Malin: Ya, waktu di jalan menuju ke sini, saya diserang oleh Bajak Laut.
Bekal saya dirampas dan saya pun diikat. Lalu kapal saya berjalan tanpa
arah hingga akhirnya saya tiba disini.
Gadis A: Wah, kasihan sekali anda. Pasti anda kelaparan. Ayo mari ke
rumahku.
Malin: Wah, tidak usah. Terima kasih banyak ya
Gadis B: Terus abang nanti tinggal dimana?
Malin: Itu urusan gampang deh.
Lalu kedua gadis itu meninggalkan Malin sendirian. Karena rasa
penasaran Malin dengan desa ini, ia pun berjalan mengelilingi desa ini.
Lalu Malin menyadari bahwa desa tersebut merupakan desa yang subur.
Berkat keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan
berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal
dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah
menjadi seorang yang kaya raya, akhirnya ia mempersunting seorang
gadis.
Malin: Mau kah kau menjadi istriku?
Gadis: Hmmm, bagaimana ya?? Hmm... Mau deh..
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan
pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal
serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari
menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke
pelabuhan.
(suara kapal)
Ibu: Wah, ada kapal. Itu pasti kapal anakku.
Lalu ibu Malin Kundang menuju ke pelabuhan. Sampai di pelabuhan,
Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia
yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Ibu: Maliiinn.. (berteriak dari kejauhan)
Istri Malin: Siapa itu?
Malin: Entahlah.. (sambil turun dari kapal beserta istrinya)
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya.
Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang