Anda di halaman 1dari 84

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Seri Dewi Ular-41-Tara Zagita

Terjebak Bencana Gaib


Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Teks Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

TERJEBAK BENCANA GAIB


oleh Tara Zagita
Serial : Dewi Ular
Cetakan pertama
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh
undang-undang
All rights reserved
(Oo-dwkz-234-oO)

Sinopsis
Inggri terperosok ke negeri siluman. Ia dianggap tewas
oleh keluarganya. tapi muncul lagi sebagai gadis siluman.
Inggri bisa hidup kembali sebagai manusia jika dalam
rahimnya tertanam benih bayi dari pria yang masih berstatus
manusia.
Eddu terpikat oleh kemesraan Inggri, akhirnya ia rela
dibawa lari Inggri ke negeri siluman. Menurut-keterangan si
penguasa Telaga Siluman. Inggri terjebak karena dimensi
alam siluman ada yang membukanya. Si penyihir tua itulah
yang punya tingkah menga- caukan alam gaib dan alam
siluman.
Buron mengejar si peny ihir gaib yang tak lain adalah Nyai
Singgi. Namun ia justru ter- jebak ke dalam Guci Lorong Kubur
milik Dewa Bencana. Dewi Ular turun tangan. Meskipun ia
sudah diingatkan oleh Sang Ajal, tapi ia tetap nekat mencari
Buron. Akhirnya gadis cantik itu terjebak juga-ke dalam Guci
Lorong Kubur bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mampukah anak bidadari itu melakukan pembebasan. jika


ternyata Nyai Singgi telah berhasil memiliki lima pedang
terampuh di bumi, pusaka yang membuat Dewa Bencana lari
terbirit-birit dikejar Nyai Singgi?
(Oo-dwkz-234-oO)

1
SEBUAH desa yang berada tak jauh dari daerah Pantai
Anyer, sekarang sudah menjadi tempat pemukiman elite.
Bangunan-bangunan indah berdiri di sana, dan akrab disebut-
sebut sebagai villa. Panorama pantai yang indah merupakan
sasaran utama bagi siapa pun yang menempati villa tersebut.
Tapi belakangan ini daerah villa indah itu sudah menjadi
daerah basis hantu. Panorama pantai yang semarak
menyegarkan, seolah-olah berubah menjadi wilayah
berkekuatan mistik. Kengerian dan ketegangan mencekam
para penghuni v illa-villa tersebut.
Sampai-sampai ada seorang seniman yang iseng membuat
rambu-rambu lalu lintas sendiri. Rambu-rambu itu dipasang di
tikungan jalan dengan gambar tengkorak diberi garis merah
melintang dari kanan atas ke kiri bawah. Di bawah gambar itu
masih dipertegas lagi dengan tulisan berkesan konyol namun
cukup membuat tengkuk bergidik merinding. Tulisan itu
berbunyi: HANTU DILARANG PARKIR DI SINI.
Meski demikian, menurut cerita orang-orang kampung yang
tinggal tak jauh dari daerah tersebut, di tempat itu masih saja
sering terjadi peristiwa-peristiwa aneh yang menyeramkan.
Misalnya, seorang pengemudi omprengan yang bekerja
sampai larut malam sempat memergoki seorang gadis cantik
berdiri di tengah jalan. Gadis itu mengenakan gaun putih
berenda dan bertubuh tinggi, sexy dan montok. Pengemudi itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak tertarik sama sekali oleh gadis tersebut, sebab si gadis


menenteng kepalanya sendiri.
"Aku melihat jelas darah yang mengalir dari lehernya yang
buntung itu! Jelas sekali!" ujar si pengemudi saat
menceritakan kepada teman-temannya di sebuah kedai.
Seorang tukang ojek melintas di jalan bertikungan tajam
itu. Ia baru saja mengantar seseorang yang ingin
mengunjungi temannya di salah satu villa tersebut. Malam
yang gelap dan hanya diterangi oleh lampu motornya itu
membuat si tukang ojek berkali-kali merinding. Tengkuknya
seperti ada yang meniup-niup dari belakang. Ketika ia
beranikan diri menengok ke belakang, ternyata di boncengan
motornya itu telah duduk seorang wanita berambut panjang.
Wanita itu tidak mempunyai raut muka sedikitpun.
Tanpa mata, tanpa hidung, tanp.i mulut dan tanpa apa-
apa. Kosong, datar, serta polos. Esoknya si tukang ojek
ditemukan pingsan di pinggir jalan, 20 meter dari kendaraan
motornya.
Dua orang pemuda yang baru saja pulang dari villa
tersebut menuju Jakarta juga mengalami nasib yang sama.
Dua pemuda itu mengendarai mobilnya di tengah malam,
karena salah satu dari mereka mendapat telepon dari
keluarganya yang tinggal di Jakarta, bahwa ibunya masuk
rumah sakit. Di ruang gawat darurat. Maka walaupun malam
sudah menunjukkan pukul 11 lebih, kedua pemuda itu nekat
mengendarai Escudo-nya menuju Jakarta.
Belum jauh dari kawasan villa-villa indah itu, tiba-tiba
mereka terpaksa menghentikan mobilnya dan menepi. Dari
arah depan tampak arak-arakan massa membawa obor
sebagai penerang jalan. Enam orang di bagian depan tampak
mengusung peti mati yang sudah berlumur tanah basah.
Sepertinya peti mati itu habis digali dari sebuah makam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh. Kenapa orang-orang itu saling menundukkan


kepala?"
"lya. Pakaiannya serba hitam, lagi!"
Ketika arak-arakan massa pengusung peti jenazah itu
mendekati mobil, sorot lampu mobil memperjelas wajah dan
memandang ke arah lampu mobil. Kedua pemuda itu
tersentak kaget dan pingsan di tempat, karena wajah orang-
orang berpakaian hitam itu rusak semua. Berbelatung dan
berlumur darah. Bau bangkai busuk pun menembus kaca
mobil yang sebenarnya tertutup rapat.
Sepasang sejoli melintasi jalan tersebut manakala langit
terang dan rembulan memancarkan sinarnya ke bumi. Mobil
yang dikendarai mereka tiba-tiba mogok tanpa alasan yang
jelas. Ketika si pemuda membuka kap mesin, ternyata di
dalam kap mesin itu terdapat sesosok mayat tanpa busana.
Tubuh mayat dalam keadaan terpotong-potong dengan darah
segar masih menetes ke tanah. Kontan si pemuda pingsan, si
cewek pun ikut pingsan karena saat ia turun dari mobil,
kakinya dicekal oleh sepasang tangan buntung tanpa raga.
Sepasang pengantin baru menyewa salah satu villa. Masa
bulan madu mereka ternyata berakhir dengan tragis. Tengah
malam si pengantin pria bangun dari tidurnya. Ia menjerit
seketika melihat istrinya telah berlumur darah. Leher si istri
ternyata digorok oleh senjata tajam. Siapa pelakunya tak jelas.
Namun tak jauh dari ranjang, si pengantin pria menemukan
kain putih lusuh berlumur darah. Kain itu berbau busuk,
seperti habis dipakai membungkus bangkai. Selidik punya
selidik, ternyata kain itu adalah kain kafan dari dalam kuburan.
"Saya terbangun bukan karena mendengar istri saya
berteriak, tapi seperti dibangunkan oleh seseorang. Tubuh
saya diguncang-guncang, dan tangan yang mengguncang
tubuh saya itu dingin sekali. Seperti balok es. Ketika saya
terbangun, orang yang membangunkan saya itu tidak ada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang ada hanya istri saya yang sudah tidak bernyawa itu.
Ooh, istri-kuuu...," pria itu pun menangis mengenang
kematian istrinya yang misterius.
Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak,
memanfaatkan masa libur mereka dengan bersantai di salah
satu villa. Namun nasib malang telah melanda keluarga
tersebut. Si anak bungsu yang berusia 7 tahun itu menjerit
histeris di awal pagi. Ia menemukan kedua kakak dan ayah-
ibunya sudah tidak bernyawa. Mereka hanya tinggal kepala,
Sementara raga mereka tak tahu berada di mana. Sampai
sekarang raga keempat korban itu masih belum ditemukan.
Tante Riza adalah salah satu orang yang mempunyai villa di
sana. Janda berusia 40 tahun yang masih tampak cantik dan
menyan- dang jabatan sebagai presdir di sebuah perusahaan
itu tak berani menempati villa. Pemun- culan roh-roh halus
yang belakangan ini marak terjadi di sekitar villanya itu
membuat Tante Riza akhirnya menghubungi si paranormal
cantik, gadis berusia sekitar 24 tahun. Gadis berkekuatan
supranatural tinggi itu tak lain adalah Dewi Ular, alias Kumala
Dewi.
"Aku sendiri nggak tahu, kenapa belakangan ini banyak roh
halus yang bermunculan di sana. Padahal sebelumnya tempat
itu adalah tempat peristirahatan yang nyaman, tenang dan
penuh kedamaian. Sepertinya ada sesuatu yang membuat
daerah itu menjadi daerah berhantu, Kumala."
"Kapan kita mau ke sana?"
"Terserah kau, kapan ada waktu luang?"
"Bagaimana kalau hari Kamis besok?"
"Boleh. Tapi, tunggu dulu... kalau kita ke sana hari Kamis,
itu sama saja datang ke sana pada malam Jumat dong."
"Memangnya kenapa kalau malam Jumat? Tante takut?"
"Takut sih nggak. Cuma... ngeri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nggak usah takut. Nggak usah ngeri. Saya akan bawa si


Buron, jelmaan Jin Layon itu. Kalau ada apa-apa, biar Buron
yang menyelesaikan. Kalau Buron nggak sanggup, baru saya
yang maju. Bagaimana?"
Tante Riza diam berpikir sambil berdebar- debar.
(Oo-dwkz-234-oO)

Sepasang suami-istri datang ke rumah Kumala Dewi.


Mereka tiba di rumah si anak bidadari itu sekitar pukul tujuh
malam lewat. Belum sampai pukul delapan. Kedatangan
mereka disambut oleh Sandhi, sopir pribadi Kumala yang
sudah seperti saudara angkat sendiri.
Selain Sandhi, ada pula seorang gadis cantik berpenampilan
lembut dan anggun. Gadis itu selalu mengenakan gaun
panjang yang menutup seluruh tubuh hingga kaki. Gaun itu
sering kali menyentuh lantai. Si gadis cantik tersebut sengaja
mengenakan gaun itu untuk menyembunyikan kakinya.
Bukan karena gadis tersebut ingin menyembunyikan
kakinya yang berbetis indah, tapi ia ingin menyembunyikan
suatu rahasia pribadi yang jarang diketahui orang. Hanya
Kumala dan beberapa orang-orangnya saja yang mengetahui
bahwa gadis itu sebenarnya tidak mempunyai telapak kaki.
Kedua telapak kakinya buntung dari sebatas pergelangan kaki.
Jika ia berjalan, tetap saja berjalan biasa, seperti gadis
bertelapak kaki. Namun sebenarnya kaki itu tidak menyentuh
lantai. Mengambang di udara dalam jarak sekitar 10
sentimeter dari lantai.
Gadis berkaki aneh itu punya nama yang cantik. Andini. Dia
adalah gadis yang pernah hidup di zaman kerajaan
Tarumanegara. Bersaing cinta dengan kakak tirinya, Andini
dikutuk menjadi seekor burung gagak. Pada waktu ia menjadi
burung gagak, ia pernah dikejar-kejar seorang pemburu.
Nyaris mati di ujung senapan. Tapi dengan kesaktiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiri, burung gagak itu menumbangkan pohon dan pohon


tersebut menimpa kedua kaki si pemburu. Pemburu tersebut
kehilangan kedua kakinya.
Meski begitu, Andini merasa bersalah. Hatinya dipenuhi
rasa penyesalan melihat pemburu itu buntung kakinya. Pada
suatu malam, Andini datang ke rumah pemburu itu secara
gaib. Lalu ia serahkan kedua kakinya kepada pemburu itu.
Kelak jika pemburu itu mati, kaki tersebut akan kembali sendiri
kepada pemilik sebenarnya, yaitu Andini, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode: "MISTERI ASMARA TUA"). Tapi kapan
pemburu itu mati, dan di mana sekarang si pemburu itu
tinggal, Andini tak tahu.
Sentuhan tangan Dewi Ular membuat burung gagak itu
berubah menjadi manusia biasa. Tugas Andini dalam
kehidupannya di masa sekarang adalah mencari titisan
Wirasamba, yaitu kekasihnya di masa lalu yang ingin direbut
oleh kakak tirinya. Siapa titisan Wirasamba dan di mana
tinggalnya, Andini juga tidak tahu. Padahal jika dalam
sembilan bulan Andini tidak dapat menemukan titisan
Wirasamba serta menikah dengannya, maka. ia akan berubah
menjadi burung gagak lagi selama-lamanya.
Jika ada seorang lelaki mempunyai dua pusar di perutnya,
maka dialah titisan s i Wirasamba. Tapi sampai detik ini, belum
dapat diketahui siapa orang yang menjadi titisan Wirasamba
itu. Padahal Kumala dan Buron. sudah ikut membantu mencari
sang titisan tersebut, tetapi mereka masih belum bisa
menemukan pria dengan dua pusar di perutnya. Alhasil, gadis
putri raja itu hidup bersama Dewi Ular, dan dianggap seperti
keluarga sendiri. Ia sering membantu Dewi Ular dalam
menyelesaikan kasus-kasus misteri, karena dalam diri Andini
sebenarnya tersimpan kekuatan supranatural yang cukup
tajam.
Andini sering mewakili Kumala untuk urusan gaib. Hal itu
dilakukan jika kebetulan Kumala tidak bisa menangani urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gaib tersebut, entah sibuk atau sedang pergi. Dan jika Andini
tak berhasil menyelesaikan urusan tersebut, Buron akan
membantunya dengan kesaktiannya sebagai jelmaan Jin
Layon.
Tetapi malam itu, Buron tidak ada di rumah. Buron ikut
Dewi Ular dan Tante Riza ke daerah Pantai Anyer. Mau tak
mau Andini dan Sandhi menyambut kedatangan tamu mereka,
sepasang suami-istri yang memperkenalkan diri sebagai Oom
Daris dan Tante Onny.
"Kami memang belum menghubungi Kumala Dewi
sebelumnya," ujar Tante Onny. "Saya sendiri mendapat alamat
sini dari teman saya, dan teman saya menganjurkan agar kami
langsung saja datang kcnari malam ini juga."
"Kalau boleh saya tahu, siapa teman Tante Onny itu?"
"Zus Maya."
"Ooo, yaa, yaa... saya pun kenal dengan Zus Maya," ujar
Sandhi sambil membayang- kan seraut wajah cantik milik
wanita kaya berusia 35 tahun yang disebut-sebut sebagai Zus
Maya itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "DARAH
KORBAN PEMIKAT").
"Jadi, kami tidak tahu kalau hari ini Kumala Dewi nggak ada
di rumah."
"Iya nih. Sedang ada urusan di luar kota.Sejak tadi siang
perginya. Tapi mungkin besok pagi sudah ada di rumah."
"Boleh kami tahu keperluannya, Tante?" tanya Andini
dengan lemah lembut.
Sebelum Tante Onny menjawab, Sandhi yang sejak tadi
melirik perut Oom Daris itu buru-buru mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada canda
supaya pasangan suami-istri itu tidak tersinggung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf, Tante... sebelumnya saya ingin tanya, sebenarnya


yang jadi suami yang mana? Tante apa Oom?"
"Dia dong!" jawab Tante Onny dengan tersipu malu.
"Lalu, kenapa yang hamil Oom Daris? Tuh, perutnya sudah
besar begitii. Sudah berapa bulan kandungannya itu, Oom?"
"Jangan ngeledek, ah!" ujar Oom Daris yang tergolong pria
pendiam. "Perut saya sebesar ini bukan karena hamil."
"Oooo... saya kira hamil?!"
"Kamu ngaco aja deh, San!" Andini tertawa geli sambil
menepuk lengan Sandhi.
"Justru itulah kami datang kemari," sahut Tante Onny.
"Kami ingin minta bantuan Kumala Dewi untuk
menyembuhkan perut suami saya yang makin hari makin
membengkak besar begitu."
"Lho, sakit apa itu, Tante? Super cacingan atau apa?"
"Itulah yang kami bingungkan," sahut Oom Daris. Tapi
istrinya buru-buru menimpali.
"Sejak dia pulang dari Ujung Kulon, menengok perkebunan
milik kakaknya yang ada di sana, kok tahu-tahu sampai rumah
perutnya jadi bengkak. Makin lama bengkaknya makin
kelihatan nyata, sampai akhirnya seperti orang hamil sembilan
bulan begini. Kami sudah berupaya ke dokter, tapi dokter
bilang... nggak ada penyakit apa-apa di dalam perut suami
saya ini. Kami juga sudah mencoba berobat ke 'orang pintar',
tapi hasilnya justru perut suami saya semakin besar begitu."
Andini yang sejuk tadi memperhatikan perut itu, tiba-tiba
berkata dengan suara lembutnya.
"Waktu pulang dari Ujung Kulon, Oom Daris sempat
singgah s i daerah pantai, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar. Saya bermalam di villanya teman saya, di daerah


