria.
Semakin tinggi kepandaian pria yang ditemuinya, maka semakin
bersemangat Ang-ie Sianlie untuk mempermainkan pria tersebut.
Dengan sendirinya semakin lama Ang-ie Sianlie disamping
disegani dia juga ditakuti. karena setiap pria yang berhasil
ditundukinya akan dibinasakannya dengan cara halus yaitu
dengan berbagai jalan memperdayakan lelaki itu. Sampai akhir
sang korban menemui kematian, baik kematian dalam putus asa
dan patah hati, atau memang dibinasakan oleh Ang-ie Sianlie
sendiri.
Dalam keadaan seperti ini telah membuat banyak pria yang
berlaku hati-hati menghadapi Ang-ie Sianlie. Memang semakin
tinggi usianya, Ang-ie Sianlie semakin cantik saja tampaknya,
semakin matang dan menarik.
Kini melihat kegagalan untuk kedua kalinya terhadap Tat-mo
Cauwsu, karena yang pertama kali dia berusaha menguasai Keuki
Takashi, Ang-ie Sianlie jadi penasaran.
Disaat dia mengeluarkan suara bentakan yang keras, kedua
tangannya mulai melancarkan serangan-serangan yang sangat
kuat sekali karena Ang-ie Sianlie telah mengerahkan seluruh
tenaga lwekangnya di kedua tangannya.
Tat-mo Cauwsu juga merasakan serangan yang kali ini
diterimanya dari Ang-ie Sianlie lebih kuat dari yang semula,
maka Tat-mo Cauwsu berlaku hati-hati.
Untuk belasan jurus Tat-mo Cauwsu selalu main kelit saja
dari setiap serangan lawannya yang cantik itu.

Tat Mo Cauwsu 468


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keuki Takashi telah mengawasi terus jalannya pertempuran


antara Tat-mo Cauwsu dengan Ang-ie Sianlie, karena dia
melihatnya betapa ilmu Tat-mo Cauwsu memang sempurna
sekali, tidak ada lowongan kelemahannya.
Dengan memperhatikan begitu, justru Keuki Takashi
bermaksud mencari-cari kelemahan Tat-mo Cauwsu dan Ang-ie
Sianlie. Jika dia bertempur sendiri memang sulit untuk melihat
dan mencari kelemahan lawan.
Tetapi sekarang, dengan menyaksikan dari luar gelanggang,
seharusnya dia lebih mudah mencari kelemahan lawannya itu.
Tetapi Keuki Takashi menemui kesulitan sewaktu mencari
kelemahan pada diri pendeta India itu.
Demikian juga, dia hanya menemui sebagian kecil dari
kelemahan Ang-ie Sianlie. Dia melihat Cie Cie Lian memiliki
gin-kang yang mungkin berada di atas dirinya sendiri tetapi
tenaga lwekang wanita itu masih berada di sebelah bawah tenaga
lwekangnya sendiri.
Hal ini mungkin disebabkan ilmu silat yang dipelajari oleh
Ang-ie Sianlie merupakan kepandaian untuk kaum wanita,
sehingga mengandalkan kegesitan dan kurang memperhatikan
hal-hal untuk kekerasan.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu agak sibuk juga mengelakkan diri
berulang kali dari gempuran-gempuran yang dilakukan oleh Ang-
ie Sianlie. Jika lawan pendeta India ini seorang lawan pria yang
memiliki kepandaian setinggi Ang-ie Sianlie, mungkin Tat-mo
Cauwsu tidak akan serepot seperti itu.
Sebab justru kini yang dihadapannya adalah wanita yang
genit dan centil sekali. Beberapa kali sebenarnya Tat-mo Cauwsu
melihat lowongan dari penjagaan kedua tangan Cie Cie Lian.

Tat Mo Cauwsu 469


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu Tat-mo Cauwsu melancarkan serangannya itu ke arah


jalan darah berbahaya di dekat dada si wanita cantik yang genit
ini, justru Cie Cie Lian sengaja tidak mengelakkan diri, sambil
membusungkan dadanya yang montok berisi itu. Cie Cie Lian
telah berseru disertai tertawanya,
“Ya, usaplah yang lembut, sayangku........!”
Keruan saja Tat-mo Cauwsu jadi kaget setengah mati,
sampai dia menarik pulang tangannya cepat-cepat. Dan
kesempatan seperti itu telah dipergunakan sebaik mungkin oleh
Ang-ie Sianlie, dia telah membarengi dengan melancarkan
gempuran yang sangat kuat sekali.
Serangan yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu jadi gagal di
tengah jalan, dan dia menarik pulang tangannya. Gerakan itu
meminta waktu beberapa detik.
Tetapi beberapa detik dari jarak menarik tangannya itu
dibarengi dengan serangan Cie Cie Lian, maka membuat Tat-mo
Cauwsu jadi kelabakan harus cepat-cepat mengelakkan diri
mengatur gerakan kedua kakinya.
Memang Tat-mo Cauwsu berhasil mengelakkan diri, tetapi
peristiwa seperti itu selalu terulang lagi saja. Di mana memang
Ang-ie Sianlie selalu mempergunakan akal licik.
Dengan sengaja memancing serangan Tat-mo Cauwsu jatuh
di bagian tubuhnya yang tertentu, yang membuat Tat-mo Cauwsu
selalu tidak berani menyentuhnya. Dan berulang kali harus
membatalkan serangannya dengan menarik pulang tangannya.
Melihat cara pendeta itu menghadapi dirinya, Ang-ie Sianlie
segera dapat menangkap kelemahan dari pendeta ini.
Suatu kali waktu Tat-mo Cauwsu melompat mundur untuk
menjauhi diri dari Ang-ie Sianlie, disaat itulah tampak Ang-ie

Tat Mo Cauwsu 470


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sianlie telah tertawa genit sambil tangannya memegang kedua


tepian bajunya.
Tahu-tahu dia membuka bajunya itu, sehingga membuat Tat-
mo Cauwsu jadi terpaku dan terkejut bukan main.
Pendeta ini cepat-cepat memejamkan matanya sambil
menyebut nama Sang Buddha.
Tetapi Ang-ie Sianlie bukannya berdiam diri saja, justru
kesempatan itu tidak disia-siakannya, dengan menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah melompat tinggi sekali menghantam ke
arah batok kepala Tat-mo Cauwsu yang bulat licin itu.
Angin serangannya berkesiuran sangat kuat, karena Ang-ie
Sianlie melancarkan gempurannya itu dengan bersungguh-
sungguh dan mengerahkan tenaga lwekang sepenuhnya.
Tat-mo Cauwsu sendiri tidak berani membuka matanya,
karena jika dia membuka matanya, berarti dia akan melihat
pemandangan tidak sedap lagi.
TETAPI karena memang Tat-mo Cauwsu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, disamping itu diapun memiliki
pendengaran yang sangat tajam dan terlatih. Maka begitu
mendengar berkesiuran angin serangan yang menyambar ke arah
kepalanya dengan kuat, si pendeta telah mengebutkan lengan
jubahnya sambil memusatkan tenaga lwekangnya.
Tangan Ang-ie Sianlie berhasil dilibatnya, sehingga kekuatan
daya serangan dari wanita yang genit dan nekad memperlihatkan
sebagian tubuhnya untuk merebut kemenangan itu, telah gagal
sama sekali.
Namun Ang-ie Sianlie tidak berhenti hanya sampai disitu
saja. Dia telah mengeluarkan suara seruan sambil menarik tangan

Tat Mo Cauwsu 471


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kanannya membarengi mana tangan kirinya telah meluncur


melancarkan gempuran.
Tat-mo Cauwsu terpaksa menghadapi wanita ini dengan
memejamkan matanya. Suatu kali karena serangan Ang-ie Sianlie
datang dari dua jurusan, dari atas dan bawah, pendeta itu agak
bingung, karena dengan memejamkan matanya dia jadi tidak
mengetahui gerakan apa yang dilakukan oleh Ang-ie Sianlie.
Dia membuka matanya, tetapi Tat-mo Cauwsu terpaksa
menyebut kebesaran nama Sang Buddha beberapa kali sambil
cepat-cepat memejamkan matanya lagi.
Serangan Ang-ie Sianlie telah meluncur tiba ke tubuh Tat-mo
Cauwsu yang sudah tidak keburu menangkisnya, membuat hati
Tat-mo Cauwsu tergoncang keras. Sedangkan saat itu serangan
Ang-ie Sianlie telah hinggap tepat sekali di perut dan di dadanya.
Perut Tat-mo Cauwsu kena ditendang kaki kiri dari wanita
genit itu dan dadanya terhantam oleh tangan kanan dari Ang-ie
Sianlie. Tubuh Tat-mo Cauwsu terhuyung beberapa langkah, dia
mengeluarkan keluhan kesakitan.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak berani membuka matanya lagi.
Dia juga menyadari jika bertempur dengan memejamkan mata
seperti itu dan hanya mengandalkan telinganya mendengari
menyambarnya angin serangan, dirinya bisa menghadapi bahaya
yang tidak kecil, sebab lawannya itu bukanlah lawan yang ringan.
Cepat sekali Tat-mo Cauwsu telah mengambil keputusan, dia
mengeluarkan suara seruan dan telah menjatuhkan tubuhnya
duduk bersila di tanah. Kedua tangannya digerakkan berputar.
Dengan cara demikian, Tat-mo Cauwsu telah memaksa Ang-
ie Sianlie yang saat itu akan melancarkan serangan lagi
kepadanya harus melompat mundur menjauhi darinya, karena

Tat Mo Cauwsu 472


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kebutan lengan jubah pendeta India itu mendatangkan angin yang


bergulung-gulung kuat sekali.
Dalam keadaan begitu, tampak Ang-ie Sianlie telah
melompat ke belakang beberapa tombak.
Tat-mo Cauwsu tetap tidak berani membuka matanya, dia
tetap duduk bersila dengan kedua mata yang tertutup rapat. Tat-
mo Cauwsu telah mengambil keputusan untuk menghadapi
serangan-serangan Ang-ie Sianlie dengan mempergunakan
pertahanan diri saja, dengan cara demikian lebih mudah, karena
dia bersila, berarti ruang gerak Ang-ie Sianlie juga terbatas
sekali.
Waktu itu Ang-ie Sianlie telah tertawa mengikik katanya
dengan nada yang genit sekali,
“Wahai pendeta yang baik dan alim, mengapa kau
memejamkan mata seperti itu? Apakah engkau tidak mengetahui,
jika bertempur dengan mempergunakan cara seperti itu berarti
kau membahayakan dirimu sendiri? Sedangkan serangan-
seranganku akan semakin hebat!”
Tat-mo Cauwsu tidak melayani perkataan Ang-ie Sianlie.
Dia hanya duduk bersemadhi sambil mengeluarkan lwekangnya
dan membaca Liam-keng perlahan sekali.
Ang-ie Sianlie tertawa mengejek dengan nada yang centil
sekali, diapun telah berkata lagi,
“Baiklah jika memang engkau dilarang untuk melihat sesuatu
yang tidak pantas. Apakah engkau akan melarikan diri jika aku
membuka seluruh pakaianku dihadapanmu?”
Mendengar ancaman Ang-ie Sianlie, Tat-mo Cauwsu
mendesir kuatir dan dia ketakutan juga kalau-kalau wanita yang
genit dan centil ini benar-benar membuktikan ancamannya.

Tat Mo Cauwsu 473


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bukankah hal itu membahayakan sekali jika sampai Ang-ie


Sianlie yang tidak tahu malu itu mencopotkan seluruh pakaiannya
dan melancarkan serangan-serangan yang hebat kepadanya?
Sedangkan sama sekali Tat-mo Cauwsu tidak bisa membuka
matanya?
Menyadari akan keadaannya yang terancam itu, Tat-mo
Cauwsu telah berucap, “Omitohud!” beberapa kali dia membaca
Liam-keng jauh keras lagi, kemudian bersiap sedia menantikan
serangan dari wanita genit itu.
Tetapi Ang-ie Sianlie sengaja ingin mempermainkan pendeta
ini. Ia telah berdiam diri saja mengawasi Tat-mo Cauwsu tanpa
melancarkan serangan.
Tat-mo Cauwsu jadi heran karena serangan tidak kunjung
tiba dan tidak ada angin berkesiuran dari tangan wanita yang
cantik dan genit itu. Tetapi untuk membuka matanya Tat-mo
Cauwsu tidak berani.
Keuki Takashi yang menyaksikan jalannya pertempuran jadi
seperti itu, telah tertawa terpingkal-pingkal.
“Heii, pendeta botak!” kata Keuki Takashi dengan bahasa
Han yang agak kaku. “Dengan bertempur memejamkan kedua
mata, engkau tidak mungkin menang menghadapi Ang-ie Sianlie
Cie Cie Lian! Dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali, tidak
berada di bawah kepandaianku!
“Buka saja matamu, dan kau serang dia dengan jurus-jurus
silatmu yang hebat, walaupun matamu nanti terlanjur
menyaksikan pemandangan yang dipantangkan oleh agamamu!
Bukan nanti engkau bisa berdoa memanjatkan permintaan ampun
setelah pertempuran itu selesai?”
Mendengar perkataan Keuki Takashi, Tat-mo Cauwsu jadi
mendongkol sekali, karena dia mengetahui benar bahwa Keuki

Tat Mo Cauwsu 474


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Takashi sedang mengejeknya. Tetapi dalam keadaan demikian


Tat-mo Cauwsu memang tidak berdaya dan tidak memiliki
keberanian untuk membuka kedua matanya, dia berdiam diri saja
dan membaca terus Liam-keng tidak henti-hentinya.
Ang-ie Sianlie telah tertawa mengikik dengan nada yang
memuakkan bagi Tat-mo Cauwsu.
“Pendeta botak, jika engkau tetap memejamkan mata seperti
itu, aku akan membuka seluruh pakaianku dan memelukmu,”
ancam Ang-ie Sianlie.
Tat-mo Cauwsu jadi terkejut sekali.
“Jika kau mendekat, aku akan melancarkan serangan yang
sungguh-sungguh yang bisa mematikan........” kata Tat-mo
Cauwsu dalam kaget dan mendongkolnya!
“Jika menyerang, aku mengelak lagi…….!” kata Ang-ie
Sianlie yang jadi senang bisa mempermainkan pendeta tersebut.
Tat-mo Cauwsu jadi kewalahan juga, dia mengeluh.
Di dalam hatinya dia jadi berpikir, apakah dia meninggalkan
saja tempat ini? Disaat itu Ang-ie Sianlie telah berkata lagi,
“Nah, kau lihatlah, aku mulai menanggalkan
pakaianku........!”
Hati Tat-mo Cauwsu jadi tidak tenteram dan akhirnya
tetaplah keputusannya, walaupun bagaimana dia harus melarikan
diri meninggalkan tempat ini. Dia melarikan diri bukan karena
dia takuti kepandaian lawannya tetapi karena dia muak dengan
kecentilan dan kegenitan lawannya yang cabul ini.
Setelah berdiam diri sejenak lagi, Tat-mo Cauwsu telah
melompat bangun. Ang-ie Sianlie menduga si pendeta bermaksud

Tat Mo Cauwsu 475


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

akan melancarkan serangan, dia bersiap sedia untuk


menghadapinya.
Tetapi siapa tahu Tat-mo Cauwsu telah memutar tubuhnya
dan membuka matanya, kemudian tanpa mengatakan suatu
apapun juga Tat-mo Cauwsu sudah mementang kedua kakinya
lebar-lebar, kabur secepat mungkin dengan mempergunakan gin-
kangnya.
Ang-ie Sianlie waktu melihat kelakuan Tat-mo Canwsu,
telah tertawa terpingkal-pingkal karena dia menganggap peristiwa
ini lucu dan menyenangkan hatinya.
Begitu juga Keuki Takashi telah tertawa tergelak-gelak
karena dia menganggap perbuatan Ang-ie Sianlie memang
keterlaluan. Namun menimbulkan kelucuan yang sangat untuk
dirinya, terlebih lagi Tat-mo Cauwsu tampaknya seperti menjadi
agak tolol menghadapi wanita genit centil ini.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah berlari terus tanpa
memperdulikan kedua orang itu mentertawai kelakuannya. Dia
berlari terus dengan cepat, sehingga tubuhnya seperti juga
melayang secepat angin.
Setelah berlari puluhan lie, dan yakin telah berhasil menjauhi
diri dari Ang-ie Sianlie, Tat-mo Cauwsu baru berhenti berlari.
Dia menghela napas sambil berulang kali mengucapkan
kebesaran sang Buddha.
◄Y►
Setelah berdiri sejenak untuk beristirahat, Tat-mo Cauwsu
melanjutkan perjalanan. Selama dalam perjalanan, hari telah
semakin gelap, karena sang malam telah menyelimuti bumi.

Tat Mo Cauwsu 476


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berjalan lagi beberapa jauh barulah Tat-mo Cauwsu


mengasoh di batang sebuah pohon. Dia telah tidur dengan
nyenyak.
Keesokan paginya waktu matahari mulai memancarkan
sinarnya, Tat-mo Cauwsu telah terbangun dari tidurnya. Malam
itu dia tidur di bawah sebatang pohon dengan duduk bersemedi,
maka begitu dia membuka matanya, segera dia bisa melompat
berdiri.
Karena semalam dia tidur nyenyak sekali dirasakan tubuhnya
segar kembali. Dia menggeliat sejenak kemudian melanjutkan
perjalanan pula.
Satu harian lamanya Tat-mo Cauwsu melakukan perjalanan
dengan singgah dua kali di dua buah kampung yang dilaluinya.
Selama itu dia tidak menjumpai peristiwa yang berarti, tetapi
waktu sore harinya, kembali Tat-mo Cauwsu terlibat dalam
urusan yang membuat dia harus menghadapinya dengan
bersungguh-sungguh. Karena sore itu dia menghadapi urusan
yang di luar dugaannya.
Sebetulnya sore itu Tat-mo Cauwsu telah sampai di muka
perkampungan Liu-khe-cung, sebuah perkampungan kecil yang
didirikan oleh orang-orang she Liu. Seluruh penduduk di
kampung itu she Liu, karena memang waktu didirikan
perkampungan itu oleh beberapa orang keluarga she Liu.
Mereka telah memutuskan tidak akan menerima orang dari
lain she (marga) untuk menjadi penduduk kampung ini. Tetapi
setelah lewat beberapa keturunan, kini di kampung tersebut
terdapat satu dua keluarga yang berlainan she.
Tat-mo Cauwsu bermaksud untuk bermalam di kampung ini
dengan meminta salah seorang penduduk bersedia menerima
bermalam di rumahnya. Tetapi waktu Tat-mo Cauwsu tengah

Tat Mo Cauwsu 477


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

melangkah memasuki pintu kampung, matanya tanpa sengaja


telah melihat seorang pengemis tua yang rambutnya tumbuh agak
panjang riap-riapan tidak teratur, tengah duduk dengan tubuh
meringkuk dan mengeluarkan suara rintihan perlahan.
Sebetulnya kalau Tat-mo Cauwsu saat itu tidak mau ambil
tahu keadaan pengemis itu. Dia tidak akan terlibat oleh urusan
yang akhirnya membuat Tat-mo Cauwsu harus menghadapi
urusan yang agak berat dan mengharuskan dia berhadapan
dengan beberapa persoalan yang aneh.
Perasaan kasihan membuat Tat-mo Cauwsu menghampiri
pengemis tua itu, dilihatnya selain pakaiannya yang tambal sana
tambal sini, juga pakaian itu kotor sekali, lusuh dan telah dekil
bukan main. Pengemis tua itu pucat pias wajahnya, tubuhnya
kurus sekali, sehingga pakaian itu bagaikan menyelubungi tulang
yang dibungkus kulit saja.
Tampaknya pengemis itu tengah menderita kesakitan yang
cukup berat, karena dia merintih terus menerus dengan kedua
tangan memegangi perutnya.
“Omitohud......... apakah ada sesuatu yang bisa Siauw-ceng
lakukan untuk meringankan penderitaan siecu?” tanya Tat-mo
Cauwsu dengan suara yang ramah.
Pengemis tua itu, yang semula merintih dengan memejamkan
matanya, telah terkejut dan mengangkat kepalanya menatap
sejenak pada Tat-mo Cauwsu tetapi setelah melihat yang
menegurnya seorang hweshio asing dia menggelengkan
kepalanya.
“Terima kasih........ aduhhh........ percuma kau tidak mungkin
bisa menolongi diriku yang tengah menderita ini........” kata
pengemis tua itu dengan suara yang putus asa.

Tat Mo Cauwsu 478


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu yakin, sedikitnya dia bisa menolongi


pengemis ini, maka katanya,
“Walaupun Siauw-ceng tidak mengetahui penderitaan apa
yang tengah diderita oleh Siecu, tetapi Siauw-ceng kira, kalau
memang Siecu menjelaskan, tentu Siauw-ceng bisa menolong
sedikit penderitaan itu.”
“Percuma saja, kau mungkin bisa menolong diriku, kalau
saja........ kalau saja…….” si pengemis tidak bisa melanjutkan
perkataannya itu dia telah teraduh-aduh lagi.
“Kalau saja........ mengapa, Siecu?” tanya Tat-mo Cauwsu
jadi tertarik. “Coba kau jelaskan.”
Pengemis tua itu tidak segera menyahuti, karena dia masih
merintih-rintih beberapa kali.
Peluh tampak memenuhi mukanya, dan wajahnya yang pucat
itu seperti menahan sesuatu penderitaan yang tidak ringan.
“Sayang engkau seorang pendeta……. coba kau seorang
tabib, mungkin engkau bisa menolong aku….. itupun baru
mungkin........” berkata sampai disini, kembali pengemis tua itu
telah teraduh-aduh lagi dengan suara yang menyedihkan, tampak
perutnya itu benar-benar menderita kesakitan yang luar biasa
hebatnya.
Tat-mo Cauwsu jadi heran, dia telah bertanya,
“Walaupun Siauw-ceng bukan tabib tetapi jika memang
Siecu memerlukan tabib bukankah Siauw-ceng bisa bantu
memanggilkannya..........?” tanya Tat-mo Cauwsu.
Si pengemis kembali merintih beberapa kali, tetapi untuk
sejenak matanya bersinar-sinar waktu mendengar perkataan Tat-
mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 479


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Benar juga,” katanya kemudian. “Mungkin ada tabib yang


bisa dicari oleh taisu……. Tetapi........ tetapi sayang sekali,
sayang sekali, tidak mungkin tabib yang biasa-biasa saja bisa
menyembuhkan lukaku........”
“Luka? Apa Siecu terluka? Jika hanya untuk mengobati
beberapa luka-luka saja, Siauw-ceng kira masih bisa Siauw-ceng
mengobatinya........”
Si pengemis telah teraduh-aduh. Untuk sejenak lamanya dia
seperti tidak melayani Tat-mo Cauwsu, karena saat itu dia tengah
digeluti oleh perasaan sakit yang hebat.
Tubuhnya duduk terbungkuk-bungkuk dengan sepasang
tangan yang memegangi perutnya. dia seperti juga merasakan
kesakitan yang luar biasa di perutnya itu.
Tat-mo Cauwsu yang melihat ini jadi merasa iba dan kasihan
kepada si pengemis.
“Anggota tubuhmu yang mana Siecu yang terluka?” tanya
Tat-mo Cauwsu.
Si pengemis masih mengerang beberapa kali sampai
akhirnya dia berkata,
“Bukan terluka, tetapi aku........ aku keracunan, dengan racun
yang bekerja hebat sekali......... aduhh........ Bukan tadi aku telah
mengatakan bahwa tidak sembarangan tabib yang bisa mengobati
lukaku ini, karena racun yang dipergunakan musuhku itu
memang benar-benar sangat dahsyat cara bekerjanya........!”
Dan berkata sampai disitu si pengemis telah mengerang-
erang lagi dengan suara yang memelaskan sekali.
Tat-mo Cauwsu melihat muka pengemis tua itu yang pucat
pasi juga dipenuhi oleh peluh yang bercucuran, tampaknya
pengemis ini menahan perasaan sakit yang hebat sekali.

Tat Mo Cauwsu 480


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jika memang Siecu hanya terkena serangan racun, mungkin


Siauw-ceng memiliki obat yang cocok sebagai penawarnya,” kata
Tat-mo Cauwsu kemudian sambil merogoh saku jubahnya.
“Obat penawarnya?” tanya si pengemis sambil melirik dan
merintih-rintih lagi.
“Ya, Siauw-ceng memiliki pil “Cut-sie-tok-wan”, pil untuk
melawan racun. Walaupun racun yang bagaimana hebat, biasanya
dapat dilenyapkan dengan menelan tiga butir pil ini, yang terbuat
dari sari embun dan Soat-lian, dicampur juga dengan beberapa
macam ramuan yang memiliki khasiat tinggi.”
Dan sambil berkata begitu Tat-mo Cauwsu telah
mengeluarkan botol obatnya yang berwarna hijau dari jubahnya.
Dia juga telah membuka tutup botol itu, sehingga seketika itu di
sekitar tempat tersebut tersiar bau harum yang semerbak dari obat
tersebut.
Mata si pengemis telah bersinar memperlihatkan harapan
lagi, dia telah berkata, “Apakah…… apakah pil obat itu bisa
melenyapkan juga racun ular Kim-tok (Racun Emas)?”
Tat-mo Cauwsu terkejut. Walaupun dia berasal dari daratan
India, namun telah cukup lama Tat-mo Cauwsu berkelana di
daratan Tiong-goan. Diam-diam Tat-mo Cauwsu mengetahui
bagaimana hebatnya racun ular Kim-tok itu, karena begitu
terkena, tentu sang korban akan terbinasa dalam waktu tidak lebih
dari sepasang hio.
Namun sungguh hebat pengemis ini bisa bertahan demikian
lama. Dan hanya perutnya saja yang sakit, padahal setiap korban
racun Kim-tok, tentu tubuhnya seluruhnya akan menjadi hitam
hangus.
Melihat ini, Tat-mo Cauwsu segera menyadari bahwa
pengemis ini tentu bukan pengemis sembarangan, setidak-

Tat Mo Cauwsu 481


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tidaknya dia pasti memiliki lwekang yang sangat kuat yang telah
dipergunakan untuk melawan dan menahan menjalarnya racun
ular Kim-tok ke jantungnya.
Sekali saja racun itu berhasil menjalar terus ke jantungnya,
niscaya jiwa si pengemis sudah tidak bisa dipertahan lagi.
Walaupun kemudian dia memperoleh pil obat dari dewa.
“Kapan Siecu terkena racun itu?” tanya Tat-mo Cauwsu
kemudian dengan suara yang mengandung rasa tertarik untuk
mengetahui.
“Kurang lebih tujuh jam lalu.........” menyahuti pengemis itu
dengan suara yang bersusah payah dan tersendat-sendat.
“Sudah begitu lama……..?” tanya Tat-mo Cauwsu
tercengang.
“Ya, aku berusaha melawannya........ melawannya dengan
lwekangku. Tetapi kukira satu jam lagi, habislah kekuatanku, dan
racun itu pasti dengan cepat akan menjalar ke jantungku........
maka disaat itu sudah tidak ada harapan lagi buatku hidup lebih
lanjut!
“Sesungguhnya saat sekarang ini aku tengah memiliki tugas
yang berat dan penting sekali, menyesal sekali aku harus terluka
seperti ini, sehingga tugas yang tengah kupikul ini akan terlantar
karenanya........”
Berkata sampai disitu, pengemis telah merintih lagi dengan
suara yang menyedihkan. Dia telah terbungkuk-bungkuk dengan
kedua tangan memegangi erat-erat perutnya. Tampaknya
dibagian perutnya itulah dia menderita kesakitan yang hebat.
Tat-mo Cauwsu cepat-cepat mengeluarkan enam pil obatnya,
dia mengangsurkan kepada si pengemis.

Tat Mo Cauwsu 482


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Coba siecu menelan pil 'Cut-sie-tok-wan” ini.........


Sebetulnya dengan tiga butir saja sudah bisa menawarkan racun-
racun biasa, tetapi karena racun Kim-tok merupakan racun yang
cukup hebat dan daya kerjanya keras, coba siecu menelannya
enam butir.........”
Si pengemis telah memandang ragu-ragu sejenak, tetapi
karena dia tahu tidak lama lagi dia tidak tahan dari serangan
racun itu dan akan terbinasa, maka tidak ragu-ragu lagi dia
menelan obat tersebut. Jika memang hweshio yang memberikan
obat itu bermaksud jahat kepadanya dan memberikan pil beracun,
paling tidak dia tokh akan mati juga, malah lebih cepat dan
penderitaannya berakhir lebih cepat lagi.
Setelah menelan ke enam butir pil itu, berangsur-angsur
suara rintihannya berkurang, sampai akhirnya dia sudah tidak
merintih lagi. Karena perutnya sudah tidak terlalu sakit seperti
tadi.
Walaupun si pengemis masih merasakan dipusatnya (pusar)
denyutan denyutan yang cukup sakit, bagaikan usus-ususnya itu
akan terputuskan oleh sesuatu kekuatan di dalam perutnya.
“Terimakasih Taisu, obatmu ternyata mujarab sekali,” kata si
pengemis dengan bibir gemetar berusaha tersenyum.
“Maafkan aku tidak bisa menjura menyatakan terima
kasihku, karena sekujur tubuhku masih lemas sekali.”
Tat-mo Cauwsu tidak menyahuti karena waktu itu ada dua
orang lelaki setengah baya yang lewat dijalan itu tengah menuju
ke dalam perkampungan. Kedua lelaki itu hanya berdiam diri dan
memandang sekilas kepada si pengemis dan si pendeta, mereka
telah meneruskan langkah kaki mereka, seperti juga apa yang
terjadi itu tidak menarik perhatian mereka.
Dengan sabar Tat-mo Cauwsu telah berkata,

Tat Mo Cauwsu 483


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sebetulnya keenam butir pil itu belum tentu dapat


melenyapkan racun Kim-tok, karena tidak seperti biasanya, Siecu
tampaknya belum sehat, maka setidak-tidaknya pil itu bisa
memperpanjang usia Siecu.
“Tadi Siecu mengatakan memiliki urusan yang penting,
pergilah Siecu menyelesaikannya. Dan ambillah ini duabelas pil
“Cut-sie-tok-wan”, jika nanti dalam perjalanan engkau merasakan
racun itu mulai bekerja lagi, maka di waktu itu kau boleh
menelannya enam butir pula..”
Si pengemis telah menyambuti ke duabelas butir pil itu,
dimasukkan ke dalam saku bajunya yang dekil, sambil
menyatakan terima kasihnya.
“Aku si pengemis miskin Ciam-kiam-sin-kay (pengemis
sakti pedang jarum) Wie Siu Bun tidak akan melupakan budi
kebaikan Taisu. Bolehkah aku mengetahui nama besar yang
harum dari Taisu?”
Tat-mo Cauwsu segera mengeluarkan kata-kata merendah,
kemudian dia baru bilang, “Sesungguhnya nama Siauw-ceng
Gunal Shing, tetapi di daratan Tiong-goan ini Siauw-ceng selalu
dipanggil dengan sebutan Tat-mo Cauwsu…...!”
“Tat-mo Cauwsu?” berseru si pengemis dengan suara
terkejut dan wajah memperlihatkan sikap agak aneh.
Tat-mo Cauwsu juga jadi heran.
“Kenapa? Adakah sesuatu yang aneh?” tanya Tat-mo
Cauwsu waktu melihat sikap orang itu.
“Sudah lama aku si pengemis miskin Wie Siu Bun
mendengar kebesaran nama guru besar........!” kata pengemis she
Wie itu.

Tat Mo Cauwsu 484


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia menyebut Tat-mo Cauwsu sebagai guru besar karena


perkataan Cauwsu memang bisa berarti juga guru besar yang
artinya hampir bersamaan dengan perkataan Taisu.
“Sebetulnya nama besar tidak ada artinya sama sekali, yang
terpenting perilaku kita........,” kata Tat-mo Cauwsu merendah.
“Dan selama berkelana di daerah Tiong-goan, selama itu pula
belum ada sesuatu yang dapat kulakukan…….”
Wie Siu Bun telah tertawa dengan bibir terpentang lebar,
cepat-cepat dia berkata,
“Taisu terlalu merendahkan diri......... Sesungguhnya nama
Taisu telah tersebar luas di daratan Tiong-goan ini. Mungkin
untuk orang-orang Bu-lim di daratan Tiong-goan mulai
mengetahui siapa Taisu dan telah mendengar juga betapa
kepandaian yang luar biasa!
“Dengan berjumpa Taisu disini, berarti aku si pengemis
miskin masih dilindungi Thian, karena benar-benar aku bertemu
dengan bintang penolong…….”
Mendengar perkataan si pengemis, setelah mengucapkan
beberapa kali kebesaran nama Sang Buddha, Tat-mo Cauwsu
kemudian mengeluarkan kata-kata merendah.
“Taisu, seperti tadi aku si pengemis miskin she Wie telah
mengatakan bahwa aku memiliki urusan yang penting dan berat
sekali, maka aku lancang sekali ingin meminta bantuan Taisu,
bisakah Taisu membantuku?” tanya si pengemis.
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar dan ramah, dia berkata,
“Siancai! Siancai! Persoalan dan bantuan yang bisa Siauw-ceng
lakukan tentu akan Siauw-ceng lakukan! Katakanlah Siecu,
janganlah berlaku sungkan seperti itu........”

Tat Mo Cauwsu 485


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si pengemis ragu ragu sejenak, tetapi kemudian dia berkata


dengan sikap yang agak hati-hati, “Urusan ini sangat penting
sekali Taisu, menyangkut keselamatan beberapa ratus jiwa
manusia.........”
Kini giliran Tat-mo Cauwsu yang terkejut, karena dia kaget
mendengar urusan itu menyangkut dengan keselamatan jiwa
manusia, terlebih lagi dalam jumlah yang demikian besar.
“Urusan penting apakah yang tengah Siecu lakukan sehingga
bisa menyangkut keselamatan jiwa manusia begitu besar
jumlahnya?” tanya Tat-mo Cauwsu kemudian.
Si pengemis Wie Siu Bun ragu-ragu, sampai akhirnya dia
telah berkata,
“Ya, kalau ingin diceritakan cukup panjang, tetapi mungkin
racun Kim-tok yang mengeram di dalam tubuh ini tidak dapat
dibendung terlalu lama dan akan bekerja kembali sehingga akan
menyebabkan kematian untukku…….! Maka dari itu baiklah aku
menceritakan secara singkat saja agar Taisu
mengetahuinya........!”
“Ya, jika siecu tidak keberatan, ceritakanlah! Jika memang
untuk urusan yang benar dan keadilan, Siauw-ceng tentu bersedia
untuk membantu........” kata Tat-mo Cauwsu cepat.
Wie Siu Bun menghela napas lagi, dia kemudian baru
berkata,
“Sesungguhnya aku tengah membawa sepucuk surat dari
Pangcu di pusat, untuk disampaikan kepada Kiong Siang Han,
pangcu daerah yang berkuasa di seputaran Souw-ciu. Isi surat
pangcu pusat itu singkat sekali, hanya memerintahkan agar
pangcu di daerah she Kiong tersebut menangkap seorang penjahat
yang menyelusup ke dalam barisan Kay-pang yang berada dalam
kekuasaannya, dan orang itu........”

Tat Mo Cauwsu 486


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Berkata sampat disitu Wie Siu Bun ragu-ragu, tidak


meneruskan perkataannya, dia telah menatap Tat-mo Cauwsu
beberapa saat lamanya, baru kemudian berkata, “Orang itu she
Auwyang dan bernama Siang Ban.”

––––––––

JILID 13

“DIA seorang penjahat yang memiliki kepandaian yang luar


biasa, dan kepandaiannya itu beberapa tingkat berada di atas
kepandaian dari Kiong Siang Han, pangcu daerah. Dan jika kini
dia menyelusup menyamar sebagai anggota biasa dari Kay-pang
di daerah itu, sebab dia tengah menghindarkan diri dari lawannya
yang berkepandaian tinggi dan tengah mengejarnya.
“Lawannya itu seorang iblis juga yang memiliki sifat yang
kejam dan telengas sekali. Dia tengah memburu Auwyang Siung
Bun, karena mereka memiliki permusuhan........!
“Dengan menyamarnya Auwyang Siung Bun sebagai
anggota Kay-pang, bukankah hal itu bisa mendatangkan
malapetaka yang hebat sekali untuk Kay-pang? Bukankah jika
iblis yang menjadi lawan Auwyang Siung Bun itu mengetahui
Auwyang Siung Bun sebagai anggota Kay-pang, berarti juga

Tat Mo Cauwsu 487


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

akan menyebabkan banyak anggota Kay-pang yang menjadi


ketelengasan dari iblis itu.
“Hal itu telah didengar pangcu di pusat, yang menerima
kisikan dari salah seorang sahabatnya yang kebetulan mengetahui
urusan ini, maka pangcu pusat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan.”
“Lalu, jika surat pangcu pusat itu bisa diterima oleh pangcu
daerah berarti Auwyang Siung Bun bisa ditangkap dan
diserahkan kepada lawannya?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Kurang lebih begitu maksud pangcu kami, tetapi
pelaksanaannya tidak mudah........” menyahuti Wie Siu Bun.
“Mengapa begitu?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Karena dalam perjalanan, telah beberapa kali aku dihadang
oleh jago-jago yang berkepandaian tidak rendah! Rupanya
Auwyang Siung Bun memiliki sahabat dan anak buah yang cukup
banyak jumlahnya dan semuanya liehay-liehay.
“Dan akhirnya waktu aku tiba di kampung ini justru aku
telah dilukai sedemikian rupa. Melihat keadaan ini justru aku jadi
berpikir, mungkin maksud Auwyang Siung Bun-bukan sekedar
menyamar sebagai anggota Kay-pang, bahkan dia mengandung
maksud tertentu!
“Dan sebelum aku terluka seperti ini, aku kebetulan sekali
mengetahui rahasianya itu, rahasia yang mengerikan sekali,
sebuah rencana yang paling biadab sekali…….! Sayangnya aku
telah terluka, sehingga aku tidak bisa pulang ke pusat untuk
memberitahukan kepada Pangcu bahwa semua tindakan yang
diambil dengan memberikan perintah kepada Kiong Siang Han
tidak ada gunanya sama sekali.

Tat Mo Cauwsu 488


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Dan memang aku bermaksud untuk membatalkan pergi


menemui Kiong Siang Han, hanya ingin cepat-cepat kembali ke
pusat untuk memberikan laporan kepada Pangcu........ Tetapi luka
yang kuderita ini justru telah membendung maksudku itu…….”
setelah berkata begitu, tampak Wie Siu Bun menghela napas
berulang kali.
Tat-mo Cauwsu jadi heran dan kaget, dia tidak menyangka
urusan jadi begitu di luar dugaan.
“Urusan dan rencana mengerikan apakah yang engkau
ketahui, saudara Wie?” tanya Tat-mo Cauwsu kemudian.
“Rencana dari Auwyang Siung Bun........ rencana yang
benar-benar menakutkan sekali........ akan membawa kabut hitam
dan bencana untuk Kay-pang kami........! Hai! Hai! Sayang sekali
aku terluka seperti ini, jika aku menemui kematian, berarti untuk
selamanya rencana busuk dari Auwyang Siung Bun akan tertutup
dan Kay-pang menghadapi bencana tanpa mengetahui........”
Tat-mo Cauwsu jadi semakin tertarik mendengar keterangan
Wie Siu Bun sampat disitu, dia telah berkata,
“Jika memang Siauw-ceng bisa membantu, tentu Siauw-ceng
bersedia untuk membela Kay-pang. Selama berkelana di dalam
daratan Tiong-goan telah banyak yang didengar Siauw-ceng
mengenai sepak terjang Kay-pang yang membela keadilan dan
pihak si lemah.........”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu, si pengemis she Wie
itu jadi mempercayai Tat-mo Cauwsu. Jika tadi dia masih
bimbang karena dia belum mengetahui pendirian pendeta ini.
“Baiklah Taisu, rencana jahat dari Auwyang Siung Bun
adalah untuk menguasai Kay-pang. Coba Taisu bayangkan, akhir-
akhir ini aku baru mengetahui bahwa Auwyang Siung Bun

Tat Mo Cauwsu 489


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sebenarnya memiliki banyak sekali pengikut, berjumlah ribuan


orang.
Dan semuanya umumnya memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, maka aneh bukan main jika sampai dia rela hanya sekedar
untuk menghindari lawannya, dia harus bersembunyi dibarisan
Kay-pang sebagai anggota biasa saja........!
“Setidak-tidaknya untuk menghadapi lawannya, dia masih
bisa mengerahkan anak buahnya dan juga pengikutnya, untuk
bersama-sama menghadapinya......... Tidak perlu sampai dia harus
menyamar sebagai anggota biasa di Kay-pang.
“Semula memang tidak terpikir olehku tetapi setelah
terjadinya peristiwa ini, barulah aku tersadar akan hal itu.........
Betapapun juga tentu saja Auwyang Siung Bun memang
memiliki suatu rencana yang untuk kepentingan dirinya.........
kuketahui itu dari mulutnya dua orang pengikutnya yang berhasil
melukai aku.
“Semula waktu terkena racun Kim-tok, aku telah jatuh
pingsan tidak sadarkan diri, tetapi kesudahannya ternyata setelah
kedua orang itu berlalu, aku masih bisa mempertahankan diri
dengan mempergunakan lwekang, sehingga tidak sampai
binasa........ Itulah kesalahan besar yang dilakukan oleh kedua
pengikut Auwyang Siung Bun.
“Memang tentunya mereka menerima perintah dari orang she
Auwyang itu agar aku dibinasakan. Tetapi kesudahannya mereka
keliru menganggap aku telah terbinasakan oleh racun mereka,
sehingga membuat urusan mereka masih tetap berada dalam
tanganku!
“Sayangnya daya bekerja dari racun itu memang sangat
dahsyat, sehingga jika aku tidak bertemu dengan Taisu, mungkin

Tat Mo Cauwsu 490


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

satu atau dua jam lagi aku tidak akan kuat bertahan pula dan
binasa........”
Dengan suara tidak sabar Tat-mo Cauwsu telah bertanya
kepada Wie Siu Bun, “Sesungguhnya rencana busuk apa yang
ingin dikerjakan Auwyang Siung Bun kepada Kay-pang?”
“Rencananya itu untuk menguasai Kay-pang, merubuhkan
pangcu di pusat dan kemudian mengangkat dirinya sebagai
pangcu Kay-pang dengan dukungan dari pengikut-ikutnya yang
ternyata telah banyak yang menyelusup ke berbagai cabang Kay-
pang di daerah sebagai anggota partai pengemis…..!
“Nah, coba Taisu bayangkan, tidakkah itu hebat sekali?
Sedangkan pangcu Kay-pang daerah, yaitu Kiong Siang Han,
telah berhasil dibujuk Auwyang Siang Bun untuk bekerja sama.
“Tentunya disamping bujukan juga disertai tekanan. Karena
kepandaian Kiong Siang Han terpaut jauh beberapa tingkat di
bawah kepandaian Auwyang Siung Bun.
“Coba kalau memang aku menemui Kiong Siang Han dan
menyerahkan surat Pangcu, bukankah sama saja aku membuka
tabir kepada musuh bahwa Pangcu pusat telah mengetahui perihal
Auwyang Siung Bun. Dan aku sendiri sama saja seperti
mengantarkan diri untuk mati, karena Kiong Siang Han sendiri
telah berserikat dengan Auwyang Siung Bun untuk berkhianat
kepada partai pengemisnya sendiri........!”
Tat-mo Cauwsu menghela napas.
“Aku mengerti, tentunya yang engkau maksudkan dengan
perkataan akan datang dan jatuhnya bencana di pihak Kay-pang
serta akan menelan banyak korban jiwa, tentunya jika terjadi
peperangan di dalam Kay-pang sendiri. Di antara dua golongan,
yaitu pengikut setia pangcu pusat dengan pengikut dari Kiong
Siang Han serta Auwyang Siung Bun, bukan?”

Tat Mo Cauwsu 491


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Itu masih tidak apa-apa, tentu banyak sekali pengikut setia


dari pangcu pusat, karena memang selama ini pangcu pusat
memimpin sangat baik. Dan persoalan Auwyang Siung Bun dapat
diselesaikan walaupun pasti akan berjatuhan korban yang tidak
sedikit!
“Yang hebat dan mengerikan, Kiong Sian Han atas nama
Kay-pang telah mengirim surat tantangan kepada iblis yang
menjadi lawan Auwyang Siung Bun, menantangnya untuk
bertemu di markas pusat Kay-pang, karena di dalam suratnya
dijelaskan pangcu pusat ingin adu tenaga dengan si iblis!
“Nah coba Taisu bayangkan, bukankah urusan ini akan
merepotkan sekali? Disamping itu di dalam surat Kiong Siang
Han dikatakan juga bahwa Auwyang Siung Bun telah menjadi
anggota Kay-pang, semua urusannya menjadi urusan Kay-pang.
“Maka kini iblis itu tentu telah main bunuh terhadap anggota
Kay-pang yang dijumpainya, yang sesungguhnya tidak tahu apa-
apa........!”
Tat-mo Cauwsu menghela napas mendengar keterangan
seperti itu. Inilah yang tidak terpikir sebelumnya oleh pendeta
tersebut, semula dia berpikir hanya terjadi penghianatan di dalam
partai pengemis itu, tetapi kesudahannya membuat Tat-mo
Cauwsu jadi bergidik sendirinya, karena dia bisa membayangkan
bencana yang akan menimpa partai pengemis itu.
Memang Kay-pang merupakan perkumpulan yang sangat
besar dan memiliki jaringan yang luas di seluruh daratan Tiong-
goan Selatan maupun Utara, yang memiliki wakil-wakilnya
menggabungkan seluruh pengemis yang terdapat di daratan
Tiong-goan.
Tetapi sebagai perkumpulan yang besar seperti itu, Kay-pang
tentu saja memiliki banyak sekali persoalan dan urusan-urusan di

Tat Mo Cauwsu 492


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dalamnya dan semua itu harus di tangani oleh pangcu-pangcu


daerah, yang secara resminya menjadi wakil dari pangcu di pusat,
dan mereka biasanya menguasai suatu daerah tertentu.
Namun jika sampai terjadi bentrokan di dalam, dan juga
salah seorang pangcu daerah atas nama Pangcu pusat telah
memancing ikan di air keruh dengan memancing juga iblis yang
menjadi musuh Auwyang Siung Bun, dengan maksud
mengadudombakan dengan Pangcu di pusat, niscaya Kay-pang
menghadapi bencana yang tidak kecil.
“Siapakah iblis yang menjadi musuh dari Auwyang Siung
Bun?” tanya Tat-mo Cauwsu setelah menyebut nama Sang
Buddha yang besar.
“Aku sendiri belum mengetahuinya dengan jelas, tetapi dari
cerita kedua orang pengikut Auwyang Siung Bun, kepandaian
iblis lawan Auwyang Siung Bun itu jauh lebih tinggi dari
kepandaian Auwyang Siung Bun sendiri. Maka bisa dibayangkan,
betapa iblis itu merupakan lawan yang sangat berat sekali........”
menyahuti Wie Siu Bun.
Tat-mo Cauwsu mengangguk-angguk beberapa kali,
kemudian sambil menghela napas dia telah bertanya kepada Wie
Siu Bun, “Sekarang, apa rencana Siecu?”
“Kembali ke pusat dan cepat-cepat memberitahukan hal ini
kepada Pangcu. Agar Pangcu dapat mengambil langkah-langkah
yang diperlukan, untuk menyelamatkan jiwa dari anggota Kay-
pang yang tidak bersalah, yang kemungkinan besar akan menjadi
korban dari amukan iblis yang menjadi lawan Auwyang Siung
Bun itu........”
“Ya, langkah seperti itupun sangat baik. Tetapi........ tentunya
dalam perjalanan ke pusat engkau akan banyak menemui

Tat Mo Cauwsu 493


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

rintangan dari pengikut-ikut Auwyang Siung Bun........” kata Tat-


mo Cauwsu.
“Jika memang mereka mengetahui engkau tidak binasa tentu
mereka akan segera melakukan pengejaran pula untuk menutup
mulutmu, guna melindungi rahasia mereka itu jangan sampai
terbuka sebelum waktunya........!”
“Tepat Taisu! Itulah yang tengah menjadi pemikiranku!
Maka aku lancang sekali ingin mengajukan suatu permintaan
kepada Taisu, yang entah dapat disanggupi atau tidak oleh
Taisu?”
“Permintaan apa?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Jika memang Taisu mau menolong, bersediakah Taisu yang
berkunjung ke pusat dan memberituhukan hal ini kepada Pangcu
kami, menceritakan perihal penghianatan Kiong Siang Han dan
juga perihal perkembangan berikutnya dari urusan ini........
Tentunya jika Taisu yang pergi ke sana, Taisu terlepas dari
inceran orang-orangnya Auwyang Siung Bun........
“Sedangkan akupun akan pergi ke markas pusat........ Untung
saja jika aku bisa tiba dengan selamat tetapi jika tidak, tentu
sudah ada Taisu yang mewakilkan. Walaupun aku harus binasa di
tangannya pengikut Auwyang Siung Bun, tetapi aku bisa mati
dengan mata yang terpejamkan........!”
Tat-mo Cauwsu menghela napas.
“Jika demikian, alangkah baiknya Siecu melakukan
perjalanan bersama-sama dengan Siauw-ceng, sehingga jika
Siecu menghadapi ancaman bahaya, tentu Siauw-ceng bisa
sedikit banyak memberikan perlindungan........”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu, muka Wie Siu Bun
jadi terang.

Tat Mo Cauwsu 494


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apakah........, apakah Taisu tidak merasa jijik harus


melakukan perjalanan bersama-sama seorang pengemis miskin
seperti aku ini?” tanya Wie Siu Bun kemudian.
Tat-mo Cauwsu telah tersenyum.
“Semua manusia dilahirkan dengan bertelanjang dan
semuanya sama........ maka dari itu, pakaian, harta dan keadaan di
duniawi ini hanya sebagai perhiasan. Yang terutama adalah
kemuliaan sepotong hati di dalam dada, itulah perhiasan yang
paling berharga untuk seorang manusia........!”
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu, Wie Siu Bun jadi
terharu dan kagum. Dia cepat-cepat berlutut menekuk kedua
kakinya mengangguk empat kali.
Tat-mo Cauwsu jadi sibuk membangunkan pengemis itu, dia
mengelak dari pemberian hormat Wie Siu Bun.
“Jangan banyak peradatan seperti itu, karena peradatan justru
mengikat manusia akan hal-hal yang lainnya........!” kata Tat-mo
Cauwsu. “Kita harus bertindak dengan jalan yang benar, dengan
pertimbangan suara hati yang benar melalui “Empat kebenaran
yang Mulia” dan “Delapan Jalan Utama”.
“Itu yang terpenting, jika orang sudah mengerti dan dapat
menjalankannya, nanti dia terbebas dari kesengsaraan dunia,
dapat keberuntungan yang kekal dan bisa menghadapi segala
macam persoalan di duniawi ini dengan tenang dan tabah........
baik kesenangan, baik kesengsaraan, semuanya sama saja, hanya
bagaimana manusianya yang menerima dan menghadapinya!”
“Pelajaran yang Taisu berikan hari ini akan kuingat baik
baik,” kata Wie Siu Bun setelah selesai memberi hormat. “Dan
semoga Kay-pang memperoleh sinarnya Sang Buddha........!”
Tat-mo Cauwsu tersenyum puas.

Tat Mo Cauwsu 495


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mari kita berangkat........”


Namun baru saja Tat-mo Cauwsu berkata sampai disitu,
justru disaat itu telah berkelebat dua sosok tubuh, yang tahu-tahu
telah berada di hadapan Wie Siu Bun. Salah seorang di antara
mereka bahkan telah membentak,
“Pengemis busuk, rupanya kau cukup kuat untuk bertahan
dari serangan Kim-tok! Ha, kini jangan harap engkau bisa hidup
lebih lama lagi…….!”
Muka Wie Siu Bun jadi berobah agak pucat. Dia mengenali
kedua orang yang baru datang itu tidak lain kedua orang yang
telah melukainya dengan racun Kim-tok.
Beberapa saat yang lalu disaat dia belum terluka, dia sudah
tidak berhasil menghadapi kedua orang itu, yang memiliki
kepandaian lebih tinggi dari dia. Apa lagi sekarang dia tengah
dalam keadaan terluka dan racun Kim-tok belum berhasil diusir
seluruhnya dari tubuhnya maka dari itu telah membuat Wie Siu
Bun jadi mengeluh.
Tat-mo Cauwsu dengan tenang telah menoleh dan melihat
kedua orang lelaki yang baru muncul itu tidak lain dari kedua
orang lelaki setengah baya yang masing-masing memiliki wajah
bengis dan sikap yang kaku. Dilihat dari gerakan tubuh mereka,
rupanya kedua orang itu memang memiliki kepandaian yang
cukup tinggi.
Wie Siu Bun saat itu telah memaksakan diri berkata,
“Rupanya Thian memang menghendaki Kay-pang
menghadapi ujian cukup berat........! Kalian manusia-manusia
jahat dan rendah budi, telah mempergunakan segala macam akal
licik dan racun untuk melukai aku!

Tat Mo Cauwsu 496


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hmm, jika hari ini aku bisa lolos dari kematian, aku tidak
akan melupakan kalian berdua. Suatu hari kelak jika urusan Kay-
pang telah selesai, tentu aku akan mencari kalian…….”
Dari suaranya dapat diketahui Wie Siu Bun keputus asaan
dan marah, suaranya itu juga tergetar.
Kedua orang itu mengeluarkan suara tertawa yang mengejek,
keduanya juga serentak telah mencabut keluar sebuah tabung dari
masing-masing pinggangnya.
Muka Wie Siu Bun telah berubah tambah pucat dan putus
asa.
“Jika kalian berdua memiliki sifat yang gagah, tentu tidak
akan mempergunakan racun untuk merebut kemenangan!” kata si
pengemis dengan suara yang sangat nyaring.
“Tetapi, memang kalian manusia-manusia busuk maka kalian
selalu mempergunakan racun untuk membuat kemenangan.........!
Jika memang kalian gagah, simpanlah tabung racun kalian itu dan
hadapilah aku dengan ilmu kepandaianmu…… Walaupun aku
telah terluka oleh racun Kim-tok kalian, aku akan menghadapi
kalian sampai ajalku tiba.........!”
Tetapi kedua orang lelaki setengah baya itu yang wajahnya
sangat seram, telah mengeluarkan suara dengusan yang dingin
mengejek.
“Gagah? Mengapa harus mementingkan kegagahan? Yang
terpenting bagi kami adalah kemenangan dan kematian dari
kalian manusia-manusia tolol yang tidak tahu selatan!
“Coba kalau memang engkau bekerja untuk kepentingan
Auwyang Siung Bun Locianpwe, mungkin kau masih bisa
menikmati enaknya hidup di dunia ini dengan segala
kemewahan.........!”

Tat Mo Cauwsu 497


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Siapakah kalian?” tanya Tat-mo Cauwsu tiba-tiba dengan


suara yang sabar.
“Engkau keledai gundul ingin ikut campur pula dalam urusan
ini? Apakah engkau tahu, urusan ini tidak bisa diselesaikan
dengan hanya doa-doa sucimu?” ejek salah seorang di antara
kedua lelaki setengah baya itu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tidak menjadi gusar.
“Siauw-ceng bertanya, siapakah kalian?” mengulangi Tat-mo
Cauwsu dengan pertanyaannya.
“Jika kau keledai gundul ingin mendengar nama besar kedua
tuanmu, hati-hati jangan sampai pingsan karenanya! Dengarlah
baik-baik, aku bernama Tiang Koan Lu, dan ini tuan besar yang
satu bernama Cing San dan she Wu.
“Nah, kau telah dengar, bukan? Kami berdua merupakan
jago-jago yang tidak pernah terkalahkan dan merupakan dua
orang dari sepuluh orang kepercayaan Auwyang Siung Bun
Locianpwe!”
Angkuh sekali waktu Tiang Koan Lu berkata dengan suara
keras seperti itu. Dia juga perlahan-lahan telah mengangkat
tabung racun di tangannya, sehingga membuat Wie Siu Bun jadi
berkuatir sekali.
Begitu tabung racun itu dipergunakan untuk menyerang
dirinya, habislah riwayatnya, karena dari tabung itu akan
menyembur racun Kim-tok lagi.
Wie Siu Bun mengharapkan Tat-mo Cauwsu cepat bertindak,
tetapi justru pendeta itu tampaknya tenang-tenang saja dan
mengawasi Tiang Koan Lu berdua dengan sikap yang sabar
sekali.

Tat Mo Cauwsu 498


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Omitohud! Apakah kalian tidak menyadari bahwa perbuatan


jahat tentu akhirnya akan hancur dan menerima karma yang tidak
menggembirakan? Jika kalian menanam biji ketimun, kalian akan
memperoleh ketimun sebagai hasilnya dan jika kalian menanam
biji semangka, maka kalian akan menerima hasilnya kelak buah
semangka juga........!
“Mengapa kalian kini malah menanam bibit kejahatan?
Bukankah kelak kalian akan memperoleh hasilnya yang
mendatangkan kesengsaraan?”
Namun kedua orang pengikut Auwyang Siung Bun itu
bukannya mengakui kebenaran perkataan Tat-mo Cauwsu, malah
telah tertawa bergelak-gelak.
“Keledai gundul!” kata Tiang Koan Lu dengan suara yang
nyaring. “Sudah kukatakan tadi, percuma saja doa-doa sucimu,
tidak akan bisa menghadapi urusan ini!”
Wu Cing San juga telah mengeluarkan suara tertawa yang
keras dan angkuh, malah dia ini telah mengangkat tabung racun
Kim-tok nya yang siap akan disemburkan kepada Wie Siu Bun.
“Janganlah kalian mempergunakan kelicikan mengandalkan
racun untuk merebut kemenangan........!” berkata Tat-mo Cauwsu
waktu melihat sikap Wu Cing San.
Tetapi Wu Cing San tidak memperdulikan, dia telah
mengincerkan tabungnya itu untuk disemprotkan kepada Wie Siu
Bun.
Si pengemis jadi putus asa dan berkuatir sekali, dengan sisa
tenaganya dia bermaksud akan menerjang kepada orang itu untuk
mengadu jiwa dengan mempergunakan kesempatan yang masih
ada, karena begitu tabung itu menyemburkan racunnya, niscaya
akan menyebabkan jiwanya segera melayang.

