Suatu hari di desa ..... yang terletak di pulau... hiduplah seorang bapak yang miskin. Bapak itu sudah tua
dan tak kuat lagi untuk bekerja. beruntunglah ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Malin
Kundang. Malin Kundang amat disegani oleh masyarakat sekitar karena arif budinya. Malin kundang pun
terkenal sangat rupawan. Suatu hari di rumah Malin Kundang.
B : Bawa ke Saudagar, nak. Ia mau membeli semua sayuran ini. Ia berada di pesisir pantai.
B : Wahh.... Malin bapak bangga padamu, kau anak yang berbakti pada orangtua!
M : Ahh bapak bisa saja, yasudah Malin pergi dulu ya pak! Malin pun sampai di pesisir pantai. Ia
melihat kapal yang amat besar yang penuh dengan muatan. Disana juga ia melihat gadis-gadis yang
sangat cantik jelita. Rupanya kapal tersebut adalah milik Saudagar
M : Hmm.. Andai saja aku bisa naik ke atas kapal itu..
S : Hai anak muda! Kau anak penjual sayur itu kan? Nah, bawa kemari sayurnya! Malin Kundang
membawa sayur itu kepada Saudagar.
M : Sama-sama saudagar, ini memang sudah kewajiban saya. Saat hendak meninggalkan pesisir
pantai, Saudagar pun menghentikan langkah Malin Kundang.
S : Malin, aku sedang kekurangan orang untuk berlayar di kapalku. Aku butuh orang muda yang
masih kuat sepertimu. Apa kau mau ikut denganku?
S : Jangan khawatir, bapakmu akan baik-baik saja. Jika kau ikut bersamaku kau akan menjadi kaya
seperti aku! Lihat kapalku itu! Penuh dengan muatan dan gadis-gadis cantik kan? Kau pasti juga ingin
menjadi saudagar bersamaku. Kau akan banyak uang, dan segala yang kamu inginkan bisa kamu beli!
: Malin Kundang pun silau matanya mendengar ucapan Saudagar itu. Maka ia pun langsung naik
ke atas kapal dan setelah sekian lama ia pun menjadi saudagar kaya. Suatu ketika ia sedang berbincang
Bersama kawannya yang bernama budi.
B : Bagaimana dengan keluargamu Malin? Apakah kau punya adik atau kakak?
M : Tidak, aku sendirian. Kedua orang tua ku sudah meninggal dunia
Kapal yang ditumpangi Malin beserta kawannya berlabuh di sebuah pantai dimana ibunya sering
berjualan disana. Ketika Ibunya melihat Malin di atas kapal maka bangkitlah ia dari duduknya dan berlari
menuju anaknya.
B : Malin anaku! Kemana saja kau? Mengapa tak beri kabar pada bapakmu ini? aku rindu padamu
nak
M : kau itu siapa? sembarangan saja mengaku sebagai bapak saya!
M : Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai bapakku agar
mendapatkan harta ku! Pergi kau dari pandanganku!
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, bapak Malin Kundang sangat
sedih. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Maka bapak nya pun menengadahkan tangan
sambil berkata.
B : Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu!
Sesaat setelah itu, kapal yang ditumpangi Malin tiba-tiba diombang-ambing badai yang dahsyat.
Gemuruh petir tiba-tiba turun di atas kapal tersebut. Tiba-tiba Malin teringat akan ibunya. Ia sudah
durhaka pada ibunya.
Ia menangis sedih sambil memohon ampun. Namun apadaya dirinya sudah berubah menjadi sebuah
batu dan ceritapun tamat