Anda di halaman 1dari 7

Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal.

782-788

ANALISIS KINERJA ALAT ANGKAT RTG (RUBBER TYRED GANTRY)


DALAM OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI PT XZ

Jona A. Marpay1*, Sri Rahayuningsih1


1
Logistik Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Minera Akamigas, Jl.Gajah Mada No.38 ,Cepu, Jawa Tengah
Email : Jonamarpay11@gmail.com

ABSTRAK

PT XZ merupakan salah satu wilayah kerja PT XZ yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan
termasuk bongkar muat petikemas. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis kinerja peralatan bongkar
muatuntuk kecepatan operasinya Pada RTG (Rubber Tyred Gantry). RTG merupakan salah satu peralatan
utama yang wajib pada saat bongkar muat peti kemas, oleh karena itu diperlukan kemampuan dan kinerja
dari RTG dalam bongkar muat, agar kegiatan bongkar muat dapat dilakukan secara maksimal. Untuk
mengetahui kinerja dari RTG tersebut, penulis menggunakan metode OEE (Overall Equipment
Efectiveness) dengan tujuan untuk mengetahui ketersediaan dan kinerja peralatan. Berdasarkan penelitian
didapatkan rasio Availability (ketersediaaan) alat sebesar (93%). Sedangkan rasio Performance (Kinerja)
nya sebesar(49%).

Kata Kunci : RTG, Metode Overall Equipment Efectiveness, ketersediaan, performance

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas dua pertiganya adalah laut. Tentunya
transportasi laut diperlukan untuk menjalankan perekonomian nasional, mempererat persatuan
bangsa, dan mempererat tali silaturahminya antar bangsa. Selain transportasi, juga berperan
sebagai motor penggerak dan penggerak pertumbuhan wilayah yang memiliki potensi namun
belum berkembangnya untuk meningkatkan dan pemerataan pembangunan.
Kegiatan pada PT. XZ meliputi pelayanan perencanan tambat kapal peti kemas dan
penumpukan petikemas, kegiatan pelayanan tambat dan bongkar muat kapal peti kemas, kegiatan
pelayanan isian/pengusapan peti kemas dan kegiatan pelayanan batal peti kemas pemuatan,
kegiatan pelayanan batal muat petikemas, kegiatan pelayanan penanganan peti kemas (tambahan
pergerakan) dan kegiatan pelayanan peti kemas berpendingin.
Rubber Tyred Gantry (RTG) adalah salah satu jenis gantry crane Alat angkat yang
digunakan untuk memindahkan peti kemas dari head truck ke container yard atau sebaliknya
dapat melakukan stacking atau unstacking secara bersamaan . Derek RTG memiliki tinggi 12-14
meter dan memiliki mobilitas saat bongkar muat. Rubber Tyred Gantry merupakan hoist dengan
resiko kecelakaan yang tinggi, artinya operator harus bekerja di ketinggian dalam waktu yang
lama,selain itu RTG crane banyak melakukan gerakan mekanik naik dan turun untuk proses
bongkar muat.
Adapun jenis RTG (Rubber Tyred Gantry) yang berada di PT. XZ menggunakan RTG
merk Dinson, tahun pembuatan 2017, kapasitas angkat 40Ton. Seiring berjalannya waktu,
jumlah muatan bongkar muat barang di kapal semakin bertambah, diharuskan peralatan bongkar
muat RTG mampu dalam pemanfaatannya untuk menangani muatan bongkar muat. Kinerja atau
performance mesin bisa dikatakan menjadi faktor utama yang sangat membantu perusahaan

782
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

untuk mencapai tingkat keberhasilan.Selain itu, kinerja atau performance jga merupakan
kemampuan suatu alat atau mesin untuk bekerja. Fungsi mesin terkadang mengalami penurunan
kinerja Seiring bertambahnya usia mesin.
Permasalahan alat angkat RTG yang peneliti temukan di lapangan terdapat pada mesin
Dikarenakan sering terjadi trouble pada saat kegiatan berjalan. Sehingga saat memindahkan
kontainer menggunakan RTG sering kali terjadi kecelakaan berupa robohnya tumpukan
kontainer karena pengendalian hoist (bagian naik turunnya) serta trolly (bergeser) yang kurang
tepat. Peneliti menggunakan metode OEE agar dapat memeriksa ketersediaan pada mesin RTG
ataupun sistem dari mesin RTG tersebut.

