Anda di halaman 1dari 57

Gunungapi dan aktivitasnya

Intrusi
ekstrusi

LETUSAN
GUNUNGAPI
Letusan gunungapi
merupakan proses
pergeseran energi dari energi
potensial dominan dan panas
menjadi energi kinetik
dominan dan panas.

Letusan gunungapi terjadi karena adanya


gaya yang berasal dari dalam bumi akibat
terganggunya sistem keseimbangan
magma dan sistem keseimbangan geologi.

Keseimbangan magma akan


terganggu apabila :
(1) magma yang membeku mulai
kehilangan panas. Ketidakseimbangan
dipicu oleh hilangnya gas dalam
magma karena penurunan
temperature.
(2) adanya perbedaan suhu akibat
pendinginan magma yang tidak
homogen sehingga menimbulkan arus
konveksi yang mengganggu
keseimbangan hidrostatis.

(3) Epimagma turun ke kedalaman


tertentu pada kondisi tidak seimbang.
Sebagai pencarian keseimbangan baru
terjadi difusi gas sehingga di permukaan
terjadi perubahan epimagma menjadi
hipomagma atau piromagma, dan
(4) terjadi pergerakan gas dalam
piromagma ke arah permukaan
permukaan bumi karena tekanan dalam
piromagma lebih besar dari tekanan
beban luar.

Keseimbangan magma di dalam


waduk akan terjaga
apabila
tekanan
hidrostatik
magma sama dengan tekanan
beban yang berada di atas
waduk.
Penuruan daya tahan batuan
penutup dapat disebabkan oleh
proses pelapukan, berkurangnya
nilai kohesi batuan atau karena
gempabumi

Karena setiap proses apapun akan


menyebabkan hilang atau
lepasnya gas dari magma, maka
faktor terpenting dalam letusan
gunungapi adalah tercapai atau
tidaknya keseimbangan antara
tekanan hidrostatik di dalam
waduk dan tekanan di luar
waduk.

Berdasarkan mekanismenya
dikenal beberapa macam letusan
gunungapi, antara lain
letusan
letusan
letusan
letusan
letusan
letusan

pusat,
rekahan,
kepundan tersebumbat,
freatik,
celah,
hidrotermal

Letusan gunungapi
tidak akan terjadi
selama tekanan
dalam waduk magma
lebih kecil dibanding
kekuatan tahanan
atap waduk.

LETUSAN PUSAT
Ketika pendinginan magma terjadi,
maka akan terjadi difusi pengumpulan
gas di bagian permukaan waduk.
Apabila
tahanan
atap
berkurang,
sementara
tekanan
gas
terus
bertambah, maka letusan akan terjadi.
Letusan ini disebut letusan pusat.

LETUSAN CELAH
Mekanisma letusan celah terjadi apabila
magma tersebut ke atas sepanjang
rekahan abisal.

Magma basa yang pada umumnya


akan menghasilkan lava cair yang
bersusunan basal olivin yang
merupakan piromagma.

Hipomagma yang ada selama proses kristalisasi


akan menghasilkan piromagma.

Unsur-unsur yang mudah menguap akan mudah


menyebabkanterjadinyasemburan.
Akumulasi lava basal yang luas akibat letusan celah
yang besar disebut dengan plateu basalt atau flood
basalt.
Apabila kandungan gas berkurang, permukaan lava
akan turun dan terjadi pembekuan yang dimulai dari
atas ke bawah, hingga akhirnya membentuk korok.

LETUSAN-KEPUNDAN-TERSUMBAT

Mekanisme letusan kepundan


tersumbat terjadi apabila terdapat
magma yang membeku pada
lubang kepundan gunnungapi yang
menyebabkan terjadinya
pengumpulan tenaga di bawah
sumbat.

Apabila
tenaga
telah
cukup
untuk
menghancurkan sumbat maka akan terjadi
letusan sangat kuat.
Letusan ini disertai dengan gempa
gunungapi, guruh dan gumpalan awan debu
sampai akhirnya suatu ledakan keras dan
hamburan batu apung menutupi kawasan
tersebut.
Contoh letusan ini adalah erupsi gunungapi
Krakatau (1883) dan Tambora (1815).

LETUSAN-FREATIK
Mekanisme
letusan
freatik
terjadi apabila air hujan jatuh
ke permukaan tanah dan
bersentuhan dengan magma
atau tubuh batuan panas
lainnya.

Air yang terpanaskan akan terbentuk


akumulasi uap bertekanan tinggi.
Tekanan yang terus bertambah akan
menghancurkan lapisan penutupnya.
Letusan freatik juga dapat terjadi pada
lava yang masuk ke dalam tubuh air,
rawa maupun laut.

LETUSAN HIDROTERMAL
Mekanisme letusan
hidrotermal hampir sama
dengan mekanisme pada
letusan freatik.

