Anda di halaman 1dari 62

MENALAR

KEBERAGAMAN
SKETSA KEHIDUPAN
UDAR ASUMSI DAN
KEBERAGAMAAN DI
BANGUN PERSPEKTIF
INDONESIA

ANALISIS SOSIAL
URGENSI PMB DENGAN
DENGAN ICEBERG
SCENARIO THINGKING
ANALYSIS & U PROSES
UDAR ASUMSI MEMBANGUN
PERSPEKTIF
PETA BUKANLAH WILAYAH
ABSENCING
CLOSED WILL
fear

CLOSED HEART BLAMING


hate

CLOSED MIND DESTROYING


ignorance

OPEN
MIN
D
curiosity

OPEN HEART
compassion

OPEN WILL






Kecenderungan alamiah untuk tidak memperhatikan
fakta dan bukti yang berlawanan dengan kepercayaan
dan nilai- nilai kita.

• Secara eksplisit mencari fakta dan bukti tersebut


• Bila anda tidak mendapati diri anda mengalami keresahan dalam
mencari fakta dan bukti ini, maka anda perlu bertanya apakah
anda telah secara serius menanggapi fakta dan bukti ini.
• Bila anda dapati bahwa semua kepercayaan-kepercayaan anda
benar sejak awalnya, maka mungkin anda telah secara canggih
“mengelabui diri sendiri”
Voice of Judgement Open Mind
Voice of Cynicism Open Heart

Voice of Fear Open Will


SKETSA
KEHIDUPAN
KEBERAGAMAAN
INDONESIA

Tim Ahli
Pokja Moderasi Beragama Kemenag RI
POPULASI INDONESIA
87% penduduk Indonesia beragama Islam, sebagian besar terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumantera

▪ Badan Pusat Statistik (BPS), dalam sebuah laporan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa 87,18% penduduk Indonesia
merupakan penganut agama Islam. Sisanya adalah penganut agama lain seperti Kristen 6,96%, Katolik 2,91%, Hindu 1,69%, dan Budha
serta Konghuchu yang jumlahnya kurang dari 1%.
▪ Jika dihitung secara jumlah, maka populasi pemeluk Islam di Indonesia tahun 2010 mencapai 207,176 juta jiwa, kemudian pemeluk Kristen
16,528 juta jiwa, pemeluk Katolik 6,907 juta jiwa, pemeluk Hindu 4,012 juta jiwa, pemeluk Budha 1,703 juta jiwa, dan pemeluk Konghuchu
117.091 jiwa.
Sumber, BPS, Sensus Nasional, 20110
Indonesia masa depan akan didominasi oleh tiga entitas,
masyarakat urban, kelas menengah, dan milenial
STRUKTUR DEMOGRAFI INDONESIA YANG BERUBAH
Muslim Indonesia juga akan menghadapi tumbuhnya generasi baru muslim yang
jumlahnya mencapai 30 juta di tahun 2020.
URBAN MIDDLE-CLASS MILLENNIAL MOSLEM

Estimasi populasi generasi muslim baru

30,59
jt

Jumlah generasi muslim baru di Indonesia pada


tahun 2020 diprediksi mencapai 35 juta jiwa
dengan asumsi penduduk muslim mencapai 87%.

23
Mereka memiliki karakterr tech savvy, religious, modern, dan memiliki daya beli yang
tinggi
KARAKTER URBAN MIDDLE-CLASS MILLENNIAL MOSLEM

Merupakan generasi millenial muslim kelas


menengah urban: Mereka berusia 18-35 tahun

Sumber: Gen M, Yuswohady, Iryan H, Hasanuddin Ali, 2017 24


Urgensi Tantangan 1
Berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik beragama
Moderasi Beragama yang berlebihan (ekstrem), yang mengesampingkan
martabat kemanusiaan

