Ari Setiadi
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDIN
Email: arisetiadi83j@gmail.com
ABSTRACT
PT SSB merupakan perusahaan manufaktur rekayasa engineering yang memakai system hydraulic pada produk yang
dihasilkannya. Sistem ini membutuhkan material Hydraulic Fitting sebagai part pendukung untuk menghubungkan
tekanan oli yang dipompakan oleh Pump Hydraulic agar bisa menjalankan fungsi masing-masing komponennya. Akan
tetapi ada masalah yang terjadi dikarenakan material tersebut banyak temuan reject dari QC incoming diarea Warehouse
dari jumlah populasi sebesar 21876 pcs terdapat jumlah reject sebesar 799 pcs, sehingga menimbulkan kerugian bagi
perusahaan sebesar Rp 508.880.484 selama kurun waktu 10 bulan pada tahun 2022. Melalui metode Six Sigma dengan
tahapan DMAIC, PT SSB melakukan pengendalian kualitas, setelah dilakukan pengukuran awal, diperoleh level sigma
4,1 dengan DPMO sebasar 3.225 unit. Kemudian dilakukan Analisa permasalahnnya dan perbaikan pada metode
sourcing dan Material Code pada BOM (Bill of Material) sehingga level sigma yang diperoleh menjadi 5.02 dengan
DPMO 2.150 unit.
Keywords:
Pengendalian Kualitas, Material hydraulic fitting, Six Sigma, DMAIC
PENDAHULUAN
Rtata-rata 3.49%
Berikut ini adalah Gambar 1.1 Target vs actual pencapaian reject yang terjadi.
Gambar 1.1 Grafik Target vs Aktual pencapaian reject periode januari-oktober 2022.
Sesuai Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 reject yang muncul rentang waktu januari-oktober 2022 sebanyak799
pcs dari total order 21876pcs. Atau rata-rata sebesar 3.49% lebih besar dari target perusahaan sebanyak 1.5%.
Artinya ada selisih 1.99% yang harus diperbaiki, paling tidak maksimal reject adalah sebesar 2/3 saja dari
aktual quantity reject saat ini.
Berikut ini gambar 1.2 Diagram Pareto fenomena reject material Hydraulic fitting periode januari-
Oktober 2022.
Gambar 1.2 Pareto Chartt reject hydraulic fitting periode Januari s.d oktober 2022.
Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat reject material hydraulic fitting tersebut sebesar Rp
508.880.484 seperti Tabel 1.2 berikut ini.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek lokasi dalam penelitian ini dilakukan di PT SSB Plant Cikupa -Tangerang. di Kawasan industri
Milenium Cikupa, Kabupaten Tangerang. Fokus penelitian ini pada pengendalian kualitas dalam upaya untuk
menekan tingkat reject material hydraulic fiting khususnya diarea QC incoming warehouse. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data attribut yang berupa data primer yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi
penulis serta data sekunder yang diperoleh dari Bill of Material, data penerimaan dan reject material
diwarehouse dan Quality control
Metode pemgolahan data yang sudah terkumpul selanjutnya akan diolah oleh penulis menggunakan
metode Sis Sigma dengant tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Adapun tahapan
teknik pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
2.4. Tahap Measures
Menurut Yunita dan Adi (2019:2), measure adalah tahap pengukuran permasalahan yang telah
didefinisikan pada tahap define. Measure dilakukan dengan mengumpulkan dan mengevaluasi proses yang
sedang berlangsung berdasarkan data yang didapatkan. Pada tahap ini penulis akan menghitung DPMO (Defect
Per Million Opportunities) dan level sigma awal. Untuk dapat mengetahui performa /kinerja perusahaan saat
ini sebelum dilakukan penelitian Namun sebelum dilakukan perhitungan DPMO dan level sigma, perlu
diketahui terlebih dahalu point berikut ini diantaranya, banyaknya material yang reject, berapa banyak produk
yang diperiksa oleh QC dan yang terakhir adalah CTQ (Critical to Quality). Critical to Quality (CTQ)
merupakan karakteristik kualitas dari sebuah produk yang dapat mempengaruhi kepuasan dan kebutuhan
customer proses selanjutnya. Langkah awal penentuam CTQ penulis membuat CTQ Tree sesuai VOC(Voice of
Customer). Kemudian Kemudian untuk mengetahui DPMO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ini
𝑛
𝐷𝑃𝑀𝑂 = × 1.000.000
𝑁 × 𝐶𝑇𝑄 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙
Keterangan:
n: Total cacat produksi
N: Banyaknya produk yang diperiksa
Peta Kendali P adalah untuk mengukur proporsi defective (kegagalan/cacat) pada produksi. Sebagai
contoh, jika ada 10unit yang cacat dari 100unit yang di inspeksi, maka proporsi produk cacat adalah
10/100=0,10. p-Chart digunakan apabila jumlah sampel (sample size) yang dikumpulkan adalah tidak konstan
atau tidak tetap. Ukuran sampel (sample size) sebaiknya lebih dari 30 (n>30) dan Jumlah Set sampel yang ideal
adalah sekitar 20 – 25 set sampel.
Diagram ini dapat disusun dengan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksaan karakteristik dengan menghitung nilai tengah atau mean, (Prawirosentono, 2002).
∑ 𝑛𝑝
𝑝=
∑𝑛
Keterangan: n: jumlah sampel
np: jumlah kecacatan
p: rata-rata proporsi cacat
b. Menentukan batas kendali dengan menetapkan nilai UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower
Control Limit) terhadap pengawasan yang dilakukan, (Prawirosentono, 2002).
𝑝(1−𝑃)
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝 + 3 √
𝑛
𝑝(1−𝑃)
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝 − 3 √
𝑛
Keterangan:
UCL: Upper Control Limit
LCL: Lower Control Limit
p: rata-rata proporsi kecacatan
n: jumlah sampel
Kemudian untuk menentukan level sigmanya bisa dihitung melalui rumus excel berikut ini
= NORMSINV((1000000-DPMO)/1000000) +1.5(Gasperz, 2002)
Berikut ini adalah gambar 2.1 Langkah Penelitian yang akan dijalankan oleh penulis dari awal hingga
akhir yang lokasinya dibagian incoming warehouse PT SSB.
Pada tahap ini penulis akan mengumpulkan dan mengolah data baik primer maupun sekunder yang
berupa data atribut yang berkaitan dengan masalah reject material hydraulic fiting yang terjadi diperusahaan.
Hal ini berguna untuk mengindentifikasi masalah yang terjadi kemudian langkah apa saja yang akan diambil
untuk perbaikan, serta bagaimana langkah pengendaliannya
.
3.1. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Berikut ini adalah Data Primer yang berupa dokumentasi proses penerimaan material dari vendor
diwarehouse PTSSB seperti tampak pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur penerimaan material diwarehouse PTSSB.
Dari Gambar 3.1 diatas jika dijabarkan adalah sebagai berikut ini, awal proses masuknya material dari
vendor diterima melalui pintu Warehouse receiving. Kemudian vendor akan menyerahkan material yang
dikirim beserta dokumen berupa surat jalan dan sertifikat (Jika diperlukan) untuk selanjutnya dilakukan proses
GR (Good Receive) oleh personil Warehouse sesuai PO (Purchase Order) yang diterbitkan oleh Tim
Purchasing. Proses selanjutnya QC akan melakukan penegecekan untuk menyatakan material tersebut Reject
atau release. Jika Reject maka akan diletakan diarea Staging dan jika dinyatakan Release maka akan dilakukan
Binning ketempat yang sudah disediakan.
Berikut ini adalah gambar 3.2 Data Primer yang disusun olrh prnulis sesuai kategori temuan reject
material hydraulic fiting masing-masing kategori reject sesuai hasil observasi diwarehouse.
Gambar 3.2 Sampel temuan reject material hydraulic fitting diwarehouse.