Pantai Anyer."
Masih tetap memandangi perut Oom Daris, Andini berkata
lagi dengan suara lembutnya.
"Di v illa sana, Oom Daris pernah buang air kecil di bawah
pohon?"
"Di bawah pohon? Kayaknya bukan pohon, tapi kalau di
bawah batu karang besar,memang iya!"
"Oo, kalau begitu penyakit itu datangnya dari batu karang
besar itu, Oom."
"Penyakit apa namanya?"
"Teluh Peri."
"Telur Peri?" Sandhi menggumam heran. "Memangnya peri
bisa bertelur?"
"Teluh!" ralat Andini. "Oom Daris kena Teluh Peri,
penunggu batu karang itu."
Oom Daris dan Tante Onny saling beradu pandang dengan
dahi berkerut penuh rasa heran.
"Tapi aneh?" gumam Andini sendiri. "Kenapa dokter bilang
nggak ada penyakit, ya?"
"Ah, dokter itu nggak bisa merasakan gangguan gaib.
Dokter bekerja berdasarkan pelajaran-pelajaran yang masuk
akal. Bekerja secara ilmiah. Bukan secara mistik."
"Ooo... pantas dokter nggak tahu, ya?"
Sandhi geleng-geleng kepala sambil menahan rasa malu.
Andini memang sering kurang mengerti tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Dan jika begitu,
biasanya Sandhi menjelaskan apa yang harus dimengerti
Andini untuk kehidupan masa sekarang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tante Onny berkata lagi kepada Sandhi, "Jadi bagaimana


cara menyingkirkan Teluh Peri ni, Nak Sandhi?"
"Biasanya memang Kumala yang mengobati penyakit
seperti ini, Tante. Tapi... mungkin Andini bisa. Coba saja, An."
Andini mengangguk satu kali, la segera memejamkan mata
dalam posisi tetap duduk di tempat. Tiba-tiba Oom Daris
merasa mual. Bahkan rasa ingin muntahnya tidak bisa
ditahan. Ia buru-buru lari keluar teras. Di tanah tak berumput,
Oom Daris pun akhirnya muntah-muntah seperti orang
kebanyakan minum air.
Tante Onny dan Sandhi terperanjat tegang melihat barang
yang dimuntahkan oleh Oom Daris ternyata berupa pasir
kering warna putih.
"Hooeek, hooeek, huuuueeeekk...!"
Selama Andini masih memejamkan mata, Oom Daris
muntah-muntah terus. Pasir kering yang dikeluarkan dari
mulutnya itu cukup banyak. Kira-kira setengah ember kecil
banyaknya. Tante Onny memijat tengkuk suaminya dengan
perasaan ngeri dan was-was.
Andini membuka matanya, menghembuskan napas pelan.
Oom Daris terengah-engah. Berhenti dari muntahnya. Ia
duduk terkulai lemas di tanah tak berumput itu. Keringat yang
keluar dari tubuhnya cukup deras, butirannya sebesar jagung.
Menyedihkan sekaligus mengerikan bagi orang yang
melihatnya.
"Tapi suatu keajaiban terjadi pada saat itu juga. Perut Oom
Daris sudah tidak membengkak lagi. Perut itu kembali normal
seperti biasanya. Kini yang dirasakan Oom Daris adalah letih,
lemah dan perih.”
"Tenggorokan saya perih sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak apa-apa. Itu bukan karena Teluh Peri, tepi karena


terlalu banyak dipakai untuk muntah. Minum air hangat saja,"
kata Andini. "Sebentar saya ambilkan air hangat."
Andini tak mau manyuruh Sandhi. Ia sendiri yang
mengambilnya. Tapi pada waktu ia berjalan masuk ke ruang
tamu, Tante Onny terbelalak kaget mehhat kaki Andini tidak
menyentuh lantai. Kontan perempuan itu pucat pasi dan lemas
seketika.
"Ooh, diia... dia.. dia nggak menyentuh tanah. Ooohhhh...."
Bruuuk...! Tante Onny pingsan karena sangat ketakutan.
Suaminya bingung melihat Tante Onny jatuh terkulai di
pangkuannya.
"Yang kena teluh aku, kok yang pingsan kamu sih, Ma?"
ucap Oom Daris dengan suara bergetar.
(Oo-dwkz-234-oO)

2
VILLA milik Tante Riza tidak besar. Sedang-sedang saja.
Tapi mempunyai dua lantai. Dibangun dengan gaya bangunan
Jepang. Cukup indah dan mengesankan.
Di halaman depan terdapat dua payung pantai, lengkap
dengan meja dan bangkunya yang memutar. Jika seseorang
duduk di bawah payung pantai, ia dapat melihat
pemandangan pantai baik di waktu malam maupun di waktu
siang. Letak villa itu sendiri berada di tanah yang agak tinggi,
walaupun tidak persis di tepi pantai. Oleh karenanya, villa itu
mempunyai posisi yang strategis untuk bersantai menikmati
panorama pantai.
Di samping villa itu, dalam jarak sekitar 40 meter, terdapat
sebuah villa juga yang berukuran lebih besar. Kesan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

timbul pada villa itu adalah bangunan mewah dengan gaya


arsitektur Eropa Timur. Entah siapa pemiliknya dan siapa
penghuninya, yang jelas ketika Kumala tiba di villanya Tante
Riza, ia melihat se- raut wajah tampan sedang duduk di
balkon v illa sebelah itu. Wajah tampan milik pemuda berusia
sekitar 27 tahun itu sempat memandang ke arah Kumala. Ia
melambaikan tangan dengan nakal, tapi Kumala hanya
tersenyum kecil, agak tersipu. Lalu meninggalkannya dengan
cuek.
"Tempat ini cukup nyaman sebenarnya," kata Kumala
seperti bicara pada diri sendiri. Tapi Tante Riza
mendengamya, karena berada di samping kirinya.
"Aku sendiri sebenarnya betah beristirahat di sini. Dulu
anak-anak sering kubawa kemari kalau sedang liburan. Tapi
sekarang aku nggak berani membawa anak-anak. Takut
terjadi apa-apa pada diri mereka bertiga."
Kumala manggut-manggut sambil memperhatikan alam
sekelilingnya. Gemuruh ombak menari di pantai terdengar dari
tempat mereka berada. Angin yang berhembus pun membawa
bau garam yang khas bagi kehidupan pantai.
"Hmmm, yaa, yaa.... Memang ada getaran gaib yang cukup
kuat di sekitar sini. Pasti ada sumbernya."
"Sumber apa maksudmu?" tanya Tante Riza.
"Sumber energi gaib, yang membuat wilayah ini menjadi
ajang pertemuan para hantu."
Buron yang sejak tadi diam saja itu kali ini ikut bicara.
"Villa sebelah itu milik siapa, Tante?"
"Oob, itu miliknya Robby Chandra, pengusaha sukses yang
bergerak di bidang otomotif."
"Pemuda yang ada di balkon itu siapa?" tanya Kumala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entah. Aku nggak kenal dia. Mungkin anaknya Robby


Chandra, atau adiknya. Nggak tahu deh!"
Tante Riza berbisik pada Kumala, "Kayaknya sih... boleh
juga tuh cowok, ya?"
Kumala tertawa pelan, lalu cuek lagi. Seolah-olah ia tidak
berminat membicarakan pemuda yang ada di balkonnya
Robby Chandra itu.
"Kalau mau menikmati sunset, lebih indah lagi jika kita
berada di lantai atas, Mala. Kita bisa melihat jelas sekali
keindahan matahari saat mau terbenam."
Tante Riza melirik arlojinya. "Kurasa... dua puluh menit lagi.
Ke atas aja, yuk?"
Saat mereka ingin menaiki tangga menuju ke lantai atas,
Kumala sempat berkata kepada Buron dengan menghentikan
langkahnya.
"Apa kamu juga kepingin menikmati matahari tenggelam?"
Buron menjawab dengan agak kesal. "Kurasa aku bukan jin
norak. Tapi sekedar ikut berpartisipasi dengan kalian apa
salahnya?"
"Lebih baik langsung saja kau cari sumber energi gaib yang
ada di sekitar sini."
"Baru saja sampai, masa langsung bekerja sih?"
"Ini kerja borongan!" bisik Kumala dengan nada canda.
"Lebih cepat selesai lebih banyak keuntungannya."
Buron bersungul-sungut kesal. Menggerutu tak jelas.
Akhirnya ia pergi mencari sumber energi gaib. Tante Riza
tertegun dengan hati berdebar-debar ketika me lihat Buron
pergi menembus dinding, lalu lenyap tanpa wujud lagi.
Angin pantai semakin tajam menerpa wajah Kumala setelah
mereka berdua ada di balkon. Pemandangan memang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menarik dari atas balkon itu ketimbang dari bawah tadi. Tapi
yang lebih menarik lagi bagi Tante Riza adalah sosok pemuda
bertubuh atletis yang ada di balkon villanya Robby Chandra.
Pemuda itu sengaja menggoda dengan senyum mempesona.
Senyum tersenyum mekar setelah ia tahu Kumala
menyempatkan memandang ke arahnya. "Sial! Mau apa dia itu
sebenarnya?" gerutu Kumala sambil buang muka. Tante Riza
berbisik pula sambil cekikikan pelan.
"Mungkin dia naksir kamu, Kumala."
"Dia bukan manusia."
"Ah, yang benar?!" Tante Riza kaget.
"Kalau manusia, nggak gitu caranya dong. Datang kek
kemari, kenalan kek, menyapa dengan sopan kek, bukan
cuma lirak-lirik dan cengar-cengir saja."
Tante Riza segera tertawa geli. Rupanya kata-kata Kumala
tadi hanya sekedar canda saja. Tante Riza menyimpulkan
dalam hati, bahwa ternyata diam-diam Kumala tertarik juga
pada pemuda itu. Tante bertahi lalat kecil di bawah bibirnya
itu bersiap-siap mundur jika Kumala memang ingin mendekati
pemuda itu.
"Kau benar-benar berminat padanya, Mala?"
Senyum Kumala mekar tipis, ditujukan kelautan lepas.
Matanya pun tetap memandangi lautan yang mulai tampak
kemilau kuning karena pantulan sinar matahari yang mulai
mendekati cakrawala itu.
"Kalau saya tertarik sudah saya samperin dia."
"Samperin aja!"
"Kalau saya nggak mau nyamperin, berarti saya nggak
tertarik!" tegas Kumala yang merasa risi didesak seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tante mau kenalan sama dia?" tanya Kumala pelan,


berlagak memandang lautan.
"Boleh juga sih. T api gimana caranya, ya?" Tante Riza juga
berlagak memandang ombak di lautan.
"Turunlah ke bawah. Dia akan datang menghampiri Tante
dan memperkenalkan diri."
"Ah, masa bisa begitu sih? Dia kan belum kenal aku!"
"Justru itu dia akan memperkenalkan diri pada Tante.
Turunlah ke bawah."
"Ih, malu-maluin aja deh rasanya."
"Nggak apa-apa. Kenapa malu, kan dia yang nyamperin
Tante?"
Timbang punya timbang, akhirnya Tante Riza nekat turun
ke bawah. Ia berlagak merapikan tanaman hias yang ada di
tepian teras. Kumala Dewi menggunakan kekuatan batinnya.
Ia mengirimkan suara batin yang bernada perintah kepada
pemuda itu.
"Turun kau! Samperin perempuan yang ada di bawah itu.
Perkenalkan dirimu dan bersikaplah baik padanya. Cepat turun
sebelum dia masuk lagi!"
Pemuda yang ada di balkon itu tampak kebingungan. Tapi
ia buru-buru meninggalkan balkonnya. Dalam beberapa kejap
saja, pemuda itu sudah tampak melangkah memasuki
halaman dan mendekati Tante Riza. Kumala memandangnya
dari atas dengan tawa cekikikan.
"Tante, perkenalkan... nama saya Eddu. Saya adiknya Bang
Robby. Saya sendirian di rumah itu, karena ingin cari
ketenangan. Saya habis mengalam i masa stress yang cukup
berat. Jadi saya butuh mengistirahatkan otak saya. Kebetulan
Bang Robby pergi ke Belanda bersama keluarga. Saya
diizinkan menempati villanya itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tante Riza terbengong kebingungan, Sejak tadi hanya bisa


berkata: a-o-a-o saja. Tapi dalam hatinya bergumam sendiri
penuh keheranan.
"Kenapa ini anak jadi begini, ya? Jangan-jangan punya
penyakit syaraf?"
Kumala semakin geli melihat Tante Riza bengang-bengong
seperti sapi ompong.
(Oo-dwkz-234-oO)

Malam bergulir tanpa bintang. Suasana sunyi terasa


mencekam, karena tak ada suara apa pun selain suara debur
ombak samar- samar. Hembusan angin pantai terasa
menaburkan udara dingin bersama menyebarnya bau amis
ikan yang samar-samar.
Seandainya malam itu Tante Riza tidak bersama seorang
paranormal cantik keturunan dewa, ia tak akan berani duduk
di bawah payung pantai, di depan villanya. Seandainya malam
itu tak ada pemuda tampan bernama Eddu, Tante Riza tak
akan sebegitu ceria berada dalam perbincangan santai
tersebut.
"Eh, kayaknya di dapur ada stock mie instan deh.
Bagaimana kalau kubuatkan mie rebus untuk menghangatkan
acara malam ini? Okey?"
Kumala dan Eddu tak keberatan dengan gagasan Tante
Riza itu. Wanita cantik berambut pendek itu bergegas pergi ke
dapur. Di sana ada Mang Jamin, pelayannya yang bertugas
merawat villa. Selain Mang Jamin juga Mak Saroh, istri Mang
Jamin. Mereka bertiga menyiapkan hidangan malam,
sementara Kumala dan Eddu hanya berdua di bawah payung
pantai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di Jakarta, aku tinggal di daerah Kemang. Aku punya


rumah sendiri. Rumah kontrakan sih, tapi sering dipakai
kumpul oleh teman- teman," kata Eddu.
"Lalu, selain nge-band, apa aktivitasmu sehari-hari, Ed?"
"Bantuin bisnisnya Bang Robby. Masarin mobil, nyariin
pembeli, ngurusin showroom, yaah... sebangsa begituanlah."
"Kuliahmu sendiri bagaimana?"
"Macet," Eddu tertawa malu. "Tahu nih, tinggal skripsi aja
malesnya bukan main."
"Kamu terlalu diperbudak oleh perasaan sih. Nggak mau
mengutamakan pikiran."
"Maksudmu?"
"Kamu terlalu ngikuti perasaan. Cuma gara-gara Rina aja
semuanya jadi berantakan."
Eddu terperanjat heran, "Lho, kok kamu kenal sama Rina
sih?"
"Aku nggak kenal sama Rina."
"Kok kamu tahu kalau aku lagi kacau banget gara-gara
Rina?"
Kumala Dewi tersenyum kalem. "Aku cuma untung-
untungan menyebutkan nama Rina. Memangnya Rina itu siapa
sih?"
Kumala berlagak bodoh. Padahal sejak tadi mendengar
gemuruh resah hati Eddu yang selalu menyebut-nyebut nama
Rina. Eddu belum tahu bahwa Kumala adalah gadis yang
mempunyai kekuatan supranatural tinggi, dan mampu
mendengarkan suara hati seseorang, termasuk bisa membaca
pikiran orang lain.
"Hampir satu tahun aku pacaran sama Rina. Aku feeling
banget sama dia. Tapi setelah semuanya kukorbankan buat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rina, eeh... nggak tahunya dia berkhianat. Dia cuma ingin


nguras duitku doang. Dasar cewek matre! Sekarang dia kabur
nggak tahu ke mana."
"Ke Amerika."
"Kok kamu tahu? Memang sih, dengar-dengar dia punya
hubungan intim sama cowok bule, staf kedutaan. Tapi... soal
dia lari sama cowok itu ke Amerika, aku belum dapat kabar.
Baru sekarang kudengar kabar itu darimu."
"Itu juga cuma dugaanku saja. Yang penting, kamu nggak
usah mikirin soal dia lagi. Biarkan aja dia pergi bersama
kepalsuan cinta-nya. Beruntung kamu ditinggalkan sekarang.
Coba kalau kalian sudah telanjur kawin, sudah telanjur punya
anak, lalu dia pergi seperti saat ini, kan lebih parah lagi
jadinya."
"Iya, ya...?!" gumam Eddu sambil termenung dan manggut-
manggut.
"Mendingan energimu dipakai untuk kesibukan lain yang
bermanfaat, daripada mikirin seorang pengkhianat, nggak ada
habisnya. Bisa-bisa kamu gila hanya gara-gara mikirin cewek
begituan."
Setelah diam merenungi kata-kata Kumala, tiba-tiba Eddu
mengejutkan pertanyaan yang membuat Kumala tertawa kecil.
"Kamu sendiri bagaimana? Kamu sudah punya pacar, kan?"
Tawa kecil itu menambah kecantikan yang terpampang di
wajah anak bidadari itu. Tentu saja hati Eddu semakin
berdebar-debar ditaburi bunga-bunga indah yang
mengagumkan. Eddu merasakan ada bagian tubuhnya yang
gemetar lantaran perasaan kagum yang berlebihan. Tapi ia tak
tahu bagian mana yang bergetar itu.
"Kalau aku belum punya pacar kau mau apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Eddu bertambah deg-degan. Bingung juga menjawab


pertanyaan seperti itu, apalagi di iringi tatapan mata yang
terasa tembus sampai di lubuk hati, rasa-rasanya Eddu lebih
baik tidur nyenyak ketimbang menghadapi pertanyaan seperti
itu.
"Aku tahu kau kagum padaku. Kau tertarik padaku, bukan?"
ceplos Kumala, sengaja membuat pemuda itu semakin salah
tingkah.
Katanya lagi, "Suka kepada lawan jenis itu hal yang wajar.
Normal-norma l saja. Nggak perlu sampai gugup dan
kehilangan seribu kata begitu dong. Santai aja.".
Senyum Kumala mekar kembali. Berseri indah, membuat
mata Eddu sulit berkedip. Bahkan menelan ludahnya sendiri
saja susahnya bukan main, apalagi jika ludah itu sudah jatuh
ke meja, jelas lebih sulit lagi untuk ditelannya kembali.
"Aku tahu kau dalam keadaan stress berat. Aku tahu
pikiranmu sangat kacau. Maukah kau kubuat tenang?"
"Hmm... hmmm... hmmmmmau... mau aja. Tapi... tapi
bagaimana caranya?"
"Oho, jangan berpikiran jorok begitu dong. Aku punya
maksud ngak sejorok yang kau bayangkan."
"Edan cewek ini. Dia tahu aku berpikiran tentang ranjang
kemesraan?!" gumam Eddu dalam hatinya.
"Begini cara membuatmu tenang. Buka telapak tanganmu!"
Eddu memang bingung, tapi ia menurut saja apa kata si
cantik berlesung pipit itu. Telapak tangan dibuka di depan
Kumala, lalu jari telunjuk Kumala menempel di telapak tangan
itu, sedikit menekan.
Eddu merasakan ada getaran aneh yang masuk ke dalam
tangannya. Getaran itu semakin merayap ke sekujur tubuh.
Eddu merasa sekujur tubuhnya seperti kesemutan Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hatinya yang gundah dan pikirannya yang kacau balau itu


tiba-tiba menjadi tenang Sekalipun telunjuk itu sudah diangkat
dari telapak tangannya, namun Eddu masih merasa gentaran
lembut yang membuat hatinya tenteram dan diliputi
kebahagiaan.
"Rasa kagumku semakin bertambah padamu," Eddu berani
bicara begitu dengan tutur kata yang lemah lembut, tanpa
kegugupan sedikit pun.
"Kagum boleh saja. Tapi... sebaiknya kau tengok dulu
simpananmu di kamar."
"Simpananku?!" Eddu berkerut dahi. "Simpanan apa
maksudmu?"
"Gadis yang sejak tadi kau tinggalkan di kamar atas itu
sudah lama menunggumu."
"Gadis yang mana?!"
"Apakah kamu nggak bisa lihat dari sini?!" sambil Kumala
melirik ke balkon villanya Robby Chandra.
"Nah, lihat itu. Bayangannya kan kelihatan dari sini. Dia
mondar-mandir dengan gelisah tuh. Dia pasti menunggumu.
Ayo, pulanglah dulu biar dia nggak marah-marah padamu."
Eddu memandang ke balkon kamarnya sendiri dengan dahi
semakin berkerut. Bahkan ia sempat bangkit dari duduknya,
maju tiga langkah untuk mempertegas penglihatannya.
Memang tampak bayangan seorang gadis berambut panjang
yang mondar-mandir di dalam kamar itu. Tapi rasa heran
Eddu justru semakin besar.
"Aku nggak nyimpen perempuan, Kumala. Aku datang
kemari sendirian?"
"Oh, ya...? Lalu, siapa perempuan ramping itu?!"
"Aak... aku... aku nggak tahu!" Eddu menyentakkan
pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu kau kedatangan tamu halus."


