Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

Peredaran Kosmetik sendiri cukup pesat di Indonesia, masyarakatnya mulai menganggap bahwa
kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok, adanya perubahan gaya hidup dari masyarakat yang mencontoh
masyarakat kota-kota besar di Indonesia menyebabkan kosmetik sudah menjadi barang kebutuhan yang sulit
untuk dilepaskan, karena ingin menjadi tampil beda dan cantik apapun akan dilakukan demi mendapatkan hasil
yang maksimal tidak heran banyak berbagai jenis kosmetik yang ditawarkan dipasarkan terutama ditujukan

kepada perempuan. Jenis Penelitian menggunakan Penelitian Hukum Normatif, bersifat deskriptif analisis
yang mengandalkan observasi lapangan dan wawancara.

Dalam melakukan pengawasan kosmetika di Indonesia, BPOM RI dengan 31 Balai Besar/Balai POM di
seluruh Indonesia melakukan kegiatan berupa pemeriksaan sarana produksi kosmetika, pemeriksaan sarana
distribusi kosmetika, dan dengan melakukan sampling kosmetika yang beredar di masyarakat serta pengujian di
laboratorium untuk mengetahui apakah kosmetika yang beredar tersebut aman dan bermutu. prosedur BPOM
kosmetik yang beredar dan dijual dikalangan masyarakat sekarang adalah kosmetik yang masih banyak belum
ada izin edarnya, Sementara itu pengetahuan masyarakat akan memilih dan menggunakan suatu produk secara
tepat, benar, dan aman belum lah memadai. Setiap kosmetik hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin
edar dari MenKes yaitu berupa notifikasi, Kecuali kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel
kosmetika untuk pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual belikan. Permohonan notifikasi diajukan
oleh pemohon kepada Kepala Badan POM. Wajib notifikasi ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2011. Untuk
kosmetika yang telah memiliki izin edar, masih tetap berlaku dalam jangka waktu paling lama 3 tahun sejak
dikeluarkannya Permenkes 1176.

Hasil dari penelitian bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM
mempunyai peran dan kewenangan: a. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; b. melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. pemberian sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keyword: Peran, BPOM, Kosmetik