Tat Mo Cauwsu 499


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Wu Cing San tidak memperdulikan sikap dan perkataan Tat-


mo Cauwsu, dia telah menekan sebuah tombol di atas tabung
beracun itu. Dari atas tabung tersebut menyembur cairan racun
menerjang ke arah Wie Siu Bun.
“Perbuatan yang jahat dan licik sekali!” menggumam Tat-mo
Cauwsu, dia bukan hanya berkata saja, tetapi tangan kanannya
telah dikebutkan dengan gerakan yang cepat sekali, sehingga
angin dari kebutan lengan bajunya itu telah mendampar dan
memukul balik cairan racun yang semula menyambar ke arah
Wie Siu Bun jadi menghantam muka Wu Cing San sendiri!
Seketika terdengar suara pekikan dan tubuh Wu Cing San
bergulingan di atas tanah sambil tidak hentinya mengeluarkan
suara jeritan yang mengenaskan sekali. Dan racun itu rupanya
merupakan racun Kim-tok yang dahsyat sekali, karena bekerja
dengan cepat dalam waktu yang singkat itu tubuh dan muka Wu
Cing San telah berobah biru kehitam-hitaman.
Tiang Koan Lu yang menyaksikan nasib kawannya jadi
tertegun sejenak. Disamping kaget jeri dan marah, dia masih
ingat untuk menolongi kawannya.
Dengan cepat dia melompat ke samping Wu Cing San
mengeluarkan obat penawar racun Kim-tok itu. Dimasukkannya
ke dalam mulut Wu Cing San.
Kemudian setelah itu Tiong Koan Lu melompat dan bersiap-
siap ingin menyemburkan racun ditabungnya dengan sikap hati-
hati. Karena dia tidak mau terjadi seperti apa yang dialami oleh
kawannya, yaitu racun kena disampok membalik menghantam
dirinya sendiri.
Tetapi Tat-mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
dingin,

Tat Mo Cauwsu 500


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kalian rupanya manusia-manusia yang tidak memiliki hati


yang baik jika diampuni juga percuma, dikemudian hari hanya
akan mendatangkan bahaya untuk orang-orang yang
lemah.........!”
Dan Tat-mo Cauwsu tidak menyelesaikan perkataannya itu,
karena melihat betapa Tiang Koan Lu bersiap-siap akan
menyemburkan racun dari tabung rahasianya itu.
Tiba-tiba tubuh Tat-mo Cauwsu berkelebat ke samping
Tiang Koan Lu. Lalu dengan cepat tangan kanannya telah
bergerak menepuk punggung Tiang Koan Lu sebelum orang she
Tiang itu sempat untuk mengetahui bahwa pendeta liehay itu
telah berada disampingnya.
“Buk.........!” perlahan sekali tepukan tangan Tat-mo Cauwsu,
tetapi kesudahannya sangat hebat sekali untuk Tiang Koan Lu.
Dia mengeluarkan suara jeritan yang keras, tubuhnya telah
meloso jatuh ke tanah dan berkelejetan kemudian pingsan!
Rupanya yang ditepuk oleh Tat-mo Cauwsu adalah darah
penting di punggung orang she Tiang itu. Dan setelah itu terlihat
Tat-mo Cauwsu juga tidak bertindak hanya sampai disitu saja,
karena dengan cepat kedua tangannya bergerak menepuk ke
beberapa bagian di tubuh Tiang Koan Lu.
Setelah itu Tat-mo Cauwsu berkata kepada Wie Siu Bun
yang saat itu tengah berdiri tertegun memandang dengan takjub,
“Kepandaian silatnya telah kumusnahkan. Sengaja Siauw-
ceng terpaksa membuatnya bercacad, karena manusia seperti ini
membahayakan keselamatan umum........!”
Tenang sekali kata-kata itu seperti juga tidak ada peristiwa
apapun di tempat itu. Bahkan Tat-mo Cauwsu telah melangkah
menghampiri Wu Cing San yang masih pingsan. Dia telah

Tat Mo Cauwsu 501


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menepuk beberapa tempat-tempat tertentu di tubuh orang she Wu


itu, sambil mulutnya berkata,
“Dia telah diberikan tadi obat penawar racun, memang
jiwanya bisa dilindungi dari serangan racun Kim-tok, tetapi tentu
saja diapun harus dibuat bercacad........ kepandaiannya harus
dilenyapkan!”
Setelah selesai menepuk-nepuk beberapa tempat di tubuh Wu
Cing San, tampak Tat-mo Cauwsu menghampiri Tiang Koan Lu
yang masih pingsan. Merogoh saku orang itu, mengeluarkan
botol obat yang tadi dikeluarkan Tiang Koan Lu, menuangkan
dua butir dan memberikan kepada Wie Siu Bun.
“Kebetulan sekali mereka muncul kembali, sehingga kau bisa
memperoleh obat pemunah racun Kim-tok, siecu!!” kata Tat-mo
Cauwsu. “Telanlah obat ini........!”
Wie Siu Bun girang bukan kepalang, dia telah mengucapkan
terima kasih beberapa kali kepada Tat-mo Cauwsu. Segera dia
menelan kedua pil penawar racun Kim-tok itu.
Sedangkan Tat-mo Cauwsu memberikan juga botol obat
yang masih ada isinya kurang lebih belasan butir pil penawar
racun Kim-tok itu.
“Simpanlah, mungkin suatu waktu kelak engkau
memerlukannya........!”
Bukan main kagumnya Wie Siu Bun melihat hanya dalam
segebrakan begitu mudah Tat-mo Cauwsu bisa merubuhkan
kedua lawan yang sebetulnya memiliki kepandaian tidak rendah
itu.
Melihat ini Wie Siu Bun segera yakin bahwa Kay-pang bisa
diselamatkan dari bencana, karena justru Tat-mo Cauwsu
merupakan seorang yang sakti dan memiliki kepandaian yang

Tat Mo Cauwsu 502


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

liehay sekali, maka Wie Siu Bun jadi bersyukur tidak


berkesudahannya.
Tanpa memperdulikan Wu Cing San dan Tiang Koan Lu
yang masih menggeletak pingsan, Tat-mo Cauwsu telah
mengajak Wie Siu Bun untuk melanjutkan perjalanan
meninggalkan tempat itu.
Tujuan mereka adalah Pakkhia, kota raja, untuk menemui
pangcu pengemis itu di markas pusatnya........
◄Y►
KOTA raja Pakkhia memiliki keramaian tersendiri, sebagai
kota raja dan pusat pemerintahan daratan Tiong-goan oleh Kaisar
Ming Ti dari Dinasti Han Timur. Jelas kota raja memiliki banyak
kelebihan-kelebihan dari kota kota yang lainnya.
Disamping di kota raja ini banyak sekali terdapat gedung
yang dibangun bertingkat, juga umumnya kemewahan lebih
tertampak secara menyolok, di mana kekayaan telah memegang
peranan di kota raja. Dan segalanya selalu disertai kemewahan,
bagaikan penduduknya berlomba untuk menonjolkan
keberhasilan dalam usaha mereka mengumpulkan kekayaan.
Disamping gedung-gedung bertingkat mewah, rumah makan
berloteng yang luas dan indah juga banyak toko-toko yang
menjajakan barang dagangannya itu dengan berlebihan, sampai
bertumpuk-tumpuk di luar pintu toko. Ramai sekali keadaan di
kota raja ini, semua orang yang hilir mudik tidak berkeputusan itu
memiliki kepentingan masing-masing.
Di muka sebuah rumah makan yang besar dan bertingkat dua
yang di muka pintunya terpasang papan merek “Ciu Sing Touw”
yang bertulisan dari air emas itu, tampak mentereng sekali.

Tat Mo Cauwsu 503


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pengunjung yang berdatangan sangat ramai dan banyak


sekali, dari pagi sampai malam tidak berkeputusan. Dari orang
yang hendak menjamu kenalan dan sahabatnya sampai orang-
orang yang singgah dari perjalanannya untuk mengisi perut.
Suara piring dan mangkok yang terbentur dengan sumpit dan
sendok terdengar ramai, disamping suara tepukan tangan dari
beberapa tetamu yang memanggil pelayan dan suara gelak tawa
dari tamu-tamu yang tengah bersantap itu. Sangat ramai sekali,
diselingi juga oleh ruangan yang memang telah tersiar bau arak
dan bermacam macam harumnya masakan.
Tetapi di luar muka rumah makan itu, barisan pengemis, tua
dan muda, tengah berkerumun sambil mengulurkan tangannya
meminta belas kasihan dari pelayan untuk memperoleh makanan
sisa atau pada para tamu yang mau masuk ke dalam rumah makan
dan keluar setelah bersantap. Agar memberikan sedikit derma
satu atau dua tail kepada mereka.
Memang keadaan di kota raja sangat ramai dan penuh hiruk
pikuk. Dan saat itu tampak seorang lelaki bertubuh gemuk
dengan muka yang memerah sehat serta pakaiannya yang mewah
penuh dengan hiasan-hiasan yang membuktikan dia berasal dari
keluarga kaya raya atau berpangkat, tengah melangkahkan
kakinya memasuki pintu rumah makan itu, disambut dengan
sikap hormat terbungkuk-bungkuk dari dua orang pelayan yang
memang sengaja menanti di depan pintu untuk menerima tamu.
Waktu lelaki gemuk yang angkuh dan tampaknya berjalan
dengan dada yang terbusungkan dan langkah kaki perlahan-lahan
itu melewati barisan pengemis, dia melirik sedikit, lalu merogoh
saku bajunya mengeluarkan belasan tail, yang dilemparkan ke
tanah.
“Ambil untuk kalian, bagi yang rata........” katanya dengan
suara yang acuh tak acuh.

Tat Mo Cauwsu 504


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Para pengemis yang jumlahnya belasan itu saling rebut


dengan mengeluarkan suara yang riuh sekali. Seorang pelayan
telah mengusir mereka, untuk memulihkan ketenangan di rumah
makan itu. Sedangkan pelayan yang seorang lagi telah
mengantarkan lelaki gemuk itu ke sebuah meja yang masih
kosong.
Rumah makan itu memiliki ruangan yang sangat luas, yang
bisa terisi lebih dari limapuluh meja. Tamu-tamu saat itu sangat
ramai, walaupun hari hampir sore.
Dan lelaki gemuk itu ke bagian meja di bagian sebelah
dalam, disamping pintu yang akan menuju ke dapur. Dia telah
duduk dengan sikap yang angkuh sekali. Sedangkan pelayan telah
melayaninya dengan sikap yang menghormat sekali, dimana
lelaki gemuk itu menyebutkan satu persatu makanan yang
dikehendakinya.
Tidak lama kemudian pelayan telah sibuk mempersiapkan
bermacam-macam masakan dan arak.
Dengan sikap yang agung dan perlahan-lahan, lelaki gemuk
itu mulai bersantap. Sikapnya yang agung dan angkuh itu seperti
tidak diperdulikan oleh tamu-tamu yang lainnya, seperti juga
mereka memang tidak usil dengan urusan orang-orang lainnya,
karena mementingkan perut masing masing, menikmati santapan
lezat untuk mereka.
Tetapi disaat si gemuk yang berasal dari keluarga kaya raya
dan berusia di antara tigapuluh lima tahun tengah menikmati
santapannya itu, dari luar telah melangkah masuk seorang tojin
yang berusia limapuluh tahun, bertubuh tegap dengan kumis dan
jenggot yang cukup panjang. Dan di tangan kanannya memegang
sebatang Hud-tim yang digerak-gerakkan perlahan.

Tat Mo Cauwsu 505


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mata Tojin (imam) itu telah memandang sekitar ruangan


rumah makan itu, dia memperhatikannya dengan seksama,
sampai akhirnya dia melihat si gemuk yang terdapat di meja yang
terletak di sudut ruangan itu. Si imam telah melangkahkan
kakinya menghampiri ke arah meja si gemuk.
“Ang Toaya........!” sapa si tojin dengan suara yang cukup
keras waktu dia hampir tiba di meja si gemuk.
Si gemuk itu Ang Toaya telah menunda makannya, dia
mengangkat kepalanya memandang si tojin.
“Oh kau, Po Liang Cinjin?” tanyanya terkejut bercampur
girang. “Mari! Mari duduk makan bersamaku!”
Si tojin memang tidak menolak, dia menarik kursi dihadapan
Ang Toaya (tuan besar Ang) itu. Dia telah duduk dan segera
pelayan mempersiapkan segala peralatan makan untuk tojin itu.
“Ada kabar baru?” tanya Ang Toaya kepada tojin itu sambil
mengangkat cawan araknya, dan meminumnya perlahan-lahan,
sedangkan matanya mengawasi tojin itu.
“Ada sesuatu yang hendak pinto laporkan kepada Ang
Toaya, sesuatu yang aneh dan cukup mencurigakan,” menyahut si
tojin setelah melirik sekitarnya. “Sebentar selesai Ang Toaya
bersantap, akan pinto sampaikan laporan itu........!”
“Menyangkut masalah apa?” tanya Ang Toaya yang tidak
memperlihatkan perobahan di wajahnya, sikap tenang sekali,
walaupun Ang Toaya itu mengetahui bahwa tojin itu datang tentu
membawa kabar yang kurang begitu menggembirakan.
“Mengenai urusan Auwyang Locianpwe…….!” menyahuti si
tojin. “Ada......... ada dua orang pengikutnya yang telah terluka
dan dibuat bercacad oleh seseorang yang memiliki kepandaian
luar biasa…….!”

Tat Mo Cauwsu 506


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Jika tadi Ang Toaya itu bersikap tenang dan angkuh sekali,
mendengar perkataan si tojin seperti itu, seketika mukanya
berobah sejenak. Tetapi dia bisa menguasai dirinya, hanya
suaranya saja yang jadi perlahan sekali waktu dia bertanya,
“Apa yang terjadi?”
“Wu Cing San dan Tiang Koan Lu telah terluka dan dibuat
bercacad oleh seseorang.........” menyahuti si Tojin. “Urusan ini
tampaknya akan menyebabkan terhambatnya rencana Auwyang
Locianpwe!”
Sebetulnya si gemuk Ang Toaya itu tengah berselera untuk
bersantap, tetapi sejak kedatangan tojin itu, ludeslah selera
makannya. Apa lagi mendengar ada peristiwa yang menyangkut
dengan dirinya yang tentunya kurang menggembirakan itu.
Ang Toaya meletakkan sepasang sumpitnya disamping
mangkok nasi yang belum dihabiskan isinya itu, dia telah berdiri.
“Baiklah, mari kita pergi!” katanya sambil menoleh kepada
si pelayan. “Hitung semua dan pembayaran nanti kau tagih di
rumah........!”
Pelayan itu mengiyakan berulang kali sambil mengucapkan
terima kasih, karena dia mengetahui Ang Toaya ini seorang yang
kaya raya terkenal di kota raja akan keterbukaan tangannya, yang
selalu memberikan persen cukup besar bagi pelayan yang
menagih pembayaran makannya di gedungnya.
Dengan diikuti si Tojin, tampak Ang Toaya itu telah
meninggalkan rumah makan tersebut.
Pengemis-pengemis di muka rumah makan yang mengajukan
tangan mereka meminta pemberian dari si tuan besar Ang yang
murah hati itu tidak diacuhkan si gemuk, yang kini berjalan agak
tergesa dan langkah kakinya cepat sekali.

Tat Mo Cauwsu 507


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mereka menyusuri beberapa jalur jalan di antara orang-orang


yang tengah hilir mudik itu. Sedangkan si Tojin itu mengikuti
Ang Toaya dengan matanya tidak hentinya berjelilatan kesana
kemari seperti tengah mencari-cari sesuatu.
Ketika sampai di sebuah gedung yang besar, Ang Toaya
telah disambut oleh dua orang pelayan rumah dan dengan
langkah yang lebar dan juga muka yang agak muram Ang Toaya
sudah menuju ke ruang tengah. Setelah melewati sebuah taman
yang penuh dengan bunga-bunga warna warni, tampak Ang
Toaya tiba di sebuah ruangan yang memiliki prabotan sangat
mewah dan mahal-mahal harganya.
Dia duduk disebuah kursi dan menujuk kursi yang satunya,
mengisyaratkan agar si Tojin juga duduk. Seorang pelayan kecil
telah datang mempersiapkan teh untuk Ang Toaya dan tojin itu
serta beberapa makanan kecil sebagai teman minuman itu.
“Po Liang Cinjin, berita apa sebenarnya yang ingin kau
sampaikan?” tanya Ang Toaya setelah meneguk sedikit air the di
cawannya.
Po Liang Cinjin telah menghela napas.
“Sebenarnya rencana Auwyang Locianpwe berjalan lancar,
utusan dari pangcu pusat Kay-pang telah berhasil dilumpuhkan
oleh Wu Cing San dan Tiang Koan Lu, dilukai oleh racun Kim-
tok. Hanya mereka melakukan sedikit kesalahan, karena semula
mereka telah berhasil membinasakan Wie Siu Bun, utusan Kay-
pang pusat itu!
“Tetapi kenyataan yang ada, justru orang she Wie itu bisa
bertahan dengan lwekangnya yang cukup tinggi. Dan dia
kebetulan pula mencuri dengar percakapan dari Tiang Koan Lu
berdua, sehingga dia mengetahui seluruh rencana dari Auwyang
Locianpwe........!

Tat Mo Cauwsu 508


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Itulah kesalahan besar tidak berampun dari Tiang Koan Lu


dan Wu Cing San yang telah berlaku ceroboh dan tidak hati-hati
dalam tindakannya!
“Ketika Wu Cing San dan Tiang Koan Lu berdua
mengetahui si pengemis belum terbinasa, mereka telah kembali
mencarinya. Dan waktu itu si pengemis ditemani oleh seorang
pendeta berusia di antara tigapuluh lebih, pendeta asing, seperti
dari India........
“Dalam segebrakan saja waktu Wu dan Tiang ingin
mempergunakan tabung racunnya, mereka telah dirubuhkan dan
dibuat bercacad seumur hidup oleh pendeta itu. Menurut Tiang
Koan Lu, bahwa pendeta asing itu memiliki kepandaian luar biasa
seperti setan, gerakannya sangat gesit dan cepat sekali........ Kini
pendeta itu juga tengah menemani orang she Wie menuju ke
Pakkhia ini........!”
Muka Ang Toaya telah berobah, dia telah menggeram sedikit
memukul tepian meja dengan sikap yang jengkel sekali.
“Ha, mengapa harus terjadi urusan seperti ini? Jika memang
Wu dan Tiang Koan Lu berhasil membinasakan utusan Kay-pang
pusat, tentu rencana Auwyang Locianpwee akan berjalan dengan
lancar! Sekarang........ bagaimana?”
Tojin itu juga telah menghela napas.
“Jika dilihat demikian, tentu bisa membawa kerepotan untuk
pihak kita. Karena tentu Wie Siu Bun akan melaporkan segalanya
kepada Pangcu di pusat ini, dan Kay-pang pasti akan
mempersiapkan diri!
“Kita memang mengetahui bahwa Kay-pang memiliki jago-
jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali disamping itu
juga memang telah banyak orang-orang kita yang menyelinap ke
dalam tubuh Kay-pang......... Tetapi, dengan demikian, bentrokan

Tat Mo Cauwsu 509


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang akan terjadi pasti akan merugikan kita, karena Pangcu Kay-
pang itu dapat mempersiapkan segalanya dengan sebaik mungkin
jika laporan yang disampaikan Wie Siu Bun telah berhasil
didengarnya!
“Selama dalam perjalanan, banyak orang-orang kita telah
menghadang Wie Siu Bun dan pendeta asing itu......... Tetapi........
kepandaian pendeta asing itu benar-benar luar biasa sekali.........
Dengan satu dua kali gebrakan orang-orang kita telah dilukai,
bahkan banyak yang dibuat bercacad!
“Celaka lagi, justru orang-orang kita yang telah dilukai itu
dipaksa untuk memberikan keterangan, sehingga sekarang telah
banyak sekali rahasia kita diketahui Wie Siu Bun!
“Malam ini pendeta asing itu dan Wie Siu Bun akan
tiba......... Bagaimana menurut Ang Toaya? Apakah kita
menghadangnya di luar kota Pakkhia, atau membiarkan mereka
tiba di markas Kay-pang tanpa gangguan, agar menyampaikan
segalanya kepada Pangcu Kay-pang itu.
“Dan diwaktu pangcu Kay-pang itu tengah panik, kita
melancarkan gempuran yang terbuka saja........ Tentu kita bisa
merebut kemenangan, karena orang-orang Kay-pang itu pasti
belum bersiap sedia........!
“Hanya sayang, dengan demikian kita gagal mengadu domba
antara Kay-pang dengan iblis It-cie-sin-mo (Iblis Sakti Berjari
Satu) Kwee Bo In. Itulah kegagalan yang akan menyebabkan
Auwyang Locianpwee akan marah sekali…...!” Berulang kali
Ang Toaya itu menghela napas.
Dia juga mengerutkan keningnya, tampaknya dia tengah
berpikir keras sekali. Tetapi dalam keadaan demikian, tampak dia
tidak bisa segera mengambil keputusan.

Tat Mo Cauwsu 510


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Urusan ini bukan urusan kita. Jika kita melancarkan


serangan terbuka dengan memerintahkan orang-orang kita yang
telah berhasil menyelusup ke dalam Kay-pang itu melakukan
pembunuhan dan penyerangan, berarti segalanya akan menjadi
terang........
“Jika gagal, kita yang celaka dan Auwyang Locianpwee juga
akan murka sekali karena kemungkinan besar rencananya akan
gagal........!” kata Ang Toaya kemudian, seperti juga dia berkata
kepada dirinya sendiri.
Tojin itu telah mengangguk beberapa kali. Dia juga agak
bingung untuk mencari jalan keluar dalam urusannya yang
dianggap sangat besar dan penting itu.
Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya, Ang Toaya
menghela napas, sambil katanya kepada Po Liang Cinjin,
“Siapkan beberapa orang-orang kita. Lebih baik kita hadang
saja pendeta asing itu dan Wie Siu Bun di luar pintu kota
Pakkhia........ Jika dapat kita usahakan untuk membinasakan
mereka berdua!
“Hanya aneh siapakah pendeta asing itu? Mengapa Wie Siu
Bun bisa memperoleh tulang punggung yang demikian kuat?”
Po Liang Cinjin juga telah mengangkat bahunya sambil
menghela napas.
“Ya, entah siapa pendeta asing itu?! Jika memang tidak
munculnya pendeta asing itu, tentu dengan mudah kita
menyelesaikan Wie Siu Bun........
“Tetapi kini perobahan telah terjadi demikian di luar
dugaan........ maka kali ini kita harus mempersiapkan orang-orang
cukup banyak, jangan sampai gagal lagi! Jika kali ini gagal, tentu
sulit untuk mengatur segalanya dari pertama lagi…...!”

Tat Mo Cauwsu 511


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ang Toaya itu telah mengangguk.


Si Tojin lalu pamitan untuk mempersiapkan orang-orangnya,
sedangkan Ang Toaya itu telah berjalan mondar mandir dengan
kening yang berkerut dalam-dalam. Tampaknya dia telah
memutar otak mencari akal yang baik untuk rencananya........
Ang Toaya itu memang seorang yang kaya raya di kota
tersebut. Nama lengkapnya adalah Ang Bie Tin, dan dia seorang
yang memiliki kekayaan disamping juga memiliki kepandaian
yang tinggi. Karena dia merupakan murid pertama (murid kepala)
dari Auwyang Siung Bun, walaupun tubuhnya itu gemuk
dampak, namun kegesitan tubuhnya luar biasa.
Jarang sekali orang mengetahui bahwa dia memiliki
kepandaian silat yang sangat tinggi. Hanya orang-orang di kota
raja menganggap Ang Toaya ini sebagai seorang yang kaya raya.
Belum lama yang lalu gurunya, Auwyang Siung Bun,
memang telah menyampaikan kepadanya, agar dia yang bertugas
di kota raja mengawasi gerak gerik perkembangan Kay-pang dan
pangcunya. Karena sang guru itu bermaksud melakukan sesuatu
yang telah direncanakan masak-masak.
Maka dari itu, jika memang berhasil tentu kelak yang akan
menjadi Pangcu Kay-pang gurunya tersebut. Auwyang Siung Bun
bermaksud untuk merebut kedudukan Pangcu Kay-pang itu,
karena Kay-pang merupakan perkumpulan yang sangat kuat,
yang seluruh anggotanya tersebar merata di daratan Tiong-goan.
Jika Auwyang Siung Bun berhasil merebut kedudukan
Pangcu itu, tentu dia bisa mendesak dan mengadakan suatu
pengumuman bahwa dia merupakan jago tanpa tanding, karena
cita-cita utamanya untuk menjadi Bu-lim Te-it, jago nomor satu
dalam dunia persilatan.

Tat Mo Cauwsu 512


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan dukungan anggota Kay-pang, niscaya dia yakin


berhasil dengan tujuan dan cita-citanya itu.
Sebagai permulaan, dia telah menyamar sebagai anggota
Kay-pang, agar kelak jika di Kay-pang pusat terjadi kericuhan,
sebagai anggota dia bisa ikut muncul. Disaat itulah, dia akan
muncul dan membereskan urusan urusan tersebut, sehingga pasti
dia akan menggantikan kedudukan Pangcu Kay-pang yang lama.
Sebagai persiapan, diapun telah perintahkan pengikutnya
yang berjumlah ribuan orang untuk menyelusup ke dalam
anggota Kay-pang. Ang Toaya sendiri telah dijanjikan oleh
gurunya, jika usaha gurunya itu berhasil, tentu dia akan diberi
kedudukan sebagai wakil Pangcu Kay-pang.
Maka dari itu, mati-matian Ang Bie Tin telah berusaha untuk
dapat mengawasi gerak-gerik Kay-pang pusat ini. Diapun telah
mempersiapkan orang-orang pandai yang banyak jumlahnya,
yang merupakan sahabat-sahabatnya. Dengan kekuatan uangnya,
dia membeli orang-orang pandai dari beberapa golongan yang
bekerja untuk dirinya.........
Tetapi perobahan yang terjadi ini telah membuat dia jadi
heran sekali dan jengkel. Heran karena tidak disangkanya bisa
muncul seorang pendeta asing yang hampir menggagalkan usaha
gurunya. Dan jengkel, karena dengan munculnya pendeta asing
itu, berarti dia harus bekerja lebih keras.
Sebetulnya tanpa munculnya pendeta asing itu, dia bisa
bekerja dengan ringan. Sebab telah diutusnya beberapa orang-
orangnya untuk mengikuti gerak gerik utusan pangcu Kay-pang
pusat itu dan juga diperintahkannya untuk membinasakannya.
Dengan bocornya rahasia rencana Auwyang Siung Bun,
berarti juga akan terancam kegagalan rencana gurunya itu.

Tat Mo Cauwsu 513


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berjalan mondar mandir beberapa saat, dia melihat Po


Liang Cinjin telah bergegas masuk dengan cepat.
“Semua telah bersiap-siap di delapan pintu kota........ Mereka
akan menghadang pendeta asing itu dan Wie Siu Bun sepuluh lie
dari pintu kota......... Apakah Ang Toaya akan ikut serta?”
Si gemuk telah mengangguk.
“Jika semuanya gagal menghadapi pendeta itu, biar nanti aku
yang menghadapinya!” kata Ang Bie Tin dengan suara perlahan
dengan wajah yang muram.
Po Liang Cinjin berseru,
“Bagus!” Karena dia mengetahui Ang Bie Tin memang
memiliki kepandaian yang tinggi dan imam itu juga mengetahui
justru kepandaian Ang Bie Tin jauh di atas kepandaiannya. Maka
dia yakin, dengan turun tangannya Ang Bie Tin, tentu pendeta
asing yang belum diketahui nama maupun gelarannya oleh
mereka akan berhasil dihadapi.
Begitulah, dengan langkah kaki yang lebar, Ang Bie Tin dan
Po Liang Cinjin telah meninggalkan gedung tersebut. Mereka
bergegas menuju ke kota raja.
“Untuk kontak satu dengan yang lainnya telah dipersiapkan
api udara (panah api) yang dipergunakan sebagai tanda!
Rombongan kita yang melihat dan menghadang si pendeta asing
dan Wie Siu Bun, harus melepaskan panah api, sehingga kita bisa
segera bergabung menjadi satu.........
Karena sampai sekarang belum dapat kita memastikan Wie
Siu Bun dan pendeta asing itu entah mengambil jalan pintu kota
yang mana…...!” menjelaskan Po Liang Cinjin.
Memang kota Pakkhia sebagai ibu kota telah memiliki
delapan pintu kota, yaitu di sebelah barat, timur dan bagian-

Tat Mo Cauwsu 514


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

bagian lainnya. Maka dari itu, Po Liang Cinjin telah mengatur


orang-orangnya agar berjaga-jaga di masing masing pintu kota.
Dan rombongan yang terpecah delapan itu harus bersatu
begitu melihat panah api yang dilepaskan oleh rombongan yang
menghadang Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun.
Po Liang Cinjin dan Ang Bie Tin berada di pintu kota
sebelah utara, mereka menantikan dengan tidak sabar.
◄Y►
JIKA orang Po Liang Cinjin dan Ang Bie Tin tengah sibuk
bersiap-siap untuk menghadang Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu
Bun, maka pihak Kay-pang rupanya terjadi kesibukan juga.
Di antara hiruk-pikuk keramaian kota raja itu, dan juga di
antara ketenangan kota raja yang terjaga ketat oleh pihak
keamanan, tampak pengemis-pengemis di muka-muka berbagai
rumah makan juga telah telah sibuk sekali.
Karena beberapa orang pengemis kecil telah berlari-lari di
kota raja itu. Dari rumah makan yang satu ke rumah makan yang
lainnya, membisiki sesuatu kepada rombongan pengemis yang
berada di muka rumah makan tersebut.
Dalam waktu yang tidak begitu lama, sebelum hari menjadi
gelap, seluruh pengemis telah lenyap dari depan rumah-rumah
makan yang terdapat di kota raja. Mereka telah berlalu, lenyap
tanpa terlihat seorang manusiapun juga.
Sebetulnya keadaan seperti ini merupakan kejadian yang
agak janggal, sebab biasanya setiap hari sampai jauh malam di
muka rumah makan yang terdapat di kota raja ini dipenuhi oleh
pengemis. Bahkan jika ada pengemis yang sudah letih di malam
hari, mereka sering tidur dengan menggeletak disamping-
samping rumah makan.

Tat Mo Cauwsu 515


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Karena rombongan pengemis memang tidak begitu disenangi


oleh orang-orang yang bersantap lenyapnya mereka tidak begitu
diperhatikan. Tidak seorang pengemispun yang terlihat
berkeliaran di jalan-jalan atau di muka rumah makan, semuanya
telah menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Hal itu ternyata disebabkan sepanjang perjalanan Wie Siu
Bun telah perintahkan kepada pengemis-pengemis yang
dijumpainya agar berangkat ke kota raja memberi laporan kepada
Pangcu pusat agar mengumpulkan semua pengemis di malam itu
untuk berkumpul.
Memang perkumpulan pengemis memiliki jaringan yang
ketat sekali, sehingga cepat sekali sampai berita kembalinya Wie
Siu Bun yang membawa berita buruk itu ke telinga pangcu Kay-
pang.
Segera pangcu pusat Kay-pang itu telah memerintahkan
beberapa orang pengemis kecil untuk menarik pulang pengemis-
pengemis yang tengah melaksanakan tugasnya untuk mengemis.
Tetapi di antara anggota-anggota pengemis itu memang telah
dimasuki orang-orangnya Auwyang Siung Bun, sehingga cepat
pula berita ini sampai di telinga Po Liang Cinjin, yang
melaporkannya kepada Ang Bie Tin.
Keadaan demikian telah berlangsung dengan cepat, di antara
ketenangan yang ada di kota raja, ternyata tengah berlangsung
ketegangan-ketegangan di antara dua kekuatan........
Tat-mo Cauwsu yang melakukan perjalanan dengan Wie Siu
Bun telah sampai di dekat pintu kota sebelah barat, masih
terpisah kurang lebih seratus lie. Mereka perkirakan malam ini
mereka berdua bisa tiba di markas pusat Kay-pang.

Tat Mo Cauwsu 516


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Maka dari itu, karena mengingat jarak yang telah dekat,


kedua orang ini tidak bermaksud untuk beristirahat walaupun hari
mulai malam. Mereka telah melanjutkan terus perjalanan itu.
Tetapi, waktu mereka sedang melakukan perjalanan, terpisah
kurang lebih limapuluh lie dari pintu kota raja, dari depan mereka
telah berlari-lari cepat sekali serombongan penunggang kuda,
yang melarikan kuda tunggangnya dengan cepat sekali. Jumlah
mereka kurang lebih belasan orang dan semuanya mengenakan
pakaian ringkas dan membawa senjata tajam.
Cepat sekali belasan orang penunggang kuda itu telah sampai
dihadapan Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun. Semuanya
melompat turun dengan sikap tidak menggembirakan, karena
masing-masing memperlihatkan sikap yang bengis.
Tampak salah seorang penunggang kuda telah menggerakkan
tangannya ke atas, maka melesatlah sebatang panah api, yang
mengaung memperdengarkan suaranya. Waktu tiba di tengah
udara, panah api itu telah meledak, dan memancarkan cahaya
yang kemilau di antara kegelapan sang malam.
Wie Siu Bun dan Tat-mo Cauwsu tidak mengetahui, entah
apa maksud orang-orang yang telah menghadang, bahkan telah
mengurungnya itu. Salah seorang di antara mereka telah
mengawasi Wie Siu Bun yang berpakaian tambal tambal dan
dekil sekali.
Orang itu memiliki raut muka yang empat persegi, dengan
mata yang cekung dalam memancarkan sifat-sifatnya yang licik.
Dia telah tertawa sambil katanya,
“Aha, tentu Kaycu (saudara pengemis) ini yang bernama Wie
Siu Bun, bukan?”
Wie Siu Bun cepat-cepat mengiyakan. Walaupun hatinya
heran, tetapi dia mengetahui adat-adat kesopanan, maka

Tat Mo Cauwsu 517


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

walaupun dia tidak kenal dengan orang itu, si pengemis she Wie
ini telah berlaku sangat hormat.
“Benar, aku si pengemis miskin yang bernama Wie Siu Bun.
Ada urusan apa tuan-tuan menemui kami?” tanya Wie Siu Bun.
Orang itu telah tertawa lagi, tertawanya itu tidak sedap.
“Kami justeru diperintahkan Pangcu Kay-pang untuk
menjemput kalian........ menurut Pangcu bahwa Wie Kaycu telah
berhasil menjalankan tugas dengan baik!”
Dan waktu si pengemis dan Tat-mo Cauwsu tengah heran,
justru orang itu hanya berkata sampai disitu, tahu-tahu tangannya
yang memang sejak tadi mencekal kepala batang goloknya, telah
ditariknya dengan cepat sekali, dan “sringggg........!” golok itu
telah menyambar ke arah batang leher Wie Siu Bun.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang
sama dengan serangan membokong.
“Ihh........” Wie Siu Bun bergerak cepat mengelakkan diri.
Karena dia sudah tidak terpengaruh oleh racun Kim-tok, dia
berhasil bergerak dengan lincah sekali, sehingga serangan orang
itu jatuh di tempat kosong.
Namun belasan orang kawannya yang lain telah mencabut
senjata mereka masing-masing. Ada yang bersenjata pedang, ada
yang bersenjata tombak, golok, sam-cio dan lain lainnya. Ada
juga yang bersenjatakan Poan-koan-pit, sepasang pit yang terbuat
dari besi.
Mereka itu mengambil sikap mengurung dan bersiap-siap
akan melancarkan serangan. Tentu saja sikap mereka itu
mengandung permusuhan.
Tat-mo Cauwsu telah merangkapkan sepasang tangannya,
katanya,

Tat Mo Cauwsu 518


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Siancai! Siancai! Tuan-tuan datang dengan mengatakan


ingin menyambut kami, tetapi sikap tuan-tuan tampaknya
memusuhi kami! Apakah yang sebenarnya tuantuan
kehendaki!!?”
“Jiwa kalian berdua!” teriak orang-orang itu hampir
berbareng, bahkan serentak mereka telah menerjang melancarkan
serangan dengan senjata mereka, ada yang membacok, ada yang
menikam, ada pula yang menotok.
Wie Siu Bun terkejut, dia melihat jumlah lawan sangat
banyak, dia berkuatir kalau memang dirinya dikeroyok.
Tetapi justru sebaliknya Tat-mo Cauwsu tetap membawa
sikap yang tenang sekali.
Jika Wie Siu Bun menjadi sibuk sekali mengelakkan diri,
justru Tat-mo Cauwsu telah bergerak tenang sekali mengelakkan
diri untuk menghindar dari setiap serangan lawan lawannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu memiliki
kelincahan yang luar biasa cepatnya.
Di dalam waktu yang sangat singkat sekali, dia telah berhasil
mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilakukan oleh
lawannya. Bahkan setiap kali tangan Tat-mo Cauwsu bergerak,
terdengar jerit dari salah seorang lawannya, yang jika tidak
tersungkur, tentu terlepas senjatanya dari cekalannya.
Maka tidaklah mengherankan jika dalam saat-saat seperti itu
telah membuat lawan-lawannya jadi gentar juga untuk mendesak
Tat-mo Cauwsu lebih lanjut.
Tetapi Wie Siu Bun jadi sibuk sekali menyelamatkan diri
berkelit dari serangan-serangan lawannya. Bermacam-macam
senjata telah meluncur ke arah dirinya dengan gerakan yang cepat
sekali.

Tat Mo Cauwsu 519


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dalam keadaan terdesak begitu, Tat-mo Cauwsu telah


melompat ke dekatnya dan menggerak-gerakkan kedua tangannya
untuk menolong Wie Siu Bun dari desakan lawan-lawannya.
Pendeta India itu berhasil merubuhkan orang-orang yang tidak
dikenalnya itu dengan mudah.
Tetapi disaat itulah, dari berbagai jurusan tampak beberapa
rombongan penunggang kuda tengah mendatangi. Serombongan
dari orang-orang yang berpakaian seragam perwira tengah
melarikan kudanya dengan cepat, dan telah melompat turun.
Pakaian mereka ternyata dari lapisan besi, maka mereka
seperti tidak takuti senjata tajam. Dengan gerakan yang gesit
masing masing telah ikut mengurung Tat-mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun.
Tat-mo Cauwsu semula mengira bahwa rombongan tentara
negeri itu adalah alat keamanan di kota itu, yang ingin
memisahkan mereka dari kepungan orang-orang tidak dikenal itu.
Alangkah heran dan terkejutnya dia waktu melihat rombongan
tentara negeri itu justru telah melancarkan serangan yang bertubi-
tubi kepadanya dengan gerakan gerakan yang sangat hebat sekali,
sehingga tampaknya bahwa tentara negeri itu bukanlah orang
biasa.
Mereka tentu berasal dari orang-orang persilatan yang
memiliki kepandaian cukup tinggi. Terlebih lagi setelah
berlangsung pertempuran beberapa jurus, dari berbagai jurusan
telah tiba pula rombongan orang lainnya.
Jumlah seluruh orang itu ratusan dan telah melancarkan
kepungan dengan berbagai ancaman senjata tajam.
Di antara mereka itu, tampak yang datang paling akhir dua
orang penunggang kuda, yang telah berdiam di atas binatang
tunggangan itu mengawasi jalannya pengepungan. Mereka

Tat Mo Cauwsu 520


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

seorang tojin dan seorang lelaki bertubuh gemuk karena tidak lain
dari Po Liang Cinjin dan si gemuk Ang Bie Tin.
Tat-mo Cauwsu segera dapat menduga bahwa justru orang-
orang ini memang tidak bermaksud baik padanya dan Wie Siu
Bun. Disaat itu juga terlihat Wie Siu Bun jadi sibuk sekali untuk
menangkis dan mengelakkan diri dari setiap serangan yang
dilancarkan lawan lawannya itu.
Wie Siu Bun telah mempergunakan senjata sebatang pedang
yang berhasil direbutnya. Dengan pedangnya itu untuk sementara
waktu Wie Siu Bun bisa mempertahankan diri. Tetapi jika
keadaan ini berlangsung berlarut-larut, niscaya akan
menyebabkan orang she Wie itu akan terluka atau terbinasa di
ujung senjata lawannya.
Tat-mo Cauwsu juga telah melihat keadaan yang
membahayakan diri kawannya.
Maka setelah merubuhkan dua orang lawannya yang
terdekat, tampak Tat-mo Cauwsu telah bersiul panjang dan
menggerakkan tangan kanan dan tangan kirinya dengan cepat.
Setiap gerakan kedua tangannya itu mengandung kekuatan yang
luar biasa hebatnya, karena Tat-mo Cauwsu telah
mempergunakan kekuatan lwekangnya untuk merubuhkan lawan
lawannya.
Memang lawan-lawan Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun
semuanya merupakan orang-orang yang berkepandaian ilmu silat
tidak rendah. Tetapi sekarang mereka menghadapi seorang
manusia dewa seperti Tat-mo Cauwsu, maka kepandaian mereka
itu jadi tidak ada artinya.
Waktu Tat-mo Cauwsu menggerakkan kedua tangannya,
maka disaat itulah belasan orang yang berada di dekatnya telah

Tat Mo Cauwsu 521


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

terpental dan berhamburan terpelanting di tanah seperti juga


daun-daun kering yang dihembus angin yang kuat.
Begitu Tat-mo Cauwsu mengebutkan lengan bajunya,
kembali belasan orang telah jatuh terpelanting.
Malah hebatnya, belasan orang korban dari angin kebutan
lengan bajunya Tat-mo Cauwsu itu tidak bisa cepat-cepat bangkit
berdiri. Maka dari itu teman-temannya walaupun berjumlah
sangat banyak, tidak berani terlalu mendesak si pendeta.
Mereka lebih mencurahkan perhatian dan pengepungan
kepada Wie Siu Bun. Jelas Wie Siu Bun yang memiliki
kepandaian tidak setinggi Tat-mo Cauwsu semakin kewalahan.
Dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya dengan
memutar pedangnya, mempertahankan diri dari setiap serangan
lawannya. Tat-mo Cauwsu juga melihat bahaya yang tengah
mengintai jiwa sahabatnya itu.
Dengan mengeluarkan seruan “Omitohud! Jangan takut Wie
Siecu!” tampak Tat-mo Cauwsu telah melompat ke samping Wie
Siu Bun. Waktu dia melompat, kedua tangannya telah bekerja
berkali-kali dengan cepat, yaitu menjambaki punggung lawan-
lawannya, lalu dilemparkannya ke atas udara.
Dalam sekejap mata belasan orang telah jatuh terbanting di
atas tanah. Dan waktu Tat-mo Cauwsu berada di sisi Wie Siu
Bun, dia telah mengerahkan lwekangnya, lalu mengebutkan
lengan jubahnya merubuhkan belasan orang lainnya.
Apa yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu ini memang sangat
luar biasa sekali. Dia telah membuat lawan-lawannya selanjutnya
tidak berani terlalu mendesak dan telah melompat mundur.
Ang Bie Tin dan Po Liang Cinjin yang menyaksikan semua
itu dari kuda mereka, jadi terkejut juga. Bahkan Ang Bie Tin

Tat Mo Cauwsu 522


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

telah melompat turun dari kudanya dengan mengeluarkan suara


seruan nyaring.
Walaupun tubuhnya gemuk, tetapi gerakannya sangat gesit
sekali. Dia hinggap di atas tanah tanpa menimbulkan suara
sedikitpun juga.
Tat-mo Cauwsu melihat gerakan si gemuk she Ang itu, diam-
diam dia heran juga. Mengapa kini bisa muncul banyak sekali
orang-orang yang memusuhinya bersama Wie Siu Bun?
Tetapi belum lagi Tat-mo Cauwsu sempat menegurnya disaat
itu Ang Bie Tin telah berseru,
“Semua minggir!!”
Puluhan orang yang mengepung Tat-mo Cauwsu telah
melompat mundur ke belakang sedangkan Ang Bie Tin telah
menghadapi Tat-mo Cauwsu.
Po Liang Cinjin juga tidak berdiam diri terus di atas
kudanya. Imam ini telah melompat turun dari kudanya dengan
gerakan yang ringan. Dengan beberapa kali lompatan, dia telah
berada dihadapan Wie Siu Bun.
Ang Bie Tin saat itu telah berkata dengan suara yang dingin,
“Pendeta asing, mengapa engkau mencampuri urusan Kay-
pang? Apakah engkau telah mengetahui urusan yang sebenarnya,
sehingga engkau berdiri di pihak Kay-pang?”
Tat-mo Cauwsu merangkapkan tangannya.
“Siancai! Siancai! Sesungguhnya memang Siauw-ceng
dengan Wie Siecu itu tidak memiliki hubungan apa-apa........! Jika
kini Siauw-ceng berdiri di pihak Wie Siecu, karena untuk
membela dan menyelamatkan jiwa manusia yang terancam........!”

Tat Mo Cauwsu 523


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hmmm, tahukah engkau bahwa Kay-pang bermaksud


memberontak terhadap pemerintah, maka pihak pemerintah telah
mengambil tindakan untuk membasminya........?” kata Ang Bie
Tin pula.
“Hah?” Tat-mo Cauwsu jadi terkejut, dia telah melirik
kepada Wie Siu Bun.
Melihat sikap Tat-mo Cauwsu yang kaget dan ragu-ragu
seperti itu, Ang Bie Tin telah berkata lagi,
“Sebagai seorang yang telah hidup mensucikan diri, maka
kau jangan mencampuri urusan Kay-pang, karena akan
menyangkut kepengkhianatan terhadap pemerintah! Jika memang
engkau membela secara membabi buta, tentu engkau akan
terkena getahnya!”
Kata-kata itu diucapkan Ang Bie Tin dengan suara tidak
sekeras tadi, diapun berusaha membujuk si pendeta agar tidak
mencampuri urusan ini. Tetapi Tat-mo Cauwsu telah berkata
dengan suara yang sabar,
“Jika memang urusan ini menyangkut urusan
pemberontakan, tentu Siauw-ceng tidak berani
mencampurinya........ tetapi tampaknya di dalam urusan ini
terdapat suatu yang agak ganjil........”
“Apa maksudmu?” tanya Ang Bie Tin.
“Selama dalam perjalanan, Wie Siecu selalu dimusuhi orang-
orang yang tidak dikenal, maka itu Siauw-ceng berusaha untuk
melindunginya.”
“Hmm, engkau lihat mereka itu?” tanya Ang Bie Tin sambil
menunjuk kepada orang-orangnya yang berpakaian sebagai alat
negara.
“Ya!” mengangguk Tat-mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 524


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mereka adalah utusan dari pemerintah untuk meminta


bantuan kami membekuk semua anggota anggota Kay-pang di
kota raja ini,” berkata Ang Bie Tin lagi.
Dengan sendirinya, perkataan itu mempengaruhi juga hati
Tat-mo Cauwsu.
“Kalau begitu........” kata Tat-mo Cauwsu ragu-ragu. “Aku
akan mengantarkan Wie Siecu sampai bertemu dengan pangcu
pusat Kay-pang........ jika kelak memang pihak Kay-pang
bermaksud untuk mengadakan pemberontakan kepada
pemerintah, Siauw-ceng akan mengundurkan diri…….”
“Disaat itu tentunya telah terlambat!” kata Ang Bie Tin tidak
kalah liciknya. Dia telah berkata lagi, “Dan disaat itu jika
memang engkau ingin mengundurkan dan menarik diri, juga
sudah tidak dapat, karena engkau telah berurusan dengan
pemberontakan!”
Mendengar perkataan itu, Tat-mo Cauwsu telah
merangkapkan sepasang tangannya.
“Siancai! Siancai! Sama sekali Siauw-ceng tidak memiliki
hasrat untuk mencampuri urusan-urusan seperti itu…...! Dan
Siauw-ceng datang ke daratan Tiong-goan ini hanya untuk
menyebarkan pelajaran agama Buddha dan ilmu silat. Bukankah
Kaisar sendiri telah mengutus seorang kurir untuk mencari tahu
pelajaran Sang Buddha ke tanah Hindustan.........?”
“Benar........!” mengangguk Ang Bie Tin dengan suara yang
keras. “Dan disaat-saat seperti sekarang ini, tentunya engkau
masih memiliki waktu untuk menarik diri dari kalangan pengemis
itu. Aku juga akan mengabiskan urusan ini sampai disini saja!
Namun jika nanti tentu segalanya telah terlambat……!”
Tetapi Tat-mo Cauwsu telah menggelengkan kepalanya.

Tat Mo Cauwsu 525


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tidak dapat Siauw-ceng meninggalkan Wie Siecu begitu


saja. Siauw-ceng telah menjanjikan kepadanya untuk
melindunginya sampai bertemu dengan Pangcu pusat Kay-
pang........!”
Waktu itu, Wie Siu Bun sendiri telah menangkis serangan
Hud-tim Po Liang Cinjin yang mulai meluncur menghujani
dirinya. Wie Siu Bun juga telah berteriak dengan suara yang
sangat keras,
“Jangan mempercayai perkataannya Taisu, itu hanya
dongengan dia saja........! Mereka tentu orang-orang yang menjadi
pengikut Auwyang Siung Bun........!”

––––––––

JILID 14

TAT-MO CAUWSU telah tersenyum.


“Memang Siauw-ceng juga memiliki dugaan yang serupa,”
katanya. “Maka jika memang urusan ini ingin dibuat terang,
biarkanlah Siauw-ceng mengantarkan Wie Siecu sampai bertemu
dengan Pangcunya........!”

Tat Mo Cauwsu 526


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi belum lagi suara Tat-mo Cauwsu selesai, Ang Bie Tin
telah habis sabar, dia mengetahui tidak mungkin bisa membujuk
pendeta itu. Dengan cepat dia mengeluarkan suara seruan yang
nyaring dan tangan kanannya telah bergerak akan mencengkeram
bahu si pendeta.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Bie Tin itu sangat cepat
dan berbahaya, karena di kelima jari tangannya itu mengandung
kekuatan yang dahsyat sekali.
Jika orang yang berkepandaian biasa saja diserang seperti itu,
tentu akan menjadi gugup. Dan jika serangan tersebut berhasil
mengenai sasarannya, pasti akan membuat pundak dan tulang
pipe sang korban menjadi hancur.
Dengan hancurnya tulang pipe, maka seseorang akan
bercacad, dan lenyap pulalah ilmu silat yang telah dipelajarinya.
Melihat cara menyerang Ang Bie Tin telah membuat Tat-mo
Cauwsu memperoleh kesan tidak baik pada orang yang bertubuh
gemuk ini.
“Hemm, dia bertangan telengas dan kejam sekali, serangan
pembukaannya saja telah menghendaki kematianku!” berpikir
Tat-mo Cauwsu.
Karena berpikir begitu, dengan cepat Tat-mo Cauwsu
mengelakkan diri dari serangan Ang Bie Tin. Sebagai seorang
pendeta India yang memiliki kepandaian tinggi luar biasa, tidak
sulit baginya untuk menghindarkan diri dari cengkeraman Ang
Bie Tin.
Segera Tat-mo Cauwsu memiringkan pundaknya, sedangkan
tangan kanannya juga serentak bergerak akan menghantam dada
lawannya.

Tat Mo Cauwsu 527


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ang Bie Tin melihat cara berkelit si pendeta, sambil berkelit


juga telah melancarkan serangan balasan membuat dia sangat
mendongkol disamping juga kaget.
Cepat-cepat dia menarik pulang tangannya untuk berkelit ke
samping, karena jika dia meneruskan serangannya itu, niscaya
dadanya sendiri yang akan tergempur oleh serangan tangan Tat-
mo Cauwsu.
“Apakah engkau juga ingin menjadi pemberontak?” tegur
Ang Bie Tin dengan suara yang keras sekali.
Namun Tat-mo Cauwsu sudah tidak mau melayani. Sebagai
seorang yang berhati welas asih dan selalu membela keadilan, dia
yakin bahwa Ang Bie Tin bukan manusia baik-baik.
Dari jurus yang pertama itu saja Ang Bie Tin telah
mengeluarkan jurus yang sangat ganas, sehingga Tat-mo Cauwsu
menduga dia sebagai orang yang tidak baik.
Tat-mo Cauwsu sebetulnya selalu menghindarkan turun
tangan keras, maka sejak tadi dia hanya melontarkan dan
membuat terpelanting lawan-lawannya dan memberi luka-luka
ringan saja. Jika memang Tat-mo Cauwsu menghendaki, sekali
menggerakkan tangannya berarti akan berjatuhan beberapa
korban dengan jiwa melayang.
Karena hal itu hanya tergantung pada Tat-mo Cauwsu saja,
yang ingin mempergunakan tenaga yang ringan atau keras. Tetapi
melihat Ang Bie Tin telah melancarkan serangan-serangan
dengan ganas, dia jadi tidak senang.
Walau bagaimana Tat-mo Cauwsu masih bisa menguasai
diri, dia hanya mengelakkan diri dari serangan Ang Bie Tin.
Walaupun kepandaian Ang Bie Tin cukup tinggi namun tidak
sehebat kepandaian Keuki Takashi atau Ang-ie Sianlie Cie Cie

Tat Mo Cauwsu 528


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Lian. Dengan mudah Tat-mo Cauwsu bergerak ke sana ke mari


mengelakkan serangan-serangan si gemuk dampak she Ang itu.
Ang Bie Tin yang dilayani begitu oleh Tat-mo Cauwsu jadi
semakin diliputi kemendongkolan dan kemarahan, dia penasaran
sekali. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur,
tampak Ang Bie Tin telah menyerang jauh lebih hebat lagi.
Namun menghadapi Tat-mo Cauwsu, kekuatan serangan Ang
Bie Tin seperti kehilangan keampuhannya.
Di saat itu, tampak Tat-mo Cauwsu telah mengelakkan
serangan-serangan Ang Bie Tin sambil melirik kepada Wie Siu
Bun. Hati Tat-mo Cauwsu jadi terkejut.
Karena melihat Wie Siu Bun tengah terdesak hebat sekali
dan terancam bahaya yang tidak kecil di bawah serangan-
serangan Hud-tim Po Liang Cinjin, dimana tojin itu telah
melancarkan totokan-totokan yang mematikan dengan bulu-bulu
Hud-timnya. Seketika itu juga Tat-mo Cauwsu berpikir, bahwa
dia tidak bisa membuang buang waktu lagi.
Ketika melihat Ang Bie Tin melancarkan serangan yang
berikutnya dengan disertai oleh tenaga lwekang yang kuat sekali,
Tat-mo Cauwsu tidak berkisar dari tempatnya berdiri. Dia telah
mengerahkan kekuatan seribu kati di kedua kakinya, berdiri tegak
menantikan serangan Ang Bie Tin.
Waktu gempuran yang dahsyat dari Ang Bie Tin menyambar
datang, dengan mengeluarkan seruan Omitohud yang perlahan
sekali, tampak Tat-mo Cauwsu telah mengibaskan kedua
tangannya.
Dia telah membuat serangan Ang Bie Tin jadi seperti
membentur perbentengan yang kuat seperti tembok baja. Tubuh
Tat-mo Cauwsu sama sekali tidak bergeming waktu kepalan
tangan Ang Bie Tin menghantam dadanya.

Tat Mo Cauwsu 529


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia telah menyalurkan kekuatan lwekangnya melindungi


dadanya, maka tenaga serangan Ang Bie Tin jadi mandek disitu.
Waktu si pendek gemuk itu tengah terkejut, dia telah
mengibaskan lengan jubahnya.
Seketika itu juga tubuh Ang Bie Tin telah tertolak keras,
tergulung oleh kekuatan tenaga kibasan tangan Tat-mo Cauwsu.
Dalam keadaan demikian, tubuh si gemuk bergulingan di tanah
beberapa kali.
Karena jika Ang Bie Tin berusaha untuk mempertahankan
diri dari gempuran itu, dia akan terluka di dalam. Dengan
bergulingan begitu, tenaga kibasan Tat-mo Cauwsu telah berhasil
dipunahkan.
Mempergunakan kesempatan seperti itu Tat-mo Cauwsu
telah melompat ke belakang Po Liang Cinjin, yang tengah
mendesak Wie Siu Bun. Diulurkan tangannya untuk menjambak
baju si tojin, yang maksud Tat-mo Cauwsu hendak melemparkan
tubuh tojin itu.
Tetapi Po Liang Cinjin juga memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, karena begitu dia mendengar menyambarnya angin
serangan yang kuat sekali di belakangnya, dia telah berkelit.
Sambil menarik pulang Hud-timnya, dia berbalik mengibas
dengan kebutannya itu untuk menyerang Tat-mo Cauwsu.
Jika memang tadi Po Liang Cinjin membiarkan punggungnya
dijambak Tat-mo Cauwsu, mungkin dia tidak akan mengalami
penderitaan yang berat.
Justru karena dia mengelakkan diri dan bahkan melancarkan
serangan yang tepat dengan Hud-timnya itu telah membuat Tat-
mo Cauwsu mempergunakan tangan kanannya yang semula gagal
menjambak punggung si tojin itu berputar. Tahu-tahu
menghantam jitu sekali dada Po Liang Cinjin, sehingga tubuh

Tat Mo Cauwsu 530


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tojin itu tergoncang keras mundur ke belakang sambil


mengeluarkan suara pekikan yang keras sekali........
Dia mundur dengan muka yang pucat dan telah memuntakan
darah segar beberapa kali.
Ang Bie Tin yang telah berhasil melompat berdiri pula, tidak
berani melancarkan serangan kepada Tat-mo Cauwsu lagi.
Karena sekarang dia telah mengetahui bahwa Tat-mo Cauwsu
merupakan seorang pendeta yang memiliki kepandaian jauh
berada di atas kepandaiannya.
Maka dari itu, begitu melihat Po Liang Cinjin terluka, dia
telah memutar tubuhnya melompat ke atas kudanya, untuk
melarikan kabur. Mulutnya juga telah berteriak dengan suara
yang keras sekali.
“Angin keras…….!” teriaknya itu berarti menganjurkan
kawannya untuk melarikan diri.
Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun sama sekali tidak
bermaksud mengejar lawan-lawannya itu.
Musuh-musuhnya semua telah serabutan melompat ke atas
punggung kuda yang berada di dekat mereka. Sama sekali mereka
tidak memperdulikan apakah kuda itu kuda mereka atau bukan,
yang terpenting asal bisa melarikan diri secepat mungkin. Mereka
telah menyaksikan bahwa Tat-mo Cauwsu memiliki kepandaian
seperti dewa saja.
Maka mereka berpikir untuk bisa meloloskan diri dari si
pendeta itu dulu. Karena Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun tidak
bermaksud menghalangi mereka, dengan sendirinya semua orang
itu dapat berlalu dengan cepat.
Kawan-kawan mereka yang terluka telah dibawa serta
dengan diangkat ke atas kuda dan kuda-kuda itupun dilarikan

Tat Mo Cauwsu 531


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kembali ke dalam kota. Dalam waktu sekejap mata saja di tempat


yang semula sangat ramai oleh suara bentakan-bentakan dan
seruan-seruan kesakitan itu telah menjadi hening dan sepi sekali.
Hanya tertinggal Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun berdua
saja yang berdiri mengawasi debu yang mengepul dari derap
kuda orang-orang yang melarikan diri itu.
Setelah semua lawan-lawan itu lenyap dari pandangan mata,
Wie Siu Bun menghela napas. “Jika tidak ada Taisu, tentu siang-
siang jiwaku telah berada di akherat,” kata Wie Siu Bun.
Tat-mo Cauwsu tersenyum.
“Mereka bukan manusia baik-baik….. dan mereka juga
berani mati menjual nama pemerintah untuk menggertak
aku…..!” kata Tat-mo Cauwsu.
Wie Siu Bun menghela napas lagi.
“Jika dilihat perkembangan yang terjadi seperti sekarang dan
beberapa saat yang lalu, tampak urusan ini bukan merupakan
persoalan yang kecil......... Kami pihak Kay-pang tentu akan
menghadapi urusan yang sangat berat........!”
Tat-mo Cauwsu telah tersenyum lagi, katanya dengan suara
yang nyaring, “Hemmm, tetapi kebathilan selalu harus lenyap
dari permukaan bumi........!”
“Benar Taisu........ terima kasih atas bantuan-bantuan yang
telah Taisu berikan! Dan kami pihak Kay-pang seperti mendapat
bintang penolong yang benar-benar bisa menyelamatkan kami
dari kehancuran........!”
Tat-mo Cauwsu telah mengucapkan kata-kata merendah.
Mereka telah melanjutkan perjalanan pula untuk memasuki kota
raja........ Keadaan di dalam kota raja tetap ramai.

Tat Mo Cauwsu 532


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Wie Siu Bun mengajak Tat-mo Cauwsu menuju ke sebuah


lorong yang panjang, dan sepanjang jalan itu penuh oleh
pengemis-pengemis tua muda dan kecil yang tengah memenuhi
kedua tepian jalan tersebut.
Ada yang tengah berdiri lesu, ada yang tengah rebah, ada
yang tengah duduk. Mereka umumnya memberi salam hormat
kepada Wie Siu Bun.
Dan Tat-mo Cauwsu mengetahui bahwa pengemis-pengemis
tersebut memenuhi jalan tersebut untuk mencegah orang luar
yang memasuki wilayah ini, karena di markas pusat dari partai
pengemis itu akan diadakan pertemuan.
Disaat itu, ada seorang pengemis kecil yang menyambut Wie
Siu Bun, setelah memberi hormat, pengemis kecil itu berkata
dengan sikap yang menghormat sekali, “Wie Tocu, sudah lama
Pangcu menantikan kembalinya Wie Tocu..........!”
Wie Siu Bun hanya mengiyakan dan dipimpin oleh pengemis
kecil itu mereka telah menuju ke sebuah kuil tua yang terdapat di
tempat itu.
Di sekitar kuil itu tampak banyak sekali pengemis yang
bertebaran, ada yang tengah tidur, ada yang bercakap-cakap dan
ada pula yang tengah berdiri mengawasi Tat-mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun dengan sikap yang menghormat sekali.
Waktu itu tampak seorang pengemis setengah tua telah
keluar menyambut kedatangan Wie Siu Bun. Rupanya dia telah
memperoleh laporan dari pengemis-pengemis yang menyambut
kedatangan Wie Siu Bun.
“Selamat datang Wie Tocu! Dan juga kepada tuan penolong
perkumpulan kita! Maafkan kami tidak melakukan penyambutan
di luar kota!”

Tat Mo Cauwsu 533


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan pengemis setengah tua itu telah menjura kepada Tat-mo


Cauwsu. Kedudukan pengemis setengah baya itu rupanya sama
dengan tingkat kedudukan Wie Siu Bun.
Dengan mengucapkan beberapa kata merendah tampak Tat-
mo Cauwsu membalas penghormatan pengemis itu.
Dari Wie Siu Bun, Tat-mo Cauwsu mengetahui nama
pengemis itu Lo Ping Siu, memang memiliki tempat kedudukan
yang sama dengan Wie Siu Bun.
Dengan diantar oleh Lu Ping Siu, Tat-mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun telah memasuki kuil tua itu.
Di dalam kuil telah berkumpul ratusan orang pengemis.
Mereka semua telah berdiri dan memberi hormat waktu melihat
Wie Siu Bun dan Tat-mo Cauwsu memasuki ruangan.
Pendeta India itu jadi sibuk membalas penghormatan
beberapa orang pengemis penyambut.
Tat-mo Cauwsu diperlakukan dengan hormat sekali. Karena
rupanya pengemis-pengemis ini telah mengetahui bahwa Tat-mo
Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali dan telah
menyelamatkan jiwa Wie Siu Bun.
Kuil tua yang dijadikan sebagai pusat markas pengemis
tersebut merupakan kuil yang telah dirombak menjadi bangunan
yang terbagi dalam beberapa ruangan.
Tat-mo Cauwsu dan Wie Siu Bun telah diajak ke sebuah
ruangan yang saat itu masih kosong, terdapat beberapa kursi dan
meja. Lo Ping Siu telah meminta agar Tat-mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun duduk dulu, menantikan munculnya Pangcu mereka.
Selama itu Lo Ping Siu yang telah menemaninya, mengajak Tat-
mo Cauwsu dan Wie Siu Bun bercakap-cakap.

