Anda di halaman 1dari 7

MALIN KUNDANG

KELOMPOK : 2 (Dua)
KELAS : VIII D
PERAN:
a. Narator
b. Malin kundang
c. Ibu Malin
d. Teman Malin
e. Saudagar kaya
f. Istri Malin
g. Bajak laut 1
h. Bajak laut 2
i. Pembeli
j. Anak buah dan awak kapal
k. Warga kampung Malin 1
l. Warga kampung Malin 2
m. Warga kampung Malin 3
n. Warga kampung Malin 4

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang tinggal di pesisir
pantai wilayah Sumatera Barat, mereka memiliki anak bednama malin kundang.
Keluarga tersebut sangat miskin bahkan hanya bisa bergantung pada penjualan ikan
ibunya malin. Ayah malin sudah meninggal, dan beralih ibunya lah yang menjadi
tulang punggung keluarga.
Asal mula cerita ini ketika ibunya Malin sedang berjualan di pasar,, ia bertemu
dengan pembeli yang mempermasalahkan ikan ibunya yang terasa kurang bagus dan
segar

Pembeli : “Ibu, ini kok ikannya kurang segar dan juga tidak terlalu
bagus?” (Dengan nada sedikit tinggi)
Ibu Malin : “Oh begitu… saya mohon maaf atas kurang kejelian dalam
memilih ikan yang bagus, akan saya ganti.”

Pembeli : “Nah gitu dong, kerja yang bener bukan nya gini”

Ibu Malin : “Iya bu. Sekali lagi mohon maaf ya”

(Saat kejadian itu, tanpa ibu Malin sadari ternyata Malin mendengar
percakapan tersebut dan merasa kasian pada ibunya. Namun, Malin memiliki ide yaitu
dengan merantau agar ibunya tidak perlu bekerja keras setiap harinya.)
Malin : “Kasihan ibu setiap hari harus menjual ikan ikan nya, apa yang harus
aku lakukan supaya ia tidak perlu bekerja keras lagi? Hmm… ah benar! Pergi
merantau ke desa sebelah mungkin bisa membantu. Aku bicara dulu deh ke
ibu.”

Malin pun pegi langsung menemui ibunya dan mengutarakan idenya kepada
sang ibu tercinta memohon agar dapat diperbolehkan untuk merantau ke desa sebelah.

Malin : "Ibu bagaimana? Apakah jualan pagi ini laku?


Ibu Malin : "Iya seperti biasa anakku, tidak terlalu banyak namun cukup.
Ada apa kamu kesini? Tidak biasanya, nak."
Malin : "Ibu, aku punya sebuah ide. Bagaimana jika aku pergi merantau dan
mencoba keberuntungan disana? Siapa tau kita bisa menjadi orang kaya."
Ibu Malin : "Hah... tidak usah, Nak. Cukup ibu berjualan saja untuk
memenuhi kebutuhan kita. Lagipula itu berbahaya, Mal."
Malin : "Percayalah kepadaku, bu. Niscaya aku akan kembali sebagai orang
kaya dan ibu tidak perlu berjualan lagi."
Ibu Malin : "Baiklah, jangan lupakan ibu dan kampungmu ini ya, Malin."
Malin : "Siap ibuku yang paling cantik! Nanti Asep akan menjagamu selama
aku disana.
Ibu Malin : “Hati-hati disana, nak. Jangan lupa baca doa dulu.”
Akhirnya Malin mendapat restu dari sang ibu dan dia pun mengunjungi Asep,
sahabat dekat Malin dari kecil.

Malin : "Assalamua'laikum."

Teman Malin : "Wa'alaikumsalam ada apa, Lin?"

Malin : "Gini, aku minta tolong, boleh?"

Teman Malin : "Minta tolong apa?"

Malin : "Pinjem dulu seratus, Sri"

Teman Malin : "Hah..."

Malin : "Engga, cuman bercanda, Sri. Gini, aku kan mau merantau nah aku
minta tolong jengukkin ibu aku sampai aku kembali lagi."

Teman Malin : "Memangnya merantau kemana, Lin?”

Malin : "Gatau, kita liat aja rezekinya mau kemana."


Teman Malin : "Siap lah."

Esok hari akhirnya Malin pergi merantau ke desa sebelah. Namun, Malin lupa
bekal dia tidak cukup untuk pergi kesana dan akhirnya Malin pun kebingungan.

Malin : “Mampus aku… lupa bawa bekel uang dari rumah. Minta ke ibu ga
enak pastinya. Hadeh…”

Tanpa sengaja, Malin melihat seorang wanita sedang dijambret dan dia
berinisiatif untuk membantunya.

Malin : "Waduh ada apa itu, sebentar-sebentar itu lagi di jambret bukan
sih? Waduh... bahaya gini tolonglah."

Karna Malin lumayan bisa teknik beladiri, akhirnya ia bisa menyelamatkan


wanita tersebut.

