Anda di halaman 1dari 70

1

Halaman ini sengaja dikosongkan

2
3
5 tahun mengawal geospasial
dengan standar (2015 - 2020)
Pengarah Kegiatan
Prof Dr. Hasanuddin Z. Abidin
Drs. Adi Rusmanto, M.T

Penyusun
Suprajaka,
Sumaryono
Ari Dartoyo,
Aris Haryanto,
Amin Widada,
Andi Rinaldi,
Guridno Bintar,
Fakhrudin Mustofa

Layout
Hanifah Khairunisa Shofiati
Elvin Hoerunnisa

Credits
Images by freepik & storyset

Copy Right: Badan Informasi Geospasial


Diterbitkan Oleh: Badan Informasi Geospasial
Jln. Raya Jakarta-Bogor KM 46, Cibinong, Bogor

70 halaman; 20 cm x 26,5 cm
ISBN: 978-602-6641-45-8

4
5
kata pengantar
Dalam paradigma produk, standar adalah spesifikasi teknis yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus yang melibatkan
semua pihak yang terkait. Sementara standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan
dan merevisi standar dalam bidang bidang tertentu yang dilaksanakan secara tertib dan
bekerja sama dengan semua pihak. Dalam konteks yang lain standar merupakan jaminan
mutu yang memuat informasi tentang proses pengumpulan, proses pencatatan, proses
pengolahan, proses penyimpanan, dan proses dokumentasi tentang mutu, dalam hal
ini terkait dengan geospasial. Adapun tujuan dari sistem standardisasi mutu informasi
geospasial adalah untuk mewujudkan jaminan mutu informasi geospasial yang akan
digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan pembangunan nasional maupun daerah

Buku dengan judul “5 Tahun Mengawal Geospasial dengan Standar”, ini merupakan
catatan tentang kegiatan atas capaian selama menjadi bagian dari tugas di Pusat Standardisasi dan
Kelembagaan Informasi Geospasial mulai tanggal 25 Februari 2015 sampai dengan 25 Februari
2020. Buku mendokumentasikan mulai dari proses perencanaan dan melaksanakan program dan
kegiatan sesuai dengan output dan outcome yenag telah ditetapkan. Paling tidak dalam mengawal
pencapaian target tentang: (1) Ratio Peraturan Penyelenggaraan lG yang dihasilkan terhadap
kebutuhan pada tahun berjalan; (2) Ratio Peraturan Pengembangan SDM dan Industri IG
yang terimplementasi terhadap peraturan yang berlaku; (3) Ratio Peraturan Pengembangan
Simpul Jaringan IG Nasional dan PPIIG yang terimplementasi terhadap peraturan yang berlaku

Ketiga indikator ratio tersebut didukung oleh enam output kegiatan,


yaitu: Standar IG yang dirumuskan, diterapkan, dan dievaluasi; Rancangan SNI yang
dirumuskan, diterapkan dan dievaluasi; Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
yang tersusun; Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) bidang Informasi Geospasial;
Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) yang dibangun dan Dibina;
Simpul Jaringan IG terkait dengan Reforma Agraria yang terbangun dan Operasional.
Selain itu dalam perkembangannya juga Pusat SKIG juga melakukan penyusunan standar
penyelenggaraan IG; Sistem akreditasi dan sertifikasi bidang IG; jumlah SDM tersertifikasi,
operasionalisasi Simpul Jaringan dan PPIDS; serta anggaran dan prestasi Pusat Standarisasi dan
Kelembagaan Informasi Geospasial dari tahun ke tahun yang disajikan mulai tahun 2015 sampai 2019.

Selama proses mengawal Geospasial dengan standar ini masih menyimpan


permasalahan, selain jumlah perumusan standar masih rendah adalah terkait dengan
penerapan standar yang masih lemah. Skema penerapan standar yang terdiri dari lima
ruang lingkup masih menjadi peluang sekaligus tantangan dimasa mendatang, yaitu:
(1) skema pemberlakuan standar, (2) skema penerapan standar; (3) skema penerapan
akreditasi; (4) skema penerapan sertifikasi dan (5) pengawasan standardisasi.

6
Kedepan skema penerapan standar ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan
terhadap produk dan jasa di bidang informasi geospasial yang diselenggarakan oleh semua
pihak minimal melalui: (1) memberikan jamiman mutu terhadap produk dan jasa bidang
geospasial; (2) untuk mewujudkan jaminan kepada pihak yang memerlukan sertifikasi; (3)
terwujudnya kepercayaan pelanggan dan pihak lain yang terkait, bahwa organisasi, individu,
produk dan jasa bidang geosapsial yang diberikan selalu memenuhi persyaratan standar.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan Kepala BIG,
Deputi IIG, serta semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran sehingga pelaksanaannya
berjalan lancar. Terimakasih juga kepada Kepala Bidang di Lingkungan SKIG, PPK-IIG berserta
jajaran, PPSPM, beserta staf teknis di SKIG yang berkerja sangat serius tanpa mengenal lelah,
sehingga sasaran dan kegiatan selama lima tahun 2015-2020 sesuai dengan yang telah ditetapkan,

Demikian semoga bermanfaat.

Cibinong, Juni 2020


Penyusun

7
8
Penyelanggaraan Informasi Geospasial (IG) sesuai dengan amanah undang undang
nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, negara wajib hadir untuk menjamin
ketersediaan dan akses IG yang dapat dipertanggungjawabkan. IG merupakan elemen utama
dalam pembangunan berkelanjutan. Kegiatan perencanaan penataan ruang, penanggulangan
bencana, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya memerlukan ketersediaan IG
yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu, penyelenggaraan IG harus dapat menjangkau seluruh
wilayah Negara Kesatuan Rrepublik Indonesia (NKRI) baik dari sisi kuantitas maupu kualitas IG
harus diselengarakan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Setiap tahapan penyelenggaraan
IG, harus dilakukan penjaminan mulai dari proses pengumpulan, pengolahan, pengelolaan,
penyimpanan dan pengamanan, penyebarluasan yang hilirnya adalah penggunaan IG untuk
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu salah satu asas penting dalam penyelenggaraan
IG adalah keakuratan. Makna keakuratan IG maksudkan untuk memastikan bahwa IG yang
akan digunakan harus diselenggaran secara teliti, tepat, benar, dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional.

9
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011, Badan Informasi Geospasial (BIG)
merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang IG.
Adapun tugasnya: (a).Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang IG; (b).
Penyusunan rencana dan program; (c).Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar (IGD)
pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan; (d).
Pengintegrasian Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (e).
Penyelenggaraan IGT yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data,
pengolahan,penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan IGT; (f).Penyelenggaraan
Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan
data dan informasi, dan penggunaan; (g).Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan IG; (h).
Akreditasi kepada lembaga sertifikasi IG; (I).Pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga
pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri; ( j).Pelaksanaan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG; (k).Pelaksanaan koordinasi perencanaan,
pelaporan, penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum; (l).Pembinaan
dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan,
keprotokolan, kehumasan, kerjasama, hubungan antar lembaga, kearsipan, persandian, barang
milik negara, perlengkapan, dan rumahtangga BIG; (m).Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, serta promosi dan pelayan produk dan jasa di bidang informasi
geospasial; (n).Perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan fungsional.
Selanjutnya berdasarkan dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tersebut,
BIG melakukan perubahan signifikan, yaitu dengan Menyusun Rencana Strategis (Renstra)
Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2015 - 2019 yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan arah strategis BIG 5 (lima) tahun kedepan dalam mendukung terwujudnya
pembangunan nasional berdasarkan Nawa Cita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019. Renstra tersebut merupakan Renstra kedua semenjak
transformasi Badan Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) menjadi BIG yang dibentuk
sebagai pelaksanaan amanat pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial dan ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 94 tahun 2011 mengenai
BIG tersebut. Hal ini mengingat bahwa Renstra BIG tahun 2013 - 2014 sebelumnya masih
menyisakan beberapa permasalahan yang harus diselesaikan pada Renstra Periode 2015-
2019.
Sesuai prinsip peningkatan yang berkesinambungan maka Renstra BIG tahun 2015 -
2019 dirumuskan untuk menyelesaiakan permasalahan guna meningkatkan peran informasi
geospasial dalam pembangunan nasional yang lebih luas.
Pada periode ini BIG melakukan revitalisasi atas renstra yang telah disusun tahun 2015
mengingat telah terjadi perubahan lingkungan strategis, yaitu berpindahnya BIG dari awalnya
dibawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti)
menjadi di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian
PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kepala Bappenas).
Hal ini tentunya merubah orientasi strategi BIG dari awalnya berbasis institusi penelitian
menjadi lembaga penyedia informasi geospasial dalam mendukung pembangunan berbasis
kewilayahan.

10
Pada 2015-2019, Visi BIG yang harus dicapai tahun 2019 adalah “Menjadi integrator
penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia”. BIG
berupaya untuk meningkatkan kontribusi dalam mendukung pembangunan nasional melalui
penyelenggaraan informasi geospasial yang terintegrasi.
Renstra BIG disusun dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan eksternal
serta lingkungan internal organisasi termasuk perubahannya. Kondisi ini juga berpengaruh
terhadap taget dan sasaran setiap unit kerja di lingkungan BIG, termasuk unit kerja yang
diberi tugas untuk melaksanakan program BIG dalam bidang standar dan kelembagaan IG,
sebagaimana tercantum dalam gambar 1.1.