2. METODE

Metode yang dipakai dalam penelitian berupa metode kuantitatif. Jenis data yang dipakai
penulis ialah jenis data primer dan sekunder yang mana didapatkan secara wawancara dan arsip
milik perusahaan dan beberapa jurnal.
Data Primer Adalah data yang didapatkan dengan wawancara antara penulis dengan pekerja
di PT XZ. Wawancara terhadap operator lapangan untuk kegiatan bongkar muat operator alat
bongkar muat, kooordinator untuk setiap shift, petugas gate, operator di control tower, serta
penyelenggara pelabuhan yaitu PT XZ. Sedangkan Data Sekunder Adalah data yang di dapatkan
dari berbagai jurnal, arsip perusahaan dll. Data tersebut berupa data Performance Report Of RTG
05 bulan Januari 2022 sampai Maret 2022, dan data Produksi RTG bulan Januari 2022 sampai
Maret 2022.

3. PEMBAHASAN

A. Analisis Kinerja RTG (Rubber Tyred Gantry)


Alat angkat yang digunakan untuk memindahkan Container dari head truck ke area
penumpukan peti kemas atau sebaliknya dapat dilakukan stacking atau unstacking dari
tumpukan. Kemampuan alat RTG ini dapat mengangkat 1 row kontainer ukuran 20 feet dan 40
feet. 3 komponen utama yaitu :
1. Gantry (kiri kanan)
2. Spreader (penjempit kontainer ketika diangkat & diturunkan)
3. Trolley (maju mundur)
Sebagai tempat bergantungnya spreader dan kabin operator. Untuk prosedur penggunaan
RTG nya, dimuai dari seorang operator mengoperasikan aktivitas RTG dari sebuah kabin
kontrol. Saat sebuah truk bermuatan kontainer berhenti dibawah RTG, posisi truk akan dipaskan
pada posisi kontainer spreader, yaitu sebuah rangka besi besar berbentuk persegi panjang yang
bisa digeser-geser jaraknya untuk menyesuaikan dengan keempat lubang penggantung kontainer
bagian atas.
B. Data Produksi RTG 3 Bulan
Bulan Januari 2022

Tabel 1. Bulan Januari 2022


Januari Hari Bekerja Output/Box
Minggu 1 5 442
Minggu 2 3 606

783
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

Minggu 3 7 592
Minggu 4 6 502
Total 2142

Bulan Februari 2022


Tabel 2. Bulan Februari 2022
Februari Hari Bekerja Output/Box

Minggu 1 5 405

Minggu 2 3 229

Minggu 3 7 612

Minggu4 8 702

Total 1948

Bulan Maret 2022


Tabel 3. Bulan Maret 2022
Maret Hari Bekerja Output/Box

Minggu 1 7 733

Minggu 2 3 302

Minggu 3 4 376

Minggu 4 8 587

Total 1998

C. Perhitungan OEE (Overall Equipment Efectiveness)


Availability (Ketersediaan)
Rumus :

𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒−𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100 (1)
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒

Keterangan :
Mesin Working time = 21 jam X hari bekerja X 60 menit
Loading time = Mesin working time – downtime
Downtime = Di dapat dari data perusahaan (di mana nilai maintenance +
nilai break down)

784
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

Januari 2022

Tabel 4. Hasil Perhitungan Availability Bulan Januari 2022


Bulan Downtime Loading time Availability(%)
Januari
Minggu 1 270 6030 95%
Minggu 2 450 3330 86%
Minggu 3 210 8610 97%
Minggu 4 540 7020 92%
Total 1470 24990
Rata-Rata 93%

Februari 2022
Tabel 5. Hasil Perhitungan Availability Bulan Februari 2022
Bulan Downtime Loading time Availability (%)
Februari
Minggu 1 330 5970 94%
Minggu 2 390 3390 88%
Minggu 3 210 8610 97%
Minggu 4 600 9480 93%
Total 1530 27450
Rata-rata 93%

Maret 2022
Tabel 6. Hasil Perhitungan Availability Bulan Maret 2022
Bulan Downtime Loading time Availability (%)
Maret
Minggu 1 330 8490 96%
Minggu 2 510 3270 84%
Minggu 3 210 4830 95%
Minggu 4 570 6990 91%
Total 1620 23580
Rata-rata 92%

B. Performance (Kinerja)
Rumus :

𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑋 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒


𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝑥 100 (2)
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒

785
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

Keterangan :
Output = Jumlah Produksi
Cycle time = 2 menit
Operation time = Di dapat dari data Perusahaan