Tat Mo Cauwsu 534


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan Wie Siu Bun juga telah menceritakan kepada


kawannya itu mengenai beberapa peristiwa dimana dia ditolongi
oleh Tat-mo Cauwsu. Jika tidak, menurut Wie Siu Bun, tentu
mereka tidak dapat berjumpa lagi di saat-saat sekarang ini, dan
Wie Siu Bun tentunya telah terbinasa, karena orang-orang yang
menghadangnya justru memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Lo Ping Siu memuji tidak hentinya akan kehebatan Tat-mo
Cauwsu, sehingga membuat pendeta India itu jadi sibuk sekali
mengeluarkan kata-kata merendah.
Tidak lama kemudian di dalam ruangan itu masuk seorang
pengemis kecil, yang berusia di antara belasan tahun. Dia
menyatakan Pangcu akan segera datang.
Wie Siu Bun dan Lo Ping Siu cepat-cepat berdiri untuk
menyambut kedatangan Pangcu mereka, sedangkan Tat-mo
Cauwsu juga jadi tidak enak hati jika duduk terus, dia telah ikut
berdiri disamping Wie Siu Bun.
Dari ruangan dalam tampak melangkah masuk seorang
pengemis tua berusia di antara enampuluh tahun, dengan wajah
yang memerah sehat dan di tangan kanannya memegang sebatang
tongkat bambu, dibahunya tergemblok sebuah cupu-cupu arak.
Sambil melangkah masuk, mulutnya telah memperdengarkan
suaranya yang nyaring,
“Selamat! Selamat! Ternyata Wie Tocu pandai sekali
bekerja!”
Lo Ping Siu dan Wie Siu Bun cepat-cepat menekuk kedua
kaki mereka, berlutut dihadapan lelaki tua itu, rajanya pengemis
tersebut.
“Saya datang menghunjukkan hormat kepada pangcu,” kata
Lo Ping Siu dan Wie Siu Bun hampir berbareng.

Tat Mo Cauwsu 535


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ketua pengemis itu telah membangunkan kedua orang


bawahannya. Kemudian menoleh kepada Tat-mo Cauwsu,
merangkapkan kedua tangannya dengan tongkat dikempit
diketiaknya, dia telah berkata.
“Terima kasih atas bantuan dan pertolongan yang telah
diberikan Taisu kepada Kay-pang......... Dengan adanya Taisu,
Kay-pang seperti menerima bintang penolong yang bisa
menyelamatkan kami! Aku Sun Cie Po menyatakan terima kasih
atas nama seluruh anggota Kay-pang.”
Tat-mo Cauwsu cepat-cepat menjura membalas
penghormatan ketua pengemis itu.
“Pangcu terlalu merendah, pertemuan Siauw-ceng dengan
Wie Siecu hanya kebetulan saja, dan secara kebetulan pula
Siauw-ceng bisa melakukan sedikit pekerjaan membereskan
persoalan yang dimiliki Wie Siecu........” kata Tat-mo Cauwsu.
Setelah masing-masing mengeluarkan basa basi sekedar
berkenalan, Pangcu Sun Cie Po telah mempersilahkan Tat-mo
Cauwsu untuk duduk dikursi kehormatan dan Pangcu itu telah
duduk pula disampingnya. Sedangkan Wie Siu Bun dan Lo Ping
Siu duduk di kursi lainnya yang berada di pinggir.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
sabar,
“Selama dalam perjalanan telah terjadi banyak sekali
peristiwa yang mengherankan........ Banyak yang menyatakan
bahwa Kay-pang telah berurusan dengan pihak pemerintah,
benarkah itu Pangcu?”
Sun Cie Po tertegun sejenak, tetapi Wie Siu Bun cepat-cepat
menceritakan peristiwa yang terjadi di luar pintu kota beberapa
saat yang lalu. Sun Cie Po Pangcu jadi muram mukanya, dia telah
mengetuk lantai dengan ujung tongkatnya, dia bilang,

Tat Mo Cauwsu 536


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Inilah berbahayanya orang she Auwyang itu, dia selalu


mengadu dombakan partai pengemis kami dengan beberapa
golongan! Tampaknya di dalam urusan ini mereka berusaha
menggerogoti dan memperlemah Kay-pang kami, baru nanti
mengadakan penyerangan.”
Dan sambil berkata begitu, tampak Sun Cie Po Pangcu telah
menoleh kepada Wie Siu Bun, dia perintahkan orangnya itu
menceritakan pengalamannya.
Wie Siu Bun menceritakan jelas seluruh apa yang
dialaminya.
“Hemm,” mendengus Sun Cie Po Pangcu setelah mendengar
habis cerita Wie Siu Bun. “Rupanya urusan menjadi demikian
hebat........ Semula aku hanya menganggap orang she Auwyang
itu bermaksud menyelusup ke anggota Kay-pang dengan maksud
mempergunakan nama terang Kay-pang berlindung dari kejaran
musuhnya.
“Tetapi di dalam hal ini memang kita harus berhati-hati.
Karena dibalik peristiwa ini terselip urusan yang cukup luas
ruang lingkup rencana dari orang she Auwyang itu........!” dan
muka Pangcu Kay-pang itu jadi muram.
Tat-mo Cauwsu melihat sinar mata pangcu Kay-pang ini,
mengetahui bahwa Sun Cie Po merupakan seorang jago yang
memiliki kepandaian sangat tinggi lwekangnya juga pasti sangat
sempurna, karena matanya memancarkan sinar yang sangat tajam
sekali. Dilihat dari raut muka dan sikap pangcu Kay-pang ini
tentu dia seorang yang sabar dan cerdas sekali.
Tetapi urusan yang dihadapi pihak Kay pang tampaknya
bukan urusan yang kecil, karena justru perkumpulan pengemis
yang tersebar di seluruh daratan Tiong-goan itu tengah

Tat Mo Cauwsu 537


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menghadapi ancaman dari seorang yang bernama Auwyang


Siung Bun.
“Sesungguhnya........,” kata Pangcu Kay-pang itu, waktu Tat-
mo Cauwsu menanyakan kepadanya siapakah sebenarnya
Auwyang Siung Bun.
“Orang she Auwyang itu seorang jago yang berusia telah
lanjut yang berkuasa di sekitar daerah Ouw-lam dan beberapa
kota lainnya. Dia memiliki banyak sekali pengikutnya, tetapi
disamping kepandaiannya memang tinggi dan jarang orang bisa
menandinginya.
“Diapun seringkali melakukan perbuatan-perbuatan yang
tidak baik, sehingga banyak musuhnya. Entah bagaimana
caranya, Auwyang Siung Bun telah mengikat tali permusuhan
dengan iblis nomor satu saat sekarang ini, yaitu It-cie-sin-mo
(Iblis Sakti Berjari Satu) Kwee Bo In, yang kepandaiannya jauh
lebih tinggi dari Auwyang Siung Bun sendiri.
“Sehingga membuat Auwyang Siung Bun tidak berani
menghadapinya dan telah melarikan diri dari tempat
kediamannya. Dan kemudian menyelusup menyamar sebagai
anggota Kay-pang di daerah yang berdekatan dengan tempatnya
berada, yang dikuasai oleh wakil pangcu Kay-pang Kiong Siang
Han.
“Tetapi penyamarannya itu justru secara kebetulan diketahui
olehku, seorang sahabat baik yang kebetulan berkunjung telah
memberikan kisikan, sehingga aku mengutus Wie Siu Bun untuk
memberitahukan hal penyamaran itu kepada Kiong Siang Han,
sebab bisa membahayakan Kay-pang. Dimana Auwyang Siung
Bun bermaksud mengadu domba Kay-pang dengan pihak It-cie-
sin-mo Kwee Bo In.

Tat Mo Cauwsu 538


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tetapi setelah kudengar pengalaman Wie Siu Bun, selain


Kiong Siang Han berhasil dipengaruhinya, juga memang
tampaknya Auwyang Siung Bun bermaksud untuk merebut
kedudukan Pangcu Kay-pang, menguasai perkumpulan kami
ini.........!
“Hai! Hai! Urusan telah terjadi demikian, kita harus dapat
mengadakan persiapan yang cepat! Mulai besok kita sudah harus
mengadakan persiapan, dengan mengirimkan beberapa orang
kurir untuk menemui wakil pangcu di cabang-cabang daerah dan
kota-kota lainnya, agar mereka ber-hati-hati terhadap
menyelusupnya anak buah Auwyang Siung Bun........ Disamping
itu merekapun harus bersiap-siap menghadapi suatu
kemungkinan........!” Setelah berkata begitu, pangcu Kay-pang ini
telah menghela napas.
Tat-mo Cauwsu juga telah tersenyum kecil, katanya.
“Jika dilihat dari cara orang-orang Auwyang Siung Bun
mengepung kami, mereka semuanya memiliki anggota yang
berkepandaian rata cukup tinggi, maka dari itu, Pangcu harus
ingat jangan sampai nanti anggota Kay-pang jadi korban dari
keganasan mereka!”
“Tepat! Tepat Taisu!” kata Sun Cie Po. “Memang akupun
tengah memikirkan cara yang sebaik mungkin memancing
Auwyang Siung Bun agar mau muncul memperlihatkan diri!
Dengan berurusan langsung dengan dia, berarti kita bisa
menghindarkan berjatuhannya korban yang tidak perlu.........”
Tat-mo Cauwsu merangkapkan tangannya, dia menyebut
kebesaran Sang Buddha.
“Untuk membasmi kebathilan, maka silahkan Pangcu
perintahkan saja kepada Siauw-ceng, tugas apa yang harus
Siauw-ceng lakukan?” kata Tat-mo Catwsu.

Tat Mo Cauwsu 539


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pangcu Kay-pang itu jadi terkejut, cepat-cepat dia bangkit


dari duduknya dan telah menjura kepada si pendeta dari India ini.
“Terima kasih atas kesediaan Taisu membantu pihak kami!”
kata Pangcu itu kemudian. “Tidak berani kami mempergunakan
kata-kata “Perintah”, tetapi kami sangat mengandalkan sekali
tenaga dan bantuan Taisu, agar Kay-pang kami ini tidak
mengalami kehancuran dari inceran orang she Auwyang itu!
“Harus diketahui juga Taisu, jika Auwyang Siung Bun
berhasil menguasai Kay-pang, tentu bahaya untuk umum akan
timbul. Dia akan memanfaatkan kekompakan Kay-pang untuk
mendukung dia melakukan banyak perbuatan jahatnya........
Disamping itu tentu saja dia akan mengorbankan Kay-pang untuk
menghadapi It-cie-sin-mo Kwee Bo In........ musuhnya itu!”
Tat-mo Cauwsu telah mengangguk membenarkan.
“Pikiran Pangcu ternyata sangat luas sekali……” pujinya.
“Dan Siauw-ceng berjanji dengan kekuatan yang ada, bersedia
membantu Kay-pang sekuat kesanggupan Siauw-ceng........!”
Beberapa kali Pangcu Sun Cie Po mengucapkan terima
kasihnya. Dia telah berkata lagi, “Semoga saja dengan sinarnya
Sang Buddha kami bisa mengatasi persoalan ini.........”
Tetapi baru saja Pangcu Kay-pang tersebut berkata sampai
kesitu, justru di saat itu telah terdengar suara yang aneh sekali di
luar kuil seperti suara pecahnya kaleng dan disertai dengan suara
jeritan beberapa orang. Bahkan yang mengerikan sekali suara
jeritan itu merupakan suara jerit kematian.
Muka Pangcu Sun Cie Po berobah jadi guram, dengan
menjejakkan kakinya, tubuhnya berkelebat keluar dan ruangan itu
untuk melihat apa yang terjadi.

Tat Mo Cauwsu 540


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu kagum melihat gin-kang yang dimiliki


Pangcu Kay-pang, karena tubuhnya bergerak begitu cepat
sehingga tampaknya kakinya tidak menginjak lantai, ringan dan
tidak bersuara.
Wie Siu Bun bertiga dengan Tat-mo Cauwsu dan Lo Ping
Siu juga telah keluar menyusul Sun Cie Po. Waktu mereka tiba di
luar, tampak Pangcu itu tengah berdiri berhadapan dengan
seseorang.
Tat-mo Cauwsu jadi tercengang heran, karena cepat sekali
dia mengenalinya bahwa orang yang datang itu yang berdiri
dihadapan Pangcu Kay-pang tidak lain dan Keuki Takashi, jago
Jepang yang lihay tangan dan kakinya itu.
Di dekat Keuki Takashi tampak menggeletak tiga sosok
tubuh pengemis dengan kepala yang pecah dan darah bercampur
otak membasahi lantai pekarangan kuil itu. Dalam keadaan
seperti ini membuat Tat-mo Cauwsu dapat menduganya, tentunya
ketiga pengemis itu menjadi korban pukulan telapak tangan
Keuki Takashi.
Maka dari itu terlihat Tat-mo Cauwsu mengerutkan alisnya,
dia jadi men-duga-duga entah hendak melakukan apa jago Jepang
ini dengan mendatangi pusat perkumpulan Kay-pang.
Sun Cie Po juga telah melihat ketiga orang korban dari
pukulan Keuki Takashi yang menggeletak tidak bernyawa itu,
membuat Sun Cie Po untuk sejenak berdiri dengan tubuh gemetar
karena menahan gejolak hawa amarah di hatinya. Dia telah bilang
kepada Keuki Takashi dengan suara yang dingin karena dia
menindih perasaan amarahnya itu,
“Apa maksudmu datang mengacau disini…….?”
Ditegur begitu bukannya menyahuti, Keuki Takashi telah
tertawa bergelak-gelak dengan suara yang sangat nyaring sekali,

Tat Mo Cauwsu 541


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

suaranya terdengar keras bagaikan kaleng pecah, mirip-mirip


dengan suara tertawa dan juga suara menangis, mengerikan
sekali. Setelah puas tertawa, barulah dia berkata,
“Aku mencari Pangcu Kay-pang..........!!”
Sun Cie Po berseru,
“Aku sendiri yang memangku jabatan Pangcu di Kay-
pang........ Ada persoalan apakah engkau mencariku!”
Muka Keuki Takashi tampak berobah, dia menatap Sun Cie
Po dengan sorot mata yang sangat tajam, kemudian katanya
dengan suara yang sangat perlahan, “Aku membawa surat titipan
dari seseorang untukmu........”
Sambil berkata begitu, Keuki Takashi telah merogoh saku
bajunya, si pendek jago Jepang ini telah mengeluarkan
segulungan surat yang dilemparkan ke depan Sun Cie Po.
Gerakan tangan Sun Cie Po cepat sekali, belum lagi kertas
yang tergulung itu terjatuh, dia telah berhasil mengulurkan tangan
menyambutinya. Kemudian dibukanya surat itu, dibacanya huruf-
huruf yang terdapat di kertas tersebut.
Pangcu Kay-pang Sun Cie Po,
Lewat kawanku yang bernama Keuki Takashi ini, ingin
kusampaikan bahwa tantangan yang kau berikan kepadaku dapat
diterima dengan baik! Tolong kau sampaikan, hari dan tempo
yang kau tetapkan.........!
Soal Auwyang Siung Bun yang telah memasuki Kay-pang
sebagai tempat berlindungnya di bawah pengaruh nama besarmu,
tidak menjadi persoalan. Aku mengerti apa yang engkau
maksudkan di dalam suratmu, bahwa seluruh tanggung jawab
Auwyang Siung Bun diambil alih oleh kau!

Tat Mo Cauwsu 542


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi, perlu kujelaskan disini, bahwa setelah selesainya


pertemuan kita nanti untuk menentukan siapa yang di atas dan
siapa yang di bawah, tetap saja Auwyang Siung Bun harus
mempertanggung jawabkan dosanya kepadaku. Aku tetap akan
mencarinya untuk memperhitungkan urusan kami........!
Tertanda It-cie-sin-mo Kwee Bo In.
Membaca surat itu, muka Pangcu Kay-pang ini telah
berobah, segera dia teringat cerita Wu Siu Bun, bahwa Kiong
Siang Han telah berhasil dipengaruhi oleh Auwyang Siung Bun,
dan telah mengirim surat atas nama Kay-pang kepada iblis nomor
satu waktu itu yaitu It-cie-sin-mo Kwee Bo In.
Tentunya surat ini merupakan surat balasan dari It-cie-sin-
mo Kwee Bo In terhadap surat tantangan yang dikirim oleh
Kiong Siang Han, yang mempergunakan nama Sun Cie Po
sebagai penantangnya.
Sedang Pangcu Kay-pang ini mencari kata-kata yang baik
untuk menjelaskan kepada Keuki Takashi peristiwa dan urusan
yang sebenarnya, saat itu jago Jepang itu telah bertanya dengan
suara yang dingin,
“Apakah engkau ingin memberikan jawaban atas surat itu?
Jika ada balasan, aku akan menantikannya........!”
Sun Cie Po menghela napas.
“Sebenarnya di dalam urusan ini terdapat
kesalahmengertian........ ada orang ketiga yang hendak mengadu
domba antara diriku dengan sahabatmu itu, yaitu It-cie-sin-mo
Kwee Bo In........!” kata Sun Cie Po kemudian.
Keuki Takashi telah tertawa dingin, dia bilang dalam bahasa
Han yang kaku,

Tat Mo Cauwsu 543


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aku tidak tahu urusan itu, yang terpenting engkau ingin


memberikan balasan atau tidak.”
Sun Cie Po menghela napas lagi, diapun tidak puas melihat
sikap Keuki Takashi yang begitu tawar padanya, maka dia bilang,
“Baiklah, aku menantikan It-cie-sin-mo disini........ Besok
jam duabelas malam! Tetapi sampaikan juga kepadanya agar
jangan membinasakan seorangpun anggota Kay-pang yang tidak
mengetahui apa-apa persoalan kami........ langsung menemui
aku........!”
Keuki Takashi telah tertawa mengejek lagi, tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia telah melompat tinggi sekali.
Gerakan yang dilakukannya itu bukan dengan mempergunakan
ilmu meringankan tubuh dari cabang persilatan yang biasa
terdapat di daratan Tiong-goan.
Karena dia melompat dengan gerakan yang kaku, namun
tubuhnya bergerak ringan dan sekejap mata dia telah melewati
dinding tembok itu lenyap di baliknya........
Sun Cie Po menghela napas, dia memberikan surat It-cie-sin-
mo Kwee Bo In kepada Tat-mo Cauwsu.
Pendeta India ini telah membaca surat dan sepasang alisnya
tampak mengkerut dalam-dalam.
“Jika dilihat demikian, tampaknya kepandaian si iblis It-cie-
sin-mo memang luar biasa karena dia bisa mempengaruhi Keuki
Takashi sebagai orang suruhannya…….!”
Dan Tat-mo Cauwsu telah menceritakan pertemuannya
dengan Keuki Takashi beberapa saat yang lalu dimana mereka
bertempur dengan hebat. Dan keduanya masih belum berhasil
menentukan siapa yang menang dan kalah, karena kepandaian
Keuki Takashi juga memang aneh dan sempurna.

Tat Mo Cauwsu 544


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mengenai Ang-ie Sianlie Cie Cie Lian tidak diceritakan oleh


Tat-mo Cauwsu, karena dia merasa malu jika teringat akan
kenekadan jago wanita yang membuka pakaiannya. Sun Cie Po
jadi guram wajahnya, dia menghela napas dengan pikiran yang
agak kusut.
“Jika mendengar cerita Taisu, tentunya kepandaian iblis
utama It-cie-sin-mo berada di atas kepandaian Keuki Takashi,
bukankah begitu Taisu?”
Tat-mo Cauwsu mengangguk ragu-ragu.
“Kurang lebih begitulah dugaanku. Karena menurut
penglihatanku Keuki Takashi tidak mudah ditundukkan, karena
dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali, tidak berada di
sebelah bawah kepandaianku!
Jika Iblis It-cie-sin-mo itu memiliki kepandaian yang hanya
lebih tinggi sedikit dari Keuki Takashi, tentu dia tidak bisa
memerintahkan Keuki Takashi sebagai pembawa suratnya!”
Sun Cie Po menganggap perkataan Tat-mo Cauwsu
beralasan. Tetapi urusan telah terjadi demikian, maka Tat-mo
Cauwsu menganjurkan kepada Sun Cie Po agar menantikan
tibanya besok saja pertemuan itu berusaha memberikan
penjelasan dan keterangan yang sesungguhnya kepada It-cie-sin-
mo.
Mudah-mudahan saja pertempuran antara mati dan hidup itu
bisa dijelaskan dan dibatalkan dengan pengertian si iblis.
Tetapi menurut Sun Cie Po, yang akan celaka adalah
anggota-anggota Kay-pang, yang tentunya akan banyak
berguguran akibat keganasan It-cie-sin-mo jika iblis itu muncul
besok malam di kuil ini.

Tat Mo Cauwsu 545


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu juga jadi berkuatir, karena dia mungkin bisa


menghadapi Keuki Takashi tetapi Sun Cie Po apakah sanggup
menghadapi It-cie-sin-mo Kwee Bo In.”
Tanda tanya itu masih belum terjawab........ Dan semua
anggota Kay-pang yang mengetahui bahwa Pangcu mereka
tengah menghadapi kesulitan yang tidak kecil, telah bermuram
durja, dan terdiam diri saja.
Walaupun di kuil itu berkumpul banyak sekali anggota Kay-
pang, tetapi disebabkan mereka itu hanya berdiam diri, dengan
sendirinya telah membuat keadaan di sekitar tempat tersebut jadi
hening sekali. Umpama kata sebatang jarum jatuh ke lantai, suara
jatuhnya itu tetap akan terdengar…….
Wie Siu Bun juga agak bingung, karena dia mengetahui Tat-
mo Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi tetapi
berimbang dengan Keuki Takashi. Dan jika menurut perkiraan
Tat-mo Cauwsu bahwa kepandaian iblis It-cie-sin-mo Kwee Bo
In itu berada di atas Keuki Takashi, apakah hal ini bisa dihadapi
oleh Pangcunya?
Tanda tanya seperti itu membuat Wie Siu Bun berkuatir
sekali. Tetapi Sun Cie Po akhirnya memerintahkan beberapa
orang pengemis untuk menyediakan meja perjamuan.
Walaupun mereka golongan pengemis, untuk perjamuan
tersebut ternyata telah dikeluarkan macam-macam sayur yang
mahal harganya. Tat-mo Cauwsu tidak mengetahui mereka itu
memperoleh semua barang makanan ini dari mana.
Di dalam pesta itu cukup banyak pengemis yang turut serta,
sehingga keadaan menjadi ramai kembali.
Tat-mo Cauwsu malam itu bermalam di kuil tersebut,
memperoleh kamar yang bersih dan teratur yang terletak di
belakang kuil itu. Tat-mo Cauwsu memang ingin menantikan

Tat Mo Cauwsu 546


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sampai tibanya saat-saat pertemuan di antara It-cie-sin-mo Kwee


Bo In, karena pendeta India inipun tertarik sekali untuk melihat
macam bagaimanakah iblis yang bisa menduduki tokoh nomor
wahid untuk masa kini.
◄Y►
Malam telah larut, hampir kentongan kedua. Keadaan di kuil
tua yang dipergunakan sebagai markas Kay-pang itu tampak
sunyi. Karena sejak sore itu Sun Cie Po telah memerintahkan
anggota-anggota pengemis untuk memisahkan diri agar tidak
berada di kuil tersebut, menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Sun Cie Po hanya memperbolehkan beberapa orang
pengemis dari tingkat keempat ke atas boleh berada di dalam
kuil. Karena mereka memiliki kepandaian telah cukup tinggi,
sehingga bisa menjaga keselamatan diri mereka jika diperlukan.
Waktu hampir mendekati kentongan kedua itu, Tat-mo
Cauwsu telah duduk di ruangan tengah kuil itu bersama-sama
dengan Sun Cie Po dan tokoh-tokoh pengemis lainnya, termasuk
Wie Siu Bun dan Lo Ping Siu.
Semuanya telah berdiam diri, sehingga ruangan itu sunyi
sepi, bagaikan tidak berpenghuni. Karena keadaan di sekitar
ruangan itu telah terbungkus oleh ketegangan.
Kunjungan Iblis utama It-cie-sin-mo Kwee Bo In memang
menimbulkan kesan yang agak menyeramkan, karena Kwee Bo
In telah diembeli dengan perkataan “Iblis Nomor Satu” tentu
tindak tanduknya akan mengerikan dan ganas sekali.
Kentongan ketiga telah dipukul terdengar dikejauhan. Wajah
semua pengemis-pengemis yang berkumpul di ruangan itu jadi
berobah semakin tegang. Hanya mata mereka saling melirik,
tetapi tidak sepatah perkataan pun yang terucapkan dari mereka.

Tat Mo Cauwsu 547


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi belum lagi begitu lama lewatnya suara kentongan itu,


justru di antara keheningan itu telah terdengar suara lolongan
yang panjang sekali, dicampur juga oleh suara pekik yang aneh
menyerupai suara tertawa dan suara menangis.
Tat-mo Cauwsu dan yang lain-lainnya mengetahui bahwa si
iblis telah muncul. Suara pekik yang menyerupai suara tawa dan
tangis itu adalah suara pekikan Keuki Takashi yang dikenal benar
oleh Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu segera dapat menduganya bahwa yang
tengah mendatangi itu tentu setidak-tidaknya Keuki Takashi
berdua dengan seseorang yang mengeluarkan suara lolongan itu.
Dan orang yang mengeluarkan suara lolongan itu mungkin iblis
utama It-cie-sin-mo Kwee Bo In.
Keadaan bertambah tegang, dan semuanya telah menanti
dengan gelisah, sedangkan suara lolongan pekikan itu semakin
lama terdengar semakin jelas.
Tidak menanti terlalu lama, tampak dua sosok tubuh telah
melompati dinding tembok kuil, meluncur masuk dengan gesit.
Kemudian ke dua sosok tubuh itu telah melangkah memasuki
ruangan kuil dengan langkah-langkah lebar tanpa memperdulikan
beberapa orang pengemis yang berdiri sebagai penyambut tamu
itu. Sikap mereka angkuh sekali.
Waktu semua orang melihat kedua orang itu, semuanya jadi
bergidik. Jika yang seorang memang Keuki Takashi yang telah
mereka kenal waktu kemarin datang mengantarkan surat dari
Kwee Bo In.
Namun membuat mereka jadi bergidik ngeri justru disaat itu
orang yang berjalan bersama Keuki Takashi merupakan seorang
yang wajah dan keadaannya sangat mengerikan sekali. Kepalanya
gundul dan penuh bisul-bisul.

Tat Mo Cauwsu 548


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Disamping itu mukanya yang kurus itu penuh daging-daging


menonjol sehingga tampaknya menyeramkan sekali seperti juga
muka itu memang pernah terbakar api. Tubuh orang itupun sangat
mengerikan, kedua tangannya pendek, sepasang kakinya panjang,
sehingga keanehan itu mendatangkan ngeri dengan bentuk muka
yang tidak keruan macam itu.
Sun Cie Po juga tergetar hatinya waktu melihat keadaan
tamunya yang seorang itu. Tetapi dengan cepat Pangcu Kay-pang
itu telah tertawa dan berdiri dari duduknya.
“Selamat datang di tempat kami, saudara Kwee!” katanya
sambil merangkapkan kedua tangannya dia telah menjura
memberi hormat.
Orang yang kepalanya penuh bisulan dan botak itu telah
mengeluarkan suara tertawa aneh yang seperti suara melolong itu.
Dia memberi isyarat kepada Keuki Takashi.
Dan jago Jepang yang tangguh itu dengan patuh telah
menyingkir ke samping. Barulah orang berkepala gundul
menyeramkan itu berkata dengan suara yang dingin sekali,
“Kedatanganku untuk memenuhi tantangan Pangcu Kay-
pang Sun Cie Po.........!”
Sun Cie Po tersenyum pahit, katanya, “Sesungguhnya, aku
tidak pernah merasa menantangmu, saudara Kwee........”
“Heh?” bertanya dingin sekali orang she Kwee itu dengan
muka yang tidak sedap dilihat, dia tampaknya heran. Tetapi
kemudian dia meneruskan perkataannya, “Apakah engkau
menarik tantanganmu karena merasa takut kepadaku?”
Kwee Bo In berkata begitu dengan sikap memandang enteng
dan angkuh sekali.

Tat Mo Cauwsu 549


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu sejak kedatangan iblis utama ini telah


memperhatikan terus. Dia melihat bahwa Kwee Bo In tampaknya
memiliki kepandaian yang tidak berada di bawah Keuki Takashi,
karena selain langkah langkah kakinya yang telah meninggalkan
bekas telapak kaki yang dalam di tanah, juga Keuki Takashi
tampaknya begitu patuh kepadanya.
Sun Cie Po telah merangkapkan kedua tangannya, katanya,
“Tidak pantas jika aku tidak mempersilahkan tamu untuk
duduk dan dijamu dulu......... Nanti aku akan menjelaskannya,
bahwa di dalam urusan ini ada orang ketiga yang ingin mengadu
domba di antara kita berdua........!”
Mendengar perkataan Sun Cie Po, Kwee Bo In tiba-tiba
tertawa dengan suara yang bergelak-gelak, sehingga
menggetarkan ruangan itu. “Hahahahaha.........” suaranya itu
mendirikan bulu tengkuk. “Apakah engkau ingin maksudkan
Auwyang Siung Bun yang mengadu domba kita? Itu sudah resiko
Kay-pang, berani menerima dia menjadi anggota Kay-pang,
berarti akibatnya harus diterima oleh Kay-pang pula!”
“Tetapi Auwyang Siung Bun-bukan anggota Kay-
pang.........” menjelaskan Sun Cie Po.
“Bukan anggota Kay-pang?” suara Kwee Bo In terdengar
keras sekali.
Kemudian dengan muka yang berobah tambah bengis, lebih-
lebih dengan keadaan mukanya yang menyeramkan ini, sehingga
mendatangkan kesan yang tidak enak dilihat, dia meneruskan
perkataannya.
“Apakah engkau ingin mempermainkan aku? Bukankah
suratmu yang lalu itu telah menyatakan bahwa Auwyang Siung
Bun telah diterima menjadi anggota Kay-pang dan bahkan
engkau sendiri yang ingin menanggung semua urusannya itu

Tat Mo Cauwsu 550


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

denganku........ Engkau menantang aku untuk mengadu


kekuatan........”
“Surat itu bukan dikirim olehku........”
“Oh, Pangcu yang tidak bertanggung jawab!” teriak Kwee
Bo In dengan suara menyerupai teriakan, dia telah berteriak
dengan suara yang aneh, hampir menyerupai suara lolongan,
rupanya dia telah diliputi kemarahan.
“Apakah sekarang, setelah tiba saatnya, engkau ingin
menarik diri dan membatalkan suratmu itu, dengan
menimpahkannya kepada orang lain?”
“Bukan begitu........!” menjelaskan Sun Cie Po, hatinya telah
mendongkol bukan main, karena belum pernah seumur hidupnya
orang memperlakukan dia dengan sikap kasar seperti itu.
“Lalu kenapa engkau bicara berbelit-belit?” tegur Kwee Bo
In dengan suara mengandung kegusaran.
“Duduklah dulu, Kwee Heng-tai, nanti aku akan
menjelaskannya........” kata Sun Cie Po menyabarkan hatinya.
“Aku menghendaki sekarang juga kita menentukan siapa
yang di atas dan siapa yang di bawah,” seru Kwee Bo In dengan
suara yang aseran.
“Baiklah saudara Kwee, dengarlah baik-baik! Sebetulnya
Auwyang Siung Bun telah menyelusup menyamar sebagai
anggota Kay-pang di dalam wilayah kekuasaan Kiong Siang Han,
orangku........
“Diapun dengan jalan kekerasan atau membujuk, telah
berhasil mengatasi dan mempengaruhi Kiong Siang Han.
Sehingga orangku itu yang mewakiliku memegang pimpinan di
daerah, telah menulis surat kepadamu, mengatas namakan
padaku........!

Tat Mo Cauwsu 551


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sesungguhnya, aku sendiri ingin menangkap Auwyang


Siung Bun, karena disebabkan dia, telah cukup banyak anggota
Kay-pang yang menderita dan berkorban jiwa.........”
Mendengar penjelasan ini, tampaknya Kwee Bo In jadi heran
dan tertegun. Tetapi segera dia menduga bahwa semua ini tentu
hanyalah suatu permainan dari Sun Cie Po, yang ingin
membatalkan pertemuan itu dengan bermacam macam alasan.
“Aku tidak perduli akan semua itu, yang terpenting hari ini
aku telah berada disini. Dan aku ingin melihat kepandaianmu
yang berani mengangkat diri sebagai Pangcu dari perkumpulan
Kay-pang!
“Persoalan Auwyang Siung Bun memang akan kuselesaikan
nanti, aku akan mencarinya dan mematahkan batang
lehernya..........!”
Tegas sekali perkataan Kwee Bo In, dan sama sekali dia
tidak memperlihatkan sikap bersahabat, bahkan dia terlalu
mendesak Sun Cie Po. Tidak ada jalan lain bagi Sun Cie Po,
karena sebagai seorang Pangcu, tidak bisa dia terlalu mengalah,
karena dapat menjatuhkan pamor dari Kay-pang.
Walaupun harus menghadapi kematian, dia harus
mempertahankan kehormatan dirinya untuk kemegahan Kay-
pang.
“Baiklah!” katanya kemudian sambil mengangguk. “Apa
yang Kwee Heng-tai inginkan, pasti akan kuiringkan….., tetapi
duduklah dulu aku hendak menjamumu!!”
Tetapi Kwee Bo In benar-benar sangat aneh tindak
tanduknya, dan gelar iblis pada dirinya tampaknya sesuai sekali.
Sebab tanpa mengucapkan sepatah katapun juga dia telah
melompat ke tepi ruangan itu, tahu-tahu tangannya telah
meluncur kepada salah seorang pengemis yang berdiri disitu.

Tat Mo Cauwsu 552


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun juga, tangannya


bekerja cepat melancarkan cengkraman. Sebetulnya si pengemis
itu bermaksud mengelakkan diri dalam keadaan kaget seperti itu,
dia merupakan seorang pengemis tingkat kelima dan memiliki
kepandaian yang tidak sembarangan.
Namun disebabkan gerakan tangan Kwee Bo In sangat cepat
sekali, pengemis itu tidak bisa berkutik, tahu-tahu punggungnya
telah kena dicengkeram.
Tangan Kwee Bo In yang lainnya telah bergerak lagi, dan
seperti memotes sesuatu barang saja, dia telah menjambak rambut
pengemis itu dan memotes kepala pengemis itu, lehernya putus
dan batok kepalanya itu dilemparkan menggelinding di lantai.
Semua itu terjadi singkat dan cepat sekali, diwaktu orang-
orang masih tertegun dengan mata terbuka lebar-lebar, tahu-tahu
kepala pengemis yang putus dari lehernya tanpa bisa
mengeluarkan jeritan itu, telah menggelinding di atas lantai........
Mengerikan sekali apa yang terjadi itu, membuat semua
orang menggidik. Tetapi Sun Cie Po waktu tersadar dari
kagetnya, telah melompat marah.
“Dasar iblis kau.........!” bentaknya. “Orang-orangku tidak
ada sangkutan apa-apa dengan engkau, karena justru engkau akan
mengadu kekuatan denganku, mengapa engkau menurunkan
tangan telengas begitu kepada orang-orangku?”
Tetapi Kwee Bo In sambil melemparkan tubuh korbannya
yang sudah tidak berkepala itu ke atas lantai, tertawa bergelak-
gelak.
“Jika engkau ingin mengulur-ngulur waktu, maka jangan
engkau sesalkan jika korban yang berjatuhan bertambah banyak!”
katanya dengan suara yang menyeramkan.

Tat Mo Cauwsu 553


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu sendiri yang melihat kekejaman Kwee Bo


In, telah memuji kebesaran nama Sang Buddha beberapa kali.
Disamping itu diapun terkejut sekali, gerakan Kwee Bo In
secepat bayangan setan. Dan cara dia menangkap tawanannya itu
merupakan gerakan yang luar biasa, sehingga pengemis yang
menduduki tingkat kelima itu saja tidak berdaya mengelakkan
diri, benar-benar luar biasa sekali kepandaian dari iblis itu.
Maka bisa dibayangkan tentu kepandaian lainnya dari Kwee
Bo In jauh lebih hebat dari yang diperlihatkannya itu. Sedangkan
Keuki Takashi hanya tersenyum-senyum saja waktu melihat apa
yang dilakukan oleh Kwee Bo In.
Sun Cie Po sudah tidak bisa menahan kemarahan dihatinya.
Dia melompat ke tengah ruangan yang memang telah
dipersiapkan sejak siang tadi, yang dikosongkan dari kursi dan
meja, sehingga cukup luas untuk dipergunakan sebagai lapangan
mengadu kepandaian.
“Baik! Baik!” kata Sun Cie Po dalam kegusaran yang tidak
kepalang. “Mari! Mari! kita mengadu kepandaian!!”
Kwee Bo In juga tidak banyak peradatan, dia telah melompat
dengan gerakan yang ringan menyusul pangcu Kay-pang itu.
Begitu tiba di dekat pangcu Kay-pang itu, tanpa banyak bicara
dia telah mengulurkan tangan kanannya dengan gerakan yang
cepat sekali untuk mencengkeram.
Tetapi Sun Cie Po merupakan pengemis yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, berbeda dengan si pengemis tingkat
lima tadi. Dia telah mengeluarkan suara dengusan marah dan
mengelakkan diri dengan membungkukkan tubuhnya sambil
tangan kanannya menggerakkan tongkatnya menyodok ke perut
Kwee Bo In.

Tat Mo Cauwsu 554


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi iblis It-cie-sin-mo tersebut tidak memperdulikan


sodokan tongkat bambu Sun Cie Po. Dia membiarkan perutnya
tersodok tongkat, sedangkan kedua tangannya telah bergerak lagi
melancarkan cengkeraman.
Sun Cie Po terkejut sekali waktu melihat apa yang dilakukan
lawannya. Terlebih kaget lagi pangcu Kay-pang ini, karena dia
merasakan waktu ujung tongkatnya itu menyodok perut si iblis,
tangannya jadi pedih, dan perut si iblis itu keras sekuat baja,
memperdengarkan suara “Tokkk!” dan tongkat itu sampai
melengkung, tetapi tidak memberikan hasil apa-apa.
Sedangkan kedua tangan Kwee Bo In justru telah meluncur
menyambar akan mencengkeram ke arah punggungnya. Sun Cie
Po menyadarinya, jika dia sampai terkena cengkeraman si Iblis,
akan celakalah dia.
Maka mati-matian Sun Cie Po melesat ke samping, dia
bermaksud menjauhi diri dulu dari si Iblis.
Tetapi Kwee Bo In sama sekali tidak mau memberikan
kesempatan bernapas padanya.
Begitu tubuh Sun Cie Po bergerak, segera si Iblis itupun
melompat mengikutinya, yang membuat Sun Cie Po terdesak
sekali. Karena begitu kakinya menyentuh lantai, justru ke sepuluh
jari tangan si iblis telah berada di dekat punggungnya lagi.
Karena terdesak sekali, Sun Cie Po jadi nekad. Dia sudah
tidak keburu untuk mengelakkan diri dari cengkeraman itu jalan
satu-satunya bagi dia hanyalah menangkis dengan tongkatnya.
Dengan cepat diputarnya tongkatnya menghantam kedua
tangan Kwee Bo In, “Takkk!” terdengar keras sekali tongkat itu
menghantam tangan Kwee Bo In.

Tat Mo Cauwsu 555


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi kedua tangan Kwee Bo In tetap meluncur, sedangkan


tongkat itu telah patah tiga bagian! Semangat Sun Cie Po seperti
terbang meninggalkan tubuhnya, dia mengeluh di dalam hatinya,
dan dirasakan jari tangan Kwee Bo In telah menempel dibaju
bagian punggungnya.
“Habislah aku........!” keluhnya tanpa daya lagi.
Tetapi Tat-mo Cauwsu yang sejak tadi memang telah bersiap
sedia, melihat keadaan demikian telah menimpukkan sepasang
sumpit yang tercekal di tangannya.
Kedua batang sumpit itu meluncur cepat sekali secara lurus
sejajar menyambar kedua biji mata Kwee Bo In.
Menyambarnya sumpit itu cepat sekali, tahu-tahu telah
berada di depan muka Kwee Bo In. Iblis itu jadi terkejut, cepat-
cepat dia mengelak ke samping untuk menyelamatkan biji
matanya dari terjangan kedua ujung sumpit itu. Tetapi
gerakannya itu telah memperlambat gerakan kedua tangannya.
Sun Cie Po mati-matian telah melompat mundur beberapa
tombak, muka Pangcu perkumpulan pengemis tersebut telah
berobah pucat dan keringat dingin telah mengucur dikeningnya.
Dia mengeluh, nyaris tadi dia celaka di tangan Kwee Bo In jika
tidak ditolong oleh Tat-mo Cauwsu.
Kwee Bo In tidak mengejar Sun Cie Po, dia telah
membalikkan tubuhnya, memandang bengis sekali kepada Tat-
mo Cauwsu. “Pendeta, kemari kau!” katanya dengan suara yang
mengandung kemarahan dan memerintah.
Tat-mo Cauwsu memang telah mengambil keputusan bahwa
lebih baik dia yang melayani iblis itu. Maka dia telah berdiri dari
duduknya dan merangkapkan sepasang tangannya.

Tat Mo Cauwsu 556


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Maafkan, Siauw-ceng ingin main-main beberapa jurus


dengan kepandaian siecu..........” katanya dengan suara yang sabar
dan sikap yang tetap sopan, walaupun Tat-mo Cauwsu tengah
menghadapi iblis ganas seperti Kwee Bo In.
Melihat sikap dan langkah kaki Tat-mo Cauwsu yang
mantap, muka Kwee Bo In memperlihatkan perasaan heran, lalu
dia menoleh kepada Keuki Takashi yang tengah berdiri diam
dipinggir ruangan itu, katanya, “Diakah yang kau katakan
pendeta sakti itu?”
Keuki Takashi mengiyakan, tambahnya, “Tetapi
kepandaiannya tidak lebih tinggi dari kepandaianku!”
Tat-mo Cauwsu tersenyum.
“Memang kami pernah main-main beberapa jurus..........
Rupanya Keuki Takashi telah menceritakan segalanya kepada
siecu!” kata pendeta India ini.
Kwee Bo In telah tertawa mengejek, sikapnya memandang
remeh kepada Tat-mo Cauwsu, dia dengan temberang,
“Kebetulan engkau berada disini, biarlah engkau kubereskan
dulu!”
“Siancai! Siancai! Bukankah lebih bijaksana jika urusan
diselesaikan dengan pengertian dan juga dengan jalan yang baik
penuh perdamaian?” tegur Tat-mo Cauwsu.
“Kau takut?” tegur Kwee Bo In dengan aseran.
Tat-mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya.
“Siancai! Tidak ada yang bisa dipastikan dengan perkataan
takut dan berani. Takut itu bisa muncul di dalam waktu-waktu
yang tertentu. Tetapi bagi seseorang yang tengah ketakutan jika
sudah tidak memiliki jalan lain dan dalam keadaan terdesak

Tat Mo Cauwsu 557


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

disuatu saat bisa muncul keberaniannya, melebihi keberanian


yang sebelumnya........!”
“Aku datang kemari bukan hendak mengadu bicara dengan
engkau, pendeta keledai!” bentak Kwee Bo In dengan suara yang
kasar sekali. “Bersiap-siaplah engkau untuk menerima
seranganku!”
Karena dia telah mendengar dari Keuki Takashi bahwa Tat-
mo Cauwsu memiliki kepandaian yang luar biasa, maka Kwee Bo
In tidak berani terlalu ceroboh.
Tetapi dengan seusainya perkataannya itu tanpa menantikan
jawaban dari Tat-mo Cauwsu, dengan cepat sekali dia telah
melompat dan melancarkan serangan dengan tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukannya tampaknya biasa saja, seperti
jurus ilmu silat “Yang-liu Menari Di atas Air”. Tetapi justru
serangan yang dilakukan oleh Kwee Bo In mengandung kekuatan
tenaga lweekang yang luar biasa hebatnya, anginnya berkesiuran
dan Tat-mo Cauwsu segera dapat menduga bahwa serangan ini
tidak bisa dipandang remeh, karena bisa membawa bencana
padanya.
Cepat sekali Tat-mo Cauwsu menggeser kedudukan kedua
kakinya. Dia telah menggerak-gerakkan kedua tangannya yang
dirangkapkan, ingin menangkap tangan Kwee Bo In.
Melihat gerakan Tat-mo Cauwsu sama sekali Kwee Bo In
tidak menarik pulang tangannya itu.
Dibiarkan tangannya itu ditangkap oleh kedua tangan Tat-mo
Cauwsu. Tetapi begitu tangan Tat-mo Cauwsu hampir menyentuh
tangan si iblis yang berukuran pendek itu, disaat itulah tahu-tahu
tangan itu seperti telah berhasil diulurkan lebih panjang dari
ukurannya semula.

Tat Mo Cauwsu 558


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tahu-tahu jari tangannya telah melewati kedua telapak


tangan Tat-mo Cauwsu dan meluncur ke arah muka pendeta itu.
Tat-mo Cauwsu kaget sekali, dia sampai mengeluarkan suara
seruan nyaring. Tetapi sebagai seorang pendeta yang
berkepandaian tinggi, sama sekali Tat-mo Cauwsu tidak menjadi
gugup dengan keadaan seperti ini.
Dengan cepat dia telah membelakangi kepalanya yang ditarik
mundur, sehingga jari tangan dari It-cie-sin-mo Kwee Bo In tidak
berhasil menyerang mukanya. Kedua tangannya yang berhasil
menangkap pergelangan tangan si iblis telah diisi dengan
kekuatan lwekang, dia memutarnya, bermaksud akan
mematahkan tangan lawannya itu.
Namun Kwee Bo In bertindak selalu dengan cepat, melihat
akal liciknya dengan serangan seperti itu tidak memberikan hasil
dia telah menggerakkan tangannya yang satunya lagi.
Waktu tangan Kwee Bo In itu yang tertangkap kedua tangan
Tat-mo Cauwsu ingin diputar, justru serangan tangan yang
satunya telah menyambar datang.
Serangan yang dilakukannya itu bukan serangan
sembarangan, pada kepalan tangannya itu mengandung kekuatan
yang ribuan kati, sehingga angin serangan itu berkesiuran sangat
keras sekali.
Tat-mo Cauwsu juga menyadari, jika dia meneruskan
maksudnya memutar tangan si iblis yang satu, tentu dadanya akan
tergempur serangan Kwee Bo In dengan tangannya yang satunya
itu. Dan Tat-mo Cauwsu juga menyadari bahaya yang
mengancamnya, maka dia membatalkan maksudnya memutar
tangan si iblis, dia telah menggerakkan tangan kirinya
menyampok ke samping menangkis kepalan tangan Kwee Bo In,

Tat Mo Cauwsu 559


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukkk!” Suara terbenturnya kedua tangan itu menimbulkan


getaran yang keras di ruangan tersebut. Hal ini memperlihatkan
bahwa benturan itu merupakan benturan yang kuat dan keras.
Tetapi kuda-kuda kedua kaki Tat-mo Cauwsu menancap kuat
sekali di lantai, dia tidak bergeming atau tergeser kedua kakinya
dari tempatnya semula. Bahkan menyusuli pula dengan itu, Tat-
mo Cauwsu telah mengebut dengan tangannya yang satunya.
Kwee Bo In sama sekali tidak menyangka bahwa Tat-mo
Cauwsu memang benar-benar merupakan lawan yang tangguh
sekali, dia telah cepat-cepat berkelit ke samping.
Namun Tat-mo Cauwsu tidak bergerak hanya sampai disitu
saja, dia telah mengeluarkan suara seruan perlahan dan tahu-tahu
kedua tangannya serentak menghantam.
Kwee Bo In melihat Tat-mo Cauwsu menggempurnya
dengan cara demikian, yaitu mempergunakan waktu yang cepat
sekali tetapi Kwee Bo In juga tidak mau mengalah, dia tidak mau
berkelit dari serangan itu.
Dengan mempergunakan kekerasan, dia telah menangkis
kedua tangan Tat-mo Cauwsu, dimana kedua tangan Kwee Bo In
yang berukuran pendek itu telah menangkisnya.
Begitulah, kedua jago ini yang memiliki kepandaian luar
biasa sekali telah terlibat dalam suatu pertempuran yang sangat
dahsyat, dengan cepat telah belasan jurus dilewatkan.
Tetapi di antara mereka tampaknya tidak ada yang terdesak
atau yang didesak. Jika yang seorang melancarkan serangan dan
gempuran, maka yang seorang lainnya membarengi dengan
serangan balasan. Begitulah bergantian mereka telah melancarkan
serangan-serangan dan juga mengeluarkan kepandaian mereka.

Tat Mo Cauwsu 560


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Keuki Takashi telah berdiri mengawasi jalan pertempuran itu


dengan tertarik. Diam-diam Keuki Takashi telah berpikir di
dalam hatinya,
“Waktu dulu dia bertempur dengan aku, ternyata si pendeta
busuk ini tidak mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Sekarang
dia memperlihatkan kepandaian yang jauh lebih tangguh dari
yang dulu.
“Jika waktu itu dia mempergunakan kepandaian seperti
sekarang ini, tentu aku tidak sanggup menghadapinya........!” dan
diam-diam Keuki Takashi jadi merasa kagum sekali kepada Tat-
mo Cauwsu.
Tetapi berbeda dengan Keuki Takashi, justru disaat itu
Pangcu Kay-pang Sun Cie Po telah berpikir,
“Kepandaian mereka berdua tampak berimbang, luar biasa
sekali.........! untung saja hari ini aku telah menerima kedatangan
Tat-mo Cauwsu…... Jika tidak, tentu Kay-pang akan dihancurkan
oleh iblis bertangan telengas ini! Sekarang aku baru terbuka mata
dan pikiranku bahwa di atas gunung yang tinggi masih ada yang
lebih tinggi........
“Hemmm jika dibandingkan dengan kepandaian mereka
berdua, maka kepandaianku seperti tidak ada artinya. Sia-sia aku
telah melatih diri dengan waktu selama limapuluh tahun.........”
Dan Sun Cie Po jadi mengawasi jalannya pertempuran itu
dengan mata yang terpentang lebar-lebar dan sikap tertegun. Dari
matanya terlihat sinar kagum kepada kedua orang yang tengah
bertempur dengan kepandaian yang aneh dan luar biasa itu.
Semua orang yang berada di ruangan itu, yaitu pengemis-
pengemis lainnya, telah merasakan diri mereka jadi kecil sekali
waktu melihat kepandaian kedua orang yang tengah bertanding
itu. Karena mereka telah menyaksikan bahwa kalau mereka yang

Tat Mo Cauwsu 561


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menghadapi salah seorang di antara kedua itu tentunya dalam


satu atau dua jurus saja mereka akan jatuh rubuh........
Diam-diam mereka jadi berjanji di dalam hati masing-masing
untuk berlatih sekuat kesanggupannya di-hari-hari mendatang
nanti.
Sedangkan Kwee Bo In yang melihat lawannya dapat
menghadapi serangan serangannya tanpa terdesak sedikitpun juga
semakin lama jadi semakin penasaran.
Beberapa kali It-cie-sin-mo Kwee Bo In telah mengeluarkan
jurus-jurus yang jauh lebih hebat, dengan disertai oleh tenaga
lwekang yang lebih kuat.
Kenyataan Tat-mo Cauwsu tetap dapat menghadapi serangan
si iblis dengan baik, bahkan berulang kali Tat-mo Cauwsu juga
telah balas menyerang.
Setiap serangan yang dilancarkan Tat-mo Cauwsu tidak
kalah dahsyatnya dari si iblis Kwee Bo In.
Tetapi disebabkan kedua orang ini memang memiliki
kepandaian yang berimbang, mereka telah bertempur dengan
berimbang pula. Serang menyerang silih berganti, jurus demi
jurus telah lewat, hampir seratus jurus lebih telah mereka
lewatkan tetapi belum ada tanda-tanda salah satu pihak di antara
mereka itu akan terdesak karenanya.
Keadaan seperti ini telah membuat Tat-mo Cauwsu juga jadi
penasaran sekali. Dia telah mengawasi cara dan jurus-jurus silat
yang dipergunakan Kwee Bo In.
Waktu dia melihat cara menyerang Kwee Bo In selalu
menghantam dan mengincer bagian atas, mengingat kedua
tangannya memiliki ukuran yang pendek dibandingkan dengan

Tat Mo Cauwsu 562


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

ukuran tangan manusia dewasa lainnya, maka jarak jangkau yang


bisa diperoleh dari kedua tangan ini sangat terbatas.
Tat-mo Cauwsu jadi mempergunakan keuntungan yang tidak
begitu besar, tetapi bagi Tat-mo Cauwsu memegang peranan
tidak kecil. Dengan mengambil kelemahan dari ukuran kedua
tangan lawannya itu, Tat-mo Cauwsu melancarkan serangan yang
beruntun dan tidak hentinya menyambar-nyambar ke bagian
bawah, mulai dari perut sampai ke kaki, sehingga membuat Kwee
Bo In segera terlihat agak sibuk untuk menangkis atau
mengelakkan diri.
Iblis itu mengetahui juga bahwa Tat-mo Cauwsu
mempergunakan kelemahannya itu untuk mendesaknya, dia jadi
gusar bukan main, sampai suatu kali dia berjingkrak. Kemudian
dia telah menggerakkan kedua tangannya mendorong keras ke
arah Tat-mo Cauwsu.
Sebetulnya saat itu Tat-mo Cauwsu ingin melancarkan
gempuran yang cukup kuat dengan jurus “Siang-liong-cut-hay”
atau “Sepasang Naga Muncul dari Lautan”, tetapi tenaga
mendorong yang dilakukan oleh Kwee Bo In bukan main
cepatnya, memaksa Tat-mo Cauwsu membatalkan serangannya
dan cepat-cepat mengelakkan diri.
Mempergunakan kesempatan itu, tampak Kwee Bo In telah
melompat mundur menjauhi diri.
“Engkau licik!” teriaknya dengan marah. “Jika memang
engkau memiliki kepandaian yang tinggi mengapa engkau tidak
bertempur dengan cara yang baik?”
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar.
“Saudara Kwee, jika engkau ingin melihat tinggi atau
rendahnya ilmu silat, bukan cara demikian, karena dengan

Tat Mo Cauwsu 563


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

bertempur, cara apa saja dipergunakan asal tidak mempergunakan


cara yang sesat........” menyahuti Tat-mo Cauwsu.
“Tetapi justru beberapa kali sempat Siauw-ceng melihat
betapa kau telah mempergunakan jurus-jurus yang agak sesat.
Tenaga lwekangmu juga mulai terperangkap oleh kesesatan.
“Itu bisa membahayakan dirimu sendiri jika engkau tidak
bisa segera merobah dan melatih diri dengan lwekang dari aliran
yang lurus bersih. Karena jika sudah tiba waktunya kelak, justru
lwekang yang agak sesat itu akan meledak dan mencelakai dirimu
sendiri........”
Kwee Bo In kaget juga hatinya, dia tidak menyangka bahwa
pendeta yang menjadi lawannya ini memiliki mata yang sangat
tajam, sampai soal lwekangnya yang memang agak sesat itu
diketahuinya. Tetapi perasaan kagetnya itu tidak diperlihatkan di
mukanya, sambil tertawa dingin dia telah berkata,
“Itu bukan urusanmu! Baiklah, karena sekarang tidak terlihat
orang she Auwyang itu, biarlah lain kali aku akan datang
kembali........!”
Setelah berkata begitu, tanpa memperdulikan semua orang
tengah memandangi padanya, Kwee Bo In menoleh pada Keuki
Takashi, katanya,
“Mari kita pergi.........” Baru kata-katanya itu terdengar,
tubuhnya telah bergerak cepat sekali, tahu-tahu telah berada di
atas dinding tembok pekarangan kuil tersebut.
Keuki Takashi telah mengikuti gerakan Kwee Bo In, dia
telah menyusulnya dengan cepat, setelah mendelik kepada Tat-
mo Cauwsu. Setelah kedua orang itu, Kwee Bo In dan Keuki
Takashi lenyap dari pandangan mata, Sun Cie Po dan pengemis-
pengemis lainnya bisa bernapas lega.

Tat Mo Cauwsu 564


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pangcu Kay-pang itu cepat-cepat menghampiri Tat-mo


Cauwsu, dia merangkapkan tangannya, memberi hormat kepada
pendeta itu.
“Terima kasih atas bantuan Taisu yang menyelamatkan Kay-
pang dari malapetaka........!” kata Sun Cie Po.
Tat-mo Cauwsu cepat-cepat mengeluarkan kata-kata
merendah, tidak mau dia menerima kata-kata pujian.
Sedangkan Sun Cie Po telah mengeluarkan sebuah pay, tanda
yang terbuat dari besi, ia memberikannya kepada Tat-mo
Cauwsu.
“Tiat-pay ini merupakan lambang milikku, maka jika Taisu
menemui kesulitan di suatu tempat, perlihatkan saja Tiat-pay
(Pay besi) ini kepada pengemis mana saja, tentu kebutuhan Taisu
akan terpenuhi........” kata Sun Cie Po sambil mengangsurkan Pay
itu kepada Tat-mo Cauwsu.
Sesungguhnya Tat-mo Cauwsu ingin menolak pemberian itu,
tetapi dia kuatir kalau-kalau nanti menyinggung perasaan tuan
rumah, maka dia menerimanya juga. Dimasukkannya Pay itu ke
dalam saku jubahnya sambil mengucapkan terima kasih.
Sun Cie Po telah perintahkan beberapa orang pengemis untuk
membereskan ruangan dan mengatur meja perjamuan. Ketua
pengemis ini telah menjamu Tat-mo Cauwsu lagi.
Beberapa hari lamanya Tat-mo Cauwsu berkumpul dengan
para pengemis itu, dia telah membicarakan banyak persoalan
dengan Sun Cie Po. Terutama sekali bagi Pangcu Kay-pang itu,
dia menanyakan pendapat Tat-mo Cauwsu bagaimana caranya
yang terbaik untuk mengatasi persoalan Auwyang Siung Bun.

Tat Mo Cauwsu 565


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Persoalan itu termasuk persoalan keluarga Kay-pang,


maafkan Siauw-ceng tidak berani mencampurinya........” kata Tat-
mo Cauwsu dengan rendah hati.
Pangcu Kay-pang itu tidak menjadi kurang senang, dia telah
mengerti persoalan dan kedudukan Tat-mo Cauwsu, hanya saja
dia masih bilang,
“Jika memang suatu kali nanti kebetulan Taisu bertemu
dengan orang she Auwyang itu, tolong Taisu nasehatkan dia, agar
tidak menimbulkan persoalan, karena dengan menyelusupnya dia
ke dalam barisan pengemis, berarti dia telah memancing
malapetaka untuk perkumpulan Kay-pang kami........”

––––––––

JILID 15

TAT-MO CAUWSU mengangguk, dia menyatakan


kesediaannya untuk menasehati Auwyang Siung Bun. Padahal
Tat-mo Cauwsu menyadari, permintaan yang tampaknya kecil
itu, sesungguhnya mengandung tanggung jawab yang besar,
karena dengan menyanggupi untuk menasehati Auwyang Siung
Bun, berarti Tat-mo Cauwsu harus mencari orang she Auwyang
itu, untuk nanti menasehatinya atau menggempurnya........!

