Anda di halaman 1dari 30

Etika Profesi

4
Etika Profesi TI
Dosen Pengasuh:
Paulus & Erwin S Panjaitan
Mengapa Perlu Kode Etik
Profesi TI?
 Kita memiliki kebanggaan pada pekerjaan kita
dan ingin pekerjaan kita diberikan pengakuan dan
rasa hormat.
 Kita ingin melindungi mata pencaharian kita.
 Komputer memiliki potensi untuk menghasilkan
manfaat yang positif maupun dampak yang
negatif atau mempengaruhi ke arah yang positif
maupun negatif.
Etika Profesional Komputer
 Secara umum, perilaku etis yang diharapkan dari para profesional
komputer:
 Jujur dan adil; memegang kerahasiaan; memelihara kompetensi

profesi; memahami hukum yang terkait; menghargai dan


melindungi kerahasiaan pribadi; menghindari merugikan pihak
lain; dan menghargai hak milik.
 Berbagai contoh kode etik profesi komputer:
 IEEE-CS/ACM (Software Engineering Code of Ethics and

Professional Practice) (http://www.acm.org/about/se-code)


 ACM Code of Ethics and Professional Conduct
(http://www.acm.org/about/code-of-ethics)
 British Computer Society Code of Conduct and Code of Good

Practice (http://www.bcs.org/upload/pdf/conduct.pdf dan


http://www. bcs.org/upload/pdf/cop.pdf )
IEEE-CS/ACM Code of Ethics
and Professional Practice
 Dikembangkan berdasarkan 8 prinsip:
1. Kepentingan umum
2. Klien dan atasan
3. Produk
4. Keputusan
5. Manajemen
6. Profesi
7. Rekan sejawat
8. Diri sendiri

3. Pengembang sistem seharusnya bertindak konsisten dengan kepentingan umum


 Menyetujui sistem jika memiliki keyakinan yang kuat bahwa sistem aman,
memenuhi standar, melewati berbagai pengujian dan tidak mengurangi kualitas
hidup, privasi, atau mengganggu lingkungan.
 Menyingkap setiap bahaya potensial pada pengguna.
 Adil dan hindari kecurangan dalam setiap pernyataan terkait dengan sistem.
IEEE-CS/ACM Code of Ethics
and Professional Practice (cont.)
1. Pengembang sistem seharusnya bertindak dalam cara yang memberikan perhatian
terbesar pada klien atau atasannya, konsisten dengan kepentingan umum.
 Jujur akan keterbatasan pengetahuan dan pengalamannya.
 Simpan setiap informasi rahasia, konsisten dengan kepentingan umum dan hukum.

2. Pengembang sistem seharusnya meyakinkan bahwa produknya dan segala perubahannya


memenuhi standar profesional tertinggi yang mungkin.
 Berupaya untuk mutu yang tinggi, biaya yang wajar, dan jadwal yang beralasan.
 Lakukan pengujian, penghapusan bug, dan pengkajian yang memadai terhadap
sistem dan dokumen yang terkait.
 Hadapi setiap perawatan sistem dengan profesionalisme yang sama dengan
pengembangan baru.
IEEE-CS/ACM Code of Ethics
and Professional Practice (cont.)
1. Pengembang sistem seharusnya memelihara integritas dan independensinya dalam
membuat suatu keputusan profesional
 Tidak terikat dengan praktik keuangan yang keliru.
 Perlihatkan ke semua pihak yang terkait, konflik kepentingan yang terjadi
yang tidak dapat dibiarkan begitu saja.

2. Manajer/pemimpin pengembangan sistem seharusnya mengikuti dan mendorong


pendekatan etis terhadap manajemen pengembangan sistem.
 Yakini bahwa para pengembang sistem telah diberitahukan standar-standar
yang akan digunakan.
 Memberikan honor yang adil dan memadai.
 Tidak memberikan sanksi kepada siapapun yang memberikan perhatian etis
mengenai proyek.
IEEE-CS/ACM Code of Ethics
and Professional Practice (cont.)
1. Pengembang sistem seharusnya menaikkan integritas dan reputasinya
konsisten dengan kepentingan umum.
 Memasyarakatkan pengetahuan umum akan pengembangan sistem.

 Akurat dalam menyatakan karakteristik perangkat lunak yang


dikerjakannya.
 Bertanggung jawab untuk mendapatkan, memperbaiki, dan
melaporkan kesalahan dalam sistem dan dokumentasi yang terkait
yang sedang dikerjakannya.

3. Pengembang sistem seharusnya adil dan memberi dukungan kepada rekan


sejawatnya.
 Hargai pekerjaan orang lain

 Berikan pemahaman yang adil akan pendapat, perhatian, dan


keberatan dari rekan sejawat.
 Untuk hal-hal di luar kompetensi yang dimiliki, minta pendapat dari
profesional yang berkompetensi di bidang tersebut.
IEEE-CS/ACM Code of Ethics
and Professional Practice (cont.)
1. Pengembang sistem seharusnya belajar terus terkait dengan
praktik profesinya dan seharusnya mendukung pendekatan etis
dalam praktik profesinya.
 Menambah pengetahuannya

 Meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan

sistem berkualitas yang aman, andal, dan berguna


 Meningkatkan kemampuannya untuk menghasilkan
dokumentasi yang akurat, informatif, dan ditulis dengan
baik.
Pedoman Tambahan untuk
Profesional TI
 Pahami apa itu keberhasilan
 Pengembang (terutama) dan pengguna sistem komputer

harus melihat keberhasilan sebagai sesuatu yang


melampaui sekedar penulisan kode program
 Kembangkan untuk pengguna
 Untuk menghasilkan sistem yang berguna dan aman,

pengguna harus dilibatkan dalam tahap-tahap


pengembangan sistem.
 Rencanakan dan jadwalkan secara seksama
 Memperhatikan kedetilan, lakukan dengan seksama dan

hati-hati sewaktu membuat perencanaan dan


penjadwalan proyek serta sewaktu membuatkan
penawaran
Pedoman Tambahan untuk
Profesional TI (cont.)
 Mengkaji penggunaan kembali perangkat lunak
 Jangan mengasumsikan bahwa perangkat lunak yang sudah

ada aman dan dapat digunakan kembali


 Melindungi
 Perlu jaminan yang meyakinkan akan keamanan sistem

 Jujur
 Jujur dan terbuka mengenai kemampuan, keamanan, dan

keterbatasan dari perangkat lunak


Bagaimana Menghadapi
Masalah Profesional yang terkait
Etika?
1. Brainstorming
• Daftarkan risiko, isu, masalah, dan akibat yang ada
• Daftarkan pihak-pihak yang terlibat
• Daftarkan tindakan/perbuatan yang mungkin
2. Analisis
• Identifikasi tanggung jawab dari pembuat keputusan
• Identifikasi hak-hak dari pihak-pihak yang terlibat
• Pertimbangkan dampak dari pilihan-pilihan tindakan
terhadap pihak-pihak tersebut
• Temukan pedoman dalam kode etik profesi anda (jika
ada). Kategorikan tiap pilihan tindakan sebagai “wajib
secara etis”, “dilarang secara etis”, atau “dapat diterima
secara etis”
• Pertimbangkan manfaat dari tiap pilihan tindakan, dan
pilihlah salah satu
CYBER LAW
ISTILAH LAIN

 Cyber Law
 Hukum teknologi informasi (Law of
information technology)
 Hukum mayantara (Virtual World Law)
Konsep Dasar
 Awalnya cyber law sesuatu yang sulit untuk
menjadi hukum nyata
 Dulu pencurian listrik tidak bisa dibuktikan

sekarang bisa dibuktikan


 Mestinya cyber law juga bisa.

 Meskipun tidak nyata tetapi akibatnya sangat nyata

dan jelas
Contoh:
 Pencurian lewat Internet, perusakan database pada

perusahaan tertentu.
 Contoh di atas akibatnya sangat jelas, tapi untuk

pembuktian dengan hukum biasa (misal KUHP)


sangat sulit
PENDEKATAN CYBER LAW
• Pendekatan teknologi  diarahkan pada
pembuktian secara teknologi
• Pendekatan budaya dan etika  berkaitan
dengan kebiasaan
• Pendekatan hukum  sebagai upaya untuk
menjerat pelaku dengan hukum positif  di
Indonesia sudah disahkan UU tentang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik).
ASAS DALAM PENEGAKAN
HUKUM
1. Subjective territoriality, tempat tindak pidana
dilakukan dan penyelesaian kasusnya di negara lain.
2. Objective territoriality, Hukum yang diterapkan di
negara dimana akibat perbuatan itu merugikan
negara tertentu.
3. Nationality, didasarkan pada kewarganegaraan
pelaku kejahatan (hukum negara pelaku).
ASAS DALAM PENEGAKAN
HUKUM (cont)
1. Passive nasionality, didasarkan pada
kewarganegaraan korban (hukum negara
korban).
• Protective principle, berlakunya hukum
didasarkan atas keinginan negara untuk
melindungi kepentingan negara dari
kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya
 korbanya pemerintah/negara.  komputer
pentagon USA disusupi virus dari orang
Philipina.
ASAS DALAM PENEGAKAN
HUKUM (cont)
1. Asas Universality, perlu mendapatkan perhatian
karena siapa saja yang melanggar dalam dunia
cyber negara akan menangkap dan menghukum
tidak perduli warga manapun dan siapapun yang
dirugikan.
2. Biasanya dipakai dengan pertimbangan yang
dilakukan adalah kejahatan serius berdasarkan
perkembangan dalam hukum internasional.
Asas Universality
 Asas ini disebut juga “Universal Interrest
jurisdiction/tempat berlakunya hukum
 Sehingga dalam Cyber Law perlu aturan
tersendiri yang secara spesifik mengatur tentang
dunia maya yang tanpa batas.
 Atau dalam bahasa hukum yang bisa dipakai
adalah istilah lex informatica  khusus
mengatur tentang persoalan2 TI
BEBERAPA TEORI DUNIA
CYBER

1. The Theory of the Uploader and the


Downloader.
2. The Law of the Server
3. The Theory of International Space
The Theory of
the Uploader and the Downloader
Suatu negara dapat melarang dalam wilayahnya
untuk kegiatan uploading dan downloading yang
diperkirakan dapat bertentangan dengan
kepentingannya.

Contohnya:
Suatu negara dapat melarang untuk uploading &
downloading kegiatan perjudian di wilayahnya.
 indobetonline.com
The Theory of
the Uploader and the Downloader (cont)

Minnesota adalah salah satu negara bagian


pertama yang menggunakan ketentuan ini.

Dalam konteks ini jika tidak mempunyai


perangkat/teknologi sangat susah untuk
melakukan pemantauan atau pengawasan.
Terlebih jika belum ada perangkat/aturan
hukumnya.
The Law of the Server

Pendekatan ini memperlakukan server di mana


WEBPAGES secara fisik berlokasi, di mana
mereka dicatat sebagai data elektronik.
Misalnya sebuah WEBPAGES yang berlokasi di
Stanford University maka akan tunduk pada
hukum California.
Teori ini sulit dilakukan jika Uploader berada
dalam yurisdiksi asing.
The Theory of International Space

 Ruang cyber dianggap sebagai the fourth space.


 Analoginya adalah tidak terletak pada kesamaan fisik
semata melainkan sifat internasional.
 Tidak ada ruang yang tidak tersentuh oleh teori ini.
 Semua tempat dapat dimasuki teori ini, karena dunia
cyber mempunyai karakteristik yang maya.
INSTRUMEN INTERNASIONAL DI
BIDANG KEJAHATAN CYBER

• Awalnya tidak pernah mendapat perhatian


internasional.
• Namun setelah muncul tindakan kejahatan
baru yang bersifat lintas batas (Transnasional)
 apapun kejahatan itu, pokoknya melalui 
Internet  cyber crime
Apakah Ada Instrumen/Alatnya?

 Covention on Cyber Crime tahun 2001 yang


digagas Uni Eropa.
 Sangat memungkinkan untuk diratifikasi atau
diikuti/disetujui/ditandatangani oleh negara
lain.
 Biasanya harus mendapatkan persetujuan
dari DPR (termasuk Indonesia).
ISI DARI CYBER LAW

1. Hak cipta
2. Hak merek
3. Pencemaran nama baik
4. Fitnah, penistaan, dan penghinaan
5. Serangan terhadap fasilitas komputer
6. Pengaturan tentang sumber daya internet seperti
IP-address, Domain Name, dan sejenisnya.
ISI DARI CYBER LAW
 Kenyamanan individu/privacy.
 Prinsip kehati-hatian (Duty Care)
 Tindakan kriminal (Criminal Liability) biasa yang
menggunakan TI sebagai alat.
 Kontrak dan transaksi elektronik serta tanda tangan
digital/elektronik.
 Pornografi, termasuk pornografi anak-anak.
 Pencurian melalui Internet
 Perlindungan konsumen
 Pemanfaatan Internet dalam aktivitas keseharian
manusia  e-gov, e-edu, e-health, dll
Thank You

Anda mungkin juga menyukai