PERANAN BPOM DALAM PERIZINAN PERDAGANGAN KOSMETIK DI
INDONESIA

A. Latar Belakang
Kemajuan di bidang industri yang begitu pesat juga berefek pada timbulnya pasar
bebas yang membuat persaingan antar pedagang saling ketat terutama dalam hal menarik
konsumen dalam menjual barang yang akan diperjualbelikan salah satu produk yang laris
dipasaran adalah kosmetik Ini dikarenakan produk kosmetiksudah menjadi kebutuhan
manusia terutama perempuan. Kosmetik merupakan kebutuhan harian yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama kaum remaja perempuan yang ingin tampil menarik
dan cantik di depan orang banyak, selain itu kosmetik juga memiliki peran yang penting
dalam menunjang penampilan seseorang, sehingga tidak heran jika kebutuhan kosmetik
semakin meningkat dari tahun ke tahun, karena dengan gaya hidup yang lebihkompleks
kosmetik sendiri sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya sandang dan pangan.
Peredaran Kosmetik sendiri cukup pesat di Indonesia, masyarakatnya mulai menganggap
bahwa kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok, adanya perubahan gaya hidup dari
masyarakat yang mencontoh masyarakat kota-kota besar di Indonesia menyebabkan kosmetik
sudah menjadi barang kebutuhan yang sulit untuk dilepaskan, karena ingin menjadi tampil
beda dan cantik apapun akan dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal tidak heran
banyak berbagai jenis kosmetik yang ditawarkan dipasarkan terutama ditujukan kepada
perempuan. Banyak jenis kosmetik yang bermunculan di Indonesia seperti bedak, lipstik,
cream pemutih, mascara, eyew shadow dan sebagainya dan diimbangi juga dengan keperluan
masyarakat akan kebutuhan kosmetik itu sendiri yang semakin meningkat tetap dinilai pihak
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang memilih kosmetik yang baik, tepat dan
aman untuk digunakan dan masih kurangnya sosialisasi dan pemerintah tentang kosmetik
ilegal yang berbahaya yang beredar di pasaran sehingga menyebabkan masih banyaknya
masyarakat yang dirugikan dan tertipu dalam memilih kosmetik tersebut.Selain banyaknya
produk-produk kosmetik ilegal (yang tidak memiliki izin yang jelas dari Menteri Kesehatan
dan Balai Pengawas obat dan Makanan) yang berbahayadipasaran terdapat juga banyak
produk-produk kosmetik begal yang di impor dari negara – negara luar : Amerika , Jerman ,
Cina dan Korea yang beredar dipasaran seperti bedak, pewama kuku, lotion krim pemulih,
lipstik serta alat – alat kecantikan lainnya dengan kemasan yang menarik, serta mudah di
dapat dan harga yang terjangkau.1 Masih banyaknya beredar kosmetik illegal ini disebabkan
oleh minimnya pengawasan yang dilakukan terhadap produk – produk impor tersebut
sehingga seringkali produk impor yang tidak dilengkapi dengan perizinan standar produk
yang memadai, aman untuk dipergunakan dapat masuk pasaran dan diperjual belikan dengan
mudah.
Dibentuknya badan POM bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengawasi
produk-produk termasuk untuk melindungi keamanan dan keselamatan serta kesehatan
konsumen. Dengan adanya suatu badan yang bertugas mengawasi obat dan makanan
diharapkan dapat berperan dengan aktif dalam hal menangani masalah obat dan makanan
serta kesehatan. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap produk yang aman dan penegakan
hukum yang masih kurang. Implementasi Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen juga masih dinilai kurang berjalan dan kurang baik, ini terbukti
dengan berkali - kali dilakukan razia terhadap produk-produk kosmetik yang tidak terdaftar
dan mengandung bahan berbahaya, namun tetap saja dipasaran masih banyak ditemukan
kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya. Undang-undang perlindungan konsumen
dalam Pasal 8 ayat 1 butir (a) Undang-Undang No 8 tahun 1999 menyebutkan: pelaku usaha
dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Konsumen sendiri sebagai pemakai barang juga mempunyai
kepentingan- kepentingan tertentu dan kepentingan ini dilindungi oleh Undang-Undang
perlindungan Konsumen yaitu terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen Pasal 4 :

Hak Konsumen Adalah :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang


dan atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan /atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dankeluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.

1
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabilabarang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Berdasarkan hak-hak diatas terlihat bahwamasalah kenyamanan, keamanan


dankeselamatan merupakan masalah yang paling pokok dan utama dalam
perlindungankonsumen, ini dikarenakan barang yang penggunaannya tidak
memberikankenyamanan, terlebih lagi tidak memberikan aman atau membahayakan
keselamatankonsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam masyarakat.

B. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang didapat dari studi kepustakaan

yang dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang akan dibahas.2

2. Sifat Penelitian

Menggunakan sifat penelitian deskriptif analisis yaitu menganalisis bahan hukum


primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier kemudian disusun, diolah dan
dianalisis untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan hukum.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukaan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

2
1. Peranan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam Perizinan

penjualan Kosmetik dalam Perpres No.80/2017, BPOM adalah lembaga

pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pengawasan Obat dan Makanan, berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kesehatan, dan dipimpin oleh Kepala. Perpres ini menegaskan, BPOM

mempunyai peran menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan

Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

“Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud terdiri atas obat, bahan obat,

narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen

kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.bunyi Pasal 2 ayat (2) Perpres ini. Dalam

melaksanakan tugas pengawasan obat dan Makanan, BPOM menyelanggarakan

Fungsi :

1. Penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan obat dan makanan

2. Pelaksanaan kebijakan nasional dibidang pengawasan obat dan makanan

3. Penyusuan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang

Pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar

4. Pelaksanaan pengawasan sebelum beredar dan penangawasan selama beredar

5. Kordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi

pemerintah pusat dan daerah

6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pengawasan obat dan

makanan

7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentutan peraturan

perundang-undangan dibidang pengawasan obat dan makanan


8. Kordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi dilingkungan BPOM.

9. Pengelolaan barang milik / kekayaan Negara yang menjasi tanggung jawab

BPOM

10. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan BPOM.

11. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur

organisasi dilingkungan BPOM.