Tat Mo Cauwsu 566


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berkumpul dengan para pengemis itu empat hari


lamanya, Tat-mo Cauwsu telah pamitan untuk melanjutkan
perjalanannya. Sebelum berlalu, Tat-mo Cauwsu mengingatkan
kepada Sun Cie Po agar berhati-hati jika berhadapan pula dengan
Kwee Bo In atau Keuki Takashi.
Sun Cie Po juga mengangguk sambil menyatakan bahwa dia
tengah memikirkan cara yang terbaik untuk dapat menguasai
Kwee Bo In dan Keuki Takashi. Menurut Sun Cie Po, dia ingin
mengelakkan pertemuan sementara ini dengan kedua orang itu,
karena walaupun bagaimana dia mengakui bahwa kepandaian
yang dimilikinya tidak cukup untuk menghadapi kedua orang itu.
Jika dia mengerahkan orang-orangnya, mungkin hanya akan
mendatangkan bencana dan korban yang tidak sedikit. Maka cara
yang terbaik adalah mengelakkan diri dari bentrokan dengan
kedua orang itu.
Senang Tat-mo Cauwsu mendengar hal itu, dia telah memuji
kebijaksanaan Sun Cie Po.
“Memang mengalah itu bukan berarti kita kalah, tetapi
mengalah untuk kepentingan dan keselamatan dari banyak orang,
merupakan tindakan yang sangat bijaksana sekali........” kata Tat-
mo Cauwsu.
Kemudian pendeta ini meminta diri. Sun Cie Po dan
beberapa orang tokoh-tokoh Kay-pang telah mengantarkannya
sampai di pintu kota sebelah selatan.
Tat-mo Cauwsu melakukan perjalanan menuju ke sebelah
barat, dia ingin mengembara dan berkelana guna menambah
pengetahuannya. Terutama sekali dia ingin berkelana menyusuri
seluruh daratan Tiong-goan.
◄Y►

Tat Mo Cauwsu 567


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sudah sejak di India dia mendengar prihal keindahan


pemandangan alam dan suasana di daerah selatan, yaitu di Kang-
lam. Maka dia bermaksud untuk pergi ke Kang-lam untuk pesiar
sambil melihat-lihat keindahan yang terdapat di sana.
Kang-lam merupakan daerah selatan yang memiliki
pemandangan yang paling indah dibandingkan dengan seluruh
daerah di daratan Tiong-goan. Karena daerah selatan ini memiliki
hawa yang baik sekali, panas yang cukup dan juga dengan
keindahan alam yang menarik hati. Gadis-gadis Kang-lam juga
terkenal akan keluwesannya.
Tat-mo Cauwsu waktu memasuki daerah selatan tersebut
telah melihat pohon-pohon tumbuh subur dan indah sekali dan
juga telaga-telaga yang banyak terdapat di daerah ini menarik
sekali dengan airnya yang jernih. Dan sungai-sungai yang
berliku-liku panjang memiliki air yang bersih bening.
Semua yang dilihatnya umumnya mengandung keindahan
yang sulit dilupakan. Tat-mo Cauwsu senang sekali berada di
daerah tersebut, karena hawa udaranya pun tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin.
Hari itu, Tat-mo Cauwsu berada di pinggiran sebuah telaga
yang cukup luas. Dia melihat air telaga itu berwarna kebiru-
biruan dan bening sekali.
Lama Tat-mo Cauwsu berdiri di tempatnya tersebut,
pikirannya jadi menerawang teringat akan kampung halamannya.
Di India Tat-mo Cauwsu memang tidak memiliki sanak saudara.
Dia sejak kecil telah memasuki pintu sang budha dan dengan
tekun dia mempelajari ajaran sang Budha.
Ayah Tat-mo Cauwsu mati karena serangan penyakit
menular, sedangkan ibu Tat-mo Cauwsu meninggal karena

Tat Mo Cauwsu 568


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

melahirkan. Maka sebagai anak yatim, bibinya yang telah


memeliharanya.
Waktu berusia empat tahun, Tat-mo Cauwsu sudah bisa
menyatakan keinginannya untuk memasuki pintu sang Budha.
Dan bibinya itu berpendapat, dengan berada di dalam biara, tentu
Tat-mo Cauwsu hidup lebih teratur dan lebih baik jika
dibandingkan dengan perawatannya yang hidup dalam
kemiskinan seperti itu. Maka keinginan Tat-mo Cauwsu untuk
masuk ke jalan Sang Buddha telah dipenuhi oleh bibinya.
Sejak saat itulah Tat-mo Cauwsu mempelajari pelajaran Sang
Buddha dan waktu berusia belasan tahun Tat-mo Cauwsu
memperoleh kabar bahwa bibinya telah meninggal dunia.
Memang perasaan sedih bergolak sementara waktu di dalam
hatinya.
Namun sebagai seorang Buddhis yang telah memiliki
pegangan dan kebathinan yang kuat, Tat-mo Cauwsu bisa
menindih perasaan sedihnya itu. Dia bertambah tekun menghayati
pelajaran Sang Buddha, sampai akhirnya gurunya
memperkenankan dia keluar biara untuk menambah pengetahuan
dan melakukan perbuatan-perbuatan mulia.
Tetapi dari salah seorang penduduk dia mendengar telah
datang di tempat tersebut utusan dari Kaisar Ming Ti, Kaisar
daratan Tiong-goan. Kaisar Ming Ti telah perintahkan utusannya
itu untuk mencari tahu perihal agama Buddha.
Maka tertariklah hati Tat-mo Cauwsu untuk berkelana di
daratan Tiong-goan. Karena Tat-mo Cauwsu tidak memiliki
sahabat di dalam istana, dan juga tidak bisa dia menemui
langsung utusan Kaisar Ming Ti, akhirnya Tat-mo Cauwsu
memutuskan untuk pergi berkelana seorang diri ke daerah Tiong-
goan.

Tat Mo Cauwsu 569


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan tekadnya yang kuat, maka tiba juga akhirnya dia di


daratan Tiong-goan. Semua peristiwa yang dialami dalam
perjalanannya itu dianggapnya indah, karena Tat-mo Cauwsu
menganggap semua itu, kesenangan dan kesengsaraan, hanyalah
suatu percobaan untuk imannya saja.
Teringat semua itu, Tat-mo Cauwsu menghela napas
panjang. Hampir dua tahun dia telah berkelana di daratan Tiong-
goan dan telah cukup banyak juga dia memperoleh pengalaman-
pengalaman yang membuat jiwanya semakin matang, dimana
diapun melihat, setiap peristiwa yang dialaminya itu, selalu
memiliki sangkut paut dengan pelajaran Sang Buddha.
“Benar,” berpikir Tat-mo Cauwsu lebih lanjut. “Jika saja
keinginan Kaisar Ming Ti yang bermaksud mengundang agama
Buddha memasuki daratan Tiong-goan, tentu jago-jago di daratan
Tiong-goan yang umumnya bergerak dalam perbuatan-perbuatan
jahatnya itu, tentu bisa dibimbing mengambil jalan yang lurus
dan bersih......... agama Buddha rupanya sangat diperlukan
sekali.........!”
(Peristiwa Kaisar Ming Ti mengirim utusannya mencari tahu
perihal agama Buddha ke tanah Hindustan terjadi 1900 tahun
yang lalu, dan semua itu tercatat di dalam buku sejarah maupun
buku 'Hikayat Bangsa Han”. (Utusan Kaisar Ming Ti dari Dinasti
Han Timur itu akhirnya kembali dengan membawa dua orang
pendeta Buddha, yang menyebarkan pelajaran Sang Buddha,
yang dinamai Dharma).
Setelah berdiri sejenak lagi beberapa saat lamanya di tepi
telaga itu, akhirnya Tat-mo Cauwsu telah menghela napas sambil
memutar tubuhnya untuk berlalu. Tetapi waktu itu matanya
melihat sesuatu di tengah telaga, sehingga Tat-mo Cauwsu
membatalkan maksud hatinya untuk berlalu.

Tat Mo Cauwsu 570


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia telah berdiam terus di tempatnya itu mengawasi setitik


hitam yang tengah meluncur di atas air telaga itu.
Setelah mengawasi sekian lama, dan benda di atas air itu
mendatangi mendekat, segera dilihatnya sebuah biduk perahu
yang tengah meluncur dengan cepat menghampirinya.
Tat-mo Cauwsu telah mengawasi terus, karena dia agak
heran juga melihat perahu itu yang meluncur cepat sekali di
permukaan air telaga. Walaupun dikayuh cepat, tetapi perahu
tidak bisa meluncur secepat itu seharusnya.
Namun perahu yang kali ini dilihatnya justru meluncur
dengan cepat, seperti juga terbang di atas permukaan air telaga.
Itulah suatu keanehan yang menarik hati pendeta dari India
tersebut.
Untuk sejenak lamanya Tat-mo Cauwsu berdiri lagi di
tempatnya. Sampai akhirnya dengan cepat perahu berukuran kecil
itu tiba di dekatnya.
Penumpang perahu itu seorang gadis berusia limabelasan
tahun. Parasnya cantik, rambutnya disanggul, dia mengenakan
pakaian serba putih, kunnya juga putih dengan angkin pengikat
pinggang berwarna merah.
Waktu sampai di telaga, gadis itu telah tersenyum dan
mengangguk pada Tat-mo Cauwsu.
Pendeta dari India ini jadi membalas mengangguk padanya,
sedangkan gadis itu dengan gerakan yang lincah sekali telah
melompat ke tepian, gerakannya seperti seekor burung walet. Tat-
mo Cauwsu jadi kagum melihat dalam usia semuda itu, si gadis
telah memiliki ilmu meringankan tubuh yang demikian tinggi.
Dia telah menghela napas dan memuji,
“Omitohud!” beberapa kali dengan suara yang perlahan.

Tat Mo Cauwsu 571


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Taisu…….! Maukah kau menemaniku main perahu?” gadis


itu telah menegurnya.
Sikapnya lincah dan manis sekali, dia seperti juga tidak
memperdulikan bahwa pendeta asing ini belum dikenalnya. Dia
menyapanya seperti juga dia telah berkenalan lama dengan si
pendeta.
Tat-mo Cauwsu juga senang melihat sikap polos dan terbuka
dari si gadis. Dia melihatnya, mata gadis itu bening dan besar
indah sekali, dengan hidung yang mancung dan bibir yang tipis,
kulitnya juga putih halus seperti juga bersaing dengan putih dari
kun yang dikenakannya.
“Nona kecil,” kata Tat-mo Cauwsu sambil tersenyum juga.
“Apakah engkau tidak kuatir perahumu terbalik dengan
menaikinya begitu cepat.........?”
“Terbalik? Jangan takut Taisu, aku jamin tidak mungkin
perahu ini terbalik! Takutkah Taisu naik perahu bersamaku? Mari
kita main perahu, tentu menggembirakan! Dari pada berdiam diri
mematung disitu tanpa kegembiraan........”
Lincah dan manis sekali cara dan sikap si gadis, yang
berkata-kata tanpa banyak peradatan, tetapi tidak kurang ajar. Hal
itu hanya memperlihatkan bahwa gadis ini memiliki sifat yang
polos.
Tat-mo Cauwsu juga senang berteman dengan gadis kecil ini,
karena gadis kecil yang masih suci dan tampaknya polos tidak
diliputi oleh akal-akal licik itu, merupakan kawan yang
menyenangkan.
“Bagaimana Taisu, kau menolak ajakanku?” tanya si gadis
kecil lagi.

Tat Mo Cauwsu 572


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Apakah kedua orang tuamu tidak akan memarahimu jika


engkau selalu bermain-main perahu saja?” tanya Tat-mo Cauwsu
tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan si gadis, bahkan dia
balik bertanya begitu.
Ditanya mengenai kedua orang tuanya, muka si gadis jadi
berobah murung, dia telah menunduk sejenak, tetapi kemudian
dia mengangkat kepalanya sambil tertawa lagi.
“Kedua orang tuaku jahat, mereka tidak memperhatikan aku,
aku main kemana saja mereka tidak pernah mencarinya! Ayo
Taisu, mari kita main-main perahu.........!” ajak gadis kecil itu
lagi.
Tat-mo Cawusu mengangguk perlahan, katanya, “Baiklah,
tetapi kau harus hati-hati mengendarai perahumu, jangan seperti
tadi perahu diluncurkan begitu cepat.........”
Gadis kecil itu tertawa geli. Rupanya dia mentertawakan
sikap Tat-mo Cauwsu yang diduganya takut dan memiliki jiwa
yang kecil.
Tetapi gadis kecil ini tengah bersendirian, dia tidak memiliki
sahabat, maka pendeta ini bisa menambah kegembiraannya
menurut perkiraannya. Apa lagi dia melihat Tat-mo Cauwsu
merupakan seorang pendeta yang sabar, walaupun dia seorang
pendeta asing.
Dengan gerakan yang lincah, gadis kecil itu telah melompat
ke atas perahunya lagi, duduk di ujung perahu.
Gerakan-gerakan yang terjadi pada perahu itu seperti tidak
mempengaruhi gadis tersebut, tampaknya dia memiliki
keseimbangan tubuh yang mantap, dia dapat duduk dengan
tenang.

Tat Mo Cauwsu 573


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu tidak ingin memperlihatkan kepandaiannya,


dia hanya berkata, “Dekatkan dulu perahumu, dengan jarak yang
begitu jauh sulit untuk aku melompat ke dalamnya!” katanya
dengan sabar. “Nanti bisa-bisa aku tercebur........”
Gadis kecil itu tertawa lagi, dia mendorong perahunya itu
mendekat dengan sentuhan ujung pengayuhnya pada permukaan
air. Melihat cara gadis itu menggerakkan perahunya, Tat-mo
Cauwsu jadi terkejut juga.
Karena dengan caranya seperti itu si gadis telah
memperlihatkan dia mempergunakan lwekang yang cukup tinggi
menyalurkannya pada kayu pengayuhnya dan telah menyentuh
pada permukaan air, sehingga perahu itu meluncur cepat ke
tepian.
“Gadis ini masih muda sekali usianya, tetapi dia memiliki
tenaga dalam yang demikian tinggi......... Entah siapa orang
tuanya, dan entah siapa gurunya.........?” berpikir Tat-mo Cauwsu.
Sementara itu ujung perahu telah merapat ke tepian telaga,
Tat-mo Cauwsu melangkahkan kakinya memasuki perahu itu.
Dia duduk di sudut perahu lainnya, berhadapan dengan gadis
itu.
“Sudah?” tanya gadis kecil itu tertawa.
“Sudah? Sudah apa?” tanya Tat-mo Cauwsu heran.
“Apakah Taisu sudah duduk baik-baik..........?” tanya gadis
kecil itu. “Jangan nanti perahu ini meluncur cepat, Taisu
terguling masuk ke dalam air telaga.........!” dan setelah berkata
begitu, gadis kecil itu tertawa geli pula.
Tat-mo Cauwsu mau tidak mau jadi ikut tertawa juga, dia
telah mengangguk. “Sudah........ sudah siap!” katanya.

Tat Mo Cauwsu 574


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si gadis menggerakkan kayu pengayuhnya. Tetapi tidak


seperti umumnya para nelayan mengayuh perahu yaitu dengan
mengayuh mempergunakan tepian dari kayu pengayuh yang
masuk ke dalam air, lalu mendorongnya sehingga perahu dapat
meluncur, maka si gadis ini justru hanya menggerak-gerakkan
kayu pengayuhnya itu sampai di permukaan air telaga saja.
Dia seperti memukul-mukul air telaga dengan tepian kayu
pengayuhnya. Dan aneh sekali, perahu itu seperti terdorong oleh
suatu kekuatan yang sangat besar, telah meluncur dengan cepat
sekali.
Tat-mo Cauwsu yang memperhatikan cara si gadis
menggerakkan perahunya, mengetahui bahwa gadis kecil ini telah
mempergunakan tenaga dalamnya.
Tidak heran kalau tadi perahu ini telah meluncur secepat
terbang di permukaan air telaga. Tat-mo Cauwsu juga baru
mengetahui mengapa tadi perahu itu meluncur mendatangi
dengan cepat sekali.
“Tetapi yang aneh,” berpikir Tat-mo Cauwsu. “Gadis sekecil
ini sudah memiliki lwekang yang demikian tinggi........ agak luar
biasa juga........!”
Namun walaupun dihatinya diliputi oleh perasaan heran, Tat-
mo Cauwsu telah berdiam diri saja.
Sedangkan si gadis dengan gerakan yang cekatan telah
menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya itu, dimana dia
menepuk-nepuk berulang kali kayu pengayuhnya pada
permukaan air.
Di antara terdengar suara plakkk, ploooookk, plaaakk, maka
perahu itu telah meluncur dengan cepat sekali. Di antara
berkesiuran angin, memang menggembirakan bermain-main
perahu seperti itu.

Tat Mo Cauwsu 575


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si gadis cilik itu telah menoleh kepada Tat-mo Cauwsu dia


tertawa sambil bertanya,
“Taisu, apakah kau gembira bermain perahu seperti
ini........?” tanyanya.
“Tidak!”
“Tidak?” mulut si gadis jadi dimonyongkan. “Mengapa tidak
gembirakan Taisu?”
“Kau mengendarai perahu ini telah cepat dan mengerikan
sekali…….!”
“Taisu takut terjatuh ke dalam air telaga ini?” tanya gadis
kecil itu lagi.
“Ya.........!”
“Jangan takut, kalau Taisu tercebur ke dalam air telaga, aku
akan menolongi…..”
“Tetapi nanti jubahku telah basah semua........” sahut Tat-mo
Cauwsu.
“Aku jamin tidak akan tercebur!” akhirnya si gadis kecil itu
telah menyahuti dengan suara yang jengkel.
“Hemm, mengapa engkau bisa begitu pasti menjamin aku
tidak akan tercebur? Sedangkan saat sekarang ini aku melihat
perahu meluncur demikian cepat........?” tanya Tat-mo Cauwsu,
sengaja dia bertanya begitu, karena dia memancing ingin
mengetahui apa yang akan dikatakan si gadis.
Tetapi gadis kecil itu sibuk sementara waktu dengan
tepukan-tepukan kayu pengayuhnya itu pada permukaan air
telaga. Dia telah menepuk-nepuk puluhan kali, sampai akhirnya
dia baru berkata,

Tat Mo Cauwsu 576


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aku memiliki semacam ilmu bermain perahu yang agak


aneh, tidak sembarangan orang yang bisa mempergunakan cara
ini! Taisu telah melihat, perahu meluncur tanpa dikayuh, bukan?”
Waktu berkata begitu, gadis kecil itu memperlihatkan perasaan
bangga sekali.
Tat-mo Cauwsu telah mengiyakan sedangkan di dalam
hatinya pendeta ini sesungguhnya sangat girang sekali, karena dia
memang ingin mengetahui siapa sebenarnya kedua orang tua si
gadis. Dan diapun ingin mengetahui sesungguhnya gadis ini
berasal dari aliran mana.
Saat itu si gadis telah berkata lagi, sedangkan kedua
tangannya tetap sibuk menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya
itu yang dipukul-pukulkan pada permukaan air telaga.
“Ayah dan ibuku yang bisa melakukan hal ini, dan aku baru
dua bulan yang lalu bisa melakukannya.........! Tetapi perahu ini
sudah dapat meluncur dengan cepat, bukan?”
“Cepat sekali, justru aku kuatir kalau-kalau perahu ini nanti
terbalik........” menyahuti Tat-mo Cauwsu.
Sedangkan di dalam hatinya dia berpikir, “Demikian cepat
dia mengatakan baru “agak cepat” sedangkan ayah ibunya dapat
melakukannya dengan cepat sekali......... Bagaimana perahu yang
biasa meluncur lebih cepat dari gerakan ini? Tentunya seperti
terbang?”
“Ayah dan ibuku sangat pandai menguasai perahu, mereka
bisa membuat perahu yang ditumpanginya itu selain melesat
sangat cepat sekali, dapat juga membuat perahu melompat-lompat
dan juga bisa meluncur menaiki air terjun........!”
“Apa?” tanya Tat-mo Cauwsu agak heran.

Tat Mo Cauwsu 577


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Perahu bisa menaiki air terjun........” menjelaskan si gadis


kecil itu lagi. “Kau tidak percaya........?”
“Tidak percaya?”
“Ya!”
“Sayang ayah dan ibuku tidak berada disini, jika tidak tentu
mereka bisa memperlihatkan contohnya kepada Taisu!” kata si
gadis.
“Jika perahu meluncur turun dari atas ke bawah ditirai air
terjun, mungkin juga bisa........ tetapi jika perahu menerjang air
tumpah itu untuk naik ke atas, bagaimana hal itu bisa terjadi?”
Mendengar pertanyaan Tat-mo Cauwsu, gadis kecil itu telah
tertawa lagi.
“Aku tidak berbohong, Taisu, apa yang kukatakan memang
dapat dilakukan oleh ayah dan ibuku.........”
“Jika begitu tentunya kedua orang tuamu itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali........”
“Ya........ mereka memang merupakan pendekar-pendekar
yang memiliki nama sangat besar dan juga disegani kawan dan
lawan..........” menyahuti gadis kecil itu.
Tetapi menyahuti sampai disitu, gadis kecil ini seperti
menyesal telah terlalu banyak bicara, maka katanya kemudian
dengan suara yang riang,
“Sudahlah, kita lebih baik bersenang-senang bermain perahu.
Mengapa harus membicarakan kedua orang tuaku itu?”
Dan dengan bersemangat sekali gadis kecil itu telah
menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya lebih cepat lagi
menepuk-nepuk permukaan air.

Tat Mo Cauwsu 578


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Maka segera terlihat perahu yang ditumpangi Tat-mo


Cauwsu dan gadis kecil itu telah meluncur semakin cepat saja
sampai sering kali ujung perahu itu terangkat-angkat naik dari
permukaan air seperti juga meluncur terbang.
Setidak-tidaknya Tat-mo Cauwsu merasa kagum atas
kepandaian gadis kecil yang muda usia ini menguasai perahunya.
“Memang jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh persilatan
lainnya, lwekang si gadis belum seberapa tinggi, tetapi
kepandaiannya menguasai perahu dengan mempergunakan
lwekang merupakan hal yang baru pertama kali ini
kulihat..........!” berpikir Tat-mo Cauwsu.
Dengan riang Tat-mo Cauwsu menemani gadis kecil itu
bermain perahu. Sampai akhirnya suatu saat dari arah tengah
telaga itu meluncur sebuah perahu lainnya. Perahu yang baru
mendatangi itu meluncur tidak begitu cepat.
Si gadis kecil itupun telah melihatnya, setelah
memperhatikan, dia melihat penunggang perahu itu dua orang
lelaki setengah baya, berusia di antara empatpuluh lima tahun.
“Mari kita permainkan mereka!” kata gadis kecil itu dengan
riang.
“Jangan.........” mencegah Tat-mo Cauwsu.
Tetapi gadis cilik itu tidak memperdulikannya, dia telah
menepuk-nepuk permukaan air dengan kayu pengayuhnya agak
dimiringkan. Perahu telah membelok dan meluncur lagi
memapaki perahu kedua lelaki setengah baya yang tengah
meluncur mendatangi itu.
Tat-mo Cauwsu menghela napas.
“Anak ini belum mengerti bahaya! Dia masih senang
mempermainkan orang lain….. Jika memang kedua orang itu

Tat Mo Cauwsu 579


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

senang bermain dengannya, tetapi jika tidak? Atau jika perahu


orang itu terbalik, bukankah timbul urusan?”
Tat-mo Cauwsu telah berpikir begitu bermaksud mencegah si
gadis meneruskan maksudnya itu. Tetapi dia melihat gadis kecil
tersebut telah menggerak-gerakkan kedua tangannya lebih cepat
dari sebelumnya.
Tampak perahu yang ditumpangi Tat-mo Cauwsu dan gadis
kecil itu telah meluncur semakin lama semakin cepat, memapak
kedatangan perahu yang ditumpangi kedua orang itu.
Kedua orang di dalam perahu yang baru mendatangi itu
semula memperlihatkan perasaan heran menyaksikan perahu
yang meluncur mendatangi dengan cepat sekali. Dia juga heran
melihat penumpangnya seorang pendeta asing dengan seorang
gadis kecil.
Yang membuat mereka heran justru mereka melihat pendeta
asing itu tenang-tenang duduk diam. Justru gadis kecil itu yang
telah menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya memukuli
permukaan air, membuat perahu itu meluncur cepat sekali.
Maksud si gadis ingin memotong meluncurnya perahu kedua
orang itu, agar kedua orang itu terkejut. Tetapi waktu gadis ini
menyilang dan tertawa-tawa, salah seorang di antara kedua
penumpang perahu itu menggerakkan kayu pengayuhnya, dia
telah menghantam ke arah buritan perahu si gadis.
Pukulan itu mengeluarkan angin yang berkesiuran. Si gadis
jadi terkejut, kalau sampai pukulan itu mengenai buritan
perahunya, di samping perahunya bisa rusak, juga bisa-bisa
perahu itu terbalik dan mereka, yaitu dia dan Tat-mo Cauwsu bisa
tercebur masuk ke dalam air telaga.
Gadis kecil itu mengeluarkan suara seruan kecil sambil
cepat-cepat menggerakkan kayu pengayuhnya memukul cepat.

Tat Mo Cauwsu 580


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Perahu meluncur lebih cepat. Tetapi justru kayu pengayuh


orang itu panjang sekali, dia tetap dengan pukulannya, sehingga
buritan perahu itu akan menjadi sasarannya.
Tat-mo Cauwsu sendiri terkejut.
Dia melihat orang itu memukul buritan perahu bukan dengan
mempergunakan tenaga biasa. Dibalik dari tenaga pukulan itu
seperti mengandung kekuatan ribuan kati, maka jika memang
pukulan itu berhasil mengenai buritan perahu, niscaya disamping
buritan perahu si gadis kecil ini akan rusak, juga akan membuat si
gadis itu tercebur ke dalam air.
Cepat-cepat Tat-mo Cauwsu memegang kedua tepian
perahunya dengan kedua tangannya.
Dikerahkan tenaga lwekang di kedua tangannya, maka
sambil menghentakkan dan mengeluarkan suara seruan kecil, Tat-
mo Cauwsu membuat perahunya 'terbang' meluncur cepat sekali
ke depan!
Dengan sendirinya pukulan kayu pengayuh dari orang itu
menghantam tempat kosong. Dia menghantam permukaan air
telaga yang muncrat dan membasahi mukanya sendiri........!
Keruan saja orang itu jadi marah, karena dia merasa dirinya
dipermainkan. Sedangkan kawannya yang seorang telah memutar
haluan perahunya mengejar perahu si gadis.
Tetapi gadis kecil itu tidak melarikan diri, dia membiarkan
perahunya diam menantikan kedua orang itu. Tadi waktu
perahunya itu 'terbang' meluncur terangkat dari permukaan air,
dia menganggap bahwa itu adalah hasilan tamparan kayu
pengayuhnya pada permukaan air.
Tentu saja gadis ini tambah gembira untuk melayani kedua
orang itu, yang ingin dipermainkan. Sama sekali dia tidak

Tat Mo Cauwsu 581


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mengetahui bahwa Tat-mo Cauwsu telah menolongnya secara


diam-diam.
Kedua orang itu telah mengayuh perahunya mendekati
perahu si gadis. Wajah mereka kurus tiga persegi seperti muka
tikus, terlebih lagi dengan memelihara kumis yang tipis dan
janggut yang panjang tipis, keadaan mereka tidak sedap dilihat.
Salah seorang yang duduk di ujung perahu yang dekat
dengan perahu si gadis, telah berkata dengan suara yang tidak
enak didengar oleh telinga,
“Monyet kecil........!” katanya dengan suara yang garang.
“Mengapa engkau mempermainkan kami?”
“Mempermainkan? Sama sekali aku tidak mempermainkan!
Hanya kalian sebangsa lutung-lutung tolol yang tidak dapat
mengendalikan perahu kalian dengan baik!” menyahuti gadis
kecil itu.
Mendengar perkataan gadis itu, kedua orang itu jadi tambah
tidak senang. Yang seorang tadi memanggil si gadis dengan
sebutan kasar monyet kecil, tetapi sekarang justru mereka telah
dipanggil sebagai lutung-lutung, keruan saja membuat mereka
jadi tambah mendongkol.
Belum pernah ada orang yang berani bersikap kurang ajar
terhadap mereka. Tetapi kini seorang gadis kecil telah berani
menyebut mereka sebagai lutung........! Maka bisa dibayangkan
perasaan mendongkol dan marah kedua orang itu.
Yang tadi telah menegur, kembali membentak dengan suara
yang dingin mengandung kemarahan,
“Kau berani bicara begitu lancang dan kurang ajar. Apakah
engkau mengetahui tengah berhadapan dengan siapa?”

Tat Mo Cauwsu 582


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Si gadis kecil itu tersenyum lincah dan lucu, katanya dengan


tenang tidak memperlihatkan perasaan takut sedikitpun juga,
“Sudah kukatakan bahwa engkau lutung-lutung tolol!
Mengapa kalian menanyakan lagi? Aku sudah jelas mengetahui
tengah menghadapi lutung-lutung tolol seperti kalian........!”
Dan setelah menyahuti seperti itu, si gadis menggerakkan
kayu pengayuhnya. Dia telah menepuk permukaan air telaga,
maksudnya ingin meninggalkan kedua orang itu, karena hatinya
telah puas berhasil memaki dan mempermainkan kedua orang itu.
Perahu meluncur dengan cepat.
Tetapi kedua orang berusia setengah baya itu tidak mau
membiarkan si gadis berlalu begitu saja, mereka telah
mengeluarkan seruan hampir berbareng,
“Hai, jangan pergi........!” dan keduanya sibuk mengayuh
perahu mereka.
Melihat perahu si gadis bergerak meluncur cepat di
permukaan air, mereka jadi penasaran. Keduanya telah
mengeluarkan lwekangnya, dan telah mengayuh dengan kuat
sekali, setiap hentakan mereka membuat perahu meluncur secepat
terbang.
Si gadis jadi kaget melihat dia tidak bisa melepaskan diri dari
kejaran kedua orang itu. Dengan cepat dia telah bergerak
memukuli permukaan air lebih keras. Tat-mo Cauwsu merasa
kasihan melihat keadaan si gadis kecil, dia jadi tersenyum.
Dan diam-diam Tat-mo Cauwsu telah memegang ke dua
tepian perahu. Sambil mengeluarkan seruan-seruan, dia telah
menyalurkan kekuatan lwekangnya, maka di saat itu perahu
meluncur pesat sekali bagaikan terbang di permukaan air telaga.

Tat Mo Cauwsu 583


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dalam waktu yang singkat sekali perahu kedua orang itu


telah tertinggal jauh. Tetapi gadis kecil itu tidak mengetahui
bahwa semua itu adalah bantuan Tat-mo Cauwsu yang dilakukan
secara diam-diam. Dia menduga bahwa semua ini berkat
pukulan-pukulan kayu pengayuhnya yang memang telah
dipercepat.
“Lihatlah Taisu.......... tidakkah kepandaianku sangat menarik
sekali? Apakah Taisu tidak merasakan, perahu seperti terbang di
atas permukaan air?”
Tat-mo Cauwsu mengangguk.
“Ya, ya, kau hebat sekali, nak........!” menyahuti Tat-mo
Cauwsu sambil tersenyum lebar, senang dia melihat gadis kecil
itu gembira sekali.
Tetapi kedua lelaki setengah baya itu tampaknya tidak mau
melepaskan si gadis, mereka tetap mengayuh dengan cepat
melakukan pengejaran.
“Kita harus meninggalkan mereka, Taisu! Kau lihat
bukankah tadi mereka telah marah........ muka mereka jadi
menakutkan sekali! Kita harus menjauhi diri dari mereka.........!”
“Jika kini kau mengetahui takut, mengapa tadi kau
mempermainkan mereka?” tanya Tat-mo Cauwsu.
“Kukira mereka bukan sebangsa manusia yang cepat
marah........!” menyahuti si gadis.
“Ihhhh, kalau aku tahu mereka itu sebangsa manusia
pemarah, tentu aku tidak mau mengajak mereka main-main........!
Tunggu dulu Taisu, biar aku menjauhi diri dulu dari mereka,
nanti setelah mereka tidak bisa mengejar kita, baru kita main-
main perahu lagi.........!”

Tat Mo Cauwsu 584


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah berkata begitu, si gadis telah menggerak-


gerakkan kayu pengayuhnya.
Tampaklah dia ingin menjauhi diri dari kejaran kedua orang
itu, tetapi walaupun dia telah mengerahkan tenaganya, tokh tetap
saja tidak bisa membuat perahunya melesat secepat tadi tanpa
bantuan Tat-mo Cauwsu.
Diam-diam Tat-mo Cauwsu sendiri telah berpikir, “Biarlah
kedua orang itu berhasil menyusul, aku ingin melihat apa yang
hendak dilakukan mereka. Dan yang terutama sekali, agar
menjadi pelajaran bagi gadis kecil ini, supaya dilain saat tidak
terlalu nakal.......... dan tidak terlalu iseng menjaili orang lain!”
Karena berpikir begitu Tat-mo Cauwsu telah berdiam diri
saja sehingga si gadis jadi panik juga. Karena walaupun dia telah
menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya memukul agak keras
pada permukaan air, perahu hanya dapat meluncur cepat, tetapi
tidak secepat tadi waktu Tat-mo Cauwsu membantunya.
“Aneh........ apakah aku telah letih dan tenagaku habis?”
menggumam gadis kecil itu. “Aku tidak bisa membuat perahu ini
meluncur lebih cepat lagi.........”
Karena memiliki dugaan tenaganya telah habis, gadis ini
mengeluarkan seluruh kekuatannya.
Tetapi tepukan kayu pengayuhnya itu tetap saja hanya bisa
membuat perahu itu meluncur dalam batas-batas kecepatan yang
telah tertentu. Sedangkan kedua orang yang mengejarnya, telah
mempergunakan tenaga lwekang mereka, menyalurkan pada kayu
pengayuh, maka setiap kali mereka mengayuh dan mendorong,
dengan meminjam tenaga dorongan itu, telah membuat perahu
mereka meluncur dengan cepat sekali.
Semakin lama jarak antara si gadis dengan perahu orang itu
telah semakin dekat. Keadaan demikian membuat gadis cilik itu

Tat Mo Cauwsu 585


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

jadi tambah panik sampai dia berkeringat karena terlalu cepat


memukulkan kayu pengayuhnya di permukaan air.
Sesungguhnya Tat-mo Cauwsu merasa kasihan melihat
keadaan gadis kecil itu. Tetapi pendeta India ini bermaksud
memberikan pelajaran kepada gadis kecil ini, agar dilain waktu
dia tidak terlalu iseng menjaili orang yang tidak dikenalnya.
Maka Tat-mo Cauwsu telah melihati saja dengan berdiam diri.
Sedangkan perahu kedua orang itu meluncur semakin lama
semakin mendekati perahu si gadis. Mungkin tidak lama lagi,
perahu kedua orang itu akan dapat menyusulnya.
“Celaka Taisu!” berseru gadis kecil itu agak panik dan
gugup.
“Kenapa?” tanya Tat-mo Cauwsu pura-pura memperlihatkan
sikap tidak tenang.
“Mereka tentu bisa menyusul kita..........!” kata si gadis kecil
agak panik.
“Jika mereka bisa menyusul kita biarkan saja, mengapa kita
harus gugup?” tanya Tat-mo Cauwsu sambil tersenyum, “Paling
tidak mereka hanya melewati perahu kita?”
“Enak saja Taisu bicara begitu......... jika mereka berhasil
menyusul kita, celakalah kita! Taisu tidak lihat, mereka itu tengah
marah!
“Jika nanti kepala kita dihantam dengan kayu pengayuh,
tentu kita akan celaka! Untuk aku masih lebih baik, mungkin aku
bisa melawannya dengan mempergunakan ilmu silat yang
kumiliki!
“Atau kalau aku kalah, aku bisa terjun ke dalam air dan
selulup untuk bersembunyi menghindarkan diri dari mereka!
Tetapi Taisu? Bagaimana nanti keadaan Taisu?”

Tat Mo Cauwsu 586


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mendengar perkataan si gadis, diam-diam Tat-mo Cauwsu


berpikir di dalam hatinya, “Gadis kecik ini baik-hatinya.........
dalam keadaan demikian masih sempat dia memikirkan
keselamatan diriku.........!”
Berpikir begitu Tat-mo Cauwsu jadi tersenyum dan
menyahuti perkataan si gadis, “Soal diriku tidak perlu kau
pikirkan, karena jika sampai terpaksa aku tercebur ke dalam
telaga ini, bisa saja aku berenang.........!”
Sengaja Tat-mo Cauwsu berkata begitu, karena dia ingin
menenangkan hati si gadis kecil tersebut.
Sedangkan gadis cilik itu telah sibuk sekali menggerakkan
kayu pengayuhnya, berulang kali dia telah berkata,
“Tetapi jika mereka berani mengganggu kita, kedua orang
tuaku tentu tidak akan mau mengerti......... Mereka tentu akan
dihajar oleh kedua orang tuaku!” waktu menggumam begitu,
tampaknya si gadis demikian yakin.
Tat-mo Cauwsu tersenyum, sedangkan di dalam hatinya
berkata, “Gadis cilik ini besar hatinya, dia berani sekali. Tetapi
tampaknya dia terlalu mengandalkan kedua orang tuanya yang
mungkin sangat ternama. Tetapi mana mungkin kedua orang
tuanya itu menolonginya dalam keadaan dia seperti ini, bukankah
kedua orang tuanya tidak berada disini?”
Saat itu perahu kedua lelaki setengah baya itu telah meluncur
dekat sekali, muka mereka memperlihatkan sikap yang sinis dan
mengejek, bahkan salah seorang di antara mereka telah berkata,
“Monyet kecil, jangan harap engkau bisa meloloskan diri
dari tangan kami..........!”
Dan memang perahunya telah sampai di pinggir perahu si
gadis kecil. Orang itu telah memandang dengan tajam kepada

Tat Mo Cauwsu 587


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

gadis kecil tersebut dan Tat-mo Cauwsu bergantian, lalu kepada


gadis kecil itu dia berkata dengan suara yang nyaring,
“Cara engkau mempergunakan kayu pengayuh itu untuk
meluncurkan perahumu merupakan kepandaian tersendiri dari
majikan pulau Cie-hung-to, masih ada hubungan apa antara kau
dengan Pai Cing Han?”
Gadis kecil itu telah tertawa dengan suara yang dingin,
katanya dengan suara yang berani, “Kalian kenal ayahku? Hemm,
jika kemikian, mengapa kalian masih berani berlaku kurang ajar
kepadaku?”
Muka kedua orang lelaki bermuka seperti potongan tikus itu
jadi berobah, dia telah memandang satu dengan yang lain,
kemudian orang yang tadi berkata itu telah bilang dengan suara
ragu-ragu,
“Engkau putri dari Pai Cing Han?”
“Tepat!” menyahut si gadis kecil dengan memperlihatkan
sikap yang gagah karena dia tahu kedua orang lelaki setengah
baya itu agak gentar setelah mengetahui dia Putri Pai Cing Han.
Tetapi lelaki yang seorangnya telah berkata dengan suara yang
parau,
“Kepalang tanggung terlanjur kita telah mengejarnya,
binasakan saja........ Urusan dengan Pai Cing Han bisa kita urus
nanti! Kita katakan saja putrinya ini mengalami kecelakaan disaat
sedang main perahu dan tenggelam di air telaga ini! Bagus,
bukan?”
Tetapi orang yang pertama tadi masih ragu-ragu, dia melirik
kepada Tat-mo Cauwsu.
“Pendeta ini tampaknya pendeta asing,” katanya kemudian
kepada si gadis kecil itu. “Apakah dia tamu ayahmu?”

Tat Mo Cauwsu 588


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Bukan, dia tamuku, tadi aku mengundangnya agar dia mau


main perahu bersamaku........!” polos si gadis memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya.
Mendengar itu, lega hati kedua orang tersebut. Mereka telah
saling pandang dan kemudian saling tersenyum penuh arti.
“Baiklah nona kecil, sebenarnya kau telah mengganggu kami
terlebih dulu, dan kami tidak mempersakiti kau, bukan? Nanti
setelah engkau kembali ke tempat ayahmu, apakah engkau akan
menceritakan hal ini kepada orang tuamu?”
“Tentu! Tentu saja! Agar kalian diberi hajaran!” sahut si
gadis kecil itu dengan suara nyaring.
Sesungguhnya dia menyahuti seperti itu dengan maksud
untuk menggertak saja kedua orang itu, namun tanggapan orang-
orang itu justru lain. Sebetulnya jika saja si gadis memberikan
jawaban bahwa dia tidak akan menarik panjang urusan ini dan
juga memang tidak mengetahui siapa adanya kedua orang itu,
mungkin urusan akan habis sampai disitu saja........
Tetapi dengan jawaban itu, justru telah membuat kedua
orang itu berobah wajahnya jadi semakin tidak enak dilihat.
Orang yang bertanya tadi telah tertawa dingin, dia bilang dengan
suara yang tawar,
“Hmmmm, jika demikian terlanjur kami telah
mengganggumu, lebih baik kau kubinasakan saja!”
Gadis kecil itupun rupanya mengetahui bahwa dia telah
kesalahan bicara, maka cepat-cepat dia berkata,
”Jika sekarang kalian mau pergi dan tidak menggangguku,
tentu nanti aku akan memberitahukan kepada ayah dan ibuku
bahwa kalian adalah dua orang paman yang sangat baik
hati........!”

Tat Mo Cauwsu 589


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi kedua orang itu tahu bahwa gadis kecil ini hanya ingin
mengelakkan diri dari mereka, maka mereka tidak mempercayai
penuh perkataan itu.
“Tidak bisa kami mempercayai perkataanmu, lebih baik
engkau dihabiskan saja, dibinasakan dan ditenggelamkan ke dasar
telaga ini, sehingga kami tidak perlu menerima ancaman kelak
dikemudian hari........!”
“Beranikah kalian mencelakai kami?” tanya gadis itu dengan
suara setengah tidak mempercayai.
Karena dia tahu kedua orang itu tentu mengetahui bahwa
ayah dan ibunya merupakan orang-orang ternama yang disegani
oleh semua jago-jago di dalam rimba persilatan. Dan juga
tentunya kedua orang inipun tidak akan berani membentur orang
tuanya.
Tetapi kedua orang itu telah saling pandang sejenak,
kemudian tampak mereka telah menggerakkan kayu
pengayuhnya, tampaknya mereka ingin melancarkan serangan
dengan mempergunakan kayu pengayuhnya itu.
Si gadis juga terkejut melihat sikap kedua orang itu, dia
cepat-cepat berseru, “Kalian…….”
Tetapi suaranya belum lagi selesai diucapkan, justru kedua
batang kayu pengayuh itu telah bergerak menyambar. Yang
seorangnya telah menggerakkan kayu pengayuhnya ke arah
kepala si gadis, sedangkan yang seorangnya lagi telah
menggerakkan menghantam kepala Tat-mo Cauwsu.
Serangan yang dilakukan kedua orang itupun bukan
merupakan serangan yang ringan, karena mereka melancarkan
serangan dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalam yang
cukup tinggi. Angin serangan itu berkesiuran kuat sekali.

Tat Mo Cauwsu 590


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu yang melihat hal ini jadi merasa kurang


senang, karena dia melihat kedua orang ini cukup telengas dan
juga kejam hatinya. Terhadap seorang gadis kecil seperti itu saja
mereka telah melancarkan serangan dengan mempergunakan
jurus yang mematikan dan maksud mereka tentu untuk
membinasakan si gadis guna menutup mulutnya.
Waktu itu kayu yang menyambar ke arah Tat-mo Cauwsu
telah tiba dekat sekali, pendeta ini karena memang merasa tidak
senang kepada kedua orang tersebut, telah mengulurkan tangan
kirinya. Tahu-tahu dia telah dapat mencekal pinggiran kayu
pengayuh itu.
Orang itu terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan
seruan kaget dan ingin menarik kayu pengayuhnya lagi. Tetapi
sedikitpun kayu pengayuh yang dicekal oleh Tat-mo Cauwsu
tidak bergeming.
Sedangkan kawannya yang tengah melancarkan serangan
dengan kayu pengayuhnya kepada si gadis, telah mendengar
seruan kaget kawannya itu. Dia membatalkan serangannya dan
cepat-cepat menoleh.
Diwaktu itu bersamaan dengan dia menoleh, Tat-mo Cauwsu
tengah mendorong sambil disertai suara gumamnya, “Pergilah
kau!”
Dorongan yang dilakukan Tat-mo Cauwsu tampaknya
perlahan sekali, tetapi tenaga yang mendorong dari pendeta ini
kuat sekali. Tanpa bisa mempertahankan diri lagi tampak tubuh
orang itu doyong ke belakang dan seperti didorong oleh sesuatu
kekuatan yang tidak terlihat, tubuhnya telah terhuyung beberapa
tindak lalu tercebur ke dalam telaga!
Air telah muncrat kesana kemari karena tertimpah tubuh
orang itu. Kawannya jadi tidak meneruskan pukulannya kepada si

Tat Mo Cauwsu 591


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

gadis, dia telah mengayuh perahunya sambil mengulurkan


tangannya, menyambar tangan kawannya.
Dengan mempergunakan gerakan “Lee-ie-ta-teng” atau “Ikan
gabus Meletik”, tampak tubuh orang yang tadi tercebur ke dalam
telaga itu telah melompat naik ke atas perahu pula. Tetapi
tubuhnya telah basah kuyup, walaupun dia tidak menderita luka.
Dengan roman muka mengandung kegusaran yang sangat
kedua orang itu telah mengawasi si pendeta India tersebut. Malah
salah seorang di antara mereka telah menegur,
“Siapakah kau, Taisu…….?” tegur mereka. “Kami Jie-liong-
kim-hay (Dua Naga dari Lautan Emas) tidak pernah memiliki
hubungan dan sangkut-paut denganmu........, mengapa engkau
mencampuri urusan kami?! Rupanya kaupun tidak memiliki
kepandaian yang rendah!”
Mendengar disebutnya nama julukan kedua orang itu, muka
si gadis jadi pucat. Jie-liong-kim-hay merupakan dua jago yang
menguasai telaga ini, mereka memang telah malang melintang di
tempat tersebut selama belasan tahun tanpa pernah menemui
tandingan. Bahkan ayah si gadis sering menceritakan kepadanya
prihal kedua jago ini.
Tetapi melihat Tat-mo Cauwsu dengan mudah dapat
mendorong rubuh lawannya yang seorang itu, si gadis jadi
berbesar hati kembali, dia telah tertawa.
“Taisu, rupanya engkau memiliki kepandaian yang
tinggi........” bilangnya, “Bagus! Bagus! Hajar mereka berdua itu
Taisu, agar mereka tahu adat........”
Tat-mo Cauwsu tersenyum mendengar perkataan si gadis
yang nakal ini. “Jika mereka tidak mendesak kita, biarkan saja!”
kata Tat-mo Cauwsu. “Tetapi jika memang mereka melakukan

Tat Mo Cauwsu 592


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

perbuatan jahat, walaupun mereka meminta ampun, tentu Siauw-


ceng tidak akan mengampuninya..........!”
“Justru mereka dua orang jahat besar yang selalu melakukan
perbuatan-perbuatan jahat! Kedua orang tuaku justru ingin
mencari mereka, maka kami telah datang ke tempat ini!”
Sengaja si gadis telah berkata begitu, karena dia mendengar
bahwa Tat-mo Cauwsu baru mau menghajar mereka jika kedua
orang itu penjahat adanya.
Muka Jie-liong-kim-hay telah berobah gusar, mereka marah
sekali kepada gadis itu.
Tetapi melihat si pendeta dari India itu tampaknya memiliki
kepandaian yang tinggi mereka jadi tidak berani berlaku ceroboh.
Saat itu salah seorang di antara mereka telah berkata,
“Taisu jika memang engkau dengan pihak keluarga Pai tidak
memiliki hubungan apa-apa, jangan engkau mencampuri urusan
kami..........!”
Tat-mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
tetap dalam keadaan duduk.
“Siancai! Siancai! Walaupun aku memang tidak kenal kedua
orang tua nona kecil ini, namun segala perbuatan jahat tidak bisa
kusaksikan dengan berpeluk tangan saja.......... Jika memang tuan-
tuan tidak memiliki urusan lainnya, silahkan pergi........!”
Tetapi Jie-liong-kim-hay berdua memang sedang
mendongkol dan penasaran. Salah seorang di antara mereka tadi
telah kena diceburkan, dan hal itu mereka anggap karena mereka
kurang waspada, maka sekarang mana mau mereka ngeloyor
pergi begitu saja seperti si pecundang?
Jika urusan ini tersiar, bukankah nama mereka yang terkenal
itu akan rusak dan kelak orang-orang persilatan akan mengatakan

Tat Mo Cauwsu 593


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

bahwa Jie-liong-kim-hay merupakan manusia-manusia tidak


punya guna. Merekapun akan dipandang rendah oleh jago-jago
rimba persilatan.
Karena berpikir begitu, salah seorang di antara kedua Naga
dari Lautan Emas itu telah berkata dengan suara yang dingin,
“Kami selalu berlaku lunak kepada orang-orang yang tidak
kami kenal, kami selalu memberikan kesempatan kepada lawan-
lawan kami agar segera berlalu dari hadapan kami sebelum kami
turun tangan! Tetapi jika Taisu memang bandel dan keras,
janganlah Taisu menyesali kami........!”
Berkata sampai disitu, tampak kedua orang itu bersiap-siap,
karena tangan kanan mereka telah mencekal gagang pedang yang
terselip di atas punggung mereka masing-masing, dengan
bersuara “Sringgg........!” mereka telah mencabut keluar pedang
mereka masing-masing.
Si gadis kecil yang melihat hal ini telah tertawa, dia
bukannya takut, bahkan sebaliknya menjadi girang melihat akan
adanya keramaian yang segera terjadi.
“Lihatlah Taisu, mereka manusia-manusia jahat, sedikit saja
kita salah, mereka tentu main bunuh!” kata si nona kecil itu
dengan suara yang nyaring.
Tat-mo Cauwsu tertawa.
“Baiklah, aku akan menemani kalian untuk main-main
beberapa jurus..........!” kata Tat-mo Cauwsu kemudian dengan
suara yang sabar. “Dan Siauw-ceng juga akan meminta
pengajaran dari kalian.........!” Setelah berkata begitu, tampak Tat-
mo Cauwsu mengambil sikap bersiap sedia, dan tetap tenang di
tempatnya.

Tat Mo Cauwsu 594


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sedangkan kedua orang Jie-liong-kim-hay tersebut telah


menggerakkan pedang mereka dengan gerakan yang cepat sekali,
dua sinar perak yang panjang telah menyambar ke arah Tat-mo
Cauwsu. Mata si gadis kecil itu jadi silau, dia juga berkuatir
untuk keselamatan Tat-mo Cauwsu, sampai nona kecil itu telah
mengeluarkan suara teriakan tertahan.
Tetapi Tat-mo Cauwsu yang menyaksikan kedua orang Jie-
liong-kim-hay tersebut yang begitu turun tangan telah
melancarkan tabasan dan tikaman yang demikian telengas tentu
saja membuat dia jadi mendongkol juga.
Namun sebagai seorang yang berilmu tinggi, dia tidak mau
menurunkan tangan yang keras. Pendeta ini hanya mengulurkan
tangan kanannya, dengan mempergunakan jari telunjuknya, dia
telah menyentil pedang lawannya.
“Tringgg........!” kedua batang pedang itu sekaligus telah
berhasil disentilnya. Disaat mana tampak kedua batang pedang
itu telah terpental keras, hampir saja balik menyambar ke
majikannya masing-masing.
Untung saja Jie-liong-kim-hay memiliki gin-kang dan mata
yang awas, maka mereka cepat-cepat memiringkan kepala
mereka sambil mengerahkan tenaga lwekang mereka pada tangan
mereka masing-masing untuk menahan bergeraknya pedang itu.
Dengan demikian muka mereka yang nyaris menjadi korban dari
senjata mereka sendiri bisa dihindarkan.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
sabar,
“Kalian memang dua manusia yang berhati jahat, kalian telah
berusaha mencelakai kami........!” katanya. “Dan kukira dua orang
manusia jahat seperti kalian harus menerima ganjaran yang

Tat Mo Cauwsu 595


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

setimpal. Maafkan, Siauw-ceng akan turun tangan agak


keras.........!”
Jie-liong-kim-hay waktu itu juga tengah penasaran sekali,
mereka tidak mengerti mengapa pendeta dari India ini memiliki
kepandaian yang begitu tinggi. Dan sekarang mendengar
perkataan dari pendeta tersebut, mereka jadi tambah mendongkol.
Dengan mengeluarkan suara teriakan nyaring, tahu-tahu
pedang mereka masing-masing telah menyambar dengan
kekuatan lwekang yang menyelubungi kedua batang pedang
mereka. Kemudian tampak kedua batang pedang itu berkelebat
menyambar ke arah leher dan dada Tat-mo Cauwsu.
Tetapi Tat-mo Cauwsu tetap berdiri tenang di tempatnya,
waktu kedua batang pedang itu menyambar telah dekat, dia hanya
berkelit dengan menggerakkan sedikit tubuhnya. Dan bersamaan
dengan itu, dia juga telah membarengi dengan menggerakkan
tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Tat-mo Cauwsu sangat cepat
sekali dan sulit dilihat jelas oleh mata biasa. Dengan
mengeluarkan suara,
“Bukkk........!” dua kali tampak tubuh kedua orang itu telah
terpental keras sekali ke tengah udara terlempar keluar dari
perahu mereka, dan tercebur ke dalam air, sehingga air itu
muncrat berhamburan seperti juga bunga air yang tampak indah
sekali.
Si gadis cilik yang menyaksikan peristiwa ini jadi
memperdengarkan suara bersorak yang nyaring, tampaknya dia
girang bukan main. Malah dia telah berjingkrak beberapa kali
menunjukkan kegembiraan hati yang meluap, sampai perahu itu
bergoyang goyang.

Tat Mo Cauwsu 596


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu bersenyum, dengan suara yang sabar telah


berkata kepada Jie-liong-kim-hay yang waktu itu tengah
merangkak menaiki perahu mereka lagi. Tubuh mereka tampak
basah kuyup.
“Kalian berdua pergilah, lain kali jangan mengganggu
manusia baik-baik lagi......... Siauw-ceng mau mengampuni jiwa
kalian…..!”
Tetapi Jie-liong-kim-hay yang telah mengalami peristiwa
yang tidak menggembirakan hati mereka itu jadi penasaran bukan
main dan telah mencekal pedang mereka masing-masing dengan
kuat.
“Taisu, siapa gelaranmu?” tanya mereka.
Tat-mo Cauwsu tersenyum melihat Jie-liong-kim-hay
tampaknya masih penasaran seperti itu.
“Siauw-ceng bergelar Tat-mo Cauwsu........!” kata Tat-mo
Cauwsu.
Jie-liong-kim-hay baru pertama kali ini mendengar nama
Tat-mo Cauwsu, mereka tidak pernah mendengar sebelumnya.
Maka mereka masih tidak mengetahui siapa adanya Tat-mo
Cauwsu ini. Mereka telah mengeluarkan suara tertawa dingin,
salah seorang di antara mereka telah berkata,
“Tadi kami berlaku kurang hati-hati, sehingga kami bisa
dirubuhkan oleh Taisu. Baiklah, sekarang kami hendak meminta
pengajaran pula dari Taisu.........!”
Dan setelah berkata begitu, cepat bukan main dia telah
menggerakkan pedangnya menerjang kepada Tat-mo Cauwsu
lagi. Sambil melompat menerjang begitu, pedangnya telah
digerakkan untuk menikam ke ulu hati Tat-mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 597


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Yang seorang lagi dari Jie-liong-kim-hay juga telah


mengeluarkan suara raungan seekor singa, dengan muka yang
merah padam diliputi kemarahan. Tampak dia telah menyambar
juga ke arah Tat-mo Cauwsu sambil memutar pedangnya
melindungi tubuhnya.
Tat-mo Cauwsu jadi mendongkol juga melihat kebandelan
kedua orang itu. Dengan mengeluarkan suara tertawa kecil, dia
mengebutkan ujung jubahnya, sambil mengerahkan sebagian
tenaga lwekangnya untuk menyampok sekaligus kepada kedua
orang itu.
Seketika itu juga Jie-liong-kim-hay merasakan tubuh mereka
seperti disampok oleh suatu kekuatan yang luar biasa dahsyatnya.
Dan kekuatan itu telah membuat gerakan mereka seperti
terhambat.
Salah seorang Jie-liong-kim-hay, yang bergerak lebih dulu
dan tengah menikamkan pedangnya ke arah Tat-mo Cauwsu,
tergempur lebih dulu. Tubuhnya kembali terpental dan berpok-
say di tengah udara tiga kali lalu meluncur turun dan kakinya
telah cepat-cepat menotol ujung kepala perahunya, sehingga
tubuhnya telah melambung lagi ke tengah udara.
Dan sambil berbuat begitu, seperti juga seekor burung
rajawali, dengan mengandalkan tenaga pinjaman dari totolan
ujung kakinya tadi, dia telah menyambar lagi kepada Tat-mo
Cauwsu. Gerakan yang dilakukannya itu manis sekali, dan telah
membuat Tat-mo Cauwsu memuji, “Bagus..........!” Lalu berkelit
dari samberan pedang lawannya yang seorang ini.
Sedangkan Jie-liong-kim-hay yang seorang lagi, terkena
gempuran tenaga sin-kang Tat-mo Cauwsu, telah tercebur
kembali di air telaga. Melihat tikamannya kembali mengenai
tempat kosong, Jie-liong-kim-hay yang seorang itu, yang
tubuhnya tetap meluncur menyambar, telah merobah gerakan

Tat Mo Cauwsu 598


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

pedangnya hanya dalam beberapa detik itu saja, pedangnya telah


berkesiuran menyambar akan menabas batang leher Tat-mo
Cauwsu.
Sekarang tampaknya kesabaran Tat-mo Cauwsu telah habis.
Dengan mengeluarkan seruan perlahan, tahu-tahu pendeta dari
India ini telah menggerakkan tangan kanannya, menuju ke dada
lawannya.
Pukulan telapak tangan yang dilakukan Tat-mo Cauwsu
tersebut bukan serangan sembarangan. Karena pada telapak
tangannya itu terlihat uap tipis dan kulit telapak tangan yang
memerah, maka hal itu menandakan bahwa Tat-mo Cauwsu telah
mengerahkan tenaga sin-kangnya pada telapak tangannya.
Jie-liong-kim-hay yang seorang itu kaget bukan kepalang
waktu menyaksikan keadaan telapak tangan lawannya. Dia
menyadari apa artinya semua itu, yaitu telapak tangan yang bisa
mendatangkan kematian buatnya, jika saja dia terlambat
mengelakkan diri.
Dengan cepat dan tergesa-gesa dia menarik pulang
pedangnya, kemudian ia mengerahkan tenaganya, kakinya
menotol ke atas perahu. Tubuhnya melompat ke tengah udara
lebih tinggi dengan meminjam tenaga totolan pada perahunya, dia
berjumpalitan bermaksud menghindarkan diri dari pukulan
telapak tangan Tat-mo Cauwsu.
Tetapi pukulan telapak tangan Tat-mo Cauwsu telah
menyambar dekat sekali dan cepat, waktu tubuh Jie-liong-kim-
hay yang seorang itu berpok-say lagi di tengah udara, pendeta ini
mengeluarkan suara, “Hmmm!”
Perlahan tahu-tahu dia memutar telapak tangannya itu seperti
juga jari-jari tangannya mengaduk ke arah bawah, dan ibu jarinya
menyentuh dada dari lawannya. Sentuhan itu tampaknya perlahan

Tat Mo Cauwsu 599


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali, tetapi hebat kesudahannya, karena ibu jari yang


mengandung kekuatan tenaga sin-kang itu melebihi hebatnya dari
senjata tajam mana saja.
Dengan mengeluarkan suara jeritan yang mengenaskan,
tampak tubuh Jie-liong-kim-hay yang seorang itu telah meluncur
turun dan tercebur di air telaga. Diapun segera pingsan tidak
sadarkan diri.
Jie-liong-kim-hay yang seorangnya lagi, cepat-cepat
mengayuh perahunya yang meluncur mendekati temannya itu,
dan segera menolonginya. Selama itu Tat-mo Cauwsu dan si
gadis kecil hanya mengawasi saja, dan si gadis kecil itu beberapa
kali telah tertawa seperti juga mengejek kepada kedua Jie-liong-
kim-hay tersebut.
Setelah menerima pertolongan dari kawannya itu, Jie-liong-
kim-hay yang seorang itu tersadar dari pingsannya. Tetapi
mukanya waktu itu pucat pias, karena dia terluka di dalam yang
cukup berat, sebab hampir sebagian dari tenaga dalam yang
dimilikinya telah terpunahkan oleh totokan ibu jari tangan Tat-mo
Cauwsu.
Dengan muka merah padam Jie-liong-kim-hay yang seorang
lagi, telah memandang bengis kepada Tat-mo Cauwsu, dengan
suara mengandung dendam dia telah berkata,
“Hemmm, sungguh bagus sekali Taisu turunkan tangan
demikian berat kepada temanku......... Tetapi kami Jie-liong-kim-
hay tidak akan mau sudah sampai disini saja.......... Kelak kami
akan minta pengajaran lagi dari Taisu..........!”
Dan setelah berkata begitu, Jie-liong-kim-hay yang seorang
ini telah mengayuh perahunya, yang meluncur cepat
meninggalkan tempat tersebut.

Tat Mo Cauwsu 600


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aha, monyet-monyet busuk akhirnya angkat kaki


juga.........” berseru gadis kecil itu dengan suara yang nyaring dan
bertepuk-tepuk tangan. Tampaknya dia gembira sekali sehingga
dia pun bersorak dengan suara yang nyaring dan tubuh yang
berjingkrakan.
Tetapi Jie-liong-kim-hay tidak melayani ejekan dari gadis
she Pai tersebut, karena mereka menyadari tidak mungkin bisa
menghadapi Tat-mo Cauwsu. Perahu mereka telah meluncur terus
dan tidak lama kemudian telah lenyap dari penglihatan Tat-mo
Cauwsu dan si gadis cilik itu.
Waktu itu Tat-mo Cauwsu telah mengajak si gadis cilik she
Pai tersebut untuk bermain-main perahu lagi.
Dengan riang si gadis cilik she Pai tersebut telah mengayuh
pula perahunya meluncur dengan pesat sekali di permukaan air
telaga tersebut. Sebagai seorang pendeta yang memiliki
kepandaian tinggi, Tat-mo Cauwsu menyadari sesungguhnya
tidak mudah meluncurkan perahu dengan cara seperti yang
dilakukan gadis cilik she Pai tersebut, setidaknya harus memiliki
keahlian yang terlatih sekali.
Beberapa kali pendeta ini telah memuji gadis cilik tersebut,
sehingga si nona she Pai itu jadi kegirangan. Cukup lama mereka
bermain perahu di telaga tersebut, dan setelah puas, Tat-mo
Cauwsu dan gadis kecil itu kembali ke daratan.
Tetapi baru saja mereka turun ke darat dan nona cilik she Pai
tersebut menambatkan perahunya, waktu itu terdengar suara
seseorang berkata, “Kukira mereka akan segera mendarat........!”
Suara itu suara yang dalam dan parau sekali.
“Ya......... tidak lama lagi mereka tentu akan mendarat........!”
menyahuti suara yang lainnya.