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
2. Data Sekunder
Melalui tahap ini penulis mengumpulkan data reject material hydraulic fitting yang merupakan Data
Sekunder yang diambil dari data penerimaan dan hasil pengecekan dari Warehouse dan QC. Pada material
Hydraulic fitting ini terdapat beberapa karakteristik jenis reject seperti tampak pada Gambar 3.3 yang
menyatakan material tersebut reject.
Gambar 3.3 Diagram batang Reject material Hydraulic Fitting periode jan-okt 2022.
Pada Grafik 3.3 diatas menjelaskan jumlah fitting hydraulic yang reject selama periode januari hingga
oktober sesuai kategori reject masing-masing.
Berikut ini adalah Tabel 3.1 jumlah reject material berdasarkan masing-masing kriteria dan periodenya
setelah dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder diatas untuk selanjutnya diolah menggunakan
metode DMAIC.
Tabel 3.1 Reject material Hydraulic fitting per bulan
No Periode Jenis reject Total
Port A & Thread Material Tipe Tidak Rusak Non reject
B komplit Brand
1 Januari 29 3 4 36
2 Februari 5 1 8 14
3 Maret 64 10 1 75
4 April 1 6 1 78 86
5 Mei 1 19 3 7 30
6 Juni 6 11 7 1 25
7 Juli 52 1 3 9 5 70
8 Agustus 15 27 42
9 September 14 3 3 2 22
10 Oktober 307 18 2 60 12 399
494 50 41 89 122 1 2 799
3.2.1 Tahapan Define
Tahap Define adalah tahap pertama dalam metode peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini
penulis akan mendefinisikan masalah yang terjadi diperusahaan. Hal ini berguna untuk mengindentifikasi dan
mendefinisikan material atau proses yang akan menjadi kriteria penelitian dengan menggunakan metode Six
Sigma.
Melalui Diagram SIPOC ini masalah reject Hydraulic fiting yang terjadi ditemukan diproses
CUSTOMER dimana setelah Tim Warehouse menerima barang dari vendor dan dikemudian dicek oleh QC,
Material tersebut dinyatakan reject karena tidak sesuai deskripsi dan lampiran data pendukung yang tertuang
dalam PO (Purchase Order). Hal ini dapat diantisipasi pada tahap PROCESSES dengan validasi RFQ (Request
for Quotation) sebelum release PO ke vendor agar spesifikasi yang mereka tawarkan sudah sesuai dengan
permintaan dan jika ada keraguan agar divalidasi ke Tim Engineering dengan menerbitkan Product Change
Control (PCC) agar ketika ada penawaran yang equivalen dengan material tersebut ada dokumentasi dan
validasi dari Tim Engineering. Dengan demikian desain dari Sistem Hydraulic Schematic akan disesuaikan
sesuai PCC yang sudah di approve. Namun hal ini tidak bisa terus berulang karena akan mengacaukan
desain/sistem yang sudah dibuat. Namun dari kedua proses diatas deskripsi material code pada Bom di
SUPPLIERS yang menjadi awal penyumbang kesalahan keproses berikutnya karena saat proses Reservasi SAP,
Maka PR yang akan release sesuai deskripsi material code hingga proses pembuatan PO (Purchase Order).
Pada tahap Measure ini penulis akan mengukur DPMO awal serta menetapkan CTQ (Critical to
Quality) melalui VOC (Voice of Customer) yang sudah ditentukan dan data yang sudah dipaparkan pada tahap
define agar bisa diketahui ada dilevel berapa Sigma dari permasalahan Reject material Hydraulic fitting
tersebut.
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
Berikut ini Gambar 3.5 CTQ Tree yang menunujukan adanya 7 kritikal kualitas.