Perbedaannya terletak
pada
Apabila uap
bertekanan tinggi
pembentukan
sistem.
tersebut
sempat
membentuk
sistem panas bumi, sementara
batuan penutup mulai kehilangan
daya tahannya, maka ketika
tekanan uap semakin besar akan
terjadi letusan hidrotermal.

Penuruan daya tahan


batuan penutup dapat
disebabkan oleh proses
pelapukan, berkurangnya
nilai kohesi batuan atau
karena gempabumi.

Gunungapi diklasifikasikan
ke dalam berdasar sumber
erupsinya, yaitu
(1) erupsi pusat, erupsi keluar
melalui kawah utama; dan
(2) erupsi samping, erupsi
keluar dari lereng tubuhnya;

(3) erupsi celah, erupsi yang muncul


pada retakan/sesar dapat
memanjang sampai beberapa
kilometer;
(4) erupsi eksentrik, erupsi samping
tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yang menyimpang
ke samping melainkan langsung dari
dapur magma melalui kepundan
tersendiri.

Berdasarkan tinggi rendahnya


derajat fragmentasi dan luasnya,
juga kuat lemahnya letusan serta
tinggi tiang asap, maka gunungapi
dibagi menjadi beberapa tipe
erupsi:
1) Tipe Hawaiian, yaitu erupsi
eksplosif dari magma basaltic atau
mendekati basalt, umumnya berupa
semburan lava pijar, dan sering
diikuti leleran lava secara simultan,
terjadi pada celah atau kepundan
sederhana;

(2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir


sama dengan Hawaiian berupa semburan
lava pijar dari magma yang dangkal,
umumnya terjadi pada gunungapi sering
aktif di tepi benua atau di tengah benua;
(3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang
sangat ekslposif dari magma berviskositas
tinggi atau magma asam, komposisi
magma bersifat andesitik sampai riolitik.
Material yang dierupsikan berupa
batuapung dalam jumlah besar;

(4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif


dari magma asam/riolitik dari
gunungapi strato, tahap erupsi
efusifnya menghasilkan kubah lava
riolitik. Erupsi subplinian dapat
menghasilkan pembentukan ignimbrit;
(5) Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat
eksplosif menghasilkan endapan
batuapung lebih banyak dan luas dari
Plinian biasa;

(6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis


berkomposisi andesit basaltic sampai
dasit, umumnya melontarkan bombom vulkanik atau bongkahan di
sekitar kawah dan sering disertai bom
kerak-roti atau permukaannya retakretak.
Material yang dierupsikan tidak
melulu berasal dari magma tetapi
bercampur dengan batuan samping
berupa litik;

7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian,


kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang
terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi
bawah laut atau gunungapi yang berdanau
kawah.
Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara
magma basaltic dengan air permukaan atau
bawah permukaan, letusannya disebut
freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya
sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang
berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Bentuk dan bentang alam


gunungapi, terdiri atas :
bentuk kerucut, dibentuk oleh
endapan piroklastik atau lava
atau keduanya;
bentuk kubah, dibentuk oleh
terobosan lava di kawah,
membentuk seperti kubah;

kerucut sinder, dibentuk oleh


perlapisan material sinder atau
skoria;
maar, biasanya terbentuk pada
lereng atau kaki gunungapi
utama akibat letusan freatik
atau freatomagmatik;
plateau, dataran tinggi yang
dibentuk oleh pelamparan
leleran lava.

Penampang suatu gunungapi dan


bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft,
1989)
Struktur gunungapi, terdiri atas

(1) struktur kawah adalah


bentuk morfologi negatif atau
depresi akibat kegiatan suatu
gunungapi, bentuknya relatif
bundar;

(2) kaldera, bentuk morfologinya


seperti kawah tetapi garis
tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera
terdiri atas :
kaldera letusan, terjadi akibat
letusan besar yang melontarkan
sebagian besar tubuhnya; kaldera
runtuhan, terjadi karena runtuhnya
sebagian tubuh gunungapi akibat
pengeluaran material yang sangat
banyak dari dapur magma;

kaldera resurgent, terjadi akibat


runtuhnya sebagian tubuh
gunungapi diikuti dengan
runtuhnya blok bagian tengah;
kaldera erosi, terjadi akibat
erosi terus menerus pada
dinding kawah sehingga
melebar menjadi kaldera;

(3) rekahan dan graben, retakaretakan atau patahan pada tubuh


gunungapi yang memanjang mencapai
puluhan kilometer dan dalamnya
ribuan meter. Rekahan parallel yang
mengakibatkan amblasnya blok di
antara rekahan disebut graben;

4) depresi volkano-tektonik,
pembentukannya ditandai dengan
deretan pegunungan yang
berasosiasi dengan pemebentukan
gunungapi akibat ekspansi volume
besar magma asam ke permukaan
yang berasal dari kerak bumi.
Depresi ini dapat mencapai ukuran
puluhan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter.