Tat Mo Cauwsu 601


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu seperti kenal dengan suara orang yang kedua


itu, dia merasa seperti suara salah seorang dari kedua Jie-liong-
kim-hay. Waktu itu, tampak dua sosok tubuh yang baru keluar
dari balik gerombolan pohon-pohon yang tumbuh lebat di tepi
telaga tersebut.
Dan apa yang diduga oleh Tat-mo Cauwsu memang tepat,
salah seorang dari kedua orang itu adalah Jie-liong-kim-hay yang
tidak terluka, dan bersamanya itu seorang lelaki tua berusia antara
tujuhpuluh tahun dengan jenggot dan kumis yang tumbuh
panjang dan memutih.
Jie-liong-kim-hay yang seorang itupun telah melihat Tat-mo
Cauwsu dan si gadis cilik she Pai tersebut, dia telah menunjuk,
“Lihatlah!” katanya dengan suara yang nyaring. “Itulah
mereka........!”
Lelaki tua berkumis dan berjenggot panjang itu telah
menoleh dan memandang tajam sekali kepada Tat-mo Cauwsu.
Sikapnya sangat tenang sekali, dan juga dari wajahnya
terpancarkan sikap yang angkuh.
Si gadis she Pai tersebut jadi pucat wajahnya, dia berpikir
tentunya Jie-liong-kim-hay yang seorang ini telah mengundang
seorang pandai lainnya. Tetapi dia berani, dia segera dapat
mengatasi perasaan gugupnya, cepat-cepat gadis kecil itu
mengeluarkan suara tertawanya yang nyaring,
“Aha, rupanya Naga yang telah patah tanduknya dan keok
datang kembali dengan mengundang seorang badut.........!” kata
gadis she Pai tersebut, mengejek dengan suara yang tetap
nyaring.
Muka Jie-liong-kim-hay yang seorang itu jadi berobah merah
padam. “Susiok (paman guru), itulah dia yang mengaku bergelar

Tat Mo Cauwsu 602


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu........!” kata Jie-liong-kim-hay kepada orang tua


di sisinya, rupanya paman gurunya.
Orang tua itu telah mengangguk perlahan dengan sinar mata
yang sangat tajam dia telah merangkapkan tangannya memberi
hormat kepada Tat-mo Cauwsu. Tampaknya dia bukan orang tua
sembarangan, dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali,
melihat dari sinar matanya yang tajam itu, bisa diketahui dia
memiliki lwekang yang mahir sekali.
“Selamat bertemu........ aku Kim-liong-san (Naga Emas Dari
Gunung) Bu Bok Sun, gembira sekali bisa bertemu dengan
seorang pandai seperti Taisu…..!” suaranya dalam dan parau, dia
juga tetap mengawasi Tat-mo Cauwsu dengan sinar matanya
yang tajam.
Tat-mo Cauwsu segera membalas penghormatan orang she
Bu itu, dia juga telah merangkapkan sepasang tangannya.
“Siauw-ceng juga gembira sekali bisa berjumpa dengan
tuan......... Ada urusan apakah tuan mencari Siauw-ceng?” tanya
Tat-mo Cauwsu.
Orang tua itu tetap dengan sikapnya yang angkuh dan sinar
mata yang tajam itu, telah menyahuti dengan suaranya yang
parau,
“Tadi dua orang keponakan muridku ini telah
memberitahukan bahwa mereka telah diganggu oleh seorang
pendeta India yang bergelar Tat-mo Cauwsu. Tentunya pendeta
yang mereka maksudkan itu Taisu adanya.........
“Bahkan salah seorang dari keponakan muridku ini telah
terluka di dalam, sebagian besar dari kepandaian dan ilmu
silatnya telah terpunahkan......... Dengan demikian, ingin sekali
aku si orang she Bu meminta petunjuk dari Taisu.........!”

Tat Mo Cauwsu 603


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu tetap berdiri tenang di tempatnya, dia


mengawasi dengan sikap yang sabar.
“Sesungguhnya itu hanya terjadi disebabkan salah paham
belaka........ Dan urusan kecil itu tidak perlu ditarik panjang.
“Siauw-ceng juga memang telah menurunkan tangan agak
keras kepada salah seorang keponakan murid tuan, karena dia
terlalu mendesak.......... Siauw-ceng kira tidak perlu kita saling
bersikeras mempersoalkan urusan yang tidak begitu penting itu.”
Tetapi Bu Bok Sun telah mengeluarkan suara mendengus
perlahan, kemudian dia berkata dengan suara yang tetap parau,
“Sejak kecil aku paling gemar mempelajari ilmu silat, dan
selalu merasa tertarik jika mendengar ada seseorang yang
memiliki kepandaian tinggi, dan hendak meminta pengajarannya.
Sekarangpun sifat dan kegemaranku yang satu itu belum juga
lenyap, malah semakin menjadi.
“Kini justru aku si orang she Bu telah mendengar langsung
dari kedua keponakan muridku, yang sesungguhnya mereka juga
memiliki kepandaian cukup lumayan tingginya, bahwa Tat-mo
Cauwsu memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya. Dengan
demikian tertarik sekali aku si orang she Bu ingin meminta
pelajaran beberapa jurus darimu, Taisu.........!”
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok San telah merangkapkan
kedua tangannya memberi hormat, dan dia membawa sikap
seperti juga menantang, mempersilahkan Tat-mo Cauwsu mulai
menyerang. Melihat sikap orang ini, Tat-mo Cauwsu tersenyum.
“Tuan, engkau terlalu mendesak.........!” kata Tat-mo Cauwsu
kemudian. “Sesungguhnya aku tidak memiliki kegembiraan
untuk main-main dengan kau........ Tetapi karena engkau memang
hendak juga bermain-main beberapa jurus, baiklah aku si pendeta
miskin akan melayaninya.........!”

Tat Mo Cauwsu 604


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu mengawasi


orang tua itu dengan sikap bersiaga, karena dia mengetahui
bahwa orang she Bu ini merupakan seorang tokoh persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi sekali. Maka dari itu, Tat-mo Cauwsu
tidak berani meremehkannya.
Bu Bok Sun telah memperdengarkan suaranya,
“Maafkan, si orang she Bu akan segera mulai..........!” dan
sambil berkata begitu, kedua kakinya ditekuk sedikit. Dan tahu-
tahu dia telah menggerakkan kedua tangannya, dari kedua telapak
tangannya itu telah meluncur serangkum angin yang kuat sekali.
Tetapi Bu Bok Sun bukan menyerang langsung kepada Tat-
mo Cauwsu seperti lainnya, karena dia telah mengangkat sedikit
telapak tangan kanannya. Lalu dengan kedua telapak tangan yang
seperti saling tindih itu, dia telah mendorong ke arah samping dan
kemudian berbelok akan menghantam ke arah iga dari Tat-mo
Cauwsu.
Serangan yang dilancarkan oleh Bu Bok Sun ini merupakan
cara yang aneh sekali. Karena biasanya, jika seseorang tengah
melancarkan serangan kepada lawannya, tentu akan melancarkan
serangannya langsung ke arah sasarannya.
Namun justru Bu Bok Sun ini telah melancarkan
serangannya itu dengan mempergunakan cara yang agak aneh,
dimana dia menghantam ke samping dan baru berbelok lagi
menghantam ke arah iga Tat-mo Cauwsu. Jika penyerangan
seperti itu dilakukan oleh orang yang memiliki lweekang atau
sin-kang yang kepalang tanggung, tentu orang itu akan
kehilangan tenaga serangannya setengah jalan.
Namun hebat kesudahannya dari cara menyerang yang
dilakukan oleh Bu Bok Sun, karena tenaga serangannya itu benar-
benar aneh dan kuat sekali, Tat-mo Cauwsu merasakan tubuhnya

Tat Mo Cauwsu 605


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

seperti juga ditindih oleh suatu kekuatan yang luar biasa beratnya.
Waktu Tat-mo Cauwsu hendak melompat ke sampingnya
diwaktu itulah dia merasakan tindihan dari suatu kekuatan tenaga
lainnya yang tidak tampak. Itulah kehebatan cara menyerang dari
Bu Bok Sun.

––––––––

JILID 16

KARENA dia melancarkan serangan dengan cara yang


menyimpang ke samping dulu, dengan demikian waktu Tat-mo
Cauwsu hendak menyingkir ke samping, di tempat itu telah
menanti tenaga yang kuat sekali dari lwekang Bu Bok Sun. Dan
tenaga lwekang itu telah menghambat gerakan Tat-mo Cauwsu.
Namun sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, dia cuma heran sejenak, tetapi cepat sekali dia bisa
menguasai keadaan. Cepat luar biasa Tat-mo Cauwsu telah
menjejakkan kakinya.
Tubuhnya telah melambung ke tengah udara, dan dia telah
menggerakkan kedua tangannya, tangan yang kiri akan
mencengkeram kepala dari Bu Bok Sun. Sedangkan tangan

Tat Mo Cauwsu 606


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kanannya telah menyambar akan menghantam patah tulang piepe


di pundak Bu Bok Sun.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang
saling susul dan tangguh sekali, memaksa lawannya harus
menarik pulang tenaga serangannya dulu. Si gadis cilik she Pai
telah meloncat mundur, untuk menyaksikan jalannya
pertempuran kedua orang yang memiliki kepandaian sama-sama
hebat itu.
Sedangkan Jie-liong-kim-hay yang seorang itu, berdiri
terpisah belasan tombak dari gelanggang. Berulang kali matanya
melirik kepada si nona cilik she Pai itu dengan sinar mata
mengandung kebencian.
Tetapi si nona tidak memperdulikannya, karena gadis cilik
itu tengah asyik mengawasi jalannya pertempuran yang tengah
terjadi antara Tat-mo Cauwsu dengan Bu Bok Sun.
Angin serangan dari kedua orang yang tengah bertempur itu
telah berseliwiran dengan kuat sekali, sehingga debu ditepi telaga
itu telah beterbangan. Yang lebih luar biasa adalah batu-batu
kerikil kecil yang berada digelanggang pertempuran tersebut,
telah ikut berpentalan kesana kemari, karena kuatnya angin
serangan yang bergulung-gulung dari kedua orang yang tengah
bertanding itu.
Jurus demi jurus telah berlalu cepat sekali dan tanpa terasa
telah duapuluh jurus lebih. Dan dalam waktu seperti itu, Bu Bok
Sun juga rupanya heran pula, karena tidak biasanya dia menemui
tandingan yang demikian tangguh seperti Tat-mo Cauwsu.
Biasanya tidak lebih dari belasan jurus dia akan berhasil
merubuhkan lawannya. Di dalam rimba persilatan Bu Bok Sun
yang bergelar Kim-liong-san tersebut merupakan seorang tokoh
persilatan yang memiliki nama sangat terkenal dan dia

Tat Mo Cauwsu 607


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

merupakan datuk yang disegani oleh jago-jago aliran hitam


maupun putih.
Seperti halnya kedua orang keponakannya, Jie-liong-kim-
hay, telah bisa memiliki nama yang harum di dalam rimba
persilatan. Terlebih lagi dia yang memang memiliki kepandaian
beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan kedua
keponakannya itu.
Dengan demikian, terlihat Bu Bok Sun semakin lama jadi
semakin bersungguh-sungguh dalam memusatkan seluruh
kekuatan sin-kang yang dimilikinya. Jurus demi jurus, tenaga
yang meluncur dari telapak tangannya mengiringi pukulan-
pukulan yang dilakukannya semakin kuat.
Sedangkan Tat-mo Cauwsu juga telah berulang kali harus
mengerahkan tenaga dalamnya, guna menghadapi tenaga desakan
lawannya itu.
Setelah lewat sepuluh jurus lagi, akhirnya Tat-mo Cauwsu
sudah berhasil memperoleh kesempatan untuk menerobos
kelemahan dari lawannya. Ia telah melancarkan serangan yang
beruntun ke arah dada dari Bu Bok Sun, karena justru bagian
tengah dari lawannya ini, yaitu bagian dadanya, merupakan
bagian yang lowong.
Melihat kelemahannya menjadi sasaran dari serangan
lawannya, justru Bu Bok Sun bukannya menjadi kaget, malah
telah memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah berkata
dengan suara mengejek,
“Hmm, sekarang kita memang menemui tandingan yang
setimpal........ sungguh menggembirakan!”
Dan diwaktu itu Bu Bok Sun telah menjejakkan kaki
kanannya, tubuhnya melambung ke tengah udara, membarengi

Tat Mo Cauwsu 608


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dengan mana kaki kirinya telah melayang menendang ke arah


pinggang Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu berkelit ke kanan, dan dia mengulurkan
tangan kanannya, dengan gerakan yang cepat dia berusaha
mencekal mata kaki dari lawannya. Cara yang dilakukan oleh
Tat-mo Cauwsu bukan cekalan biasa, karena jika dia berhasil
mencekal mata kaki dari lawannya tersebut, tentu Bu Bok Sun
akan menderita hebat sekali dimana tulang mata kakinya itu akan
remuk. Karena jari jemari tangan dari Tat-mo Cauwsu sudah
dialiri kekuatan sin-kang yang menjadikan jarinya lebih keras dan
kuat dari jepit besi.
Tetapi Bu Bok Sun juga bukan orang yang lemah, melihat
tendangannya tidak akan memberikan hasil, dia telah menarik
pulang kakinya. Dia sama sekali tidak mau membiarkan kakinya
itu kena dicengkeram oleh tangan Tat-mo Cauwsu.
Begitulah, mereka telah saling hantam dan mencengkeram
berulang kali. Tetapi keduanya memang memiliki kepandaian
yang sama tinggi, sehingga mereka jadi tidak ada yang terdesak.
Namun pertandingan kedua orang ini akhirnya mencapai
tingkat yang lebih serius lagi, dimana keduanya tidak melompat-
lompat seperti semula. Mereka berdua saling berdiam diri di
tempat masing-masing, hanya kedua tangan mereka saja yang
bergerak-gerak.
Cara bertempur mereka ini mengandalkan kekuatan sin-kang
yang dahsyat untuk merubuhkan lawannya masing-masing.
Tetapi Tat-mo Cauwsu yang melihat Bu Bok Sun memang
benar-benar tangguh, sudah tidak mau membuang waktu lagi. Dia
mengeluarkan suara bentakan nyaring, dan diwaktu itulah dia
memusatkan tenaga sejati andalannya, dimana telapak tangannya

Tat Mo Cauwsu 609


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

seketika mengeluarkan uap dan juga telapak tangannya berobah


menjadi merah.
Dia telah mengeluarkan suara bentakan pula tangan kirinya
menyentil ke arah mata dari Bu Bok Sun, disaat lawan ini
berkelit, telapak tangan kanannya telah bergerak
“Wuttt........!” angin serangan itu berkesiuran kuat sekali dan
disaat itulah tampak tubuh Bu Bok Sun telah terhuyung dengan
muka yang berobah pucat dan belum lagi dia bisa memperbaiki
kuda-kuda kedua kakinya.
Disaat itu Tat-mo Cauwsu telah menggerakkan sekali lagi
tangan kanannya, dari mana meluncur kekuatan tenaga dalam
yang luar biasa hebatnya. Dan dengan memperdengarkan suara
“Bukkk!” yang nyaring sekali telapak tangannya itu telah singgah
di dada lawannya.
Bu Bok Sun terhuyung mundur berulang kali sampai satu
tombak lebih. Mukanya juga pucat pias dan ketika dia membuka
mulutnya, “Uwaah, uwaaah!” dua kali Bu Bok Sun telah
memuntahkan darah segar, wajahnya juga jadi pucat pias,
tubuhnya gemetaran.
Muka dari Jie-liong-kim-hay juga telah berobah pucat
melihat paman gurunya terluka berat seperti itu, cepat sekali
mereka melompat mendekati, dan bertanya dengan suara
mengandung kekuatiran.
“Susiok,” katanya. “Apakah keadaanmu tidak terlalu parah?”
Bu Bok Sun menggeleng perlahan, kemudian dia menyusut
bibirnya yang dilumuri oleh darah, dia lalu bersenyum pahit
kepada Tat-mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 610


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sungguh menggembirakan sekali bahwa kali ini aku bisa


bertemu dengan lawan yang benar-benar tangguh........ Walaupun
kali ini aku harus rubuh di tangan Taisu, tetapi aku puas........!”
Tat-mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya, dia
telah memberi hormat, dengan muka memperlihatkan perasaan
menyesal dia berkata,
“Sesungguhnya aku tidak bermaksud menurunkan tangan
begitu keras kepadamu, tuan Bu........ namun kenyataannya tadi
aku terpaksa........ maafkan Siauw-ceng.......... maafkan Siauw-
ceng........!”
Setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu merogoh jubahnya,
dia mengeluarkan sebuah botol kecil, di dalamnya tampak
belasan pil yang berwarna merah darah.
Pendeta dari India tersebut telah mengeluarkan dua butir, dan
telah diangsurkannya kepada Bu Bok Sun.
“Jika memang engkau tidak keberatan untuk menerimanya,
silahkan tuan menelan pil ini untuk memulihkan
kesehatan..........!” kata Tat-mo Cauwsu. “Sekarang tuan menelan
yang sebutir, dan malam nanti tuan menelannya sebutir
lagi.........!”
Bu Bok Sun telah melihat bahwa Tat-mo Cauwsu merupakan
seorang pendeta yang memiliki kepandaian luar biasa, dan tadi
dia telah bertempur puluhan jurus. Dengan demikian dia
memperoleh kenyataan, bahwa kepandaian Tat-mo Cauwsu
beberapa tingkat di atasnya.
Jika tadi Tat-mo Cauwsu menghendaki jiwanya, sama
mudahnya buat si pendeta, seperti pendeta itu membalikkan
telapak tangannya sendiri. Namun kenyataannya Tat-mo Cauwsu
tidak melakukan hal itu dia hanya menurunkan tangan ringan
yang cuma melukainya saja.

Tat Mo Cauwsu 611


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Maka dia tidak bercuriga menerima pil pemberian pendeta


tersebut. Dia telah menyambutinya dan menelannya yang sebutir,
sedangkan yang sebutir lagi dia simpan disaku jubahnya. Lalu dia
memberi hormat, sambil katanya,
“Sungguh membuat aku kagum memperoleh kesempatan
untuk menyaksikan kepandaian Taisu yang demikian
mengagumkan. Walaupun sekarang aku harus menutup mata, aku
akan mati dengan hati yang puas.”
“Siecu terlalu memuji.........!” kata Tat-mo Cauwsu.
Setelah berkata begitu, Bu Bok Sun mengajak Jie-liong-kim-
hay untuk berlalu.
Si nona Pai telah tertawa-tawa menghampiri Tat-mo Cauwsu,
sambil katanya,
“Hebat sekali kepandaian Taisu......... hebat sekali
kepandaian Taisu........! Maukah Taisu mengajari aku satu-dua
jurus kepandaian Taisu itu......... agar aku bisa menghajar
penjahat penjahat tengik nantinya?”
Tat-mo Cauwsu bersenyum.
“Jika didengar tadi dari perkataan Jie-liong-kim-hay, kedua
orang tuamu merupakan jago-jago yang sangat ternama sekali,
mereka tentu memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Tidak
berani Siauw-ceng berlaku lancang begitu menurunkan ilmu
kepadamu, nona........!”
“Baiklah,” kata nona Pai itu. “Jika memang Taisu tidak mau
menurunkan ilmumu, maukah jika Taisu memberikan petunjuk
kepadaku, tentang kesalahan-kesalahan dari ilmu yang kumiliki?”
Dan tanpa menantikan jawaban dari Tat-mo Cauwsu, si gadis
yang periang ini telah mulai bersilat. Sepasang tangannya yang
kecil mungil itu telah digerak gerakkan dengan cepat dan

Tat Mo Cauwsu 612


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tubuhnya bergerak gesit sekali. Dia membawakan ilmu silat dari


aliran selatan, dimana dia bersilat dengan bersemangat sekali.
Tat-mo Cauwsu mengawasi si gadis cilik yang tengah
bersilat itu dengan bersenyum, sampai akhirnya waktu si gadis
telah menyelesaikan gerakannya itu, dan berdiri dihadapannya,
pendeta dari India ini telah berkata sabar,
”Kau kurang latihan, nona......... ilmu silat yang kau miliki itu
sesungguhnya merupakan ilmu yang sangat tinggi sekali. Setiap
jurus memiliki kehebatannya masing-masing.
“Namun engkau baru menguasai kulit, belum menguasai
isinya sehingga engkau baru bisa membawakan setiap jurus
hanya untuk keindahan gerakan saja. Dan belum bisa
dipergunakan untuk menghadapi juga yang memiliki kepandaian
cukup tinggi...........
“Tetapi itu tidak sulit, jika engkau telah melatih diri tiga atau
empat tahun lagi, tentu engkau bisa memperoleh kemajuan yang
pesat........ Yang terpenting sekali, engkau harus melatih lwekang
juga.
“Ingatlah nona perihal kata-kata rimba persilatan,
“Tajamnya golok, tajamnya pedang, dan tajamnya mata
tombak, semua itu akan patah oleh telunjuk tangan”
dan kata-kata itu membuktikan bahwa tenaga lwekang jauh
lebih penting dari senjata tajam mana saja!
“Jika memang kelak nona telah memiliki lwekang yang
berarti. Maka setiap jurus dari ilmu silatmu itu akan memiliki
manfaat yang tidak kecil, dan juga akan memiliki kehebatan yang
mengagumkan........!”
Si gadis telah merangkapkan tangannya memberi hormat.

Tat Mo Cauwsu 613


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terima kasih atas petunjuk yang diberikan oleh Taisu,........


dan aku tentu akan melatih diri lebih baik lagi diwaktu waktu
mendatang........!”
Tat-mo Cauwsu tersenyum, dan dia mengangguk sambil
mengulurkan tangan kanannya, membelai rambut si gadis kecil
itu dengan penuh kesabaran.
“Untuk menurunkan kepandaianku tentu sulit diterima
olehmu, nona......... karena dasarnya belum kau miliki. Tetapi
untuk memberikan teorinya, aku akan memberikan dua-tiga jurus
dari kepandaian yang bisa engkau pelajari, agar kelak engkau
tidak mudah diganggu oleh orang jahat. Jika memang engkau
bersungguh-sungguh, walaupun hanya tiga jurus saja, namun
besar sekali manfaatnya buatmu.........!”
Bukan main gembiranya hati si gadis kecil she Pai itu,
berulang kali dia telah menyatakan terima kasihnya.
Tat-mo Cauwsu telah menurunkan tiga jurus ilmu pukulan
telapak tangan. Walaupun hanya tiga jurus saja, namun ilmu
pukulan telapak tangan itu setiap jurusnya memiliki delapanbelas
pecahan, dengan demikian, ketiga jurus itu seluruhnya memiliki
limapuluh empat gerak perobahan.
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Tat-mo Cauwsu,
bahwa si gadis belum memiliki dasarnya. Dengan demikian dia
tidak bisa segera melatih diri dengan gerakan-gerakan yang telah
diperlihatkan Tat-mo Cauwsu.
Gadis cilik ini hanya menghafal saja teori dari ketiga jurus
ilmu pukulan telapak tangan yang telah diturunkan Tat-mo
Cauwsu. Malah diapun telah mengingat sebaik mungkin setiap
gerakan yang diperlihatkan pendeta dari India itu.
Menjelang sore hari, diwaktu itu burung burung berkicau
beterbangan seperti ingin pulang ke sarang mereka masing-

Tat Mo Cauwsu 614


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

masing, Tat-mo Cauwsu telah selesai memberikan petunjuknya.


Si gadis she Pai itu telah berhasil menghafal seluruh apa yang
diturunkan oleh pendeta India tersebut.
Tetapi nona Pai itu rupanya masih belum puas, dia telah
menjalani lagi jurus-jurus itu dengan gerakan-gerakan yang gesit.
Tat-mo Cauwsu memandang sambil tersenyum. Dia melihat
tidak ada kesalahan-kesalahan lagi dalam gerakan-gerakan yang
dibawakan oleh gadis kecil itu.
Yang tinggal hanyalah latihan belaka, karena seluruh gerakan
dan teori dari ketiga jurus ilmu pukulan tersebut, yang dinamakan
“Sam-kun-pa-houw” atau “Tiga pukulan Menghantam Harimau”
telah dijalankan si gadis dengan baik.
Dengan mengandalkan ketiga ilmu pukulan tangan kosong
tersebut, jika kelak si nona Pai telah berhasil melatihnya dengan
baik dan sempurna, tentu dia akan berhasil menghadapi jago-jago
yang berkepandaian tinggi dan dia akan merupakan seorang gadis
yang sulit dirobohkan oleh jago-jago yang berkepandaian
tanggung-tanggung.
“Sekarang hari telah menjelang malam, Siauw-ceng kira
telah cukup kita main-main seharian penuh........ Nah nona, kita
berpisah di sini saja.........! Engkau akan pulang kemana?” kata
Tat-mo Cauwsu.
Si gadis telah bersenyum.
“Taisu tidak perlu kuatir, aku bisa pulang sendiri menemui
kedua orang tuaku. Tetapi Taisu, apakah tidak lebih baik, kalau
saja seandainya Taisu bersedia untuk menemui kedua orang
tuaku, guna saling berkenalan?”
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar.

Tat Mo Cauwsu 615


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jika ada jodoh, dilain waktu kita bisa berjumpa lagi, kukira
tidak begitu perlu untuk mengganggu kedua orang tuamu itu........
Nah nona kecil, selamat tinggal.........!''
Baru saja Tat-mo Cauwsu berkata sampai perkataan
“tinggal” itu, justru tubuhnya telah mencelat ke atas dan lenyap
bagaikan bayangan dari hadapan si nona cilik she Pai tersebut.
Sesungguhnya gadis cilik she Pai tersebut ingin mengatakan
sesuatu lagi, tetapi Pendeta yang sakti itu justru telah pergi
demikian cepat.
Akhirnya dengan perasaan tidak puas, karena tidak bisa
berkumpul dan bermain lebih lama lagi dengan Tat-mo Cauwsu,
yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, si nona she Pai telah
menyesali dirinya sendiri. Tetapi gadis cilik ini telah berlari-lari
dengan lincah untuk menuju ke arah Timur.
Dia melewati sebuah perkampungan yang tidak begitu besar.
Dan juga telah melewati sebuah padang rumput yang cukup luas,
barulah tiba disebuah bangunan yang kecil terdiri dari tembok
batu.
Jarak yang ditempuhnya dari pinggiran kota sampai di
bangunan kecil tersebut, memang cukup jauh. Tetapi si gadis bisa
melampauinya dengan cepat, hanya kurang lebih memakan waktu
satu jam lebih.
Diketuknya pintu rumah itu, yang seperti dibangun terpencil
di tempat tersebut, kemudian dari dalam terdengar jawaban
seorang wanita,
“Siu-jie kah?”
“Ibu......... Siu-jie (anak Siu) telah pulang........!”

Tat Mo Cauwsu 616


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pintu rumah itu terbuka, dan dari dalam keluar seorang


wanita setengah baya dengan wajah dicemberutkan, tetapi
memancarkan kasih sayang, telah menegur,
“Anak nakal, kemana saja satu harian engkau pergi
bermain?”
Si gadis kecil tersebut tertawa dengan sikapnya yang manja,
dia memeluk wanita setengah baya itu, katanya dengan diiringi
tertawanya yang manja, “Ibu, apakah aku akan dimarahi ayah?”
“Sejak sore tadi ayah telah menanyakanmu, aku mengatakan
engkau tidak lama lagi tentu akan kembali. Pergi kau temui
ayahmu........!”
Si gadis cilik she Pai itu mengiyakan, dia berlari masuk ke
dalam. Di ruang tengah dia melihat seorang lelaki berusia
limapuluh tahunan, sang ayah Pai Cing Han, yang tengah
menikmati teh hangatnya. Sang ayah itu hanya melirik sedikit
kepada puterinya tersebut, sedangkan Siu-jie telah merangkul
ayahnya itu.
“Thia (ayah), Siu-jie telah kembali, engkau si orang tua
tentunya tidak akan memarahi, bukan?” tanya gadis kecil itu.
Pai Cing Han telah berkata perlahan setelah menghela napas
panjang.
“Anak nakal, engkau bermain ke mana saja selama satu
harian ini? Engkau tahu bukan, bahwa kita singgah di tempat ini
hanya untuk beberapa hari saja? Mengapa engkau begitu liar
pergi tanpa memberitahukan dulu kepada kami, sehingga ibumu
jadi begitu berkuatir?”
Siu-jie tersenyum manja, dia berkata,

Tat Mo Cauwsu 617


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Anak telah bertemu dengan seorang sakti luar biasa.........


Dan anak juga telah mengalami suatu peristiwa yang hebat sekali,
ayah..........!”
“Coba kau ceritakan..........!” kata Pai Cing Han sabar.
Dengan manja Pai Ing Siu, Siu-jie, telah menceritakan
pengalamannya tadi. Muka Pai Cing Han jadi berobah ketika
mendengar disebutnya perihal Tat-mo Cauwsu, dia mengerutkan
alisnya, seperti juga tengah berpikir keras.
Pai Ing Siu jadi heran melihat sikap ayahnya, dia telah
memandang sejenak dan berhenti bercerita kemudian tanyanya,
“Ayah, apakah ada sesuatu yang tidak beres? Apakah Thia
akan marah kepada Siu-jie yang telah begitu nakal?”
Pai Cing Han membelai rambut putrinya, dengan suara yang
sabar dia menyahuti,
“Anak, sekarang engkau telah cukup besar, engkau memang
seorang anak yang nakal, sejak kecil selalu engkau membawa
caramu yang liar. Tetapi itu dulu sewaktu kita berada dipulau
Cie-hung-to, memang masih tidak menjadi persoalan yang terlalu
perlu diperhatikan.
“Namun sekarang engkau harus ingat, bahwa kita bukan
tengah berada di Cie-hung-to, dan engkau juga bukan seorang
anak kecil berusia satu atau dua tahun, yang jika nakal bisa kami
jewer telinganya.
“Maka engkau harus mendengar nasehat dan larangan ibumu.
Jika ibumu tidak mengijinkan engkau pergi jauh jauh, engkau
tidak boleh bermain terlalu jauh.
Seperti yang kau ceritakan tadi, jika memang engkau
mengalami bencana di tangannya Jie-liong-kim-hay, walaupun

Tat Mo Cauwsu 618


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kami ayah dan ibumu bisa menghajar mampus Jie-liong-kim-hay,


apa artinya? Engkau telah bercelaka di tangan mereka.........!”
“Baiklah Thia........ lain kali Siu-jie tidak akan berbuat nakal
lagi.........!” menyahuti gadis tersebut.
“Mengenai Tat-mo Cauwsu, pendeta dari India itu, aku
memang akhir-akhir ini telah sering mendengar dari cerita-cerita
beberapa orang sahabat di rimba persilatan........ Dia merupakan
manusia yang luar biasa.
“Menurut cerita dari sahabat-sahabat rimba persilatan, bahwa
kepandaian pendeta dari India itupun sangat luar biasa sekali dan
sulit ditandingi. Aneh sekali, engkau bisa bersahabat
dengannya........!”
Siu-jie telah melanjutkan ceritanya, dia juga menjelaskan
bahwa dia telah menerima pelajaran ilmu pukulan “Sam-kun-pa-
houw” dari Tat-mo Cauwsu. Si gadis cilik she Pai tersebut malah
telah membawakan ketiga jurus itu dihadapan ayah dan ibunya.
Muka Pai Cing Han jadi berobah terang dia mengangguk.
“Bagus, kepandaian itu cukup hebat. Benar apa yang telah
dikatakan pendeta India itu jika engkau telah memiliki dasar yang
kuat, tentu engkau bisa memiliki kepandaian yang jauh lebih
hebat dan berarti.
“Tetapi engkau harus ingat, engkau harus lebih
mementingkan ilmu silat keturunan Pai kita, engkau tidak boleh
bermalas-malasan melatih diri. Seperti yang ayah katakan tadi,
bahwa engkau mulai besar, dan engkau harus rajin berlatih diri,
jangan hanya bermain-main saja…..!”
Siu-jie telah mengiyakan.

Tat Mo Cauwsu 619


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sekarang pergilah kau membersihkan tubuh dan makan,


kemudian tidurlah, mungkin besok pagi kita akan melanjutkan
perjalanan kita........” kata Pai Cing Han.
Siu-jie telah berlalu dari hadapan ayah ibunya.
Pai Cing Han masih duduk di tempatnya dia tengah
termenung.
“Hebat sekali pendeta India itu......... Dia merupakan jago
luar yang memiliki kepandaian tinggi. Dalam waktu yang singkat
dia telah bisa menancap nama di daratan Tiong-goan demikian
terkenal dan menakjupkan........
“Jika memang ada kesempatan, aku ingin sekali bertemu
dengannya, untuk main-main dengannya guna melihat sendiri,
sesungguhnya berapa tinggi kepandaian yang dimilikinya.”
Dan setelah berpikir begitu Pai Cing-Han menghela napas
berulangkali. Kemudian dia menoleh kepada istrinya, yang
tengah duduk menyulam pakaian putrinya.
“Hujin,” panggilnya dengan suara yang sabar, “Jika besok
kita melanjutkan perjalanan kita, kuharap engkau bisa menjaga
Siu-jie baik-baik, karena kukira telah tiba waktunya besok aku
menemui Kim-liong-san Bu Bok Sun, untuk meminta dia
mengembalikan kitab mujijat milik keluarga Pai yang telah dicuri
dan terjatuh di tangannya........!”
Isterinya, Pai Hujin, telah mengangguk sambil tersenyum.
“Ya, kita tidak menyangkanya bahwa Kim-liong-san Bu Bok
Sun bisa kita temui jejaknya di tempat ini........!” menyahuti
nyonya itu.
Pai Cing Han telah bangkit dari duduknya, dia menuju ke
ruang belakang rumah tersebut. Kemudian menghampiri pintu
sebuah kamar yang terdapat di belakang rumah itu.

Tat Mo Cauwsu 620


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dia mengetuk pintu kamar tersebut, dari dalam telah muncul


seorang lelaki tua berusia enampuluh tahun, tubuhnya kurus dan
tinggi. Dia menanyakan kepada Pai Cing Han apakah ada sesuatu
yang bisa dibantunya.
Pai Cing Han menggeleng.
“Tidak, kami besok akan berangkat........ Terima kasih atas
kebaikan hati dari Heng-tai yang telah memberikan kesempatan
kami mondok di rumahmu ini........ dan ini,” Pai Cing Han
merogoh sakunya, “Sebagai tanda terima kasih kami, harap
Heng-tai menerimanya.........!”
Sambil berkata begitu, tampak Pai Cing Han telah
menyerahkan duapuluh tail perak kepada pemilik rumah tersebut.
Dia memang hanya tinggal seorang diri di rumahnya tersebut, dan
ketika Pai Cing Han bersama anak dan istrinya singgah di
rumahnya, menyatakan mereka hendak mondok di rumahnya,
pemilik rumah yang baik hati ini mengijinkannya dengan senang
hati.
Telah empat hari lamanya Pai Cing Han bersama isteri dan
anaknya tinggal di rumah tersebut. Dan justru memang mereka
tengah mencari jejak dari Kim-liong-san Bu Bok Sun, untuk
mendesaknya mengembalikan kitab pusaka milik keluarga Pai
yang pernah lenyap.
Pai Cing Han telah mendengar dari sahabat-sahabatnya di
dalam rimba persilatan, bahwa kitab pusaka keturunan keluarga
Pai berada di tangannya Kim-liong-san Bu Bok Sun tersebut. Dan
memang Pai Cing Han juga telah mendengar bahwa Bu Bok Sun
tengah berkeliaran di sekitar daerah tersebut.
Itulah sebabnya dia bersama istri dan anaknya telah
mendatangi tempat ini. Dan ternyata apa yang didengarnya tidak

Tat Mo Cauwsu 621


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

salah, dia telah mendengar sendiri dari putrinya, bahwa Bu Bok


Sun berada di tempat ini.
Malam itu Pai Cing Han tidur nyenyak sekali, dan begitu
matahari fajar mulai memperlihatkan diri, Pai Cing Han bersama
istri dan putrinya meninggalkan rumah tersebut. Mereka telah
memasuki kota dan menangsal perut di sebuah rumah makan.
Hari itu juga Pai Cing Han telah menyelidiki perihal Bu Bok
Sun dan Jie-liong-kim-hay.
Dari seorang pemilik rumah obat, dia memperoleh
keterangan, bahwa Jie-liong-kim-hay tinggal di sebelah tenggara
dari tepian telaga tersebut. Tempat itu jarang sekali didatangi oleh
orang-orang, baik penduduk tersebut maupun orang-orang luar
kota yang hendak pesiar di telaga tersebut karena mereka takut
dan jeri akan keganasan Jie-liong-kim-hay.
Dan pemilik rumah obat mengetahui tempat tinggalnya Jie-
liong-kim-hay, karena kedua naga dari Laut Emas itu sering
memborong beberapa macam obat tertentu. Menurut cerita dari
pemilik rumah obat tersebut, bahwa Jie-liong-kim-hay juga
memiliki banyak sekali anak buah sehingga dimana tempat Jie-
liong-kim-hay menetap itu, merupakan daerah tertutup dan
tempat itu dijadikan markas yang selalu terjaga kuat siang dan
malam, sehingga siapa saja yang tersesat di tempat tersebut, tentu
akan bercelaka.
Setelah cukup mendengar keterangan pemilik rumah obat
tersebut, hari itu juga Pai Cing Han bersama istri dan putrinya
telah menuju ke bagian tenggara dari telaga yang terdapat di luar
kota tersebut. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh pemilik
rumah obat itu waktu Pai Cing Han tiba di sebelah tenggara
telaga itu keadaan sepi sekali.Tidak terlihat seorang manusiapun
juga yang berkeliaran di tempat tersebut.

Tat Mo Cauwsu 622


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi waktu Pai Cing Han bersama isteri dan puterinya tiba
di sebelah dalam dari hutan kecil yang terdapat di tempat itu.
Disaat mereka sedang berjalan dengan perlahan, dari gerombolan
pohon yang lebat telah melompat tiga orang lelaki bertubuh tegap
dengan di tangan masing-masing tercekal sebatang golok.
Sikap mereka juga garang sekali, dimana mereka telah
mengawasi dengan mata yang menakutkan sekali. Salah seorang
di antara mereka telah membentak,
“Berhenti........!”
Pai Cing Han telah menghentikan langkah kakinya, dia telah
mengawasi ketiga orang tersebut, lalu tanyanya dengan suara
yang tawar, “Apa yang kalian inginkan?”
“Apa maksud kalian berkeliaran di tempat ini?” bentak orang
itu. “Tahukah kalian tempat apa ini?”
Pai Cing Han mengeluarkan suara tertawa dingin.
“Hemmm,” katanya dengan suara dingin. “Aku mengetahui
tempat ini tempat kediaman dari Jie-liong-kim-hay, bukan? Kami
ingin bertemu dengan mereka........”
“Apakah kalian ingin mencari mampus?” bentak salah
seorang di antara ketiga orang itu.
Pai Cing Han telah tertawa dingin, dia berkata dengan suara
yang tawar, “Kalian harus membawa kami menemui mereka!”
“Siapa kalian?” tanya orang itu yang mulai ragu-ragu.
“Katakan, aku Pai Cing Han.”
Karena dia menduga tentunya salah seorang dari mereka
akan pergi melaporkan perihal kedatangannya.
Tetapi orang itu justru telah berkata dengan suara yang keras,
“Kedua pemimpin kami tengah sibuk dan tidak memiliki

Tat Mo Cauwsu 623


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

waktu......... Tidak bisa menerima kalian…..! Pergilah kembali ke


tempat kalian.........!”
Tetapi Pai Cing Han yang melihat sikap ketiga orang itu,
telah tidak sabar, tahu-tahu tubuhnya telah melompat dan kedua
tangannya bekerja. Dengan mudah, dia telah bergantian
mencengkeram punggung ke tiga orang itu, dan dengan
mempergunakan sedikit tenaga dalamnya, dia telah melemparkan
ke tiga orang itu.
Gerakannya itu sangat cepat sekali, karena sebelum ke tiga
orang itu tahu apa-apa, tiba-tiba tubuh mereka telah terlempar dan
terbanting seorang demi seorang di atas tanah dengan keras
sekali. Sehingga mereka merintih mengeluarkan suara erang
kesakitan.
Pai Cing Han tidak bertindak sampai disitu saja, tubuhnya
telah melompat kesana kemari dengan gerakan yang ringan
sekali. Dan kedua tangannya juga telah bekerja dengan cepat,
tahu-tahu tubuh ke tiga orang itu telah berhasil dilontarkan
kembali ke tengah udara, dimana tubuh ke tiga orang tersebut
kembali terbanting keras.
“Jika kalian tidak mau membawa aku menemui Jie-liong-
kim-hay, biarlah aku akan membanting terus menerus kalian
bertiga. Apakah kalian tidak akan mampus dengan menderita
kesakitan…..!”
Dan setelah berkata begitu Pai Cing Han melangkah kakinya
lagi. Dia bergerak akan melancarkan cengkeramannya guna
mengangkat tubuh salah seorang dari ke tiga orang itu untuk
dibantingkannya pula.
Tetapi justru orang tersebut telah ketakutan bukan main,
mereka bertiga dengan serentak berteriak, “Ampunnn, kami akan
segera menurut perintah Kiesu.”

Tat Mo Cauwsu 624


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pai Cing Han berhenti mencengkeram dan dia telah berkata


bengis, “Cepat bangun, antarkan aku menemui mereka!”
Ketiga orang itu tanpa membantah lagi, telah mengiyakan
dan membawa Pai Cing Han bersama putri dan istrinya ke sebuah
tempat, yaitu sebuah bangunan yang besar sekali, yang hanya
satu-satunya terdapat di tempat tersebut. Salah seorang dari
mereka telah melangkah masuk ke ruang dalam dari bangunan
tersebut.
Tidak lama kemudian, dari dalam bangunan itu muncul
seorang lelaki setengah baya. Dialah salah seorang Jie-liong-kim-
hay yang tidak terluka di tangan Tat-mo Cauwsu dan bernama
Lung Kiu Eng. Wajahnya juga agak pucat, dan dia telah cepat-
cepat merangkapkan tangannya memberi hormat kepada Pai Cing
Han begitu melihat jago tersebut.
“Maafkan......... maafkan Siauwte terlambat menyambut.........
Mengapa Pai Tocu tidak memberi kabar terlebih dahulu akan
berkunjung kemari?”
Pai Cing Han tertawa dingin.
“Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, Jie-liong-kim-
hay, tetapi aku hendak bertemu dengan Bu Bok Sun........ dimana
sekarang ini dia berada?”
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah ketika mendengar Pai Cing
Han mencari Bu Bok Sun dia berkata dengan ragu, “Paman guru
kami itu........ sekarang ini......... sekarang ini tengah mengurung
diri untuk empatpuluh hari lamanya guna melatih tenaga sin-
kangnya.........
“Sayang sekali Pai Tocu datang tidak tepat waktunya........!
Maafkan......... Maafkan Siauwte yang akan mewakili menyambut
Pai Tocu........! Silahkan masuk, nanti di dalam kita bicara
lagi........!”

Tat Mo Cauwsu 625


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Pai Cing Han memperlihatkan sikap yang bengis,


katanya, “Cepat panggil keluar orang she Bu itu!”
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah, dia merangkapkan
tangannya menjura. “Maafkan, memang benar-benar tidak bisa
Bu Bok Sun Siok menemui Pai Tocu........” kata Lung Kiu Eng
dengan muka memperlihatkan penyesalan.
“Jika dia tidak mau keluar, biar aku nanti yang akan masuk
dan menyeretnya keluar.........!” kata Pai Cing Han dengan suara
yang tetap bengis.
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah tidak enak dilihat, dia
serba salah. Karena Lung Kiu Eng mengetahui bahwa Pai Cing
Han ini tokoh seorang persilatan yang memiliki kepandaian
sangat tinggi sekali. Dengan demikian, berarti dia tidak mungkin
bisa menandingi kepandaian dari Pai Tocu tersebut.
Tetapi sekarang justru Bu Bok Sun pun tengah terluka dan
sedang merawat lukanya yang membutuhkan waktu empatpuluh
hari lamanya untuk memulihkan semangat murninya.
Dengan demikian, tidak mungkin Bu Bok Sun diganggu
ketenangannya. Karena jika perhatiannya terpecahkan, tentu akan
menyebabkan dia bercelaka, dimana luka di dalam tubuhnya akibat
gempuran tenaga dalam dari Tat-mo Cauwsu akan bertambah parah
dan sulit untuk disembuhkan kembali.
“Apakah kau tetap tidak mau memberitahukan perihal
kedatanganku ini kepada orang she Bu itu?” tegur Pai Cing Han
dengan suara yang dingin.
Lung Kiu Eng jadi serba salah, dia telah memaksakan diri
untuk tertawa.
“Akh, Pai Tocu tentu tidak akan begitu tergesa gesa, bukan?
Mari silahkan masuk dulu.......... nanti kita bicarakan perlahan-

Tat Mo Cauwsu 626


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

lahan.......... Persoalan Bu Bok Sun Susiok nanti bisa kita


selesaikan dengan baik.......... Sekarang ijinkanlah Siauwte
menjamu kalian.........!”
Dan waktu berkata sampai disitu, Lung Kiu Eng telah melirik
kepada Pai Ing Siu, si gadis kecil yang menjadi puterinya Pai
Cing Han tersebut. Sesungguhnya semula dia menduga
kedatangan Pai Cing Han ke tempatnya ini hanya untuk
membalaskan sakit hati puterinya tersebut, dimana dia pernah
menghinanya di tengah telaga pada kemarin hari.
Tetapi jika memperhatikan sikap dan kata-kata Pai Cing Han,
rupanya urusan yang sebenarnya bukan urusan yang bersangkut
kait dengan gadis cilik itu.
Pai Cing Han tampaknya habis sabar dia telah melangkah
dua tindak.
“Jika kau masih tidak mau memanggilkan Bu Bok Sun agar
dia keluar, biarlah aku yang akan memanggilnya sendiri!”
katanya.
Melihat ini, Lung Kiu Eng jadi bingung, dia melangkah
berusaha menghalangi Pai Cing Han.
Namun Pai Cing Han menggerakkan tangan kanannya, dia
telah mengebutkan lengan bajunya.
Kebutan itu memang tampaknya seperti kebutan biasa saja,
tetapi tenaga kebutan dari tangan itu kuat sekali, dimana tampak
tubuh Lung Kiu Eng jadi terhuyung mundur tiga langkah dengan
muka yang pucat.
Tetapi Lung Kiu Eng adalah salah seorang dari Jie-liong-
kim-hay yang memiliki kepandaian cukup tinggi, dan telah
malang melintang cukup lama dalam kalangan Kang-ouw, maka

Tat Mo Cauwsu 627


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tidak mau dia begitu saja menyerah. Dia telah berusaha tertawa,
katanya,
“Pai Tocu, engkau berkunjung ke tempat kami, ini
merupakan suatu kehormatan buat kami........ dengan demikian
kami mengucapkan banyak terima kasih......... Tetapi seharusnya,
jika ada sambutan yang kurang menyenangkan hati Tocu, harap
diberitahu saja........!”
Pai Cing Han telah mengeluarkan suara tertawa dingin.
Dia telah melangkah terus untuk menghampiri pintu
bangunan gedung itu. Diwaktu itu tampak duabelas lelaki
bertubuh tinggi tegap berdiri di muka pintu dengan tangan siap
sedia digagang golok mereka masing-masing.
Lung Kiu Eng telah melompat ke depan Pai Cing Han sambil
berseru, “Pai Tocu, tahan........!” dia mengulurkan tangan
kanannya, untuk mencengkeram pundak Pai Cing Han.
Pai Cing Han tidak menghentikan langkah kakinya, dia
mandek, membungkukkan sedikit tubuhnya. Waktu itu tangan
kanannya telah mengebut ke belakang, agak miring ke samping
kirinya, angin dari telapak tangannya berkesiuran kuat sekali
menerjang Lung Kiu Eng.
Diwaktu itulah tampak Lung Kiu Eng mengeluarkan suara
seruan tertahan, dan dia merasakan dadanya jadi menyesak.
Cepat-cepat dia telah menarik pulang tangannya yang akan
mencengkeram pundak Pai Cing Han.
Cepat bukan main dia membuang diri untuk mengelakkan
kebutan tangan Pai Cing Han. Tetapi tenaga kebutan Pai Cing
Han telah menyambar begitu kuat.
Walaupun Lung Kiu Eng telah bergerak cepat sekali untuk
mengelakkan diri, namun kenyataannya pundaknya yang sebelah

Tat Mo Cauwsu 628


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kiri telah kena tersampok dan diwaktu itu tubuh Lung Kiu Eng
telah terhuyung mundur beberapa langkah. Mukanya pucat dan
meringis menahan sakit.
Sebagai seorang jago persilatan yang memiliki kepandaian
tidak rendah, memang Lung Kiu Eng tidak merasa gentar untuk
bertempur dengan siapa saja. Tetapi dia telah sering mendengar
akan hebatnya ilmu dan kepandaian Tocu dari pulau Cie-hung-to
tersebut.
Maka dari itu, dia telah berlaku hati-hati sekali. Namun
kenyataannya dia masih terserang seperti itu, dengan sendirinya,
dia telah mengetahui bahwa dirinya memang bukan menjadi
tandingan dari Tocu pulau Cie-hung-to tersebut.
Pai Cing Han telah mendengus dan melangkah terus
menghampiri pintu gerbang dari gedung itu.
Kedua belas orang anak buah dari Lung Kiu Eng telah
mencabut golok mereka masing-masing.
Tetapi Pai Cing Han tidak memperdulikan mereka, dia
melangkah terus, dan kedua tangannya telah digerakkan dengan
beruntun, sangat cepat sekali. Seketika itu juga terdengar suara
jeritan yang beruntun, dan tampak lima sosok tubuh telah
terlempar ke tengah udara, lalu terbanting di atas tanah, sehingga
kelima orang tersebut yang telah terbanting seperti itu tidak bisa
segera bangun kembali, hanya melingkar menahan sakit di atas
tanah.
Pai Cing Han tidak bergerak sampai di situ, waktu itu dua
batang golok telah menyambar datang ke arahnya, dan cepat
sekali Pai Cing Han mengelakkan diri. Dia mana memandang
sebelah mata terhadap kepandaian dari anak buahnya Lung Kiu
Eng.

Tat Mo Cauwsu 629


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah berhasil berkelit dari samberan kedua batang golok


itu, tampak Pai Cing Han menggerakkan tangannya lagi. Cepat
bukan main tiga sosok tubuh telah terlempar lagi.
Sisanya anak buah Lung Kiu Eng jadi tidak berani
merangsek maju. Mereka hanya berseru-seru dengan suara yang
berisik saja, tetapi semuanya malah mundur waktu Pai Cing Han
melangkah menghampiri pintu gerbang.
Lung Kiu Eng waktu itu telah melompat ke depan Pai Cing
Han, dia merangkapkan sepasang tangannya, katanya dengan
suara yang setengah memohon, “Pai Tocu.......... kuharap engkau
tidak menimbulkan kekacauan di tempat ini........!”
Pai Cing Han tertawa dingin.
“Engkau mau memanggilkan orang she Bu itu untuk keluar
menemui aku atau tidak?” tanya Pai Cing Han.
“Tetapi paman guruku itu memang benar-benar tengah dalam
kesulitan yang sukar sekali diceritakan........!” kata Lung Kiu Eng.
“Hmmm, baiklah, biar aku yang menyeretnya keluar!” kata
Pai Cing Han. “Minggirlah kau........!” Sambil berkata begitu,
tampak Pai Cing Han telah menggerakkan tangan kanannya dia
telah mengibas dengan gerakan yang cepat dan kuat sekali.
Lung Kiu Eng berusaha menangkis dengan menggerakkan
seluruh kekuatan tenaga lwekang yang ada padanya. Tetapi dia
mana bisa menandingi kekuatan sin-kang yang dimiliki Pai Cing
Han! Tanpa ampun lagi tubuhnya telah terpental dan ambruk di
atas tanah, tulang tangannya telah patah.
Pai Cing Han melangkah terus, dan telah menaiki undakan
pintu ketiga itu, justru dari dalam telah muncul seseorang, yang
berkata dengan suara yang parau,
“Siapa yang mencariku?”

Tat Mo Cauwsu 630


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pai Cing Han mengangkat kepalanya, dia melihat Bu Bok


Sun tengah berdiri dihadapannya dengan wajah yang agak pucat,
tetapi dia tetap memperlihatkan sikap yang angkuh, dan
memandang Pai Cing Han dengan sinar mata yang sangat tajam.
“Oh, kiranya Pai Tocu…..!” kata Bu Bok Sun kemudian.
“Ada urusan apakah engkau memaksa hendak bertemu
denganku?”
“Bagus!” berseru Pai Cing Han sambil membalas
memandang pada orang she Bu itu. “Akhirnya engkau keluar
juga! Aku memang hendak meminta sesuatu dari kau......... ialah
kitab pusaka turunan keluarga Pai yang akhir-akhir ini telah
menjadi rebutan di antara orang-orang persilatan........ Dan kabar
terakhir yang kudengar, kitab pusaka itu berada di
tanganmu........!”
Muka Bu Bok Sun berobah, tetapi itu hanya sejenak karena
kemudian dia telah tertawa tawar,
“Benar, memang kitab pusaka yang tengah diperebutkan oleh
orang-orang rimba persilatan itu berada di tanganku. Namun
kitab pusaka itu bukan kitab pusaka milik keluarga Pai........!”
“Aku datang hendak mengambil pulang kitab itu. Kau akui
atau tidak kitab pusaka itu milik keluarga Pai, aku tetap hendak
mengambilnya pulang........ Cepat kau serahkan kitab pusaka
itu........!”
Tetapi Bu Bok Sun tertawa dingin, katanya,
“Pai Cing Han, engkau seorang yang memiliki nama terkenal
di dalam rimba persilatan........ Apakah engkau tidak merasa malu
jika mengakui kitab bukan milikmu itu sebagai kitabmu?”

Tat Mo Cauwsu 631


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Aku tidak perduli semua itu. Yang terpenting sekarang,


engkau hendak menyerahkan kitab pusaka itu kepadaku atau
tidak?”
“Tidak!” tegas Bu Bok Sun menyahuti.
“Baik, aku akan mengambilnya sendiri..........!” kata Pai Cing
Han.
“Boleh, asal engkau telah bisa membinasakan diriku..........!”
menyahuti Bu Bok Sun.
Tetapi sambil berkata begitu, hatinya berpikir, “Pai Cing Han
adalah Tocu Cie-hung-to yang memiliki kepandaian tinggi, jika
memang aku tidak sedang dalam keadaan terluka seperti sekarang
ini, mungkin aku bisa bertempur selama duaratus jurus dengan
dia........ Namun sekarang aku tengah terluka di dalam tubuh........
tenaga sin-kangku telah punah sebagian........!”
Belum lagi Bu Bok Sun berpikir habis, diwaktu itulah Pai
Cing Han telah berkata,
“Baik, baiklah......... sekarang saja kita mulai........!” dan Pai
Cing Han telah mempersiapkan kedua tangannya yang diangkat
sebatas dada, dimana Pai Cing Han rupanya sudah tidak sabar
untuk mulai melancarkan serangan kepada orang she Bu itu.
“Tahan dulu........!” kata Bu Bok Sun.
“Apa lagi yang hendak dibicarakan? Bukankah sudah tidak
ada pembicaraan lainnya?” tanya Pai Cing Han dengan suara
yang dingin.
Bu Bok Sun menoleh kepada Pai Ing Siu, lalu katanya,
“Gadis cilik itu puterimu, bukan?”
“Benar.........!” mengangguk Pai Cing Han, hatinya jadi heran
mendengar Bu Bok Sun membicarakan diri puterinya tersebut.

Tat Mo Cauwsu 632


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Terus terang saja, disaat sekarang ini aku tidak bisa


menemani kau main-main, karena aku telah terluka di dalam
tubuh oleh serangan seseorang......... Dan puterimu itu juga
menyaksikan peristiwa tersebut.
“Jika memang engkau hendak main-main denganku,
datanglah empatpuluh hari lagi, tentu disaat itu lukaku telah
sembuh, dimana kita bisa main-main sepuas hati.........!”
“Hmm, aku tidak perduli hal itu, yang terpenting aku
menghendaki kau mengembalikan kitab pusaka milik keluarga
Pai........!”
“Apakah engkau benar-benar tidak malu mendesak seseorang
yang tengah terluka seperti aku ini?” tanya Bu Bok Sun
mendongkol.
Pai Cing Han tertawa dingin.
“Tetapi engkau manusia licik, aku tidak percaya
kepadamu......... kemungkinan setelah empatpuluh hari engkau
telah menghilangkan jejak, pergi entah kemana! Maka sekarang
juga aku hendak kau menyerahkan kitab pusaka milik keluarga
Pai itu kepadaku..........!”
“Baiklah, engkau terlalu mendesak!” kata Bu Bok Sun
dengan suara yang tawar.
“Thia..........!” teriak Pai Ing Siu sesaat kemudian waktu
kedua orang itu tengah bersiap-siap akan mengadu ilmu. “Apa
yang dikatakan oleh paman she Bu itu benar adanya dialah yang
telah dilukai oleh Tat-mo Cauwsu Taisu..........!”
“Aku tahu.........!” menyahuti sang ayah.
Bu Bok Sun tertawa dingin.

Tat Mo Cauwsu 633


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemmm, aku tidak menyangka bahwa Tocu dari Cie-hung-


to merupakan manusia rendah, yang hanya bisanya mencari
kesempatan untuk merubuhkan lawannya disaat lawan itu tengah
dalam keadaan lemah..........! Jika memang engkau hendak
mengadu ilmu, engkau tentunya bersedia menanti empatpuluh
hari sampai kesehatanku ini pulih........!”
“Tetapi kedatanganku kemari bukan hendak mengadu ilmu,
aku juga tidak memiliki selera mengadu ilmu dengan manusia
seperti engkau….. Kedatanganku hanya untuk mengambil pulang
kitab pusaka milik keluarga Pai kami.........!”
Bu Bok Sun sudah kewalahan, dia memang telah melihatnya
tidak mungkin dia bisa mengelakkan diri dari desakan Pai Cing
Han. Akhirnya dia mengangguk.
“Baiklah........!” katanya kemudian. “Jika memang demikian
halnya, aku tidak bisa menampik terus menerus.”
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun memusatkan
lwekangnya, dia mengalirkan pada kedua telapak tangannya, dan
bersiap-siap menantikan serangan dari Pai Cing Han.
Waktu itu tampak Pai Cing Han juga telah bersiap-siap, dia
melangkah maju dua tindak lagi, lalu dia mengebutkan lengan
baju kanannya. Gerakan yang dilakukannya itu menimbulkan
angin yang berseliwiran kuat sekali, dan juga telah menyambar ke
arah bagian yang mematikan di bawah ulu hati dari lawannya.
Tetapi Bu Bok Sun walaupun dalam keadaan terluka di
dalam oleh Tat-mo Cauwsu, namun dia merupakan seorang tokoh
persilatan yang memiliki kepandaian telah tinggi. Tidak mudah
dia menyerah begitu saja, walaupun dia mengetahui Pai Cing Han
merupakan lawan yang tidak ringan.
Cepat-cepat Bu Bok Sun telah mengelakkan diri dengan
gerakan yang gesit sekali, dan dengan dibarengi seruannya yang

Tat Mo Cauwsu 634


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

nyaring, dia telah balas menerjang maju, kedua kakinya telah


melakukan tendangan yang berantai.
Tetapi Pai Cing Han bergerak lincah sekali, dia juga telah
berulang kali mendesak Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah mengeluarkan suara seruan beberapa
kali, karena hampir saja dia terkena serangan itu, namun dia
masih berhasil mengelakkan diri.
Dalam keadaan seperti ini, diam-diam Bu Bok Sun juga
mengeluh, karena dia menyadari, paling tidak dia hanya bisa
melayani lawannya itu sebanyak puluhan jurus.
Tetapi karena lawannya mendesak terus menerus, dia
memaksakan diri untuk mengerahkan tenaga dalam, dan beberapa
kali dia mendesak Pai Cing Han, agar lawannya itu mundur dan
dia bisa mengatur pernapasannya.
Namun Pai Cing Han merupakan Tocu Cie-hung-to yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, dengan demikian tidak
mungkin dia bisa didesak begitu mudah oleh Bu Bok Sun, apalagi
memang orang she Bu tersebut tengah terluka. Dengan gerakan
tubuh yang memutar, tahu-tahu Pai Cing Han telah mengebut
kedua tangannya.
Angin yang kuat berkesiuran menyambar kepada Bu Bok
Sun, dan di saat itu napas Bu Bok Sun telah memburu keras
sekali, dia juga merasakan betapa tenaganya telah berkurang
banyak.
“Paling lama aku hanya bisa menerima sepuluh jurus lagi
dari dia......... setelah itu aku akan kena dihantamnya rubuh........!”
Karena berpikir begitu, Bu Bok Sun mengempos
semangatnya, dan dia telah memusatkan seluruh kekuatannya
untuk berusaha memberikan perlawanan yang lebih kuat lagi.