Januari 2022
Tabel 7. Hasil Perhitungan Performance Bulan Januari 2022
Bulan Operation time Output/Box Cycle time Performace (%)
Januari
Minggu 1 1800 442 2 49%
Minggu 2 2520 606 2 48%
Minggu 3 2520 592 2 46%
Minggu 4 2160 502 2 46%
Total 9000 2142 2
Rata-Rata 47%

Februari 2022
Tabel 8. Hasil Perhitungan Performance Bulan Februari 2022
Bulan Operation time Output/Box Cycle time Performance (%)
Februari

Minggu 1 1800 405 2 45%


Minggu 2 1080 229 2 42%
Minggu 3 2520 612 2 48%
Minggu 4 2940 702 2 47%
Total 8340 1948 2
Rata-rata 46%

Maret 2022
Tabel 9. Hasil Perhitungan Performance Bulan Maret 2022

Bulan Operation time Output/Box Cycle time Performance (%)


Maret
Minggu 1 2520 733 2 58%
Minggu 2 1140 302 2 55%
Minggu 3 1440 376 2 52%
Minggu 4 2160 587 2 54%
Total 7260 1998 2
Rata-rata 55%

786
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

Setelah di rata-rata kan, didapatkan nilai availability pada bulan januari 2022 sampai maret
2022 yairu sebesar (93%), sedangkan nilai performance sebesar (49%). Dalam artian nilai
performance nya tidak mencapai standart yang telah ditentukan yaitu sekitar (90%)
(Sumber:Levitt, 1996 ; Ahuja and Khamba, 2008 dalam Habib et all 2012).

D. Faktor yang mempengaruhi Kinerja Alat RTG


1. Manusia
Kelelahan operator membuat kesalahan salah satu alasan rendahnya nilai efektivitas
peralatan secara keseluruhan. Kapan kelelahan operator, hal-hal yang tidak di inginkan
dapat terjadi. Selain faktor kelelahan, juga kepedulian operator pada mesin masih kurang.
2. Mesin
a.Sering terjadi trouble (masalah) pada saat kegiatan berjalan.
b.Sering terjadi kecelakaan berupa robohnya tumpukan kontainer karena pengendalian
hoist (bagian naik turunnya) serta trolly (bergeser) yang kurang tepat.
c.Saat melakukan pengoperasian terkadang tegangan naik yang mengakibatkan alat mati
seketika.
3. Material
Saat mengoperasikan alat, mesin berhenti tiba- tiba. Dikarenakan mesinnya rusak dan pada
saat itu pengoperasian di hentikan.

4. SIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat penulis jabarkan berdasarkan penelitian adalah sebagai
berikut :
1. RTG05 adalah salah satu fasilitas PT XZ yang wajib pada saat bongkar muat peti kemas.
2. Dari perhitungan OEE , dihasilkan nilai availability dan performance alat RTG05. Didapatkan
nilai availability nya sebesar (93%), sedangkan nilai performance nya hanya mencapai
(49%). Dalam artian nilai performance rendah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
performance dari RTG05 rendah disebabkan oleh trouble pada alat seperti sering terjadi
kerusakan pada mesin nya.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Ignacio G. Fernandez, dkk,”Crane Collision Modelling Using a Neural Network


Approach”, Expert System with Applications, Vol. 27, Issue 3, pp. 341-348, Oktober 2004.
[2] Nakajima, S. 1988. Introduction to Total Productive Maintenance (TPM). Cambridge:
Produktivity Press.
[3] Rinawati, D.I., & Dewi, N.C. 2014, Analisis Penerapan Total Productive Maintenance
(Tpm) Menggunakan Overall Equipment Efectiveness (Oee) Dan Six Big Losses Pada
Mesin Cavitec Di Pt. Essentra Surabaya. Jurnal Prosiding Snatif, Vol. 2.
[4] Habib, A. S., Supriyanto, H. H., & MSIE, I. (2012). Pengukuran Nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE) Sebagai Pedoman Perbaikan Efektivitas Mesin CNC Cutting. Jurnal
Teknik Pomits, Vol 1 No 1 Hal 1-6.

787
Jona A. Marpay, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 782-788

[5] Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 57 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm 51 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.
[6] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
[7] Menurut Subandi 1996, Keputusan Direksi Pelabuhan Indonesia II nomor HK.56/2/25/P.I-
II- 2002.

788

Anda mungkin juga menyukai