Berikut ini adalah nilai DPMO dan Level sigma awal sebelum dilakukan perbaikan:
21.876
𝐷𝑃𝑀𝑂 = × 1.000.000
799 × 7
21.876
𝐷𝑃𝑀𝑂 = × 1.000.000
5593
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 𝟓𝟐𝟏𝟕. 𝟕𝟐𝟏
Sigma level tersebut diatas didapat dari Rumus Excel sebagai berikut:
= NORMSINV((1000000-DPMO)/1000000) +1.5 (Gasperz 2002)
= NORMSINV ((1000000-5217.721)/1000000) +1.5 (Gasperz 2002)
𝑆𝑖𝑔𝑚𝑎 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 = 4.061
Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan DPMO awal seperti pada Tabel 3.2 berikut:
Melalui tahap ini akan dilakukan analisis pemasalahan yang ada dengan menggunakan alat Peta kendali
P karena jenis datanya adalah data atribut untuk melihat batas UCL atas dan bawah/ LCL. Kemudian melalui
Diagram Fishbone akan ditentukan aspek mana yang paling dominan menyumbang masalah untuk dilakukan
improvement.
𝑝(1 − 𝑃)
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝 + 3 √
𝑛
Kemudian untuk nilai LCL (Lower Control Limit) diperoleh dengan rumus Ecel sebagai berikut:
LCL=Proporsi-3*SQRT((proporsi*(1-proporsi))/banyak sample), atau dengan rumus berikut ini:
𝑝(1 − 𝑃)
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝 − 3 √
𝑛
Berikut ini adalah tabel 3.3 Rekapitulasi batas atas dan bawah sebagai data masukan pada Peta kendali.
Berikut ini adalah Gambar 3.6 menjelaskan untuk batas atas dan batas bawah serta nilai rata-rata reject
dan juga posisi angka capaian yang terjadi sesuai fenomena yang terjadi saat ini.
Gambar 3.6 Control Chart reject hydraulic fitting periode Januari s.d oktober 2022
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
3.2.3.2 Analisis Masalah dengan Fishbone Diagram
Untuk menganalisa akar penyebab masalah reject Hydraulic fitting tersebut tool yang akan digunakan
yaitu dengan menggunakan Diagram Fishbone. Berdasarkan brainstorming dengan beberapa departemen
sesuai isu reject material hydraulic fitting yang timbul diakibatkan oleh 5 aspek diantaranya Manusia, Mesin,
Material, Metode, dan Lingkungan. Berikut ini adalah Gambar 3.7 Fishbone Diagram reject material hydraulic
fitting.
Gambar 3.7 Diagram Fishbone Reject Material Hydraulic Fitting
Sesuai hasil brainstorming beberapa rekan departemen terkait maka dapat disimpulkan aspek dan penyebab
masalahnya antara lain sebagai berikut ini:
a. Aspek Manusia
Pada aspek ini Tim Procurement dan sourcing berkontribusi untuk menimbulkan kesalahan karena
kelalaian saat membuat PO karena masih kurang paham, karena kurang teliti saat menerima penawaran
dan kurangnya koordinasi dengan Tim Engineering terhadap spesifikasi yang dibutuhkan terlebih saat
penawaran produk non brand yang secara katalog tidak begitu detail.
b. Aspek Metode
Aspek metode berkontribusi karena material code pada BOM yang kurang informatif yang sering menjadi
penyebab miskomunikasi, karena beberapa vendor yang menawarkan material nonbrand tidak memhami
spek yang diminta karena tidak adanya katalog konversi dari P/N (Part Number) material branded seperti
RYCO/WINNER yang sudah jelas dan detail katalog masing- masing produknya.
Dengan hanya menyebutkan Part Number saja kesalahan suplai material bisa diminimalisir karena
masing-masing bodi dari pada masing-masing materialnya sudah tercantum P/N nya. Metode Sourcing
seharusnya mengikuti spek yang sudah tertulis dimaterial code dan jika ada perbedaan maupun kemiripan
harus konfirmasi ke pihak terkait dalam hal ini departemen Engineering untuk memvalidasi detail spek
melalui media email maupun PCC (Product Change Control) dan hal ini seharusnya dijadikan WI / SOP
pada saat sourcing
c. Aspek Material
Aspek Material juga turut menyumbang kontribusi reject diantaranya material fabrikasi lokal yang masih
diragukan kepresisiannya serta kedatangan material yang beda ukuran, bentuk maupun perbedaa bahan
serta tidak komplit dari vendor dan sebagian kecil material datang dalam keadaan rusak.
d. Aspek Mesin,
Dalam hal ini mesin yang dimaksud lebih kepada alat ukur QC yang bisa saja kurang presisi akibat sudah
melewati masa kalibrasi. Kemudian sistem SAP yang dalam pemliharaan, error atau saat listrik padam
turut menyumbang kesalahan PO namun kemungkinanya sangatlah kecil.
e. Aspek Lingkungan.
