Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN
NOMOR SE-31/BC/2022

TENTANG
PEDOMAN UMUM PENELITIAN TERHADAP PEMENUHAN KETENTUAN LARANGAN
DAN/ATAU PEMBATASAN DALAM RANGKA IMPOR

Yth. 1. Para Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai


2. Para Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai
di seluruh Indonesia

A. Umum
I. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
141/PMK.04/2020 tentang Pengawasan Terhadap Impor atau Ekspor Barang
Larangan dan/atau Pembatasan, diatur bahwa penelitian terhadap pemenuhan
ketentuan peraturan larangan dan/atau pembatasan Impor atau Ekspor dilakukan
oleh:
1. Sistem Indonesia National Single Window (SINSW) dan/atau Sistem Komputer
Pelayanan (SKP); dan/atau
2. Pejabat Bea dan Cukai yang menangani penelitian dokumen larangan dan/atau
pembatasan.
II. Dalam rangka memberikan pedoman untuk kelancaran proses penelitian terhadap
pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan tersebut, perlu ditetapkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Pedoman Umum Penelitian
Terhadap Pemenuhan Ketentuan Larangan dan Pembatasan Dalam Rangka Impor.

B. Maksud dan Tujuan


Surat Edaran ini mempunyai maksud dan tujuan yaitu:
I. memberikan pedoman bagi Pejabat Bea dan Cukai dalam melakukan penelitian
pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan dalam rangka impor; dan
II. terlaksananya keseragaman dan tertib administrasi penelitian pemenuhan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan dalam rangka impor.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi pedoman dalam penelitian pemenuhan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan dalam rangka impor yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan
Cukai. Pengaturan detail per komoditas tetap berpedoman pada peraturan larangan
dan/atau pembatasan yang diterbitkan oleh instansi teknis sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengawasan terhadap impor atau
ekspor barang larangan dan/atau pembatasan.
2

D. Dasar Hukum
I. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Tahun 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661).
II. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan
Pabean sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 201/PMK.04/2019 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1671).
III. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.04/2015 tentang Pengeluaran Barang
Impor Untuk Dipakai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1898).
IV. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.04/2020 tentang Pengawasan
Terhadap Impor atau Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1147).
V. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-16/BC/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-2/BC/2022 tentang
Perubahan Kelima Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-
16/BC/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk
Dipakai.
VI. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-27/BC/2017 tentang
Pemotongan Kuota Ekspor dan Impor Secara Elektronik.

