Tokoh
1. Narator: Artem
2. Malin Kundang: Jimmy
3. Ibu Malin: Sayuri
4. Ayah Malin: Mark
5. Istri Malin: Sarah
6. Awak kapal 1: Pasha
7. Awak kapal 2: Sam
8. Perampok 1: Jack Fletcher
9. Perampok 2: Sunny
10. Anak buah Malin: Jack Slade
11. Tetangga: Tysan
Naskah
Scene 1
Narator (Artem): Dahulu kala ada seorang anak bernama Malin Kundang
yang tinggal bersama ayah dan ibunya yang miskin. Mereka tinggal di
sebuah desa di tepi pantai. Desa itu adalah tempat yang kecil, sunyi,
dan banyak orang telah berpindah ke kota untuk mencari lebih banyak
uang. Tidak banyak yang bisa dilakukan di desa mereka. Tanahnya
gersang dan ikan di laut tidak banyak. Malin Kundang suka bermain.
Yang dia lakukan sehari-hari hanyalah mengejar satu-satunya ayam
milik orang tuanya yaitu Burik.
Narator (Artem): Suatu hari, ayah Malin Kundang ingin pergi ke luar
negeri. Konon negara tetangga itu makmur dan mencari uang di sana
sangat mudah.
Scene 2
Narator (Artem): Ayah Malin Kundang segera menaiki kapal bersama
warga lain yang hendak merantau. Maka Malin dan ibunya harus tinggal
di desa miskin itu. Hari demi hari berlalu tanpa ada kabar dari ayah
Malin. Ibu Malin pun harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Narator (Artem): Ketika Ibu Malin sibuk mencari uang, Malin masih
mengejar Burik. Suatu hari, ketika dia mencoba menangkap Burik, dia
tiba-tiba terjatuh. Dia tersandung batu, dan jatuh sangat keras.
Lengannya tergores oleh batu tajam, dan mulai berdarah. Ibunya segera
mengobati lukanya. Dengan penuh kasih sayang, dia merawat Malin.
Ibu Malin (Sayuri): Luka ini akan sembuh, tapi bekasnya akan tetap ada.
Malin (Jimmy): (Menangis) Oh tidak hu hu hu.
Scene 3
Narrator (Artem): Hari menjadi bulan, bulan menjadi tahun, dan tahun
berlalu dengan cepat. Tanpa disadari, Malin kini telah menjadi seorang
pemuda tampan dan gagah. Dia mulai bosan di desa yang sunyi dan
miskin ini. Dia ingin bepergian seperti ayahnya. Kemudian Malin
Kundang mencoba untuk meminta izin kepada ibunya.
Scene 5
Narator (Artem): Awak kapal dibunuh oleh para perompak, mereka
menyita semua barang penting di kapal. Dan kapal itu ditinggalkan di
laut. Malin Kundang selamat karena bersembunyi. Saat keluar dari
persembunyiannya, kapal tersebut terdampar di pantai. Untungnya, ada
desa yang subur dan kaya di dekat pantai. Pelabuhan itu besar dan
ramai. Malin Kundang tersenyum meski tubuhnya lemas dan ia merasa
kelelahan. Malin Kundang bekerja keras, siang dan malam, yang ada di
pikirannya hanyalah menjadi kaya. Karena tekad dan kerja kerasnya, dia
menjadi kaya, dan dia memiliki kapal besar dengan lebih dari seratus
awak. Malin juga mendapat seorang istri yang sangat cantik.
Narator (Artem): Malin Kundang gelisah ketika melihat wanita tua itu
mendekat. Ibu Malin datang dengan pakaian yang lusuh. Malin pun
menjadi malu. Dia tidak ingin istrinya mengetahui bahwa dia berasal dari
keluarga miskin.
Malin (Jimmy): Bukan! Mungkin dia salah orang. Kasih dia uang. Dia
pasti seorang pengemis.
Ibu Malin (Sayuri): Malin! Aku ini ibumu!
Malin (Jimmy): Jangan ngaku-ngaku! Ibuku sudah lama meninggal!
Tetangga (Tysan): Hei, Malin! Beliau ini memang ibumu!
Ibu Malin (Sayuri): Lihat bekas luka di lenganmu! (Tunjuk ibu) Hanya
Malin Kundang anakku yang punya bekas luka itu.
Malin (Jimmy): (memberi perintah pada Jack) Hey, bawa wanita tua itu
pergi!
Anak buah (Jack S.): Pergi kalian! Jangan ganggu bosku! (Menarik ibu
Malin)
Tetangga (Tysan): Hei! Jangan kasar pada wanita! (Membawa ibu Malin
pergi)
Ibu Malin (Sayuri): (berdoa) Tuhan, jika dia benar-benar anakku Malin
Kundang, berilah dia pelajaran!
Malin (Jimmy): Oh ada apa dengan tubuhku? Aku tidak bisa bergerak.
Oh… oh… tidaaaak!
Narator (Artem): Malin Kundang menyadari bahwa dia telah dikutuk saat
dia berlutut di tanah. Dia berlutut ke arah ibunya dan segera berubah
menjadi batu. Sudah terlambat baginya untuk menyesali perbuatan
buruknya kepada sang ibu. Sebelum ia menjadi batu seutuhnya, Malin
berpikir betapa dia menyesal ia telah durhaka kepada ibunya.