Ketenangan Eddu buyar kembali.
(Oo-dwkz-234-oO)

3
SEMULA Eddu takut menengok kamarnya. Tapi desakan
Kumala membuat Eddu malu jika merasa takut melihat
keadaan kamar di lantai atas itu.
"Dia yang statusnya cewek aja berani, masa aku ketakutan
sih?" pikirnya.
"Ayolah, kita tengok bersama, Ed. Kalau ada apa-apa biar
kutangani sendiri!"
Waktu itu Tante Riza ikut keluar, dan melihat juga
bayangan seorang wanita dari jendela kaca kamar tersebut.
Tante Riza menyarankan agar Eddu tak perlu takut jika
bersama Kumala.
"Mungkin kamu belum tahu, ya...? Kumala ini 'orang pintar'
yang sudah nggak asing lagi dengan hal-hal kayak gitu.
Semua setan, hantu, dan sejenisnya... lari pontang-panting
kalau ketemu Kumala. Sudah, Sana...! Tengok dulu siapa yang
ada di kamarmu itu!"
Hanya berdua mereka menengok kamar tersebut. Dalam
hati Eddu masih sangsi, "Benarkah Kumala 'orang pintar'
sejenis dukun? Masa dukun cantiknya bukan main sih"
Setibanya di dalam kamar itu, ternyata kamar tersebut
dalam keadaan kosong. Eddu mencarinya sampai ke balkon,
tetap tak ada siapa-siapa. Tapi ia mencium bau wangi
kembang yang menurutnya bukan berasal dari parfumnya.
Eddu pun merinding setelah sadar bau kembang itu adalah
kembangnya orang mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala menatap ke arah ranjang. Eddu iadi ikut-ikutan


memandangi ranjang. Dahi Eddu berkerut, karena seprai
ranjang itu tampak lusuh.
"Saat kutinggalkan, ranjang ini masih rapi. Seprainya nggak
lusuh begini."
"Perempuan itu tadi sudah berbaring di sini dengan hati
gelisah. Sepertinya ia menunggu seseorang yang tiada
kunjung datang. Mungkin kaulah yang ditunggunya."
"Tapi aku nggak bawa perempuan siapa pun, Kumala.
Berani sumpah deh! Aku sendirian!" tegas Eddu.
"Kamu nggak sadar kalau dari tadi bersama dia."
"Dia siapa?"
Kumala memejamkan mata. "Dia berwajah cantik,
hidungnya mancung, alisnya agak lebat, bulu matanya lentik,
dadanya... hm, cukup lumayan montoknya. Dan... ooh, di
lengannya ada tato gambar naga terbang berukuran kecil."
'Tato naga terbang?!" Eddu menggumam tegang. Kumala
membuka mata, menarik napas dalam-dalam. Tetapi bersikap
tenang dan kalem.
"Siapa cewek yang punya tato naga terbang di lengan
kirinya itu? Kurasa kau pernah bertemu dengannya, Ed."
Dengan suara lirih dan parau, mata memandang datar dan
kosong, Eddu menyebutkan sebuah nama yang sempat
terekam dalam ingatannya.
"Inggri...."
Kini ganti Kumala yang sedikit berkerut dahi.
"Inggri nama gadis bertato naga terbang itu?!"
Eddu menganggukkan kepala, menatap Dewi Ular dengan
mengandung kecemasan. Tanpa diminta Eddu menjelaskan
tentang siapa Inggri sebenarnya. Penjelasan itu dituturkan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat Tante Riza, sehingga janda cantik yang masih punya


tubuh tergolong sexy itu ikut mendengarkan juga.
"Sebelum aku akhirnya memutuskan untuk mengasingkan
diri di sini, aku sempat keluar masuk diskotek selama
beberapa malam. Pikirku, dengan cara begitu aku bisa
melupakan kekecewaanku terhadap Rina. Ternyata otakku
justru semakin kusut. Aku selalu ingat Rina pada saat-saat
kubawa ke diskotek atau ke cafe-cafe."
Kumala dan Tante Riza menikmati mie rebusnya sambil
menyimak apa yang dituturkan Eddu. Pemuda itu sendiri
justru tidak menelan apa pun kecuali kopi hangatnya. la tak
punya gairah untuk menikmati hidangan malam itu.
"Dalam keadaan seperti itu," lanjut Eddu. "Aku bertemu
dengan seorang gadis yang berpakaian seperti rocker. Sepatu
lars kulit, rok mini sekali dari kulit sintetis, mengenakan blus
ketat cekak tak berlengan dari kulit juga, dan rambutnya
disanggul asal-asalan. Di lengannya kulihat tato biru
bergambar naga terbang. Aku tertarik padanya. Dia tidak
menutup kesempatan padaku, sehingga aku tahu dia bernama
Inggri."
"Apa profesinya? Wanita malam?" sela Tante Riza.
"Bukan. Dia mengaku sebagai penyanyi tetap di sebuah
bar. Setiap hari Kamis dia off, dan hari pertemuanku itu
adalah hari Kamis."
"Malam Jumat dong?" gumam Tante Riza bernada tegang.
"Ya. Tapi aku nggak menghiraukan tentang hari. Yang
jelas, Inggri enak diajak bicara. Sempat membuatku lupa
tentang pengkhianatan Rina. Akhirnya, malam itu juga dia tak
keberatan jika obrolan kami lanjutkan di kamar sebuah hotel."
"Kau bercinta dengannya?" sela Tante Riza lagi.
"Yah... begitulah," Eddu menjawab apa adanya. "Kami
saling menikmati kebahagiaan. Kami sama-sama memperoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepuasan. Kami sama-sama tidur saling berpelukan. Ketika


aku bangun, ternyata Inggri sudah nggak ada. Dia sudah
pergi. Esoknya kucoba lagi mencari dia di Ligos Cafe, sebab
sebelum aku kehilangan dia, aku ingat dia pernah
menyinggung nama Ligos Cafe sebagai tempat kerjanya di
malam berikutnya."
"Lalu, kau temukan dia di Ligos Cafe?"
Eddu menggeleng lesu. "Aku nggak ketemu dia.
Kutanyakan pada salah seorang personil band yang kebetulan
adalah mantan anggota kelompok band-ku sendiri. Tapi
penjelasan yang kuterima sangat mengejutkan."
"Apa kata temanmu itu?" desak Tante Riza semakin tak
sabar.
"Temanku bilang, sebulan yang lalu memang mereka
mengiringi penyanyi rocker bernama Inggri. Tetapi sekitar
seminggu yang lalu, Inggri tewas dalam sebuah kecelakaan.
Mayatnya tak ditemukan, karena mobilnya ikut masuk ke
jurang. Entah jurang mana, yang jelas... Inggri telah tewas."
"Oh, kalau begitu... malam itu kau bersama rohnya Inggri?"
Tante Riza menghentikan makannya.
"Agaknya memang begitulah kenyataan yang kualami,
Tante Yang jelas, sejak itu aku menjadi semakin kacau. Lalu
kuputuskan untuk mengasingkan diri di s ini beberapa hari. Aku
berharap dengan menyendiri di sini ketenanganku. kembali
kudapatkan dan semangat hidupku kembali menyala seperti
dulu lagi."
Suara lembut Kumala pun terdengar di antara kebisuan
yang tercipta sekitar 5 detik itu.
"Bukan hanya manusia yang ingin bernostalgia, bukan
hanya manusia yang punya rindu, tapi roh halus pun bisa
punya rindu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Gawat! Hati-hati kamu, Ed. Bisa-bisa kamu diajak pergi ke


alam sana, nggak balik-balik baru tahu rasa luh!"
Eddu tersenyum dingin. "Setelah aku tahu dia bukan
manusia, aku nggak ingin bertemu Inggri lagi. Dan... dan aku
nggak lahu kalau malam ini dia sempat muncul di kamarku itu.
Aku jadi takut tidur di sana. Aku ingin kembali ke Jakarta
saja."
"Ngapain malam-malam begini pulang ke Jakarta? Kalau
memang kamu takut tidur di sana, ya sudah... tidur di sini
saja," kata Tante Riza sambil melirik Kumala dengan senyum
tipis punya makna tersendiri.
Kumala menarik napas, mengalihkan suasana dengan suara
desahannya yang bernada cemas.
"Si Buron ke mana, ya? Dari tadi sore belum balik-balik
juga tuh anak?!"
"Oh, iya! Buron bagaimana tuh?!" timpal T ante Riza dengan
wajah sedikit tegang.
Buron diperintahkan mencari sumber energi gaib. Mengapa
sampai sebegitu malam ia belum kembali? Di mana jelmaan
Jin Layon itu sekarang berada?
(Oo-dwkz-234-oO)

Ada sesuatu yang tak beres pada diri Buron. Begitulah


firasat batin Kumala saat gagal mencari Buron melalui
teropong gaibnya. Dewi Ular sudah mencoba mendeteksi
keberadaan Buron dengan kekuatan batinnya, tapi ternyata ia
gagal mendeteksi posisi Buron di malam itu.
"Saya harus segera menyusulnya, Tante."
"Aduh, terus gimana dengan diriku dong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tante tetap saja di sini. Tempat ini sudah saya pagar


dengan kekuatan gaib yang nggak bisa ditembus oleh roh
halus dari mana pun juga asalnya. Saya pasang penangkal
mengelilingi villa ini, bahkan sampai villanya Eddu."
"Benarkah begitu?"
"Ya. Asal Tante dan Eddu jangan keluar dari batas pagar,
saya jamin nggak akan terjadi apa-apa. Saya akan kembali
secepatnya setelah menemukan Buron.''
"Ba... bagaimana kalau... kalau rohnya Inggri datang lagi?"
"Dia nggak akan bisa masuk kemari. Kalau toh dia datang
lagi, dia hanya bisa menampakkan diri di luar pagar, atau di
jalanan sana. Sebaiknya kalian nggak perlu memandang ke
arah luar biar nggak terganggu oleh kemunculan jahil dari
mereka."
"Tapi cepat kembali lho!"
"Ya. Secepatnya saya akan kembali!"
Di ruang makan itu, Eddu me lihat dengan mata kepala
sendiri sebuah keajaiban yang dilakukan oleh Kumala Dewi.
Wajah cantik bertubuh sintal itu tiba-tiba berubah seperti
genangan air di udara. Samar-samar tampak perubahan wujud
Kumala menjadi seekor ular hijau. Namun hanya sekejap hal
itu bisa disaksikan dengan mata telanjang. Ular hijau itu
bagaikan melesat masuk ke dalam lapisan udara, dan lenyap
tanpa bekas apa pun. Bayang-bayang genangan air pun tak
ada. Yang tersisa hanyalah aroma wangi cendana bercampur
pandan. Wewangian tersebut sebenarnya adalah bau keringat
dari tubuh si anak bidadari itu.
Pada mulanya Eddu memang menggigil melihat Kumala
Dewi lenyap secara gaib. Wajahnya menjadi pucat pasi.
Demikian halnya dengan Tante Riza. Ia memang baru kali itu
melihat Kumala berubah wujud dan lenyap secara misterius.
Tetapi karena ia sudah sering mendengar cerita seperti itu dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

teman-temannya yang juga kenal Kumala, maka rasa


kagetnya tidak sampai membuatnya shock seperti Eddu.
Justru Tante Riza mencoba memberi penjelasan kepada Eddu
tentang siapa sebenarnya Kumala, pehingga ketegangan dan
rasa takut Eddu pun mulai berkurang.
"Aku justru merasa tersiksa berada di tempat ini. Upayaku
mencari ketenangan jiwa nggak berhasil. Yang kudapatkan
malah guncangan jiwa berkali-kali."
Eddu bicara dengan nada mengeluh. Tante Riza mencoba
memberikan terapi dengan caranya sendiri agar Eddu tidak
merasa semakin tersiksa batinnya. Dengan menampakkan
rasa pedulinya terhadap perasaan Eddu, lama-lama pemuda
itu merasa mendapat tempat untuk mencurahkan segala
kepahitan hatinya.
"Kita bicara di lantai atas saja. Biar nggak terganggu suara
teve," kata Tante Riza. la merasa tak enak hati jika harus
memadamkan teve, karena Mang Jamin dan Mak Saroh
sedang asyik-asyiknya mengikuti acara teve yang mereka
gemari. Terpaksa Tante Riza merasa harus mengalah dengan
melanjutkan percakapannya di lantai atas.
Di dalam kamar tidur yang berukuran sedang jtu,
percakapan mereka benar-benar tak terganggu oleh suara apa
pun. Kamar itu semi kedap suara. Debur ombak pun tak akan
terdengar jika pintu balkon tidak dibuka. Tante Riza sengaja
tidak menghidupkan teve ataupun CD agar apa yang sedang
mereka bicarakan dapat lebih terfokus lagi.
Di alam gaib yang serba mendung itu, Kumala tidak
berwujud seperti ular, melainkan tampil dalam keadaan biasa,
sebagaimana seorang gadis cantik yang mengenakan jeans
dan T shirt ketat. Ia seperti anak ABG yang tersesat di alam
gaib. Setiap gerakannya menimbulkan kesan mencari sesuatu.
Dalam dimensi alam gaib itu, Dewi Ular mampu bergerak
cepat bagaikan angin. Bagi penghuni alam gaib, gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

secepat itu bukan hal aneh lagi. Mereka yang tinggal di sana
dapat mengikuti gerakan secepat apa pun tanpa merasa
kebingungan.
Namun di alam gaib itu Kumala justru merasa kebingungan
sendiri. Selama ia bergerak mondar-mandir ke sana-sini,
ternyata yang ia temukan hanya kesunyian. Sepi, lengang,
dan gersang. Pohon-pohon yang tumbuh di sana tanpa daun
dan tanpa air. Kering. Tanahnya pun berdebu tanpa rumput
hidup sehelai pun.
"Kenapa jadi sesepi ini?!" gumamnya dalam hati. "Nggak
biasanya tempat ini sangat sepi dan lengang begini. Ke mana
perginya roh-roh yang biasanya bergentayangan dengan
keusilannya masing-masing itu?"
Tiba-tiba dari arah belakang, Kumala merasakan adanya
hembusan angin yang mendekat. Hembusan itu terasa
hangat, makin dekat makin panas. Dengan gerakan cepat,
anak Dewa Permana dan bidadari Dewi Nagadini itu
membalikkan badan, berhadapan dengan datangnya hawa
panas tadi. la segera mengangkat tangan kanannya lurus ke
depan dengan telapak tangan menghadap ke depan pula.
Deebb...! Ada sesuatu yang dirasakan berhenti dalam jarak
5 meter darinya. Sesuatu yang berhenti itu adalah gumpalan
kabut abu-abu yang mengambang di udara. Namun dalam
waktu sangat singkat, gumpalan kabut itu berubah wujud
menjadi sosok manusia berkerudung hitam. Seluruh tubuhnya,
dari kepala sampai kaki, terbungkus kerudung hitam. Hanya
bagian wajahnya yang tampak tak tertutup kerudung hitam
itu.
Di tangan orang berkerudung hitam itu tergenggam
tongkat berujung sabit panjang, seperti paruh burung bangau.
Senjata garda tersebut dikenal oleh Kumala sebagai
senjatanya El Maut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi agaknya kali ini yang datang menghampirinya bukan


El Maut sendiri. Agaknya orang yang berkerudung hitam itu
adalah anak buah atau pesuruhnya si pencabut nyawa: El
Maut. la berwajah separuh tengkorak, separuh utuh seperti
manusia biasa. Mengerikan sekali wajah itu bagi orang awam.
Tapi bagi Kumala, wajah menyeramkan itu sudah bukan hal
yang aneh dan tak bisa membuatnya ketakutan.
"Kumohon segeralah menyingkir dari sini, Nyai Dewi Ular!"
"Oh, kau tahu siapa diriku rupanya. Tapi aku belum tahu
siapa kau sebenarnya?"
"Aku...'. Sang Ajal, penjaga Gerbang Neraka."
"Oo, kamu pelayannya El Maut?"
"Benar, Nyai Dewi. Aku diutus untuk memperingatkan
dirimu agar jangan berada di jalur petaka ini."
"Kenapa aku nggak boleh berada di jalur ini?" tanva Kumala
dengan nada tegas dan berwibawa.
"Apakah kau belum dengar, bahwa Guci Lorong Kubur
sedang dibuka penutupnya?! Roh mana pun yang lewat jalur
petaka ini dapat terhisap masuk ke dalam guci itu dan tak
akan bisa keluar lagi. Jika ingin melanjutkan perjalananmu,
tunggulah beberapa waktu lagi, sampai bulan merah muncul
dan Guci Lorong Kubur akan tertutup dengan sendirinya."
"Guci Lorong Kubur?! Hmm, siapa yang menggunakan guci
keramat itu?!"
"Penyihir tua itu berhasil merampasnya dari tangan Dewa
Bencana. Dialah sekarang yang menguasai roh-roh dari mana
pun, menjadi tuan bagi kekuatan gaib yang terperangkap
dalam guci keramat itu!"
"Celaka! Ka lau begitu temanku pasti terperangkap di sana!"
"Kalau boleh kutahu, siapa teman yang kau cari, Nyai
Dewi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jin Layon!"
"Tepat sekali. Dia memang terperosok masuk ke dalam guci
keramat itu. Aku melihatnya dari kejauhan."
"Aku harus membebaskannya sekarang juga!"
"Nyai Dewi...!" cegah Sang Ajal sebelum Dewi Ular
berkelebat pergi. Tokoh berwajah separuh tengkorak itu
segera menghalang berdiri di depan Dewi Ular.
"Kalau kau nekat ke sana, kau akan terjebak dalam guci
keramat itu, Nyai Dewi. Jika kau terjebak ke dalam sana, kau
tak akan bisa keluar lagi dan akan menjadi budaknya si
penyihir tua itu!"
Sebelum Kumala Dewi berkata lagi, tiba- tiba datang kabut
merah yang berhembus sangat cepat. Kabut merah itu
berputar-putar membentuk pusara badai yang luar biasa
cepatnya dan sulit dihindari lagi.
"Sang Ajal, awaass...!"
Wuuuussss...! Sang Ajal tersapu badai kabut merah.
Tongkatnya sempat terulur hampir membabat kepala Dewi
Ular. Namun justru tongkat itu ditangkap oleh kedua tangan
Dewi Ular dan digenggamnya kuat-kuat.
"Nyai Dewi, pertahankan diriku!" seru Sang Ajal. Dewi Ular
mengerahkan tenaga untuk menahan tubuh Sang Ajal agar
tidak terbawa hembusan badai kabut itu. Tetapi kekuatan
tersebut ternyata kalah besar dengan daya hisap badai kabut,
sehingga Sang Ajal pun melayang dalam putaran cepat. Dewi
Ular terbawa serta tanpa bisa mempertahankan dirinya
sendiri.
Wuuuuurssss...!
"Pegang tongkatmu kuat-kuat, Sang Ajaaaall...!" terdengar
seruan Dewi Ular yang makin lama makin menjauh, kemudian
lenyap tergulung badai kabut bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

(Oo-dwkz-234-oO)

4
GERIMIS turun membasahi bumi. Sekalipun hujan malam
itu tak seberapa deras, tapi karena disertai hembusan angin
kencang yang menyerupai badai, maka cuaca di sekitar pantai
menjadi sangat buruk. Pucuk-pucuk pohon meliuk ke sana-sini
bagaikan ingin tercabut dari akarnya. Bahkan di jalan raya
menuju Jakarta, pohon besar sempat tumbang melintang di
tengah jalan. Arus lalu lintas macet total.
"Hujan gerimis ini kayaknya bukan hujan sembarangan,
Ed."
"Iya, nih. Hawa dinginnya sangat mencekam. Kayaknya
mampu menembus dinding!"
"Astaga...! Lihat keluar, Ed...! Ada busa salju di atas
dedaunan?!"
Eddu ikut memandang dari pintu kaca balkon. Gorden yang
melapisinya disingkapkan sedikit, dan tampaklah daun-daun
berwarna putih serta butiran gerimis yang bercampur serbuk
putih bertaburan. Serbuk putih itu tak lain adalah busa-busa
salju yang makin lama semakin membungkus bumi.
"Gila! Kenapa cuaca bisa jadi seburuk ini, ya?" gumam
Eddu dengan cemas. "Matikan AC-nya deh, Tante."
"Kan sudah kumatikan dari tadi."
"Kok masih dingin begini s ih?"
"Hawa salju itu yang meresap masuk ke kamar ini!" ujar
Tante Riza dengan kedua tangan memeluk diri sendiri. Ia
membuka lemari pakaian.
"Pakai sweaterku, ya Ed. Buat mengurangi rasa dingin ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nggak usah, Tante. Aku...."