E. Pokok Pengaturan
I. Pengaturan ketentuan larangan dan/atau pembatasan melekat pada uraian jenis
barang yang diberitahukan dalam dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB). HS
Code yang tercantum dalam dokumen perizinan bersifat sebagai instrumen
administrasi pengawasan dan bukan merupakan referensi dalam penetapan HS Code
atas jenis barang dalam proses penyelesaian kepabeanan.
Apabila dilakukan koreksi atau penetapan lain terhadap HS Code dalam PIB
sedangkan uraian barang kedapatan sama dengan uraian barang dalam perijinan
pembatasan yang dilampirkan, maka perijinan pembatasan dimaksud dapat diterima
untuk pemenuhan perijinan pembatasan. Simulasi perlakuan perizinan pembatasan
dengan dalam hal dilakukan koreksi HS code adalah sebagai berikut:
Koreksi/Penetapan
PIB Persetujuan Impor (PI) Kesimpulan
PIB
Uraian HS Code Uraian HS Code Uraian HS Code
PI berlaku
A 123 A 123 A 125
Contoh detail terkait perlakuan ketentuan pembatasan dalam hal dilakukan koreksi
HS code digambarkan pada lampiran Surat Edaran ini.
II. Penelitian terhadap pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan dilakukan
oleh SINSW dan/atau SKP.
3
III. Dalam hal penelitian terhadap pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan
tidak dapat dilakukan oleh SINSW dan/atau SKP, penelitian pemenuhan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
IV. Penelitian terhadap pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan oleh
Pejabat Bea dan Cukai, dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pejabat yang menangani penelitian larangan dan pembatasan (Pejabat Analyzing
Point):
a. Menerima elemen data PIB dari SINSW;
b. Melakukan penelitian terhadap uraian jenis barang yang diberitahukan dalam
PIB dengan uraian jenis barang yang diatur dalam peraturan larangan
dan/atau pembatasan.
1) Dalam hal uraian barang termasuk komoditas yang terkena ketentuan
larangan, Pejabat Analyzing Point merekam keputusan yang menyatakan
bahwa uraian jenis barang termasuk barang larangan dan SINSW
menerbitkan Nota Pemberitahuan Barang larangan dan/atau Pembatasan
(NPBL);
2) Dalam hal termasuk komoditas yang terkena ketentuan Pembatasan,
Pejabat Analyzing Point melakukan penelitian terkait ketentuan
pengecualian dalam Peraturan larangan dan/atau pembatasan.
a) Dalam hal terdapat pengecualian, Pejabat Analyzing Point merekam
keputusan terkait kriteria pengecualian dan melanjutkan proses
berikutnya.
b) Dalam hal tidak terdapat pengecualian, Pejabat Analyzing Point
melakukan penelitian kesesuaian dokumen perizinan dengan elemen
data PIB.
i) Dalam hal sesuai, Pejabat Analyzing Point merekam keputusan
dan melanjutkan proses berikutnya.
ii) Dalam hal tidak sesuai atau tidak ada dokumen perizinan, Pejabat
Analyzing Point merekam keputusan dan SINSW menerbitkan
NPBL.
3) Dalam hal uraian jenis barang pada elemen data PIB tidak termasuk
komoditas larangan dan/atau pembatasan, Pejabat Analyzing Point
merekam keputusan dan melanjutkan proses berikutnya.
2. Pejabat Pemeriksa Dokumen:
a. Menerima PIB dari SKP.
b. Melakukan penelitian pos tarif barang.
c. Dalam hal tidak terdapat perubahan atau penetapan lain atas uraian jenis
barang dan/atau pos tarif barang yang diberitahukan dalam PIB, Pejabat
Pemeriksa Dokumen melanjutkan proses berikutnya.
d. Dalam hal Pejabat Pemeriksa Dokumen melakukan perubahan atau
penetapan lain atas uraian jenis barang atau pos tarif barang yang
diberitahukan dalam PIB maka :
1) Dalam hal uraian jenis barang hasil perubahan atau penetapan oleh
Pejabat Pemeriksa Dokumen termasuk dalam ketentuan larangan dan/
atau pembatasan, Pejabat Pemeriksa Dokumen menerbitkan Surat
Penetapan Barang Larangan/Pembatasan (SPBL). Contoh penetapan
Pejabat Pemeriksa Dokumen yang mengakibatkan terbitnya SPBL
digambarkan pada lampiran Surat Edaran ini.
2) Dalam hal uraian jenis barang hasil perubahan atau penetapan Pejabat
Pemeriksa Dokumen termasuk dalam komoditas yang diberlakukan
4
ketentuan tata niaga post border, SKP mengirimkan notifikasi hasil
perubahan atau penetapan tersebut ke SINSW untuk selanjutnya
diteruskan ke kementerian/lembaga penerbit izin.
3. Penelitian terhadap pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 dilakukan dengan meneliti
kesesuaian dokumen perizinan yang diberitahukan dalam PIB dengan data
perizinan yang terunggah dalam SINSW, meliputi elemen data antara lain:
a. nomor dan tanggal dokumen perizinan;
b. masa berlaku dokumen perizinan;
c. identitas importir;
d. HS Code sebagai instrumen administrasi;
e. uraian jenis barang;
f. spesifikasi wajib, dalam hal telah ditetapkan;
g. jumlah dan satuan barang;
h. pelabuhan tujuan;
i. negara Asal; dan/atau
j. keterangan/pernyataan lainnya yang diatur dalam peraturan larangan
dan/atau pembatasan.
V. Dalam hal importir menyampaikan persyaratan impor atau dokumen perizinan atas
penerbitan NPBL atau SPBL sebagaimana dimaksud pada romawi IV angka 1 dan
angka 2, Pejabat Analyzing Point atau Pejabat Pemeriksa Dokumen melakukan
penelitian pemenuhan ketentuan peraturan perundang–undangan mengenai
kewajiban importir memiliki perizinan sebelum barang masuk ke dalam Daerah
Pabean:
1. Dalam hal peraturan perundang–undangan mewajibkan persyaratan impor
diterbitkan sebelum barang masuk ke dalam Daerah Pabean:
a. persyaratan impor atau dokumen perizinan yang diterbitkan sebelum atau
sama dengan tanggal barang masuk ke dalam Daerah Pabean, dapat
diterima sebagai pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan;
b. persyaratan impor atau dokumen perizinan yang diterbitkan setelah tanggal
barang masuk ke dalam daerah pabean, tidak dapat diterima sebagai
pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan.
2. Dalam hal peraturan perundang–undangan tidak mewajibkan importir memiliki
perizinan sebelum barang masuk ke dalam Daerah Pabean, persyaratan impor
yang disampaikan dapat diterima sebagai pemenuhan ketentuan larangan dan/
atau pembatasan.
VI. Penelitian terhadap pemenuhan ketentuan larangan dan/atau pembatasan barang
yang diimpor dalam keadaan tidak baru, dilaksanakan sebagai berikut:
1. Dalam peraturan perundang-undangan di Bidang Perdagangan terdapat
ketentuan yang menyatakan bahwa setiap Importir wajib mengimpor barang
dalam keadaan baru.
2. Dalam hal tertentu, Menteri Perdagangan dapat menetapkan barang yang dapat
diimpor dalam keadaan tidak baru.
3. Daftar barang modal yang dapat diimpor dalam keadaan tidak baru tercantum
dalam lampiran Peraturan Menteri Perdagangan tentang kebijakan dan
pengaturan impor (Positive List).
4. Barang modal tidak baru yang tidak termasuk dalam daftar Positive List
sebagaimana dimaksud pada angka 3 termasuk kategori barang Negative List.
5
5. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan penegahan atau menerbitkan NPBL
atau SPBL terhadap barang Negative List sebagaimana dimaksud pada angka
4.
6. Barang Positive List dan/atau Negative List dapat diimpor untuk tujuan relokasi
industri atau dispensasi dari Kementerian Perdagangan.
7. Terhadap barang sebagaimana dimaksud pada angka 6, Pejabat Bea dan Cukai
dapat memberikan persetujuan pengeluaran barang sepanjang telah
mendapatkan dokumen perizinan dari Kementerian Perdagangan.
VII. Apabila berdasarkan hasil penelitian atau pemeriksaan fisik barang yang dilakukan
oleh Pejabat Bea dan Cukai ditemukan barang impor yang tidak diberitahukan dan
berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat indikasi pelanggaran pidana, berlaku
ketentuan:
1. Dalam hal uraian jenis barang yang tidak diberitahukan termasuk dalam komoditas
yang terkena ketentuan larangan dan/atau pembatasan, terhadap barang tersebut
dilakukan penegahan dan ditetapkan sebagai barang yang dikuasai negara;
2. Dalam hal uraian jenis barang yang tidak diberitahukan termasuk dalam komoditas
yang terkena ketentuan tata niaga post border, terhadap barang tersebut dapat
diselesaikan kewajiban pabeannya dan SINSW mengirimkan notifikasi ke
kementerian/lembaga penerbit izin berdasarkan notifikasi yang diterima dari SKP.
VIII. Dalam hal diperlukan informasi tambahan dari kementerian/lembaga terhadap
dokumen perizinan yang diterbitkan, Kepala KPUBC atau KPPBC dapat mengirimkan
konfirmasi kepada instansi teknis penerbit peraturan larangan dan/atau pembatasan
dengan tembusan kepada Direktur Teknis Kepabeanan.
IX. Data perizinan termasuk surat keterangan, penjelasan, atau pengecualian dari
kementerian/lembaga dapat diakses melalui SINSW.
X. Dalam hal terdapat perubahan peraturan perundang-undangan di Bidang
Perdagangan, ketentuan sebagaimana dimaksud pada romawi VI masih berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perubahan yang berlaku.

