Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN GANGGUAN DISTRESS


SPIRITUAL
Oleh:
Mardani Banapon
Qonita

(P27820714005)

(P27820714012)

Reny Nur Afni


(P27820714016)
Addib Auladan

Putri
(P27820714029)

Wahyu Widyawati

(P27820714036)

D IV KEPERAWATAN
GADAR

Definisi Distress Spiritual


Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya.

Penyebab Distress spiritual


Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai
berikut :
Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian Psikologis : Status mental, mungkin adanya depresi,
marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol,
harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green,
2002).
Pengkajian Sosial Budaya : dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).

Patofisiologi Distress Spiritual


kaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang
menghadapi ancaman yaitu strStress adalah realitas kehidupan
manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari
stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian
terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak
kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang
disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988)
yang menguraikan respon melawan atau melarikan diri sebagai suatu
ranges.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda
bahaya ke hipotalamus. Gejalanya adalah perubahan status mental,
masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk
halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan
(Blesch et al, 1991).

Lanjutan.

Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan


menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan

dengan

munculnya

gangguan

jiwa.

Kegagalan

fungsi

kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku


sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi
distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan
motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

Karakteristik
Distress Spiritual

Hubungan dengan orang


lain :
Hubungan dengan diri:
berhubungan
Ungkapan
kekurangan, menolak
tokoh
agama,
marah, kesalahan, koping dengan
menolak interaksi dengan
yang buruk
keluarga,
mengungkapkan
pengasingan diri.

Hubungan dengan seni, musik,


literatur,
dan
alam
:
Ketidakmampuan
untuk
mengungkapkan kreativitas) ,
Tidak tertarik dengan alam,
Tidak tertarik dengan bacaan
keagamaan

Hubungan dengan kekuatan


yang lebih besar dari
dirinya :
ketidakmampuan
untuk
berdoa,
ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan,
mengungkapkan
kemarahan kepada tuhan,
meminta
untuk
bertemu
dengan
tokoh
agama,
mengungkapkan hidup tanpa
harapan, tidak mampu untuk
introspeksi.

Pengkajian Spiritual
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara ?)
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara).
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religious ?)
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu
dalam asuhan
keperawatan saudara ?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang mengkarakteristikan distres spiritual.
Mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan Perasaan hampa

Faktor-factor pemicu Distress spiritual


Faktor predispossi
Faktor prediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, tingkatan sosial.

Faktor presipitasi
Kejadian stressful
Ketegangan Hidup

Dukungan social Distress Spiritual


Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang
lain.
Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang
berkaitan dengan dimensi spiritual.
Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik
bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk
aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu
seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual.

Perkembangan Spiritual pada Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih


banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha untuk mengerti
agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang
diyakini.

Penyesuaian- Penyesuaian
pada Lanjut Usia

Penyesuaian terhadap
masalah kesehatan

Penyesuaian pekerjan dan


masa pensiun

Penyesuaian terhadap
berbagai perubahan dalam
keluarga

Penyesuaian terhadap
hilangnya pasangan dan
orang yang dicintai

Asuhan Keperawatan
Lanjut di Word

Anda mungkin juga menyukai