"Nih, pakai!" Tante Riza nekat melemparkan sweater tebal
untuk Eddu. Mau tak mau pemuda itu akhirnya
mengenakannya. Tante Riza sendiri juga mengenakan sweater
lain yang berleher tinggi.
"Gila! Masih dingin juga, ya?"
"lya nih. Kurasa cuaca malam ini adalah cuaca bikinan
iblis!" ujar Tante Riza.
"Bagaimana kalau kita pakai buat minum champagne?
Kamu doyan champagne kan?"
"Boleh juga buat melawan rasa, dingin ini, Tante."
"Atau... mau vodca? Aku juga punya stock vodca buat
tamu-tamu asingku yang kebetulan bersantai di s ini."
"Champagne aja deh!"
Tante Riza mengeluarkan sebotol Champagne dari bufet
kaca yang ada di luar kamar. Ia menuangkan ke dalam dua
gelas kecil berkaki panjang.
"Ini minuman kesukaanku," ujarnya sambil torsenyum
bangga.
Hujan semakin deras. Suara gemuruh semakin jelas.
Karena kamar itu semi kedap suara maka gemuruh yang
didengar hanya samar-samr.
Terlalu banyak minuman beralkohol yang diteguknya, Eddu
menjadi kliyengan. Agaknya Tante Reza pun mulai dipengaruhi
minuman tersebut, sehingga suaranya semakin sumbang dan
sedikit parau.
"Kalau begini terus, bisa mati kedinginan kita, ya Ed?"
"lya nih. Kok masih terasa dingin juga sih?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tante Riza bergeser lebih dekat lagi. "Udara seperti ini


enaknya memang buat berpelukan. Pasti hangat deh."
"Ah, lebih enak lagi dipakai buat tidur," kata Eddu sambil ia
bergegas naik ke ranjang. Tante Riza terpaksa mengikutinya.
Naik ke ranjang juga.
"Tidur sambil berpelukan akan terasa semakin hangat, Ed."
"Iya sih. Cuma... siapa orang yang mau memelukku?"
"Aku juga ingin dipeluk. Tapi siapa yang mau, ya?" sambil
Tante Riza tersenyum dengan mata mulai memandang sayu.
"Ed, bagaimana kalau kita saling berpelukan?"
"Jangan, ah. Nanti giliranku terbakar."
"Nggak apa-apa. Kalau memang gairahmu terbakar, aku
akan memadamkannya."
"Ah, Tante bisa saja!" Eddu tersipu malu. Ia menarik
selimut, menutupi tubuh sebatas perut. Tante Riza ikut masuk
ke dalam selimut itu. Tanpa ragu-ragu lagi tangannya
memeluk dada Eddu.
"Cukup lama aku nggak berpelukan begini lho, Ed."
"Masa...?"
"Karena terlalu sibuk ngurusin bisnis, jadi nggak sempat
berpelukan begini. Malahan... aku lupa rasanya bercinta."
Eddu tertawa kecil. "Ada-ada aja, Tante ini."
"Aduh, hangat sekali kalau berpelukan begini, ya?"
"Lebih hangat lagi kalau saling berciuman,Tante."
"Oh, ya? Coba kau berikan ciuman padaku. Benar-benar
hangat nggak?"
"Tante nggak marah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku justru merasa gembira. Aku... aku butuh kehangatan


seorang lelaki, Ed."
Sambil berkata begitu, wajah Tante Riza makin mendekati
Eddu. Bibirnya berada tepat di depan mulut Eddu. Pemuda itu
pun mendekatkan mulutnya, lalu mengecup bibir Tante Riza
dalam posisi sama-sama tidur miring.
Tante Riza seperti bensin tersundut api. Begitu bibirnya
dikecup, ia membalas melumat bibir Eddu dengan bergelora.
Tangannya meremas rambut belakang Eddu, tubuhnya
semakin dirapatkan lagi, sehingga sebentuk kehangatan terasa
diperolehnya sampai ke dasar hati.
"Ooh, Ed... ternyata benar-benar hangat sekali kecupan
bibirmu."
"Itu baru kecupan di bibir, Tante."
"O, ada yang lainnya lagi?"
"Kecupan di tempat lain juga akan membuat Tante menjadi
semakin hangat."
"Mau dong...!" rengek T ante Riza. "Lakukan di tempat lain
dong, Ed."
Tangan Eddu menyingkapkan blus dan sweater yang
menutupi dada Tante Riza. Sepasang bukit yang masih
tergolong sekal itu tersentuh oleh tangan Eddu. Ia
meremasnya pelan-pelan. Tante Riza memejamkan mata
dengan mulut mendesis dan bibir merekah.
Eddu segera bergeser turun. Kepalanya masuk ke dalam
selimut tebal. Di sana mulut Eddu menemukan pucuk-pucuk
bukit yang merentang penuh tantangan. Eddu memagutnya
pelan-pelan.
''Oouh, Eddd... yaaaah, hangat sekali, Eddu. Oouuuh...."
Saling menukar kehangatan membuat mereka semakin
hanyut dalam kobaran api gairah. Cumbuan Eddu sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membuat Tante Riza tak bisa bilang apa-apa kecuali


mendesah, mengerang dan menghamburkan sanjungan
kemesraan.
"Ooh Eeduuuuu... oouuhhff...!" tangan Tante Riza menarik
lengan Eddu, seolah-olah ingin membawa bibir Eddu ke
bibirnya. Fada saat itu, Eddu sendiri telah me lepaskan diri dari
pembungkus tubuhnya. Maka ketika Eddu memberi kecupan di
bibir Tante Riza, perempuan itu mengerang panjang dalam
satu sentakan nikmat.
"Uuhhhmmmmmm...!!"
Kedua tangan Tante Riza memeluk kuat-kuat tubuh Eddu,
karena ia merasakan tikaman hangat yang melambungkan
jiwanya kelangit-langit asmara. Eddu telah memberikan
kehangatan yang sejati. Ia mengayun perahu cintanya dengan
lembut, seolah-olah setiap sentuhan diresapi betul
keindahannya.
Hujan salju menjadi semakin deras. Hujan asmara pun
sangat deras, membuat Tante Riza tersentak dan memekik
penuh ungkapan rasa bahagianya. Eddu telah memberikan
kemesraan yang sangat deras, dan kemesraan seperti itu
sudah lama tak diperoleh Tante Riza. Wajar jika janda cantik
itu tak ingin me lepaskan pelukannya yang mencengkeram
kuat-kuat punggung Eddu.
"Tetaplah begini sampai pagi, Eddu. Kau sanggup?"
"Kalau hanya saling memeluk begini, apa sulitnya sih?"
Eddu tertawa kecil di sela engahan napasnya.
Sayangnya beberapa saat kemudian, ada sesuatu yang
memaksa mereka harus melepaskan pelukan. Sesuatu yang
membuat mereka saling melepaskan diri adalah suara seorang
wanita yang berseru dari luar di sela deru angin dan gemuruh
hujan bertabur busa salju itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eddduuuuuu...!! Eeeeeddd,..! Edduuuuu...!"


Mereka sama-sama tersentak kaget. "Suara siapa itu?!"
"Nggak tahu!" Eddu menggeleng dengan wajah tegang.
Suara itu samar-samar sekali kedengarannya. Tapi ketika
Tante Riza membuka pintu balkon, bukan hanya angin dan
busa salju saja yang menerobos masuk, melainkan suara asing
itu juga terdenqar jelas memanggil Eddu.
"Eeduuuu...! Jangan berikan kemesraanmu padanya!
Eddduuu, aku ingin memiliki kemesraanmu itu, Sayaaang...!"
Tante Riza buru-buru menutup pintu balkon. Bukan hanya
takut basah, tapi juga takut dengan suara perempuan yang
melengking tinggi itu. Wajahnya menjadi tegang dan pucat
ketika memandang ke arah Eddu.
"Ada perempuan di luar sana! Dia berambut panjang dan
bergaun putih!"
Sekalipun dililit perasaan takut, tapi hati Eddu sangat
penasaran. Ia pun bergegas- mengintai dari balik kain gorden
pelapis pintu kaca.
"Hahh...?!" Eddu tersentak semakin tegang. Ia melihat
seorang perempuan cantik berdiri di luar pagar. Perempuan itu
mengenakan gaun putih tanpa lengan dan hanya bertali kecil
di pundaknya. Rambut perempuan itu meriap-riap
dipermainkan angin. Busa-busa salju melekat di rambut
panjang itu.
Eddu hafal betul dengan wajah cantik lersebut. Ia menjadi
gemetar, bahkan menggigil dan sulit bicara. Tante Riza
membujuknya terus agar Eddu mau menjelaskan siapa
perempuan tersebut.
"Ddi... dia... dia... yang bernama.... Inggri ! "
"Ooh, benarkah?!" Tante Riza ikut menggigil ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eduuu, jangan bagikan kemesraanmu pada perempuan


itu. Datanglah kemari, Eddu! Datanglah kemari, Sayaaang...!"
"Ed, ja... jangan! Jangan keluar. Ingat pesan Kumala!"
cegah Tante Riza dengan suara terbata-bata. Mereka duduk di
tepian ranjang, sama-sama menggigil dan saling berpelukan.
Sementara itu, suara roh Inggri masih terdengar memanggil-
manggil Eddu, dan mengharap kedatangan Eddu padanya.
"Eddu, keluarlah sekarang juga! T inggalkan perempuan itu,
Eddu! Kalau kau tak mau keluar, kuhancurkan rumah ini
bersama penghuninya! Cepat, keluarlah sekarang juga, Eddu!
Aku rindu padamu, Sayang ...!"
Eddu dan Tante Riza semakin tegang. Villa itu akan
dihancurkan. Haruskah Eddu tetap berada dalam pelukan
Tante Riza? Haruskah Tante Riza tetap memeluk Eddu dan
membiarkan ancaman itu jadi kenyataan?
(Oo-dwkz-234-oO)

Kubah merah transparan berukuran separuh kota Jakarta


telah mengurung mereka. Dewi Ular dan Sang Ajal ada di
dalamnya. Kubah merah transparan itu adalah tutup dari Guci
Lorong Kubur yang telah menyedot seluruh roh kekuatan gaib.
Mereka yang berkeliaran di jalur petaka tak dapat menghindari
daya hisap guci m ilik Dewa Ardhitaka, alias Dewa Bencana.
Bukan hanya Sang Ajal dan Dewi Ular saja yang
terperangkap dalam Guci Lorong Kubur, tetapi roh lain juga
ada di situ. Para jin dan anak buah si raja iblis Damasscus
juga ikut terperangkap.
Melihat Dewi Ular jatuh ke dalam guci tersebut, Buron
segera menghampirinya. Ia menceritakan perjalanannya yang
gagal menemukan sumber energi gaib, namun justru terjebak
masuk dalam guci itu. Kumala cukup memaklumi jika Buron
tidak berhasil menghindari daya serap Guci Lorong Kubur,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena memang kesaktian guci itu sangat tinggi. Sulit dilawan


oleh kesaktian seorang jelmaan jin seperti Buron. Bahkan
kesaktian Kumala sendiri kalah menghadapi daya hisap guci
tersebut.
"Setahuku," kata Dewi Ular. "... guci pusaka ini untuk
menampung roh-roh orang yang mati secara sesat. Tapi
kenapa guci ini sampai bisa jatuh ke tangan si penyihir tua?!"
"Sepertinya mustahil sekali Dewa Ardhitaka dapat
dikalahkan oleh penyihir tua itu,"" timpal Buron.
Sang Ajal menjawab, "Aku me lihat sendiri pertarungan
Hyang Dewa Ardhitaka dengan penyihir tua. Seancainya si
penyihir tua itu tidak menggunakan lima pusaka pedang
terampuh di bumi, Dewa Ardhitaka tidak akan terpental dan
gucinya tidak akan jatuh dari tangan."
"Lima pedang terampuh? Ooh, pedang milik siapa itu, Sang
Ajal?"
"Milik lima raja besar di bumi yang telah dicuri oleh si
penyihir tua. Beratus-ratus tahun si penyihir tua itu hanya
menyimpan empat pedang, kini ia telah rnemiliki satu pedang
pusaka terampuh di bumi, yang dicurinya dari Pegunungan
Hima laya. Kini dengan menguasai lima pedang terampuh di
bumi itu, si penyihir tua berani melawan dewa apa saja.
Sebagai korban pertama adalah Dewa Ardhitaka."
"Apakah Dewa Ardhitaka tewas di tangan si penyihir tua?"
"Tidak, Nyai Dewi. Hyang Dewa Ardhitaka sedang mengadu
ke Kahyangan. Si penyihir tua memburunya ke sana. Mungkin
dia akan bikin Kahyangan menjadi berantakan dengan lima
pedang terampuh di bumi itu!"
"Celaka! Ayah-ibuku ada di sana, jangan-jangan menjadi
korban juga?!" geram Kumala dengan cemas. "Siapa
sebenarnya si penyihir tua itu, Sang Ajal? Apakah kau dapat
mengenalinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia adalah tokoh sesat yang pernah hidup ketika kerajaan


Tarumanegara masih berdiri. Dia pun musuh dari para raja di
zaman pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Setahuku.,.."
"Nyai Singgi?!" sahut Kumala Dewi.
"Benar, Nyai Dewi! Penyihir tua itu punya nama panggilan:
Nyai Singgi. El Maut sendiri takut menghadapinya, karena tak
akan mampu menandingi kesaktian lima pedang di tangan
Nyai Singgi."
Tertegun bisu Kumala merenungi kata-kata Sang Ajal.
Buron hanya bisa menggeram penuh murka yang tertahan.
Mereka tahu persis siapa Nyai Singgi.
Mereka pernah berurusan dengan Nyai Singgi, yaitu ketika
roh peny ihir tua itu merasuki raga seorang pemuda dan
menyuruh pemuda itu membunuh Kumala dan Andini. Nyai
Singgi adalah tokoh ilmu hitam yang telah membantu kakak
tirinya Andini untuk memperebutkan cinta mereka kepada
Wirasamba. Dengan bantuan Nyai Singgi, maka kakak tiri
Andini itu berhasil mengutuk Andini menjadi seekor burung
gagak, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERl
ASMARA TUA").
"Memang brengsek perempuan terkutuk itu!" geram Buron.
"Kalau Andini belum menikah dengan titisan Wirasamba, sulit
sekali menghancurkan kekuatan si penyihir tua itu! Sekarang
malah dewa pun dilawannya. Edan-edanan benar setan
penyihir itu!"
"Guci ini harus kupecahkan!" kata Kumala.
"Dewa Ardhitaka akan marah padamu, Kumala!"
Dewi Ular menghembuskan napas panjang. "Benar juga.
Salah-salah aku bisa dihukum oleh Paman Ardhitaka."
"Sebaiknya usahakan tutup guci ini terbuka tanpa harus
memecahkannya, Nyai Dewi,"'sela Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah kau mampu melakukannya?"


Setelah diam sebentar, Sang Ajal menjawab pelan, "Akan
kucoba!"
Tubuhnya yang terbungkus kain hitam gombrong itu
melesat ke atas. Tongkat berujung sabit panjang itu
diayunkan memutar. Makin tinggi makin cepat putarannya.
Seberkas cahaya biru menyebar dari putaran tongkat itu.
Blaar... blaar... blaaaang...!
Guci raksasa itu terguncang, tapi tidak seberapa parah.
Sang Ajal meluncur turun kembali. Ia memandang ke atas,
kubah merah transparan masih menutupi mereka. Itu
pertanda tutup guci belum bisa terbuka.
Sang Ajal mencobanya lagi. Kali ini dibantu oleh Buron.
Cahaya kuning berbentuk pipih dan lebar keluar dari kedua
tangan Buron. Cahaya itu membaur dengan cahaya birunya
Sang Ajal. Kedua cahaya tersebut menghantam tepian kubah.
Blegaaarrr...!
Guci berguncang hebat. Mereka yang ada di dalamnya
saling terlempar tunggang langgang. Mereka saling
berbenturan satu dengan yang lain, tapi saling tembus
bagaikan asap membentur asap.
"Payah...! Kalau tidak punya kemampuan jangan coba-coba
membuka guci ini! Hanya akan bikin sengsara kami saja!" seru
salah satu roh, entah yang mana, tak jelas.
"Panaasss...! Wooowww... panaaaasss .....!"
Mereka saling berteriak kepanasan. Memang suasana di
dalam guci raksasa itu menjadi panas. Mereka seperti berada
dalam belanga yang dipanggang. Hawa panas itu adalah
pantulan dari kedua sinar Sang Ajal dan Buron.
"Padamkan hawa panas ini! Hooiii...! Siapa yang sok-sokan
tadi, ayooo... padamkan hawa panas ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita bisa hangus terbakar!"


