Anda di halaman 1dari 3

DWI LESTARI

NIM: 050030998

1. Mengacu pada kasus nenek Minah diatas, semakin menguatkan stigma di masyarakat bahwa
hukum selalu tumpul ke atas namun tajam ke bawah, berikan pendapat saudara dikaitkan
dengan fungsi hukum “law as a tool of social engineering!
JAWAB

Kasus nenek Minah menyoroti fenomena di mana sistem hukum sering kali tampak tidak adil
dalam penerapannya, yang sering kali memunculkan stigma bahwa hukum cenderung tumpul ke
atas namun tajam ke bawah. Hal ini sejalan dengan konsep fungsi hukum sebagai alat rekayasa
sosial atau "law as a tool of social engineering". Fungsi ini mengacu pada kemampuan hukum
untuk membentuk dan mengatur perilaku sosial dalam masyarakat.

Dalam konteks ini, hukum seharusnya berperan sebagai instrumen untuk menciptakan
perubahan sosial yang positif, seperti meningkatkan keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan
bagi semua anggota masyarakat. Namun, ketika hukum diterapkan secara tidak proporsional
atau diskriminatif, seperti dalam kasus nenek Minah yang dihukum secara berlebihan karena
tindakan yang sebenarnya minor, hal itu dapat menciptakan ketidaksetaraan dan
ketidakpercayaan terhadap sistem hukum.

Dengan kata lain, dalam konteks "law as a tool of social engineering", penerapan hukum yang
tidak adil atau tidak proporsional dapat merusak tujuan hukum untuk menciptakan perubahan
sosial yang positif. Ketika hukum tidak mampu memperbaiki ketidakadilan atau malah menjadi
alat untuk memperkuat ketidaksetaraan, maka stigma terhadap keberadaan hukum sebagai alat
rekayasa sosial menjadi semakin kuat.

2. Ada adagium yang dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama Cicero “Ubi societas ibi
ius”(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Coba berikan pendapat saudara maksud dari
adagium tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas!

JAWAB
Adagium "Ubi societas ibi ius" mengandung makna bahwa keberadaan hukum selalu terkait erat
dengan adanya masyarakat. Dalam konteks ini, hukum hadir sebagai hasil dari interaksi sosial
dan kebutuhan untuk mengatur hubungan antarindividu dalam masyarakat. Hukum menjadi
landasan yang mengatur perilaku dan interaksi antara anggota masyarakat dalam rangka
menciptakan keteraturan, keadilan, dan ketertiban.

Dalam kasus nenek Minah, adagium tersebut bisa dihubungkan dengan cara bahwa hukum hadir
sebagai perangkat yang mengatur hubungan antara nenek Minah dengan masyarakat serta PT
Rumpun Sari Antan (RSA). Tindakan nenek Minah yang memetik buah kakao di lahan
perkebunan RSA dianggap sebagai pelanggaran hukum, yang kemudian mengarah pada proses
hukum yang diajukan oleh pihak perusahaan tersebut. Keberadaan hukum dalam kasus nenek
Minah menegaskan bahwa dalam setiap konteks masyarakat, ada kebutuhan akan aturan yang
mengatur interaksi dan perilaku individu. Meskipun kadang-kadang penegakan hukum bisa
menimbulkan kontroversi atau ketidakadilan, prinsip dasar bahwa hukum hadir untuk
menciptakan keteraturan dan keadilan dalam masyarakat tetap berlaku.

3. Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan hukum yakni
keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum
(rechtssicherkeit), melihat kasus di atas dari kacamata nenek Minah apakah ketiga tujuan
hukum tersebut sudah terpenuhi apa tidak? Berikan pendapat saudara!
JAWAB
Ketiga nilai dasar tujuan hukum yang disebutkan, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum, sebagian terpenuhi dan sebagian tidak.

1. Keadilan (gerechtigheit): Dalam konteks ini, keadilan dapat dipertanyakan. Meskipun nenek
Minah mengaku melakukan tindakan yang melanggar hukum dengan memetik buah kakao di
lahan milik PT RSA, hukuman yang diberikan tampaknya tidak sebanding dengan kejahatan yang
dilakukannya. Dalam konteks ini, hukuman penjara 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan 3
bulan mungkin dianggap tidak proporsional dengan tindakan yang sebenarnya hanya iseng. Ini
menimbulkan pertanyaan tentang apakah hukuman tersebut benar-benar menciptakan keadilan
bagi nenek Minah.
2. Kemanfaatan (zweckmaerten): Aspek kemanfaatan juga dapat diperdebatkan dalam kasus ini.
Meskipun hukum harus bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, penerapan hukuman
terhadap nenek Minah dalam hal ini mungkin tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi
kepentingan umum. Alih-alih memberikan kontribusi positif, hukuman tersebut justru dapat
dipandang sebagai pemborosan sumber daya dan waktu pengadilan, mengingat tindakan yang
dilakukan oleh nenek Minah sebenarnya tidak merugikan pihak manapun.
3. Kepastian Hukum (rechtssicherkeit): Kepastian hukum merujuk pada kejelasan dan konsistensi
dalam penerapan hukum. Dalam kasus nenek Minah, kepastian hukum mungkin terpenuhi
karena tindakan yang dilakukan oleh nenek Minah dianggap melanggar hukum pencurian, dan
hukuman yang diberikan telah sesuai dengan pasal 362 KUHP. Namun demikian, dalam konteks
penerapan hukum yang adil dan proporsional, kepastian hukum ini mungkin tidak
mencerminkan keadilan substansial.

Secara keseluruhan, meskipun ada elemen kepastian hukum dalam kasus ini, keadilan dan
kemanfaatan hukuman yang diberikan kepada nenek Minah mungkin terbuka untuk dipertanyakan,
dan hal ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas sistem hukum dalam mencapai tujuan
hukum yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai