41.terjebak Bencana Gaib
41.terjebak Bencana Gaib
com/
Sinopsis
Inggri terperosok ke negeri siluman. Ia dianggap tewas
oleh keluarganya. tapi muncul lagi sebagai gadis siluman.
Inggri bisa hidup kembali sebagai manusia jika dalam
rahimnya tertanam benih bayi dari pria yang masih berstatus
manusia.
Eddu terpikat oleh kemesraan Inggri, akhirnya ia rela
dibawa lari Inggri ke negeri siluman. Menurut-keterangan si
penguasa Telaga Siluman. Inggri terjebak karena dimensi
alam siluman ada yang membukanya. Si penyihir tua itulah
yang punya tingkah menga- caukan alam gaib dan alam
siluman.
Buron mengejar si peny ihir gaib yang tak lain adalah Nyai
Singgi. Namun ia justru ter- jebak ke dalam Guci Lorong Kubur
milik Dewa Bencana. Dewi Ular turun tangan. Meskipun ia
sudah diingatkan oleh Sang Ajal, tapi ia tetap nekat mencari
Buron. Akhirnya gadis cantik itu terjebak juga-ke dalam Guci
Lorong Kubur bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1
SEBUAH desa yang berada tak jauh dari daerah Pantai
Anyer, sekarang sudah menjadi tempat pemukiman elite.
Bangunan-bangunan indah berdiri di sana, dan akrab disebut-
sebut sebagai villa. Panorama pantai yang indah merupakan
sasaran utama bagi siapa pun yang menempati villa tersebut.
Tapi belakangan ini daerah villa indah itu sudah menjadi
daerah basis hantu. Panorama pantai yang semarak
menyegarkan, seolah-olah berubah menjadi wilayah
berkekuatan mistik. Kengerian dan ketegangan mencekam
para penghuni v illa-villa tersebut.
Sampai-sampai ada seorang seniman yang iseng membuat
rambu-rambu lalu lintas sendiri. Rambu-rambu itu dipasang di
tikungan jalan dengan gambar tengkorak diberi garis merah
melintang dari kanan atas ke kiri bawah. Di bawah gambar itu
masih dipertegas lagi dengan tulisan berkesan konyol namun
cukup membuat tengkuk bergidik merinding. Tulisan itu
berbunyi: HANTU DILARANG PARKIR DI SINI.
Meski demikian, menurut cerita orang-orang kampung yang
tinggal tak jauh dari daerah tersebut, di tempat itu masih saja
sering terjadi peristiwa-peristiwa aneh yang menyeramkan.
Misalnya, seorang pengemudi omprengan yang bekerja
sampai larut malam sempat memergoki seorang gadis cantik
berdiri di tengah jalan. Gadis itu mengenakan gaun putih
berenda dan bertubuh tinggi, sexy dan montok. Pengemudi itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang ada hanya istri saya yang sudah tidak bernyawa itu.
Ooh, istri-kuuu...," pria itu pun menangis mengenang
kematian istrinya yang misterius.
Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak,
memanfaatkan masa libur mereka dengan bersantai di salah
satu villa. Namun nasib malang telah melanda keluarga
tersebut. Si anak bungsu yang berusia 7 tahun itu menjerit
histeris di awal pagi. Ia menemukan kedua kakak dan ayah-
ibunya sudah tidak bernyawa. Mereka hanya tinggal kepala,
Sementara raga mereka tak tahu berada di mana. Sampai
sekarang raga keempat korban itu masih belum ditemukan.
Tante Riza adalah salah satu orang yang mempunyai villa di
sana. Janda berusia 40 tahun yang masih tampak cantik dan
menyan- dang jabatan sebagai presdir di sebuah perusahaan
itu tak berani menempati villa. Pemun- culan roh-roh halus
yang belakangan ini marak terjadi di sekitar villanya itu
membuat Tante Riza akhirnya menghubungi si paranormal
cantik, gadis berusia sekitar 24 tahun. Gadis berkekuatan
supranatural tinggi itu tak lain adalah Dewi Ular, alias Kumala
Dewi.
"Aku sendiri nggak tahu, kenapa belakangan ini banyak roh
halus yang bermunculan di sana. Padahal sebelumnya tempat
itu adalah tempat peristirahatan yang nyaman, tenang dan
penuh kedamaian. Sepertinya ada sesuatu yang membuat
daerah itu menjadi daerah berhantu, Kumala."