"Aku tidak ingin jadi debu lagi! Padam-kaaaann...!"
Mereka saling meneriakkan protes keras. Tapi Sang Ajal
segera melompat ke atas gugusan tanah yang membukit. Dari
sana ia menyalurkan kesaktiannya melalui getaran suara.
Tanpa ngotot kuat-kuat, suaranya sudah bisa menggema dan
didengar oleh semua yang terperangkap dalam guci raksaa
itu.
"Siapa yang akan bertingkah, aku tak segan-segan melebur
kalian!"
Semua suara menjadi bungkam. Kharisma dan wibawa
Sang Ajal cukup ditakuti oleh mereka, tak peduli dia roh halus
atau jin dan anak iblis.
"Aku mencoba membebaskan kalian. Kalau ternyata gagal,
kalian harus bisa memaklumi karena kita berada dalam sebuah
pusakanya Dewa Bencana."
"Panaaaasss...!" rintih sesosok roh wanita tua yang
melayang ke sana-sini.
Wuuut...! Dewi Ular melompat cepat, dalam sekejap sudah
berada di samping Sang Ajal. Ia masih berpakaian seperti
manusia biasa, sehingga para roh yang terpenjara itu tidak
tahu siapa gadis cantik yang rambutnya kini terurai lepas itu.
"Menyingkirlah sedikit, Sang Ajal. Akan kupadamkan dulu
hawa panas ini."
"Silakan, Nyai Dewi!" Sang Ajal sedikit membungkuk
sebagai tanda menghormat.
Dewi Ular merapatkan kedua telapak tangannya di dada.
Tiba-tiba kedua tangan itu disentakkan ke atas dengan satu
kaki berlutut.
Wuuut. .!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak cahaya hijau bintik-bintik menyebar dari kedua


tangan itu. Cahaya bintik-bintik itu bergerak cepat bagaikan
jutaan kunang-kunang yang beterbangan.
Suasana panas seketika itu juga menjadi sejuk. Mereka
yang semula blingsatan menjadi tenang kembali. Roh nenek
itu tidak lagi merintih, namun justru mendekati Buron dan
berkata dengan suara tuanya.
"Siapa gadis itu, Nak?"
"Kumala Dewi."
"Sakti juga, ya?"
"Iya dong. Dia kan majikanku!"
"Oo, kamu babu?"
"Enak aja babu! Asisten nih!" sambil Buron menepuk dada.
"Asisten itu makanan apa, Nak?"
"Semacam getuk!" jawab Buron dengan kesal.
"Oo, baru tahu aku kalau ada makanan semacam getuk
namanya asisten. Tapi kurasa gadis itu punya kesaktian yang
tinggi. Kenapa bukan dia yang mencoba membuka tutup guci
ini, Nak?"
"Nggak tahu."
"Aku mau menengok cucuku yang masih hidup. Kalau
terkurung di s ini, bagaimana bisa menengoknya, Nak?"
"Nggak tahu, nggak tahu..!" Buron kesal diikuti nenek itu.
"Suruhlah majikanmu untuk mendobrak tutup Kubah itu,
Nak."
"Iya, iya...! Udah jangan mengikuti aku terus."
"Memangnya kenapa?"
"Serem! Aku takut melihat wajahmu, Mak tua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi dulu aku cantik lho, Nak."


"Aaahh... iya, iya. Cantik. Udah sana dong!" hardik Buron
jengkel sendiri.
Kumala Dewi mendengar keributan itu. Ia mendekati Buron
dan si nenek.
"Ada apa, Ron?"
"Dia minta kamu mendobrak tutup guci ini."
"Aku mau menengok cucuku yang lagi khitanan, Neng.
Kalau aku nggak bisa keluar dari sini; bagaimana aku melihat
cucuku disunat? Aku takut dokternya salah sunat."
Sang Ajal menepuk pundak si nenek. Nenek itu pun
berpaling menatapnya. Dia terkejut takut dan mundur dua
langkah.
"Sebaiknya kau menunggu saja di sebelah sana bersama
yang lain, Nenek."
"Iya, iya... aku akan ke sana. Tapi... apakah kamu nggak
bosan pakai topeng begitu sejak tadi, Nak?"
"Ini bukan topeng!" sentak Buron. "Wajahnya memang
begitu."
"Ooo... kukira dia sejak tadi pakai topeng. Apa nggak
gerah, pikirku. Hee, hee, hee... permisi, ah! Jangan sentuh
aku lagi, ya Nak Topeng."
Roh nenek konyol itu segera pergi. Kumala yakin nenek itu
bukan roh sesat. Pasti roh baik-baik yang terhisap masuk ke
dalam guci raksasa itu.
"Aku. akan mencoba menembusnya sendiri. Kalau aku
sudah di luar, mungkin aku bisa membuka tutup guci ini dari
luar," kata Kumala.
"Sebaiknya memang kau berbuat sesuatu, Nyai Dewi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu Sang Ajal selesal bicara, Kumala Dewi melesat ke


atas dalam keadaan berubah menjadi bayangan seekor naga
hijau. Semua yang tersekap di delam guci raksasa itu
memandangi gerakan naga hijau. Bayangan naga hijau
membentur kubah merah.
Gleeerrr...!
Guci raksasa itu terguncang dalam getaran yang cukup
mencemaskan. Tutup guci yang diterjang naga hijau belum
bisa terbuka. Sang naga pun melayang turun kembali,
kemudian berbalik naik dan memancarkan warna hijau lebih
terang lagi.
Blaaass...!
"Hahh...?! Dia bisa tembus keluar!" sentak mereka dengan
kagum.
Si nenek tua mendekati Buron dan mencolok pinggul Buron.
Buron kaget serta memandangnya dengan cepat.
"Ada apa lagi, Mak tua?!"
"Kubilang tadi apa? Pasti dia mampu menolong kita!
Buktinya, dia bisa lolos sendiri keluar dari sini. Pasti dia akan
membuka kunci penutup kubah ini, kan?"
"Iya, iya... sudah sana!"
Dari luar guci itu tampak kecil. Tingginya sekitar 30
sentimeter, besarnya seukuran rantang susun.
"Sial! Benda sekecil ini aja bikin susah. Hmmm, sekarang
bagaimana cara membukanya, ya?!" Kumala Dewi mengelilingi
guci hitam yang diletakkan di atas batu, bagian alas guci
terbenam ke dalam lapisan batu tersebut.
Namun sebelum Kumala Dewi berusaha membuka tutup
guci tersebut, tiba-tiba ia merasakan datangnya hawa panas
yang menyengat dari arah belakangnya. Hawa panas yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mirip jutaan duri itu terasa ingin menerjangnya. Kumala Dewi


cepat menyingkir dengan gerakan gaibnya.
Wuuus...!
Angin panas menyengat itu me lintasi atas kepala Kumala
Dewi. Dalam sekejap di depan Kumala tampak seraut wajah
tua berjubah hitam, bertubuh kurus, bongkok, dengan rambut
putih meriap-riap.
"Hmmm, akhirnya kau muncul juga, Nyai Singgi!" geram
Kumala Dewi dengan sorot pandangan.matanya yang tajam,
namun sikapnya tetap tenang.
Nenek berjubah hitam itu tak lain adalah si penyihir tua,
alias Nyai Singgi. Mantra awet ayunya sudah dihancurkan oleh
Kumala, sehingga ia tak bisa tampil cantik dan sexy lagi.
Wajar jika pandangan si Nyai Singgi menjadi semakin
penuh kebencian dan sinis, karena ia juga merasa iri melihat
kecantikan Kumala Dewi. Seandainya tadi begitu Kumala
menembus keluar tutup guci masih tetap berwujud seekor
naga hijau, mungkin Nyai Singgi tidak terlalu merasa iri. Tapi
karena Kumala tadi langsung berubah wujud menjadi gadis
cantik setelah berhasil menembus tutup guci, maka rasa iri
Nyai Singgi kian membakar hasratnya untuk bermusuhan.
"Kali ini kau akan hancur, Gadis busuk! Aku bukan Nyai
Singgi yang kemarin. Aku sudah punya lima pedang terampuh
di bumi!"
Srrraak, trraang...!
Dalam sekejap di tangan Nyai Singgi sudah tergenggam
lima pedang yang berada dalam satu gagang panjang seperti
gagang tombak. Lima pedang itu masing-masing
memancarkan cahaya merah, hijau, biru, kuning dan ungu.
"Mampukah kau menghadapi kesaktian lima pedang ini,
Bocah dungu?! Jika kau merasa mampu, hadapilah aku
sekarang juga! Jika kau tak merasa mampu menghadapi lima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pedang ini, bersujudlah padaku dan berjanjilah akan menjadi


budakku!"
Dewi Ular menatap tak berkedip. Hatinya was-was, tapi
sikapnya tetap tenang. Nyai Singgi memainkan lima pedang
itu dengan putaran lambat mengelilingi tubuhnya. Penyihir tua
itu tertawa terkekeh-kekeh karena merasa yakin akan mampu
menundukkan Dewi Ular.
(Oo-dwkz-234-oO)

5
PAGAR penangkal gaib dari Kumala Dewi memang benar-
benar berfungsi sebagai penangkal gangguan roh halus.
Terbukti roh Inggri tak berani melewati batas pagar halaman.
Tetapi kekuatan gaib roh Inggri masih bisa dipakai untuk
memandang tembus tembok, sehingga ia tahu di dalam villa
itu ada Eddu yang sedang bercinta dengan Tante Riza.
Kecemburuan membakar emosi roh Inggri. Ancaman untuk
menghancurkan villa itu benar-benar akan terjadi jika Ecldu
tak mau lepas dari pelukan Tante Riza.
"Daripada Tante jadi korban, sebaiknya kuturuti saja
keinginan roh Inggri itu."
"Tapi kau pasti akan celaka, Eddu. Biarlah tetap di sini
bersamaku. Dia tak akan bisa menembus kemari. Kumala
telah memagari tempat ini dengan kesaktiannya. Bagaimana
roh itu dapat menghancurkan tempat ini jika menembus
lapisan pagarnya Kumala saja nggak bisa."
Terdengar seruan roh Inggri di sela deru angin dan hujan
salju.
"Eddu...! Cepatlah keluar. Aku bukan hantu. Jangan takut
padaku, Eddu...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan hantu?!" gumam Eddu.


"Akan kujelaskan siapa diriku jika kau sudah berada dalam
dekapanku, Eddu!"
Benak pemuda itu diliputi kebimbangan yang semakin
kacau. Akhirnya ia nekat lari menuruni tanggan dan keluar ke
halaman depan. Tante Riza mengejarnya sampai ke teras.
Angin dan hujan salju menerpa sekujur tubuhnya.
"Edduuu... kembalilah! Kembali, Edduuu...!!"
Pemuda itu tetap berlari ke pintu gerbang. Ia tak punya
pilihan lain. Daripada ancaman roh Inggri benar-benar
membuat villanya Tante Riza rata dengan tanah, lebih baik ia
korbankan diri untuk menemui roh Inggri. Jika benar Inggri
bukan hantu, berarti dia akan selamat. Jika ternyata Inggri
adalah hantu penghisap darah, ia akan mati.
"Biarlah mati sekalian daripada hidup stress tiada
berkesudahan!" pikir Eddu dalam tekadnya.
Eddy membiarkan tangannya diraih Inggri. Begitu tangan
Inggri menyentuh tangannya, gadis itu memeluk Eddu.
Seep...! Eddu dan Inggri pun lenyap dari pandangan mata
Tante Riza.
"Edduuuuu...!!" jerit Tante Riza penuh rasa takut dan
kesedihan mencekam hatinya.
Mang Jamin dan Mak Saroh datang. Mereka segera
membawa masuk Tante Riza yang menangis sambil
memanggil-manggil Eddu. Rasa takut yang begitu kuat
membuat Tante Riza merasa seperti kehilangan seorang
kekasih. Padahal ia mencemaskan dirinya sendiri. Bagaimana
ia harus memberi alasan kepada pihak yang berwajib jika
Eddu hilang selama-lamanya.
"Eddu hilang, Mak...! Eddu lenyap! Dia dibawa hantu! "
"Tenang, Nyonya... tenang... nyebut, Nyonya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eddu...! Ooh, aku tidak mau terlibat kasus seperti ini! Aku
tidak bermaksud menghilangkan Eddu atau membunuhnya,
Mak Saroh! Tolonglah dia, Mang Jamin...!"
Tentu saja kedua pelayan itu kebingungan. Bagaimana
mereka akan melakukan pertolongan jika mereka sendiri
menggigil ketakutan mendengar Eddu dibawa lari oleh hantu
perempuan cantik yang tadi sempat dilihatnya sepintas,
sebelum akhirnya lenyap sambil memeluk Eddu?
Sementara itu, Eddu sendiri merasa tegang dan ketakutan.
la seperti melayang di antara cahaya warna-warni. Tetapi ia
sadar bahwa dirinya sedang dipeluk Inggri erat-erat dan
terbang bersama Inggri melintasi lautan cahaya itu.
"Jangan takut. Ini alamku. Kau tidak akan celaka di sini,
Eddu! Jangan takut, Sayang...,". sambil Inggri menciumi Eddu
berkali-kali. Eddu hanya bisa geragapan dengan napas
tersentak-sentak.
Beberapa detik kemudian lautan cahaya itu padam. Inggri
melepaskan pelukannya. Eddu terengah-engah dan
memandang sekelilingnya dengan tegang.
"Ooh, sebuah taman?! Aku ada di sebuah taman indah?!"
Taman berumput hijau rata seperti bentangan permadani
itu mempunyai kelompok tanaman bunga. Masing-masing
kelompok mempunyai warna bunga yang sama dan
menyebarkan aroma wangi yang lembut. Semua tanaman dan
bunga di situ serba indah, suasananya teduh. Bukan siang dan
bukan malam. Seperti mendung yang menyegarkan.
Di sisi lain pun terdapat kolam dengan air mancur
berwarna-warni. Ada pula ayunan dan arena bermain untuk
anak-anak yang tersedia di empat sudut. Sementara itu, di
tengah taman tampak bangunan megah berwarna putih,
menyerupai istana kapresidenan yang ada di Washington.
"Inggri... di mana kita ini?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ini negeri siluman."


"Ooh...?!"
"Tenang saja. Aku sudah janji padamu, nggak akan
mencelakakan dirimu, bukan? Memang ini di negeri siluman,
karena memang aku terperosok di negeri Ini."
"Buk... bukankah... bukankah kau telah mati karena
mobilmu masuk ke jurang?"
"Memang. Tapi sebenarnya mobilku bukan masuk ke
jurang. Ketika mobil yang kukemudikan dalam keadaan mabuk
itu masuk ke jurang, ternyata pintu dimensi gaib sedang
terbuka. Aku terperosok masuk ke dalam dimensi gaib itu,
yang ternyata adalah dimensi alam siluman. Lihatlah ke arah
kanan sana, di bawah pohon cemara berjajar tiga itu!"
Pandangan mata Eddu dilemparkan ke arah tersebut. Ia
melihat sebuah sedan Starlet warna abu-abu dalam keadaan
menancap bagian depannya. Masuk ke dalam tanah sampai
batas separuh kap mesin. Mobil dalam keadaan tegak, tanpa
kerusakan apa pun kecuali bagian depannya terbenam ke
dalam tanah berumput halus.
"Astaga...?! Jadi itu mobilmu?!"
"Benar! Dan itu rumahku!" Inggri menuding rumah besar
berpilar empat yang mirip Gedung Putih itu.
"Jadi... jadi sebenarnya kau belum mati?"
"Menurut keterangan Nyai Sekar Wangi, aku memang
belum mati. Beruntung sekali aku nggak ngeluyur ke jalur
petaka, sebab di jalur petaka sana sedang terjadi bencana.
Semua roh terhisap masuk ke dalam guci yang memenjarakan
mereka."
"Siapa Nyai Sekar Wangi itu?"
"Nyai Sekar Wangi adalah penjaga Telaga Siluman. T elaga
itu ada di belakang rumahku. Nah, ayo kita ke sana...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tapi aku...."
"Jangan takut. Nyai Sekar Wangi bukan siluman yang jahat.
Justru jiwaku tertolong olehnya. Kalau aku nggak ditolong
olehnya, mungkin aku sudah gila dan nggak ngerti bagaimana
menggunakan kekuatan gaib untuk keluar masuk alam
siluman ini."
Sekar Wangi memang penjaga Telaga Siluman. Dewi Ular
pernah menolongnya ketika Sekar Wangi berurusan dengan
Ratu Tanah Peri yang bernama Ambaruni, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode: "PENGUASA TANAH PERI").
Eddu sempat terpesona ketika berkenalan dengan Nyai
Sekar Wangi. ia tidak menyangka penjaga Telaga Siluman itu
ternyata bukan berwajah buruk dan menyeramkan, tapi
kebalikannya. Sekar Wangi bukan saja mempunyai wajah yang
cantik dan bibir sensual merekah basah, tapi juga memiliki
bentuk tubuh yang sexy, sekal, dan montok.
"Inggri memang belum mati," ujar Sekar Wangi. "Tapi
untuk membuat Inggri bisa hidup di alamnya kembali, tanpa
harus terbakar oleh s inar matahari, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi terlebih dulu."
"Syarat apa maksudnya?" tanya Eddu dengan rasa ingin
tahu yang sangat besar.
(Oo-dwkz-234-oO)