Tat Mo Cauwsu 635


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Namun memang kenyataannya tenaga sin-kangnya telah


berkurang banyak, dia jadi terdesak begitu hebat oleh lawannya.
Pai Cing Han melihat bahwa Bu Bok Sun memang tidak
berdusta. Dia tengah terluka di dalam, sebab tenaga perlawanan
yang diberikan oleh orang she Bu itu tidak begitu kuat dan juga
tubuh orang she Bu itu sering terhuyung, seperti juga akan jatuh
rubuh.
Tetapi Pai Cing Han tidak mau membuang kesempatan yang
ada ini. Dia menghendaki Bu Bok Sun mengembalikan kitab
pusaka keluarga Pai yang dikehendakinya.
Itulah sebabnya, berulang kali Pai Cing Han telah
menggerakkan kedua tangannya, beruntun dia telah melancarkan
serangan yang jauh lebih kuat dan gencar sekali ke diri lawannya
yang mulai kehabisan tenaga.
Bu Bok Sun mati-matian telah mengelakkan diri, jika
terpaksa dia baru menangkisnya. Namun napas orang she Bu itu
telah berulang kali tersendat bagaikan tenggorokannya tersumbat,
sehingga dia sulit untuk meluruskan pernapasannya.
Dengan begitu, Bu Bok Sun harus berusaha mati-matian
untuk dapat melancarkan pernapasannya. Dia telah
menggerakkan kedua tangannya menangkis sambil meluruskan
napasnya.
Dengan cara seperti ini, dia bisa memperlambat tibanya
serangan dari Pai Cing Han, dan mempergunakan waktu yang
hanya beberapa detik itu dia cepat-cepat meluruskan
pernapasannya.
Sepuluh jurus lagi telah lewat, dan Bu Bok Sun telah
memusatkan seluruh sisa kekuatannya untuk memberikan
perlawanan. Pai Cing Han terus mendesaknya, semakin lama
semakin keras.

Tat Mo Cauwsu 636


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sampai akhirnya Bu Bok Sun telah terdesak tidak berdaya


lagi, disaat mana Pai Cing Han dalam suatu kesempatan telah
menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam ke arah kepala
Bu Bok Sun.
Bu Bok Sun mengeluh, “Habislah aku kali ini........!” Dan dia
memejamkan matanya.
Melihat itu, Pai Cing Han menahan meluncurnya tangannya,
dia membentak, “Apakah engkau tetap tidak mau menyerahkan
kitab pusaka keluarga Pai itu........?”
Bu Bok Sun membuka matanya, dia mengawasi Pai Cing
Han sejenak, lalu dia menghela napas, katanya dengan suara
mengandung keputus asaan,
“Baiklah.......... aku akan menyerahkan kitab itu........!”
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun merogoh sakunya,
dia mengangsurkan sejilid kitab yang cukup tebal, berukuran
lebar sejengkal tangan kepada Pai Cing Han.
Pai Cing Han girang, dia menyambuti dengan tangan
kanannya, guna menerima kitab itu.
Namun baru saja jari tangan dari Pai Cing Han menyentuh
kitab tersebut, diwaktu itulah Pai Cing Han merasakan angin
yang berkesiuran di sisinya, desiran angin yang dingin sekali, dan
tahu-tahu kitab pusaka yang di tangan Bu Bok Sun itu telah
disambar seseorang, sehingga Pai Cing Han jadi tertegun di
tempatnya beberapa saat lamanya.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han setelah menyadari apa
yang terjadi, karena dilihatnya seorang lelaki berpakaian seperti
siucai (pelajar) berusia limapuluh tahun, tengah berdiri dengan
kedua tangannya memainkan kitab pusaka itu.

Tat Mo Cauwsu 637


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Wajahnya juga tampak riang sekali memperlihatkan


senyumnya yang lebar. “Kitab pusaka yang bagus sekali yang
telah menelan banyak korban…..!” kata pelajar tua tersebut.
“Siapa kau?” bentak Pai Cing Han dengan suara yang dingin.
“Kembalikan kitab itu........!”
Pelajar tua itu telah menoleh dengan mata agak dipicingkan
memandang kepada Pai Cing Han, lalu katanya diiringi
tertawanya, “Kau tentunya Tocu dari Cie-hung-to, bukankah
tepat dugaanku?”
“Tidak salah…...!” menyahuti Pai Cing Han dengan berang.
“Cepat kembalikan kitab pusaka itu, jika tidak aku akan
mematahkan batang lehermu........!”
Bu Bok Sun yang menyaksikan hal itu juga jadi tertegun, ia
telah memandang kepada pelajar tua tersebut dengan sorot mata
tajam, akhirnya dengan suara yang tergagap ia bertanya,
“Bukankah engkau........ Bin-san Siucai (Pelajar dari gunung
Bin-san)?”
Pelajar tua tersebut telah mengangguk cepat, ia masih
tertawa-tawa dan katanya,
“Ya benar......... memang aku Bin-san Siucai Lauw Ho Lun.
Aku tidak menyangka bahwa disini ada orang yang kenal juga
dengan diriku…..!” dan setelah berkata begitu, Bin-san Siucai
tertawa bergelak lagi.
Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan sabar, ia berkata
dengan suara mengandung kemarahan, “Cepat kembalikan kitab
pusaka itu........!”
Dan Pai Cing Han bukan hanya berkata, ia telah menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah mencelat cepat sekali, dan tangan

Tat Mo Cauwsu 638


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kanannya telah digerakkan untuk melayang menyambar ke arah


kitab pusaka yang berada di tangan pelajar tersebut.
Tetapi Bin-san Siucai rupanya memang memiliki kepandaian
tinggi, karena begitu melihat Pai Cing Han bergerak menyambar
ke arah dirinya, ia cepat-cepat telah melompat menyingkir.
Namun Pai Cing Han sebagai tokoh persilatan yang namanya
menggetarkan rimba persilatan, mana mudah begitu saja
dihindarkan. Begitu sambaran tangannya pada kitab pusaka
tersebut lolos, segera ia mempergunakan telapak tangannya
menghantam ke arah pundak Bin-san Siucai Lauw Ho Lun.
Tenaga sin-kang yang dipergunakannya sangat kuat,
walaupun Lauw Ho Lun berhasil mengelakkan diri lagi, tidak
urung lengannya tergetar terkena serempetan angin pukulan itu.
Sampai ia merasa nyeri.
Diwaktu itulah Bin-san Siucai tersebut telah tertawa
bergelak-gelak lagi, kemudian dengan sikap angkuh ia berkata,
“Memang tidak salah apa yang dikatakan oleh orang-orang
rimba persilatan, bahwa tocu dari pulau Cie-hung-to memiliki
kepandaian yang menakjubkan........!”
Dan Bin-san Siucai berkata sambil menjejakkan kaki
kanannya, tahu-tahu tubuhnya mengambil sikap seperti hendak
berputar, membarengi dengan mana, tubuhnya telah melambung
sejauh kurang lebih empat tombak, maksudnya hendak
meninggalkan tempat itu.
Pai Cing Han mengeluarkan seruan marah. “Hendak lari
kemana kau?” dan tubuh Pai Cing Han juga telah berkelebat
mengejar Bin-san Siucai tersebut.

Tat Mo Cauwsu 639


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Mereka merupakan orang-orang yang memiliki Gin-kang


tinggi, maka begitu mereka bergerak, tubuh mereka seperti juga
bayangan. Cepat sekali dia saling kejar mengejar.
Bu Bok Sun menghela napas, ia tiba tiba melihat Pai Ing Siu
dan istri Pai Cing Han. Muka Bu Bok Sun tiba tiba berobah jadi
terang.
“Aha, inilah kesempatan yang baik,” berpikir Bu Bok Sun,
dan tanpa membuang-buang waktu lagi, ia telah melompat ke
dekat Pai Ing Siu dan ibunya.
Pai Ing Siu dan ibunya waktu melihat Bu Bok Sun
menghampiri mereka, telah timbul dugaan yang tidak baik
terhadap orang she Bu tersebut. Lebih-lebih ketika itu Bu Bok
Sun telah menggerakkan tangan kanannya, di mana ia telah
mengulurkannya untuk mencengkeram lengan Pai Ing Siu.
Walaupun masih kecil, tetapi karena sejak berusia tiga tahun
Pai Ing Siu telah dididik oleh ayahnya, maka ia memiliki
kepandaian yang lumayan. Dan juga disamping itu, gadis kecil ini
memiliki hati yang tabah sekali, sehingga waktu melihat
lengannya hendak dicengkeram oleh Bu Bok Sun ia melompat ke
samping mengelakkan diri.
“Hemmm, engkau hendak lari kemana bocah?” bentak Bu
Bok Sun dengan suara yang keras, dan telah maju lagi
mengejarnya, sambil menggerakkan kedua tangannya waktu telah
tiba di dekat gadis kecil itu, ia bermaksud akan menangkap
lengan gadis cilik itu.
Namun Pai Ing Siu telah menggerakkan tangannya yang
kanan untuk menghantam.
“Bukkk.........!” dada Bu Bok Sun kena dihantamnya,
memang Bu Bok Sun sama sekali tidak berusaha berkelit. Tetapi

Tat Mo Cauwsu 640


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tangan kanan dari Bu Bok Sun telah diulurkan mencengkeram


pergelangan tangan Pai Ing Siu.
Pai Ing Siu kaget bukan main waktu merasakan pergelangan
tangannya sakit sekali, ia juga mengeluarkan suara seruan yang
nyaring. Namun bersamaan dengan itu, ia teringat kepada jurus-
jurus yang diajarkan oleh Tat-mo Cauwsu, yaitu “Sam-kun-pa-
houw”, maka segera ia menggerakkan tangannya yang satunya
sambil merandekkan tubuhnya, menjalankan jurus yang
diperolehnya dari pendeta India itu.
Luar biasa, pergelangan tangan Pai Ing Siu yang semula kena
dicengkeram oleh Bu Bok Sun jadi terlepas, karena Bok Sun
merasakan jalan darah “Kie-me-hiat”nya kena tertotok dengan
kuat.
Walaupun totokan tersebut tidak bisa mematikannya, tetapi
kenyataannya ilmu dari “Sam-kun-pa-houw” tersebut merupakan
jurus-jurus pukulan yang hebat sekali, dimana walaupun hanya
dalam bentuk tiga jurus saja, tokh memiliki sasaran yang bisa
mematikan.
Untung saja Pai Ing Siu seorang gadis cilik yang tenaga
dalamnya belum seberapa, dengan memiliki totokannya pada
jalan darah “Kie-me-hiat”nya Bu Bok Sun tidak mematikan.
Tetapi itu telah membuat Bu Bok Sun jadi terhuyung dengan
kedua tangannya terasa lemas tidak bertenaga.
Inilah yang menyebabkan cekalannya jadi terlepas. Setelah
tertegun sejenak, Bu Bok Sun berseru marah,
“Mau kemana kau?” Tubuhnya juga gesit sekali mengejar
Pai Ing Siu yang waktu itu tengah berlari mendekati ibunya.
Isteri Pai Cing Han merupakan seorang wanita yang cantik
dan lemah lembut, ia tidak mempelajari ilmu silat, maka dia itu
sekarang melihat putrinya dikejar-kejar oleh Bu Bok Sun seperti

Tat Mo Cauwsu 641


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

itu, dimana putrinya tengah terancam keselamatannya, ia jadi


berkuatir sekali. Ketika Pai Ing Siu telah tiba di dekatnya, segera
dirangkulnya.
Bu Bok Sun waktu itu telah sampai, dan sambil tertawa
menyeringai telah berkata,
“Hemmm, kalian ibu dan anak harus kutawan…….!” dan
kedua tangannya diulurkan serentak, tangan kanannya menotok
jalan darah Lu-yang dan jalan darah Ku-lim pada tubuh Pai Ing
Siu, sedangkan tangan kirinya menotok jalan darah siang-hong
pada tubuh nyonya Pai tersebut. Maka tidak ampun lagi ibu dan
anak telah terjungkel rubuh tidak bisa bergerak lagi.
Bu Bok Sun tertawa bergelak-gelak, kemudian menoleh
kepada Lung Kiu Eng, katanya, “Ringkus kedua orang ini!”
Jika dalam keadaan biasa, tentu Lung Kiu Eng gembira
sekali untuk meringkus ibu dan anak itu. Tetapi karena sekarang
ia mengetahui bahwa kedua orang itu ibu dan anak tersebut
adalah istri dan anaknya Pai Cing Han, tokoh persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, hatinya jadi ciut.
“Susiok......... apakah tidak akan berbahaya......... Ini........ ini
tentu akan mendatangkan kemarahan yang bukan main pada Pai
Cing Han......... tentu..... tentu akan menimbulkan urusan yang
tidak menggembirakan........!” sambil berkata begitu, Lung Kiu
Eng telah mengawasi Bu Bok Sun dengan sorot mata
mengandung keraguan.
Bu Bok Sun mendengus, dan kemudian tertawa dingin,
katanya, “Ringkus dan tidak perlu engkau banyak tanya lagi,
semua yang akan terjadi nanti akan kupertanggung
jawabkan........!”

Tat Mo Cauwsu 642


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Lung Kiu Eng tidak berani membantah perintah paman


gurunya tersebut, segera ia memberi isyarat kepada anak
buahnya, lalu bersama-sama meringkus Pai Ing Siu dan ibunya.
Ibu dan anak yang telah tertawan itu dibawa masuk ke dalam
markas mereka, dan memang Bu Bok Sun berharap jika Pai Cing
Han berhasil merebut kembali kitab pusaka itu dari tangan Bin-
san, Siucai, maka ia hendak mempergunakan ibu dan anak itu
sebagai barang tebusan. Dan ia yakin bahwa Pai Cing Han tentu
lebih menyayangi anak dan istrinya tersebut dibandingkan
dengan kitab pusaka itu.
◄Y►
PAI CING HAN yang mengejar Bin-san Siucai waktu itu
diliputi kemarahan yang luar biasa. Ia telah mengempos
semangatnya dan mengejar dengan cepat, tetapi Bin-san Siucai
juga memiliki gin-kang yang tinggi sekali, sehingga ia bisa
berlari cepat tidak terkejar oleh Pai Cing Han.
Tubuh mereka berkelebat-kelebat meninggalkan daerah
tersebut. Dalam waktu yang singkat saja telah melalui puluhan
lie, dan juga Pai Cing Han semakin lama telah mengejar semakin
cepat. Bin-san Siucai beberapa kali telah berteriak dengan suara
nyaring mengejek kepada Pai Cing Han,
“Aha, aha, mari kita berlomba untuk mengadu kecepatan
berlari, apakah memang engkau memiliki gin-kang yang
sempurna? Ayo, kejarlah aku........!” dan sambil mengejek begitu,
Bin-san Siucai Lauw Ho Lun telah berlari lebih cepat lagi.
Kejar mengejar seperti itu berlangsung terus, sampai
akhirnya tampak Pai Cing Han telah berhasil memperpendek
jarak mereka, yang hanya terpisah kurang lebih empat tombak.
Waktu itu mereka telah berada di sebuah hutan lapangan
rumput yang di pinggir kanannya tampak sebuah hutan yang

Tat Mo Cauwsu 643


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

cukup lebar. Dan Bin-san Siucai telah berlari terus akan menuju
ke arah hutan itu.
Melihat ini Pai Cing Han kuatir akan kehilangan jejak orang
buruannya itu. Ia telah mengempos semangatnya, sambil
mengeluarkan suara bentakan yang keras.
Tahu-tahu Pai Cing Han telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya seperti juga sebuah bola yang berputar di tengah udara,
berjumpalit, dan ketika hinggap di atas tanah, ia telah menotol
lagi. Tubuhnya kembali melambung ke tengah udara,
berjumpalitan lagi, kemudian meluncur hanya terpisah kurang
dari setombak di dekat Bin-san Siucai.
Pelajar itu juga terkejut waktu merasakan berkesiuran angin
disisi tubuhnya, ia telah menggerakkan tangan kirinya,
menyampok ke arah Pai Cing Han.
Tetapi Pai Cing Han waktu meluncur turun, telah
mempersiapkan tenaganya, dimana begitu Bin-san Siucai
menyerangnya, ia menangkis dengan tangan kanannya. Benturan
kedua tangan itu kuat sekali, tubuh Bin-san Siucai tergoncang
keras, namun ia hanya mundur satu langkah, dan menarik pulang
tangan kirinya.

––––––––

JILID 17

Tat Mo Cauwsu 644


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pai Cing Han tidak hanya menangkis, karena begitu Bin-san


Siucai menarik pulang tangannya, Pai Cing Han malah
membarengi menotok ke arah ketiak lawannya. Totokan yang
dilakukannya tersebut merupakan totokan yang disertai tenaga
sin-kang, kalau mengenai sasaran dengan tepat, jelas akan
membuat Bin-san Siucai tergempur tenaga dalamnya.
Pelajar tersebut mana mau membiarkan dirinya tertotok,
cepat sekali ia telah mengeluarkan tenaga dalamnya dan berusaha
menangkis lagi.
Walaupun gerakannya kalah cepat dengan gerakan tangan
Pai Cing Han, namun kenyataannya ia masih berhasil menangkis.
Dan dikala tangan Pai Cing Han masih juga meluncur lagi ke
arah atas dari ketiaknya, Bin-san Siucai telah melompat mundur
tiga langkah.
Kedua orang yang masing-masing memiliki kepandaian
tinggi itu berdiri berhadapan. Mereka saling pandang dengan
sorot mata yang tajam.
Bin-san Siucai yang memang bersikap selalu jenaka, telah
mengeluarkan suara tertawa bergelak, sambil ejeknya,
“Hemmm, kita telah main-main beberapa jurus, tentu engkau
telah melihat bahwa kepandaian Bin-san Siucai tidak berada di

Tat Mo Cauwsu 645


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sebelah bawah kepandaianmu, bukan? Mari, mari kita main-main


seribu jurus lagi........!”
Pai Cing Han telah mengawasi dengan mata mendelik,
katanya bengis, “Serahkan kitab pusaka itu, atau memang engkau
akan kubinasakan........!”
“Jika memang engkau memiliki kesanggupan untuk
membinasakan aku, silahkan......... silahkan kau turun tangan........
aku akan melayaninya........!” sambil menantang begitu, kembali
Bin-san Siucai telah tertawa terbahak-bahak keras sekali, sampai
tubuhnya tergoncang.
Bukan main mendongkol dan marahnya Pai Cing Han,
sehingga tubuhnya tergetar. Dan kemudian dengan mengeluarkan
suara dengusan, ia melangkah maju dua langkah.
Tahu-tahu kedua tangannya telah dirangkapkan kemudian
dengan menekuk sedikit kaki kanannya serentak kedua telapak
tangan itu telah mendorong. Hebat sekali tenaga yang meluncur
keluar dari kedua telapak tangan tersebut, sehingga bergemuruh
angin terjangan yang menghantam kepada Bin-san Siucai.
Bin-san Siucai juga terkejut melihat cara menyerang
lawannya, karena ia mengetahui bahwa itulah pukulan yang
dinamakan “Im-yang-kun” merupakan ilmu pukulan yang hebat
sekali dan terkenal di dalam rimba persilatan.
Tanpa berayal, ia telah mengelakkan diri dan sambil
melompat ke samping. Ia juga telah membalas melancarkan
gempuran dengan kepalan tangannya.
Begitulah, kedua orang ini terlibat lagi dalam pertempuran
yang seru sekali. Tubuh mereka berkelebat-kelebat gesit dan juga
menimbulkan angin yang berkesiuran keras, dimana masing-
masing tengah mengerahkan tenaga dalam mereka.

Tat Mo Cauwsu 646


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi setelah lewat lagi tigapuluh jurus lebih, rupanya Bin-


san Siucai Lauw Ho Lun merasakan desakan yang kuat dari Pai
Cing Han, yang datangnya beruntun sekali, sehingga membuat ia
sulit bernapas. Cepat-cepat Bin-san Siucai mengatur
pernapasannya.
Dan setelah balas menyerang satu kali, ia telah melompat
mundur, dan membalikkan tubuhnya untuk berlari lagi!
“Mau lari kemana kau?” bentak Pai Cing Han penuh
kemarahan dan telah mengejarnya lagi dengan cepat.
Bin-san Siucai mengeluarkan suara tertawa yang keras, dan
ia berkata, “Kejarlah aku jika memang engkau memiliki
kemampuan..........!”
Mendengar ejekan tersebut, Pai Cing Han mengeluarkan
seruan marah dan mempercepat larinya untuk dapat menyandak
Bin-san Siucai. Begitulah mereka telah saling kejar mengejar
kembali, sedangkan Bin-san Siucai juga mengempos
semangatnya, berusaha melepaskan diri dari kejaran Pai Cing
Han.
Waktu mereka tengah saling kejar mengejar seperti itu dan
tiba di dekat permukaan hutan, disaat itulah Bin-san Siucai
melihat seseorang yang tengah duduk di bawah sebatang pohon
yang cukup rindang di permukaan hutan tersebut.
Ia melihatnya, orang itu memakai jubah sebagai seorang
pendeta, seorang pendeta asing dengan hidung yang mancung dan
berewokan yang lebat didagunya, rupanya tengah duduk
beristirahat disitu.
Pendeta asing itupun sejak tadi tengah mengawasi kedua
orang yang tengah saling kejar mengejar tersebut. Dan waktu
melihat kedua orang yang tengah saling kejar-kejaran itu menuju
ke tempatnya berada, pendeta itu berdiri dari duduknya.

Tat Mo Cauwsu 647


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bin-san Siucai telah tertawa waktu sampai di dekat pendeta


itu. “Taisu........ lihatlah diriku dikejar-kejar terus menerus
olehnya, ia hendak merampok harta bendaku.........!” kata Bin-san
Siucai sambil tertawa.
Waktu itu Pai Cing Han telah tiba di tempat itu juga, ia
mengawasi sejenak kepada pendeta asing itu, lalu membentak
kepada Bin-san Siucai. “Cepat kau kembalikan kitab pusaka itu,
atau engkau benar-benar harus binasa di tanganku!” bentaknya.
Bin-san Siucai tertawa lagi, ia menunjuk kepada Pai Cing
Han, katanya kepada pendeta asing itu, “Taisu lihat, betapa orang
ini benar-benar tidak kenal aturan........ Ia telah mendesak terus
hendak merampok hartaku........! Hemmmm, orang seperti itu
pantasnya diserahkan kepada pihak yang berwajib........!”
Tanpa menanti Bin-san Siucai selesai berkata, Pai Cing Han
telah mengeluarkan bentakan marah, tubuhnya cepat sekali telah
melompat sambil tangannya melancarkan serangan kepada Bin-
san Siucai. Serangan yang dilakukan oleh Pai Cing-Han
merupakan serangan yang bisa mematikan, karena angin dari
serangan itu berkesiuran kuat sekali.
Pendeta asing itu tampaknya terkejut, dengan cepat tangan
kanannya telah diangkat.
“Jangan mencelakai orang........!” katanya dengan suara yang
sabar, dan diwaktu itu tangannya yang diangkat telah membentur
tangan Pai Cing Han, sehingga mengeluarkan suara bentrokan
yang sangat kuat sekali.
Bin-san Siucai sendiri tertawa hahaha hehehe waktu
menyaksikan hal itu. “Janganlah turun tangan begitu
telengas.........!”
Pai Cing Han waktu menyaksikan benturan tangannya
dengan tangan pendeta asing tersebut, mengeluarkan seruan

Tat Mo Cauwsu 648


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

heran, karena ia merasa pergelangan tangan pendeta asing itu


lunak sekali seperti kapas.
Sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
tinggi sekali, disamping itu juga telah berpengalaman, seketika
itu juga Pai Cing Han menyadari bahwa pendeta asing ini bukan
orang sembarangan dan sin-kangnya telah tinggi sekali.
Ia menarik pulang tangannya, dan kemudian dengan mata
memandang tajam kepada pendeta itu, Pai Cing Han menegur,
“Siapakah Taisu, mengapa mencampuri urusan kami?”
Pendeta itu merangkapkan kedua tangannya, dengan sikap
yang sabar menyahuti, “Siauw-ceng bergelar Tat-mo
Cauwsu.........!”
“Oh, kiranya engkau..........!” kata Pai Cing Han sambil
memperlihatkan sikap yang lebih sabar dari semula.
“Engkaulah yang telah mengajari puteriku tiga jurus “Sam-
kun-pa-houw”.......... terima kasih atas perhatian Taisu terhadap
puteriku itu.”
Tat-mo Cauwsu jadi memperlihatkan perasaan heran.
“Siapakah puterimu itu” “tanyanya.
“Puteriku itu menceritakan, ketika tengah bermain perahu
bersama Taisu, telah diganggu oleh Jie-liong-kim-hay. Dan
puteriku itu mengatakan untung saja ada Taisu yang telah turun
tangan membereskan Jie-liong-kim-hay........ Dan juga telah
menurunkan tiga jurus ilmu pukulan “Sam-kun-pa-houw”. Untuk
itu aku Pai Cing Han mengucapkan terima kasih..........”
Tat-mo Cauwsu telah cepat-cepat membalas hormat dari Pai
Cing Han, kemudian katanya dengan ragu-ragu, “Kalau
begitu.......... Siecu tentunya Tocu Cie-hung-to yang bernama Pai
Cing Han?”

Tat Mo Cauwsu 649


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Tepat........!”
“Tetapi........ mengapa tuan ini........mengatakan bahwa Siecu
hendak merampas harta dan bendanya?” tanya Tat-mo Cauwsu
lagi.
“Itulah dusta belaka........!” kata Pai Cing Han kemudian. “Ia
telah merampas kitab pusaka milikku dan membawanya lari........
tentu saja aku telah mengejarnya untuk meminta pulang
padanya........!”
“Hemmm, engkau bisa saja memutar balik urusan!” kata
Bin-san Siucai dengan suara yang nyaring, kemudian diiringi
oleh suara tertawanya yang keras. “Engkau sejak tadi telah
mendesak padaku, agar menyerahkan barang dan hartaku
kepadamu, jika tidak engkau hendak membinasakan aku........!”
Muka Pai Cing Han merah padam karena murka bukan main,
tubuhnya sampai gemetaran keras.
“Taisu, dia seorang yang licik!” kata Pai Cing Han kemudian
dengan suara mengandung kemarahan. “Biarlah aku
membereskan dia lebih dulu, nanti barulah kita bercakap-cakap
lagi!”
Dan tanpa menantikan jawaban Tat-mo Cauwsu, segera juga
Pai Cing Han menjejakkan kakinya, tubuhnya cepat dan gesit
sekali telah mencelat menerjang kepada Bin-san Siucai.
Tetapi Bin-san Siucai Lauw Ho Lun telah berlari-lari sambil
menghindarkan diri dari segala serangan Pai Cing Han, ia berlari
memutari Tat-mo Cauwsu.
Pendeta India tersebut ternyata tidak bisa berdiam diri saja.
Waktu Pai Cing Han hendak melancarkan pukulan pula ke
punggung Bin-san Siucai, diwaktu itulah Tat-mo Cauwsu telah
mengibaskan tangannya. Serangkum angin yang kuat telah

Tat Mo Cauwsu 650


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menangkis pukulan Pai Cing Han, membuat tubuh Pai Cing Han
tergoncang keras, terpaksa orang she Pai tersebut mundur tiga
langkah.
Di waktu itulah Tat-mo Cauwsu juga telah menggerakkan
tangannya yang satu, tahu-tahu ia telah menyambar pergelangan
tangan Bin-san Siucai, dan cepat sekali ia telah berhasil mencekal
pergelangan tangan dari pelajar tua tersebut.
Bin-san Siucai jadi terkejut waktu melihat tangan Tat-mo
Cauwsu hendak mencekal pergelangan tangannya dan ia lebih
terkejut lagi setelah merasakan pergelangan tangannya itu kena
dicekal tanpa ia sempat mengelakkan diri. Kepandaian Bin-san
Siucai tinggi, namun dalam satu gebrakan seperti itu Tat-mo
Cauwsu telah bertindak luar biasa.
“Tuan, sekarang katakanlah yang sebenarnya......... Apakah
memang kau yang telah mengambil kitab pusaka dari Pai Siecu
itu?” tanya Tat-mo Cauwsu sambil mengawasi Bin-san Siucai
dengan mata yang tajam.
Bin-san Siucai hanya terkejut sejenak waktu pergelangan
tangannya kena dicekal oleh Tat-mo Cauwsu, setelah itu ia
memperdengarkan suara tertawanya lagi, katanya,
“Jika benar apa yang hendak dilakukan Taisu? Jika tidak, apa
pula yang ingin dilakukan Taisu?”
Tat-mo Cauwsu telah bersenyum dengan sikapnya yang
sabar.
“Tuan ceritakan yang sebenarnya. Jika memang benar Pai
Siecu itu hendak merampas harta dan barangmu, maka aku akan
memberikan nasehat padanya. Tetapi jika engkau berdusta, untuk
selanjutnya sifat buruk itu harus kau lenyapkan, karena itu bisa
membahayakan dirimu sendiri. Dan jika memang benar engkau
telah mengambil kitab pusaka milik Pai Siecu, kembalikanlah!”

Tat Mo Cauwsu 651


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bin-san Siucai telah tertawa keras, tahu-tahu ia telah


menggerakkan tangannya, ia menariknya sehingga terlepas dari
cekalan Tat-mo Cauwsu. Dan sambil tetap tertawa seperti itu,
tahu-tahu ia telah memutar tubuhnya, kemudian berlari dengan
cepat sekali. Maksudnya hendak menjauhi diri dari Pai Cing Han
dan Tat-mo Cauwsu.
Melihat kelakuan Bin-san Siucai, Tat-mo Cauwsu segera
dapat menerkanya, bahwa Bin-san Siucai lah yang telah
berbohong. Maka waktu melihat Bin-san Siucai Lauw Ho Lun
hendak melarikan diri seperti itu, pendeta India tersebut telah
tersenyum, tahu-tahu ia telah menggerakkan tangan kanannya,
dengan mana ia telah menghantam ke punggung Lauw Ho Lun.
Waktu itu Bin-san Siucai tengah berlari cepat sekali, karena
ia memang memiliki gin-kang yang tinggi. Namun diwaktu ia
baru berlari belasan tombak, tiba-tiba ia merasakan berkesiuran
angin dari belakang punggungnya dan kemudian ia merasakan
tenaga membetot yang kuat sekali.
Ia jadi kaget dan mengempos semangatnya hendak berlari
terus, tetapi justru di waktu ia hendak mengerahkan tenaganya
untuk berlari terus, dikala itu tubuhnya seperti telah terbetot keras
sekali ke belakang dan jatuh terjengkang!
Ternyata Tat-mo Cauwsu telah mempergunakan semacam
ilmu dari Yoga, karena Tat-mo Cauwsu memang telah melatih
mahir ilmu Yoganya. Ia bisa mempergunakan kekuatan
tenaganya selain menghantam kuat menghancurkan lawan, pun
dia bisa mempergunakan tenaganya untuk membetot. Dengan
begitu, Bin-san Siucai jadi gagal sama sekali melarikan diri.
Di saat ia telah melompat bangun berdiri pula, Tat-mo
Cauwsu telah berdiri di sampingnya.

Tat Mo Cauwsu 652


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Bin-san Siucai memandang Tat-mo Cauwsu dengan sorot


mata penasaran, ia berkata, “Taisu........ engkau rupanya memang
ingin main-main denganku? Tahukah engkau siapa aku?”
Tat-mo Cauwsu tersenyum tawar, katanya, “Siecu rupanya
memang hendak mempermainkan Pai Siecu……. Silahkan Siecu
kembalikan kitab pusaka dari Pai Siecu yang telah diambil
olehmu tadi.........!”
Bin-san Siucai mendongkol bukan main, ia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek. Di dalam rimba
persilatan, Bin-san Siucai merupakan seorang tokoh persilatan
yang disegani dan dihormati, karena memang ia memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi sekarang Tat-mo Cauwsu seperti
juga tidak memandang sebelah mata padanya.
“Hmmm pendeta asing ini rupanya belum mengetahui siapa
aku sebenarnya.........!”
Setelah berpikir begitu, Bin-san Siucai berkata,
“Taisu, aku Bin-san Siucai tidak akan mundur menghadapi
siapapun juga......... Jika memang Taisu masih hendak menahan
diriku, baiklah aku akan melayani keinginan Taisu.........”
Pai Cing Han waktu itu telah melangkah menghampiri
sambil berkata kepada Tat-mo Cauwsu, “Taisu........ biarkan aku
yang menghadapinya........!”
Tetapi Tat-mo Cauwsu telah mengulap-ulapkan tangannya,
“Biarlah Pai Siecu, aku yang akan memintakan kembali kitab
pusakamu itu........!” kata Tat-mo Cauwsu.
Kemudian memandang tajam kepada Bin-san Siucai, sambil
tanyanya, “Apakah Siecu masih tidak hendak mengembalikan
kitab pusaka milik Pai Siecu?”

Tat Mo Cauwsu 653


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Melihat sinar mata Tat-mo Cauwsu yang tajam, Bin-san


Siucai merasakan hatinya agak tergoncang, tetapi kemudian ia
tertawa dingin.
“Memang benar aku telah mengambil kitab pusaka milik
orang she Pai itu, apa yang hendak dilakukan oleh Taisu?”
tanyanya dengan sikap yang menantang sekali.
Tat-mo Cauwsu bersenyum sabar, katanya,
“Tentu saja Siauw-ceng tidak bisa berbuat apa-apa, hanya
ingin minta kerelaan dari Siecu untuk mengembalikan kitab
pusaka milik Pai Siecu itu........!”
“Jika aku menolaknya?”
“Jangan membawa sikap begitu, Siecu........ karena yang akan
menemui kesulitan adalah Siecu sendiri!” kata Tat-mo Cauwsu
dengan sabar.
Tetapi Bin-san Siucai merupakan seorang pelajar tua yang
memiliki kepandaian tinggi dan pengalaman yang luas. Ia juga
tidak pernah jeri terhadap siapapun juga, maka dari itu ia sama
sekali tidak gentar untuk berurusan dengan pendeta dari India itu.
Jika tadi ia melihat Tat-mo Cauwsu tengah duduk di bawah
batang pohon itu, ia memang sengaja menghampirinya, hanya
sekedar untuk mempermainkan Pai Cing Han. Tetapi siapa
sangka Tat-mo Cauwsu merupakan seorang pendeta yang
memiliki kepandaian begitu tinggi.
Dengan demikian, Bin-san Siucai jadi bersiap sedia untuk
bertempur dengan pendeta ini, yang akhirnya membela Pai Cing
Han.
“Baiklah, jika memang Taisu hedak main-main denganku,
Bin-san Siucai Lauw Ho Lun tidak akan menampiknya........!”

Tat Mo Cauwsu 654


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kata Bin-san Siucai. “Silahkan Taisu memberikan


petunjukmu........!”
Tat-mo Cauwsu telah mengawasi Bin-san Siucai beberapa
saat lamanya, kemudian tanyanya, “Apakah........ tuan benar-
benar tidak hendak mengembalikan barang milik Pai Siecu itu?”
“Hemmm, Taisu tidak perlu mencampuri urusan itu. Tetapi
sekarang Taisu tinggal pilih, jika memang Taisu hendak
mencampuri urusan ini, berarti Taisu akan berurusan denganku,
tetapi jika memang Taisu tidak ingin terlibat dalam urusan yang
tidak menggembirakan, aku orang she Lauw tentu tidak akan
menolak untuk main-main denganmu, Taisu........!”
Tat-mo Cauwsu tertawa sabar.
“Baiklah jika memang Lauw Siecu menghendaki begitu,”
kata Tat-mo Cauwsu kemudian. “Terpaksa Siauw-ceng harus
main-main denganmu beberapa jurus.........!” Dan Tat-mo
Cauwsu mengambil sikap menanti, untuk menerima serangan.
“Silahkan........!” katanya kemudian.
Bin-san Siucai menoleh memandang pada Pai Cing Han
beberapa saat lamanya, kemudian ia memandang lagi kepada
pendeta India tersebut. Barulah kemudian ia tanpa segan-segan
telah menggerakkan tangan kanannya, menghantam ke arah dada
pendeta India itu. Tubuhnya berkelebat sangat cepat sekali,
dimana pada kepalan tangannya itu juga mengandung tenaga sin-
kang yang tangguh sekali.
Tat-mo Cauwsu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, dia
telah membiarkan dadanya dihantam oleh kepalan tangan Bin-san
Siucai.
“Bukkk!” kuat sekali kepalan tangan Bin-san Siucai telah
menghantam dada pendeta tersebut. Jika memang Bin-san Siucai

Tat Mo Cauwsu 655


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menghantam sebungkah batu, tentu batu itu akan hancur dan


remuk.
Tetapi kenyataannya sekarang, Tat-mo Cauwsu seperti juga
tidak merasakan suatu apapun juga, walaupun dadanya telah
begitu tepat dihantam oleh kepalan tangan Bin-san Siucai. Sambil
tersenyum Tat-mo Cauwsu malah berkata, “Silahkan Siecu
memilih bagian yang empuk.........!”
Mendengar tantangan yang merupakan ejekan tersebut, Bin-
san Siucai yang waktu itu tengah kaget karena seperti
menghantam kapas saja dan dada Tat-mo Cauwsu lunak tidak
memberikan tenaga perlawanan, jadi berbalik gusar.
Ia mengempos semangat dan tenaganya, diwaktu itulah ia
telah mengeluarkan suara bentakan yang sangat kuat sekali,
dibarengi dengan tangannya yang telah digerakkan untuk
menghantam lagi.
Angin pukulan itu berkesiuran keras dan kembali
menghantam dada Tat-mo Cauwsu. Karena pendeta India tersebut
memang sama sekali tidak menghindarkan diri dari gempuran itu.
Dan kembali Bin-san Siucai merasakan betapa kepalan
tangannya itu menghantam tepat sekali pada dada Tat-mo
Cauwsu, hanya dada itu lunak seperti kapas. Untuk kedua kalinya
ia menemui kegagalan.
Tat-mo Cauwsu masih berdiri tenang di tempatnya tanpa
memberikan perlawanan. Bin-san Siucai jadi malu dan penasaran
mukanya berobah menjadi merah sekali. Apa lagi ketika ia
melirik dan melihat Pai Cing Han tengah mengawasinya dengan
bibir tersungging senyuman mengejek.
Dengan mengempos seluruh kekuatannya, Bin-san Siucai
telah menghantam untuk ketiga kalinya. Kali ini tenaga

Tat Mo Cauwsu 656


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

serangannya itu dua kali lebih kuat dari tenaga serangannya yang
tadi, angin serangan tersebut juga berkesiuran sangat kuat.
“Bukkkkk........!” kembali dada Tat-mo Cauwsu tergempur
kuat sekali, karena pendeta tersebut sama sekali tidak berusaha
mengelakkan diri.
Tetapi berbeda dengan tadi, kali ini dada Tat-mo Cauwsu
keras melebihi besi, sehingga begitu kepalan tangan Bin-san
Siucai mengenai dadanya, menghantam dengan kuat, seketika ia
mengeluarkan suara jeritan yang keras sekali, jerit kesakitan.
Tubuhnya juga telah terpental beberapa tombak.
Ternyata, waktu melihat Bin-san Siucai menyerang lagi
dengan mempergunakan kekuatan tenaga yang begitu besar, Tat-
mo Cauwsu telah mengganti hawa murni yang melapisi dadanya.
Jika semula Tat-mo Cauwsu mempergunakan tenaga Im (lunak),
ia kini mempergunakan tenaga Yang, yaitu keras.
Dengan begitu, dadanya melebihi kerasnya besi maupun
baja. Dan memang Bin-san Siucai telah menyerangnya begitu
kuat, menyebabkan tulang tangan Bin-san Siucai menjadi patah,
dan tubuhnya tertolak terpental begitu rupa.
Dengan meringis menahan sakit, Bin-san Siucai telah berdiri.
Sedangkan Tat-mo Cauwsu telah berkata, “Maaf, maaf.........
Lauw Siecu telah menyerang terlalu hebat melebihi takaran.........
Apakah engkau terluka?”
Bin-san Siucai memandang pada Tat-mo Cauwsu dengan
sorot mata mengandung dendam. Sedangkan Pai Cing Han
sambil senyum puas telah berkata,
“Cepat kembalikan kitabku.........!”
Tanpa banyak bicara Bin-san Siucai telah merogoh sakunya
dengan mempergunakan tangannya yang tidak patah. Kemudian

Tat Mo Cauwsu 657


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

melemparkan kitab pusaka yang semula telah dirampasnya itu


kepada Pai Cing Han.
Pai Cing Han menyambuti kitab itu, yang kemudian
disimpan di dalam sakunya.
Bin-san Siucai setelah melemparkan kitab pusaka itu kepada
Pai Cing Han, tanpa berkata sepatah katapun juga, telah memutar
tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali meninggalkan tempat
itu. Tat-mo Cauwsu hanya menghela napas saja, ia berkata
perlahan,
“Sesungguhnya kepandaian Lauw Siecu itu cukup tinggi,
hanya sayang sekali ia senang mempermainkan orang.........!”
Pai Cing Han telah menghampiri dan menjura memberi
hormat kepada pendeta India tersebut untuk mengucapkan terima
kasihnya.
“Dimanakah putrimu sekarang ini berada, siecu?” tanya Tat-
mo Cauwsu kemudian.
“Dia berada bersama ibunya........!”
Tetapi waktu berkata sampai disitu, wajah Pai Cing Han jadi
berobah. Ia terkejut sendirinya, karena teringat bahwa putrinya
bersama istrinya berada di sarang macan, dimana Bu Bok Sun
dan juga Lung Kie Eng berada disitu,
“Ahh, aku telah meninggalkan mereka begitu saja!” berseru
Pai Cing Han, dan tanpa menantikan Tat-mo Cauwsu bertanya
lagi, ia telah memutar tubuhnya untuk berlari ke markas Jie-
liong-kim-hay.
Tat-mo Cauwsu heran melihat sikap Pai Cing Han, tetapi ia
memang ingin bertemu lagi dengan Pai Ing Siu, yang
dianggapnya jenaka dan lincah menarik hati, dimana Tat-mo

Tat Mo Cauwsu 658


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Cauwsu bermaksud untuk melihat berapa jauh latihan Pai Ing Siu
terhadap ketiga jurus ilmu pukulan yang telah diturunkannya.
Dan Tat-mo Cauwsu juga memang hendak menurunkan
beberapa jurus ilmu silat lagi kepada gadis itu, kalau saja Pai
Cing Han meluluskan keinginannya itu.
Dengan gerakan yang ringan, Tat-mo Ciauwsu telah berlari
cepat sekali menyusul Pai Cing Han. Karena Gin-kang Tat-mo
Cauwsu telah mahir sekali, mudah saja ia mengikuti di belakang
Pai Cing Han.
Ketika sampai di depan markas Jie-liong-kim-hay, wajah Pai
Cing Han jadi berobah pucat, ia tidak melihat putri dan istrinya.
Disamping itu juga ia sama sekali tidak melihat seorang
manusiapun di sekitar tempat itu.
Dengan perasaan kuatir, tampak Pai Cing Han telah berlari
kesana kemari sambil memanggil-manggil putrinya. Tetapi
sejenak kemudian mukanya jadi berobah merah padam.
“Hemmmm, tentunya orang-orang Jie-liong-kim-hay yang
telah mempergunakan kesempatan disaat aku tidak berada disini
untuk berbuat kurang ajar pada Siu-jie dan istriku.........!”
Karena berpikir begitu, dengan murka tampak Pai Cing Han
telah menghampiri pintu gerbang dari gedung yang dijadikan
markas Jie-liong-kim-hay itu. Dia murka berbareng diliputi
kekuatiran.
Tat-mo Cauwsu hanya berdiam diri mengawasi tingkah laku
Pai Cing Han, dia juga heran melihat di sekitar tempat itu tidak
terdapat seorang manusiapun juga, dan tidak mengerti mengapa
Pai Cing Han mengajaknya ke tempat ini.
Tetapi disebabkan Tat-mo Cauwsu melihat sikap Pai Cing
Han yang tampaknya begitu gugup dan bingung, maka dia

Tat Mo Cauwsu 659


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

membiarkan saja Pai Cing Han menghampiri pintu gedung markas


Jie-liong-kim-hay.
Dengan gusar Pai Cing Han telah mempergunakan tangan
kanannya menghantam daun pintu gedung itu.
“Brakkk..........!” daun pintu tersebut terhantam pecah karena
Pai Cing Han telah memukul dengan mempergunakan sin-kang
yang penuh.
Dengan gerakan yang lincah, tubuh Pai Cing Han juga telah
melompat masuk ke dalam gedung itu. Sedangkan Tat-mo
Cauwsu telah menghampiri ke pintu gerbang gedung itu untuk
melihat keadaan di dalam gedung tersebut.
Sunyi dan sepi sekali keadaan di gedung itu dan juga
tampaknya memang tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Pai Cing Han dengan gusar telah berteriak nyaring sekali,
“Bu Bok Sun......... keluarlah kau.........!”
Tidak terdengar sahutan.
Kembali Pai Cing Han telah berteriak dengan nyaring,
memanggil Bu Bok Sun, tetapi tidak terdengar suara sahutan.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han, tubuhnya sampai gemetaran
keras.
“Jika engkau tidak juga mau keluar, biarlah gedung ini akan
kubakar........!” ancam Pai Cing Han dengan suara yang nyaring.
Waktu itulah terdengar suara tertawa yang dingin
mengandung ejekan, dari ruang dalam telah melompat keluar
sesosok tubuh. Kemudian disusul dengan beberapa sosok tubuh
lainnya.

Tat Mo Cauwsu 660


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Ternyata orang yang melompat keluar itu adalah Bu Bok


Sun, dan juga diiringi oleh Lung Kiu Eng serta beberapa orang
anak buah Lung Kiu Eng.
“Pai Tocu, mengapa kau datang kembali sambil marah-
marah seperti itu? Bukankah kitab pusaka yang kau kehendaki
telah kuberikan?” tanya Bu Bok Sun sambil memperdengarkan
suara tertawa mengejeknya, sama sekali ia tidak memperlihatkan
perasaan takut.
Muka Pai Cing Han merah padam, ia menegur dengan gusar,
“Mana puteri dan istriku?”
“Mana aku tahu? Pai Tocu........ Bukankah mereka
menyusulmu?” tanya Bu Bok Sun dengan sikap mengejek. “Aku
mana memiliki waktu untuk mengurusi mereka........!”
“Orang she Bu........!” bentak Pai Cing Han dengan suara
mengandung kemarahan bukan main. “Jika engkau tidak
mengatakan terus terang mengenai diri putriku dan isteriku, akan
kubinasakan kalian semuanya........!”
Mendengar ancaman Pai Cing Han, Bu Bok Sun tertawa
bergelak-gelak.
“Hebat! Hebat! Engkau ingin memusnahkan kami semua?
Ohh, sungguh maksud yang baik sekali! Aku orang she Bu sama
sekali tidak akan mundur!
“Tadi engkau telah meminta kitab pusaka yang kau katakan
milikmu, aku telah mengalah dan memberikannya........ Tetapi
sekarang setelah memperoleh kitab itu engkau kembali kemari
marah-marah seperti itu bahkan mengancam kami ingin
dibinasakan olehmu........! Ohhh, apakah engkau mengenal aturan
Kang-ouw?”

Tat Mo Cauwsu 661


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemmm, jika engkau tidak mau bicara terus terang


mengenai keadaan puteriku dan isteriku itu, aku akan
membuktikan ancamanku itu. Kalian seluruhnya akan
kubinasakan!” kata Pai Cing Han.
Bu Bok Sun memperdengarkan suara tertawa dingin sambil
katanya kemudian,
“Baik, baik, apa keinginanmu yang sebenarnya? Tampaknya
memang engkau mencari-cari urusan dengan kami........!”
Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya.
Dengan diiringi suara teriakan yang nyaring, ia telah mencelat
menerjang kepada Bu Bok Sun, cepat sekali ia telah
menggerakkan kedua tangannya, dimana ia melancarkan
gempuran kuat sekali.
Bu Bok Sun yang telah menduga bahwa Pai Cing Han akan
melancarkan serangan kepadanya, memang telah bersiap-siap
sejak tadi. Begitu melihat orang she Pai tersebut memang benar-
benar melancarkan serangan padanya, ia tidak tinggal berdiam
diri. Tanpa menanti tibanya serangan, ia telah melompat ke
samping, dan membarengi menyerang ke pinggang Pai Cing Han.
Serangan yang dilakukan oleh Bu Bok Sun mengandung
kekuatan tenaga sin-kang yang hebat, memang
kepandaiannyapun tinggi sekali. Jika belum lama yang lalu dia
menyerah kalah kepada Pai Cing Han dan mengembalikan kitab
pusaka yang dikehendaki Pai Cing Han, waktu itu ia tengah
terluka di dalam, tenaga dalamnya tidak bisa kumpul dengan
baik, memerlukan empatpuluh hari guna mengobatinya.
Tetapi sekarang, karena ia tidak mau begitu saja diserang
oleh Pai Cing Han. Ia telah melancarkan serangan balasan yang
lebih cepat tanpa menantikan tibanya serangan yang dilakukan
Pai Cing Han, dengan harapan bisa merebut waktu.

Tat Mo Cauwsu 662


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Perlu diketahui bagi seorang ahli silat yang telah memiliki


kepandaian tinggi sekali, waktu yang beberapa detik sangat
penting sekali. Dan Bu Bok Sun yang hendak merebut
kemenangan dari waktu tersebut, telah menyerang ke pinggang
Pai Cing Han mempergunakan seluruh kekuatan yang
dimilikinya.
Pai Cing Han melihat lawannya telah mengelakkan diri dan
malah telah melompat ke samping balas menyerang tanpa
menantikan tibanya serangan, ia jadi tambah mendongkol.
Tanpa menarik pulang serangannya, Pai Cing Han hanya
memiringkan tubuhnya dan membelokkan kedua tangannya,
maka ia telah menggempur ke arah Bu Bok Sun lagi.
Segera terdengar suara benturan yang kuat sekali, kekuatan
tenaga Pai Cing Han telah saling bentur dengan tenaga serangan
Bu Bok Sun. Terdengar suara menggelegar yang kuat
memekakkan anak telinga.
Tubuh Bu Bok Sun tergoncang keras, ia melangkah mundur
tiga langkah ke belakang. Sedangkan Pai Cing Han hanya
merasakan pergelangan tangannya tergetar dan kesemutan.
Namun ia tidak beranjak dari tempat berdiri. Malah begitu
tenaga mereka saling bentur dan diwaktu tubuh Bu Bok Sun
tengah terhuyung mundur seperti itu, Pai Cing Han telah
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyerang lagi!
Bu Bok Sun terkejut, dan ia merasakan bahwa kesempatan
untuk menangkis sudah tidak dimilikinya lagi. Hanya satu
satunya jalan yang bisa menyelamatkan dirinya dari serangan Pai
Cing Han, yaitu mengelakkan diri saja.
Ia telah membuang tubuhnya ke tanah bergelindingan disitu
beberapa tombak jauhnya.

Tat Mo Cauwsu 663


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Lung Kiu Eng yang melihat ancaman untuk Susioknya


tersebut, juga tidak bisa berdiam diri. Dengan cepat ia telah
melompat ke samping Pai Cing Han, dan di tangannya tercekal
sebatang golok.
Dengan senjata tajam tersebut ia telah membacok ke arah
punggung Pai Cing Han. Gerakan yang dilakukannya itu cepat
sekali, angin dingin berkesiuran.
Pai Cing Han juga mengetahui bahwa dari arah belakangnya
datang serangan membokong. Tanpa menoleh lagi ia telah
menyentil.
“Tringgg..........!” yang nyaring, dan membarengi dengan itu,
diwaktu golok tersebut terpental, cepat sekali ia telah
menggerakkan tangannya yang satu lagi, lewat ketiaknya, dia
telah menyerang dengan telapak tangannya.
Angin serangan itu berkesiuran sangat kuat dan segera
terdengar suara jeritan Lung Kiu Eng, yang tubuhnya telah
terpental, mengeliat-ngeliat di atas tanah tidak bisa bangun
dengan segera. Karena dadanya dirasakan seperti remuk akibat
serangan yang dilakukan Pai Cing Han.
Bu Bok Sun sendiri telah berdiri dengan muka beringas
memandang kepada Pai Cing Han, katanya dengan sengit,
“Bagus! Engkau terlalu memaksa kami! Jika begitu,
puterimu dan isterimu biarlah binasa bersama-sama kami!”
Muka Pai Cing Han jadi merah padam karena murka dan
kaget. “Katakan, apakah puteriku dan isteriku memang ditahan
oleh kalian?” tegurnya.
Bu Bok Sun telah mengangguk sambil memperdengarkan
suara tertawa dingin.

Tat Mo Cauwsu 664


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Benar!” katanya kemudian. “Jika memang engkau terlalu


mendesak kami, kami pun tidak takut untuk mati, tetapi puteri
dan isterimu itupun akan segera menemui kematian........!”
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun telah merogoh saku
bajunya, ia mengeluarkan sebatang panah bersuara, yang
dilontarkan ke tengah udara, mendesing mengeluarkan suara yang
sangat nyaring.
“Orang-orang kami yang berada di dalam telah bersiap-siap
dengan senjata tajam di tangan, untuk membinasakan puteri dan
isterimu! Panah yang pertama itu memberikan perintah kepada
mereka untuk bersiap-siap membinasakan puteri dan isterimu.
“Dan begitu kulepaskan anak panah keduanya, berarti jiwa
anak dan isterimu itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Begitu
kau memasuki gedung kami, kelak engkau hanya bisa menemui
dua sosok tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi dari kedua orang
yang engkau cintai itu..........!”
Bukan main marah dan kuatirnya Pai Cing Han, ia telah
berkata dengan suara membentak marah,
“Bebaskan mereka......... aku akan mengampuni kalian
semua.........!”
Tetapi Bu Bok Sun telah tertawa dingin, ia juga telah
menimang-nimang sebatang anak panah di tangannya yang siap
akan dilontarkan ke tengah udara lagi. Jika memang anak panah
itu dilontarkan, tentu anak buah Bu Bok Sun akan menghabiskan
jiwa Pai Ing Siu dan isteri Pai Cing Han.
Pai Cing Han berdiri tertegun di tempatnya, ia mengetahui,
tidak mungkin ia keburu untuk merebut anak panah itu. Jika ia
melangkah maju untuk menyerang, tentu Bu Bok Sun lebih dulu
dapat melepaskan anak panah bersuara itu. Dengan demikian,

Tat Mo Cauwsu 665


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

berarti juga keselamatan jiwa anak dan isterinya itu akan


terancam kematian.
Ia memang telah menduga bahwa anaknya dan isterinya
ditawan oleh Bu Bok Sun, begitu ia tiba di muka markas Jie-
liong-kim-hay tersebut dan tidak melihat anak dan isterinya,
dugaan seperti itu telah terdapat dibenaknya.
Pai Cing Han juga tidak tolol untuk berlaku nekad menyerbu
kepada Bu Bok Sun karena begitu anak panah Bu Bok Sun
dilepaskan, anak dan istrinya bisa menemui kematian.
Ia juga mengetahui bahwa ancaman yang diutarakan oleh Bu
Bok Sun bukan merupakan ancaman kosong belaka.
“Baiklah,” kata Pai Cing Han kemudian. “Apa yang kau
kehendaki?”
“Hmm........” tertawa dingin Bu Bok Sun. “Apakah engkau
masih menghendaki anak dan istrimu itu kembali ke sisimu
dalam keadaan masih bernyawa?”
Pai Cing Han menggeretekkan giginya kemudian dengan
gusar ia menyahuti, ''Seujung rambut saja mereka terganggu,
hemmm hemmm, kau lari ke ujung dunia sekalipun tidak akan
kulepaskan..........!”
“Hahahaha.........!” Bu Bok Sun telah tertawa keras. “Aku
akan membebaskan mereka, tetapi engkau harus memenuhi dua
buah syaratku........”
“Katakan syaratmu itu..........!” kata Pai Cing Han dengan
murka.
“Pertama, kau harus menyerahkan kembali kitab pusaka itu
kepadaku dan berjanji untuk selanjutnya tidak akan
menggangguku lagi........ Dan juga tidak akan berusaha untuk
merebut kembali kitab pusaka itu..........!” kata Bu Bok Sun.

Tat Mo Cauwsu 666


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pai Cing Han berdiam diri sejenak, namun akhirnya ia


mengangguk.
“Baik,” katanya sambil merogoh sakunya mengeluarkan
kitab pusaka itu, yang kemudian dilemparkan kepada Bu Bok
Sun.
“Terimalah kitab itu........ dan kini katakan apa syaratmu
yang kedua?”
Bu Bok Sun tertawa.
“Mudah......... syaratku yang kedua itu tidak sulit! Aku hanya
menghendaki kau berjanji tidak akan menginjakkan kaki pula di
daratan Tiong-goan untuk waktu-waktu mendatang. Jika memang
engkau meluluskan syaratku yang ini, tentu putri dan isterimu
akan kubebaskan........!”
Pai Cing Han tidak segera menyahuti, mukanya merah
padam karena murka. Ia sebagai seorang tokoh rimba persilatan
yang memiliki nama sangat terkenal, tentu saja ia tidak
sembarangan memberikan janjinya. Sekali saja ia memberikan
janji, tentu ia tidak akan melanggarnya, tidak mungkin ia menjilat
ludah yang telah dibuangnya!
Maka dari itu, walaupun terdengarnya memang mudah syarat
dari Bu Bok Sun, tetapi sulit untuk diterima olehnya.
Sekali saja dia berjanji, berarti selama hidupnya ia tidak akan
menginjak daratan Tiong-goan, dan hanya dapat berdiam di pulau
Cie-hung-to.
“Bagaimana?” tanya Bu Bok Sun sambil tersenyum
menyeringai mengejek.
Pai Cing Han mengangguk, akhirnya ia membanting-banting
kakinya. Tetapi belum lagi ia berkata menyanggupi syarat kedua

Tat Mo Cauwsu 667


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dari Bu Bok Sun tersebut, diwaktu itulah tampak sesosok tubuh


berkelebat dengan cepat sekali ke samping Bu Bok Sun.
Bu Bok Sun hanya melihat sosok tubuh yang berkelebat ke
dekatnya, tetapi belum lagi ia bisa melihat jelas, diwaktu itulah ia
merasakan tangannya dingin, dan anak panah bersuara yang
berada di tangannya telah direbut oleh sosok tubuh itu.
Dengan kaget dan marah Bu Bok Sun telah memandang
kepada orang yang merebut anak panah bersuaranya itu. Dan ia
melihat orang tersebut tidak lain dari seorang pendeta India, yang
tadi berdiri di pintu gerbang gedung itu.
“Kau........?” suara Bu Bok Sun mengandung kegusaran,
tetapi ia tidak bisa meneruskan kata-katanya.
Karena begitu melihat anak panah di tangan Bu Bok Sun
dapat direbut oleh Tat-mo Cauwsu, pendeta India tersebut, cepat
bukan main tampak Pai Cing Han telah melompat ke dekat Bu
Bok Sun, tangan kanannya bergerak menghantam dengan kuat
sekali.
Tenaga pukulan yang dipergunakannya sangat kuat sekali,
dan Bu Bok Sun yang tengah terkejut dan marah karena anak
panah bersuaranya dirampas oleh Tat-mo Cauwsu, tidak keburu
untuk mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan oleh Pai
Cing Han.
Karena itu, tidak ampun lagi tubuh Bu Bok Sun jadi terpental
sambil mengeluarkan suara jeritan yang sangat keras sekali,
bergulingan di atas tanah.
Tat-mo Cauwsu telah menghela napas.
“Hemmm, dia mengandung maksud jahat untuk mencelakai
putri dan istrimu, Pai Siecu.......... tetapi niat jahatnya itu telah
digagalkan, ampunilah jiwanya..........!” kata Tat-mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 668


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pai Cing Han waktu itu sesungguhnya hendak melompat


kepada Bu Bok Sun untuk menghantam pula. Tetapi mendengar
perkataan Tat-mo Cauwsu ia jadi membatalkan maksudnya itu, ia
tidak jadi menyerang Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah merangkak bangun dengan muka
meringis.
Sedangkan Pai Cing Han menoleh kepada Tat-mo Cauwsu
sambil katanya,
“Taisu.......... aku harap kau mengawasi orang she Bu ini, aku
akan membebaskan anak dan istriku dulu..........!”
Tat-mo Cauwsu mengiyakan.
Diwaktu itulah Pai Cing Han telah menjejakkan kakinya.
Tubuhnya telah mencelat ke dekat beberapa orang anak buah Jie-
liong-kim-hay.
Dengan kedua tangan digerakkan, ia telah menghantam
mereka. Beberapa orang anak buah Jie-liong-kim-hay yang telah
berdiri tertegun di tempat mereka karena kaget menyaksikan Bu
Bok Sun dirubuhkan oleh Pai Cing Han, jadi terpelanting
semuanya, karena mereka terkena angin serangan yang
dilancarkan oleh Pai Cing Han.
Dan tanpa memperdulikan anak buah Jie-liong-kim-hay
tersebut, Pai Cing Han telah berlari menerobos masuk ke dalam
gedung tersebut.
Tat-mo Cauwsu telah berdiri di dekat Bu Bok Sun, menjagai
orang she Bu tersebut. Karena kalau sampai Bu Bok Sun berhasil
melepaskan anak panah bersuaranya, Pai Cing Han tentu tidak
berhasil untuk menolongi jiwa anak dan isterinya.
Tidak lama kemudian tampak Pai Cing Han telah muncul
kembali bersama Pai Ing Siu dan isterinya. Sedangkan si gadis

Tat Mo Cauwsu 669


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kecil waktu melihat Tat-mo Cauwsu, telah mengeluarkan seruan


girang sambil berlari menghampiri pendeta India tersebut,
“Taisu........ kau berada disini?”
Tat-mo Cauwsu bersenyum, ia mengusap usap rambut anak
itu, katanya, “Bagaimana apakah “Sam-kun-pa-houw” telah kau
pelajari dengan baik?”
Pai Ing Siu menggeleng sambil tersenyum manis.
“Belum.......... dalam waktu yang begitu singkat aku mana
memiliki waktu untuk melatih diri lebih-lebih ayah telah
mengajak aku untuk mendatangi tempat ini........!”
Tat-mo Cauwsu mengangguk sambil katanya, “Kelak kau
harus melatih diri baik-baik..........!”
Pai Ing Siu mengiakan.
Pai Cing Han telah mengajak Tat-mo Cauwsu, anaknya dan
isterinya meninggalkan gedung tersebut.
Sedangkan Bu Bok Sun dan Lung Kiu Eng hanya bisa
mengawasi saja tanpa bisa mengatakan apa-apa. Begitu pula
waktu kitab pusaka yang berada di dalam saku Bu Bok Sun
diambil kembali oleh Tat-mo Cauwsu, dan diserahkan kepada Pai
Cing Han, Bu Bok Sun tidak bisa berbuat apapun juga selain
hanya menghela napas dalam-dalam..........
◄Y►
NAMA Tat-mo Cauwsu semakin lama semakin terkenal.
Segala tindak tanduknya di daratan Tiong-goan telah didengar
oleh banyak jago-jago daratan Tiong-goan, terutama sekali jago-
jago yang memiliki kepandaian tinggi dan juga telah hidup
mengasingkan diri untuk menekuni ilmu mereka.