Gambar 1.1 Tugas dan Fungsi Pusat Standardisasidan Kelembagaan IG Sesuai dengan Perpres 94 Tahun 2011 dan
PerBIG Nomor 3 Tahun 2012 dan PerBIG Nomor 3 Tahun 2012

11
Pusat Standarisasi dan Kelembagaan IG (PSKIG), sesuai dengan Peraturan Kepala Badan
Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi
Geospasial sebagaimana telah beberapa kali diubah, dengan Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan
Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi
Geospasial.
Tugas tersebut semakin diperkuat dengan keluarnya Peraturan Presiden nomor 27 Tahun
2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional yang merupakan salah satu peraturan
turunan dari Undang-undang IG nomor 4 Tahun 2011, menjadi landasan hukum dalam
pengembangan dan implementasi Infrastruktur Informasi Geospasial, terutama terkait dengan
elemen kebijakan, kelembagaan, standar dan sumberdaya manusia.
Salah satu tugas terkait dengan pengelolaan simpul jaringan nasional sebagaimana
mandat Perpres 27 Tahun 2014 tersebut BIG berkedudukan seperti halnya lembaga lainnya
yaitu menjadi simpul jaringan, namun juga memiliki tanggungjawab sebagai penghubung
simpul jaringan nasional.
Ketimpangan spasial terjadi karena laju ketersediaan data geospasial belum dapat
mengejar dan memenuhi kebutuhan pengguna. Akar permasalahan terjadi karena simpul
jaringan di daerah belum terbentuk atau bahkan dibubarkan.
Untuk menentukan bentuk kelembagaan informasi geospasial yang ideal, maka BIG
melalui Pusat SKIG melakukan kajian penataan kelembagaan untuk mewujudkan organisasi
perangkat daerah yang efektif dan efisien sesuai tugas dan fungsinya.
Kajian dengan metode penelitian kualitatif dilakukan dengan analisa kriteria dan
pemberian rating terhadap aspek kelembagaan dalam rangka penguatan Infrastruktur Data
Spasial Nasional (IDSN), berdasarkan kebijakan dan hukum yang berlaku serta hasil angket
operasionalisasi simpul jaringan di provinsi.
Hasil kajian bahwa pengembangan simpul jaringan pada periode 2015-2019 adalah
terhadap tantangan utama kelembagaan yaitu adanya pembubaran 3 Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) oleh Direktorat Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian Perangkat
Daerah Kementerian Dalam Negeri. Hal ini memicu kegamangan bagi 14 daerah yang belum
membentuk simpul jaringan informasi geospasial dan 3 UPTD lainnya yang masih menunggu
hasil evaluasi.
BIG telah berperan aktif dalam membina simpul jaringan. Namun demikian, kelembagaan
JIGN saat ini baru pada tahap pengembangan, belum dapat sepenuhnya lepas landas untuk
mewujudkan keberhasilan Visi Indonesia 2045 dalam rangka mendukung pemerataan
pembangunan. Status kelembagaan informasi geospasial di Indonesia di tingkat pusat hingga
Oktober 2018, baru 9 dari 19 Kementerian/Lembaga /yang simpul jaringannya telah operasional.
Sementara di tingkat daerah, baru 20 dari 34 provinsi yang operasional, dengan 4 bentuk opsi
kelembagaan.
Posisi 14 provinsi lainnya masih business-as-usual atau sedang tahap legalisasi
pembentukan kelembagaan, seperti tertera pada Tabel 1.1.

12
Tabel 1.1 Bentuk kelembagaan simpul jaringan di tingkat provinsi.

Sumber: Suprajaka, Aris Haryanto, Anita Silalahi, Nanda Noor, Adi Pradana (2018) Arah Kelembagaan Informasi Geospasial
Mendukung Pemerataan Pembangunan

Hal tersebut Pilihan tetap terbuka bagi pemerintah daerah, dengan memperhatikan
kesiapan anggaran dan IDSN. Keberlanjutan peran JIGN dalam berbagi pakai data akan
terintegrasi dengan kelembagaan Kebijakan Satu Peta (KSP) dan Kebijakan Satu Data Indonesia
(KSDI).
Dengan demikian, tata kelola data yang baik tidak terlepas dari komitmen pembenahan
kelembagaan sebagai pintu utama pelaksana dan penanggung jawab berbagi pakai data untuk
kebutuhan pemerataan pembangunan sesuai Visi Indonesia 2045.
Mensikapi pemasalahan tersebut, konsentrasi Pusat SKIG mendorong program unggulan
terkait dengan pengelolaan utama dalam periode 2015-2019. Tentunya tidak mengesampingkan
program dan kegiatan lainnya yaitu terkait dengan perumusan standar serta penguatan SDM
dan pembinaan industri Informasi geospasial.
Dalam melaksanakan tugas BIG yang dibebankan oleh Pusat SKIG Untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya, Kepala Pusat SKIG didukung oleh 3 (tiga) bidang yaitu Bidang Standardisasi
Penyelenggaraan IG, Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Simpul Jaringan IG, dan Bidang
Pengembangan SDM dan Industri IG.

Adapun tugas masing-masing bidang adalah sebagai


berikut :
Bidang Standardisasi Penyelenggaraan Informasi
Geospasial
Bidang ini bertugas melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program, perumusan dan
pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman,
prosedur, standar dan spesifikasi penyelenggaraan informasi
geospasial, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan
badan atau lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat
di dalam dan/atau luar negeri di bidang standardisasi
penyelenggaraan informasi geospasial.
13
Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Industri Informasi Geospasial
Bidang ini bertugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur,
standar dan spesifikasi, penyelenggaraan akreditasi kepada lembaga pemberi sertifikat di
bidang informasi geospasial, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga
pemerintah, swasta dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pengembangan
sumberdaya manusia dan industri informasi geospasial.

Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Simpul Jaringan Informasi Geospasial


Bidang ini bertugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur,
standar dan spesifikasi, pengembangan kelembagaan dan simpul jaringan informasi geospasial,
serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta dan
masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pengembangan kelembagaan dan simpul
jaringan informasi geospasial.

Kelompok Kerja di Lingkungan Pusat SKIG


Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program kerja dan kegiatan Kepala Pusat
SKIG, dibantu oleh 3 (tiga) kelompok kerja yaitu :
A. Kelompok Kerja Kesekretariatan Komisi Teknis 07-01;
B. Kelompok Kerja Komite Standar Kompetensi ; dan
C. Kelompok Kerja Kesekretariatan Jaringan Informasi Geospasial Nasional.

Pelaksanaan kegiatan Pusat


Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial disusun berdasarkan target
yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM
2015-2019). Target RPJM tersebut sebagai
acuan dalam menyusun kegiatan Pusat
Standardisasi dan kelembagaan IG.

Buku ini merupakan bunga rampai


kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat
SKIG selama periode tahun 2015-2019,
sebagaimana tercantum dalam gambar 1.2.

Gambar 1.2 Perjanjian Kinerja Pusat SKIG (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

Pada kurun waktu tahun 2015-2019, produk standar penyelenggaraan IG yang dihasilkan
oleh Pusat SKIG, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.2.; tabel 1.3.; tabel 1.4.; tabel 1.5.; tabel
1.6.

14
Tabel 1.2 Kegiatan Pusat SKIG Tahun 2015

No Nama Kegiatan Hasil Kegiatan


1 Dokumen NSPK dan • Kajian NSPK IG (1 Dokumen)
dokumen standar terkait • Kajian Standar Produk dan Proses IG (1 Dokumen)
penyelenggaraan IG • Tata Laksana Penyelenggaraan dan Harmonisasi
Standar IG Standar Regional dan Internasional (1
Dokumen)
2 Dokumen Pengembangan • Pembinaan PPIDS (1 Dokumen)
Kelembagaan Infrastruktur
Informasi Geospasial
3 Dokumen Pengembangan SDM • Kaji Materi SKKNI (1 Dokumen)
IG • Diseminasi Kebijakan SDM IG (1 Dokumen)
4 Dokumen Pengembangan • Penyelenggaraan Akreditasi dan Sertifikasi
Industri Bidang IG Bidang IG (1 Dokumen)
5 Dokumen Pelaksanaan • Pelaksanaan Koordinasi dan Kerjasama Bidang
Koordinasi, Kerjasama, Kajian, IG (1 Dokumen)
Pengembangan, Penguatan Jasa • Penguatan Komunikasi dalam JIGN
Profesi IG dan Pembangunan
JIGN
6 Simpul Jaringan IG yang • Pelaksanaan Koordinasi dan Kerjasama Bidang
dikembangkan IG (1 Dokumen)
• Penguatan Komunikasi dalam JIGN (1 Dokumen)
Sumber: Suprajaka 2020, Buku Memori Jabatan Kepala Pusat SKIG Periode 24 Februari 2015 – 24 Februari 2020

Tabel 1.3 Kegiatan Pusat SKIG Tahun 2016

No Nama Kegiatan Hasil Kegiatan


1 Simpul Jaringan Terbangun, • 3 Simpul Jaringan Terbangun
Terbina dan Aktif • 53 Simpul Jaringan Terbina
• 3 Simpul Jaringan Aktif
2 Rancangan Standar terkait • 1 Dokumen IG K/L/P yang sesuai dengan standar
Penyelenggaraan IG • 5 Dokumen Rancangan SNI 1 Bidang IG
• 3 Dokumen Rancangan SNI 3 Bidang IG 1
Dokumen Standar Tata Laksana Penyelenggaraan
IG
3 Dokumen Pengembangan SDM • 1 Laporan Kaji Ulang SKKNI IG
IG • 1 Laporan Harmonisasi Jasa profesi IG (ASEAN)
• 1 Laporan Uji Kompetensi Tenaga Profesional IG
4 Lembaga Terakreditasi dan • 2 Badan Usaha IG yang tersertifikasi / Lembaga
Tersertifikasi Sertifikasi Kompetensi IG
5 Pembangunan dan Pembinaan • 2 PPIDS Terbangun
pusat Pengembangan • 12 PPIDS Terbina
Infrastruktur Dara Spasial
(PPIDS)
Sumber: Suprajaka 2020, Buku Memori Jabatan Kepala Pusat SKIG Periode 24 Februari 2015 – 24 Februari 2020