Pertarungan Dewi Ular dengan Nyai Singgi tak bisa


dihindari lagi. Dewi Ular terlempar ketika harus menghindari
kesaktian lima pedang terampuh di bumi itu.
Angin tebasan lima pedang tersebut sulit ditahan dengan
kekuatan gaib yang ada pada diri Dewi Ular. Kedua tangan
menjadi biru memar, wajah sebelah kiri Dewi Ular pun merah
kecoklat-coklatan, seperti habis terbakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hiiaak, hiiik, hiiik, hiiik...!" Nyai Singgi kegirangan melihat


lawannya mulai tak berdaya. Ia bersiap menghujamkan lima
pedang tersebut.
Dewi Ular cepat-cepat melepaskan kesaktian andalan yang
bernama 'Cakra Hijau'. Tangannya seperti melemparkan
sesuatu dan dari lemparan itu keluarlah sinar hijau berbentuk
cakram.
Sinar itu melesat dengan memercikkan bunga api hijau
yang bergerak memutar cepat. Kesaktian tersebut sangat
ampuh dan mampu menghancurkan kekuatan iblis sebesar
apa pun. Tetapi ketika Nyai Singgi menghantam sinar cakram
hijau dengan lima pedang ampuh, ternyata sinar tersebut
meledak dan buyar ke mana-mana. Ledakan besar itu
mengguncangkan alam sekitarnya, dan membuat tubuh Dewi
Ular terjungkir balik di udara kehilangan keseimbangan. Gadis
itu terbanting dengan sangat menyedihkan.
"Mampus kau, Dewi Ular! Sekarang tiba saatnya
menghancurkan seluruh hidupmu, dan melenyapkan
perjalanan sejarah si anak haram dari Kahyangan. Hiiiaak,
hiiik, hiiik, hiiik...."
Lima pedang ampuh diangkat dengan dua tangan. Dewi
Ular menggeliat bangun dengan menahari rasa sakit di sekujur
tubuhnya. Ia sadar dirinya terancam maut yang sulit dihindari.
Satu-satunya cara adalah mengadu seluruh kesaktiannya
dengan kesaktian yang ada pada diri lawannya.
Tetapi sebelum niat itu terlaksana, tiba-tiba Nyai Singgi
terlempar oleh terjangan kabut hitam yang menyerupai
gumpalan badai. Wuuut...! Bruuuuskk...! Prraak, trrak,
triing...!
"Aaaahhhkk...!!" Nyai Singgi menjerit. Tubuhnya yang
kurus renta seperti seonggok tulang terbungkus kulit. Mungkin
saja tulang-tulang itu patah, atau tidak sama sekali, sebab
sesungguhnya ia adalah bayangan roh yang menjelma diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yang jelas, pada saat itu Kumala melihat lawannya


menyeringai kesakitan. Lima pedang ampuh itu terlepas dari
genggamannya. Tiga di antaranya patah dan dua terbakar.
Siapa pihak yang telah menerjang Nyai Singgi dengan
kesaktian yang gila-gilaan itu ?
Dewi Ular me lirik ke arah seberang. Di sana tampak
sesosok makhluk bertubuh tinggi, besar, dan bersisik hitam
kecoklat-coklatan. Makhluk itu mempunyai delapan tangan. Di
kepalanya tumbuh delapan tanduk runcing. Selain itu, ia juga
bermulut lebar dan mempunyai tiga mata. Satu matanya ada
di kening.
Agaknya si Dewi Ular sangat kenal dengan makhluk
berjubah merah itu. la buru-buru menyapanya sambil bangkit
sempoyongan.
"Azora;..?! Terima kasih atas bantuanmu!"
"Istirahatlah dulu, Dewi Ular! Aku sedang membalas budi
baikmu yang telah mengembalikan istriku tempo hari itu!"
Azora adalah dewa separuh iblis. Kesaktiannya menyamai
para dewa, wujudnya menyerupai iblis. Ia adalah penjaga
pusaran arus gaib yang bernama Owasa, yaitu daerah medan
magnet tertinggi, atau pusat gaib terbesar yang merupakan
daerah keganjilan alam secara kodrati, (Baca serial Dewi Ular
dalam episode: "HANTU KESEPIAN").
Rupanya saat itu Azora mendengar keributan tentang Guci
Lorong Kubur yang dirampas oleh Nyai Singgi dan tangan
Dewa Ardhitaka. Hubungannya dengan Dewa Ardhitaka cukup
baik, sehingga ia merasa perlu untuk turun tangan sebelum
Kahyangan diacak-acak oleh Nyai Singgi. Kebetulan sekali saat
ia melihat guci itu, di sekitarnya terjadi pertarungan. Azora
melihat Dewi Ular tersentak dan nyaris dapat dikalahkan oleh
Nyai Singgi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena dulu Dewi Ular pernah membantu Azora, .yaitu


ketika Nini Cupangayu yang menjadi istri Azora, kabur dari
pelukan Azora, Dewi Ular berhasil menemukan Nini Cupangayu
dan mendesaknya untuk kembali kepada Azora. Merasa
berhutang budi, maka Azora pun tidak segan-segan
menerjang Nyai Singgi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"TERORIS DARI NERAKA").
"Kau memang patut untuk dilenyapkan, Singgi...!" geram
Azora dengan ketiga matanya melotot bersama.
"Siapa berani melenyapkan diriku, dia akan hancur
bersamaku juga! Ingat, Azora... ketika aku merengek meminta
ilmu kutukanmu, kau telah berjanji akan membuatku hidup
abadi bersama kutukan itu."
"Ggrrrmmh...!" Azora hanya menggeram menahan
murkanya. Ia ingat apa yang dikatakan Nyai Singgi itu.
"Kau berikan padaku kutukan maut yang bernama Gagak
Keling. Kutukan itu telah kugunakan untuk mengubah wujud
putri Raja Sulanjaya. Aku telah bersumpah untuk menyatu
dengan kutukan itu. Selama putri Raja Sulanjaya yang
bernama Andini belum menikah dengan titisan Wirasamba,
aku tidak akan hancur oleh siapa pun. Jika kau ingin
menghancurkan diriku, maka kau pun akan hancur
bersamaku, karena sumpah kutukan yang kau berikan padaku
itu memang demikianlah adanya!"
"Biadab kauuuu...!! Grrrhhmmm...!"
Azora menggeram jengkel. Seluruh alam di sekitarnya ikut
bergetar. Rupanya ia merasa serba salah. Menghancurkan
penyihir tua sama saja menghancurkan dirinya sendiri, sebab
si peny ihir tua itu termasuk salah satu dari muridnya yang
paling sesat. Tapi membiarkan penyihir tua itu hidup, sama
saja membiarkan Dewi Ular dihancurkan di depan matanya.
Padahal dia harus balas budi kepada si Dewi Ular.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Azora mengulurkan tangannya. Potongan dari lima pedang


ampuh itu tiba-tiba terhisap dan tertangkap oleh keempat
tangannya. Potongan pedang ampuh itu diremasnya dan
hancur seketika menjadi serbuk hitam.
Krraaaaasss...!
"Memang belum saatnya aku menghancurkanmu. Tapi
jangan coba-coba kau mencelakai Dewi Ular dan Dewa
Ardhitaka. Kau harus melangkahi abuku lebih dulu sebelum
melakukan hal itu, Singgi!"
Baaaaang...! Guci Lorong Kubur ditendangnya. Guci itu
melambung di udara, tutupnya terbuka dengan sendirinya.
Mereka yang terperangkap ke dalam guci itu berhamburan
keluar berbentuk asap biru panjang. Ketika menyentuh tanah
gaib, asap-asap itu berubah menjadi bentuk mereka masing-
masing. Sementara itu, guci yang melambung ke atas itu
diserobot kembali oleh Nyai Singgi dalam satu lompatan cepat.
Tetapi empat tangan Azora menyingkirkan Nyai Singgi hingga
terpental jauh, dan dua tangan lainnya menangkap guci itu.
Teeb...!
Buron dan Sang Ajal mendekati Dewi Ular. Pada saat itu,
Azora sedang bicara dengan Dewi Ular.
"Hutang budiku sudah kubalas impas, Dewi Ular!"
"Ya, terima kasih. Tapi bagaimana dengan Nyai Singgi?"
"Kejarlah dia ke Lembah Birahi. Di sanalah tempatnya
bertapa dan sekaligus menjadi penjaga goa harta."
"Goa harta apa?"
"Sebuah goa diperut gunung telah ia jadikan sebagai
tempat penimbunan harta karun, yang sebagian besar milik
Raja Sulanjaya. Di sana pula ia memerintah para budaknya
untuk mengganggu kehidupan manusia yang ada di sekitar
pantai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa ia lakukan hal itu?"


"Semakin tempat di sekitar pantai itu banyak penghuninya,
semakin takut ia akan terbongkar rahasia penyimpanan harta
tersebut. Maka ia harus menyingkirkan orang-orang yang
bermukim di sekitar pantai dengan mengerahkan pada
budaknya, yaitu roh-roh yang mati penasaran dan sesat
selama hidupnya."
"Kalau begitu kita harus segera ke Lembah Birahi, Kumala,"
sahut Buron. "Pasti pusat energi gaib yang menghantui para
penduduk di sekitar pantai adalah berasal dari Lembah Birahi
itu!"
"Pusat kendalinya memang ada di sana!" timpal Azora.
"Kalian mau pergi ke sana atau tidak, itu terserah kalian. Yang
jelas, aku harus masuk ke Kahyangan untuk menyerahkan
Guci Lorong Kubur ini kepada sahabatku: Ardhitaka!" .
"Selamat jalan, Azora!" tegas Dewi Ular.
Setelah menyembuhkan lukanya, ia pun bergegas pergi ke
Lembah Birahi, yaitu suatu lembah yang tanah, batu, dan
airnya berwarna ungu. Ya, semuanya serba ungu, termasuk
warna ranting dan akar kering. Buron selalu berada di sebelah
kanan Kumala, sementara itu Sang Ajal yang memandu
mereka ke sana. Mereka tak menemukan Nyai Singgi. Tapi
mereka yakin, di sela-sela cadas atau bebatuan besar, pasti
terdapat seraut wajah tua berambut putih dan bertubuh kurus
renta.
"Nyai Dewi, aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini.
Aku harus segera kembali ke Gerbang Neraka."
"Baik. Terima'kasih atas bantuanmu, Sang Ajal. Kelak kita
pasti. bertemu lagi. Mungkin ganti aku yang akan
membantumu."
"Terima kasih, Nyai Dewi. Salam hormatku untukmu
sekeluarga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sang Ajal membungkukkan badan. Sebelum tegak,


jazadnya telah lenyap dengan meninggalkan serpihan cahaya
putih yang segera lenyap pula.
"Kumala, kurasa kita perlu keluar dari sini. Kita harus
berada di alam kehidupan manusia. Mungkin si penyihir busuk
itu ada dialam kehidupan manusia."
"Aku baru berpikir begitu," jawab Dewi Ular.
Kemudian dalam sekejap mereka lenyap bersama. Mereka
menembus dimensi alam kehidupan manusia. Tahu-tahu
sudah berada di sebuah lembah di kaki bukit.
Entah bukit apa namanya, yang jelas semuanya serba
terang. Rupanya saat itu fajar telah menyingsing dan matahari
sedang mera- yap naik. Beberapa petani tampak sedang sibuk
dengan sawah garapannya.
"Ron, bukit inikah yang dimaksud si Azora tadi ?"
"Kurasa memang bukit ini yang dikatakan Azora sebagai
tempat penimbunan harta karun peninggalan Raja Sulanjaya
itu."
"Berarti di dalam bukit inilah si Nyai Singgi menyimpan
harta karun tersebut?"
"Ya. Coba saja kau gunakan getaran gaibmu. Aku
merasakan ada getaran gaib yang sangat kuat dan arahnya di
balik bukit itu."
"Hmmm, rupanya memang pusat pengendali gaibnya si
Singgi ada di sini! Sebaiknya kita cari dia ke balik bukit itu,
Ron!"
"Aku baru mau kasih saran begitu."
"Tapi tunggu dulu!" Kumala ingat sesuatu. "Aku
meninggalkan Tante Riza dan Eddu. Sekarang sudah pagi.
Rasa-rasanya aku harus menengok keadaan mereka. Sebab
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saat kutinggalkan, aku merasa masih ada getaran gaib kecil


yang berkeliaran di villa tersebut."
"Hmmm, aku sudah ngerti maksudmu," sambil Buron
mencibir. "Pasti kau akan menyerahkan tugas melumpuhkan
kendali gaib di sini padaku, bukan? Dan kau akan pulang ke
villa untuk menikmati saparan pagi, begitu?"
"Apakah kau keberatan jika memang begitu kemauanku?"
tanya Kumala dengan tersenyum-senyum.
"Kalau toh aku keberatan kau akan marah. Jadi sebaiknya
kujawab saja: tidak keberatan!" Dewi Ular semakin geli
melihat pemuda berambut kucai itu bersungut-sungut lucu.
(Oo-dwkz-234-oO)

6
TANTE RIZA nyaris tak bisa memberi penjelasan kepada
Kumala Dewi. Air matanya kembali berducuran ketika Kumala
tiba di v illa tersebut. Rasa takut dan kepanikan membuat
Tante Riza hanya bisa bilang, "Eddu... Eddu... Eddu...."
Anak bidadari itu scgera menyalurkan hawa sejuk melalui
tengkuk Tante Riza. Hawa sejuk itu keluar dari telapak tangan
tersebut membuat rasa takut menjadi terkikis dan lama-lama
habis. Kesedihan T ante Riza pun dengan cepat menjadi surut,
sampai akhirnya ia bisa menuturkan peristiwa misteri yang
disaksikan dengan mata. kepalanya sendiri.
"Dasar pemuda bodoh! Sudah kubilang jangan keluar dari
pagar, masih saja nekat keluar!" geram Kumala dengan hati
kesal.
"Sudah kuingatkan padanya, Kumala. Lebih dari sepuluh
kali kuingatkan agar jangan menuruti bujukan hantu
perempuan itu. Tapi Eddu seperti dihipnotis. Nggak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengikuti saranku. Ia nekat keluar dari pagar, sedangkan aku


nggak berani mengejarnya."
"Uuh, kalau begitu memang Eddu-nya saja yang bodoh!"
Kumala menghembuskan napas dan duduk bersandar dengan
lunglai.
"Yang kutakutkan adalah tanggung jawab kita terhadap
pihak yang berwajib. Mau nggak mau kita terlibat dalam kasus
hilangnya Eddu. Terutama aku. Itulah yang membuatku
sangat sedih."
"Kenapa terlibat?! Kenapa Tante merasa bertanggung
jawab?! Toh kehadiran Eddu di s ini bukan karena ajakan kita?
Dia datang sendiri, me langgar saran kita sendiri, dan hilang..
ya hilang sendiri! Itu resiko yang harus dipikulnya sendiri.
Tante nggak perlu takut terlibat."
"Kalau polisi datang menanyakannya padaku, bagaimana?"
"Jawab saja apa adanya."
"Iya, ya...?! Jawab saja apa adanya!" gumam Tante Riza
sambil tertegun, seolah-olah bicara pada dirinya sendiri.
Di mulut, Kumala memang berkata begitu. Tapi di hati ia
tidak bisa berkata begitu. Bagaimanapun juga ia merasa
bertanggung jawab atas keselamatan jiwa manusia di muka-
bumi, sebab ia dibuang ke bumi bukan sekedar memburu
cinta sejati. la harus berbuat baik saling menolong, dan
menyelamatkan manusia dari ancaman pengaruh iblis.
Hilangnya Eddu tetap menjadi bagian dari tugasnya. T api hal
itu tak perlu dibicarakan kepada Tante Riza secara terang-
terangan. Kumala khawatir justru akan memancing kepanikan
jiwa s i janda muda bertahi lalat di bawah bibir itu.
"Akan kucari melalui teropong gaibku," katanya dalam hati.
"Mudah-mudahan Eddu dan roh Inggri belum jauh dari s ini!"
Di ruang atas, Kumala Dewi sengaja menggunakan kamar
tempat bercinta Tante Riza dan Eddu. Aroma keringat Eddu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang tertinggal di kamar itu menjadi bahan pemandu bagi


Kumala. Teropong gaibnya digunakan, sementara Tante Riza
sengaja tak mau banyak bicara supaya tidak mengganggu
konsentrasinya Dewi Ular. Ia justru pergi ke bawah, dan
bicara dengan salah satu anaknya melalui telepon.
"Mama belum bisa pulang. Ada urusan sangat penting.
Kalau urusan ini selesai nanti siang, ya Mama langsung
pulang. Mungkin sampai rumah sekitar pukul tujuh malam."
"Mama ada villa, ya?"
"Benar. Mama di sini bersama Tante Kumala, paranormal
yang bisa mengusir setan. Nanti kalau setan-setan di sini
sudah diusir Tante Kumala, Mama akan bawa kamu dan Lala
ke sini."
"Pokoknya kalau Mama ke villa sama cowok, Afin marah!"
"Nggak, Fin. Nggak! Mama sama Tante Kumala. Sumpah!"
Tante Riza meyakinkan anak sulungnya yang sudah berumur
17 tahun itu.
"Oh, ya... tadi pagi sekitar jam delapan, ada telepon dari
orang yang mengaku bernama Sandhi, Ma. Katanya sih... dia
sopirnya Tante Kumala."
"Oh, benar itu. Tapi dia nggak ikut kemari. Apa katanya?"
"Dia cuma minta alamat yang jelas letak villa kita. T erus...
Afin sebutin dan jalan-jalannya sama ciri-ciri v illa kita."
"Untuk apa Sandhi menanyakan alamat lengkap villa kita?"
"Katanya, dia mau susul Tante Kumala ke sana. Soalnya
ada tamu yang ingin ketemu Tante Kumala hari ini juga."
Afin benar. Sandhi memang menanyakan alamat lengkap
villa itu dengan jalan-jalannya. Rupanya semalam Niko Madawi
datang bersama Kanda. Niko sangat mencemaskan Kumala,
karena berulang kali ia menghubungi HPnya Kumala, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selalu gagal. Niko mendesak agar Sandhi mengantarkannya ke


villa itu.
"Ada masalah penting yang harus kubicarakan dengan
Kumala."
Kanda menimpali, "Benar, San. Terus terang saja, papaku
masuk rumah sakit lagi. Biasa, jantungnya kambuh. Kayaknya
keadaan papaku itu kritis sekali. Aku harus minta bantuan
Kumala."
"Kebetulan saat di rumah sakit aku bertemu dengan Kanda.
Aku sendiri juga merasa perlu menyelamatkan papanya
Kanda, sebab papanya Kanda adalah bekas managerku
sewaktu aku di dunia model. Aku punya hutang jasa pada
beliau. Oom Sam, papanya Kanda itu, adalah orang yang
mengorbitkan aku di dunia model, tapi juga yang
memasukkan aku ke dunia pertelevisian sampai sekarang ini."
"Kami baru tahu beberapa hari yang lalu, bahwa Niko
adalah anak didik papaku."
"Jadi, aku juga berkewajiban mencarikan obat buat Oom
Sam. Nggak ada obat lain yang kumiliki kecuali kekuatannya
Kumala Dewi."
"Atau kalau memang kau bisa menggunakan kesaktianmu,
kau saja yang kumintai bantuannya untuk menolong papaku,
Andini."
"Biar Kumala yang menangani," kata Andini setelah ia diam
beberapa saat, seolah-olah meneropong keadaan papanya
Kanda.
Kanda adalah pemuda tampan yang secara tak sadar telah
mengangkat cerita percintaan- nya Andini dengan Wirasamba
ke layar perak.
Film yang berjudul "Misteri Asmara Hitam" itu sempat
unggul dalam Festival Film Horor. Kanda tidak menyangka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahwa tokoh utama dalam cerita itu ternyata muncul di zaman