"Kapan kita mau ke sana?"
"Terserah kau, kapan ada waktu luang?"
"Bagaimana kalau hari Kamis besok?"
"Boleh. Tapi, tunggu dulu... kalau kita ke sana hari Kamis,
itu sama saja datang ke sana pada malam Jumat dong."
"Memangnya kenapa kalau malam Jumat? Tante takut?"
"Takut sih nggak. Cuma... ngeri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gaib tersebut, entah sibuk atau sedang pergi. Dan jika Andini
tak berhasil menyelesaikan urusan tersebut, Buron akan
membantunya dengan kesaktiannya sebagai jelmaan Jin
Layon.
Tetapi malam itu, Buron tidak ada di rumah. Buron ikut
Dewi Ular dan Tante Riza ke daerah Pantai Anyer. Mau tak
mau Andini dan Sandhi menyambut kedatangan tamu mereka,
sepasang suami-istri yang memperkenalkan diri sebagai Oom
Daris dan Tante Onny.
"Kami memang belum menghubungi Kumala Dewi
sebelumnya," ujar Tante Onny. "Saya sendiri mendapat alamat
sini dari teman saya, dan teman saya menganjurkan agar kami
langsung saja datang kcnari malam ini juga."
"Kalau boleh saya tahu, siapa teman Tante Onny itu?"
"Zus Maya."
"Ooo, yaa, yaa... saya pun kenal dengan Zus Maya," ujar
Sandhi sambil membayang- kan seraut wajah cantik milik
wanita kaya berusia 35 tahun yang disebut-sebut sebagai Zus
Maya itu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "DARAH
KORBAN PEMIKAT").
"Jadi, kami tidak tahu kalau hari ini Kumala Dewi nggak ada
di rumah."
"Iya nih. Sedang ada urusan di luar kota.Sejak tadi siang
perginya. Tapi mungkin besok pagi sudah ada di rumah."
"Boleh kami tahu keperluannya, Tante?" tanya Andini
dengan lemah lembut.
Sebelum Tante Onny menjawab, Sandhi yang sejak tadi
melirik perut Oom Daris itu buru-buru mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada canda
supaya pasangan suami-istri itu tidak tersinggung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2
VILLA milik Tante Riza tidak besar. Sedang-sedang saja.
Tapi mempunyai dua lantai. Dibangun dengan gaya bangunan
Jepang. Cukup indah dan mengesankan.
Di halaman depan terdapat dua payung pantai, lengkap
dengan meja dan bangkunya yang memutar. Jika seseorang
duduk di bawah payung pantai, ia dapat melihat
pemandangan pantai baik di waktu malam maupun di waktu
siang. Letak villa itu sendiri berada di tanah yang agak tinggi,
walaupun tidak persis di tepi pantai. Oleh karenanya, villa itu
mempunyai posisi yang strategis untuk bersantai menikmati
panorama pantai.
Di samping villa itu, dalam jarak sekitar 40 meter, terdapat
sebuah villa juga yang berukuran lebih besar. Kesan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik dari atas balkon itu ketimbang dari bawah tadi. Tapi
yang lebih menarik lagi bagi Tante Riza adalah sosok pemuda
bertubuh atletis yang ada di balkon villanya Robby Chandra.
Pemuda itu sengaja menggoda dengan senyum mempesona.
Senyum tersenyum mekar setelah ia tahu Kumala
menyempatkan memandang ke arahnya. "Sial! Mau apa dia itu
sebenarnya?" gerutu Kumala sambil buang muka. Tante Riza
berbisik pula sambil cekikikan pelan.
"Mungkin dia naksir kamu, Kumala."
"Dia bukan manusia."
"Ah, yang benar?!" Tante Riza kaget.
"Kalau manusia, nggak gitu caranya dong. Datang kek
kemari, kenalan kek, menyapa dengan sopan kek, bukan
cuma lirak-lirik dan cengar-cengir saja."
Tante Riza segera tertawa geli. Rupanya kata-kata Kumala
tadi hanya sekedar canda saja. Tante Riza menyimpulkan
dalam hati, bahwa ternyata diam-diam Kumala tertarik juga
pada pemuda itu. Tante bertahi lalat kecil di bawah bibirnya
itu bersiap-siap mundur jika Kumala memang ingin mendekati
pemuda itu.