15
Tabel 1.4 Kegiatan Pusat SKIG Tahun 2017

No Nama Kegiatan Hasil Kegiatan


1 Simpul Jaringan Terbangun, • 3 Simpul Jaringan Terbangun
Terbina dan Aktif • 56 Simpul Jaringan Terbina
• 5 Simpul Jaringan Aktif
2 SDM IG dan SDM Tersertifikasi • 1 Layanan Dokumen KKNI Bidang IG
• 1 Layanan Dokumen MRA on Surveying
3 Pembangunan dan Pembinaan • 3 PPIDS Terbangun
pusat Pengembangan • 16 PPIDS Terbina
Infrastruktur Dara Spasial
(PPIDS)
4 Produk IG Tata Ruang Laut • 5 Produk IG Tata Ruang Laut yang sesuai standar
sesuai dengan standar yang
ditetapkan
5 Standar Pemetaan IG untuk • 10 Standar Pemetaan IG untuk Penyusunan
Penyusunan Sistem Informasi Sistem Informasi Desa
Desa
6 Lembaga Penilaian Kesesuaian • 3 Lembaga Penilaian Kesesuaian Bidang IG
Bidang IG Terakreditasi
Sumber: Suprajaka 2020, Buku Memori Jabatan Kepala Pusat SKIG Periode 24 Februari 2015 – 24 Februari 2020

Tabel 1.5 Kegiatan Pusat SKIG Tahun 2018

No Nama Kegiatan Hasil Kegiatan


1 Standar Kompetensi Kerja • 1 Standar
Nasional Indoneisa yang
Terevaluasi
2 Pusat Pengembangan • 16 PPIDS
Infrastruktur Data Spasial
(PPIDS) yang dibangun dan
dibina
3 Lembaga Penilaian Kesesuaian • 1 LPK
(LPK) Bidang IG
4 Simpul Jaringan IG terkait • 28 Simpul Jaringan
dengan Reforma Agraria yang
terbangun dan operasional
5 Standar IG yang dirumuskan, • 7 Rancangan Peraturan BIG (Raperba)
diterapkan dan dievaluasi
6 Rancangan SNI yang • 3 RSNI
dirumuskan diterapkan dan di
evaluasi
Sumber: Suprajaka 2020, Buku Memori Jabatan Kepala Pusat SKIG Periode 24 Februari 2015 – 24 Februari 2020

16
Tabel 1.6 Kegiatan Pusat SKIG Tahun 2019

No Nama Kegiatan Hasil Kegiatan


1 Standar Kompetensi Kerja • 1 Standar
Nasional Indoneisa yang
Terevaluasi
2 Pusat Pengembangan • 21 PPIDS
Infrastruktur Data Spasial
(PPIDS) yang dibangun dan
dibina
3 Lembaga Penilaian Kesesuaian • 1 LPK
(LPK) Bidang IG
4 Simpul Jaringan IG terkait • 28 Simpul Jaringan
dengan Reforma Agraria yang
terbangun dan operasional
5 Standar IG yang dirumuskan, • 5 Rancangan Peraturan BIG (Raperba)
diterapkan dan dievaluasi
6 Rancangan SNI yang • 3 RSNI
dirumuskan diterapkan dan di
evaluasi
Sumber: Suprajaka 2020, Buku Memori Jabatan Kepala Pusat SKIG Periode 24 Februari 2015 – 24 Februari 2020

Capaian selama lima tahun yaitu 2015-2019 yang dilaksanakan oleh Pusat Standardisasi
dan Kelembagaan Informasi Geospasial, meliputi: (1).rasio peraturan standar penyelenggaran
IG yang dihasilkan tergadap kebutuhan pada tahun berjalan; (2).rasio peraturan terimplementsi
terhadap rumusan kebijakan simpul jaringan nasional; (3).rasio perturan pengembangan SDM
dan Indsutri IG yang terimplementasi terhadap peraturan yang berlaku. Dari kegiatan tersebut
bermuara pada pengukuran rasio peraturan penyelenggaraan IG yang dihasilkan terhadap
kebutuhan pada tahun berjalan selama 5 tahun sebesar 85 % sesuai dengan Perjanjian Kinerja
Kepala Pusat PPKS yang telah ditetapkan.

17
18
Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (IG), serta
peraturan perundang-undangan turunannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014,
penyelenggaraan IG dimaknai sebagai suatu rangkaian proses pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan dan pengamanan, penyebarluasan, serta penggunaan data dan informasi
geospasial.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 juga mengamanatkan pemerintah wajib
memfasilitasi pembangunan Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) untuk memperlancar
penyelenggaraan IG. Infrastruktur yang dimaksud pada pasal tersebut adalah kebijakan,
kelembagaan, teknologi, standar, dan sumber daya manusia.
Selanjutnya, sesuai Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi
Geospasial, tugas dan tanggungjawab BIG adalah menjamin ketersediaan Informasi Geospasial
Dasar (IGD), membina penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik (IGT), serta membangun
IIG yang kuat sebagai tulang punggungnya.

19
Salah satu pilar infrastruktur IG yang harus dibangun dan dikembangkan oleh BIG adalah
standar penyelenggaraan IG. Ini menjadi tugas yang sangat penting, karena di dalam Peraturan
Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, ketersediaan standar ini menjadi
salah satu tujuan utama, sekaligus menjadi kewajiban utama BIG sebagai pembina data dan IG
nasional untuk menyiapkannya. Sebelumnya, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000 pun
telah menegaskan bahwa standar merupakan salah satu komponen yang harus terpenuhi
dalam mewujudkan peta yang satu.
Secara internal kelembagaan BIG, telah disepakati bahwa pengembangan standar
merupakan salah satu tugas dan fungsi Kedeputian Bidang Infrastruktur IG (dalam hal ini Pusat
Standardisasi dan Kelembagaan IG), seperti yang tertuang dalam Keputusan Kepala BIG Nomor
6.2 Tahun 2019 tentang Peta Proses Bisnis di Lingkungan BIG, serta Keputusan Kepala BIG
Nomor 6.3 Tahun 2019 tentang Peta Bisnis Proses BIG Level 2 – Proses Bisnis Inti.
Selain hal tersebut, Pusat SKIG juga ditunjuk oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)
sebagai Sekretariat Komite Teknis (Komtek) 07-01 Bidang Informasi Geografis/Geomatika,
yang bertugas mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang tersebut.
Tugas tersebut sekaligus menempatkan BIG/PSKIG sebagai mirror Technical Commitee 211
International Organization for Standardization (ISO). Keanggotaan Komtek terbaru ditetapkan
melalui Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 90/KEP/BSN/5/2020 tertanggal
12 Mei 2020 tentang Penetapan Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Teknis Perumusan
Standar Nasional Indonesia 07-01 Bidang Informasi Geografi/Geomatika. Komite Teknis ini
beranggotakan 11 orang yang merupakan representasi 4 komponen/pemangku kepentingan
yang dipersyaratkan dalam perumusan SNI, yaitu: regulator/pemerintah, konsumen, produsen,
dan akademisi/pakar.
Selain perumusan SNI, PSKIG juga memiliki tugas dan tanggungjawab untuk
menyediakan standar penyelenggaraan IG berupa regulasi atau kebijakan. Standar ini terutama
yang berfungsi mengatur penyelenggaraan IG di lingkup internal BIG sendiri, walaupun tidak
menutup pihak lain (Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Masyarakat) menggunakan
regulasi ini sebagai acuan kegiatannya. Untuk perumusan standar jenis kedua ini, diperlukan
sinergi dengan Bagian Hukum - Biro Perencanaan, Kepegawaian dan Hukum, karena unit kerja
ini yang berwenang dalam menerbitkan dokumen legal lembaga. Unit kerja ini bersama-sama
dengan PSKIG dan perwakilan semua unit teknis terlibat dalam program penyusunan regulasi
lembaga sejak identifikasi, perumusan, legal drafting, uji publik, harmonisasi, hingga finalisasi
regulasi.
Dengan demikan, dalam kurun waktu tahun 2015-2019, produk standar penyelenggaraan
IG yang dihasilkan oleh Pusat SKIG secara umum adalah berupa:
1. Standar Nasional Indonesia, baik yang berupa SNI pengembangan sendiri, maupun
yang merupakan adopsi dari ISO TC 211
2. Regulasi Standar, yang umumnya berupa Peraturan BIG, Peraturan Kepala BIG, Surat
Keputusan Kepala BIG, dan regulasi dalam format lainnya.

20
Dengan rincian:
• Tahun 2015: perumusan 4 RSNI, 2 Raperka BIG/SK Kepala BIG/Peraturan BIG
• Tahun 2016: perumusan 5 RSNI, 2 Raperka BIG/SK Kepala BIG/Peraturan BIG
• Tahun 2017: perumusan 8 RSNI, 3 Raperka BIG/SK Kepala BIG/Peraturan BIG
• Tahun 2018: perumusan 3 RSNI, 3 Raperka BIG/SK Kepala BIG/Peraturan BIG
• Tahun 2019: perumusan 5 RSNI, 7 Raperka BIG/SK Kepala BIG/Peraturan BIG
Selain luaran-luaran tersebut, kegiatan lainnya adalah adopsi standar-standar ISO TC 211,
terutama yang terkait dengan pengelolaan dan penyimpanan data dan informasi geospasial.
Dengan begitu diharapkan produk-produk IG yang dihasilkan oleh BIG maupun K/L telah sesuai
dan kompatibel dengan standar-standar internasional.
Disamping itu pada tahun 2017 juga dimulai kajian/uji penerapan SNI, untuk mengetahui
sejauhmana SNI yang ada diterapkan dalam penyelenggaraan IG, baik di BIG maupun di
K/L terkait. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal proses penilaian kesesuaian
produk-produk IG terhadap SNI yang ada, sehingga produk-produk IG ber-SNI akan semakin
mendapat kepercayaan publik di tingkat nasional maupun internasional.
Pada tahun 2019, upaya pemasyarakatan SNI digencarkan dengan pembuatan “SNI
Corner” di BIG. Kegiatan yang merupakan kerjasama BIG dengan BSN ini diharapkan akan
mempermudah masyarakat mendapatkan informasi terkait dokumen SNI melalui layanan
online yang tersedia di Gedung Layanan Terpadu IG dan ruang perpustakaan BIG.