Tat Mo Cauwsu 670


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi nama Tat-mo Cauwsu yang begitu terkenal, dan juga


disertai cerita-cerita yang menarik mengenai petualangan pendeta
dari India, yang sesungguhnya bernama Gunal Shing tersebut,
ternyata merupakan cerita yang seperti sebuah dongeng saja.
Karena padanya dapat dijumpai berbagai peristiwa dan kejadian,
dimana ia seperti memiliki ilmu sihir.
Padahal Tat-mo Cauwsu lebih banyak mempergunakan
kepandaian ilmu silatnya yang dicampur pemakaiannya dengan
ilmu Yoga yang dikuasainya dengan baik. Mengenai ilmu sihir, ia
hanya mempergunakannya jika tengah berhadapan dengan para
penjahat yang memiliki ilmu sesat itu.
Dengan demikian munculnya Tat-mo Cauwsu di daratan
Tiong-goan merupakan sesuatu yang menarik perhatian dari
tokoh-tokoh persilatan di daratan Tiong-goan itu sendiri.
Terlebih lagi orang-orang yang menceritakan tentang
kesaktian Tat-mo Cauwsu umumnya tokoh-tokoh sakti jago
Rimba Persilatan di daratan Tiong-goan itu seperti Pai Cing Han,
Tocu dari pulau Cie-hung-to, sehingga lebih menarik lagi kisah
petualang Tat-mo Cauwsu.
Menurut Pai Cing Han, yang bercerita kepada tokoh-tokoh
persilatan yang memiliki kepandaian setinggi dia, bahwa Tat-mo
Cauwsu merupakan seorang pendeta yang memiliki kepandaian
sulit ditandingi.
Pai Cing Han juga menceritakan ia telah pernah selama
beberapa bulan lamanya berada bersama-sama dengan Tat-mo
Cauwsu, dengan demikian ia telah melihat betapa ilmu dan
kepandaian pendeta India tersebut memang benar-benar luar
biasa sekali.
Dengan banyaknya jago-jago rimba perpersilatan, yang
merupakan tokoh-tokoh saktinya, bercerita mengenai kehebatan

Tat Mo Cauwsu 671


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kepandaian Tat-mo Cauwsu, dengan sendirinya nama Tat-mo


Cauwsu semakin terkenal saja.
Namun nama yang terkenal seperti itu, membuat Tat-mo
Cauwsu agak repot juga. Karena cukup banyak tokoh-tokoh
persilatan yang tertarik mendengar kisah petualang Tat-mo
Cauwsu lalu turun gunung mencari pendeta India tersebut, untuk
mengadu ilmu.
Walaupun cukup mudah Tat-mo Cauwsu selalu merubuhkan
lawan-lawannya, namun tidak urung dengan diganggu terus
menerus oleh puluhan orang tokoh sakti tersebut, membuat Tat-
mo Cauwsu harus menghadapi perbagai pertempuran. Dengan
begitu, dengan berjatuhnya jago-jago sakti daratan Tiong-goan
tersebut di tangan Tat-mo Cauwsu, telah membuat nama Tat-mo
Cauwsu semakin terkenal dan disegani oleh para tokoh-tokoh
sakti di daratan Tiong-goan.
Dan tidak kurang pula banyak orang-orang rimba persilatan
yang berusaha mencari jejak Tat-mo Cauwsu, guna memohon
pendeta dari India tersebut menerima mereka menjadi muridnya,
untuk menuruni ilmu dan kesaktian dari pendeta India tersebut.
Tetapi sejauh itu Tat-mo Cauwsu belum bersedia untuk menerima
murid karena ia merencanakan.
Jika memang telah tiba waktunya, ia hendak membuka
sebuah pintu perguruan silat, yang dihubungkan dengan pelajaran
agama Buddha. Dan ia baru akan menerima murid untuk
dididiknya, baik ilmu silat dan Yoga, juga akan dididiknya ilmu
agama dari pelajaran Sang Buddha.
Selama berkelana di daratan Tiong-goan memang Tat-mo
Cauwsu selain meneliti setiap kepandaian dari tokoh-tokoh
persilatan di daratan Tiong-goan, juga ia mencari tempat yang
sekiranya sesuai baginya guna mendirikan sebuah gedung untuk

Tat Mo Cauwsu 672


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dijadikan tempat mengajar dan menerima murid,


mengembangkan ilmu dan kepandaiannya.
Namun sejauh itu, Tat-mo Cauwsu masih juga belum
menemui tempat yang cocok dihatinya, maka ia masih
mengembara juga dengan selalu menemui berbagai peristiwa
yang menegangkan, karena cukup banyak jago-jago daratan
Tiong-goan yang berusaha menguji kepandaiannya. Namun
selalu Tat-mo Cauwsu berhasil merubuhkan lawan-lawan yang
membuat namanya semakin terkenal.
Disamping itu, Tat-mo Cauwsu juga memupuk persahabatan
dengan banyak tokoh-tokoh persilatan Tiong-goan, yang menaruh
perasaan hormat kepada pendeta sakti tersebut yang berasal dari
India, dimana kepandaiannya yang begitu istimewa, boleh dikata
selama di daratan Tiong-goan, hampir tidak ada orang yang
sanggup menandinginya.
Karena terlalu seringnya Tat-mo Cauwsu bertempur dengan
tokoh-tokoh persilatan di daratan Tiong-goan, maka ia bisa
mempelajari setiap kepandaian dan ilmu silat dari berbagai aliran.
Setelah ditelitinya, maka ia memperoleh kesimpulan, seluruh
ilmu dari berbagai pintu perguruan tersebut, memiliki sumber dan
inti satu, yang sama, dan juga hampir bersamaan pula inti
kekuatannya dengan kepandaian ilmu silat Tat-mo Cauwsu
sendiri.
Hanya saja, cara mengembangkan ilmu silat itu sendiri yang
berbeda-beda, sehingga menyebabkan jumlah gerak dan cara
untuk bersilat yang berlainan.
Waktu tengah berkelana itu, Tat-mo Cauwsu juga sering
meluangkan waktunya untuk menulis setiap ilmu yang telah
berhasil diolahnya menjadi sejurus ilmu silat yang hebat sekali,

Tat Mo Cauwsu 673


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

yang telah diringkaskan dan dijadikan intinya belaka, tetapi


mengandung kehebatan yang luar biasa.
Sejurus demi sejurus telah ditulisnya dengan rapi. Dan
akhirnya setelah kitab itu rampung di kemudian hari merupakan
kitab ilmu silat yang paling luar biasa di daratan Tiong-goan yang
biasa disebut Tat-mo Pit-kip atau Ih-kin dan Swee-jwe.
Kitab ilmu silat yang diciptakan oleh Tat-mo Cauwsu
tersebutlah yang merupakan kitab ilmu silat yang paling diincer
oleh setiap tokoh tokoh rimba persilatan di daratan Tiong-goan.
Selain di dalamnya terdapat ilmu pukulan, ilmu pedang dan
mempergunakan senjata lainnya pun di situ terdapat pelajaran
untuk melatih Lweekang guna mencapai kesempurnaan tenaga
dalam, dalam bentuk sin-kang, tenaga sakti yang merupakan
tenaga murni dari Tan-tian terus ke urat besar di belakang kepala,
membuat seseorang bisa mencapai puncak kesempurnaan dalam
melatih tenaga lwekangnya.
Tahun demi tahun telah lewat, tanpa terasa telah tujuh tahun
lamanya pendeta dari Thian-tiok (India) tersebut berkelana di
dalam daratan Tiong-goan, dan nama Tat-mo Cauwsu semakin
harum dan disegani oleh para jago-jago rimba persilatan........!
◄Y►
SIONG-SAN merupakan pegunungan yang tidak begitu
tinggi, tetapi bicara mengenai keindahan panorama yang terdapat
di sekitar pegunungan tersebut, dimana keindahan alam dengan
pohon-pohon bunga yang beraneka warna dan juga dengan hawa
udara yang senantiasa hangat di sepanjang musim, tidak kalah
jika dibandingkan dengan pemandangan alam yang terdapat di
pegunungan Heng-san, Kun Lun, maupun Cauw-san. Dengan
demikian, Siong-san merupakan pegunungan yang cukup ramai
dikunjungi oleh orang-orang yang pesiar dan hendak menikmati
keindahan alam di pegunungan tersebut.

Tat Mo Cauwsu 674


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Waktu itu, hari masih pagi, dan kabut yang mulai menipis
terkena cahaya matahari pagi yang hangat, dan pohon-pohon
bunga yang tengah mekar indah, tampak seseorang tengah
berjalan dengan langkah kaki yang perlahan-lahan dan menikmati
keindahan alam di sekitar pegunungan tersebut.
Orang itu adalah seorang lelaki berusia lanjut, mungkin telah
tujuhpuluh tahun, memelihara jenggot yang panjang dan telah
memutih, dengan kumis yang terpilin panjang dan rapi. Ia
mengenakan baju berwarna putih, merupakan thung-sia (baju
panjang) memakai kopiah yang berwarna kuning gading.
Di tangan kanannya tampak sebatang seruling yang digerak-
gerakkan perlahan memukuli telapak tangannya yang satunya.
Wajahnya sabar sekali, dan ia benar-benar tengah meresapi
keindahan pemandangan alam yang terdapat di sekitar tempat itu.
Beberapa kali terdengar pujiannya yang perlahan, menunjukkan
bahwa dia sangat mengagumi keindahan alam di tempat tersebut.
Setelah berjalan beberapa saat lamanya, akhirnya ia
mengangkat serulingnya, dibawa ke bibirnya, kemudian ditiupnya
perlahan mengayun, muncul irama yang lembut dan merdu sekali,
membawakan lagu “Hung-cing-hoa”, ciptaan dari pujangga
terkenal dimasa pemerintahan dinasty Shang, yang bernama Chou
In Lie, yang waktu itu menjabat pangkat sebagai penyair istana,
yang selalu mendampingi Kaisar Chou Wang, untuk
menghiburnya dengan segala macam sajak yang indah dan juga
dengan syair-syair lagu yang akan mengiringi Tai Chi, selir
Kaisar Chou Wang menari dihadapan Kaisar.
“Hung-cing-hoa” memang merupakan lagu yang memiliki
keindahan yang luar biasa, dan lelaki tua yang berada di gunung
Siong-san tersebut telah membawakannya dengan baik lagu itu
lewat serulingnya. Ia benar-benar meresapi sekali keindahan alam

Tat Mo Cauwsu 675


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dari gunung tersebut, yang seperti juga lukisan yang indah


menarik hati.
Selesai membawakan lagu “Hung-cing-hoa” tersebut, orang
tua itu menghela napas dalam-dalam, kemudian dia menggumam
dengan suara yang perlahan,
“Hai, hai, jika saja aku bisa hidup demikian tenang seperti
pohon bunga bwee, pohon ci-tan, yang semuanya tumbuh begitu
indah dan jauh dari jamahan tangan manusia, dalam suasana yang
tenang dan menyenangkan ini. Benar-benar merupakan keadaan
yang sangat menyenangkan sekali......... Haruskah aku hidup
mengasingkan diri di tempat ini.........?”
“Omitohud! Omitohud!” terdengar seseorang menimpali
perkataan orang tua itu disusul dengan munculnya seseorang
yang memiliki potongan tubuh tinggi besar. Dan ia mengenakan
pakaian pendeta, jubah yang kebesaran dan bergombrangan,
berkibar kibar terhembus oleh siliran angin. Dialah seorang
pendeta berusia limapuluh tahunan berwajah bersih berseri seri,
dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
“Apa yang dikatakan oleh Siecu merupakan perkataan yang
tidak sulit untuk dilaksanakan, tenangkan hati, bersihkan pikiran,
dan nikmati keindahan yang ada Siecu akan memperoleh apa
yang siecu kehendaki........”
Orang tua yang mencekal seruling di tangannya, telah
menoleh kepada pendeta itu, ia memandang dengan sikap yang
mengandung perasaan heran, lalu tanyanya,
“Siapakah Taisu itu” Tentunya Taisu tinggal di sekitar
tempat ini........”
Pendeta itu menggelengkan kepalanya, ia berkata sabar,
“Lolap kebetulan lewat di tempat ini dan mendengar lagu “Hung-
cing-hoa” yang Siecu bawakan tadi, sungguh merdu dan menarik

Tat Mo Cauwsu 676


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sekali, begitu halus menggugah hati........! Lolap bergelar Sam-liu


Taisu, bolehkah Lolap mengetahui nama Siecu yang mulia?”
Orang tua itu meng-gerak-gerakkan seruling di tangannya, ia
menghela napas sambil memandang jauh sekali, katanya
kemudian.
“Mega telah buyar, air telah mengalir, angin telah bersilir
pergi, begitu juga halnya dengan diriku Taisu, maka aku telah
mempergunakan nama Yin Sui Hong, itulah namaku,
Taisu........!”
Pendeta itu mengangguk.
“Dan dari nama Siecu, memang diketahui bahwa Siecu
memiliki pengetahuan yang luas dan mengerti akan
keindahan.........” kata pendeta tersebut.
“Tetapi sayang sekali, walaupun namaku Yin Sui Hong,
kenyataannya aku tidak bisa untuk hidup tenang seperti Mega,
Air dan Angin......... dimana aku selalu diliputi oleh pergolakan
yang tidak hentinya, oleh banjir darah, oleh pertempuran, oleh
pertikaian, dan oleh segala macam persoalan di dalam rimba
persilatan..........!”
Dan setelah berkata begitu, kembali Yin Sui Hong menghela
napas dalam-dalam. Ia memandang jauh sekali, ke arah gumpalan
awan yang tengah bergeser sedikit di atas langit.
Pendeta itu tertawa, dengan ramah ia berkata,
“Tetapi Siecu tentu memaklumi, bahwa mega tidak
selamanya bergumpal dan menjadi satu dalam bentuknya yang
tetap, karena akan pecah dan berubah-ubah dalam berbagai
bentuk. Begitu pula hal dengan air yang mengalir, baru melewati
berbagai batu dan kerikil, dimana harus berliku-liku menuruti
bentuk dari sungai atau laut yang di tempati.

Tat Mo Cauwsu 677


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Semakin luas tempat yang didiaminya, yaitu jika saja ia


berdiam di laut, berarti ia harus berani menjadi gelombang yang
dahsyat penuh dengan segala kekuatan yang ada, menerjang
karang-karang yang keras dan kuat.
“Dan begitu pula halnya dengan angin, tidak selamanya
bersilir dengan lembut menyenangkan, tetapi sering juga harus
berhembus dengan keras dan kuat, menjadi badai dan tofan yang
mengerikan. Maka Siecu tidak ada sesuatu di dunia ini yang akan
kekal abadi, kita harus dapat melihat kenyataan ini dan dapat
menyesuaikan diri.........!”
Yin Sui Hong termenung sejenak, seperti juga meresapi
perkataan pendeta tersebut, tetapi tiba-tiba sekali ia memukul
pahanya dengan serulingnya, mukanya menjadi cerah. Kemudian
memasukkan serulingnya pada libatan ikat pinggangnya,
merangkapkan tangannya, menjura memberi hormat kepada
pendeta itu, Sam-liu Taisu.
“Terima kasih, terima kasih........!” kata Yin Siu Hong
kemudian dengan wajah berseri-seri. “Taisu telah membuka mata
dan pikiranku.......... terima kasih atas kata-kata petuah Taisu!”
dan Yin Sui Hong telah membungkukkan tubuhnya sampai tiga
kali.
Sam-liu Taisu telah tersenyum, dengan ramah ia berkata,
“Ya, begitu pula halnya dengan manusia. Tidak selamanya ia
akan hidup tenang, juga akan mengalami pergolakan di suatu
saat, tidak selalu selamanya gembira, terkadang ia akan berduka,
tidak selamanya ia akan tidur, karena suatu kali ia akan
terbangun.
“Dan juga tidak selamanya ia akan berdiam diri, karena suatu
saat ia harus menggerakkan kedua tangan dan kakinya, tidak

Tat Mo Cauwsu 678


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

selamanya harus memandang keindahan, karena suatu saat ia


harus memandang keburukan yang ada.
“Maka dari itu Siecu, tidak selamanya pula Siecu dapat
mengecap ketenangan yang diharapkan Siecu, karena suatu saat
Siecu juga harus berani menghadapi pergolakan.
“Tidak bisa pula Siecu mendambakan kemuliaan jika
memang Siecu belum juga merasakan penderitaan. Tidak
mungkin pula Siecu dapat mengharapkan kesempurnaan jika
memang Siecu belum juga dapat membersihkan hati dari segala
kekotoran yang ada.........!”
Panjang lebar Sam-liu Taisu sudah memberikan penjelasan.
Kembali Yin Sui Hong telah merangkapkan kedua tangannya
menjura mengucapkan terima kasih.
“Sekarang aku Yin Sui Hong baru menyadari, bahwa semua
itu yang disebut hidup. Dan memang dalam keadaan detik ini,
diwaktu sekarang kita bernapas, merupakan apa yang disebut
hidup, tanpa memandang kemarin dan esok.
“Hidup itu adalah saat ini sekarang ini. Terima kasih Taisu,
terima kasih........ mataku telah terbuka lebar, pikiranku telah
terbuka oleh petuah Taisu......... dan memang hidup ini harus
diterima dengan kenyataan yang ada pada sekeliling kita.........!”
Dan dengan wajah yang puas, Yin Sui Hong telah bernyanyi
dengan suara yang nyaring menyatakan kegembiraan hatinya.
Sam-liu Taisu tampak gembira telah bisa memberikan petuah
yang bisa diterima oleh Yin Sui Hong, ia hanya mengawasi
dengan bersenyum.
Namun belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan nyanyian
itu, telah terdengar seseorang mendesis dengan suara yang
menghina,

Tat Mo Cauwsu 679


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Cisss........ manusia tua yang sudah mau mampus masih


membayangkan kesempurnaan dan kegembiraan.........!”
Dan membarengi dengan perkataan itu, tampak berkelebat
sesosok bayangan yang gesit sekali, tubuhnya bergerak begitu
ringan dan juga hinggap dihadapan Yin Sui Hong dan Sam-liu
Taisu tanpa menimbulkan suara.
Ternyata ia seorang wanita berusia antara limapuluh tahun,
rambutnya dikonde dan diberikan perhiasan di beberapa bagian,
disamping itu parasnya masih cukup cantik, sisa-sisa kecantikan
dimasa mudanya.
Di pinggangnya tampak tergantung sebilah pedang panjang,
dengan gaunnya yang berwarna jingga dan angkin yang berwarna
merah.
“Kau........ Kie-san Niocu (Nyonya dari Kie-san) Thio Su
Ing?” tanya Yin Sui Hong dengan suara seperti terkejut.
Wanita tua itu, Thio Su Ing telah tertawa dengan suaranya
yang nyaring.
“Sudah kukatakan, kemana saja kau pergi, tetap akan
kukejar........ jangan harap engkau terlepas dari tanganku!”
katanya. “Tua bangka yang sudah mau mampus seperti engkau
masih hendak mencicipi ketenangan? Hmm, jangan harap!
Jangan harap! Sebelum kau mampus, jangan harap kau akan
kulepaskan!”
Muka Yin Sui Hong jadi berobah berduka, ia berkata dengan
suara yang tawar, “Hubungan kita telah putus dengan yang lain,
kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Mengapa
engkau selalu mengintili aku terus?”
“Ha ha ha.........” tertawa Thio Su Ing dengan suara yang
nyaring. “Engkau memang sudah bukan apa-apaku lagi, engkau

Tat Mo Cauwsu 680


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

juga seorang manusia yang telah menghancurkan hidupku! Aku


mencintaimu, tetapi engkau mempermainkan aku......... Dan kini,
dikala kita sudah sama-sama tua, engkau hendak memisahkan diri
begitu saja......... Maka sebelum engkau terbinasa, jangan harap
engkau bisa melepaskan diri dariku.........!”
Yin Sui Hong menghela napas lagi. Ia menoleh kepada Sam-
liu Taisu, katanya dengan suara yang mengandung penyesalan,
“Seperti Taisu lihat......... telah lebih dari sepuluh tahun
wanita ini selalu mengejar-ngejar diriku......... Bahkan tidak
jarang dengan mempergunakan akal licik ia hendak
mencelakaiku. Dan juga tidak jarang pula ia menimbulkan urusan
di dalam rimba persilatan dengan menjual namaku, sehingga
banyak orang-orang rimba persilatan yang mencari diriku, yang
membuat seringnya terjadi pertempuran antara aku dengan orang-
orang rimba persilatan, dan akhirnya menimbulkan permusuhan-
permusuhan di antara kami.........!
“Hemm, seperti apa yang Taisu katakan tadi, bahwa semua
itu tidak ada yang kekal abadi, maka ketenangan yang baru saja
kuperoleh tadi telah lebih dari cukup menggembirakan hati,
walaupun kini aku harus menghadapi pergolakan lagi.........!”
Dan setelah berkata begitu, tanpa menanti jawaban Sam-liu
Taisu, Yin Sui Hong telah menoleh kepada Thio Su Ing, katanya,
“Baiklah, sekarang katakanlah, apa yang kau kehendaki?”
Thio Su Ing telah tertawa terbahak-bahak, sampai tubuhnya
tergoncang, kemudian katanya dengan suara yang dingin,
“Hemmm, kau menanyakan apa yang diinginkan? Baik!
Baik! Sejak dulu aku telah mengatakan, bahwa aku menghendaki
jiwamu!”
Dan berbareng dengan perkataannya itu Thio Su Ing telah
meraba gagang pedangnya dan kemudian mencabutnya. Ia telah

Tat Mo Cauwsu 681


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menggerakkan pedangnya tersebut di tengah udara, sehingga


memperdengarkan suara mendengung yang sangat nyaring,
membuktikan bahwa ia memiliki tenaga lwekang yang mahir.
Sam-liu Taisu telah mengawasi dengan sorot mata yang
bimbang, ia telah melihat bahwa Yin Siu Hong dengan Thio Su
Ing rupanya dulu memiliki hubungan satu dengan yang lainnya.
Maka dari itu, untuk sementara waktu lamanya ia tidak bisa
mengucapkan kata-kata, selain hanya mengawasi saja.
Sedangkan Yin Sui Hong telah bersenyum pahit, katanya,
“Telah ratusan kali kita selalu bertanding, sesungguhnya jika
memang aku hendak mencelakai dirimu, sama mudahnya seperti
membalik telapak tanganku..... Tetapi engkau benar-benar tidak
tahu diri dan selalu mendesak diriku demikian rupa.........!”
Tetapi belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan perkataannya
itu, diwaktu itulah Thio Su Ing telah mengeluarkan suara
bentakan nyaring,
“Awas serangan.........!” pedangnya telah berkelebat dengan
cepat, dimana mata pedang yang tajam berkilauan itu telah
menyambar ke arah dada Yin Sui Hong, gerakan yang
dilakukannya selain cepat juga merupakan jurus yang mematikan.
Tetapi Yin Sui Hong memang memiliki kepandaian yang
tinggi, karena serangan yang mematikan seperti itu, yang
datangnya begitu cepat dan dahsyat, dengan mudah ia telah
berhasil mengelakkannya. Tubuhnya melejit ke samping kanan
sejauh lima tombak.
Namun Thio Su Ing juga tidak mendiamkan begitu saja.
Begitu melihat tikamannya yang pertama gagal, cepat sekali ia
telah melangkah ke kanan dua tindak, lalu pedangnya menyambar
dengan miring ke arah perut Yin Sui Hong, gerakan itu juga
merupakan jurus yang bisa mematikan.

Tat Mo Cauwsu 682


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan demikian, telah membuat Yin Sui Hong tidak bisa


berlaku ayal. Karena jika ia terlambat mengelakkan diri, jelas
akan membuat dirinya bercelaka di tangan Thio Su Ing.
Cepat dan gesit sekali ia berkelit, dan kemudian
mempergunakan seruling di tangan kanannya itu, diketuknya
perlahan pedang tersebut, dan terdengar suara,
“Tranggg.........!” dan Thio Su Ing merasakan telapak
tangannya pedih, serta pedangnya itu tergetar. Karena memang
ketukan seruling yang dilakukan oleh Yin Sui Hong mengandung
kekuatan lwekang yang tangguh sekali.
Thio Su Ing mengeluarkan suara seruan tertahan, tubuhnya
cepat melompat ke tengah udara beberapa tombak, sambil
memutar pedang panjangnya yang berkelebat-kelebat menyambar
ke arah Yin Sui Hong. Gerakan yang dilakukan oleh Thio Sui Ing
merupakan tikaman pedang dengan mempergunakan jurus
“Seratus Mata Pedang” membuat pedangnya itu tergetar keras
sekali.
Dan mata pedang itu telah berobah menjadi banyak
mengincar berbagai bagian tubuh Yin Sui Hong, karena pedang
itu digetarkan, dan sesuai dengan nama jurus tersebut, yaitu
“seratus Mata pedang”, maka mata pedang di tangan Thio Sui Ing
tersebut seperti telah berobah menjadi seratus banyaknya,
mengincar jalan-jalan darah mematikan tubuh lawannya!
Yin Sui Hong tidak merasa jeri menghadapi tikaman aneh
seperti itu, karena ia telah mengetahui dengan betul sampai
berapa tinggi kepandaian yang dimiliki oleh wanita yang pernah
menjadi isterinya tersebut.

–– ooOoo ––

Tat Mo Cauwsu 683


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

––––––––

JILID 18 (TAMAT)

MAKA ia telah berkelit dengan gerakan seperti orang yang


sempoyongan mabok arak. Tubuhnya bergoyang ke kiri dan ke
kanan tidak hentinya, dan diwaktu itu ia juga telah beberapa kali
mempergunakan serulingnya untuk menangkis. Cepat sekali
serulingnya itu telah menghantam berulang kali, membuat pedang
Thio Su Ing seperti tergetar dan sering hampir terlepas dari
cekalannya.
Begitulah, kedua orang ini terus juga bertempur dengan
saling mengeluarkan tenaga dan kepandaian mereka. Terutama
sekali Thio Su Ing yang telah mempergunakan ilmu pedangnya,
dimana ia mempergunakan Kiam-hoat, ilmu pedang yang paling
istimewa yang dimilikinya.
Sinar pedang itu bergulung-gulung menyambar kepada Yin
Sui Hong. Walaupun memang tampaknya ia tidak bisa
merubuhkan Yin Sui Hong, kenyataannya memang terlihat jelas
betapa ia berlaku nekad, sehingga dengan kenekadannya itu, ia
memaksa Yin Sui Hong harus berlaku hati-hati, karena Yin Sui

Tat Mo Cauwsu 684


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Hong tidak mau terbinasa atau bercelaka bersama dengan


lawannya.
Sam-liu Taisu yang melihat jalannya pertempuran tersebut,
menghela napas. Ia akhirnya merangkapkan kedua tangannya
sambil memuji kebesaran sang Buddha,
“Omitohud! Omitohud! Hentikanlah........ hentikanlah!”
Tetapi Thio Su Ing yang tengah memutar pedangnya tersebut
sama sekali tidak memperdulikan teriakan Sam-liu Taisu. Ia terus
dengan gencar meluncurkan tikaman dan tabasan pedangnya itu
pada lawannya.
Yin Sui Hong ketika mendengar teriakan Sam-liu Taisu,
cepat-cepat berkata,
“Baik Taisu........!” lalu ia menggerakkan serulingnya dengan
cepat, seperti kitiran, dimana berulang kali serulingnya
menyampok pedang Thio Su Ing, sehingga terdengar suara
berkerontangan nyaring.
Kali ini Yin Sui Hong telah menggerakkan tujuh bagian
tenaga lwekangnya yang disalurkan pada serulingnya itu,
sehingga serulingnya tersebut kuat sekali. Walaupun membentur
pedang Thio Su Ing, tokh yang tergetar adalah pedang lawannya,
dan memaksa Thio Su Ing melompat mundur untuk
membenarkan cekalan pedangnya.
Mempergunakan kesempatan tersebut tampak Yin Sui Hong
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ke
belakang, dengan cepat ia menghampiri Sam-liu Taisu, lalu
katanya,
“Taisu......... rupanya wanita itu memang harus
disingkirkan.........!”

Tat Mo Cauwsu 685


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Sam-liu Taisu telah menggelengkan kepalanya


beberapa kali, sambil katanya, “Omitohud......... sabar........
sabar.........!” dan kemudian menoleh kepada Thio Su Ing, sambil
katanya, “Nyonya......... dapatkah nyonya menahan diri
sebentar?”
Muka Kie-san Nio-cu Thio Su Ing telah berobah merah
padam, bentaknya,
“Keledai gundul, apakah engkau hendak mencampuri urusan
kami?”
Sam-liu Taisu tidak marah oleh bentakan Thio Su Ing,
dengan senyum penuh welas asih, ia berkata,
“Jika memang nyonya meneruskan pertempuran nyonya
dengan Siecu itu, tentu yang rugi adalah nyonya sendiri........ Tadi
telah Lolap melihat bahwa kepandaian nyonya masih berada di
bawah beberapa tingkat dari kepandaian Siecu itu........!”
Muka Kie-san Niocu jadi berobah merah padam karena
gusar, ia mengibaskan pedangnya,
”Jika memang engkau ingin merasakan tajamnya pedang
Kie-san Niocu, maka terimalah serangan ini........!” membarengi
dengan perkataannya itu tampak Kie-san Niocu telah
menggerakkan pedangnya, ia menikam dengan cepat sekali ke
dada Sam-liu Taisu. Gerakan yang dilakukannya merupakan
tikaman yang bisa mematikan.
Tetapi Sam-liu Taisu tetap berdiri tenang di tempatnya, ia
merangkapkan kedua tangannya, dan waktu itulah pedang Thio
Su Ing telah menikam lengan jubah pendeta tersebut. Tetapi aneh
sekali, lengan jubah yang terbuat dari kain itu seperti telah
berobah menjadi lempengan besi, karena waktu mata pedang
menikam mengenai tepat, terdengar suara “trang..........!” dan

Tat Mo Cauwsu 686


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sama sekali mata pedang itu tidak bisa menembusi lengan jubah
tersebut.
Ternyata Sam-liu Taisu telah mengerahkan lwekangnya pada
lengan jubahnya, sehingga lengan jubahnya itu telah diselubungi
oleh kekuatan tenaga dalamnya yang membuat lengan jubah itu
berobah seperti juga lempengan besi, yang tidak tertembuskan
oleh senjata tajam.
Jika saja Thio Su Ing memiliki lwekang yang lebih tinggi
dari pendeta tersebut, mungkin ia bisa memecahkan lwekang
yang menyelubungi lengan jubah tersebut dan melobanginya.
Tetapi kenyataannya, lwekang dari Sam-liu Taisu lebih tinggi
dari Kie-san Niocu tersebut.
Dengan demikian, sama sekali ia tidak berdaya untuk
menembusi lengan jubah itu mempergunakan mata pedangnya.
Berulang kali ia menyerang, berulang kali pula mata pedangnya
ditangkis oleh Sam-liu Taisu mempergunakan lengan jubahnya.
Dan setelah pula tikaman dari Kie-san Niocu telah gagal
menembusinya, karena mata pedangnya itu seperti membentur
lempengan besi yang keras sekali, malah membuat tangannya jadi
tergetar dan pergelangan tangannya seperti menjadi lumpuh oleh
berbaliknya tenaga tikaman itu, memaksa Kie-san Niocu berulang
kali harus melompat mundur dengan telapak tangan terasa pedih.
Disaat Kie-san Niocu menikam lagi dengan tikaman yang
jauh lebih kuat dan nekad, diwaktu itulah Sam-liu Taisu telah
mementang sedikit kedua tangannya. Kemudian waktu pedang
nyonya itu menyambar dekat, ia merangkapkan kedua telapak
tangannya, pedang lawannya telah dijepit oleh kedua telapak
tangannya dan pedang itu tidak bisa meluncur lebih jauh, tertahan
di telapak tangan Sam-liu Taisu!

Tat Mo Cauwsu 687


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Itulah lwekang yang telah tinggi dan mahir sekali, karena


Kie-san Niocu walaupun telah menarik pulang pedangnya dengan
seluruh kekuatan lwekang, tokh ia tidak berhasil. Begitu juga
ketika ia mendorong untuk meneruskan tikamannya, pedangnya
itu tidak bergeming sama sekali.
Sam-liu Taisu telah bersenyum dengan sabar, sambil
katanya, “Nyonya, tenangkan hatimu, sabarlah......... dengarlah
dulu kata-kata Lolap..........!”
Tetapi Kie-san Nio-cu telah memperdengarkan suara
bentakan bengis,
“Lepaskan pedangku......... biarlah aku akan mengadu jiwa
dengan engkau, keledai kepala gundul..........!” dan dengan sekuat
tenaganya Thio Su Ing menarik pedangnya, namun tetap pedang
itu tidak bergeming.
Sam-liu Taisu telah tertawa sabar, katanya, “Nyonya, tidak
ada manfaatnya kau menuruti nafsu angkara murkamu itu!”
Tetapi muka Kie-san Niocu merah padam, dia penasaran
sekali, berulang kali ia telah menarik pulang pedangnya, tetap
tidak bergeming dari jepitan telapak tangan pendeta tersebut.
Waktu Kie-san Niocu tengah menarik pula dengan kuat sekali,
diwaktu itulah pendeta tersebut mendadak sekali mengendorkan
jepitan telapak tangannya.
Karena begitu mendadak, dan juga di waktu itu ia tengah
mempergunakan tenaga yang sangat kuat untuk menarik pulang
pedangnya, dengan sendirinya, telah membuat tubuh Thio Su Ing
kehilangan keseimbangan tubuhnya. Hampir saja ia jatuh
terjengkang.
Untung saja Kie-san Niocu cepat memusatkan kekuatan
lwekang pada kedua kakinya, dengan demikian tubuhnya seperti

Tat Mo Cauwsu 688


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

juga sebatang kayu yang akan kejengkang dan kemudian balik


berdiri lagi.
Sam-liu Taisu telah berkata, “Maaf, maaf........bukan maksud
Lolap hendak mempersakiti dirimu, nyonya........!”
Tetapi Kie-san Niocu telah mengeluarkan suara bentakan
nyaring, dengan penasaran sekali ia melancarkan tikaman-
tikaman lagi dengan pedangnya.
Rupanya Sam-liu Taisu sudah habis sabar melihat kepala
batunya nyonya itu.
“Baiklah nyonya........ engkau tidak bisa diajak bicara secara
baik-baik........!” kata Sam-liu Taisu, dan ketika pedang itu
menyambar datang, diwaktu itulah Sam-liu Taisu telah
menggerakkan tangan kanannya, dan mempergunakan jari
telunjuknya, untuk menyentil.
“Tringgg..........!” pedang lawannya telah kena disentilnya
dengan keras sekali, dengan mempergunakan tenaga lwekang
pada jari telunjuknya, dan hebat kesudahannya, karena pedang
Kie-san Niocu telah patah menjadi dua!
Muka Kie-san Niocu jadi berobah merah padam dan pucat
pias bergantian. Ia kaget dan marah sekali, tetapi sekarang dia
hanya mencekal pedang buntung belaka, membuat ia jadi tidak
bisa menyerang kembali.
Sam-liu Taisu telah tersenyum, dengan suara yang sabar ia
berkata, “Nyonya.......... percuma saja engkau mengumbar
kemarahanmu, walaupun nyonya selalu menikam dan
menyerangnya dengan jurus-jurus yang mematikan. Karena itu,
nyonya juga harus mengerti, bahwa semua itu tidak akan
membawa suatu keuntungan bagi nyonya sendiri.

Tat Mo Cauwsu 689


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Jika memang nyonya berhasil membinasakan diri Siecu itu,


berarti selembar jiwa akan melayang, berarti menambah dosa
nyonya saja.........! Untuk apa? Bukankah lebih baik jika kalian
bersahabat dengan baik?”
Muka Thio Su Ing berobah merah padam karena marah dan
penasaran, dengan suara yang serak diliputi oleh kemarahan, ia
telah berkata kepada Yin Sui Hong,
“Bagus! Rupanya engkau memang mengandalkan pendeta
gundul ini untuk menghadapi aku! Biarlah, kali ini kembali aku
harus menyingkir darimu, tetapi dilain waktu, aku pasti akan
mencarimu untuk memperhitungkan kembali urusan kita..........!”
Dan setelah berkata begitu, Thio Sui Ing telah menjejakkan
kakinya, tubuhnya dengan ringan telah melayang ke tengah udara
dan berlari meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan Yin Sui
Hong dan Sam-liu Taisu.
Sedangkan Yin Sui Hong menghela napas dalam dalam,
tampaknya ia berduka. “Ia masih juga tidak mau mengerti.........!”
gumamnya dengan suara yang mengandung kedukaan.
Sam-liu Taisu telah bersenyum sabar, tanyanya, “Bolehkah
Lolap mengetahui pangkal urusan yang sebenarnya antara Siecu
dengan nyonya itu?”
Yin Sui Hong tampak ragu-ragu, tetapi setelah berdiam diri
sejenak, ia mengangguk,
“Ya, Taisu memang patut mendengarkannya, nanti aku
hendak meminta petunjuk dari Taisu.........!”
Sam-liu Taisu telah mengawasi Yin Sui Hong, pendeta
tersebut telah berkata dengan suara yang sabar,
“Jika memang urusan itu adalah urusan pribadi, maka tidak
perlu Siecu menceritakannya.”

Tat Mo Cauwsu 690


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Yin Sui Hong telah menggeleng perlahan, kemudian


menghela napas.
“Dalam hal ini, sesungguhnya aku merasa yang telah salah
pilih teman hidup......... isteri itu yang bernama Thio Su Ing,
adalah seorang pendekar wanita yang memiliki kepandaian
tinggi. Diwaktu gadisnya, ia merupakan seorang gadis yang
cantik rupawan, dan waktu aku berkenalan dengannya, ia
merupakan seorang pendekar wanita yang sangat dihormati oleh
jago-jago rimba persilatan.
“Perkenalan kami itu, diawali dengan pertempuran untuk
mengadu ilmu yang dimenangkan olehku, dan sejak saat itu Thio
Su Ing jatuh cinta padaku. Dan memang aku pun sangat
mencintainya.
“Tetapi disamping diriku, rupanya banyak pemuda lainnya
yang menaruh hati pada Thio Su Ing, dimana mereka jadi
menaruh perasaan tidak senang terhadap hubungan kami dan
berusaha untuk merintanginya. Namun kami bisa menghadapi
mereka dengan baik, mengatasi persoalan itu tanpa perlu jatuh
korban..........”
Bercerita sampai disitu, Yin Sui Hong telah menghela napas
dalam dalam, ia memandang jauh sekali, seperti juga tengah
mengenang peristiwa-masa silamnya.
Sam-liu Taisu hanya mengawasi saja.
“Dan,” melanjutkan pula Yin Sui Hong kemudian, “Kamipun
telah menikah, puluhan tahun kami menjadi suami istri, kami
hanya bisa mencurahkan seluruh waktu dan perhatian kami
melatih ilmu silat kami yang memperoleh kemajuan pesat sekali.
“Tetapi sejauh itu, kami tidak dikaruniai keturunan. Ia yang
telah mengecewakan kami. Hidup kami terasa kosong, sunyi dan

Tat Mo Cauwsu 691


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tidak terdapat kegembiraan lain, selain hanya melatih ilmu silat


memperdalamkan kepandaian kami belaka.........
“Sampai akhirnya di antara kami berdua sering timbul
pertengkaran-pertengkaran yang memang sering diawali oleh
masalah anak........ Tetapi akhirnya pertengkaran-pertengkaran itu
menjalar ke bidang lain, dimana setiap hari kami bertengkar dan
akhirnya kami sering mempergunakan ilmu silat kami untuk
bertempur.
“Tentu saja aku selalu mengalah, walaupun isteriku selalu
melancarkan serangan dengan nekad setiap kali ia berada dalam
kemarahan yang sangat......... Dan peristiwa seperti itu terjadi
sampai puluhan, bahkan ratusan kali, akhirnya aku merasa bahwa
di antara kami tidak terdapat kecocokan lagi........ Hidup dalam
pertengkaran-pertengkaran terus menerus merupakan siksaan
yang tidak kecil, maka aku telah memutuskan untuk berpisah
saja.
“Tetapi Thio Su Ing, isteriku itu, tetap dengan keadaannya,
selalu hendak bertengkar denganku, tetapi juga tidak mau
diceraikan.......... maka dari itu, aku dalam keadaan yang sulit
sekali.
“Jika memang setiap hari aku harus bertengkar dan bahkan
bertanding ilmu silat, melayani perangai isteriku itu, apalah
gunanya semua itu........ dan setelah dapat bertahan sepuluh tahun
lagi, akhirnya aku memutuskan, untuk mengambil keputusan
tegas, kutinggalkan isteriku itu..........
“Aku berusaha bersembunyi di tempat sunyi dan isteriku
tentu tidak akan mengetahui jejakku, karena aku bermaksud
melewati hari-hari tuaku dengan tenang. Tetapi rupanya memang
isteriku itu selalu dapat saja mengikuti jejakku, maka ia bagaikan
bayanganku belaka, dimana aku berada, disitu pula ia ada.

Tat Mo Cauwsu 692


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Maka setiap kami berjumpa, selalu pula kami bertempur,


malah akhirnya kami seperti juga dua orang yang bermusuhan
hebat........!”
Dan Yin Sui Hong menghela napas dalam-dalam lagi,
wajahnya murung bukan main.
Sam-liu Taisu menghela napas juga, ia merasa kasihan
terhadap nasib dari orang she Yin tersebut. Tetapi pendeta ini
berdiam diri saja, ingin mendengarkan terus cerita dari orang she
Yin tersebut.
“Dan seperti apa yang Taisu lihat, tadi kami telah bertemu
lagi........ dan bagaikan seorang musuh besar, isteriku telah
menyerangku dengan jurus-jurus silat yang bisa mematikan.
“Dan memang begitulah aku selalu melayaninya, berusaha
memberikan pengertian padanya........ Kenyataannya ia selalu
keras kepala, dari perasaan cintanya terhadapku, rupanya kini
telah beralih menjadi suatu perasaan marah dan dendam, sakit
hati, dan juga benci........
“Sulit sekali aku memberikan pengertian padanya, bahwa apa
yang kulakukan dulu itu hanya untuk kepentingan kami berdua,
agar kami bisa memperoleh ketenteraman dengan adanya
perpisahan itu, tanpa perlu setiap hari dibuntuti oleh
pertengkaran-pertengkaran yang tiada hentinya..........!”
Selesai bercerita sampai disitu, Yin Sui Hong telah
memandang kepada Sam-liu Taisu tanyanya,
“Lalu menurut pandangan Taisu cara bagaimana sebaiknya
yang kulakukan untuk menyadari isteriku itu, bahkan aku
menghendaki agar kami tetap bersahabat baik walaupun kami
telah berpisah. Janganlah menjadi pasangan musuh yang
bagaikan memiliki dendam yang tiada habisnya........!”

Tat Mo Cauwsu 693


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sam-liu Taisu menghela napas dalam-dalam.


“Itu hanya disebabkan oleh tindakan Siecu yang melakukan
segalanya menuruti isi hatimu sendiri........ Mengapa dulu Siecu
meninggalkannya begitu saja? Bukankah ada baiknya jika Siecu
berusaha untuk memberikan pengertian padanya.
“Masalah anak, jika memang kalian tokh tidak mungkin lagi
memperoleh keturunan, itu sudah nasib kalian......... Dan kalian
boleh saja memungut anak, dan mendidiknya dengan baik.
Dengan demikian, kekosongan dalam hidup kalian berdua akan
terisi dengan baik!”
Yin Sui Hong menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia
menghela napas lagi, wajahnya tetap murung.
“Dalam persoalan ini, seperti apa yang telah kukatakan tadi,
bahwa memang aku mengakui kesalahan berada dalam tanganku.
Dulu, karena aku tidak memikirkan akibatnya akan berakhir
seperti sekarang ini, dimana kami menjadi dua orang yang seperti
dilibat permusuhan yang tidak berkesudahan.........!”
“Jika memang urusan telah terjadi demikian, mengapa Siecu
tidak berusaha untuk memberikan pengertian kepada nyonya itu,
agar ia mau mengerti akan kesulitanmu itu?” tanya Sam-liu
Taisu.
Yin Sui Hong menghela napas dalam-dalam.
“Seperti yang Taisu saksikan, betapa ia sulit sekali diberikan
pengertian…… Dan setiap kali kami bertemu, tentu ia tidak
pernah memberikan kesempatan kepadaku untuk memberikan
penjelasan padanya, dan ia selalu melancarkan serangan-serangan
yang mematikan!”
Sam-liu Taisu berdiam sejenak, seperti juga tengah berpikir,
sampai akhirnya ia berkata,

Tat Mo Cauwsu 694


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Atau memang Siecu tidak pernah berpikir, bahwa kalian


bisa rujuk kembali?”
Yin Sui Hong menghela napas dalam.
“Memang sejak berpisah dengan isteriku aku tidak menikah
lagi, dan begitu juga halnya dengan isteriku itu, ia tidak menikah
lagi........ Tetapi kukira, kami telah sama-sama berusia lanjut,
telah lebih dari duapuluh tahun kami berpisah, dan kukira..........
untuk rujuk, itulah suatu hal yang benar-benar tidak dapat kami
lakukan........ Kami malu oleh diri kami sendiri........ dan itulah
suatu hal yang kukira tidak mungkin, Taisu.........!”
Sam-liu Taisu telah tertawa sambil katanya, “Jika memang
demikian, Lolap juga tidak bisa mengatakan apa apa........!”
Yin Sui Hong menghela napas, ia menengadah memandang
langit, kemudian menggumam perlahan,
“Ya, semuanya berlalu begitu cepat......... Kini kami sama
sama telah tua......... sedangkan aku hampir tujuhpuluh tahun........
dan dia........ dia telah hampir enampuluh tahun! Usia yang tidak
muda lagi, dan sebentar lagi kami akan masuk kubur..........
“Mengapa pula kami harus meneruskan ganjalan yang tidak
ada artinya sama sekali ini? Mengapa?
“Bukankah terlebih baik kami mempergunakan sisa waktu
kami untuk mengambil murid, mewariskan seluruh kepandaian
kami kepada murid itu, agar ia menjadi manusia yang berguna
untuk sesama manusia........”
“Itulah pemikiran yang baik..........” kata Sam-liu Taisu. “Jika
memang Siecu dan nyonya itu bisa memiliki pemikiran yang
sama seperti itu, tentu urusan bisa diselesaikan dengan baik.
“Memang disebabkan usia kalian yang telah lanjut, telah
sama-sama tua, masalah rujuk sudah tidak berarti banyak. Namun

Tat Mo Cauwsu 695


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dapat hidup bersama dengan tenang dan akur, bukankah itu


merupakan urusan yang menggembirakan, membahagiakan,
dapat bersama-sama mencurahkan seluruh sisa hidup kalian
untuk melakukan suatu kebaikan dengan mengambil seorang
murid dan menurunkan seluruh kepandaian kalian. Lolap kira
tentunya murid itupun akan menjadi jago yang memiliki
kepandaian tangguh..........!”
Yin Sui Hong telah merangkapkan kedua tangannya, ia
menjura memberi hormat, sambil katanya,
“Baiklah........ Taisu telah cukup banyak memberikan
wejangan kepadaku, dan mungkin kelak aku akan berusaha
mencari isteriku itu, untuk berusaha memberikan pengertian
padanya. Syukur kalau ia bisa menerima kenyataan yang ada!”
Dan setelah berkata begitu, Yin Sui Hong pamitan untuk
berlalu kepada hweshio yang sabar dan memiliki kepandaian
tinggi tersebut.
Sam-liu Taisu hanya mengawasi kepergian orang tua itu
dengan tatapan mata memancarkan belas kasih, karena pendeta
ini mengetahui, kedukaan yang tengah menggeluti hati Yin Sui
Hong.
“Inilah suatu segi dari sekelumit perjalanan hidup......... dan
tidak bisa diingkari lagi, menanam sesuatu akan memetik
buahnya, menanam semangka akan memperoleh buahnya,
menanam kericuhan, akan memperoleh persoalan..........!”
Setelah menggumam begitu, Sam-liu Taisu melangkah
perlahan-lahan meninggalkan tempat itu juga. Pendeta tersebut
telah menuju ke puncak gunung, ia memang datang ke gunung
Siong-san hendak menikmati keindahan alam di gunung itu.
Samar-samar ia mendengar gemercik air, pendeta tersebut
segera menduga pada sebuah air terjun dipuncak gunung itu. Ia

Tat Mo Cauwsu 696


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

segera mempercepat langkahnya dan memang tidak jauh dari


tempatnya berada, tampak sebuah air terjun.
Walaupun tidak begitu tinggi, tetapi menambah keindahan
alam di sekitar tempat tersebut, yang tenang sekali, udara yang
sejuk dan juga pohon-pohon bunga yang banyak bertumbuhan di
tempat itu menyiarkan harum semerbak..........
Namun, sebagai seorang hweshio yang memiliki kepandaian
tinggi, Sam-liu Taisu segera mendengar suara sesuatu yang agak
aneh. Terdengarnya samar, tetapi ia bisa mengetahui itulah suara
pecahnya dari batu-batu yang menjadi hancur karena hantaman
sesuatu yang keras sekali.
Setelah berdiri sejenak di tempatnya mendengarkan sesaat
suara yang aneh tersebut, akhirnya Sam-liu Taisu mengetahui
bahwa suara pecahnya batu-batu itu berasal dari balik air terjun
tersebut. Segera Sam-liu Taisu menjejakkan kakinya, tubuhnya
melompat gesit mendekati air terjun tersebut.
Air yang turun ke bawah itu seperti juga sutera putih yang
halus sekali, suara air terjun yang menimpa batu-batu di
bawahnya juga terdengar semakin keras dan berisik waktu Sam-
liu Taisu tiba di dekatnya. Namun suara pecahnya batu-batupun
dapat didengarnya lebih jelas.
Sam-liu Taisu mengawasi dengan sorot mata tajam
menyelidik, mengawasi sekitar tempat itu. Dan akhirnya, ia
melihat dibalik dari tirai air terjun tersebut tampak sesosok
bayangan yang tengah menggerak-gerakkan kedua tangannya,
menghantam batu-batu yang besar dan menimbulkan suara yang
keras dari pecahnya batu yang terpukul itu.
Sam-liu Taisu mendekati beberapa langkah, kemudian
melompat menerjang tirai air terjun, ia tiba disebuah tempat yang
cukup luas, merupakan tempat yang berbatu-batu.

Tat Mo Cauwsu 697


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Orang yang berada dibalik tirai air terjun tersebut ternyata


seorang pendeta asing, yang bertubuh tinggi dan berhidung
mancung. Sedangkan pendeta asing tersebut, ketika melihat
kedatangan Sam-liu Taisu, telah menoleh dan bersenyum ramah,
kemudian merangkapkan kedua tangannya memberi hormat,
“Siapakah Taisu.........? Tentu ada keperluan yang hendak
Taisu sampaikan kepada Siauw-ceng........?” katanya dengan
suara yang sabar dan ramah.
Sam-liu Taisu tidak segera menyahuti, karena matanya
terbeliak melihat pemandangan yang ada di tempat itu yaitu batu-
batu yang telah hancur sebagian menjadi bubuk dan sebagian lagi
merupakan pecahan batu-batu kerikil yang kecil-kecil. Yang
membuat Sam-liu Taisu terkejut, karena dengan adanya
pemandangan seperti itu, ia bisa menarik kesimpulan bahwa
pendeta asing yang berusia di antara tigapuluh tahun lebih itu,
memiliki ilmu pukulan yang hebat sekali.
Apa lagi tadi Sam-liu Taisu masih sempat melihat betapa
pendeta asing tersebut hanya memukul dengan telapak tangan
kosong belaka menghancurkan batu itu. Dengan demikian,
tentunya pendeta asing itu bukan orang sembarangan.
Setelah tersadar dari tertegunnya, Sam-liu Taisu cepat-cepat
merangkapkan kedua tangannya membalas hormat pendeta asing
tersebut.
“Kebetulan sekali Lolap lewat di tempat ini dan tertarik oleh
keindahan alam di sekitar tempat ini,” kata Sam-liu Taisu
kemudian. “Dan tidak disangka-sangka akan bertemu dengan
seorang sakti seperti Taisu........!”
Pendeta asing itu telah bersenyum dengan sikapnya yang
merendah, kemudian katanya,

Tat Mo Cauwsu 698


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Sesungguhnya Siauw-ceng melewati waktu senggang di


tempat ini! Seperti apa yang dikatakan oleh Taisu, bahwa tempat
ini memang memiliki pemandangan yang indah........ Sungguh
menyenangkan untuk berdiam di tempat indah seperti ini.........!”
“Siapakah Taisu?”“ tanya Sam-liu Taisu mengawasi pendeta
asing tersebut sejenak lamanya.
Setelah Pendeta asing itu merangkapkan kedua tangannya
lagi, ia menyahuti sambil memberi hormat, “Siauw-ceng berasal
dari Thian-tiok (India), dan bernama Gunal Shing. Tetapi
sahabat-sahabat di daratan Tiong-goan ini memberikan gelaran
kepada Siauw-ceng dengan sebutan Tat-mo Cauwsu!”
“Tat-mo Cauwsu?” tanya Sam-liu Taisu dengan mata yang
terbuka lebar. “Orang yang begitu terkenal sekali, yang akhir-
akhir ini telah menggemparkan rimba persilatan dengan segala
tindak tanduknya yang membela kebenaran.........! Tidak Lolap
sangka akan bertemu dengan orang liehay dan sakti itu di tempat
ini, sungguh merupakan jodoh Lolap yang baik sekali.........!”
“Taisu terlalu memuji........!” Tat-mo Cauwsu cepat-cepat
merendahkan diri.
Sam-liu Taisu telah memperlihatkan sikap yang bersungguh-
sungguh, katanya,
“Memang sebenarnya, Lolap telah banyak mendengar perihal
sepak terjang Taisu.......... dan terutama tahun-tahun terakhir ini,
di mana banyak orang-orang gagah rimba persilatan yang merasa
kagum dan hormat kepada Taisu..........!
“Memang telah lama juga Lolap mengandung niat hendak
bertemu dengan Taisu, guna bertukar pikiran, namun selama itu
belum juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan
Taisu.........”

Tat Mo Cauwsu 699


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu kembali merendah, lalu katanya,


“Sungguh menggembirakan di tempat ini Siauw-ceng bisa
bertemu dengan orang yang sama-sama memeluk agama Buddha,
dan tentunya kita bisa bercakap-cakap dengan
menggembirakan........”
Sam-liu Taisu mengangguk.
“Ya, seperti yang telah Lolap katakan bahwa Lolap hendak
bertukar pikiran dengan Taisu........ maka kesempatan yang kali
ini ada dimana Lolap bisa bertemu dengan Taisu merupakan hal
yang menggembirakan sekali, Lolap bergelar Sam-liu
Taisu.........!”
Beginilah, kedua pendeta tersebut, yang seorang pendeta
asing dari India sedangkan yang seorangnya lagi adalah pendeta
dari daratan Tiong-goan, telah bertemu dan gembira sekali saling
tukar pikiran.
Pertama-tama yang mereka bicarakan adalah urusan agama,
untuk melihat persamaan-persamaan dan kelainan-kelainan yang
terdapat pada pelajaran agama Buddha di India maupun agama
Buddha di daratan Tiong-goan.
Dan mereka bisa melihat betapa banyaknya persamaan
pandangan-pandangan mereka untuk agama mereka yang
memang sama itu. Hanya bedanya Tat-mo Cauwsu memiliki
pengetahuan yang jauh lebih luas dan juga memiliki pandangan
yang benar-benar mendalam untuk agama tersebut.
Dan Sam-liu Taisu sendiri menyadari, bahwa ia sangat
bersyukur bisa bertemu dengan pendeta India ini, karena
bukankah agama Buddha bersumber dari negerinya Tat-mo
Cauwsu itu?

Tat Mo Cauwsu 700


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Akhirnya, Sam-liu Taisu lebih banyak bertanya kepada Tat-


mo Cauwsu, dimana masih banyak pelajaran sang Buddha yang
tidak dimengerti oleh Sam-liu Taisu. Tetapi setelah Tat-mo
Cauwsu membentangkan dan memberikan tafsiran-tafsirannya
yang mendalam, terbukalah pikiran dan pandangan Sam-liu
Taisu.
Betapa kagumnya Sam-liu Taisu terhadap pendeta dari India
ini, yang walaupun usianya jauh lebih muda dari dia, namun
memiliki pengetahuan yang begitu mendalam untuk agama
mereka.
“Apakah Taisu juga mempelajari ilmu silat Tiong-goan?”
tanya Sam-liu Taisu kemudian, sambil melirik kepada hancuran
batu-batu yang tadi telah dipukul hancur oleh Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu bersenyum.
“Memang, selain Yoga dan ilmu berkelahi dari daratan India,
Siauw-ceng juga telah mengubah ilmu silat yang disesuaikan
dengan daratan Tiong-goan ini.........! Ilmu berkelahi dari negeri
Siauw-ceng merupakan ilmu berkelahi yang dicampur dengan
keahlian menguasai ilmu yoga......... Dan Taisu maksudkan ilmu
silat itu dalam hal bertangan kosong atau bersenjata tajam?”
“Kedua-duanya..........!”
“Ohhh, itulah merupakan suatu hal yang terlalu luas untuk
diungkapkan. Siauw-ceng akan berusaha mengungkapkan
singkatnya saja.
“Ilmu berkelahi seperti itu, yaitu dengan bertangan kosong,
jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ilmu berkelahi dengan
menggunakan senjata tajam......... maka dari itu, dalam hal ini,
harus diperhatikan dengan seksama, seperti yang Taisu tentunya
mengetahui, di daratan Tiong-goan umumnya mengandalkan
ilmu berkelahi dengan mempergunakan senjata tajam, yang

Tat Mo Cauwsu 701


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

dianggap lebih unggul dari ilmu berkelahi dengan


mempergunakan tangan kosong.
“Namun justru kami di India lebih mementingkan ilmu
berkelahi dengan tangan kosong, yaitu dengan disertai latihan
Yoga. Namun setelah bertahun-tahun Siauw-ceng mengembara di
daratan Tiong-goan, Siauw-ceng telah berhasil meneliti seluruh
sari ilmu silat yang terdapat di negeri ini, yang kemudian Siauw-
ceng mengubahnya menjadi semacam ilmu silat yang mungkin
bisa dipelajari oleh jago-jago daratan Tiong-goan ini dikemudian
hari..........!”
“Jadi maksud Taisu, ilmu yang Taisu ciptakan itu lebih
mementingkan ilmu pukulan tangan kosong..........?” tanya Sam-
liu Taisu.
“Itupun tidak benar keseluruhannya........!” menyahuti Tat-
mo Cauwsu. “Dalam ilmu pukulan, tanpa disertai dengan latihan
tenaga dalam yang mahir, tentu akan menyebabkan sia sia belaka
seseorang mempelajari ilmu pukulan tangan kosong itu........
Dengan demikian, harus dimengerti oleh Taisu, yang diutamakan
adalah latihan tenaga dalam, kemudian diolah menjadi semacam
kekuatan yang meresap ke dalam diri kita, sehingga leluasa kita
untuk mempergunakannya.
“Apa yang disebut lunak, bisa kita robah menjadi keras dan
yang keras bisa kita robah menjadi lunak........ itulah semacam
sari pelajaran yang akan Siauw-ceng siarkan..........!”
“Bisakah Taisu memberikan contoh?” tanya Sam-liu Taisu
kemudian, parasnya memancarkan perasaan kagum.
Ia memang mengakui, bahwa jago-jago yang terdapat di
daratan Tiong-goan pada masa itu, lebih mementingkan senjata
tajam, yang dianggap lebih tangguh dari ilmu pukulan tangan
kosong.

