KELAS: IX B
PEMERAN:
● NARATOR: DELA SINTIASARI(04)
● MALIN KUNDANG: IRSYAD TOTTI AFRIANDIKA(09)
● IBU MALIN KUNDANG: NIKITA VALENTINA(14)
● TEMAN MALIN KUNDANG: ANDIS DANDI PRADANA(01)
● SAUDAGAR KAYA: NAFI' AZIZ ROHMANSYA(13)
● ISTRI MALIN KUNDANG: RIZKY NAFI' RAHAYU(20)
● BAJAK LAUT 1: MUKTI CANDRA WINATA(12)
● BAJAK LAUT 2: YUSUF SATRIYA ABDULLAH(29)
● ANAK BUAH KAPAL: YURICA PRIYANTI(27) & WULAN SUCI RIANTI(26)
● PEMBANTU RUMAH TANGGA: WULAN SUCI RIANTI(26)
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia.
Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan
karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, Sumatra Barat
konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Bagian 1:
Asal mulanya, di sebuah desa terdapat seorang anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Suatu
hari ia sedang berbincang-bincang dengan Ibunya tentang masalah yang serius.
Malin Kundang: “Malin ingin migrate to another island. Malin kepingin mbiyantu ibu earn a
living.”
Ibu Malin Kundang: “Ya Allah….ojo nak! (menepuk pundak Malin). Mother didn't accept it
apabila engkau tidak kunjung mbalek muleh koyo bapakmu.”
Malin Kundang: “Mboten Bu, mboten saget. Malin harus merantau to be happy a mother.
Nyuwun pangestunipun.”
Ibu Malin Kundang: “Ya sudahlah nak, whatever you say, nanging gek wasul o nggeh.
Restuku accompany you.”
Malin Kundang: “Terima kasih banyak ibu, kula will soon kembali.”
Bagian 2:
Esuke, Malin dikancani kancane menyang dermaga kanggo kenal karo bakul sugih sing
arep menyang segara.
Ibu Malin Kundang: “Iya le seng ati-ati, Your mother's prayers selalu menyertai(nangis).”
Bagian 3:
And when he arrived at the dock, Malin's friend introduced him to a very rich merchant who
was brightly blasting the Ulala Storm.
Malin Kundang: “Sugeng enjing pak, perkenalkan nama saya Malin Kundang. Today I want
to menjadi awak kapal panjenengan. Nyuwun his help.”
Saudagar Kaya: “Ok…. I know…. I know. Tentu saja saya akan ngajari awakmu babagan
pelayaran. I do not like dengan anak buah yang hanya berbekal otot dudu utek e.”
Bagian 4:
Kemudian, seluruh awak kapal siap untuk berlayar. Tak lupa Malin menitipkan pesan pada
temannya.
Malin Kundang: “Oi… jaga ibunda ya. Malin will be home soon sawise sukses mbesok.”
Teman Malin Kundang: “Oke, jaga dirimu also Malin. Be careful.”(melambaikan tangan)
Bagian 5:
Salah siji wong Sudagar mulang Malin carane lelayaran sing bener. Malin dilatih babagan
cara nangani badai lan ancaman ing segara. Amarga pinter, Malin cepet-cepet nanggapi.
In the middle of the voyage, suddenly the ship Malin Kundang was on was attacked by
pirates who came out of nowhere. All the merchants' goods on the merchant's ship were
sold out by the pirates. Before that there was a fierce fight between the pirates and the
ship's crew. Cleverly, Malin only pretended to be dead after fighting with one of the Pirates.
Anak buah kapal: “Ayo kabeh, adewe pertahankan this ship. Jangan sampai para bajak laut
Kuwi njupuk switch. Apa lagi, if we die at hand mereka, banjur masa depane adewe
rampung.!! Teman-teman, (menghempaskan pedang) Urip lan mati we are in each other's
hands! Hanya Allah yang determine! ALLAHUAKBAR!!!
Plot:
a. Malin berpura-pura meninggal ditangan bajak laut
b. Salah satu anak buah meninggal ditangan bajak laut
c. Saudagar meninggal setelah anak buah terbunuh
d. Bajak laut mengambil alih kapal dan berlayar di sebuah pulau
Bagian 6:
Bajak Laut tidak menyadari bahwa Malin berpura-pura meninggal. Awak kapal yang telah
dibantai dibuang ke samudra. Malin yang masih hidup segera bersembunyi sebelum
ketahuan. Mereka berlabuh di sebuah pulau tak berpenghuni.
Malin berlayar saat bajak laut lengah, yakni ketika bajak laut sedang menurunkan harta
benda di sebuah pulau.
Malin Kundang: “Hey bajak laut, I will bring prau iki! Sampai jumpa!!!(wink)”
Bajak laut 1: “Hey kamu quickly chase him ojo ngasi lolos maneh.”
Malin meninggalkan kedua bajak laut itu yang tidak bisa mengejarnya.
Bajak laut 2: “Yen bandane adewe entek, kita makan apa? Eat gravel? Eat sand?”
Bajak Laut 1: "Aduhh.... Aduhh.. woles woi... woles. Daripada kita galau, mending nyanyi aja
yuk!!"
Bagian 7:
Sawise pirang-pirang taun, Malin bisa dadi wong sing sukses amarga usaha lan kerja keras.
Dheweke duwe kapal pribadi lan kru luwih saka 100 wong.
Ing sawijining dina sing cerah, Malin ketemu karo bocah wadon ayu ing dermaga sing lagi
lelayaran. Padha ambruk ing katresnan karo saben liyane ing kawitan ngarsane.
(Malin lan bojone Malin saling pandang)
Malin Kundang: “Namaku Malin Kundang. Aku telah berlayar keseluruh penjuru dunia, tetapi
aku hanya jatuh cinta marang cah wadon seng enek neng ngarepku sekarang ini. Yes, I fell
in love at the first meeting.”
Malin Kundang: "Tentu saja Adinda, dikau tercinta very interesting to me ini... Aku ingin
memilikimu… sampeyan manggon ing ngendi?, wahai purnamaku?"
Malin Kundang: "Baiklah... dino iki aku akan menemui orang tuamu dan meminangmu
dengan bismillah"
Bagian 8:
Malin Kundang went to propose to a rich merchant's daughter. After arriving in front of his
future wife's house, Malin prepared bravely to meet his future in-laws.
Malin Kundang: "Saya Malin Kundang, Saudagar dari pulau seberang. Kula kepingin meet
with si tuan rumah"
PRT : "Baiklah, Silahkan masuk."
Saudagar Kaya: "Ada apa pemuda? Ada kepentingan did you come here kemari?"
Malin Kundang: "Sebelumnya, saya akan memperkenalkan diri. Tepangaken nami kula
Malin Kundang, Saudagar dari pulau seberang"
Malin Kundang: "(gugup) Me..Mereka telah meninggal setelah saya pergi merantau. Jadi, I
live sendiri dan nyoba tenanan hingga saat ini."
Saudagar Kaya: "Baiklah, next month kalian akan menjadi suami istri. Persiapkanlah diri
kalian."
Malin Kundang: "Terima kasih, Tuan. Terima kasih. Kula nyuwun pengapura, Apabila ada
salah kata saya mohon maaf yang as big as possible. Wabilahitaufiq wal hidayah.
Wassalamualaikum Wr. Wb" (keluar dari rumah).
Bagian 9:
Setelah satu bulan, mereka telah resmi menjadi suami istri dan berlayar ke sebuah pulau
dimana pulau itu adalah kampung asal Malin. Malin tidak menyadarinya.
Ketika Malin hendak pergi berlayar meninggalkan pulau itu, tiba-tiba seorang pria bersama
seorang wanita tua mencegat Malin menaiki kapalnya.
Ibu Malin Kundang: "Malin? MALIN anakku? Benarkah itu kau, Nak?
Malin Kundang: "Si..Siapa kalian... Aku tidak kenal... Bau busuk, wajah kusut.... mau kalian
apa НАН?"
Ibu Malin Kundang: "(terisak) ora nak... Iki Ibu Nak, Ibunda.... Tak mungkin engkau nglalek
ke wajah Ibundamu yang this beautiful. Apalagi ada bekas luka ditangan kananmu
(memegang tangan malin)."
Teman Malin Kundang: "JAHAT kamu Malin... tega-teganya kamu melupakan kami. Tak
sadarkah apa yang kamu perbuat! Dasar Anak Durhaka (membentak-bentak)"
Sawise Malin mlebu ing kapal karo bojone, ibune Malin sing lagi nangis, dadi nesu ing
dermaga. Banjur, ibune nge laknat Malin.
Ibu Malin Kundang: "Ya ALLAH!! Yen bener dheweke anakku, aku sumpahi dia menjadi
sebuah BATU berserta fill his head!!" (serentak dengan suara petir menggelegar)
Dumadakan langit mendhung ing tengah segara, prahara teka. Kapale Malin wiwit ombak
ing segara sing galak. Awake Malin ora bisa ngadhepi.
Istri Malin Kundang: "Apa benar tadi itu Ibundamu, Wahai Kakanda?"
Malin Kundang: "Aku mengakuinya, itu Ibundaku. Sungguh bodohnya aku. Ya Tuhan,
Ampuni aku!!" (frustasi)
Istri Malin Kundang: "Actually aku tidak keberatan jikalau itu mertuaku, wahai Kakanda.
Apalah daya, nasi telah menjadi bubur. (menangis)"
Dalam sekejap, Malin Kundang berubah menjadi batu dalam keadaan sujud. Pada akhirnya,
dirinya mendapatkan akhir yang menyedihkan.
From the Malin Kundang Legend there are messages that must be remembered, that we as
children must not be disobedient and fight our parents, because parents, especially mothers,
are someone who must be helped. God's wrath is your parents' wrath!!