21
Secara visual pelaksanaan kegiatan Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial pada tahun 2015-2019). Gambar 2.1. menjelaskan tentang penyusunan standar
penyelenggaraan informasi geospasial periode 2015-2019.

Gambar 2.1 Kegiatan Penyusunan Standar Penyelenggaraan IG Tahun 2015-2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

Secara internal kelembagaan BIG, telah disepakati bahwa pengembangan standar


merupakan salah satu tugas dan fungsi Kedeputian Bidang Infrastruktur IG (dalam hal ini Pusat
Standardisasi dan Kelembagaan IG), seperti yang tertuang dalam Keputusan Kepala BIG Nomor
6.2 Tahun 2019 tentang Peta Proses Bisnis di Lingkungan BIG, serta Keputusan Kepala BIG
Nomor 6.3 Tahun 2019 tentang Peta Bisnis Proses BIG Level 2 – Proses Bisnis Inti.

22
Selain hal tersebut, Pusat SKIG juga ditunjuk oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)
sebagai Sekretariat Komite Teknis (Komtek) 07-01 Bidang Informasi Geografis/Geomatika,
yang bertugas mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang tersebut.
Tugas tersebut sekaligus menempatkan BIG/PSKIG sebagai mirror Technical Commitee 211
International Organization for Standardization (ISO). Keanggotaan Komtek terbaru ditetapkan
melalui Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 90/KEP/BSN/5/2020 tertanggal
12 Mei 2020 tentang Penetapan Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Teknis Perumusan
Standar Nasional Indonesia 07-01 Bidang Informasi Geografi/Geomatika. Komite Teknis ini
beranggotakan 11 orang yang merupakan representasi 4 komponen/ pemangku kepentingan
yang dipersyaratkan dalam perumusan SNI, yaitu: regulator/pemerintah, konsumen, produsen,
dan akademisi/pakar.
Selain perumusan SNI, PSKIG juga memiliki tugas dan tanggungjawab untuk
menyediakan standar penyelenggaraan IG berupa regulasi atau kebijakan. Standar ini terutama
yang berfungsi mengatur penyelenggaraan IG di lingkup internal BIG sendiri, walaupun tidak
menutup pihak lain (Kementerian/Lembaga/PemerintahDaerah/masyarakat) menggunakan
regulasi ini sebagai acuan kegiatannya. Untuk perumusan standar jenis kedua ini, diperlukan
sinergi dengan Bagian Hukum - Biro Perencanaan, Kepegawaian dan Hukum, karena unit kerja
ini yang berwenang dalam menerbitkan dokumen legal lembaga. Unit kerja ini bersama-sama
dengan PSKIG dan perwakilan semua unit teknis terlibat dalam program penyusunan regulasi
lembaga sejak identifikasi, perumusan, legal drafting, uji publik, harmonisasi, hingga finalisasi
regulasi yang dilanjutkan sosialisasi dan implemetasi standard.
Hal penting yang dapat
disampaikan adalah prestasi
atas kinerja Komisi Teknis 07-
01 Bidang Geografis/Geomatika.
Komite ini dibentuk dan ditetapkan
Badan Standardisasi Nasional,
beranggotakan perwakilan
pemangku kepentingan untuk
lingkup Infomrasi Geospasial, dan
bertugas melaksanakan perumusan
SNI dan pemeliharaan SNI dalam
bidang penyelenggaraan informasi
geospasial.
Selama periode lima tahun
2015-2019, Komisi Teknis 07-
01 Bidang Geografis/Geomatika,
telah menghasilkan 35 konsensus
terhadap Rancangan Standar
Nasional Indonesia (RSNI). Seluruh kesepakatan atas RNSI tersebut ditetapkan sebagai Standar
Nasional Indonesia (SNI) oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

23
Dalam rangka pengembangan standardisasi penyelenggaraan IG, beberapa usulan
yang diharapkan dapat mempercepat proses perumusan dan mengoptimalkan implementasi
standar, yaitu:
1. Menyusun identifikasi kebutuhan standar IG dan roadmap perumusan standar dalam
jangka pendek dan menengah, dengan melibatkan seluruh stake-holder terkait (K/L/
P/M).
2. Perumusan SNI tidak hanya difokuskan kepada SNI baru, tetapi juga konsistensi
mereview SNI lama yang secara usia sudah harus dikaji ulang (5 tahun). Hal ini perlu
dilakukan agar standar tersebut tetap up to date, selaras dengan kemajuan teknologi
dan/atau kebutuhan publik. Review dilakukan dengan uji (petik) implementasi kepada
pengguna.
3. Butir 1 juga dimaknai agar penerapan standar juga mulai menjadi fokus kegiatan.
Dalam hal penerapan SNI ini, maka mekanisme yang mempertemukan/mensinkronkan
dikotomi antara skema penilaian kesesuaian standar (pada ranah per-SNI-an) dengan
skema penjaminan kualitas oleh walidata (ranah kewalidataan IG) bisa segera dibuat
dan diimplementasikan. Dalam hal ini skema “swa-deklarasi” (self-declaration) harus
digali dan diformulasikan secara formal dalam bentuk regulasi. Mekanisme penerapan
standar juga pada akhirnya akan mendorong kegairahan inisiatif pemetaan partisipatif
dari para pihak di luar walidatanya. Hal ini karena penerapan standar akan mendorong
mekanisme penjaminan kualitas sebagai salah satu skema validasi/verifikasi produk-
produk informasi geospasial dari pemetaan partisipatif.
4. Standar-standar SNI adopsi dari standar internasional (misalnya ISO) perlu dikaji
lagi terhadap keberterimaannya di Indonesia. Dalam hal ini skema adopsi modifikasi
dan pembuatan country profile Indonesia menjadi sebuah kebutuhan, agar standar
internasional tersebut applicable/implementable.
5. Walaupun Komtek 07-01 Bidang Informasi Geografi/Geomatika secara formal
menjadi mirror dari ISO/TC 211 ISO, perlu juga memperluas lingkup adopsi standar
ISO dari TC/SC yang lain, sepanjang hal tersebut masih berkaitan erat dengan dunia
informasi geospasial. Sebagai contoh adalah ISO TC 172/SC 6: Geodetic and Surveying
Instruments. Selain itu, perlu juga memperluas lingkup kemungkinan adopsi standar
internasional yang sudah teruji dan banyak dipakai di dunia internasional selain dari
ISO, seperti misalnya dari INSPIRE (Uni Eropa), IHO, dan lain-lain.
6. Standar-standar yang bersifat regulatif (misalnya Peraturan BIG), harus benar-
benar dikaji apakah memang menjadi acuan kegiatan di BIG serta secara tegas dan
eksplisit merupakan mandat peraturan perundang-undangan di atasnya. Mengingat
perumusan standar ini merupakan proses regulatif yang secara prosedural
membutuhkan waktu dan biaya cukup besar, latar belakang urgensi perumusannya
harus benar-benar merupakan hasil kajian akademis yang kuat.
7. Butir 5 juga menjadi pertimbangan untuk standar-standar teknis kegiatan
penyelenggaraan IG dapat dirumuskan dan dikemas dalam bentuk regulasi yang
lebih sederhana proses prosedural perumusannya (misalnya Keputusan Kepala BIG,
Peraturan Deputi, dan sebagainya).
24
8. Selain itu, butir 5 juga menjadi pertimbangan bahwasanya standar-standar
penyelenggaraan IG Tematik yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dapat dirumuskan bersama-sama dengan BIG selaku pembina IG nasional,
namun dikemas sebagai regulasi internal K/L/P tersebut, misalnya sebagai Peraturan
Menteri, dan sebagainya.
9. Mengingat besarnya tugas dan tanggungjawab BIG (khususnya PSKIG) terhadap
penyediaan standar penyelenggaraan IG secara nasional, maka diperlukan
sumberdaya yang memadai, misalnya dari sisi SDM (secara kualitas dan kuantitas),
serta alokasi anggaran.

25
26
27
28
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang paling penting dan sangat menentukan
dalam pembangunan sebuah negara. Negara yang maju dan modern dapat dipastikan selalu
ditopang oleh ketersediaan SDM yang unggul. SDM yang unggul ini harus dimaknai minimal
memenuhi tiga aspek keunggulan yaitu, aspek kuantitas, kualitas dan persebaran di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

29
Gambar 3.1 Pembangunan Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Bidang IG (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

30
Pertama terkait dengan kuantitas. Indonesia dengan 34 provinsi, 520 kabupaten,
lebih dari 6.000 kecamatan serta 80.000 lebih kelurahan/desa, tentu memerlukan SDM yang
memahami tentang wilayah secara spasial, memahami permasalahan-permasalahan tentang
keruangan. Asumsi sederhana yang dikembangkan jika seorang SDM IG harus melayani 2
sampai dengan 3 desa, sudah dapat dibayangkan berapa jumlah sumberdaya manusia yang
harus tersedia untuk mengelola penyelenggaraan informasi geospasial di negara ini. Hasil
perhitungan yang dituangkan dalam buku ini merupakan jumlah minimal SDM bidang IG
yang harus tersedia di Indonesia agar penyelenggaraan informasi geopasial mulai dari
proses pengumpulan DG, pengolahan DG dan IG, penyimpanan dan pengamanan DG dan IG,
penyebarluasan IG, serta penggunaan informasi geospasial secara luas menjadi semakin baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua, pembahasan tentang SDM tentu tidak hanya sekedar bicara jumlah, tetapi
tuntutan undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang IG menegaskan bahwa data dan
informasi geospasial harus berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Mandat ini dapat
dilaksanakan jika penyelenggaraan IG dilakukan oleh tenaga yang profesional. Artinya
pekerjaan penyelenggaraan IG mulai dari proses pengumpulan hingga penggunaan informasi
geospasial harus dilaksanakan dengan metode dan teknik yang terukur dengan standar yang
tertelurus dan dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi kualifikasi tertentu. Dalam hal ini
Standar Kopetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Informasi Geospasial telah disusun
dan telah mengalami serangkaian proses perbaikan, peningkatan mutu dan penyempurnaan.
Ketiga, selain kuantitas dan kualitas yang menjadi pokok permasalahan di negeri ini
adalah persebaran SDM IG. Hingga saat SDM IG di Indonesia umumnya masih terkonsentrasi
di wilayah Jakarta-Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung. Ketersediaan SDM IG di daerah
luar Pulau Jawa masih sangat jauh dari mencukupi. Memperhatikan hal teserbut, maka SDM IG
perlu segera dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dan
penyelenggaraan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu Road Map pengembangan
SDM bidang Informasi Geospasial (IG) 2019-2024 ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang peta jalan (road map) pengembangan SDM bidang IG nasional.
Sebagaimana disebutkan di atas, SKKNI IG telah mengalami proses perbaikan, peningkatan
mutu dan penyempurnaan. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan kompetensi SDM IG yang
semakin tinggi seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan industri.
Secara historis, SKKNI bidang IG pertama kali ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja pada tahun
2007.

31
Gambar 3.1 Perkembangan Perumusan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Informasi Geospasial
(Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

32
Dalam perkembangannya, substansi SKKNI tahun 2007 sudah tidak mampu lagi memenuhi
kompetensi yang dibutuhkan dunia industri, sehingga dilakukan kaji ulang pada tahun 2013.
Empat tahun kemudian yaitu tahun 2017, SKKNI IG mengalami proses kaji ulang ke dua sebagai
respon terhadap berbagai masukan dari para pemangku kepentingan untuk penyempurnaan
SKKNI IG. Pada tahun 2017 pula, untuk pertama kalinya SKKNI IG diimplementasikan dalam
kegiatan sertifikasi kompetensi SDM IG setelah Kepala BIG menetapkan kebijakan kewajiban
kepemilikan sertifikat kompetensi bagi SDM IG yang bekerja di industri penyedia jasa yang
melaksanakan pekerjaan IG.
Implementasi SKKNI IG pada tahun 2017 ini memberikan umpan balik yang sangat
massif terhadap substansi SKKNI IG terutama dalam hal kesesuaiannya dengan kebutuhan riil
di industry IG.
Setelah dilakukan review dan penelaahan terhadap data dan informasi yang dikumpulkan
selama proses implementasi SKKNI IG, ditambah lagi untuk mengakomodir kompetensi IG dari
sektor lain, maka pada akhirnya SKKNI IG dikaji ulang kembali pada tahun 2019. Proses kaji
ulang tersebut sudah pada tahap akhir, yaitu tahap konvensi yang akan dilaksanakan pada
pertengan bulan Oktober 2019.
Proyeksi kebutuhan SDM IG di Indonesia pada buku ini dilakukan dengan pendekatan
gap analisis dengan menggunakan asumsi-asumsi terkait obyek yang dihitung sebagai atribut
SDM IG, yaitu terkait dengan posisi, ukuran, jumlah wilayah administratif, skala, dan jenis
pekerjaan proses penyelengaraan IG. Namun untuk memperkuat analisis juga dilengkapi
dengan kajian yang menampilkan perkembangan dan permasalahan SDM IG yang terjadi
sekarang ini dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan ideal SDM IG secara nasional, serta
mempertihtungkan tatangan-tantangan regional. Buku ini diharapkan menambah khazanah
tentang kemajuan kompetensi tenaga profesional bidang IG yang telah dilakukan oleh
beberapa negara. Harapannya terjadi penguatan daya saing SDM IG secara simultan dengan
mengedepankan pemenuhan standar, kompetensi soft skill, dan sertifikasi baik yang berlaku di
pasar nasional, regional maupun dunia.

33
34
ANALISIS DAN STRATEGI MENGHADAPI MRA ON SURVEYING
a.Percepatan Implementasi
Analisis:
Hasil pertemuan antar pimpinan ASEAN mengindikasikan bahwa MRA ASEAN termasuk di
dalamnya MRA on Surveying harus dipercepat implementasinya. MRA on Surveying sudah pada
tahap penyusunan dokumen Assessment Statement yang sudah direview oleh delegasi AMS.
Dokumen Assessment Statement ini diperkuat oleh hasil koordinasi harmonisasi pendidikan
surveying ASEAN yang dilakukan oleh delegasi Indonesia, yang menyatakan bahwa pendidikan
surveying di ASEAN memiliki struktur kurikulum yang setara. Oleh karena itu, pertemuan MRA
on Surveying yang akan datang diperkirakan akan lebih mendetilkan sistem MRA on Surveying
sampai pada detil mobilitas MNP.
Strategi:
Indonesia harus mempersiapkan konsep sistem yang didasarkan pada kondisi strategis
sistem surveying di Indonesia.

b.Peluang dan Tantangan


Analisis:
Dunia jasa surveying di Indonesia saat
ini merupakan bidang usaha yang sedang
tumbuh dan berkembang sangat pesat
yang membawa peluang dan tantangan.
Hal ini seiring dengan geliat pembangunan
infrastruktur fisik yang menjadi prioritas
pemerintah saat ini dan semakin tingginya
kesadaran geospasial para pemangku
kepentingan pembangunan, baik
kementerian, lembaga, pemerintah daerah
dan pusat. Jasa surveying dibutuhkan
hampir sebagian besar pembangunan infrastruktur fisik, perencanaan wilayah, pemetaan, dan
lain-lain. Oleh karena itu dapat dianalisis bahwa pasar jasa surveying terbesar di ASEAN adalah
Indonesia. Pasar jasa yang besar akan membutuhkan jumlah surveyor yang besar pula.
Peluang: Kesempatan menjalin kerjasama dengan AMS dalam meningkatkan skill dan
penguasaan teknologi surveying untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Tantangan: Surveyor asing dari ASEAN akan membanjiri pasar jasa surveying Indonesia
Strategi:
Peningkatan mutu SKKNI dan KKNI IG, Penguatan lembaga pendidikan dan diklat agar
dapat menghasilkan tenaga surveyor nasional yang cukup dan kompeten, Penguatan sistem
akreditasi dan sertifikasi bidang IG, Penyiapan perangkat hukum yang masih longgar di bidang
surveying.

35
c.Penguatan Lembaga AFLAG (ASEAN Federation of Land Surveying and Geomatics)
Analisis
Pada bab terdahulu disebutkan bahwa AFLAG akan diikutsertakan dalam sekretariat
MRA on Surveying. Hal ini akan membawa implikasi semakin kuat dan strategisnya posisi
AFLAG dalam MRA on Surveying. Selama ini AFLAG telah hadir sebagai wadah komunikasi
dan bersatunya surveyor ASEAN, baik yang ada di pemerintahan maupun di sektor swasta.
Pertukaran pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, teknologi, dll.
Strategi
Indonesia sebaiknya mempertimbangkan untuk aktif dalam lembaga AFLAG, baik wakil
dari pemerintah maupun swasta. Saat ini ada 2 wakil Indonesia yang aktif di Council AFLAG
yaitu Bpk Sugeng Prijadi mewakili BIG, dan wakil dari APSPIG yang saat ini duduk sebagai
AFLAG Vice President, yaitu Bpk Adi Ruchiyatan dari PT. Narcon. Menjelang masa purnabakti
Bpk Sugeng Prijadi, sebaiknya dipikirkan untuk menyiapkan pengganti beliau untuk duduk di
Council AFLAG.

d.Penyiapan IMC (Indonesian Monitoring Committee)


Analisis
Percepatan implementasi MRA tentu akan diawali dengan pengiriman nama-nama
Profesional Surveyor bersertifikat ke tingkat ASEAN yang dipersiapkan untuk dapat bekerja
di negara AMS lainnya. Sebagaimana pengalaman dari MRA on Engineering, disana dibentuk
Committee di masing masing AMS yang bertanggungjawab dalam melakukan monitoring
tenaga profesional yang diajukan menjadi profesional ASEAN, yang disebut dengan Indonesian
Monitoring Committee (IMC).
Strategi
BIG sudah harus merancang IMC dan calon-calon yang akan duduk di lembaga tersebut.

Bervariasinya definisi pekerjaan surveyor antara Negara-negara anggota ASEAN menjadi


hambatan sekaligus tantangan untuk menwujudkan MRA di bidang surveyor. Dengan luasnya
definisi luas pula jenis pekerjaan yang harus dihadapi. Selain kesempatan dalam hal lapangan
pekerjaan, MRA juga membuka kesempatan SDM surveyor nasional untuk dapat menimba ilmu
di Negara anggota ASEAN lainnya. SKKNI sebagai acuan standar kualifikasi profesi surveyor
perlu disiapkan untuk nantinya diharmonisasi di tingat ASEAN.
Semakin dekatnya waktu implementasi MRA on Surveying, Indonesia yang diwakili
BIG harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya dalam semua aspek agar Indonesia dapat
berperan aktif dan mendapatkan manfaat yang positif.

36
37
MOU BIG - BNSP - KAN
1.ONE CERTIFICATE POLICY
Dalam rangka harmonisasi sistem akreditasi dan sertifikasi tersebut, telah dilaksanakan
penandatanganan Kesepahaman Bersama antara BIG, KAN, dan BNSP pada tanggal 17
Oktober 2017 disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Penandatanganan
Kesepahaman Bersama tersebut diarahkan untuk inisiasi terciptanya model Kebijakan
Satu Sertifikat (One Certificate Policy) dalam bidang Informasi Geospasial. Roadshow ke
kementerian dan lembaga yang bersinggungan dengan IG serta pra-workshop sebagai bagian
dari inventarisasi kebutuhan tenaga profesional IG dalam pelaksanaan Kebijakan Satu Sertifikat
telah dilakukan. Penandatangan Kesepahaman Bersama oleh kementerian dan lembaga yang
bersinggungan dengan IG tentang Kebijakan Satu Sertifikat juga telah dilakukan sebagai
langkah awal dalam implementasi Kebijakan Satu Sertifikat.
Dukungan dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas mutlak dibutuhkan dalam
kegiatan percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Sertifikat.
Dalam melaksanakan Kebijakan satu peta diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Akademisi harus menyiapkan kurikulum yang mengadopsi SKKNI dan KKNI sesuai
dengan kebutuhan industri sehingga tercipta standar kurikulum perguruan tinggi
penyelenggara IG dan menghasilkan lulusan yang siap kerja di industri IG
2. Sebaiknya dalam mata kuliah keprofesian dimasukan ke dalam kurikulum perguruan
tinggi
3. SKKNI dan KKNI telah ditetapkan namun dalam implementasinya masih perlu dikaji
4. Usulan untuk melakukan pembahasan dengan sektor-sektor yang bersinggungan
5. Terdapat 34 direktorat teknis di KLHK yang terkait dengan IG. Sampai saat ini KLHK
belum mewajibkan SDM tersertifikasi untuk pihak ke 3 terutama pelaku IG. Saat ini
ada 3 SKKNI yang bersinggungan dengan IG, namun perlu dibahas harmonisasi
terhadap implementasi OCPnya.
6. IG menjadi kompetensi pendukung dalam kegiatan di ESDM, namun pekerjaan
pemetaan di ESDM dilakukan secara swakelola. ESDM sepakat dan pendukung
inisiasi OCP namun akan cenderung ke sertifikasi ASN. Perlu adanya pelatihan
untuk mengejar standar kompetensi yang diperlukan. Bisa dilakukan dalam bentuk
kerjasama diklat
7. Pembahasan detil masing-masing sektor akan dilakukan sebagai tindak lanjut
kesepakatan OCP.
8. Dengan adanya UU Jasa Konstruksi yang baru, kedepannya LPJK tidak akan melakukan
sertifikasi. Kedepannya sertifikasi akan dilakukan oleh LSP
9. Lisensi dan sertifikasi profesi merupakan hal yang berbeda. Contohnya dalam profesi
dokter, sertifikat profesi adalah yang didapatkan dokter setelah lulus sementara
lisensi merupakan ijin praktek
10. Penyusunan KKNI seharusnya diawali dengan pemetaan kebutuhan yang ada di
lapangan

38
2.TINDAK LANJUT MOU
• Pelatihan Asesor
• Kewajiban Sertifikasi Bagi SDM IG
Untuk pekerjaan BIG tahun anggaran 2018 yang dikerjakan oleh pihak ketiga, BIG
mewajibkan setiap SDM IG yang melaksanakan kegiatan tersebut untuk bersertifikat kompetensi
bidang IG. Hal ini dimaksudkan agar hasil pekerjaan/produk dari BIG dapat berkualitas karena
dikerjakan oleh SDM yang telah terjamin kualitasnya melalui sertifikasi profesi.
Ada 5 LSP bidang IG yang sudah akreditasi atau sudah mendapatkan lisensi dari BNSP
dan mendapat pengakuan dari BIG, yaitu :
1. LSP Survei Pemetaan ISI
2. LSTP MAPIN
3. LSP Geoprof
4. LSP Geospasial
5. LSP Geomatika
SDM IG yang akan melaksanakan pekerjaan di BIG wajib melakukan sertifikasi di salah
satu LSP diatas.
BIG juga mengeluarkan suatu nota dinas terkait pelaksanaan sertifikasi yaitu Nota
Dinas Nomor B-15.4/SKIG/IIG.02.03/2/2018. Di dalam nota dinas tersebut ASN BIG yang
melaksanakan supervisi untuk pekerjaan BIG juga dihimbau untuk melakukan sertifikasi dalam
jabatan supervisor, hal ini untuk menjamin kualitas sebagai supervisor. Selain pihak ketiga yang
melaksanakan kegiatan sudah terjamin kualitasnya dengan sertifikasi, ASN yang bertindak
sebagai supervisor pun terjamin kualitasnya dengan sertifikasi. Hal ini merupakan suatu
langkah yang tepat untuk menghasilkan suatu produk IG yang berkualitas.

39
40
41
42
Penyelenggaraan Informasi Geospasial (IG) memerlukan keterlibatan seluruh pemangku
kepentingan di pusat maupun daerah. Pengelolaan IG yang tertib, terukur, terintegrasi, dan
berkesinambungan serta berdayaguna, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011
tentang Informasi Geospasial sangat dibutuhkan. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014
tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) merupakan landasan hukum baru
bagi penyelenggaraan jaringan informasi geospasial di pusat dan daerah. Penyelenggaraan
IG diwadahi dalam lembaga yang disebut sebagai Simpul Jaringan (SJ). SJ berperang dalam
produksi serta pengelolaan dan penyebarluasan IG.
Pada tahun 1987, pembangunan IG di Indonesia muncul angin segar dengan diterbitnya
Peraturan Presiden nomor 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). Perpres
tersebut menjadi tonggak sejarah dalam pengelolaan data spasial di Indonesia secara nasional.
Untuk memperkuat perpres tersebut diperbarui dengan Perpres nomor 27 tahun 2014 tentang
JIGN. Salah satu aspek penting yang ada dalam Perpres yang baru adalah kewajiban semua
Kementerian dan Lembaga di tingkat pusat dan pemerintah daerah untuk membangun SJ.

43
Simpul jaringan (SJ) adalah institusi yang bertanggung jawab dalam kegiatan
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan, pengamanan dan penyebarluasan
data geospasial (DG) dan informasi geospasial (IG) tertentu. SJ merupakan istilah yang relatif
baru dalam kegiatan penyelenggaraan DG dan IG, digunakan secara resmi pertama kali melalui
Peraturan Presiden nomor 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN).
Peraturan Presiden ini kemudian diperbaiki melalui Peraturan Presiden nomor 27 tahun 2014
tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN). Dalam dunia internasional, JDSN dan
JIGN dikenal sebagai Infrastruktur Data Spasial Nasional.
Indonesia termasuk dalam negara pengadopsi awal konsep IDS (Masser, 1997). Hal ini
ditunjukkan dengan kegiatan koordinasi nasional melalui pertemuan rutin Sistem Informasi
Geografis Nasional (SIGNas) yang dimulai sejak tahun 1990. Namun demikian, perkembangan
pembangunan IDS pada tingkat pemerintah daerah dan kementerian/lembaga masih belum
menggembirakan. Jumlah SJ yang terhubung pada portal geospasial nasional masih sedikit,
sekitar 10% dari jumlah SJ yang seharusnya terbangun sesuai dengan amanat Perpres 27/2014.
Mengingat hal tersebut, perlu dilakukan upaya terencana dan terpadu antar berbagai pemangku
kepentingan.
Dalam kerangka nasional BIG bersama kementerain dan lembaga terkait melakukan
perencanaan pembangunan SJ secara nasional. Proses pembangunan SJ terbit memerlukan
panduan dalam bentuk roadmap yang memuat secara rinci program-program yang
perlu dilaksanakan untuk mempercepat pembangunan SJ. Roadmap ini disusun dengan
mempertimbangkan situasi terkini di pemerintah daerah terkait dengan pembangunan SJ,
Pertimbangan lain adalah kemampuan pendanaan dan ketersediaan sumber daya manusia
di BIG dalam melaksanakan kegiatan pembinaan dan pendampingan pembangunan SJ.
Keberadaan Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPIDS) di berbagai universitas
dipandang penting dan strategis dalam turut mempercepat pembangunan SJ.
Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
pembangunan simpul jaringan dijelaskan sebagaimana dalam gambar 4.1.; 4.2, 4.3, 4.4. dan
4.5. menunjukkan tentang indikator terhadap capaian. kegiatan simpul periode 2015-2019.

44
Gambar 4.1 Time Series Capaian kegiatan simpul periode 2015-2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

45
Gambar 4.2 Kondisi Status Simpul Jaringan Per Desember 2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

46
Gambar 4.3 Status Simojang Pusat SKIG Per Desember 2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

47
Gambar 4.4 Status Perda dan Simpul Kementerian dan Lembaga Per Desember 2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

48
Gambar 4.5 Tim Series Kondisi PPIDS/PPIIG Per Desember 2019 (Sumber : Outlook PSKIG Tahun 2019)

49
50
51
BHUMANDALA AWARD 2014
Salah satu amanat Undang-Undang Informasi Geospasial adalah bahwa Informasi
Geospasial yang sudah dibangun oleh berbagai pihak harus bisa diakses secara mudah oleh
masyarakat. Sarana yang menyambungkannya disebut Simpul Jaringan.
Dalam rangka inilah, maka BIG bersama berbagai Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah sedang membangun infrastruktur geospasial yang meliputi aspek Kelembagaan,
Kebijakan, Sumber Daya Manusia, Teknologi, Standar dan Data Geospasial.
Infrastruktur ini terwujud dalam jaringan informasi geospasial nasional, yaitu sebuah
jaringan yang menghubungkan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah sebagai simpul
jaringan, dengan Badan Informasi Geospasial sebagai penghubung simpul-simpul jaringan ini.
Melalui jaringan inilah maka informasi geospasial dapat diakses dan dibagi-pakaikan kepada
para pengguna.
Belum semua Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah menjadi bagian
atau menjadi simpul dari jaringan geospasial
ini. Untuk menghargai upaya membangun
simpul jaringan geospasial ini, maka pada
kesempatan ini dianugerahkan Bhumandhala
Award kepada Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang dinilai terbaik
dalam upayanya mempersiapkan diri dan
membangun simpul jaringan.
Metode yang digunakan untuk menilai
simpul-simpul jaringan tersebut, yaitu
dengan melakukan pemantauan online dan
pengiriman panduan I-SRI (Indonesia-Spatial
Data Infrastructure Readiness Index) kepada
semua responden (simpul), serta dalam
pemanfaatan Ina-geoportal. Pemantauan online dilakukan dengan menilai aspek kartografis,
geometris dan berbagi-pakai dalam format, jumlah ataupun kemudahan akses online. Waktu
yang diperlukan untuk penilaian adalah selama 1 (satu) tahun sebelum penghargaan dilakukan.
Sejumlah nominator (nominee) didapatkan pada tingkat Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah. Diharapkan para nominee ini akan menjadi role model bagi simpul-simpul
jaringan lainnya di Indonesia. Pemantauan tetap akan dilakukan selama satu tahun ke depan
untuk para nominee untuk melihat perkembangan implementasi simpul jaringannya.

52
Para nominee Bhumandala Award dalam kategori Pembangunan Simpul Jaringan semua
diberikan Piagam Penghargaan, yaitu terdiri dari :
A. Kementerian dan Lembaga
1. Kementerian Kehutanan pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan.
2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Pusat Data, Informasi dan Humas
(Pusdatinmas).
3. Kementerian Pekerjaan Umum pada Balai Pemetaan Tematik Prasarana Dasar.

B. Provinsi
4. Pemerintah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
5. Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan
6. Pemerintah Provinsi Jawa Barat

C. Kabupaten/Kota
7. Pemerintah Kota Makasar
8. Pemerintah Kabupaten Bantul
9. Pemerintah Kota Samarinda
10. Pemerintah Kabupaten Sumbawa
11. Pemerintah Kota Tangerang
12. Pemerintah Kota Banda Aceh

Selain berdasarkan I-SRI, maka dianugerahkan juga kepada K/L dan Pemda dalam
pembangunan simpul jaringan yang akhir-akhir ini terpantau sudah melakukan penguatan dari
berbagai aspek infrastruktur data spasial dalam mengimplementasikan pembangunan simpul
jaringannya yaitu dengan kategori Favorit, yaitu
13. Kementerian Perhubungan pada Pusat Data dan Informasi
14. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
15. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
Dan yang memperoleh nilai tertinggi mendapatkan Bhumandala Award yaitu tingkat
Kementerian/Lembaga dianugerahkan kepada Kementerian Kehutanan dan tingkat Provinsi
kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Penganugerahan dilaksanakan pada 21 April 2014
pada rangkaian Pekan Geospasial Nasional dalam rangka memperingati Hari Bumi April 2014,
di Kantor BIG Cibinong.

53
BHUMANDALA AWARD 2016

Simpul Jaringan Terbaik


Provinsi Terbaik I Provinsi Kalimantan Timur
Terbaik II Provinsi DKI Jakarta
Terbaik III Provinsi Jawa Barat
Terbaik IV Provinsi Kalimantan Selatan
Terbaik V Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten / Terbaik I Kabupaten Sampang
Kota Terbaik I Kota Depok
Terbaik II Kabupaten Pidiejaya
Terbaik II Kabupaten Banda Aceh
Terbaik III Kabupaten Kulon Progo
Terbaik III Kota Semarang
Terbaik IV Kabupaten Purworejo
Terbaik IV Kota Bontang
Terbaik V Kabupaten Bantul
Terbaik V Kota Balikpapan
Kementerian / Terbaik I Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lembaga (PUPR)
Terbaik II Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Terbaik III Kementerian Agraria dan tata Ruang / Badan Pertanahan
nasonal (ATR/BPN)
Terbaik IV Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
Terbaik V Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Simpul Jaringan Berkembang
Kabupaten - Kabupaten Sleman
Provinsi - Provinsi Kalimantan Utara

54
55
Geo Innovation Bootcamp 2017
Terbukanya akses terhadap data/informasi geospasial akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan data/informasi geospasial untuk berbagai macam
kepentingan. Aspek pemanfaatan IG (hilirisasi IG) merupakan bagian sangat penting dalam
rangkaian penyelenggaraan IG yang memiliki peluang besar dalam pengembangan industri IG
nasional. BIG sebagai koordinator penyelenggaraan informasi geospasial mendorong institusi
pemerintah maupun pengguna IG untuk mandiri secara geospasial. Kemandirian ini diwujudkan
dengan pengembangan inovasi teknologi berbasis spasial guna memudahkan permasalahan
terkait keruangan. BIG memandang perlu melaksanakan kegiatan Geo- innovation Bootcamp
2017 untuk menemukan potensi
inovator muda dalam rangka
kemandirian geospasial. Apresiasi
kegiatan ini diberikan pada saat
puncak perayaan hari informasi
geospasial pada tanggal 24
Oktober 2017.

56
57
BHUMANDALA AWARD 2018
Simpul Jaringan Terbaik
Provinsi Bhumandala Provinsi DKI Jakarta
Kanaka
Bhumandala Rajata Provinsi D.I. Yogyakarta
Bhumandala Rajata Provinsi Sumatera Selatan
Bhumandala Rajata Provinsi Kalimantan Timur
Bhumandala Ariti Provinsi Lampung
Bhumandala Ariti Provinsi Kalimantan Selatan
Kabupaten / Bhumandala Kota Manado
Kota Kanaka
Bhumandala Kabupaten Sleman
Kanaka
Bhumandala Rajata Kota Bontang
Bhumandala Rajata Kabupaten Kolaka
Bhumandala Ariti Kabupaten Banyuasin
Bhumandala Ariti Kabupaten Sragen
Bhumandala Ariti Kabupaten Kulon Progo
Kementerian / Bhumandala Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lembaga Kanaka (PUPR)
Bhumandala Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kanaka (KLHK)
Bhumandala Rajata Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
Bhumandala Rajata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG)
Bhumandala Rajata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Bhumandala Ariti Kementerian Pertanian (Kementan)
Bhumandala Kencana
Geoportal Kementerian/ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Terbaik Lembaga (ESDM)
Kab/Kota Kabupaten Sleman
Provinsi Provinsi D.I. Yogyakarta
Pemanfaatan Kab/Kota Kota Manado
Simpul Provinsi Provinsi Sumatera Selatan
Jaringan Kementerian/ Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Terbaik Lembaga (BMKG)

58
59
60
61
62
DAFTAR ACUAN
1. Badan Informasi Geospasial, (2015). Rancangan Rencana Strategis Badan Informasi
Geospasial Tahun 2015-2019
2. Badan Informasi Geospasial (2018). Keputusan Kepala BIG Nomor 64 Tahun 2018 Tentang
Rencana Strategis Tahun 2015-2019
3. Badan Informasi Geospasial (2016). Otlook Pusat Stadardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial Tahun 2015
4. Badan Informasi Geospasial (2017). Otlook Pusat Stadardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial Tahun 2016
5. Badan Informasi Geospasial (2018). Otlook Pusat Stadardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial Tahun 2017
6. Badan Informasi Geospasial (2019). Otlook Pusat Stadardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial Tahun 2018
7. Badan Informasi Geospasial (2020). Otlook Pusat Stadardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial Tahun 2019
8. Suprajaka, Aris Haryanto, Anita Silalahi, Nanda Noor, Adi Pradana (2018) Arah Kelembagaan
Informasi Geospasial Mendukung Pemerataan Pembangunan, Bappenas Working Papers
Vol II No. 1 – Maret 2019
9. Suprajaka (2019), Kinerja Simpul Jaringan Indonesia 2018 (editor), https://www.big.go.id/
uploads/ebook/EBookGeospasial/30/FAIsiKinerjaSJ.pdf
10. Suprajaka, Sumaryono (2019) Roadmap Pengembangan SDM Bidang Informasi Geospasial
2019- 2024 (editor), https://www.big.go.id/uploads/ebook/EBookGeospasial/38/Roadmap
pengembangansdmbidanginformasigeospasial2019-2024.pdf
11. Suprajaka (2019). Pembangunan dan Pembinaan Pusat Pengembangan Infrastruktur
Informasi Geospasial 2005- 2019 (Editor), https://www.big.go.id/uploads/ebook/
EBookGeospasial/32/25.FAIsi_ProfilPPIIG.pdf
12. Suprajaka (2019). 27 Inovasi Pemanfaatan Informasi Geospasial (Editor). https://www.big.
go.id/uploads/ebook/EBookGeospasial/31/FAIsiinovasi_11okt19.pdf
13. Suprajaka, Sumaryono (2019). Akreditasi & Lisensi Lembaga Sertifikasi Profesi dan
Sertifikasi Person Bidang Informasi Geospasial (Editor), https://www.big.go.id/uploads/
ebook/EBookGeospasial/37/AkreditasiLisensi.pdf
14. Suprajaka Amin Widada Lestaria (2019) Kamus Istilah Informasi Geospasial (Editor), https://
www.big.go.id/uploads/ebook/EBookGeospasial/34/kamusistilah.pdf

63
DAFTAR ISTILAH
Akreditasi, merupakan penetapan dari pihak ketiga berkaitan dengan pembuktian formal
lembaga penilaian kesesuaian yang memiliki kompetensi untuk melakukan tugas penilaian
kesesuaian tertentu. Lembaga yang melakukan akreditasi disebut dengan badan akreditasi.
Akreditasi merupakan aspek penting dari apa itu sertifikasi. Badan akreditasi bertanggung
jawab untuk menyelidiki dan menilai apakah program yang diberikan efektif dalam pengajaran
dan pelatihan. Jika program menerima akreditasi, itu dianggap sah dan judul "terakreditasi"
akan ditampilkan di situs webnya.

Badan Informasi Geospasial (BIG), merupakan lembaga pemerintah non-kementerian yang


sebelumnya bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial.

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) merupakan lembaga independen yang


melaksanakan tugas untuk menjamin mutu kompetensi dan pengakuan tenaga kerja pada
seluruh sektor bidang profesi di Indonesia melalui proses sertifikasi kompetensi kerja bagi
tenaga kerja, baik yang berasal dari lulusan pelatihan kerja maupun dari pengalaman kerja

Badan Standarisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga pemerintah non-kementerian


Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi dan penilaian
kesesuaian di Indonesia.

Badan Usaha/jasa adalah badan usaha/jasa milik negara, badan usaha/jasa milik daerah, atau
badan usaha/jasa yang berbadan hukum.

Bhumandala Award, merupakan kegiatan rutin 2 tahunan yang diselenggarakan oleh


Badan Informasi Geospasial yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014. Penghargaan
Bhumandala diberikan Sebagai salah satu wujud implementasi pembinaan yang dilakukan
oleh BIG sebagai Penghubung Simpul Jaringan (PSJ) kepada seluruh Simpul Jaringan informasi
geospasial yang ada dari mulai tingkat pusat sampai daerah. Tujuan untuk memberikan apresiasi
kepada Kementerian/Lembaga, TNI, Polri maupun Pemda Pemerintah Daerah yang berhasil
mengembangkan simpul jaringan secara optimal melalui pelaksanaan 5 elemen Infrastruktur
Informasi Geospasial dalam tata kelola pemerintahannya.

Data Geospasial, yang selanjutnya disingkat DG, adalah data tentang lokasi geografis, dimensi,
atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam, dan/atau buatan manusia yang berada di
bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.

Format adalah standar satuan/ukuran yang digunakan secara umum oleh masyarakat luas.

Forum Satu Data Indonesia adalah wadah komunikasi dan koordinasi instansi pusat dan/atau
instansi daerah untuk penyelenggaraan Satu Data Indonesia.

Geoportal adalah portal khusus yang berhubungan dengan layanan pencarian dan penggunaan
data spasial melalui media internet.

64
Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak,
dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi
yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.

Informasi Geospasial, yang selanjutnya disingkat IG, adalah DG yang sudah diolah sehingga
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.

Informasi Geospasial Dasar, yang selanjutnya disingkat IGD, adalah IG yang berisi tentang
objek yang dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan
tidak berubah dalam waktu yang relatif lama.

Infrastruktur Data Spasial, yang selanjutnya disingkat IDS, merupakan sebuah usaha
terkoordinasi untuk memfasilitasi pencarian, tukarguna, berbagi dan pemanfaatan data (dan
informasi geospasial) oleh para pengguna data spasial.

Infrastruktur Informasi Geospasial, yang selanjutnya disingkat IIG, adalah sarana dan
prasarana yang digunakan untuk memperlancar penyelenggaraan IG.

Informasi Geospasial Tematik, yang selanjutnya disingkat IGT, adalah IG yang menggambarkan
satu atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD.

Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota
yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah,
dan lembaga teknis daerah.

Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan


lembaga negara, kesekretariatan lembaga nonstruktural, dan lembaga pemerintah lainnya.

Jaringan Informasi Geospasial Nasional, yang selanjutnya disingkat JIGN, adalah suatu
sistem penyelenggaraan pengelolaan IG secara bersama, tertib, terukur, terintegrasi, dan
berkesinambungan serta berdaya guna. JIGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai dan
penyebarluasan IG.

Kebijakan Satu Peta, yang selanjutnya disingkat KSP, adalah arahan strategis dalam
terpenuhinya satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis
data, dan satu geoportal pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000.

Kelembagaan, merupakan sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu.

Kewenangan Akses adalah kewenangan yang dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden,
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas, Kepala Badan Informasi Geospasial, menteri atau pimpinan lembaga,
gubernur dan bupati/wali kota untuk melakukan akses terhadap IG melalui JIGN atau tanpa
JIGN.

65
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan kerangka penjenjangan
kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam
suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai
sektor pekerjaan. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait
dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian
kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang dimiliki Indonesia untuk
menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif.

Kriteria, merupakan aturan sebagai dasar penilaian atau penetapan ukuran-ukuran yang
dipakai dalam mempertimbangkan atau menentukan sesuatu.

Komisi Teknik 07-01, adalah Komite yang dibentuk dan ditetapkan Badan Standardisasi
Nasional, beranggotakan perwakilan pemangku kepentingan untuk lingkup Infomrasi
Geospasial, dan bertugas melaksanakan perumusan SNI dan pemeliharaan SNI dalam bidang
penyelenggaraan informasi geospasial

Komite Akreditasi Nasional (KAN), meruprakan lembaga di bawah dan bertanggungjawab


kepada Presiden Republik Indonesia dengan tugas utama memberikan akreditasi kepada
Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)

Kompetensi, seseorang mampu melakukan pekerjaan atau tugas tertentu, menunjukkan bahwa
mereka memahami dan mengikuti arahan di tempat kerja. Seorang individu yang disertifikasi
dianggap memiliki kinerja yang kompeten ketika pedoman yang ditetapkan dalam sertifikat
menjelaskan dan menunjukkan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu.
Seseorang yang tidak bersertifikat dianggap tidak terlatih atau tidak terampil, menunjukkan
bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan yang ada.

Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) merupakan lembaga yang melakukan kegiatan dengan
proses penilaian terhadap barang, jasa, sistem proses atau personal sesuai dengan kriteria dan
memenuhi persyaratan acuan.

Metadata adalah informasi singkat atas data spasial yang berisi identifikasi, kualitas, organisasi
acuan, entitas, distribusi, sitasi, waktu, dan acuan data.

Norma, merupakan aturan maupun ketentuan yang sifatnya mengikat suatu kelompok orang
didalam masyarakat. Dimana norma diterapkan sebagai panduan, tatanan, dan juga pengendali
tingkah laku yang sesuai.

Pembina Data adalah instansi pusat yang diberi kewenangan melakukan pembinaan terkait
data atau instansi daerah yang diberikan penugasan untuk melakukan pembinaan terkait data.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom,
terdiri atas gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah.

66
Pengguna adalah setiap orang yang menggunakan perangkat lunak pengolah DG dan IG yang
bersifat bebas dan terbuka.

Pengguna Data adalah Instansi Pusat, Instansi Daerah, perseorangan, kelompok orang, atau
badan hukum yang menggunakan data.

Penyelenggaraan IG adalah pembuatan IG yang dilakukan melalui kegiatan pengumpulan


DG, pengolahan DG dan IG, penyimpanan DG dan IG, pengamanan DG dan IG, penyebarluasan
DG dan IG, dan penggunaan IG

Pedoman, merupakan ketentuan dasar yang dapat memberikan arah bagaimana sesuatu
harus dilakukan

Peraturan, merupakan acuan yang dibuat dan dilaksanakan oleh individu atau kelompok agar
tercipta suatu kondisi yang tertib, teratur, kondusif. Tatatan atau petunjuk, kaidah, ketentuan
yang dibuat untuk mengatur.

Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia, yang berada di
atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan
skala tertentu.

Peta Rupabumi Indonesia adalah


peta dasar yang memberikan informasi
secara khusus untuk wilayah darat.

Portal Satu Data Indonesia adalah


media bagi pakai data di tingkat
nasional yang dapat diakses melalui
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.

Produsen Data adalah unit pada


instansi pusat dan instansi daerah
yang menghasilkan data berdasarkan
kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Satu Data Indonesia adalah kebijakan


tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan
dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antarinstansi pusat
dan instansi daerah melalui pemenuhan standar data, metadata, interoperabilitas data, dan
menggunakan kode referensi dan data induk.

Sertifikasi, memberikan bukti kepada bisnis atau organisasi yang telah berhasil lulus ujian
atau ujian, membuktikan fakta kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
tertentu.

67
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah pedoman yang sangat
berguna untuk seseorang yang mempunyai profesi tertentu yang diperlukan untuk mengetahui
seberapa besar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan
tertentu. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini memiliki dua model penyusunan
yaitu Modal Occupational Skills Standard (MOSS) dan Regional Model Competency Standard
(RMCS). Model MOSS merupakan model penyusunan yan berdasarkan jabatan sedangkan
RMCS adalah model penyusunan yang menggunakan fungsi dari proses kerja suatu kegiatan
usaha/industri.

Sumberdaya Manusia, (SDM) pada prinsipnya berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak, pemikir, perencana dan pelaksana kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi atau lembaga

Spesifikasi Teknis, atau biasa disebut spesifikasi (specifications) adalah uraian secara
terperinci tentang persyaratan atau kriteria-kriteria atas barang dan jasa yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan. Spefisikasi teknis angat berkaitan erat dengan aspek kualitas pekerjaan, oleh
karena itu harus dibuat dengan sedetail dan seakurat mungkin sesuai kebutuhan untuk proyek
yang hendak dibangun.

Simpul Jaringan adalah institusi yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan


pengumpulan, pemeliharaan, pemutakhiran, penggunaan, dan penyebarluasan DG dan IG
tertentu.

Skala adalah angka perbandingan antara jarak dalam suatu IG dengan jarak sebenarnya di
muka bumi.

Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardidasi
Nasional dan berlaku secara nasional.

Unit Produksi adalah unit kerja yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah,
serta menggunakan DG dan IG.

Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan adalah unit kerja yang mempunyai tugas untuk
menyimpan, melakukan tindakan pengamanan dan menyebarluaskan DG dan IG.

Walidata IGT adalah pimpinan tinggi pratama pada kementerian/lembaga yang memiliki
tugas pokok, fungsi, atau kewenangan menurut peraturan perundang-undangan dalam
penyelenggaraan IGT. Walidata melakukan pengumpulan, pemeriksaan, dan pengelolaan data
yang disampaikan oleh produsen data, serta menyebarluaskan data.

68
69
70

Anda mungkin juga menyukai