sekarang.
Kanda juga sempat disangka sebagai titisan Wirasamba.
Tapi setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Kanda hanya
mempunyai satu pusar, sedangkan titisan Wirasamba
mempunyai dua pusar. Padahal pemuda tampan itu pernah
menyatakan rasa sukanya kepada Andini. Sebenarnya Andini
juga tidak bertepuk sebelah tangan. Hanya saja, karena ia
harus menikah dengan titisan Wirasamba, maka hasrat untuk
menjadi kekasih Kanda pun buru-buru dilupakan.
Mereka pergi menyusul Kumala dengan menggunakan dua
mobil. Sandhi dan Andini berada di dalam BMW kuning yang
biasa dipakai ke mana-mana oleh Kumala, sedangkan Niko
dan Kanda berada di dalam Escudo merah tua milik Niko.
Tetapi ketika mereka ingin memasuki daerah Pantai Anyer,
perjalanan mereka terhenti karena ada dua pohon besar yang
tumbang melintang jalan.
Dua pohon besar itu tumbang akibat hujan bercampur busa
salju tadi malam. Anehnya, tak seorang pun bisa menggeser
pohon itu. Gergaji mesin tak bisa membuat pohon itu
terpotong. Sudah lebih dari lima gergaji mesin selalu patah
jika dipakai untuk memotong kedua pphon tersebut. Akhirnya
mereka mendatangkan bolduzer untuk menyingkirkan kedua
pohon itu. Tapi kekuatan bolduzer sangat tidak berarti. Alat
berat itu tidak mampu menggeser kedua pohon tersebut.
"Nggak bisa lewat s ini, Bang!" ujar salah seorang penduduk
yang sejak tadi membantu menyingkirkan pohon tersebut.
Sandhi hanya menggumam dan manggut-manggut ketika
orang tersebut menceritakan keanehan kedua pohon itu.
"Kalau mau, Abang bisa putar lewat jalanan sebelah timur
sana. Tapi hati-hati, jalannya licin. Banyak tanah liat. Maklum
semalam ada hujan badai bercampur salju."
"Campur salju?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Iya. Putar sajalah ke timur sana. Memang agak jauh, tapi


bisa sampai ke kawasan pantai."
"Iya deh. Terima kasih!"
Belum sempat Sandhi memundurkan mobilnya, Kanda telah
turun dari mobil Niko. Mobil Escudo merah itu berhenti di
belakang BMW kuning. Kanda menghampiri Sandhi dan
menanyakan apa kata orang tadi.
"Kita lewat jalanan sebelah timur sana. Jauh sini, tapi bisa
sampai ke pantai. Habis, pohon ini nggak bisa digusur sedikit
pun."
"Okey deh! Tapi... coba kuhubungi dulu Kumala melalui HP-
nya, masih dimatikan apa nggak tun?!"
Kanda mencoba menghubungi HP-nya Kumala. Ternyata
tetap tidak tersambung. Kanda tidak tahu bahwa Kumala lupa
membawa HP. Hanphone itu tertinggal di kamar tidurnya
Kumala dalam keadaan Non-aktif. Biar sampai jebol HP-nya
Kanda nggak bakalan bisa nyambung di HP-nya Kumala.
"Kita putar balik aja. Lewat jalan sebelah timur!" kata
Kanda dengan agak kesal. Tapi Andini segera berkata sebelum
Kanda kembali ke mobilnya Niko.
"Kita coba saja."
"Coba bagaimana maksudmu?"
"Kedua pohon itu berkekuatan mistik. Entah apa
maksudnya, tapi ada yang sengaja mematikan jalur ini."
"Terus, bisa digeser nggak kedua pohon itu?" tanya Kanda.
"Akan kucoba dengan kekuatan batinku "
"Turunlah kalau begitu."
"Jangan. Biarkan dia melakukannya dari sini," kata Sandhi.
"Kalau Andini turun, orang-orang akan lari ketakutan sebab
mereka akan melihat Andini berjalan tanpa menyentuh tanah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oo, iya... sorry!" Kanda sedikit malu dan menyesal. Ia lupa


bahwa Andini tidak mempunyai telapak kaki, dan jalannya
selalu mengambang 10 sentimeter dari permukaan tanah.
Andini menatap kedua pohon itu tanpa berkedip. Tatapan
matanya itu merupakan pengerahan kekuatan batin yang
membuat Andini langsung berkeringat, walaupun hal itu
dilakukan kurang dari setengah menit.
Kanda melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kedua
pohon tumbang itu mulai berasap tipis. Asap itu makin lama
semakin jelas, dan bau rambut terbakar mulai menyebar ke
mana-mana. Orang-orang yang ada di sekitar pohon itu
segera lagi ketakutan. Mereka menyangka kedua pohon itu
mulai terbakar oleh terik matahari. Tapi sebagian lagi tahu,
bahwa pohon itu sedang mengalami proses keajaiban yang
misterius sekali.
Beberapa saat kemudian, Andini mengedipkan mata. la
terengah-engah sambil duduk menyandar, sedikit merebah.
Keringatnya mengucur deras, membasahi gaun birunya yang
panjang sampai menutup kaki.
"Bagaimana, An?" tanya Sandhi.
"Suruh mereka mendorong pohon itu."
"Didorong...?!"
"Ya. Aku sudah berhasil membuang kekuatan gaib yang
ada di dalamnya. Pohon itu akan seringan kapas. Coba saja
deh!"
Kanda mendengar ucapan tersebut,.maka ia pun berseru
kepada orang-orang itu.
"Dorong saja pohon itu! Kekuatan gaibnya sudah kami
bakar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dorong...?!" mereka menggumam heran dan tak percaya.


Masih saja tak ada yang berani mendekati kedua pohon
tersebut.
"San, kita lakukan berdua aja, yuk? Biar cepat!" ajak
Kanda.
Sandhi pun keluar dari mobil. Ternyata apa yang dikatakan
Andini memang benar. Pohon itu sudah seringan kapas.
Buktinya, Sandhi berhasil mendorong pohon besar itu hanya
seorang diri. Kanda pun tak mau kalah, ia lakukan hal yang
sama dan ternyata memang berhasil. Pohon itu didorong oleh
Kanda ketepian seperti mendorong segumpal kapas. Ringan
sekali.
"Hahh...?! Gila...?! Mereka bisa mendorongnya dengan
mudah?!" gumam orang-orang itu sambil membelalakkan
mata penuh keheranan.
Sandhi dan rombongannya tak mempedulikan kekaguman
orang-orang di tempat itu. Mereka melanjutkan perjalanan,
sehingga dalam waktu setengah jam kurang mereka sudah
bisa tiba di daerah villa-v illa mewah. Sesuai dengan petunjuk
yang diberikan Afin, akhirnya mereka menemukan villanya
Tante Riza. Kedua mobil itu berhenti di depan villa tersebut.
Kehadiran mereka mengundang perhatian Tante Riza,
membuat janda cantik itu buru-buru menyambutnya.
"Kalian terlambat!" kata Tante Riza kepada Sandhi.
"Terlambat bagaimana maksud Tante?"
"Kumala telah pergi."
"Pergi ke mana?" desak Kanda dengan cemas.
"Hmm, kee... hmmm...."
"Katakan saja ke mana perginya Kumala. Kami akan
menyusulnya. Papa saya sakit dan butuh bantuan dari
Kumala," cecar Kanda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia... dia pergi ke alam gaib."


"Hahh...?!" Kanda dan Niko terbelalak tegang. Sandhi
terperangah, lalu menampakkan wajah kecewanya.
(Oo-dwkz-234-oO)

Menurut keterangan Sekar Wangi kepada Eddu, pada saat


mobil Inggri terjungkal masuk jurang, bertepatan dengan
adanya kekuatan ilmu hitam yang membuka lapisan dimensi
alam gaib. Jika dimensi alam gaib terbuka, secara otomatis
lapisan alam siluman pun ikut terbuka. Kebetulan arah mobil
Starlet itu menuju ke jalur siluman, sehingga terdamparlah
Inggri di negeri siluman itu.
Di sana Inggri bukan hanya bertemu dengan Sekar Wangi,
sebagai penjaga Telaga Siluman, namun juga bertemu dengan
beberapa tokoh siluman yang mengenal Dewi Ular. Mereka
yang mengaku mengenal Dewi Ular antara lain: Dewi Sekar
Tanjung, kakaknya Dewi Sekar Wangi yang punya kekuasaan
menjadi Ratu Laut Utara, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "KRISTAL PENEBUS NYAWA").
Di samping itu, Inggri juga bertemu dengan tokoh berjubah
kuning menyala, mempunyai rambut panjang, kumis panjang
dan jenggot panjang. Rambut, kumis dan jenggotnya itu
berwarna hitam, tapi bagian tengahnya berwarna putih uban.
Tokoh berpenampilan eksentrik itu tak lain adalah Siluman
Mimpi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERI
SILUMAN'MIMPI").
Menurut keterangan Siluman Mimpi, Inggri dapat hidup
kembali ke alamnya jika dalam rahimnya telah tertanam benih
anak manusia.
"Hamil sedikit saja, kau sudah bisa hidup menjadi, manusia
seperti semula, Inggri," ujar Siluman Mimpi pada waktu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua ini memang gara-gara ulahnya si penyihir tua itu!"


timpal gadis cantik berambut cepak dan bermata bundar. Dia
dulu dikenal dengan nama Offa, yang sebenarnya adalah
anggota masyarakat siluman dan dikenal sebagai Siluman
Khayal.
"Tindakan s i penyihir tua itu memang belakangan ini terasa
ugal-ugalan! Mengacaukan seluruh sisi kehidupan. Ada
baiknya kalau kucari dan kuhajar dia agar tidak mengacaukan
seluruh kehidupan di dua alam. ini!" geram Siluman Mimpi
pada waktu itu.
Namun dari semua ucapan Siluman Mimpi, yang sangat
diingat oleh Inggri adalah benih dalam rahimnya. Berarti ia
harus melakukan kontak biologis dengan manusia yang masih
hidup, dan membiarkan benih itu berkembang dalam
rahimnya.
Sekar Wangi juga membenarkan pendapat Siluman Mimpi.
Itulah sebabnya ia menyarankan kepada Inggri agar segera
mencari pasangan hidup. Pasangan itu bukan saja untuk
sementara, tapi untuk selama-lamanya. Sekar Wangi berharap
agar Inggri menikah dan hidup berumah tangga dengan pria
yang akan menanamkan benih dalam rahimnya. Sebab pria
itulah yang kelak menjadi penyelamat bagi Inggri, yaitu
membebaskan Inggri dari kematian semu.
"Aku tertarik pada seorang pemuda yang sedang stress
akibat dikhianati pacarnya," kata Inggri kepada Sekar Wangi.
"Kalau begitu, cari dia dan bawalah kemari. Jelaskan
persoalannya, lalu tanyakan kesanggupannya. Maukah dia
menolongmu, bukan saja menjadi suami atau ayah dari
bayimu kelak, namun juga menjadi sang penyelamat dirimu
dari kematian semu ini."
Saran itulah yang membuat roh Inggri menerobos ke alam
kehidupan manusia, mencari Eddu. Apa pun yang terjadi, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berusaha membawa pulang Eddu ke alam siluman, dan di


sanalah Inggri mencoba mendekati hati Eddu lebih serius lagi.
"Kenyataan itu memang benar, Eddu," kata Sekar Wangi.
"Syarat untuk Inggri dapat hidup kembali di alam manusia,
harus mengalami pembenihan dalam rahimnya. Tetapi ada
satu syarat lagi yang bisa menggantikan syarat pembenihan
tadi."
"Syarat apa itu, Sekar Wangi?"
"Lihatlah telapak tangan Inggri."
Eddu berkerut dahi mendengar perintah tersebut Heran.
Tapi sebelum ia bertanya apa maksudnya, Inggri sudah lebih
dulu menunjukkan telapak tangannya. Ternyata bukan telapak
tangan Inggri mempunyai noda biru, masing-masing tepat
berada di tengah telapak tangan, dan masing-masing
berukuran sebesar biji ketimun.
"Noda Itu merupakan tanda bahwa Inggri adalah penghuni
negeri siluman. Noda itu akan muncul dengan sendirinya bagi
siapa pun yang terperosok atau tersesat di negeri siluman."
"Kenapa di telapak tanganku nggak ada nodanya?"
"Karena kau bukan tersesat, tapi sengaja dibawa kemari
oleh Inggri. Nah, syarat pengganti keham ilan Inggri adalah
dengan menghapus sepasang noda biru itu. Jika kau atau
Inggri bisa menghapus noda biru itu, maka tanpa harus
melalui proses kehamilan, Inggri sudah bisa hidup kembali
sebagai manusia."
"Kalau begitu... hmmm, akan kucoba untuk...."
"Kau akan menggosoknya dengan apa?" potong Sekar
Wangi. "Jangan digosok, dikelupas kulit tangan Inggri pun
noda itu tetap akan ada. Jangankan manusia seperti dirimu,
aku sendiri sebagai orang negeri ini nggak akan bisa
menghapus noda biru tersebut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi, apa artinya diadakan syarat pengganti kehamilan?"


"Hanya orang yang bisa berhubungan dengan dewa, dan
mendapat restu dari dewa, yang bisa menghapus noda
tersebut!" tegas Sekar Wangi, namun dengan nada penuh
keramahan yang cukup bersahaja.
Eddy tertegun memahami kata-kata Sekar Wangi. Sampai
ia dibawa ke kamar tidur Inggri, ia masih tertegun memikirkan
syarat pengganti kehamilan itu. Kamar tidur Inggri yang ada di
dalam rumah putih itu sama seperti kamar tidur seorang putri
raja. Mewah, indah, berbau wangi rempah-rempah penggugah
gairah, dan mempunyai kesejukan yang sangat nyaman.
Fasilitas yang ada dapat membuat seseorang menjadi betah
tinggal di negeri siluman.
Tapi sayang tak ada CD, tak ada mini compo, tak ada
kulkas. TV, laser disc dan peralatan elektronik lainnya. Hidup
tanpa musik adalah siksaan jiwa yang teramat berat bagi
Inggri. Oleh karenanya ia berkemauan keras untuk hidup
kembali di alam manusia agar dapat menikmati musik
kesukaannya.
"Kamu nggak suka aku hidup kembali sebagai manusia,
ya?" bisik Inggri sambil merapatkan dadanya di lengan Eddu.
Pemuda itu masih duduk di tepian ranjang, baru sadar dari
renungan panjangnya.
"Kau memang harus hidup kembali sebagai manusia, jika
ajal yang sebenarnya belum waktunya tiba."
"Jadi kamu suka kalau aku hidup seperti dulu lagi?"
"Tentu saja."
"Kenapa kau dari tadi murung?"
"Aku memikirkan syarat untuk menolongmu hidup kembali
itu."
"Bukankah kita pernah melakukan di dalam kamar hotel?''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang kupikirkan adalah syarat pengganti, yaitu menghapus


noda di tanganmu."
"Apakah kamu nggak suka kalau menggunakan syarat
pertama? Apakah bercinta denganku adalah menyakitkan
hatimu, Eddu?"
Eddu segera sadar akan sikapnya. Ia terlalu dingin. Padahal
ia tidak bermaksud menghindari kemesraan dari Inggri. Ia
hanya tak ingin dianggap sebagai pria yang memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan.
Gadis bertato naga terbang itu memeluk Eddu dari
samping. Kepalanya disandarkan di pundak Eddu dengan
manja. Hembusan napasnya masih terasa menghangat di
leher. Eddu merasa tidak sedang berada dalam pelukan
sesosok siluman, tapi seperti berada dalam pelukan manusia
biasa.
"Kamu nggak suka dengan kemesraanku, ya?"
"Kalau aku nggak suka, aku nggak akan cari kamu ke Ligos
Cafe."
"Jadi kamu suka dengan kemesraanku?" semakin membisik
suara Inggri, semakin menempel pula bibirnya di daun telinga
Eddu.
"Selama aku kenal wanita, baru kamu yang kuanggap
prima."
"Boooohooong...." rengek Inggri dengan suara parau di
sela tawanya yang lirih. Pelukannya semakin erat, kecupannya
kian membakar telinga dan pipi kiri Eddu.
Tergugah hasrat bercumbu Eddu, sehingga kecupan itu
dibalas dengan lumatan bibir. Inggri tampak kegirangan
sekali. Semangatnya bertambah tinggi. Akhirnya ia mendorong
tubuh Eddu hingga terbaring. Pada saat itu Eddu sudah
'dirampok' pakaiannya. dan menjadi seperti bayi baru lahir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Inggri menciumi tubuh Eddu, dari wajah turun ke leher,


dari leher lidah Inggri menyapu ke dada. Menggigit kecil di
sekitar dada bidang itu. Rambut panjang Inggri yang
disanggul asa-asalan itu diremas oleh Eddu sambil
menghamburkan suara erangan memanjang.
"Ooh, Iiiing.:.! Aaauuuuhh...!"
Suara Eddu kian membuat Inggri menjadi liar. Akhirnya
pemuda itu dikuasai sepenuhnya dalam pelayaran cintanya.
Inggri tak segan-segan melonjak, meremas dan memekik
penuh ungkapan rasa nikmat yang tiada tara.
Keringat pun bercucuran. Napas saling berhamburan. Inggri
dan Eddu sama lemasnya, terkulai saling berpelukan sete lah
sama-sama melepaskan puncak kemesraan yang paling
dahsyat.
Senyum kepuasan selalu mengembang di bibir Inggri yang
sensual itu. Eddu pun demikian, bahkan sesekali ia mencium
wajah Inggri sebagai ungkapan rasa puas yang hanya
didapatkan dari Inggri. Ternyata gadis bertato naga terbang
itu jauh lebih dahsyat daripada Tante Riza atau yang lainnya.
Dalam pelukan Inggri, Eddu merasa telah mendapatkan apa
yang selama ini menjadi khayalan asmaranya.
"Kau benar-benar wanita paling hebat dari antara yang
terhebat," bisik Eddu dalam sanjungannya.
"Ah, pasti kalah hebat dengan perempuan di v illa itu,
bukan?"
"Tante Riza maksudmu? Ooh, dia hanya sekedar wanita
kesepian. Bukan pakar bercumbu. Nggak punya keistimewaan
seperti dirimu, Inggri."
"Betulkah?" Inggri merasa tersanjung. "Kamu juga pria
yang paling tangguh dari yang tertangguh. Kamu... mirip kuda
jantan yang masih liar. Hii, hii, hiii, hiii... dan aku suka sekali
dengan pria beselera cinta seperti dirimu, Eddu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu kau harus segera keluar dari negeri siluman