Wanita : "Terimakasih telah menyelamatkan ku."

Malin : "Tidak masalah. Tunggu, kamu mau kemana?"

Wanita : "Oh, aku ingin pergi ke desa sebelah, kamu mau ikut? Sepertinya
kamu ingin kesana juga."

Malin : "Hehe... iya, si eneng tau aja. Aku memang lagi merantau kesana
supaya bisa menjadi orang sukses."

Wanita : "yasudah, mari ikut aku. Akan ku beri kamu tumpangan gratis
karena telah menyelamatkanku."

Malin : "Asik... Terimakasih."

Malin dan wanita itu akhirnya pergi ke kapal yang ternyata milik saudagar kaya
raya yang merupakan ayah dari si wanita tersebut.

Malin : "Wow... kapalnya sangat mewah, apakah kamu anak dari saudagar
kaya raya?"

Wanita : "Tidak juga. Oh, itu ayahku!"

Saudagar kaya : "Oh putriku, dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali?"

Wanita : "Tadi ada yang menjambretku, untungnya um... siapa namamu?"


(Menunjuk ke Malin)
Malin : "Namaku Malin kundang, aku lupa memperkenalkan diriku."

Wanita : "Dan untungnya Malin menyelamatkanku."

Saudagar kaya : "Oh yasudah, yang penting kamu selamat."

Wanita : "Ayah, katanya Malin mau menumpang di kapal ini sampai di desa
sebelah."

Saudagar kaya : "Baiklah."

Salah satu anak buah saudagar kaya mengajari Malin bagaimana cara berlayar
yang baik dan benar. Karena cerdas, Malin cepat tanggap
Di tengah pelayaran, tiba-tiba ada kapal bajak laut naik ke kapal yang sedang
dinaiki Malin. Malin pun langsung menyelamatkan saudagar kaya dan putrinya dan
menyuruh mereka untuk bersemnbunyi. Begitupun Malin yang berpura-pura mati
setelah bertarung dengan salah satu bajak laut.

Bajak laut 1 : "HAHAHA... serahkan harta kalian semua!!"


Bajak laut 2 : "HUOHUOHUO.... cepat!!! Pilih harta atau nyawa!!!"
Malin : "Tidak akan ku biarkan kalian menang!! Lagipula siapa kalian?"
Bajak laut 1&2 : "Kami adalah BAJAK LAUT PERKASA." (soundtrack
terdengar)
Awak kapal : "Tidak!!!!! Bajak laut perkasa!!!" (Memegang pipi karena
terkejut)
Malin : “Jangan panik. Kita harus berusaha mengalahkan mereka!!”
Anak buah kapal : "Ayo semua... kita pertahankan kapal ini. Jangan sampai
Bajak laut itu mengambil alih, apalagi jika kita mati di tangan mereka.
Teman-teman, (menghempaskan pedang) hidup dan mati ada di tangan
kalian masing-masing!! Hanya Allah yang menentukan. ALLAHUAKBAR!!!
ALLAHUAKBAR!!! SERANGGG!!"
Bajak laut tidak menyadari Malin yang berpura-pura meninggal. Awak kapal
yang telah dibantai dibuang ke samudra. Malin yang masih hidup bersembunyi
bersama saudagar dan putrinya. Mereka berlabuh di sebuah pulau tidak berpenghuni
Malin berlayar saat bajak laut lengah, yaitu ketika bajak laut menurunkan harta
benda di sebuah pulau.
Malin : "Hey Bajak laut! Aku akan mengambil kapal ini. Sampai jumpa
(wink)"
Bajak Laut 2 : "JANGANN!!! ITU TRANSPORTASI SATU SATUNYAA!!"
Bajak Laut 1 : "Hey kamu! Cepat kejar dia! Jangan sampai lolos lagi.”
Bajak Laut 2 : "Duh aku enggak tahu cara ngejarnya.”
Bajak Laut 1 : "AYO CEPAT!! Kok kita malah nyanyi? (Mengejar)
Malin pun meninggalkan pulau itu setelah Bajak Laut yang tidak bisa
mengejarnya

Bajak Laut 1 : “Sial, kita ditipu bocah tengil itu”


Bajak Laut 2 : “Kalau harta kita habis mau makan apa? Makan kerikil?
Makan pasir? OMG”
Bajak Laut 1 : “Tapi, setidaknya kan aku nggak makan hati, melihat dirimu
bersama orang lain”
Bajak Laut 2 : “EA… Apaan sih… Sempet aja ngegombal. Terus gimana ini?”
Bajak Laut 1 : “Ya engga gimana-gimana? Santai aja dulu ga sih udah nasib.”
Bajak Laut 2 : “Nyantai gimana HAH??? APANYA YANG NYANTAI.
(Memukul Bajak Laut 1)
Bajak Laut 1 : “Aduh… duh… udah lah mending kita nyanyi aja daripada
galau.”

Setelah kejadian itu Malin pun ditawari kerja dan penghargaan oleh saudagar
kaya tersebut karna pencapaian nya. Dan malin pun menerima nya. Setelah bertahun-
tahun, Malin berhasil menjadi orang sukses berkat usahanya. Ia memiliki kekayaan
sebanyak 5 quadriliun, kapal dan pulau pribafi, bahkan aset dimana-mana.
Dan karena telah merasa cocok dengan putri saudagar kaya tersebut, akhirnya
Malin melamarnya.

Malin : "Maukah kau menikah denganku?


Istri Malin : "Iya mau."

Mereka menjadi suami istri yang sah setelah menikah. Beberapa bulan
kemudian, Malin dan istrinya berencana mengunjungi seluruh pulau yang ada di
indonesia untuk membagikan sedikit hartanya kepada warga disana.

Sampai suatu ketika, saat Malin berlabuh di suatu pulau dan Malin tidak
menyadari bahwa itu adalah kampung halaman nya.

Warga 1 : "Apa kalian dengar bahwa ada saudagar kaya yang berlabuh di
kampung kita dan membagikan sedikit hartanya?"
Warga 2 : "Yang bener, jeng. Masa sih?"
Warga 3 : "Ini bener loh, aku juga dengar dari saudara saya di kampung
sebelah dan bahkan kayanya dia bagi-bagi emas."
Warga 2 : "OMG GILA!!"
Warga 4 : "Wih ada apa nih?"
Warga 3 : "Ga kok, cuma lagi ngobrol aja."
Warga 4 : "Oh, omong-omong kalian ga ikut ke saweran saudagar kaya?"
Warga 123 : "HAH DIMANA??"
Warga 4 : "Itu, di pelabuhan ikan asin."
Warga 123 : (pergi dengan terburu-buru)

(Malin membagikan sebagian harta dan uang ya kepada warga yang ada disana)

Ketika hendak pergi berlayar meninggalkan pulau ini, tiba-tiba seorang laki-laki
bersama seorang wanita tua mencegat Malin menaiki kapalnya.

Teman Malin : “Oh… Benarkah engkau itu, Malin?”


Ibu Malin : “MALIN? Malin anakku? Benarkah itu kau, nak?”
Istri Malin : “Benarkah apa yang dikatain mereka, suamiku?”
Malin : “Si-siapa kalian… Aku tidak kenal Bau busuk, wajah kusu… Mau
kalian apa HAH??”
Ibu Malin : (terisak) “Tidak nak… ini ibunda, Nak. Ibundamu… Tak
mungkin engkau melupakan wajah ibundamu yang cantik ini, apalagi ada
bekas luka di tangan kananmu.” (memegang tangan Malin)
Malin : “BUKAN!! Orang tuaku sudah meninggal.” (Menghempiskan tangan
ibunya)
Malin : “Sejak aku merantau, kau tidak bisa membuktikan apa-apa
padaku!!” (Menyilangkan tangan)
Ibu Malin : (Menangis)
Teman Malin : “JAHAT KAMU MALIN!!! Tega sekali kamu melupakan
kami. Tidak sadarkah apa yang kamu perbuat!! Dasar anak durhaka.”
(Membentak-bentak)
Malin : “APA HAK KAMU MEMBENTAKKU SEPERTI ITU HAH???? Pergilah
kalian, Kalian sudah membuatku MUAK!! (meninggalkan Ibu dan Teman
nya)

Setelah Malin memasuki kapal bersama istrinya, Ibu Malin yang tadinya
Menangis menjadi murka di dermaga. Lalu, ibunya menguntuk Malin menjadi Batu. Di
hari itu pun, cuaca yang awalnya cerah menjadi mendung.

Ibu Malin : “YA ALLAH!!! Kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi
sebuah BATU beserta seisi kapalnya!!!” (Serentak dengan suara petir
menggelegar)

Tiba-tiba langit menjadi mendung di tengah laut, badai pun datang. Kapal
Malin mulai terombang-ambing seakan dimakan oleh lautan yang ganas. Awak kapal
Malin tidak sanggup menghadapinya.
Istri Malin : “Malin, apa benar tadi itu ibundamu?”
Malin : “Aku mengakuinya, itu ibundaku. Sungguh bodohnya aku. Ya
Tuhan, ampuni aku!!” (Frustasi)
Istri Malin : “Sebenarnya aku tidak keberatan jikalau itu mertuaku, wahai
kakanda. Apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Aku sudah ikhlas.”
(Menangis)

Seketika, semua isi kapal berubah menjadi batu. Akhirnya, mereka


mendapatkan akhir yang menyedihkan. Jadi untuk kalian semua, jangan ada yang
mendurhakai orang tua kalian, ya. Inilah akibat dari perbuatan si Malin Kundang,
Murka Allah adalah murka orangtua kalian.

Anda mungkin juga menyukai