LETUSAN GUNUNGAPI

Erupsi plinian

Merupakan jenis letusan dahsyat yang


mengakibatkan kerusakan parah
terhadap wilayah di sekitarnya.
Letusan ini pulalah yang telah
mengubur kota Pompeii dan
Herculaneam. Magma pada letusan
Plinial sangat kental dan memiliki
kandungan gas yang sangat tinggi.
Material piroklastik yang dihasilkan
dalam letusan ini dapat terlempar
sampai setinggi 48 km di udara,
dengan kecepatan ratusan kilometer
per detik

Letusan Plinial dapat berlangsung


selama beberapa jam, atau bahkan
beberapa hari, dan mengeluarkan asap
tebal yang membubung tinggi di udara.
Material vulkanik yang terkandung
dalam asap ini berjatuhan di wilayahwilayah sekitar gunung tersebut.
Kadang bukan hanya di satu sisi,
tergantung dari arah angin yang
menerbangkannya. Tambahan lagi,
letusan Plinian dapat mengeluarkan
aliran lava yang bergerak sangat cepat
dan memusnahkan apa pun yang
dilaluinya.

Letusan Hawaiian
Secara umum, letusan
jenis ini tidak terlalu
eksplosif juga tidak
terlalu merusak. Letusan
ini tidak memancarkan
terlalu banyak material
piroklastik ke udara,
melainkan lebih banyak
mengeluarkan lava yang
tidak terlalu kental
dengan kandungan gas
rendah.

Lava mengalir dengan bermacam


cara, namun yang paling menarik
adalah air mancur api, yang sesuai
namanya memang merupakan air
mancur lava berwarna oranye
terang yang memancar setinggi
ratusan meter ke udara, kadang
hanya terjadi sesaat, kadang juga
bisa beberapa jam.

Cara lainnya yang juga sering


dijumpai adalah lava mengalir
secara teratur dari satu lubang,
yang akhirnya membentuk danau
atau kolam lava pada kawah atau
cekungan lainnya.

Lava yang mengalir dan memancar dari


air mancur api dapat merusak tanaman
dan pepohonan di sekitarnya, namun
gerakannya cukup lamban sehingga
memungkinkan penduduk sekitar untuk
mengungsi dan menyelamatkan diri.
Letusan ini dinamakan Letusan Hawaii
karena jenis letusan ini memang umum
dijumpai pada pegunungan berapi di
Kepulauan Hawaii.

Letusan Strombolian

Jenis letusan ini cukup menarik


perhatian meskipun tidak
terlalu berbahaya.
Letusan ini mengeluarkan
sejumlah kecil lava yang
menjulang setinggi 15 hingga 90
meter ke udara, dengan letupanletupan pendek.

Lava cukup kental, sehingga


tekanan gas harus terlebih dulu
meningkat sebelum mampu
mendesak material-material
terbang ke udara.
Ledakan-ledakan yang teratur pada
letusan ini dapat menimbulkan
bunyi dentuman seperti suara bom,
namun letusannya relatif kecil.

Letusan Strombolian, secara


umum tidak menghasilkan
aliran lava, namun sebagian
lava mungkin akan menyertai
proses letusan.
Letusan ini juga mengeluarkan
sejumlah kecil abu tepra.

Ayat 82 Surat Hud secara jelas


menyebutkan jenis bencana yang
menimpa kaum Lut.

"Maka tatkala datang azab


Kami, Kami jadikan negeri
Kaum Lut itu yang atas ke
bawah ( Kami balikkan ), dan
Kami hujani mereka dengan
(batu belerang ) tanah yang
terbakar secara bertubi-tubi,".

Sebagai sebuah fakta, Danau Lut


atau yang lebih dikenal dengan Laut
Mati, letaknya tepat berada diatas
suatu kawasan gunung berapi aktif,
jadi merupakan daerah gempa bumi :
Dasar dari Laut Mati berada pada
pusat kehancuran lempeng bumi,
Lembah ini terletak diantara
rentangan yang rentan antara Danau
Taberiya di Utara dan pertengahan
danau Arabia di Selatan.

Sebuah citra satelit dari


daerah dimana dahulunya
kaum Luth pernah hidup.

Laut mati

Pandangan dari atas


gunung-gunung di sekitar
danau Luth

Sebuah ilustrasi yang menunjukkan


letusan gunung api dan keruntuhan
yang mengikutinya, yang
mengakibatkan seluruh kaum
menghilang.

Sebagai sebuah fakta, Danau Lut atau


yang lebih dikenal dengan Laut Mati,
letaknya tepat berada diatas suatu
kawasan gunung berapi aktif, jadi
merupakan daerah gempa bumi :
Dasar dari Laut Mati berada pada pusat
kehancuran lempeng bumi, Lembah ini
terletak diantara rentangan yang rentan
antara Danau Taberiya di Utara dan
pertengahan danau Arabia di Selatan.

Anda mungkin juga menyukai