Adanya kemungkinan dengan keadaan warehouse yang kurang rapi menyebabkan material/ surat jalan
terselip sehingga terlewat proses inspeksi QC.
Pada tahap ini langkah perbaikan yang akan diambil sesuai hasil analisis pada tahap Analyse diatss maka
perlu dibuatkan Diagram 5Why dengan melakukan Brainstorming dengan beberapa tim terkait untuk mencari
akar penyebab masalah sehingga ditemukan corrective actionnya.
Berikut ini adalah Gambar 3.8 menjelaskan urutan penyataan dan langkah pencengahan (corrective action)
agar kejadian serupa berkurang dan tidak terulang kembali.
Dari Gambar 3.8 tersebut diatas menggambarkan adanya miskomunikasi yang terjadi pada saat
melakukan sourcing / penawaran antara vendor dengan purchasing karena spesifikasi yang diminta tidak
dipahami oleh vendor, hal ini disebabkan oleh deskripsi Material code yang kurang informatif serta tidak
mencantumkan Part Number tertentu sebagai referensi sehingga cukup membingungkan vendor dan dari
beberapa order vendor tersebut bukanlah vendor spesialis sehingga produk yang ditawarkan tidak bisa menjadi
jaminan baik dari spesifikasi maupun kualitasnya.
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
Dari tahap Improve tersebut maka telah dirumuskan solusi terbaiknya antara lain sebagai berikut:
1. Menjalin kerjasama dengan vendor Cipta Hydro Power selaku distributor resmi brand WINNER yang
mempunyai katalog produk dan bisa memberikan jaminan stock serta garansi untuk produk yang
ditawarkan sehingga ketersediaan stock dan kualitas material hydraulic fitting tersebut dapat teratasi.
2. Membuat Product Change Control (PCC) saat pembuatan PO (Purchase Order) sebagai bentuk
administrasi dan validasi pengajuan perubahan spesifikasi material atau proses indent material yang
berpotensi delay proses produksi ke Tim Engineering diluar katalog vendor contract.
3. Standarisasi spesifikasi Hydraulic fiting oleh Tim Engineering dengan mereview banyaknya PCC yang
paling sering muncul dari beberapa item material dan review katalog vendor contract agar material yang
langka dipasaran dirubah spesifikasinya.
4. Membuat material code ZOEM menggantikan G-Code untuk menghilangkan ambigu antara vendor
dengan Tim Sourcing. Dengan Material Code -ZOEM sangat mudah dalam menenukan produk diinternet
maupun ke vendor karena Part Number yang terlampir cukup familiar dan cukup mengidentifikasi karena
pada body materialnya sudah tercetak code / Part numbernya sehingga ssngat kecil timbul kesalahan order.
Berikut ini adalah gambar 4.14 contoh penampakan Material code ZOEM pada aplikasi SAP HANA.
Pada tahap ini diperlukan SOP (Standar Opersional Procedure) atau WI (Work Instruction) serta perlu
konsistensi dari departemen terkait agar perbaikan yang sudah dilakukan ini bisa dikendalikan oleh karena itu
perlu adanya penghitungan ulang DPMO setelah dilakukan perbaikan pada proses sebagai berikut:
a. Setelah kerjasama terjalin antara PT SSB dengan PT CHP ada sebanyak 265 item material yang sanggup
mereka suplai untuk selanjutnya dilakukan ROP (Re-Order Point) guna menjamin ketersediann stocknya
dari total 298 item artinya sisa 33 item lainnya harus diorder kevendor lain. Akan tetapi perlu dilakukan
review performance per semester untuk mengevaluasi support dari vendor tersebut.