"Kau benar-benar berminat padanya, Mala?"
Senyum Kumala mekar tipis, ditujukan kelautan lepas.
Matanya pun tetap memandangi lautan yang mulai tampak
kemilau kuning karena pantulan sinar matahari yang mulai
mendekati cakrawala itu.
"Kalau saya tertarik sudah saya samperin dia."
"Samperin aja!"
"Kalau saya nggak mau nyamperin, berarti saya nggak
tertarik!" tegas Kumala yang merasa risi didesak seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
3
SEMULA Eddu takut menengok kamarnya. Tapi desakan
Kumala membuat Eddu malu jika merasa takut melihat
keadaan kamar di lantai atas itu.
"Dia yang statusnya cewek aja berani, masa aku ketakutan
sih?" pikirnya.
"Ayolah, kita tengok bersama, Ed. Kalau ada apa-apa biar
kutangani sendiri!"
Waktu itu Tante Riza ikut keluar, dan melihat juga
bayangan seorang wanita dari jendela kaca kamar tersebut.
Tante Riza menyarankan agar Eddu tak perlu takut jika
bersama Kumala.
"Mungkin kamu belum tahu, ya...? Kumala ini 'orang pintar'
yang sudah nggak asing lagi dengan hal-hal kayak gitu.
Semua setan, hantu, dan sejenisnya... lari pontang-panting
kalau ketemu Kumala. Sudah, Sana...! Tengok dulu siapa yang
ada di kamarmu itu!"
Hanya berdua mereka menengok kamar tersebut. Dalam
hati Eddu masih sangsi, "Benarkah Kumala 'orang pintar'
sejenis dukun? Masa dukun cantiknya bukan main sih"
Setibanya di dalam kamar itu, ternyata kamar tersebut
dalam keadaan kosong. Eddu mencarinya sampai ke balkon,
tetap tak ada siapa-siapa. Tapi ia mencium bau wangi
kembang yang menurutnya bukan berasal dari parfumnya.
Eddu pun merinding setelah sadar bau kembang itu adalah
kembangnya orang mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secepat itu bukan hal aneh lagi. Mereka yang tinggal di sana
dapat mengikuti gerakan secepat apa pun tanpa merasa
kebingungan.
Namun di alam gaib itu Kumala justru merasa kebingungan
sendiri. Selama ia bergerak mondar-mandir ke sana-sini,
ternyata yang ia temukan hanya kesunyian. Sepi, lengang,
dan gersang. Pohon-pohon yang tumbuh di sana tanpa daun
dan tanpa air. Kering. Tanahnya pun berdebu tanpa rumput
hidup sehelai pun.
"Kenapa jadi sesepi ini?!" gumamnya dalam hati. "Nggak
biasanya tempat ini sangat sepi dan lengang begini. Ke mana
perginya roh-roh yang biasanya bergentayangan dengan
keusilannya masing-masing itu?"
Tiba-tiba dari arah belakang, Kumala merasakan adanya
hembusan angin yang mendekat. Hembusan itu terasa
hangat, makin dekat makin panas. Dengan gerakan cepat,
anak Dewa Permana dan bidadari Dewi Nagadini itu
membalikkan badan, berhadapan dengan datangnya hawa
panas tadi. la segera mengangkat tangan kanannya lurus ke
depan dengan telapak tangan menghadap ke depan pula.
Deebb...! Ada sesuatu yang dirasakan berhenti dalam jarak
5 meter darinya. Sesuatu yang berhenti itu adalah gumpalan
kabut abu-abu yang mengambang di udara. Namun dalam
waktu sangat singkat, gumpalan kabut itu berubah wujud
menjadi sosok manusia berkerudung hitam. Seluruh tubuhnya,
dari kepala sampai kaki, terbungkus kerudung hitam. Hanya
bagian wajahnya yang tampak tak tertutup kerudung hitam
itu.
Di tangan orang berkerudung hitam itu tergenggam
tongkat berujung sabit panjang, seperti paruh burung bangau.
Senjata garda tersebut dikenal oleh Kumala sebagai
senjatanya El Maut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jin Layon!"
"Tepat sekali. Dia memang terperosok masuk ke dalam guci
keramat itu. Aku melihatnya dari kejauhan."
"Aku harus membebaskannya sekarang juga!"