Tat Mo Cauwsu 702


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan Sam-liu Taisu juga tahu, sebagai seorang pendeta India,


tentunya Tat-mo Cauwsu memiliki ilmu Yoga dan semacam ilmu
berkelahi yang berasal dari negerinya itu. Tetapi sama sekali ia
tidak menyangka bahwa pendeta dari Thian-tiok tersebut ternyata
memiliki pandangan yang begitu luas mengenai seluk beluk ilmu
silat di daratan Tiong-goan.
Dengan demikian, tersirat di dalam hati Sam-liu Taisu
hendak mencoba berapa tinggi tenaga dalam yang dimiliki Tat-
mo Cauwsu.
Memang sebelum-belumnya Sam-liu Taisu telah banyak
mendengar nama Tat-mo Cauwsu dari jago-jago rimba persilatan
baik untuk ilmu sihir pendeta India tersebut yang benar-benar
hebat sekali maupun juga ilmu bertempurnya, yang dicampur
adukkan dengan ilmu Yoga.
Tetapi sama sekali Sam-liu Taisu tidak menyangka bahwa
Tat-mo Cauwsu sesungguhnya berkelana di daratan Tiong-goan
untuk melihat seluruh ilmu silat ilmu silat yang terdapat di
daratan Tiong-goan ini untuk diolahnya dan dicampur adukkan
dengan kepandaian yang dimilikinya guna menciptakan semacam
ilmu yang hebat.
Tat-mo Cauwsu waktu itu telah mengangguk, sambil
katanya,
“Jika memang Taisu menginginkan Siauw-ceng memberikan
contoh, hal itu bisa saja Siauw-ceng lakukan........ tetapi tentunya
Taisu mau menemani satu dua jurus.........!”
“Dengan cara apa kita bertempur?” tanya Sam-liu Taisu.
Tat-mo Cauwsu menggelengkan kepalanya.
“Tidak,” sahutnya, “Kita hanya main-main dengan suatu
permainan yang menarik. Silahkan Taisu duduk disini........!”

Tat Mo Cauwsu 703


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sambil berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah menunjuk kepada


sebuah batu.
Sam-liu Taisu tidak rewel telah duduk di tempat yang
ditunjuk oleh Tat-mo Cauwsu, sedangkan Tat-mo Cauwsu telah
duduk di hadapannya.
“Silahkan Taisu menyerang diri Siauw-ceng dengan seluruh
kekuatan yang ada pada Taisu..........!” kata Tat-mo Cauwsu lagi.
Sam-liu Taisu jadi terkejut.
“Ini......... ohh, itu tidak mungkin!” kata Sam-liu Taisu.
“Apakah Taisu kuatir kalau nanti Siauw-ceng tidak sanggup
menerima serangan Taisu?” tanya Tat-mo Cauwsu sambil
senyum.
“Begini,” kata Sam-liu Taisu kemudian. “Lolap akan
memukul dengan lima bagian dari tenaga Lolap..........!”
“Boleh!” mengangguk Tat-mo Cauwsu.
Sam-liu Taisu telah menarik napas dalam-dalam,
mengempos semangatnya dan mengerahkan tenaga dalamnya
yang disalurkan pada kedua telapak tangannya. Ia mengerahkan
lima bagian dari tenaga lwekangnya.
“Jagalah serangan.........!” kata Sam-liu Taisu, yang telah
mendorong kedua telapak tangannya itu kepada Tat-mo Cauwsu.
Tat-mo Cauwsu tetap duduk berdiam di tempatnya tanpa
bergerak, tanpa menangkis.
“Blesss........!” kedua telapak tangan Sam-liu Taisu seperti
memukul kumpulan kapas waktu kedua telapak tangan itu
menghantam jitu sekali pada dada Tat-mo Cauwsu.
Sam-liu Taisu kaget bukan kepalang, ia menarik pulang
kedua tangannya dengan cepat.

Tat Mo Cauwsu 704


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tat-mo Cauwsu tetap duduk tenang sambil tersenyum, lalu


katanya,
“Inilah yang disebut ilmu lunak, dari yang keras kita
membuat menjadi lunak.......... Seperti Taisu ketahui, dada
seorang manusia dilindungi oleh daging, tulang-tulang iga dan
juga isi dada lainnya. Tetapi jika kita tidak melatih dengan baik
untuk bagian anggota tubuh tersebut, tentu tidak bisa menerima
hantaman yang mengandung kekerasan padanya yang bisa
membawa kerusakan hebat.........
“Dengan mempergunakan ilmu yang telah Siauw-ceng
ciptakan, dari yang keras menjadi lunak, maka Siauw-ceng
berhasil membuat seluruh bagian dari dada Siauw-ceng ini bisa
menerima hantaman yang bagaimana kuat sekalipun. Tanpa perlu
memberikan daya lawan sama sekali, tenaga hantaman itu akan
punah sendirinya..........!”
Sam-liu Taisu tercengang sejenak, namun akhirnya ia
mengangguk, dengan penasaran ia berkata,
“Baiklah, Lolap akan mencobanya satu kali lagi..........!” dan
membarengi dengan selesainya perkataan Sam-liu Taisu, pendeta
ini telah menggerakkan lagi kedua tangannya, ia telah
menghantam dengan sembilan bagian dari tenaga dalamnya.
Tat-mo Cauwsu tetap tidak menyingkir dari tempat
duduknya, ia menantikan pukulan kedua telapak tangan Sam-liu
Taisu dengan tenang.
“Bukkkk!” hantaman Sam-liu Taisu mengenai tepat sekali
dada Tat-mo Cauwsu, dan menimbulkan suara benturan yang
keras.
Sam-liu Taisu kaget setengah mati, semula ia menduga dada
Tat-mo Cauwsu akan lunak seperti tadi, seperti gumpalan kapas,
tetapi untuk kagetnya, begitu kedua telapak tangannya

Tat Mo Cauwsu 705


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

menghantam telak. Ia merasakan kedua telapak tangannya


bagaikan menghantam batu karang yang tidak tergoyahkan, keras
sekali, melebihi perbentengan besi sekalipun. Kedua telapak
tangannya juga sakit bukan main.
Malah yang membuat Sam-liu Taisu jadi lebih kaget lagi,
tubuhnya tahu-tahu telah “terbang” dari tempat duduknya,
terpental menerjang tirai air terjun, jatuh di luar dengan keras
sekali.
Untung Sam-liu Taisu memiliki kepandaian yang tinggi.
Begitu tubuhnya menyentuh tanah, segera ia menggerakkan
tangan kanannya menepuk tanah dan tubuhnya meletik bangun.
Iapun cepat melompat masuk ke balik tirai air terjun, sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat pada Tat-mo
Cauwsu.
“Sungguh mengagumkan sekali!” kata Sam-liu Taisu
kemudian. “Memang kami dari daratan Tiong-goan pun
mengenal akan istilah Im dan Yang, tetapi tenaga lunak dan keras
itu tidak bisa dipergunakan sebaik seperti yang telah dilakukan
oleh Taisu.........
“Seperti membuat dada menjadi lunak bagaikan gumpalan
kapas memunahkan tenaga hantaman lawan, dan merobah
menjadi keras sekali seperti lempengan besi........benar-benar
menakjubkan..........!”
Tat-mo Cauwsu bersenyum.
“Ya, memang telah Siauw-ceng pelajari, umumnya jago-jago
rimba persilatan di daratan Tiong-goan ini mempergunakan
lwekang mereka untuk menghantam dengan kekerasan, dimana
mereka melatih ilmu tenaga dalam tersebut sama halnya seperti
melatih tenaga gwakang (tenaga luar).

Tat Mo Cauwsu 706


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Mereka melupakan sesuatu yang kecil dari pelajaran


tersebut, namun sangat besar artinya, yaitu mereka tidak
menyalurkan kekuatan tenaga lwekang yang telah mereka pelajari
itu untuk meresap ke dalam tubuh.
“Sehingga setiap detik, setiap saat kita menghendakinya,
dengan sendirinya tubuh kita akan dapat dibuat menjadi lunak
maupun menjadi keras, dilindungi oleh kekuatan tenaga itu
sendiri........! Apa yang disebut hitam untuk menjadi putih, dan
yang merah menjadi hijau, merupakan kata-kata yang tepat untuk
ilmu yang dilatih oleh Siauw-ceng........”
“Apa maksud Taisu dengan perkataan yang hitam menjadi
putih dan yang merah menjadi hijau?” tanya Sam-liu Taisu tidak
mengerti.
Tat-mo Cauwsu tersenyum.
“Jika kita memejamkan mata, belum tentu kita tidur, tetapi
jika kita membuka sepasang mata, bukan berarti pula kita tengah
sadar. Itulah makna dari apa yang telah Siauw-ceng katakan tadi.
“Seseorang melihat hitam, tetapi warna hitam itu
sesungguhnya tidak ada, yang ada hanya putih. Dan jika dilihat
warna merah, sesungguhnya yang ada hanyalah warna hijau.
“Itulah kesempurnaan dari ilmu tenaga dalam hasil ciptaan
Siauw-ceng.......... Dengan cara demikian, kita bisa sekehendak
hati membuat tubuh kita menjadi lunak, menjadi keras, menjadi
ringan, menjadi berat. Dan semuanya itu dapat dilakukan setiap
detik kita kehendaki.”
Sam-liu Taisu berpikir agak lama, tetapi akhirnya ia
berjingkrak.
“Tepat!” serunya dengan gembira dan mengandung perasaan
kagum. “Apa yang dikatakan oleh Taisu memang tepat! Jika yang

Tat Mo Cauwsu 707


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

hitam bisa menjadi putih, dan yang merah bisa menjadi hijau,
tentulah itu merupakan hal yang benar-benar berarti sekali dalam
latihan tenaga dalam.
“Dan Taisu tentunya ingin mengartikan jika kita telah
melatih sempurna tenaga dalam kita sehingga kita berhasil
menyalurkan meresap ke dalam sekujur tubuh kita, maka akan
membuat lawan kita menjadi bingung, di mana ia melihat kosong,
namun sesungguhnya berisi dan jika ia melihat berisi,
sesungguhnya kosong..........! Bukankah begitu maksud Taisu?”
“Tidak tepat seluruhnya..........!” menyahuti Tat-mo Cauwsu.
“Dapatkah Taisu memberikan petunjukmu lagi?” tanya Sam-
liu Taisu.
“Arti dari perkataan Siauw-ceng tadi, memang termasuk juga
akan hal yang kosong, tetapi disamping itu, yang lebih
diutamakan adalah “Kosong tetapi berisi, berisi menjadi tunggal”.
Itulah makna yang sesungguhnya.
“Dengan hanya mengandalkan taktik kosong tetapi berisi,
berisi tetapi kosong, itulah belum sempurna. Harus dimengerti,
jika memang seorang lawan memiliki kepandaian yang sungguh-
sungguh tinggi, lalu secara membabi buta kita mempergunakan
taktik seperti itu, yang akan hancur adalah diri kita sendiri.
“Tetapi jika kita menyempurnakan hal itu, yaitu kosong
tetapi berisi dan berisi menjadi tunggal, itulah kesempurnaan dari
latihan tenaga dalam, dimana seluruh tenaga dalam yang telah
terlatih mahir dan baik, akan disalurkan secara merata ke seluruh
tubuh kita.
“Dengan demikian, dari ujung rambut sampai ke ujung kaki,
semua anggota tubuh akan dapat kita kendalikan sesenang hati
kita, dan jika diperlukan dalam saat-saat tertentu, sehelai rambut

Tat Mo Cauwsu 708


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kitapun bisa dipergunakan untuk menjadi senjata yang


meruntuhkan lawan.........!”
Sam-liu Taisu telah merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat lagi, ia menyatakan kekagumannya yang bukan
main pada Tat-mo Cauwsu. Dan di hatinya, Sam-liu Taisu
mengakui, bahwa apa yang didengarnya selama ini tentang diri
pendeta India tersebut memang tidak salah, dimana Tat-mo
Cauwsu benar-benar seorang pendeta India yang sakti.
Seperti tadi ia telah merasakan, betapa dengan mudah sekali,
tanpa menggerakkan kedua tangan atau kedua kakinya, dan juga
dengan tubuh yang diam tidak bergerak di tempatnya ia telah bisa
dibuat terpental begitu rupa oleh Tat-mo Cauwsu. Padahal Sam-
liu Taisu di daratan Tiong-goan ini sudah merupakan seorang
tokoh persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
“Ada satu lagi yang hendak Lolap tanyakan, Taisu...........
yaitu ilmu silat dengan senjata tajam.......... bisakah Taisu
memberikan petunjukmu?” tanya Sam-liu Taisu lagi.
Tat-mo Cauwsu bersenyum lagi, dengan sabar pendeta India
ini berkata,
“Mengenai ilmu silat yang mempergunakan senjata tajam
baik pedang, golok, atau senjata tajam lainnya, semua itu
sesungguhnya merupakan pelajaran tidak berjauhan dengan apa
yang telah Siauw-ceng katakan tadi..........
“Jika seseorang telah memiliki tenaga dalam yang sempurna,
tentu mempergunakan senjata apa saja akan memiliki arti yang
sama besarnya. Sampai pun jika kita mempergunakan sebatang
ranting sebagai pengganti pedang, tidak akan kalah hebatnya jika
kita mempergunakan pedang yang sesungguhnya.........!”
Sam-liu Taisu memang sering berusaha memperdalam
kepandaiannya untuk mempergunakan senjata tajam, dan ia telah

Tat Mo Cauwsu 709


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mempelajari delapanbelas macam senjata tajam termasuk ilmu


melepaskan senjata rahasia. Namun, pengetahuan dan
kepandaiannya mempergunakan senjata tajam tersebut, sama
liehaynya jika ia mempergunakan ilmu pukulan kedua telapak
tangan kosong, sehingga akhirnya Sam-liu Taisu jarang
mempergunakan senjata tajam.
Setiap kali menghadapi lawannya, ia mempergunakan kedua
tangan kosong belaka, yang merupakan kepandaiannya yang
menakjubkan. Juga Sam-liu Taisu sering mempergunakan cabang
atau ranting pohon sebagai pengganti pedang, dimana ia
mempergunakan tenaga dalamnya untuk disalurkan pada cabang
atau ranting pohon di tangan untuk menghadapi senjata tajam
lawan.
Maka penjelasan Tat-mo Cauwsu mengenal ranting pohon
yang bisa dipergunakan sebagai gantinya pedang, tidak begitu
mengherankannya.
“Maksud Taisu, dengan mempergunakan ranting di tangan
dan kita menyalurkan kekuatan lwekang kita pada ranting itu,
sehingga sama lihaynya dan tajamnya dengan pedang biasa?”
tanya Sam-liu Taisu.
Tat-mo Cauwsu menggeleng.
“Tidak tepat seluruhnya lagi,” kata pendeta dari India itu.
“Bagi seorang jago silat yang memang memiliki lwekang
belum sempurna, sering mempergunakan lwekang itu untuk
disalurkan pada benda yang dipegangnya, untuk dijadikan senjata
yang ampuh. Semua itu bisa dilakukan oleh seluruh jago-jago
silat yang memang memiliki lwekang cukup untuk
melaksanakannya.
“Tetapi yang Siauw-ceng maksudkan disini adalah sebilah
pedang sangat tajam, bisa menabas dan memotong sesuatu yang

Tat Mo Cauwsu 710


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

memang bisa dipotong atau ditabasnya. Namun jika harus


memotong selempeng besi atau sebungkah batu, tentu pedang itu
sendiri yang akan menjadi semplak atau rusak.
“Perkataan bahwa tajam itu lunak dan lunak itu tajam,
merupakan perkataan yang sesuai untuk persoalan ini.........!”
Kembali Sam-liu Taisu dibuat bingung oleh perkataan Tat-
mo Cauwsu.
“Apa yang Taisu maksudkan?” tanya Sam-liu Taisu.
“Perkataan itu tajam, tetapi tajamnya pedang belum berarti
bisa disebut kuat. Coba Taisu buktikan, pergunakan sebilah
pedang, tabaslah batu ini, dan apa akibatnya..........!
“Bukan batu yang keras itu akan hancur, namun pedang itu
sendiri yang akan rusak, bagaikan sebuah benda lunak
menghantam suatu yang keras. Tetapi sekarang coba Taisu lihat,
Siauw-ceng akan memperlihatkan, bahwa yang lunak itu tajam,
yaitu dari sesuatu yang lunak, akan memiliki ketajaman yang
melebihi tajamnya pedang.........”
Dan setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu membuka ang-
kinnya, pengikat pedangnya, yang terdiri dari sehelai kain
berwarna kuning gading.
Sam-liu Taisu telah mengawasi ang-kin Tat-mo Cauwsu dan
menduga-duga apa yang hendak dilakukan oleh pendeta India
tersebut.
Sambil memegangi ang-kinnya itu, Tat-mo Cauwsu telah
berkata,
“Cobalah Taisu lihat..........!”
Dan tahu-tahu Tat-mo Cauwsu telah menggerakkan tangan
kanannya, yang mencekal ujung dari ang-kinnya itu, dimana ang-

Tat Mo Cauwsu 711


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kin tersebut yang terdiri dari sehelai kain, yang memiliki sifat
yang lemas dan lunak, tahu-tahu telah menjadi tegak dan kaku,
kata Tat-mo Cauwsu,
“Inilah yang disebut yang lunak menjadi keras, dengan cara
seperti ini, kita bisa mempergunakan kelunakan untuk
menghancurkan sesuatu yang keras. Tetapi yang terpenting lagi,
lunak adalah tajam, lihatlah!”
Dan setelah berkata begitu, Tat-mo Cauwsu telah
menghentak tangannya, ang-kinnya telah menjadi lemas dan
berkibar-kibar digerakkan tangan kanan Tat-mo Cauwsu, dimana
pendeta India tersebut seperti juga tengah menari, ang-kinnya itu
telah berseliwiran kesana kemari, dan tahu-tahu telah menyambar
ke arah sebungkah batu yang berukuran cukup besar.
Tanpa bersuara, ang-kin itu telah menyambar memotong batu
itu menjadi dua potong besar! Luar biasa sekali! Angkin tersebut
seperti juga menjadi senjata yang paling tajam di dunia, dimana
membelah batu itu seperti membelah “tahu” dengan senjata
tajam! Tidak menerbitkan suara sama sekali, hanya tahu-tahu
batu tersebut telah menjeblak dan berjatuhan menimbulkan suara
berisik.
Sam-liu Taisu berdiri bengong di tempatnya, ia tidak
menyangka begitu hebat kepandaian yang dimiliki Tat-mo
Cauwsu. Apa yang dikatakannya lunak adalah tajam, ternyata
memang benar-benar telah dibuktikannya di depan mata
hidungnya Sam-liu Taisu sendiri.
“Dan kini Taisu lihatlah lagi..........!” kata Tat-mo Cauwsu, ia
telah mengerakkan ang-kinnya itu, yang menyambar pula kepada
sebungkah batu besar lainnya. Ang-kin itu lemas sekali, jatuh
pada batu tersebut, menempel di batu itu. Namun ketika Tat-mo
Cauwsu menarik pulang ang-kinnya, tidak terdapat sesuatu yang
terjadi, batu itu tetap tidak terbelah seperti tadi.

Tat Mo Cauwsu 712


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Sam-liu Taisu mengawasi dengan penuh perhatian pada batu


itu, tidak ada suatu kelainan pada batu tersebut.
Sambil tersenyum Tat-mo Cauwsu melangkah mendekati
batu itu, ia memonyongkan mulutnya sedikit, meniupnya.
Seketika batu itu meluruk, telah hancur menjadi bubuk halus,
yang sebagian telah bertebaran kemana-mana.
Pertunjukan yang telah disaksikan Sam-liu Taisu membuat
pendeta ini seperti tidak mempercayai apa yang telah terjadi.
Lama ia berdiri bengong mengawasi tumpukan abu dari hancuran
batu itu.
“Lihatlah Taisu, tidak mungkin sesuatu yang keras dapat
memenangkan yang lunak. Segala apapun, akan dapat dikuasai
dengan sebaik mungkin, jika kita telah berhasil menyempurnakan
latihan menurut kata-kata kosong tapi berisi, berisi menjadi
tunggal. Dan buktinya telah Taisu lihat, bukan?
Dengan tenaga tunggal Siauw-ceng telah mempergunakan
sehelai ang-kin yang begini lemas dan sesungguhnya menurut
pandangan manusia biasa tidak memiliki arti, ternyata bisa
menghancurkan sebungkah batu yang besar dan keras itu..........!”
Sam-liu Taisu untuk sejenak lamanya tidak bisa berkata-kata
dan hanya berdiri bengong saja sampai akhirnya ia merangkapkan
kedua tangannya, memberi hormat kepada Tat-mo Cauwsu
berulang kali, katanya juga dengan hati diliputi kekaguman yang
bukan main,
“Taisu telah membuka mataku........... Hari ini aku telah
berhasil menemukan sesuatu yang sangat berharga sekali! Terima
kasih Taisu! Terimakasih Taisu.........”
Begitulah Tat-mo Cauwsu dan Sam-liu Taisu bercakap-cakap
beberapa saat lamanya lagi. Dan Tat-mo Cauwsu juga
menyatakan bahwa ia hendak mencari sebuah tempat untuk

Tat Mo Cauwsu 713


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

membangun sebuah kuil, yang akan dijadikan tempat untuk


menerima murid dan menyiarkan pelajarannya, baik ilmu silatnya
maupun agama Buddha yang dianutnya.
Mendengar perkataan Tat-mo Cauwsu, tiba-tiba Sam-liu
Taisu telah menjatuhkan dirinya, berlutut dihadapan Tat-mo
Cauwsu.
“Jika memang Taisu tidak mentertawakan, dan juga tidak
keberatan, Lolap Sam-liu Taisu ingin sekali mengangkat Taisu
menjadi guru......... Inilah maksud hati yang setulusnya, Taisu,
dan itulah suatu kebahagiaan yang tidak terkira jika saja Taisu
mau meluluskan permohonan Lolap ini.........”
Tat-mo Cauwsu telah mengulurkan tangannya,
membangunkan Sam-liu Taisu dari berlututnya.
“Jangan Taisu berkata begitu, kepandaian yang dimiliki oleh
Siauw-ceng mungkin tidak berarti banyak buat Taisu..........
Menurut penglihatan Siauw-ceng, Taisu sudah memiliki dasar
yang baik sekali, memiliki kepandaian yang tidak rendah, jika
memperoleh latihan yang baik, jelas Taisu akan bisa mencapai
kesempurnaan dari ilmu yang dimiliki Taisu........!”
“Justru Lolap membutuhkan sekali petunjuk-petunjuk dari
Taisu, untuk memperoleh kesempurnaan itu.......... dan juga
disamping meyakinkan ilmu silat, Lolap juga ingin mencurahkan
seluruh sisa hidup Lolap untuk lebih memperdalam pelajaran
agama Buddha yang memang dianut oleh Lolap........!”
Tat-mo Cauwsu tidak segera menyahuti, ia mengangkat
kepalanya, mengawasi langit, kemudian ia bersenandung dengan
suara yang perlahan,
“Bunga salju turun kebumi, akhirnya mencair, manusia
terlahirkan dan akhirnya kembali kebumi........... Apakah yang
dicari di dalam dunia ini? Hanya satu, kebajikan!”

Tat Mo Cauwsu 714


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan setelah bersenandung begitu, Tat-mo Cauwsu telah


tertawa sambil katanya kepada Sam-liu Taisu,
“Baiklah, keinginanmu kuterima.........!”
“Suhu.........!” Sam-liu Taisu telah menjatuhkan dirinya
berlutut dihadapan Tat-mo Cauwsu.
Bukan main girang hatinya, dan diwaktu itu, kebahagiaan
dihatinya sama halnya seperti ia memperoleh sesuatu yang sangat
berharga sekali. Rupanya Sam-liu Taisu tidak memperdulikan
bahwa usianya jauh lebih tua dari Tat-mo Cauwsu.
Karena ia telah membuktikan, walaupun usia Tat-mo
Cauwsu jauh lebih muda dari dia, tetapi ilmu silat mau pun
pengetahuannya dan pandangannya dalam pelajaran agama
Buddha, melebihi dia beberapa tingkat. Dan memang Sam-liu
Taisu juga yakin, bahwa Tat-mo Cauwsu pantas menjadi
gurunya.
Begitu juga halnya dengan Tat-mo Cauwsu. Ia tidak
mempersoalkan masalah usia. Persoalan itu telah dianggapnya
hanyalah disebabkan oleh sang waktu belaka dan tidak memiliki
suatu keharusan yang merintangi untuk hubungan seorang guru
dan murid.
Dan memang Tat-mo Cauwsu juga melihat bahwa Sam-liu
Taisu merupakan seorang yang memiliki bakat cukup baik untuk
digembleng mempelajari ilmu silat dan pelajaran agama yang
sama-sama mereka anut yaitu agama Buddha.
Dan kemudian hari, Sam-liu Taisu dikenal sebagai murid
pertama Tat-mo Cauwsu, murid yang membantu banyak pada
gurunya tersebut, untuk mendirikan kuil Siauw-lim-sie. Dan
merupakan satu-satunya murid Tat-mo Cauwsu yang menerima
penuh seluruh pelajaran dari pendeta India yang sakti tersebut.

Tat Mo Cauwsu 715


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Setelah mengangkat guru dan murid itu selesai, Tat-mo


Cauwsu merundingkan bersama Sam-liu Taisu perihal maksud
Tat-mo Cauwsu yang akan memilih gunung Siong-san sebagai
tempat mereka membangun kuil. Dan setelah meneliti seluruh
keadaan gunung tersebut, dipilihnya tempat di dekat air terjun itu.
Cukup banyak tukang-tukang yang dipergunakan oleh Tat-
mo Cauwsu untuk membangun kuil tersebut dimana
pembangunan kuil itu langsung diawasi oleh Tat-mo Cauwsu dan
Sam-liu Taisu. Waktu yang dipergunakan hampir satu tahun, dan
akhirnya rampunglah pembangunan kuil tersebut.
Karena Tat-mo Cauwsu memang telah memiliki nama yang
sangat harum di dalam rimba persilatan, dan juga ia dikagumi dan
dihormati oleh orang-orang gagah rimba persilatan di daratan
Tiong-goan, maka banyak yang berdatangan untuk ikut
membantu, disamping memberi ucapan selamat kepada Tat-mo
Cauwsu.
Waktu kuil itu diresmikan, dan Tat-Mo Cauwsu
merundingkan nama yang baik untuk kuil tersebut, banyak sekali
orang-orang gagah yang telah mengajukan nama yang bermacam-
macam. Tetapi akhirnya Tat-mo Cauwsu memilih nama untuk
kuil tersebut terdiri tiga huruf “Siauw-lim-sie” (kuil Kurang
Rimba).
Tat-mo Cauwsu memilih ketiga huruf tersebut, yaitu Siauw-
lim-sie untuk nama kuilnya itu berdasarkan tempat dibangunnya
kuil tersebut, di dekat air terjun itu memang jarang sekali terdapat
pohon, dan yang terdapat disitu hanya batu-batu gunung yang
berukuran besar.
Tetapi makna dari nama yang dipergunakan Tat-mo Cauwsu
untuk kuilnya tersebut, memiliki arti yang sangat dalam sekali.

Tat Mo Cauwsu 716


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dengan perkataan “Kurang Rimba”, Tat-mo Cauwsu hendak


mengartikan bahwa tiada yang sempurna di dalam dunia ini.
Karena itu walaupun ia merupakan tokoh persilatan yang sakti,
tokh ia merasa bahwa kuilnya tersebut merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang rimba persilatan, dan selain
menyiarkan pelajaran agama dan ilmu silat, tentu Siauw-lim-sie
pun memiliki banyak kekurangan-kekurangannya.
Dan perkataan “Lim” yang diambil dari perkataan “Bu-lim”,
yang artinya rimba persilatan, karena Siauw-lim-sie selain
menyiarkan agama Buddha, juga memang seluruh murid-murid
Siauw-lim-sie mempelajari ilmu silat, dan tentu akan
berkecimpung juga di dalam rimba persilatan.
Sejak saat itulah Tat-mo Cauwsu telah menerima banyak
murid. Dan telah mengharuskan setiap murid Siauw-lim-sie
mencukur rambut, menggundulkan kepala menjadi hweshio.
Seluruh pelajaran agama diberikan oleh Sam-liu Taisu, dan
jika memang terdapat pelajaran yang sulit, barulah Tat-mo
Cauwsu sendiri yang memberikan bimbingannya.
Kuil Siauw-lim-sie sebagai pintu perguruan silat dan juga
menyiarkan agama Buddha, kian hari berkembang pesat sekali.
Dan di daratan Tiong-goan telah terlahir sebuah pintu perguruan
yang hebat dan kelak akan menjadi sebuah pintu perguruan yang
paling disegani oleh semua jago-jago silat di daratan Tiong-
goan.........!
Malah ilmu silat ciptaan Tat-mo Cauwsu yang kemudian
ditulis seluruhnya dalam bentuk sebuah kitab, yang diberi nama
Tat-mo Pit-kip, yang dipecah menjadi empat bagian, yaitu Kiu-
yang-cin-keng, Kiu-im-cin-keng, Ih Kin dan Swe Jwe,
merupakan kitab-kitab silat yang membuat seluruh jago-jago
rimba persilatan menjadi ngiler untuk memilikinya, karena siapa

Tat Mo Cauwsu 717


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

saja yang bisa mempelajari ilmu silat yang terdapat di dalam


kitab itu, tentu akan menjadi seorang jago tanpa tandingan.
Dengan berdirinya pintu perguruan Siauw-lim-sie, maka
ilmu silat yang terdapat di daratan Tiong-goan pun mengalami
banyak perobahan, karena jago-jago rimba persilatan di daratan
Tiong-goan lebih banyak mengikuti ajaran yang disiarkan oleh
Tat-mo Cauwsu, yang lebih mengutamakan ilmu yang lurus dan
juga bersih dari kesesatan.
◄Y►
SUARA air terjun yang jatuh menimpa batu menimbulkan
irama yang tidak beraturan dipagi hari itu, dan suara burung
burung yang bercicit, serta cahaya matahari yang bersinar sangat
hangat, menyebabkan pemandangan sekitar tempat tersebut, yang
berada dipuncak sebelah barat gunung Siong-san, sangat menarik
dan nyaman. Memberikan juga ketenteraman bagi siapa saja yang
berada disitu, terlebih lagi dengan terdapat sebuah kuil yang
dibangun megah dan luas sekali disisi air terjun tersebut, yang
memiliki tiga bangunan utama dan puluhan perumahan kecil.
Warna kuil itu seluruhnya terdiri dari warna merah, begitu
juga halnya dengan pintu utama kuil tersebut, yang berwarna
merah dengan diberi penghias di tepinya lukisan air emas. Suara
pendeta yang tengah Liam-keng dan ketukan kayu bok-kie
mendatangkan perasaan tenteram untuk mendengarnya.
Air terjun yang turun bergemuruh itu tepat berada di
belakang kuil tersebut, dan di halaman belakang serta depan kuil
tersebut juga terdapat cukup banyak pohon-pohon bunga, yang
rupanya belum begitu lama ditanam.
Keangkeran terpancar dari kuil yang megah tersebut, karena
itulah Siauw-lim-sie, kuil yang telah dibangun selama satu tahun
dan memakan tenaga pekerja yang banyak sekali, disamping juga

Tat Mo Cauwsu 718


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

kegotong royongan dari orang-orang gagah rimba persilatan yang


ikut membantu membangun kuil tersebut.
Sekarang, di saat kuil telah diresmikan sebagai tempat
kediaman Tat-mo Cauwsu, cakal bakal pintu perguruan Siauw-
lim-sie tersebut. Kuil itu merupakan sumber dari penyiaran ilmu
silat dan agama Buddha di daratan Tiong-goan.........
Di pagi hari yang tenang seperti ini, tampak tidak jauh dari
kuil Siauw-lim-sie tersebut, seorang pendeta bertubuh gemuk
dengan keadaannya yang aneh, tengah berdiri memandangi kuil
tersebut. Dia merupakan seorang pendeta berkepala botak dan
memakai jubah kependetaannya yang telah robek di-sana sini,
koyak bagaikan pakaian pengemis penuh juga dengan tambalan.
Di tangan kanannya mencekal sebatang Sian-thung, tongkat
kependetaannya, yang pada ujungnya yang satu berukiran dalam
bentuk kepala naga.
Sebagai seorang hweshio, yang mengenakan Kha-she
(pakaian kependetaan) yang telah compang camping seperti itu,
memang keadaan pendeta tersebut merupakan suatu yang ganjil.
Karena iapun berada dekat sekali dengan Siauw-lim-sie, yang
seluruh penghuninya terdiri dari pengikut-pengikut sang Buddha.
Memang luar biasa di tempat seperti itu bisa terdapat seorang
hweshio yang berpakaian serupa itu.
Usia hweshio tersebut mungkin hampir limapuluh tahun,
wajahnya biasa saja, hanya karena ia gemuk, semuanya serba
bulat. Daging pipinya yang bulat, dagunya yang bulat, dan
matanya yang seperti bengkak menyipit itu, dan juga hidungnya
yang bundar pesek besar melebar ke samping kiri kanannya, sama
sekali hweshio ini tidak memelihara kumis atau jenggot.
Lama juga hweshio yang berkha-she compang-camping
tersebut berdiri mengawasi bangunan kuil Siauw-lim-sie tersebut,
akhirnya ia tertawa dingin,

Tat Mo Cauwsu 719


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Hemmm, luar biasa, luar biasa, tempat yang cukup baik


untuk aku berdiam di dalamnya..........!”
Ia pun telah melangkah menghampiri pintu kuil. Setelah
dekat, tahu-tahu ia menggerakkan Sian-thungnya ke arah pintu
kuil.
“Tukkk…..” perlahan ketukan itu, seperti juga ia
menggerakkan Sian-thungnya tanpa mempergunakan tenaga.
Tetapi kesudahannya hebat sekali. Daun pintu itu menjeblak
terbuka dan terlepas engselnya, lalu terlempar ambruk di tanah!
Pintu kuil Siauw-lim-sie terbuat dari kayu yang tebal sekali, yang
dibuat dari semacam kayu jati, selain berukuran besar dan berat,
pun terpasang kuat sekali oleh puluhan engsel.
Namun sekali ketuk seperti itu, hweesio aneh tersebut bisa
membuat daun pintu yang semula terkunci jadi terbuka menjeblak
serta telah terlepas dari engselnya, merupakan hal yang
mengejutkan sekali.
“Hahahahahahaha..........!” hweshio aneh tersebut telah
tertawa keras sekali, suara tertawanya itu seperti bergema di
sekitar tempat tersebut, dan karena disitu memang merupakan
daerah pegunungan, suara tertawa pendeta itu seperti bergema
bersahut-sahutan.
“Tat-mo Cauwsu........ keluarlah untuk menemui Lolap, Lu-
kak Siansu!”
Suara itu nyaring sekali, mengejutkan beberapa orang murid
Siauw-lim-sie, yang segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Pemandangan yang mereka lihat, yaitu pintu kuil yang telah rusak
menggeletak di atas tanah, dan seorang pendeta aneh dengan
pakaian compang camping tengah berteriak-teriak seperti itu,
membuat mereka jadi berdiri tertegun.

Tat Mo Cauwsu 720


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi salah seorang di antara mereka, yang cepat sekali


tersadar, telah melompat ke dekat pendeta aneh tersebut,
tanyanya,
“Siapakah Toa Suhu.........?” tegurnya. “Mengapa merusak
pintu kuil?”
Pendeta aneh itu tertawa aneh, dan telah berkata dengan
suara yang sinis, “Pergi panggil Tat-mo Cauwsu, katakan ia harus
menemui aku Lu-Kak Siansu........!”
Melihat sikap pendeta berpakaian compang camping yang
begitu kurang ajar, pendeta yang menegur itu, seorang hweshio
berusia tigapuluh tahun telah mengerutkan sepasang alisnya.
“Toa Suhu......... Jika memang Toa Suhu hendak menghadap
pada Cauwsu kami, tentunya engkau harus mematuhi aturan yang
baik, sikap dengan cara demikian..........”
“Oho, engkau terlalu rewel.........!” kata pendeta aneh
tersebut, dan telah menggerakkan Sian-thungnya........ Perlahan
sekali gerakan yang dilakukannya itu, tetapi hebat kesudahan dan
akibatnya untuk hweshio muda itu. Tubuhnya telah terpental dan
terpelanting, ambruk di atas tanah dengan memuntahkan darah
segar, mengerang-erang kesakitan.
Beberapa orang saudara seperguruan hweshio muda itu jadi
kaget dan marah. Mereka segera melompat ke dekat hweshio
berpakaian compang camping tersebut.
“Toa Suhu, mengapa kau membuat keonaran disini?” bentak
beberapa orang di antara mereka hampir serentak.
Tetapi hweshio aneh tersebut telah tertawa dengan suara
yang panjang dan aneh, seperti suara burung hantu, kemudian ia
berkata,

Tat Mo Cauwsu 721


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Kalian tidak cepat-cepat memanggil Tat-mo Cauwsu agar


menemui aku! Apa memang kalian sudah bosan hidup?”
Tadi mereka telah menyaksikan betapa hebatnya Sian-thung
pendeta tersebut yang sekali menggerakkan tongkatnya telah
membuat saudara seperguruan mereka terpental dan terluka parah
seperti itu. Maka hweshio Siauw-lim-sie itu membawa sikap yang
berhati-hati.
“Apa yang dikehendaki Toa Suhu sesungguhnya?” tanya
mereka.
“Aku ingin bertemu dengan Tat-mo Cauwsu........ Panggil dia
keluar! Atau memang aku perlu masuk tanpa undangan lagi?”
menyahut hweshio itu dengan suara yang dingin.
“Baiklah, karena Toa Suhu telah melakukan keonaran disini,
dan melukai seorang saudara seperguruan kami, kau harus kami
tangkap.........” kata salah seorang murid Siauw-lim-sie yang
segera maju untuk mencekal lengan pendeta aneh itu. Sedangkan
murid-murid Siauw-lim-sie yang lainnya telah memencar diri
untuk mengurung pendeta tersebut.
Tetapi pendeta aneh itu telah tertawa lagi keras sekali,
kemudian memutar Sian-thungnya, maka disaat tongkat itu
diputarnya berkesiuran angin yang kuat sekali. Tidak ampun lagi,
tanpa memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri, murid-murid
Siauw-lim-sie itu yang berjumlah delapan orang, telah
berhamburan terpental dan semuanya terluka memuntahkan darah
segar!
“Ilmu iblis........!” menggumam dua orang murid Siauw-lim-
sie yang terluka paling ringan, malah salah seorang dari mereka
telah berlari dengan sisa tenaga yang ada padanya, untuk masuk
ke dalam kuil, guna melaporkan keributan itu.

Tat Mo Cauwsu 722


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Pendeta aneh tersebut telah mengeluarkan suara tertawa yang


panjang dan menggema di tempat itu, lalu disusul dengan kata-
katanya,
“Tat-mo Cauwsu apakah engkau tidak mau keluar menemui
aku........? Atau memang engkau menghendaki semua murid-
murid Siauw-lim-sie terluka dan mampus di ujung tongkatku
ini?”
Tetapi baru saja perkataan pendeta aneh itu selesai
diucapkan, disaat itulah tampak bergegas keluar beberapa orang
pendeta. Mereka merupakan murid-murid Siauw-lim-sie dari
tingkat kedua.
Jalan paling depan dari murid-murid Siauw-lim-sie tingkat
kedua itu, tampak Sam-liu Taisu. Tadi ia telah menerima laporan
bahwa di luar kuil timbul keributan oleh tingkah seorang pendeta
aneh, yang memiliki sifat telengas dan kejam sekali, yang telah
mengacau.
Ketika sampai di depan pendeta aneh itu yang menamakan
dirinya Lu-kak Siansu, Sam-liu Taisu telah merangkapkan
tangannya memberi hormat.
“Omitohud! Omitohud! Siapakah Toa Suhu......... Mengapa
menimbulkan kekacauan disini?” tanya Sam-liu Taisu dengan
suara yang sabar.
Lu-kak Siansu telah memperdengarkan suara tertawanya
yang tidak sedap di telinga kemudian ia berkata dengan nada
yang mengejek,
“Aku ingin bertemu dengan Tat-mo Cauwsu bukan dengan
kau!”
Sam-liu Taisu telah bersenyum sabar, ia berkata,

Tat Mo Cauwsu 723


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

“Cauwsu tengah berada dalam kamar semedhi, tidak bisa


diganggu.......... maafkan, Toa Suhu tentu kecewa dengan hal
ini…..! Lolap Sam-liu yang akan mewakilinya untuk menerima
petunjuk-petunjuk dari Toa Suhu, agar nanti bisa lolap
menyampaikannya kepada Cauwsu..........!”
“Hemmm..........!” mendengus pendeta aneh itu, “Engkau
anggap apa aku ini yang disambut dengan segala manusia seperti
engkau......... pergilah!”
Sambil membentak begitu, ia telah menggerakkan
tongkatnya, yang menyambar kepada Sam-liu Taisu. Tetapi Sam-
liu Taisu memiliki kepandaian yang tinggi.
Sebelum ia mengangkat guru pada Tat-mo Cauwsu, Sam-liu
Taisu memang telah memiliki kepandaian yang tinggi, dengan
demikian sekarang setelah menjadi murid Tat-mo Cauwsu,
dengan sendirinya ia memperoleh kemajuan yang pesat untuk
ilmu silatnya.
Melihat menyambarnya tongkat pendeta aneh itu, Sam-liu
Taisu telah memiringkan tubuhnya ke kanan, dan kemudian
menyentil jari telunjuknya.
“Tukkkk!” tongkat itu telah kena disentilnya dengan kuat,
sampai tongkat itu jadi miring karenanya.
Pendeta aneh itu sesungguhnya menggerakkan tongkat
kependetaannya dengan mempergunakan tenaga dalam yang
tangguh sekali. Sama halnya seperti tadi murid-murid Siauw-lim-
sie telah bisa dirubuhkan dengan gerakan tongkatnya tersebut.
Tetapi sekarang, di waktu tongkatnya bisa disanggah dan
dibuat miring arahnya oleh sentilan jari telunjuk Sam-liu Taisu
membuat pendeta aneh tersebut benar-benar jadi terkejut sekali.
Ia sampai mengeluarkan suara seruan tertahan, dan cepat-cepat
menarik pulang tongkatnya.

Tat Mo Cauwsu 724


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Tetapi Lu-kak Siansu bukan hanya menarik pulang


tongkatnya untuk berdiam diri, ia telah menggerakkan tongkatnya
itu lagi menyerampang pada Sam-liu Taisu. Menyambarnya Sian-
thung si pendeta aneh itu kuat sekali, karena ia mempergunakan
tenaga dalam beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan
tadi.
Sam-liu Taisu yang hanya dalam satu jurus telah melihat
bahwa kepandaian Lu-kak Siansu ini memang tinggi sekali, ia
telah berlaku hati-hati. Ketika tongkat hampir tiba, Sam-liu Taisu
mengelakkan diri. Tubuhnya melompat ke samping, dan
berbareng dengan itu, ia telah menghantam dengan telapak
tangannya.
Namun pukulan telapak tangan dari Sam-liu Taisu mengenai
tempat kosong. Lu-kak Siansu bisa mengelakkannya dengan
mudah. Walaupun serampangan tongkatnya itu gagal mengenai
sasaran, ia tidak berhenti disitu saja, tongkatnya menyambar terus
akan mengemplang kepala Sam-liu Taisu.
“Toa suhu, engkau keterlaluan.........!” kata Sam-liu Taisu
yang habis sabar, kemudian ia bersilat dengan gesit sekali, kedua
tangannya menyambar-nyambar. Tiga kali beruntun Sam-liu
Taisu mengelakkan diri, dan setelah itu ia berhasil menghantam
telak sekali punggung Lu-kak Siansu.
Namun pukulan telapak tangan Sam-liu Taisu seperti
mengenai daging yang berminyak, seperti menghantam tubuh
belut, licinnya bukan main, telapak tangannya melejit, dan tenaga
serangannya punah dengan sendirinya.
Lu-kak Siansu tertawa bergelak-gelak keras sekali, ia
memutar tongkatnya.
“Engkau pendeta bawel yang mencari mampus!” kata Lu-kak
Siansu, “Sudah kukatakan, kau panggil Tat-mo Cauwsu, jiwamu

Tat Mo Cauwsu 725


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

tidak akan mengalami bencana........ tetapi engkau tidak tahu


diri..........!”
Dan kata-katanya itu telah disusul dengan tongkatnya yang
bergerak sangat cepat sekali, menderu-deru seperti angin topan
yang bergulung menyambar kepada Sam-liu Taisu, mengurung
tubuh pendeta Siauw-lim-sie ini.
Sam-liu Taisu juga kaget melihat hebatnya kepandaian Lu-
kak Siansu, sama sekali ia tidak menyangka, pendeta yang
berpakaian compang camping seperti ini bisa memiliki
kepandaian yang begitu tangguh.
Tetapi disebabkan dirinya telah diserang begitu hebat oleh
putaran tongkat Lu-kak Siansu, yang telah memutar tongkatnya
dengan mempergunakan tenaga lwekangnya yang tinggi dan
mahir sekali. Sam-liu Taisu juga tidak bisa berdiam diri, ia
memberikan perlawanan.
Lewat belasan jurus, Sam-liu Taisu segera menyadari bahwa
lawannya menang satu tingkat kepandaiannya, maka Sam-liu
Taisu telah mengempos semangatnya mengerahkan seluruh
tenaga dan kepandaiannya.
Mereka bertempur dengan seru, semakin lama Sam-liu Taisu
jatuh di bawah angin dan terdesak. Napas pendeta Siauw-lim-sie
ini juga telah memburu keras, dimana ia tampaknya letih sekali,
telah mempergunakan tenaga yang berlebihan.
Lu-kak Siansu sambil menyerang tertawa tidak hentinya,
tampaknya semakin lama ia semakin bersemangat.
Diwaktu itu murid-murid Siauw-lim-sie lainnya berdiri
menyaksikan jalannya pertempuran tersebut dengan hati yang
berdebar-debar. Mereka tidak bisa membantuinya, karena dengan
berdiri di luar gelanggang saja, terpisah sepuluh tombak lebih,

Tat Mo Cauwsu 726


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

mereka masih merasakan hebatnya samberan angin dari putaran


tongkat Lu-kak Siansu.
Disaat Sam-liu Taisu tengah terdesak seperti itu, terdengar
seseorang berkata,
“Mengapa harus bertempur seperti itu?” dan disusul dengan
terlihatnya seorang pendeta India yang sudah berusia antara
empatpuluh tahun lebih, melangkah mendekati gelanggang
pertempuran.
Itulah Tat-mo Cawsu cakal-bakal dari pintu perguruan
Siauw-lim-sie tersebut.
“Suhu!” teriak Sam-liu Taisu girang bukan main melihat
datangnya gurunya. Semangat bertempurnya jadi bangkit lagi.
Tetapi Tat-mo Cauwsu yang telah melangkah ke dalam
gelanggang pertempuran itu, telah mengibaskan ujung jubahnya
ke arah tongkat Lu-kak Siansu. Luar biasa sekali, tongkat yang
tengah menyambar ke arah Sam-liu Taisu dengan memiliki
tenaga mengemplang ribuan kati itu, telah kena disampok
terpental. Dan bahkan terlepas dari cekalan tangan Lu-kak
Siansu, dimana telapak tangan Lu-kak Siansu telah pecah,
menimbulkan perasaan pedih bukan main.
Lu-kak Siansu kaget bukan kepalang, ia mengeluarkan suara
seruan dan melompat mundur, mengawasi Tat-mo Cauwsu
dengan mata terpentang lebar.
Sam-liu Taisu telah berdiri di sisi gurunya, guru besar Siauw-
lim-sie tersebut.
Tat-mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya, dengan
sabar ia berkata, “Omitohud......... apa yang dikehendaki oleh
Taisu?”

Tat Mo Cauwsu 727


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Lu-kak Siansu mengawasi sejenak lamanya kepada Tat-mo


Cauwsu, kemudian mengeluarkan suara dengusan tertawa dingin.
“Engkaukah Tat-mo Cauwsu?” tanyanya dengan suara
teguran yang tidak enak didengar. Walaupun tadi ia telah
merasakan kebutan lengan baju Tat-mo Cauwsu yang kuat sekali,
tokh ia tidak menjadi jeri.
Tat-mo Cauwsu mengangguk sabar.
“Benar......... apakah Taisu memerlukan sesuatu dari Siauw-
ceng?” tanya Tat-mo Cauwsu sambil tersenyum sabar. Sama
sekali tidak terlihat perasaan marah di wajahnya atau perasaan
tidak senang karena pendeta aneh ini telah mengacau di kuilnya.
Lu-kak Siansu tertawa bergelak-gelak.
“Bagus! Bagus! Akhirnya kesampaian juga maksudku!
Kedatanganku kemari memang hendak bertemu denganmu guna
mengadu ilmu.........!” kata Lu-kak Siansu.
Tat-mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya.
“Siancai! Siancai! Apakah Taisu telah memikirkannya
masak-masak mengenai maksud Taisu itu........?” tanya Tat-mo
Cauwsu.
“Dengan kedatanganku kemari tentu saja telah
kupertimbangkan dengan baik sebelumnya........!” menyahuti Lu-
kak Siansu dengan sikap yang berang. “Hemmm, Tat-mo Cauwsu
merupakan pendiri Siauw-lim-sie tetapi aku tidak percaya bahwa
kau memiliki kepandaian yang begitu tinggi dan sakti seperti
cerita dari sahabat-sahabatku.........!”
“Siauw-ceng memang tidak memiliki kepandaian apa
apa......... dan juga tidak ada sesuatu yang pantas untuk
dipertandingkan. Sekarang coba Taisu jawab..........!”

Tat Mo Cauwsu 728


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Dan berkata sampai disitu Tat-mo Cauwsu memandang Lu-


kak Siansu dengan sinar mata yang tajam dan wajah yang
bersungguh-sungguh, sehingga membuat Lu-kak Siansu yang
semula menatap Tat-mo Cauwsu dengan sikap menantang, jadi
tidak berani terlalu lama menentang tatapan mata Tat-mo Cauwsu
yang angker itu. Ia jadi menundukkan kepalanya.
“Jika memang benar kita nanti bertanding, dan Taisu
memperoleh kemenangan, apa keuntungannya buat Taisu?”
“Banyak! Aku akan menjadi pemimpin kalian!” menyahuti
Lu-kak Siansu cepat. “Dan semua orang-orang rimba persilatan
tentu mengetahui bahwa Tat-mo Cauwsu hanya memiliki nama
kosong, dan sesungguhnya Lu-kak Siansu merupakan jago nomor
satu di dalam rimba persilatan.........!”
“Baik!” kata Tat-mo Cauwsu sabar. “Jika memang Taisu
hendak memimpin kami, silahkan, kami menerima kehadiran
Taisu dengan kedua tangan terbuka dan hati yang senang..........!
“Dan Siauw-lim-sie juga selalu terbuka untuk setiap orang
yang sungguh-sungguh sujud untuk melaksanakan ajaran-ajaran
sang Buddha.......... Mengenai keinginan Taisu, agar Taisu
merupakan seorang jago nomo satu di dalam rimba persilatan,
sekarangpun memang telah tercapai! Taisu merupakan jago tanpa
tandingannya. Murid-murid Siauw-ceng telah banyak yang luka,
dan Siauw-ceng-pun mengaku kalah........!”
Muka Lu-kak Siansu jadi berobah merah.
“Kau hendak menghinaku, heh?” bentak Lu-kak Siansu
gusar.
Tat-mo Cauwsu tersenyum sabar. “Kita tidak memiliki
persoalan dan permusuhan apa-apa juga, sebagai seorang
pengikut sang Buddha, tentu Taisu juga tahu, tiada gunanya
menanam benih permusuhan.......... Juga bukankah kita sama-

Tat Mo Cauwsu 729


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

sama penganut ajaran Sang Buddha? Mengapa hanya disebabkan


ingin disebut diri sebagai jago nomor satu, harus saling bertempur
mempertaruhkan jiwa?”
“Tetapi aku menghendaki kau menemani aku main-main
beberapa jurus, agar aku bisa melihat berapa tinggi
kepandaianmu yang begitu dipuji-puji oleh orang-orang rimba
persilatan! Terimalah pukulanku ini........!”
Dan tanpa banyak komentar lagi, Lu-kak Siansu telah
menggerakkan tangan kiri dan tangan kanannya serentak. Ia telah
menyerang dengan hebat, dengan mempergunakan kekuatan
tenaga lwekang yang penuh.
Tadi ia telah merasakan kebutan ujung lengan baju Tat-mo
Cauwsu, yang membuat tongkatnya terlepas dari cekalannya dan
telapak tangannya pecah terluka, sehingga sekarang ia menyerang
dengan kuat sekali, bersungguh-sungguh.
Tat-mo Cauwsu sabar sekali, dengan wajah welas asih, ia
memuji akan kebesaran Sang Buddha.
“Siancai........ Siancai........” katanya. “Jangan menuruti
bisikan hati yang tidak baik, Taisu..........!”
Dan waktu itu kedua tangan dari Lu-kak Siansu telah
menyambar dekat pada tubuhnya, Tat-mo Cauwsu sama sekali
tidak mengelak, hanya mengulurkan kedua tangannya, tahu-tahu
mencekal pergelangan kedua tangan Lu-kak Siansu.
Bagaikan dijapit oleh japitan besi, Lu-kak Siansu merasakan
pergelangan tangannya sakit luar biasa, dan iapun tidak bisa
meneruskan pukulannya itu. Bahkan ketika ia hendak menarik
pulang kedua tangannya itu, ia tidak berdaya sama sekali,
walaupun ia telah mempergunakan seluruh tenaga lwekangnya,
kedua tangannya itu tidak bergeming dalam cekalan Tat-mo
Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu 730


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Muka Lu-kak Siansu jadi merah padam, ia penasaran bukan


main.
“Lepaskan cekalanmu!” bentaknya sengit.
Tat-mo Cauwsu menyahuti, “Baik!” dan ia melepaskan
cekalannya. Tetapi begitu cekalan tangan Tat-mo Cauwsu
dilepaskan, begitu tubuh Lu-kak Siansu terpental ke tengah udara.
Tetapi Lu-kak Siansu memiliki kepandaian yang tinggi, ia
berpok-say beberapa kali di tengah udara, waktu tubuhnya
meluncur turun, ia telah tiba lebih dulu dengan kedua kakinya
menginjak tanah, maka ia tidak perlu sampai terguling.
“Saudara Taisu, apa yang dilakukan oleh Taisu tidak ada
gunanya.........!” kata Tat-mo Cauwsu dengan sabar.
“Hemm, terimalah seranganku lagi……. Jika memang aku
kalah di tanganmu, biarlah aku Lu-kak akan mengangkat kau
menjadi guruku!” dan membarengi dengan perkataannya itu, Lu-
kak Siansu telah menerjang lagi.
Tetapi Tat-mo Cauwsu sama sekali tidak bergerak dari
tempatnya. Waktu serangan tangan Lu-kak Siansu yang
mengandung maut itu tiba, ia membiarkan menghantam
tubuhnya.
Anehnya, bukan Tat-mo Cauwsu yang terpental oleh pukulan
yang kuat dan mematikan itu, justru Lu-kak Siansu sendiri yang
terpental keras sekali, tubuhnya terapung di udara, dan terbanting
di atas tanah.
Nyali Lu-kak Siansu mulai pecah, tetapi ia penasaran sekali.
Beberapa kali ia mengulangi serangannya, namun berulang kali
pula ia harus terbanting keras.
Akhirnya dengan nekad, Lu-kak Siansu telah memutar kedua
tangannya seperti titiran, dan kemudian dibarengi dengan

Tat Mo Cauwsu 731


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

lompatan tubuhnya yang pesat, ia telah menerjang menggerakkan


kedua tangannya, menyerang hebat sekali.
Itulah serangan yang merupakan pukulan untuk mengadu
jiwa, yang bisa mematikan kedua pihak.
Tat-mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya sambil
memuji akan kebesaran sang Buddha, lalu berkata dengan sabar,
“Taisu telah cukup pelajaran yang Siauw-ceng
berikan..........!”
Dan waktu gempuran yang dilancarkan oleh Lu-kak Siansu
hampir tiba pada sasaran. Di waktu itulah cepat sekali Tat-mo
Cauwsu bergerak setengah memutar, dan tahu-tahu ia telah
berada di belakang Lu-kak Siansu yang tengah meluncur di
tengah udara.
Cepat sekali Tat-mo Cauwsu mengulurkan tangannya
mencekal baju di punggung pendeta tersebut. Cengkeraman Tat-
mo Cauwsu begitu kuat, dan tubuh Lu-kak Siansu yang tengah
melayang di tengah udara, jadi tertahan, turun tidak, meluncurpun
tidak.
Lu-kak Siansu terkejut bukan main, ia berusaha
menggerakkan kedua tangannya untuk menyampok ke belakang.
Tetapi hatinya lebih kaget lagi waktu ia merasakan seluruh
tenaganya seperti lenyap dari raganya.
Lemaslah Lu-kak Siansu pecahlah nyalinya dan ciutlah
hatinya. Habis pula harapannya bisa melakukan perlawanan. Ia
jadi berdiam diri saja, tergantung di tengah udara dalam
cengkeraman tangan Tat-mo Cauwsu.
Sedangkan Tat-mo Cauwsu telah melemparkan tubuh Lu-kak
Siansu, diiringi perkataannya,
“Kembalilah ke jalan lurus, Taisu.........!”

Tat Mo Cauwsu 732


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

Lu-kak Siansu yang tenaganya telah lenyap, menduga


tubuhnya akan terbanting keras di atas tanah. Tetapi
kenyataannya tubuhnya itu meluncur dengan baik dan juga ia
jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu, sama sekali tidak
terbanting.
Cepat bukan main Lu-kak Siansu telah memutar tubuhnya,
melompat ke dekat Tat-mo Cauwsu, kemudian menekuk kedua
kakinya berlutut dihadapan Tat-mo Cauwsu.
“Cauwsu-ya (guru besar), terimalah murid murtad ke jalan
Sang Buddha..........!” kata Lu-kak Siansu.
“Sang Buddha maha pengasih dan penyayang, jika memang
engkau setulus hati hendak kembali ke jalan Sang Buddha, maka
pintu Sang Buddha terbuka lebar untukmu..........!”
Bukan main gembiranya Lu-kak Siansu, ia mengangguk-
anggukkan kepalanya berulang kali, sampai keningnya
menghantam tanah dengan keras sekali. Tadi ia telah merasakan
hebatnya Tat-mo Cauwsu, yang hanya beberapa jurus telah
membuatnya tidak berdaya.
Kini benar-benar Lu-kak Siansu tunduk pada kehebatan
pendeta India itu, yang menjadi guru besarnya Siauw-lim-sie ini.
Begitulah, Lu-kak Siansu telah diangkat menjadi murid Tat-
mo Cauwsu. Walaupun kepandaian Lu-kak Siansu lebih tinggi
dari Sam-liu Taisu, tetapi disebabkan ia diterima dalam pintu
perguruan Siauw-lim-sie untuk menjadi murid pintu perguruan
ini lebih belakang dari Sam-liu Taisu, dengan sendirinya ia
menjadi Sute (adik seperguruan) Sam-liu Taisu.
Dalam hal ilmu silat Lu-kak Siansu memang menang
setingkat dari Sam-liu Taisu, tetapi mengenai pelajaran agama
Buddha, ia tertinggal jauh sekali oleh Sam-liu Taisu. Untuk
membuang kenangan masa lalunya, dimana Lu-kak Siansu dulu

Tat Mo Cauwsu 733


Koleksi : Goldy Senior http://lontaremas.blogspot.com

banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang kejam dan telengas,


juga ia merupakan seorang hweshio yang jahat, maka setelah
diterima menjadi murid Siauw-lim-sie, Lu-kak Siansu mengganti
nama gelarannya menjadi Sin-ceng Siansu yang berarti pendeta
yang baru.
Dengan mempergunakan gelarnya yang baru itu, Sin-ceng
Siansu telah mulai dengan hidupnya yang baru, penuh dengan
welas kasih terhadap sesamanya.
Dan kelak Sin-ceng Siansu merupakan seorang tokoh yang
terkemuka dari Siauw-lim-sie, yang telah banyak sekali
melakukan perbuatan-perbuatan mulia, mengangkat nama Siauw-
lim-sie menjadi sangat terkenal dan harum.
Hari-hari telah lewat, dan Siauw-lim-sie pun tetap
berkembang dengan murid-muridnya yang semakin banyak,
begitu juga ilmu silat Siauw-lim-sie yang tersiar semakin luas.
––––––––––––
TAMAT

KISAH “Tat-mo Cauwsu” telah tamat, tetapi jika memang


para pembaca ingin mengetahui perkembangan dari pintu
perguruan tersebut, dimana Tat-mo Cauwsu akan terlibat dalam
perbagai persoalan yang ditimbulkan oleh tokoh-tokoh aneh dan
sakti daratan Tiong-goan, yang tidak senang dengan berdirinya
kuil Siauw-lim-sie tersebut, dapat anda mengikutinya dalam kisah
“Badai di Siauw-lim-sie”.

Tat Mo Cauwsu 734

Anda mungkin juga menyukai