ini. Kau harus hidup kembali sebagai manusia, dan... dan kita
akan saling bersama, Inggri."
"Saling memiliki?"
"Ya, saling memiliki."
"Saling setia?"
"Saling setia."
"Janji nggak akan tinggalkan aku?"
"Aku bersumpah, bukan hanya berjanji."
"Ooh, Eddu... aku suka sekali sama kamu," peluk Inggri
dalam kecupan mesra yang beruntun.
Kemesraan itu harus dihentikan, karena tiba-tiba bangunan
yang ditempati Inggri dan Eddu itu mengalami guncangan
cukup mengejutkan. Bahkan semua dinding tampak bergerak
memutar, lantainya meliuk-liuk, membuat beberapa barang
berjatuhan. Tempat itu seperti dilanda gempa yang mencapai
9 skala richer.
Eddu dan Inggri bergegas keluar setelah mengenakan
pakaian sejadi-jadinya. Di luar rumah yang mirip Gedung Putih
itu, ternyata sudah ada Sekar Wangi. Penguasa Telaga
Siluman itu tampak kebingungan mencari sumber getaran
yang mencemaskan.
"Sekar Wangi, apa yang terjadi ini?!"
"Entahlah. Tapi aku yakin, ini bukan gejala gangguan alam.
Pasti ada pihak yang sengaja mengguncangkan negeri
siluman! Kalian berdua tetaplah di sini, aku akan mencari si
pembuat ulah ini!"
"Aku yang membuat ulah, Sekar Wangi!" tiba-tiba
terdengar suara merdu bernada tegas, punya kesan wibawa.
Mereka berpaling memandang si pemilik suara merdu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hahh...?!"
"Ooh, kau rupanya?!" seru Sekar Wangi kegirangan. Ia
segera berlari menemui orang itu dan memeluknya dengan
penuh persahabatan. Getaran itu pun s ilang, suasana menjadi
tenang.
"Rupanya kau ada di sini, Eddu."
"Hmm, iiy... iya, aku... aku ada di sini bersama... bersama
Inggri." Eddu tampak sedikit gugup dan salah tingkah. T api ia
segera memperkenalkan gadis itu kepada Inggri.
"Inggri, kenalkan... ini Kumala Dewi, sahabat baruku."
Rupanya memang Dewi Ular yang datang ke negeri s iluman
itu. Kedatangannya membuat negeri siluman bergetar
bagaikan diguncang gempa. Tanah negeri siluman sendiri
merasa takut dan sangat hormat kepada anak bidadari itu,
sehingga para penghuninya dibuat tegang sesaat.
Kumala tak segan-segan berjabatan tangan dengan Inggri,
karena ia melihat sikap Sekar Wangi terhadap Inggri tampak
akrab dan bersahabat. Sikap Eddu sendiri kelihatan bangga
bisa berada di samping Inggri, sehingga Kumala merasa tidak
perlu harus bersikap sinis atau bermusuhan kepada Inggri.
"Apakah kau tersesat jalur sehingga sampai tiba di sini,
Dewi Ular?"
"Bukan tersesat, Sekar Wangi. Aku sengaja mencari
pemuda itu, yang hilang karena diculik oleh roh sahabatmu
itu."
"Rupanya kau perlu penjelasan dariku, Dewi Ular.
Sebaiknya, kita bicara di pondokku saja."
Kumala menerima tawaran baik itu. Lalu ia mendengarkan
penjelasan Sekar Wangi tentang musibah yang dialam i Inggri.
Lagi-lagi hati Kumala menggeram menyalahkan Nyai Singgi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang seenaknya membuka pintu lapisan dimensi gaib. Tapi di


sisi lain, Sekar Wangi tidak terlalu menyalahkan Nyai Singgi.
"Seandainya pintu lapisan gaib itu tidak terbuka, mungkin
Inggri benar-benar mati karena mobilnya jatuh ke jurang. Bisa
saja mobil itu meledak, dan Inggri menjadi berkeping-keping."
"Jadi sekarang apa yang kau inginkan, Inggri?"
"Hidup kembali sebagai manusia, sebagai istri tercintanya
Eddu. Kami salinq jatuh cinta, Kumala."
Kumala manggut-manggut, memahami maksud penyanyi
bar itu. Sebelum Kumala bicara, Sekar Wangi sudah lebih dulu
menjelaskan syarat yang harus dipenuhi Inggri untuk menjadi
manusia kembali.
Kumala membantah, "Nggak perlu harus hamil. Cukup
dengan menghapus noda di telapak tangannya itu, kan bisa?"
"Apakah kau bisa melakukannya, Kumala?" sergah Eddu
dengan penuh semangat.
"Cukup mudah bagiku."
"Astaga! Benar apa katamu," sahut Sekar Wangi. "Kau
keturunan dewa, tentu saja kau bisa menghapus noda biru
itu!" Sekar Wangi pun tampak berseri-seri.
Dalam sekejap saja, dengan sapuan lembut tangan Kumala,
noda biru di kedua telapak tangan Inggri pun lenyap tanpa
bekas lagi. Pada saat itu sekujur tubuh Inggri memancarkan
warna-warni. la segera memeluk Eddu.
Slaap...!
Mereka lenyap setelah pamitan kepada Sekar Wangi.
Kumala mendampingi dari belakang, mengarahkan jalur yang
harus mereka tuju untuk hidup kembali di alam manusia.
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

7
MEREKA yang menunggu kedatangan Kumala di villanya
Tante Riza menjadi semakin gelisah. Masalahnya sampai pukul
5 sore Kumala belum muncul juga. Sandhi mendesak Andini
untuk mencari Kumala dengan kekuatan gaibnya.
"Teropong gaibku nggak bisa dipakai mencari Kumala.
Kekuatan gaib yang ada pada diri Kumala sangat besar,
sehingga kekuatan teropong gaibku tak bisa menembus
bayangannya."
"Kalau begitu kau terlalu lemah, Andini."
"Bisa jadi memang begitu. Tapi bisa pula disebabkan
karena jarak Kumala terlalu jauh dari sini. Mungkin ia berada
di alam gaib sisi lain, bukan di sekitar sini."
Sambil berkata demikian, Andini memperhatikan Kanda
yang sejak tadi mondar-mandir dengan gelisah. Sebentar-
sebentar ia menghubungi sanak saudaranya yang ada di
rumah sakit me lalui HP-nya. Sementara itu, Sandhi sempat
bcrbisik mendesak Andini untuk melakukan sesuatu terhadap
jiwa papanya Kanda.
"Apa kamu nggak bisa mengirimkan kekuatan penyembuh
dari sini? Kasihan tuh Kanda, dia tampak sedih dan cemas
sekali."
Dengan bisikan pula Andini menjawab pelan, "Bagiku,
papanya Kanda sudah tiada."
"Apa maksudmu?!" sentak Sandhi dengan suara berbisik
pula.
"Aku melihat tanda kematian pada diri papanya Kanda.
Tanda kematian itu adalah kematian kodrat. Aku nggak bisa
menghapus tanda kematian itu. T etapi... barangkali Dewi bisa
melakukannya Itulah sebabnya aku nggak berani ikut campur
dalam penyembuhan nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sandhi mengeluh semakin lirih, "Ooh, kasihan betul Kanda.


Dia nggak ngerti kalau papanya sebenarnya sudah berada di
garis kehidupan paling akhir."
"Tetap rahasiakan ini! Jangan sampai dia mengetahuinya.
Bisa-bisa dia marah besar padamu jika sampai kau
mengatakannya."
"Tapi lebih kasihan lagi melihat dia masih bersemangat
mengusahakan papanya untuk sembuh, bukan? Padahal kalau
dia tahu bahwa papanya memang sudah waktunya kembali ke
alam keabadian, kurasa ia tak akan setegang itu,
Ketegangarinya itu bukankah suatu siksaan yang lebih
menyakitkan daripada mendengar kabar kematian papanya?'
"Memang. Tapi itu bukan wewenang kita. Itu wewenang
dewa. Biar dewa yang mengatakan padanya dengan caranya
sendiri. Dalam hal ini, Dewi bisa menjadi wakil para dewa,
karena ia memang anak dewa dan masih dianggap dewa
perempuan, alias bidadari."
Niko asyik bicara dengan Tante Riza. Perempuan itu
menuturkan kembali cerita Kumala tentang pertarungan di
jalur petaka. Tampaknya seru sekali, sehingga keduanya tak-
terlalu menghiraukan keresahan yang diderita Kanda.
"Pasti ada sesuaiu yang amat panting, sehingga cukup lama
ia berada di alam gaib," kata Niko dengan nada seperti orang
menggumam.
Di hati Niko sendiri sebenarnya tersimpan kecemasan, yaitu
cemas akan keselamatan Kumala. Sebab bagaimanapun juga
kalau sampai terjadi apa-apa pada Kumala, Niko-lah orang
pertama yang akan merasa rugi dan merasa berduka.
Niko jatuh cinta pada Kumala. Tapi ia tidak mau
menyatakan rasa cintanya secara terang-terangan. Ia juga
tidak memburu balasan cinta secara fulgar. Tenang-tenang
saja, tapi merasa pasti bahwa c intanya tidak bertepuk sebelah
tangan. Ia merasa sikap Kumala yang juga menaruh hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padanya, tapi ia samarkan dengan kekonyolan dan candanya.


Oleh sebab itulah kemesraan Niko dan Kumala adalah
kemesraan yang terkesan transparan.
Menjelang matahari mau terbenam, mereka yang
menunggu di villanya Tante Riza menjadi bangkit serentak.
Semua mata memandang kedatangan seseorang yang
sebenarnya tidak begitu ditunggu-tunggu kehadirannya
Pemuda berambut kucai yang tak lain adalah Buron itu,
muncul secara gaib. Tiba-tiba saja ia menampakkan diri di
dekat mobilnya Niko.
"Nah, itu dia s i Buron!" seru Sandhi sebagai orang pertama
yang melihat kemunculan Buron. Mereka pun segera
menyerbu Buron dan menanyakan bacaimana keadaan
Kumala.
"Lho, apa dia belum pulang, Tante? Tadi pagi kami
berpisah dan dia bilang mau kemari."
"Sudah. Tadi Kumala sudah pulang, tapi pergi lagi karena
harus mencari Eddu yang diculik roh Inggri...." Tante Riza
terpaksa menjelaskan lagi tentang Eddu dan kasusnya, karena
kemarin sore Buron telah pergi lebih dulu sebelum peristiwa
aneh itu terjadi.
"Aku nggak tahu ke mana Kumala pergi. Aku hanya
ditugaskan untuk mengejar Nyai Singgi. Dan ternyata apa
yang dikatakan oleh Azora memang benar; Nyai Singgi
menimbun harta karun peninggalan ayahmu, Andini."
"Ooh, di mana harta itu dia s impan, Buron?" Andini tampak
bersemangat.
"Di dalam sebuah bukit. Tempat itu sulit ditembus oleh
manusia biasa. Harus menggunakan kekuatan gaib. Di sana
ada dua ekor singa yang menjaga harta itu, dan dua jin yang
kebetulan sudah kukenal sebelumnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dapatkah kau menunjukkan di mana letak bukit itu?"


desak Sandhi.
"Nggak bisa. Aku sudah berjanji pada kedua jin sahabatku
itu, bahwa nggak akan bilang pada s iapa pun tentang di mana
harta karun itu berada. Janjiku itu harus kutepati, karena
kedua sahabatku itu mau memihak diriku, yaitu membantuku
menghajar Nyai Singgi."
"Ja... jadi sekarang Nyai Singgi sudah kau hancurkan?"
sahut Andini.
"Belum. Dia me larikan diri ke tempat lain. Babak belur
dihajar kedua sahabatku. Aku juga ikut menghajarnya."
"Dia meninggalkan harta karun itu?" sela Niko.
"Ya, dan tak akan bisa kembali lagi."
"Kenapa?" sahut Sandhi.
"Karena ruang penyimpanan harta karun itu sudah ditutup
rapat oleh kedua sahabatku dengan mantra gaib. Tidak akan
ada orang yang bisa masuk ke ruang peny impanan harta
karun itu, kecuali orang tersebut tahu mantra pembukanya.
Mantra itu hanya diketahui oleh kedua sahabatku dan...."
"Dan pasti kau juga mengetahuinya, Buron!" sahut Tante
Riza dengan wajah berbinar-binar penuh harap.
Rupanya janda cantik berdada sekal itu menaruh minat
untuk memiliki harta karun itu, setidaknya sebagian dari harta
karun tersebut bisa diperolehnya dari memanfaatkan mantra
gaib pembuka ruangan yang dimiliki Buron. Tetapi sebelum
hal itu diutarakan oleh Tante Riza, Buron sudah lebih dulu
menutup dirinya.
"Jangan coba-coba membujuk untuk menyebutkan mantra
pembuka itu, Tante. Aku bisa marah padamu!"
Setelah puas mendengar cerita Buron, Kanda buru-buru
berkata dengan wajah dukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buron, ayahku dalam keadaan kritis di rumah sakit. Aku


butuh bantuan Kumala, tapi Kumala sampai detik ini masih
belum muncul juga. Dapatkah kau menggantikan tugas
Kumala, menyelamatkan jiwa papaku?"
"Wah...," Buron garuk-garuk kepala. "Soal begituan sih...
urusan Kumala tuh. Aku hanya bisa melakukan penyembuhan
kecil-kecilan, seperti korengan, eksim basah, sakit gigi, pusing
kepala, bisulan dan sebagainya.
"Dasar jin kelas teri !" kecam Sandhi. Buron sengaja tak
menghiraukan kecaman itu. Ia justru menambahkan kata
kepada Kanda.
"Kalau yang menyangkut soal nyawa, Kumala lebih
berwenang ketimbang diriku, Kanda."
"Kalau begitu, sebaiknya kau segera pergi ke alam gaib
untuk mencari Kumala!" sahut Niko. " Cari dia sampai ketemu
dan bawa pulang secepatnya! Bilang saja, Niko menunggunya
dengan cemas. Kalau dalam waktu 1 X 24 menit dia belum
mau pulang, Niko akan bunuh diri! Begitu."
Sandhi tertawa kecil. "Kalau begitu, sebaiknya kamu bunuh
diri aja mulai dari sekarang. Jadi Buron tinggal menyampaikan
kabar kematianmu pada Kumala."
"Brengsek luh, San. Ini kan cuma gertakan aja!" sambil
Niko bersungut-sungut menjauhi mereka.
"Baiklah. Aku akan mencarinya di alam gaib," kata Buron
setelah melihat kesungguhan duka di wajah Kanda begitu
mengharukan.
Namun sebelum Buron menghilang masuk ke alam gaib,
tiba-tiba datang angin kencang yang membuat gemuruh
ombak di lautan bagai irama rlbuan gunung runtuh. Mereka
tercengang dan menjadi tegang. Hembusan angin kencang itu
sempat membuat pot bunga di depan rumah terjungkuir balik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buron, ada apa ini?!" sentak Sandhi dengan wajah penuh


kecemasan.
Andini yang tampak sedikit lebih tenang itu segera berseru,
"Jangan keluar dari rumah! Ada tamu yang sedang
menghampiri tempat ini!"
"Gelombang getaran gaibnya sangat kuat!" gumam jelmaan
Jin Layon yang melangkah sampai ke teras. Mereka hanya
berani menyusul sampai di pintu saja.
"Hei, lihat di laut sebelah sana!" seru Niko sambil menilding
ke arah barat daya.
'"Cahaya?! Itu lautan cahaya!" seru Buron di sela suara
gemuruh memekakkan telinga.
Tampak oleh mereka bias cahaya beraneka warna seperti
letusan pelangi yang menyebar ke berbagai arah. Cahaya
warna-warni itu sangat terang dan lama-lama menyilaukan.
Hembusan angin semakin kencang, membuat tubuh mereka
tak bisa berdiri dengan tegak dan tenang.
Beberapa kejap kemudian tampak dua oranq keluar dari
lautan cahaya. Dua orang itu sangat dikenal oleh Tante Riza.
Sementara di belakang dua orang itu tampak Kumala Dewi
sedang melayang dalam posisi tegak lurus.
"Naah, itu dia Kumala datang!" seru Sandhi yang sangat
mengenali wajah majikan cantiknya.
"Eddu...?! Itu... itu Eddu dan roh Inggri!" ucap Tante Riza
dengan gemetar. Ia tampak ketakutan dan tak berani keluar
sampai di teras.
Lautan cahaya itu padam seketika. Hembusan angin
kencang menjadi reda. Ombak lautan pun tenang kembali.
"Dewi! Gimana sih kamu in!?! Kami sudah lama
menunggumu di sini sejak tadi siang!" seru Niko seperti
melampiaskan kejengkelan menunggunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ooh, rupanya kalian menjemputku kemari. Ada yang


penting?"
Kanda segera mendekati Kumala sebelum Niko lebih dekat
lagi.
"Kumala, aku butuh bantuanmu. Papaku... papaku dalam
keadaan kritis di rumah sakit dan...."
Kata-kata itu terpotong oleh seruan Buron yang berlari
mendekati Kumala saat gadis itu masih berada di pintu pagar.
"Pusat kendali gaib sudah kuhancurkan bersama kedua
sahabatku! Nyai Singgi melarikan diri. Sukar kulacak perginya.
Tapi aku bertemu dengan Siluman Mimpi, dan dia sedang
mengejar Nyai Singgi! Entah kenapa Siluman Mimpi marah
sekali kepada Nyai Singgi serta menyuruhku menyerahkan
pengejaran kepadanya!"
Sandhi ikut berseru,'"Kumala...."
"Cukup!" potong si Dewi Ular, membuat Sandhi dongkol
karena tak jadi menyampaikan maksudnya.
"Ada yang lebih penting dari semua laporan kalian. Oh,
ya...sebelumnya kenalkan dulu dua sahabat baruku ini: Eddu
dan Inggri."
"Kumala, bukankah... bukankah dia adalah hantu yang...."
Kumala memotong kata-kata Tante Riza. "Bukan. Dia
sekarang bukan hantu dan bukan siluman. Inggri adalah
manusia seperti kalian juga. Ceritanya panjang, nanti saja
kuceritakan semuanya. Sekarang aku harus berurusan dengan
Kanda."
"Betul, Kumala. Papaku sangat..."
"Aku dapat merasakan denyut nadi papa-mu lewat
pandangan matarnu, Kanda. Sebaiknya memang kita harus
segera ke sana!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua masuk ke mobil!" seru Niko.


"Tidak, Nik!" sergah Kumala. "Perjalanan menggunakan
mobil hanya akan membuang-buang waktu. Papanya Kanda
benar-benar kritis."
"Lalu bagaimana dong?!"
"Siapa yang ingin ikut ke rumah sakit, mendekatlah
kemari."
Mereka mendekati Kumala, mengelilingi anak dewa itu.
Tante Riza jadi ikut-ikutan mendekat karena tak rnengerti
maksud Kumala.
Tiba-tiba Kumala menjentikkan jarinya. Kliik...! Blaaapp...!
Cahaya terang keluar dan jari tangan itu, menyebar
menyilaukan. Lebih silau dari s inar lampu blitz. Mereka seperti
menjadi buta, tapi hanya dua detik. Selebinnya mereka sudah
dapat melihat dengan jelas kembali.
"Ooh.... kok sudah ada di sini?!"
Mereka tersentak kaget menyadari diri mereka sudah
berada di halaman rumah sakit. Hanya Andini dan Buron yang
tidak ikut terheran-heran, sebab kedua orang itu tahu bahwa
Kumala telah mengunakap kesaktiannya. Menerobos lorong
waktu yang membuat mereka semua bisa berada di rumah
sakit dalam waktu kurang dari sedetik.
"Bagaimana dengan mobilku?" tanya Niko. Andini yang
mendengar bisik-bisik itu. Sandhi dan Buron tertawa geli
melihat gadis itu cemberut.
Eddu akhirnya merencanakan hari pernikahannya dengan
gadis yang nyaris menjadi penghuni negeri siluman itu.
Sementara Eddu dan Inggri sibuk menentukan hari
perkawinan mereka, Andini sibuk mencari siapa titisan
Wirasamba sebenarnya.
SELESAI
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anda mungkin juga menyukai