"Nyai Dewi...!" cegah Sang Ajal sebelum Dewi Ular
berkelebat pergi. Tokoh berwajah separuh tengkorak itu
segera menghalang berdiri di depan Dewi Ular.
"Kalau kau nekat ke sana, kau akan terjebak dalam guci
keramat itu, Nyai Dewi. Jika kau terjebak ke dalam sana, kau
tak akan bisa keluar lagi dan akan menjadi budaknya si
penyihir tua itu!"
Sebelum Kumala Dewi berkata lagi, tiba- tiba datang kabut
merah yang berhembus sangat cepat. Kabut merah itu
berputar-putar membentuk pusara badai yang luar biasa
cepatnya dan sulit dihindari lagi.
"Sang Ajal, awaass...!"
Wuuuussss...! Sang Ajal tersapu badai kabut merah.
Tongkatnya sempat terulur hampir membabat kepala Dewi
Ular. Namun justru tongkat itu ditangkap oleh kedua tangan
Dewi Ular dan digenggamnya kuat-kuat.
"Nyai Dewi, pertahankan diriku!" seru Sang Ajal. Dewi Ular
mengerahkan tenaga untuk menahan tubuh Sang Ajal agar
tidak terbawa hembusan badai kabut itu. Tetapi kekuatan
tersebut ternyata kalah besar dengan daya hisap badai kabut,
sehingga Sang Ajal pun melayang dalam putaran cepat. Dewi
Ular terbawa serta tanpa bisa mempertahankan dirinya
sendiri.
Wuuuuurssss...!
"Pegang tongkatmu kuat-kuat, Sang Ajaaaall...!" terdengar
seruan Dewi Ular yang makin lama makin menjauh, kemudian
lenyap tergulung badai kabut bersama Sang Ajal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-234-oO)
4
GERIMIS turun membasahi bumi. Sekalipun hujan malam
itu tak seberapa deras, tapi karena disertai hembusan angin
kencang yang menyerupai badai, maka cuaca di sekitar pantai
menjadi sangat buruk. Pucuk-pucuk pohon meliuk ke sana-sini
bagaikan ingin tercabut dari akarnya. Bahkan di jalan raya
menuju Jakarta, pohon besar sempat tumbang melintang di
tengah jalan. Arus lalu lintas macet total.
"Hujan gerimis ini kayaknya bukan hujan sembarangan,
Ed."
"Iya, nih. Hawa dinginnya sangat mencekam. Kayaknya
mampu menembus dinding!"
"Astaga...! Lihat keluar, Ed...! Ada busa salju di atas
dedaunan?!"
Eddu ikut memandang dari pintu kaca balkon. Gorden yang
melapisinya disingkapkan sedikit, dan tampaklah daun-daun
berwarna putih serta butiran gerimis yang bercampur serbuk
putih bertaburan. Serbuk putih itu tak lain adalah busa-busa
salju yang makin lama semakin membungkus bumi.
"Gila! Kenapa cuaca bisa jadi seburuk ini, ya?" gumam
Eddu dengan cemas. "Matikan AC-nya deh, Tante."
"Kan sudah kumatikan dari tadi."
"Kok masih dingin begini s ih?"
"Hawa salju itu yang meresap masuk ke kamar ini!" ujar
Tante Riza dengan kedua tangan memeluk diri sendiri. Ia
membuka lemari pakaian.
"Pakai sweaterku, ya Ed. Buat mengurangi rasa dingin ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5
PAGAR penangkal gaib dari Kumala Dewi memang benar-
benar berfungsi sebagai penangkal gangguan roh halus.
Terbukti roh Inggri tak berani melewati batas pagar halaman.
Tetapi kekuatan gaib roh Inggri masih bisa dipakai untuk
memandang tembus tembok, sehingga ia tahu di dalam villa
itu ada Eddu yang sedang bercinta dengan Tante Riza.
Kecemburuan membakar emosi roh Inggri. Ancaman untuk
menghancurkan villa itu benar-benar akan terjadi jika Ecldu
tak mau lepas dari pelukan Tante Riza.
"Daripada Tante jadi korban, sebaiknya kuturuti saja
keinginan roh Inggri itu."
"Tapi kau pasti akan celaka, Eddu. Biarlah tetap di sini
bersamaku. Dia tak akan bisa menembus kemari. Kumala
telah memagari tempat ini dengan kesaktiannya. Bagaimana
roh itu dapat menghancurkan tempat ini jika menembus
lapisan pagarnya Kumala saja nggak bisa."