C. Pembahasan

Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, menurut Perpres ini, BPOM

mempunyai peran dan kewenangan: a. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai

dengan standar dan persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu, serta pengujian obat

dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. melakukan intelijen

dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan c. pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pengawasan pada tahap awal sebelum produk dipasarkan yaitu pada tahap penilaian

produk, pengawasan terhadap produksi dan distribusi produk, serta pengawasan terhadap

produk yang telah beredar di pasarkan melalui sampling dan pengujian mutu, menjadi

langkah kunci dalam menjaga kualitas produk kosmetik yang beredar di Indonesia. Pihak-

pihak yang mengemban tanggung jawab hendaknya mafhum akan tanggung jawabnya dalam

melindungi konsumen Indonesia, sehingga penting bagi pihak terkait untuk menjalankan

tugasnya dengan profesional. Dengan birokrasi yang cukup panjang untuk melakukan

pengawasan terhadap kosmetik di Indonesia, masih banyak ditemui berbagai permasalahan.

Stategi terkini yang diajukan oleh Badan POM untuk memberantas kosmetik ilegal adalah
dengan menurunkan supply dan demand. Dalam rangka menurunkan supply Badan POM

berupaya melakukan perkuatan pengawasan serta bekerjasama dengan pemangku

kepentingan terkait, sementara untuk menurunkan demand Badan POM melaksanakan

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadap bahaya dan risiko penggunaan kosmetik illegal. Dalam prosedur perizinan BPOM

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dalam beredarnya penjualan kosmetik yang ada

dikalangan masyarakat sekarang berhubungan dengan gaya hidup saat ini.Kosmetik menjadi

kebutuhan yang nyaris tak terhindarkan sebab setiap orang telah menggunakannya baik

dalam dosis banyak maupun sedikit, baik digunakan pria maupun wanita. Setiap orang dapat

memperolehnya secara bebas supaya dapat mengubah penampilannya menjadi lebih baik dan

mempertahankan penampilannya yang sudah baik. Karena kosmetik tersebut dapat diperoleh

secara bebas maka dibutuhkan suatu perlindungan dan jaminan bahwa aman untuk digunakan

secara terus menerus.Sementara itu pengetahuan masyarakat akan memilih dan menggunakan

suatu produk secara tepat, benar, dan aman belum lah memadai. Setiap kosmetik hanya dapat

diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari MenKes, yaitu berupa notifikasi. Kecuali

kosmetika yang digunakan untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk pameran dalam

jumlah terbatas dan tidak diperjual belikan.Permohonan notifikasi diajukan oleh pemohon

kepada Kepala Badan POM. Wajib notifikasi ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2011. Untuk

kosmetika yang telah memiliki izin edar, masih tetap berlaku dalam jangka waktu paling

lama 3 tahun sejak dikeluarkannya Permenkes 1176.

Prosedur Notifikasi Kosmetik ada tiga yaitu :

1. Pemohon yang mengajukan pengajuan notifikasi.

2. Tata cara pengajuan notifikasi.

3. Pertanggungjawaban produk.
D. Saran

Adapun Saran yang dapat dikemukaan terhadap permasalahan dalam uraian skripsi ini

antara lain

Mengenai pentingnya peranan bpom dalam perizinan kosmetik sangatlah penting agar

menghindari banyaknya kosmteik-kosmetik illegal yang beredar di kalangan

masyarakat,namun sampai saat ini semua itu belum terealisasi karena semakin bertambahnya

produk-produk yang beredar tanpa izin di luaran baik barang yang berasal dari dalam maupun

luar Indonesia,hal ini lah menjadi PR penting bagi badan pengawasan obat dan makanan

dalam membasmi produk-produk yang beredar tanpa izin.

Dalam memilih kosmetik hendaknya melihat terlebih dahulu apa saja prosedur-

prosedur yang tertera agar menghindari terjadinya kesalahgunaan dalam pemakaian barang

atau produk yang dibeli ,dalam halnya para produsen dan importir mengikuti atau memenuhi

serangkaian persyaratan dalam izin edar sebuah produk yang mana didalamnya terdapat

sebuah keamanan, berkualitas dan layak konsumsi. Saya juga menyarankan kepada kalangan

masyarakat untuk memeriksa lebih dahulu dengan teliti sebelum membeli produk kosmetik

untuk memeriksan terlebih dahulu kandungan yang termasuk dalam produk kosmetik

tersebut,terkadang produk yang menjanjikan kesembuhan atau perubahan-perubahan cepat

pada tubuh banyak mengandung merkuri,yang merupakan suatu bahan kimia berbahaya.

