Anda di halaman 1dari 21

ASKEP MENINGO

ENSEFALITIS
SUPARMIASIH, S.KEP,NS

PENDAHULUAN
Menurut data statistic dari 214 ensefalitis 54% (115) dari penderita adalah anakanak. Virus yang paling sering di temukan adalah herpes simplek.
Meningoensefalitis Tuberkulosa banyak terdapat pada penduduk sosial-ekonomi
rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari
Kematian yang di sebabkan oleh meningoensefalitis 50%, prognosa jelek pada
bayi dan orang tua.

PENGERTIAN

MENINGITIS

ENSEFALITIS

Meningitis adalah
radang umum pada
araknoid dan piameter

Ensefalitis adalah
keradangan pada
jaringan otak

MENINOENSEFALITI
S
Meningoensefalitis
adalah peradangan otak
dan meningen, nama
lainnya yaitu
cerebromeningitis,
encephalomeningitis,
meningocerebritis.

Etiologi Meningoensefalitis
1

VIRU
S

Togaviridae
Alfavirus
Virus Ensefalitis Equine Eastern
Virus Ensefalitis Equine
Western
Virus Ensefalitis Equine
Venezuela
Flaviviridae
Virus Ensefalitis St. Louis
Virus Powassan
Bunyaviridae
Virus Ensefalitis California
Virus LaCrosse
Virus Jamestown Canyon
Paramyxoviridae
Paramiksovirus
Virus Parotitis
Virus Parainfluenza
Morbili virus
Virus Campak

Orthomyxoviridae (Influenza A,Influenza B)


Arenaviridae (Virus khoriomeningitis limfostik)
Picornaviridae :Enterovirus (Poliovirus, Koksakivirus
A,Koksakivirus B, Ekhovirus )
Reoviridae : Orbivirus (Virus demam tengu Colorado )
Rhabdoviridae :Virus Rabies
Retroviridae
Lentivirus
(Virus imunodefisiensi manusia tipe 1 dan tipe 2 )
Onkornavirus
(Virus limfotropik T manusia tipe 1,
Virus limfotropik T manusia tipe 2)
Herpesviridae
Herpes virus (Virus Herpes simpleks tipe 1
Virus Herpes simpleks tipe 2,Virus Varisela zoster
Virus Epstein Barr )
Sitomegalovirus : Sitomegalovirus manusia
Adenoviridae : Adenovirus

BAKTERI

Haemophilus influenza
Neisseria menigitidis
Streptococcus pneumonia
Streptococcus grup B
Listeria monocytogenes
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberkulosa

PARASIT

Protozoa
Plasmodium falciparum,
Toxoplasma gondii,
Naegleria fowleri (Primary amebic
meningoencephalitis),
Granulomatous amebic encephalitis
Helminthes
Taenia solium,
Angiostrongylus cantonensis
Rickettsia
Rickettsia ( Rocky Mountain)

FUNGI

Criptococcus neoformans
Coccidiodes immitis
Histoplasma capsulatum
Candida species
Aspergillus
Paracoccidiodes

PATOFISIOLOGI

Meningoensefalitis yang disebabkan oleh virus terjadi melalui virus-virus yang melalui
parotitis, morbili, varisela, dll. masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
Virus polio dan enterovirus melalui mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa
kelamin. Virus-virus yang lain masuk ke tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang
(rabies) atau nyamuk. Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus
rubela atau cytomegalovirus.

Di dalam tubuh manusia virus memperbanyak diri secara lokal, kemudian terjadi viremia
yang menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di pleksus koroideus

Virus bakteri, protozoa, fungi masuk melalui peredaran darah,

mula-mula terjadi peradangan yang supuratif pada selaput dan jaringan otak. Di daerah
yang mengalami peradangan timbul edema, perlunakan, dan kongesti jaringan otak disertai
perdarahan kecil. Bagian tengah kemudian melunak dan membentuk dinding yang kuat
membentuk kapsul yang kosentris. Di sekeliling abses terjadi infiltrasi leukosit
polimorfonuklear, sel-sel plasma dan limfosit. Seluruh proses ini memakan waktu kurang dari
2 minggu.