Tantangan 2 Memperkuat esensi


ajaran agama dalam
Berkembangnya klaim kebenaran subyektif kehidupan Tantangan 3
dan pemaksaan kehendak atas tafsir masyarakat Berkembangnya semangat beragama yang
agama serta pengaruh kepentingan
tidak selaras dengan kecintaan berbangsa
ekonomi dan politik berpotensi memicu
dalam bingkai NKRI
konflik

Mengelola keragaman
tafsir keagamaan
dengan
Kondisi kebangsaan mencerdaskan
Moderasi Toleran, Harmonis,
dan keagamaan kehidupan Beragama Damai
keberagamaan

Indonesia adalah negara yang bermasyarakat Moderasi beragama merupakan Moderasi Beragama menjadi
religius dan majemuk. Meskipun bukan negara perekat antara semangat sarana mewujudkan
agama, masyarakat lekat dengan kehidupan beragama dan komitmen kemaslahatan kehidupan
beragama dan kemerdekaan beragama dijamin Merawat Keindonesiaan berbangsa. Di Indonesia, beragama dan berbangsa
oleh konstitusi. Menjaga keseimbangan antara beragama pada hakikatnya adalah yang harmonis, damai dan
hak beragama dan komitmen kebangsaan menjadi ber-Indonesia dan ber-Indonesia toleran sehingga Indonesia
tantangan bagi setiap warga negara itu pada hakikatnya adalah maju.
beragama

5
Berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik
beragama yang berlebihan (ekstrem), yang
mengesampingkan martabat kemanusiaan

Kisah pak Dita sekeluarga


Berkembangnya klaim kebenaran
subyektif dan pemaksaan kehendak
atas tafsir agama serta pengaruh
kepentingan ekonomi dan politik
berpotensi memicu konflik
Berkembangnya semangat beragama
yang tidak selaras
dengan kecintaan berbangsa
dalam bingkai NKRI
RISET
2011 : Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) tentang radikalisme di kalangan siswa dan
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek :
hampir 50 % setuju tindakan radikal; 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan; 84,8%
siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan Syariat Islam; 52,3% siswa dan 14,2% membenarkan
serangan bom.

CSIS 2012: 33,4% tidak mau bertetangga dengan orang yang berlainan agama; 25% tidak percaya kepada
umat agama lain, dan 68% menentang pembangunan tempat ibadah agama lain di lingkungannya.

The Pew Research Center, 2015:


Sekitar 10 juta orang warga Indonesia mendukung ISIS - sebagian besar dari mereka merupakan anak-anak
muda.

2015 :
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tujuh perguruan tinggi negeri (PTN) top di Indonesia
telah terpapar radikalisme.
Penelitian Pusat Studi Budaya dan
Perubahan Sosial Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Media
sosial Islam didominasi oleh berita
kebencian. Berita-berita
keagamaan yang penuh kebencian
ini diakses oleh kaum muda. (Zuly
Qodir, “Kaum Muda, Intoleransi, dan
PPIM (2016) : Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Radikalisme Agama.” Jurnal Studi
Pemuda, Vol. 5, No. 1 (Mei 2016), 81% guru PAI tidak setuju untuk memberikan izin
434. pendirian rumah ibadah Agama lain di wilayahnya.
74% mereka menolak memberikan ucapan
selamat hari raya kepada penganut agama lain.
80% tidak bersedia jika diminta menampung
penganut Syiah dan Ahmadiyah yang diusir dari
kampung halamannya.
PPIM (2018) : Pelita yang Meredup

• 2237 Guru Muslim (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)


• 21% tidak setuju bahwa tetangga yang berbeda agama boleh mengadakan acara
keagamaan (misal: Kebaktian pada pemeluk Kristen, atau Mesodan bagi pemeluk
Hindu) di kediaman mereka
• 56% tidak setuju bahwa Non-Muslim boleh mendirikan sekolah berbasis agama di
sekitar mereka
• 29% berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan
yang berbeda agama
• tingkat intoleransi guru perempuan lebih tinggi daripada guru laki-laki
• tingkat intoleransi guru madrasah lebih tinggi daripada guru sekolah
SURVEY KHOTBAH MASJID KEMENTERIAN, BUMN DAN
LEMBAGA
P3M, 2017
• Dari 100 Masjid yang disurvey, 41 masjid tergolong radikal.
• Dari 41 masjid, 7 masjid kategori Rendah; 17 masjid kategori Sedang; dan 17
masjid kategori Tinggi.
• Kategori Rendah: Memaklumi radikalisme/intoleransi
• Kategori Sedang: Setuju terhadap tindakan Radikal dan intoleran
• Katogori Tinggi: Memprovokasi umat untuk bersikap radikal/intoleran
NARASI EKSKLUSIVISME & EKSTREMISME BERAGAMA GLOBAL
PEMBENTUKAN NILAI:
DARI EXCLUSIVITY BERUJUNG PADA
VIOLENT EXTREMISM

Expansionism
for God / ideology
God is on our side
/ My ideology is
the Truth
MODERASI Intolerance/
BERAGAMA Discriminatrion

Superiority

Exclusivity diadaptasi dari


The Amplification Spiral
on Why Religions & Ideologies Are Particularly Susceptible to Promoting Conflict
Lynn Davis - Patrice Brodeur
praktek beragama
yang substantif-
inklusif
praktek beragama
yang eksklusif-legal
formalistik

DUA ARUS PARADIGMA


PRAKTIK KEBERAGAMAN
(SYAFII ANWAR)
38
AWAM

Ekstrimis/ Negara/
Public
teroris Aktivis Bhinneka/NKRI
Mainstream

MENGUATNYA EKSKLUSIFISME DAN SIKAP INTOLERAN


PADA MASYARAKAT AWAM ARUS UTAMA

Mainstreaming Exclusivisme & Extremism


MENGAPA BISA MENGHEBAT?

Dinamika Otonomi
Daerah
TANTANGAN KEHIDUPAN
BERAGAMA DAN
(DEMOKRASI) PANCASILA

KARAKTER KOMUNAL AGAMA VS


KARAKTER DEMOKRASI YANG BERBASIS HAK INDIVIDU

HATE SPIN: SAAT SENTIMEN AGAMA MENJADI BAHAN


PEREBUTAN KEKUASAAN

HARMONI SOSIAL VS HAK KONSTITUSI


RIGHTS BASE
Kebijakan Publik

FAITH BASE RESPECTS BASE


Pendekatan Agama Kekuatan CSO, OMK

RESILIENCE BASE
Perubahan di tingkat
manusia di akat rumput

PENDEKATAN STRATEGIS TERINTEGRASI UNTUK PERUBAHAN BERKELANJUTAN


(DIADAPTASI DARI 3R STRATEGY - SUSAN WALSH)
SCENARIO THINKING
KE ARAH MANA KITA AKAN MENUJU?
SCENARIO THINKING
a. Berangkat dari kondisi yang ada saat
ini, bila dibiarkan tumbuh, apa yang
akan terjadi di masa depan? Tuliskan
secara berurutan dari titik 1 ke titik 2
ke titik 3 dan seterusnya. Petakan
dengan proses netral dan alamiah,
jangan membicarakan apa solusi dan
intervensi yang diperlukan.
b. Apakah dalam proses yang berjalan,
mungkin terjadi kondisi berubah atau
berbelok arah? Jika ya, apa hal-hal
yang mengubah kondisi tersebut?
CATATAN
SCENARIO SCENARIO
THINKING THINKING
PALING BAIK MEMERLUKAN
DILAKUKAN DATA YANG
OLEH EXPERT AKURAT
SCENARIO
THINKING
PERLU LEPAS
DARI BIAS
KOGNITIF
ANALISIS GUNUNG ES &
PROSES U
MENYELAMI PERSOALAN DALAM SISTEM SOSIAL
THE ICEBERG MODEL

• model analisis terhadap fenomena yang bersifat kompleks (dalam


organisasi atau masyarakat), dikembangkan oleh Senge dan Hamilton.
• Events adalah fenomena yang tampak terkait konteks yang dianalisis.
Fenomena dalam system thinking diyakini disokong oleh 3 lapisan yang
tidak tampak: pola/kecenderungan perilaku, struktur & sistem sosial,
dan model mental (paradigma/cara pandang) dengan sumber yang
biasanya bersifat sakral seperti ideologi, agama, tradisi.
• patterns of behavior adalah kecenderungan yang terjadi dalam
masyarakat dan terkait langsung dengan fenomena tampak. Misalnya,
fenomena perilaku intoleran dalam masyarakat didukung oleh pola
penanaman nilai-nilai melalui pengajian dan dai2 yang intoleran.
• Systems Structure adalah struktur & sistem sosial yang memungkinkan
pola/kecenderungan masyarakat tersebut berkembang.
• Mental Models adalah cara pandang, perspektif, dan paradigma
pelaku/elemen sistem yang menyebabkan struktur dan sistem sosial
bertahan dalam kondisi/sistuasi sedemikian
• Semakin dalam lapisan yang kita analisis dan kemudian kita intervensi,
semakin besar leverage (daya ungkit) terhadap perubahan struktural
dan sistemik, yang berujung pada perubahan fenomena yang
berkelanjutan.
kawin anak masih (makin) marak, kampanye
#nikahmuda, selebrasi selebriti

Kawin anak direstui/difasilitasi oleh orangtua,


keluarga, masyarakat.
Kehamilan remaja meningkat
Kampanye masif dan sistematis

pemahaman keluarga, tradisi, justifikasi praktik


beragama, pemuka agama, budaya patriarki,
kebijakan dan program perangkat Negara,
dispensasi & isbat nikah, pendidikan & akses
terhadap pendidikan,

perspektif agama : cara mencegah zina adalah menikah, dst


perspektif keluarga & tradisi : sudah temurun & tidak masalah, dst
perspektif terhadap anak perempuan: malu bila tidak laku, dst
perspektif komunitas : perempuan tidak perlu sekolah tinggi, dst
perspektif perangkat Negara : bukan isu sentral, tidak boleh melawan
tradisi lokal, dst
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA DAN TREN
Perilaku, Memastikan

ING
REFRAM
kebiasaan, sikap terwujudnya
(yang dapat sikap,
dilihat) kebiasaan
baru,dsb
STRUKTUR
PENYEBAB

REDESIG
NING
Tradisi, Mendesain
budaya, kebijakan,
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

MENTAL
MODEL
Paradigma, Mengubah

G
RETHINKIN
perspektif, Paradigma,
keyakinan perspektif,
keyakinan,
dsb.

SUMBE
R
APA Fakta, peristiwa, data
YANG (bersifat objektif, bukan
TERJADI opini, asumsi, dugaan,
dsb)

POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif,ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
keyakina
n
SUMBEDsb.
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJA
Fakta, peristiwa, data
DI
(bukan opini, asumsi,
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
dugaan, dsb)

REFRA
MING
Memastikan
terwujudnya
sikap,
kebiasaan
baru,dsb

POLA STRUK

GNING
REDESI
DAN TUR Mendes
ain
TREN
Perilaku,
PENYE
Tradisi,
budaya,
BAB
kebijaka
n,
kebijakan program,
kebiasaan, pemerintah,
system
rewards,
dsb
kecenderungn
umum

RETHINKIN
G
(yang dapat MEN Mengub
TAL ah
dilihat) MOD
Paradigma, Paradig
perspektif,ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
keyakina
n
SUMBEDsb.
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

Tradisi, budaya,

GNING
REDESI
Mendes
kebijakan, ain
kebijaka
STRUK system n,
program,
TUR kehidupan (dalam
sosial,
rewards,
dsb
PENYE politik, dsb)
BAB

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif,ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
keyakina
n
SUMBEDsb.
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

Paradigma,

RETHINKIN
G
Mengub
perspektif, ah
Paradig
MENT keyakinan, ma,
perspekti
pemahaman
AL yang keliru atau f,
keyakina
MOD salah penerapan n
SUMBEDsb.
EL
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

MEN Mengubah
TAL Paradigma, RETHIN
MOD
Paradigma,
perspektif,
perspektif,
EL
keyakinankeyakinan, KING
pemahaman,
konsep diri, dsb.
SUMBE
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK Mendesain
TUR
PENYE
Tradisi, kebijakan, REDESIG
budaya,
BAB
kebijakan
program, NING
pemerintah, layanan,
system
rewards, dsb

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif,ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
keyakina
n
SUMBEDsb.
ICEBERG
APA
YANG
REAC
TING
ANALYSIS &
TERJAFakta,
peristiwa, data
DI
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA Memastikan REFRA
DAN terwujudnya MING
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap sikap,
(yang dapat
dilihat)
kebiasaan
baru dsb
STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif, ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
SUMBEkeyakina
n
R Dsb.
ICEBERG ANALYSIS &
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity

APA
YANG REACTI
TERJAFakta,
peristiwa, data NG
DI
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)
POLA

MING
REFRA
Memastikan
DAN terwujudnya
sikap,
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif, ma,
EL
keyakinan perspekti
f,
SUMBEkeyakina
n
R Dsb.
ICEBERG ANALYSIS &
U-PROCESS
Otto Scharmer & United In Diversity APA
YANG REAC
TERJA Fakta, TING
peristiwa, data
DI
(bukan opini,
asumsi,
dugaan, dsb)

POLA

REFRA
MING
Memastikan
DAN terwujudnya
TREN
Perilaku,
kebiasaan, sikap
sikap,
kebiasaan
(yang dapat baru,dsb
dilihat)

STRUK

GNING
REDESI
Mendes
TUR ain
PENYE
Tradisi, kebijaka
n,
budaya,
BAB
kebijakan program,
pemerintah, rewards,
system dsb

RETHINKIN
G
MEN Mengub
TAL ah
Paradig
MOD
Paradigma,
perspektif, ma,
EL
keyakinan perspek
tif,
SUMBEkeyakin
an
R Dsb.
ada kelompok masyarakat yang beragama secara
ekstrim dalam berbagai bentuk dan respon kemenag
belum optimal

• trend spiritualitas
• beragama secara instan
• death of expertise : penceramah populer
• trend teknologi informasi
• trend mayoritarianisme
• munculnya kelompok yang • Pemerintah & Pemda :
mempromosikan praktik beragama yang • keberagamaan adalah isu sensitif
ekstrim/tidak moderat • masih banyak prioritas lain
• takut didemo
• mayoritarianisme
• regulasi dan program pemerintah belum • Ekosistem pendidikan :
responsif • ini urusan guru agama dalam pendidikan agama
• pendidikan agama kurang memperkuat • Kelompok agama tidak moderat :
keberagamaan yang moderat • tugas menegakkan kepentingan agama
• kelompok2 agama yang tidak moderat • hak kami untuk beragama secara utuh, termasuk
• tokoh agama kurang mampu bersaing membangun sistem sesuai agama mayoritas
• ormas agama belum responsif • Ormas agama moderat:
• pemda mengikuti tekanan kelompok • yang salah masyarakat kenapa ikut-ikutan
mayoritas • Tech Companies
• APH menggunakan pendekatan harmoni • bukan salah kami kalau ada yang menggunakan platform
sosial, bukan pelindungan hak konstitusi untuk menyebarkan nilai-nilai ekstrim
warga
• Media Sosial memberikan ruang untuk
pesan ekstrim

Anda mungkin juga menyukai