F. Masa berlaku
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2022

http://tipettd/ Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Askolani

Tembusan:
1. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Kantor Pusat DJBC;
2. Para Kepala Kantor Wilayah di lingkungan DJBC.
6

LAMPIRAN
Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor : SE-31/BC/2022
Tanggal : 20 Desember 2022

CONTOH PERLAKUAN PERIZINAN IMPOR DALAM HAL DILAKUKAN KOREKSI ATAU


PENETAPAN OLEH PEJABAT PEMERIKSA DOKUMEN.

1. Koreksi HS code (tanpa mengubah uraian barang)


Contoh :
Importir A melakukan importasi barang dan menyampaikan PIB dengan detail sebagai
berikut:

Dalam dokumen PIB yang disampaikan, importir A melampirkan dokumen Persetujuan Impor
(PI) sebagai dokumen pelengkap pabean dengan detail sebagai berikut

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium dan penelitian Pejabat Pemeriksa Dokumen,


diperoleh kesimpulan bahwa jumlah dan jenis barang sesuai pemberitahuan namun pos tarif
yang disampaikan tidak tepat sehingga dilakukan koreksi/ penetapan pos tarif baru oleh
Pejabat Pemeriksa dokumen.
Diberitahukan Ditetapkan
Pos Tarif Lartas Pos Tarif Lartas
7
7228.30.90 Border 7228.30.10 Border
PI dan LS Besi Baja PI dan LS Besi Baja

Dalam contoh kasus ini, Pejabat Pemeriksa Dokumen tidak perlu menerbitkan SPBL karena
uraian jenis barang yang diimpor masih sesuai dengan uraian jenis barang yang tertera dalam
dokumen PI. Dokumen PI yang dilampirkan masih dapat digunakan untuk memenuhi
kewajiban pembatasan.

2. Koreksi HS code dan uraian barang


Contoh :
Importir B melakukan importasi barang dan menyampaikan PIB dengan uraian barang
sesuai dengan dokumen Persetujuan Impor (PI) yang dilampirkan sebagai dokumen
pelengkap pabean dengan detail sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitan dan pengujian laboratorium kedapatan bahwa barang yang
diimpor memiliki uraian jenis dan spesifikasi yang berbeda sehingga dilakukan penetapan
oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen.

Diberitahukan Ditetapkan
Pos Tarif Uraian Lartas Pos Tarif Uraian Lartas
7210.61.11 Baja Lembaran Border 7210.61.12 Baja Lembaran Border
Lapis PI dan LS Lapis Aluminium PI dan LS
Aluminium Besi Baja dengan Besi Baja
dengan ketebalan 1,4
ketebalan tidak mm
melebihi 1,2
mm

Dalam contoh kasus importasi ini, Pejabat Pemeriksa Dokumen perlu menerbitkan SPBL
mengingat barang yang diberitahukan dalam PIB memiliki uraian barang yang berbeda dan
tidak tercantum dalam PI yang dilampirkan.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Askolani

Anda mungkin juga menyukai