Terdengar seruan roh Inggri di sela deru angin dan hujan
salju.
"Eddu...! Cepatlah keluar. Aku bukan hantu. Jangan takut
padaku, Eddu...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eddu...! Ooh, aku tidak mau terlibat kasus seperti ini! Aku
tidak bermaksud menghilangkan Eddu atau membunuhnya,
Mak Saroh! Tolonglah dia, Mang Jamin...!"
Tentu saja kedua pelayan itu kebingungan. Bagaimana
mereka akan melakukan pertolongan jika mereka sendiri
menggigil ketakutan mendengar Eddu dibawa lari oleh hantu
perempuan cantik yang tadi sempat dilihatnya sepintas,
sebelum akhirnya lenyap sambil memeluk Eddu?
Sementara itu, Eddu sendiri merasa tegang dan ketakutan.
la seperti melayang di antara cahaya warna-warni. Tetapi ia
sadar bahwa dirinya sedang dipeluk Inggri erat-erat dan
terbang bersama Inggri melintasi lautan cahaya itu.
"Jangan takut. Ini alamku. Kau tidak akan celaka di sini,
Eddu! Jangan takut, Sayang...,". sambil Inggri menciumi Eddu
berkali-kali. Eddu hanya bisa geragapan dengan napas
tersentak-sentak.
Beberapa detik kemudian lautan cahaya itu padam. Inggri
melepaskan pelukannya. Eddu terengah-engah dan
memandang sekelilingnya dengan tegang.
"Ooh, sebuah taman?! Aku ada di sebuah taman indah?!"
Taman berumput hijau rata seperti bentangan permadani
itu mempunyai kelompok tanaman bunga. Masing-masing
kelompok mempunyai warna bunga yang sama dan
menyebarkan aroma wangi yang lembut. Semua tanaman dan
bunga di situ serba indah, suasananya teduh. Bukan siang dan
bukan malam. Seperti mendung yang menyegarkan.
Di sisi lain pun terdapat kolam dengan air mancur
berwarna-warni. Ada pula ayunan dan arena bermain untuk
anak-anak yang tersedia di empat sudut. Sementara itu, di
tengah taman tampak bangunan megah berwarna putih,
menyerupai istana kapresidenan yang ada di Washington.
"Inggri... di mana kita ini?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku...."
"Jangan takut. Nyai Sekar Wangi bukan siluman yang jahat.
Justru jiwaku tertolong olehnya. Kalau aku nggak ditolong
olehnya, mungkin aku sudah gila dan nggak ngerti bagaimana
menggunakan kekuatan gaib untuk keluar masuk alam
siluman ini."
Sekar Wangi memang penjaga Telaga Siluman. Dewi Ular
pernah menolongnya ketika Sekar Wangi berurusan dengan
Ratu Tanah Peri yang bernama Ambaruni, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode: "PENGUASA TANAH PERI").
Eddu sempat terpesona ketika berkenalan dengan Nyai
Sekar Wangi. ia tidak menyangka penjaga Telaga Siluman itu
ternyata bukan berwajah buruk dan menyeramkan, tapi
kebalikannya. Sekar Wangi bukan saja mempunyai wajah yang
cantik dan bibir sensual merekah basah, tapi juga memiliki
bentuk tubuh yang sexy, sekal, dan montok.
"Inggri memang belum mati," ujar Sekar Wangi. "Tapi
untuk membuat Inggri bisa hidup di alamnya kembali, tanpa
harus terbakar oleh s inar matahari, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi terlebih dulu."
"Syarat apa maksudnya?" tanya Eddu dengan rasa ingin
tahu yang sangat besar.
(Oo-dwkz-234-oO)
6
TANTE RIZA nyaris tak bisa memberi penjelasan kepada
Kumala Dewi. Air matanya kembali berducuran ketika Kumala
tiba di v illa tersebut. Rasa takut dan kepanikan membuat
Tante Riza hanya bisa bilang, "Eddu... Eddu... Eddu...."
Anak bidadari itu scgera menyalurkan hawa sejuk melalui
tengkuk Tante Riza. Hawa sejuk itu keluar dari telapak tangan
tersebut membuat rasa takut menjadi terkikis dan lama-lama
habis. Kesedihan T ante Riza pun dengan cepat menjadi surut,
sampai akhirnya ia bisa menuturkan peristiwa misteri yang
disaksikan dengan mata. kepalanya sendiri.