b. Perusahaan harus memastikan SOP/WI penerbitan PCC (Product Change Control) saat pembuatan PO
sudah mulai dijalankan secara rutin oleh Tim Procurement sebagai langkah pengendalian agar kesalahan
order material diluar kontrak dapat diminimalisir dan mendapatkan bukti kuat dari engineering ketika
mendapatkan penolakan atau reject dari QC.
c. Dengan aktifnya Material Code ZOEM maka deskripsi material code sudah tidak membingungkan lagi
bahkan jika di search di Engine browser seperti Google maupun Mozilla mudah sekali menemukan item
yang dimaksud baik dari katalog maupun pada beberapa suplier yang bisa mensuplai / mempunyai stock
item tersebut. Akan tetapi perlu segera melakukan blocking material code lama agar tidak dipergunakan
kembali untuk input BOM, create PR (Purchase requestioner) maupun create PO (urchase Order).
Berikut adalah Gambar 3.9 grafik perbandingan antara target maksimal jumlah reject dengan aktual
reject setelah dilakukan perbaikan terlihat jumlah reject menurun.
Kemudian untuk mencari level Sigma diperoleh dari rumus berikut ini:
= NORMSINV((1000000-DPMO)/1000000) +1.5(Gasperz, 2002)
= NORMSINV ((1000000-215.0144)/1000000) +1.5
Level Sigma = 5.0209
Berikut Tabel 3.4 sigma level sesuai data penerimaan QC incoming diwarehouse setelah dilakukan
improvement:
Tabel 3.4 Nilai DPMO dan Sigma level setelah dilakukan perbaikan (periode januari-mei 2023)
No PERIODE JUMLAH JUMLAH CTQ DPMO SIGMA
YANG YANG
DIPERIKSA REJECT
1 Nov 8500 20 7 336.1345 4.900646
2 Des 7502 15 7 285.6381 4.944897
3 Jan 6755 7 7 148.0385 5.118708
4 Feb 6123 5 7 116.6562 5.179914
5 Mar 2887 2 7 98.96581 5.221642
6 Apr 2554 3 7 167.804 5.086141
7 Mei 1557 2 7 183.5031 5.062739
Total 35,878 54 7 215.0144 5.020935
Dari Tabel 3.4 diatas nampak Sigma levelnya naik menjadi 5.02 dari yang awalnya hanya 4.1 artinya
ada perbaikan yang terjadi dari pada proses sebelumnya. Pencapaian ini perlu dijaga dan diawasi oleh semua
pihak terkait agar kedepannya kualitas suplai material Hydraulic fitting bisa terjamin sehingga kerugian
Perusahaan akibat permasalahan ini dapat teratasi.
KESIMPULAN
Paper’s should be the fewest possible that accurately describe … (First Author)
DAFTAR PUSTAKA
NAILAH, 2014, Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Jumlah Cacat pada Produk Sandal Eiger S-101
Lightspeed dengan Menggunakan Metode Six Sigma (Online): Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, Vol.
02. Halaman 260-265,
https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/INTECH/article/download/4655/2273
Arief Rahmana, 2017, Perbaikan Kualitas Sepatu Dengan Metode Five Whys Analysis Dan Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA): Jurnal Universitas Wodyatama Bandung, PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936, Hal
1076, https://docplayer.info/60495223-Perbaikan-kualitas-sepatu-dengan-metode-five-whys-analysis-dan-
failure-mode-and-effect-analysis-fmea-di-pt-primarindo-asia-infrastructure-tbk.html
• Gazpersz, 2022, Pedoman Implementasi program SIX SIGMA Terintegrasi dengan iso 9001-2000
MBNQA DAN HACCP, https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=296330
Yono Mauna, March 17, 2018, Jenis-jenis Control Chart (Peta Kendali) dan Rumus-rumusnya,
https://www.yonomaulana.com/2018/03/jenis-jenis-control-chart-peta-
kendali.html Diakses pada 20 juni 2023.
Nur Metasari, 2008, Quality Engineering Wordpress, Tahapan Lean Six Sigma (DMAIC),
https://qualityengineering.wordpress.com Diakses pada 13 juni 2023.