Selain itu masyarakat juga hendaknya menggunakan produk yang dalam pengawasan dokter

sehingga terjamin kemanannya,sehingga pengawasan dokter menjamin masyarakat mendapat

manfaat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Soerjono dan Abdurrahman. 2013. MetodePenelitanHukum. Jakarta :RinekaCipta,

Adrian Sutedi. 2011. HukumPerizinanDalamSektorPublik. Jakarta :SinarGrafika,

Hasyim Farida. 2015. HukumDagang, Jakarta :SinarGrafika.


Philipus M. Hadjon. 2013. PengantarHukumPerizinan. Surabaya: Yuridika,
Y. Sri Pudyatmako. 2009. PerizinanProblm dan UpayaPembenahan. Jakarta :Grasindo,
Ridwan HR. 2016. HukumAdministrasi Negara, Jakarta : PT Raja GrafindoPersada,
Wahyu Sasongko. 2017. Ketentuan – ketentuanPokokHukumPerlindunganKonsumen.
Lampung
Departemen Pendidikan Nasional. 2015. KamusBesar Bahasa Indonesia, BalaiPustaka.
Jakarta.
Vita Damarsari, 2010. PerlindunganHukumBagiKonsumen Yang MemebliProdukKosmetik di
Yogyakarta. Yogyakarta :Skripsi, Universitas Indonesia.

Rezky Nur Amalia.PeranBalaiBesarPengawasObat dan Makanan (BBPOM)


DalamPengawasanKosmetikTanpaIzinEdar di Kota Makassar. 2018. Hlm. 5

Anonim.http://stihpada.ac.id/aspek-hukum-pemakaian-kosmetik-yang-mengandung-zat-

aditifberdasarkan-undang-undang-nomor-8-tahun-1999-tentang-perlindungan-

konsumen.htm.Diakses pada tanggal 17/03/2019.

Regina FadjriAndira :Tinjauan BPOM Sebagai Lembaga Negara


PenunjangDalamStrukturKetatanegaraan Indonesia. 2015.
http://reginafadjriandira.blogspot.com/2015/06/badan-pengawas-obat-dan-
makanan.html. Diakses pada tanggal 15/09/2019.
Anonim. 2017. ttpsh://www.pom.go.id/new/view/direct/vision. Diakses pada tanggal
15/09/2019.
Anomim. https://setkab.go.id/inilah-perpres-no-802017-tentang-badan-pengawas-obat-dan-
makanan. Diaksestanggal 23/08/2019
Anonim, Bem FF UI 2018. https://bem.farmasi.ui.ac.id/2018/05/10/menilik-pengawasan-
kosmetik-di-indonesia. Diakses pada tanggal 23/08/2019
Anonim, Persyaratanmendapatkanizinedardari BPOM. 2018.
https://blog.bplawyers.co.id/persyaratan-izin-edar-dari-bpom. Diaksestanggal
23/08/2019
LenySanjaya :ProsedurNotifikasiKosmetika. 2019. https://www.farmasi.asia/pra/osedur-
notifikasi-kosmetik. Diaksestanggal 23/08/2019

Undang – UndangNomor 8 Tahun 1999 TentangPerlindunganKonsumen

Keputusan PresidenNomor 166 Tahun 2000 TentangKedudukan, Fungsi, Kewenangan,


Susunanorganisasi dan Tata kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen.

Keputusan PresdienNomor 103 Tahun 2001 TentangKedudukan, Fungsi, Kewenangan,


Susunanorganisasi dan Tata kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen.

PeraturanPemerintahNomor 25 Tahun 1980 TentangApotik

PeraturanKepala Badan PengawasanObat Dan MakananNomor 14 Tahun 2014


TentangOrganisasi Dan Tata Kerja Unit PelaksanaanTeknisDilingkungan Badan
PengawasanObat Dan Makanan,

PeraturanKepala Badan PengawasObat dan MakananNomor HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun


2011 tentangPengawasanProduksi dan PeredaranKosmetika.

Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 8 1175/MENKES/PER/VII/2010

tentangIzinProduksiKosmetika.

PeraturanKepala Badan PengawasObat dan MakananNomor 26 tahun 2018

tentangPelayananPerizinanberusahaTerintegrasisecaraelektronikSektorObat Dan

Makanan.

Anda mungkin juga menyukai