"Dasar pemuda bodoh! Sudah kubilang jangan keluar dari
pagar, masih saja nekat keluar!" geram Kumala dengan hati
kesal.
"Sudah kuingatkan padanya, Kumala. Lebih dari sepuluh
kali kuingatkan agar jangan menuruti bujukan hantu
perempuan itu. Tapi Eddu seperti dihipnotis. Nggak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahh...?!"
"Ooh, kau rupanya?!" seru Sekar Wangi kegirangan. Ia
segera berlari menemui orang itu dan memeluknya dengan
penuh persahabatan. Getaran itu pun s ilang, suasana menjadi
tenang.
"Rupanya kau ada di sini, Eddu."
"Hmm, iiy... iya, aku... aku ada di sini bersama... bersama
Inggri." Eddu tampak sedikit gugup dan salah tingkah. T api ia
segera memperkenalkan gadis itu kepada Inggri.
"Inggri, kenalkan... ini Kumala Dewi, sahabat baruku."
Rupanya memang Dewi Ular yang datang ke negeri s iluman
itu. Kedatangannya membuat negeri siluman bergetar
bagaikan diguncang gempa. Tanah negeri siluman sendiri
merasa takut dan sangat hormat kepada anak bidadari itu,
sehingga para penghuninya dibuat tegang sesaat.
Kumala tak segan-segan berjabatan tangan dengan Inggri,
karena ia melihat sikap Sekar Wangi terhadap Inggri tampak
akrab dan bersahabat. Sikap Eddu sendiri kelihatan bangga
bisa berada di samping Inggri, sehingga Kumala merasa tidak
perlu harus bersikap sinis atau bermusuhan kepada Inggri.
"Apakah kau tersesat jalur sehingga sampai tiba di sini,
Dewi Ular?"
"Bukan tersesat, Sekar Wangi. Aku sengaja mencari
pemuda itu, yang hilang karena diculik oleh roh sahabatmu
itu."
"Rupanya kau perlu penjelasan dariku, Dewi Ular.
Sebaiknya, kita bicara di pondokku saja."
Kumala menerima tawaran baik itu. Lalu ia mendengarkan
penjelasan Sekar Wangi tentang musibah yang dialam i Inggri.
Lagi-lagi hati Kumala menggeram menyalahkan Nyai Singgi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
7
MEREKA yang menunggu kedatangan Kumala di villanya
Tante Riza menjadi semakin gelisah. Masalahnya sampai pukul
5 sore Kumala belum muncul juga. Sandhi mendesak Andini
untuk mencari Kumala dengan kekuatan gaibnya.
"Teropong gaibku nggak bisa dipakai mencari Kumala.
Kekuatan gaib yang ada pada diri Kumala sangat besar,
sehingga kekuatan teropong gaibku tak bisa menembus
bayangannya."
"Kalau begitu kau terlalu lemah, Andini."
"Bisa jadi memang begitu. Tapi bisa pula disebabkan
karena jarak Kumala terlalu jauh dari sini. Mungkin ia berada
di alam gaib sisi lain, bukan di sekitar sini."
Sambil berkata demikian, Andini memperhatikan Kanda
yang sejak tadi mondar-mandir dengan gelisah. Sebentar-
sebentar ia menghubungi sanak saudaranya yang ada di
rumah sakit me lalui HP-nya. Sementara itu, Sandhi sempat
bcrbisik mendesak Andini untuk melakukan sesuatu terhadap
jiwa papanya Kanda.
"Apa kamu nggak bisa mengirimkan kekuatan penyembuh
dari sini? Kasihan tuh Kanda, dia tampak sedih dan cemas
sekali."
Dengan bisikan pula Andini menjawab pelan, "Bagiku,
papanya Kanda sudah tiada."
"Apa maksudmu?!" sentak Sandhi dengan suara berbisik
pula.
"Aku melihat tanda kematian pada diri papanya Kanda.
Tanda kematian itu adalah kematian kodrat. Aku nggak bisa
menghapus tanda kematian itu. T etapi... barangkali Dewi bisa
melakukannya Itulah sebabnya aku nggak berani ikut campur
dalam penyembuhan nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/