GEJALA

demam,

sakit kepala,

kekakuan leher,

vomiting

perubahan kesadaran,

konvulsi, dan kadang-kadang tanda


neurologik fokal ( kernig sign,
brudzinki sign), tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial

gejala-gejala psikiatrik

PENGOBATAN

Virus : Asiklovir 10mg/kg iv /8 jam 10-14 hari

Bakteri : Klorampenikiol 50-70 mg/kg bb/hr maksimal 4


gr/hr, neonates sefotaxim

TB: OAT : Rifampisin, PirazinMID, Isoniasid, Etambutol

PEMERIKSAAN

Lumbal fungsi

Pemeriksaan darah : Leukosit meningkat, Hiponatremi,


Gg elektrolit

CT Scan : edema serebri

EEG : disfungsi otak

PENCEGAHAN

Primer : pola hidup sehat, imunisasi ( H influenza,


meningitis)

Sekunder : menemukan penyakit sedini mungkin

Tersier : Fisioterapi dan rehabilitasi

ASKEP
PENGKAJIAN
Keluhan utama:
Panas, kejang
Riwayat penyakit:
Kebanyakan pasien meningoensefalitis menunjukkan gejala-gejala meningitisdan ensefalitis
(demam, sakit kepala, kekakuan leher, vomiting) diikuti oleh perubahan kesadaran,konvulsi, dan
kadang-kadang tanda neurologik fokal, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau gejalagejala psikiatrik
Riwayat kehamilan: Infeksi yang disebabkan oleh protozoa jenis toksoplasma dapat timbul dari
penularan ibu-fetus.
Pertumbuhan dan perkembangan : adanya sequale menyebabkan perlambatan pertumbuhan
dan perkembangan.

PENGKAJIAN
Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit
Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan
lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.

PEMERIKSAAN FISIK

BI: Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi


pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial
sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).

B2: Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah
tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang
parasimpatis ke jantung.Tensi meningkat (systole), nadi melambat

B3: kejang, kernig sign, brudzinki sign, penurunan kesadaran, bayi ( UUB cembung),sukar tidur

B4: penurunan produksi urine (dehidrasi)

B5: Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang
menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).

B6: hiperfleksi , tonus anggota gerak meningkat, gangguan koordinasi

Virus, jamur, protozoa, fungi

Peredaran darah

Peradangan selaput/jaringan otak


Proses peradangan
Eksudat,perlunakan, kongesti, agregasi leukosit

Infltrasi, membesar, pecah

B1

B2

Peningkatan
Respirasi
Rate

Tensi meningkat,
nadi cepat

MK; Gg pola nafas

CO menurun

MK: penurunan
CO

B3

MK: Hipertermi

B4

B5

Produksi urine
proses
peradangan di sel menurun
dan otak

Nyeri
kepalaPenurunan
kesadaran,
kejang, kernig
sign, brudzinki,
MK: Nyeri
MK; Resiko cidera

Edema serebri

Mual, muntah,
malaise

MK: Resiko deficit


volume cairan
MK: Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

TIK meningkat
MK: Peningkatan TIK
MK: GG perfusi
jaringan serebri

B6
Kekakuan pada
otot

Ganngguan
mobilisasi

MK: Kerusakan
mobilitas fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang
umum/fokal, kelemahan umum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin
pada akson dan whitematter
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

INTERVENSI
Resiko cidera b/d kejang
Tujuan : tidak terjadi cidera
Kriteria hasil :
Intervensi :
- Kolaborasi pemberian obat untuk mengentikan kejang
- Bebaskan dari benda benda berbahaya di dekat tempat tidur
- Berikan tempat tidur one line posision untuk mencegah cidera tulang belakang selama kejang
- Pasang pengaman tempat tidur
- Informasikan pada kel hal yang bisa menyebabkan cidera dan cara mencegahnya
- Identifikasi penyebab kejang dan antisipasi
- Monitor tanda-tanda perlukaan, asess resiko jatuh

INTERVENSI
gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang
mengubah/ menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis
Intervensi
Tirah baring dengan posisi kepala datar
Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit

INTERVENSI
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4
Intervensi :
- letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
- berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit,
- latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
- Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tinggi)
- Kolaborasi
Berikan analgetik, asetaminofen, codein

INTERVENSI
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 C
Intervensi :
Mandiri
Berikan kompres hangat
Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis.
Observasi Suhu tubuh klien
Kolaborasi dengan dokter
1. berikan obat penurun panas.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai