Pertemuan 5
Pertemuan 5
STAN Prodip 3 BC
MATERI
1.
2.
3.
4.
Pendahuluan
Tujuan Penggunaan HS
Sejarah HS
Alasan
Pendahuluan
HS terdiri dari serangkaian ketentuan dan peraturan yang bertujuan
untuk memastikan keseragaman interpretasi dan aplikasi dengan
tujuan untuk memfasilitasi pengendalian Customs dan perdagangan
internasional
Tujuan Penggunaan HS
a. Memastikan klasifikasi barang yang sistematis
b. Mengklasifikasikan semua barang secara baik
dalam semua tarif
c. Mengadopsi bahasa kepabeanan yang mudah
dipahami pengguna
d. Menyederhanakan negosiasi dan interpretasi
dalam perlakuan dan perjanjian kepabeanan
perdagangan internasional
e. Memfasilitasi pengumpulan data statistik
Nomenklatur Brussel mulai berlaku pada tanggal 11 September 1959 dan berganti
nama menjadi the CCC Nomenclature pada tahun 1975.
Usaha baru ini memunculkan pembentukan the Customs Co-operation Council (CCC),
sekarang dikenal sebagai World Customs Organization (WCO).
Nomenklatur statistik internasional yang seragam telah diadopsi pada the Second
International Conference on Commercial Statistics, yang diadakan di Brussels
Konvensi ini ditandatangani pada tanggal 31 Desember 1913 oleh 29 negara, dan
nomenklatur ini terdiri dari 186 item
1959
1938
1931
1913
SEJARAH HS
Karakteristik HS
HS mempunyai 2 (dua) karakeristik dasar :
a. Multipurpose nomenclature : dirancang tidak hanya untuk keperluan
Kepabeanan, namun juga dipergunakan secara internasional dalam bidang
lain seperti negosiasi perdagangan, pengangkutan, asuransi, dll.
STRUKTUR HS
1)
1987
1980
Sistem Brussel (Brussel Tariff Nomenclature atau BTN), 1 Januari 1973 sd. 1973
30 Juni 1975
Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975), 1 Juli 1975 sd. 30 September 1980.
Sistem Jenewa (Geneve Nomenclature), 17 Agustus 1945 sd. 31 Desember 1945
1972
SEJARAH HS INDONESIA
STRUKTUR BTKI
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
POS/SUBPOS/POS TARIF
a) 4 dan 6 digit pertama teks HS WCO
b) 8 digit berasal dari AHTN
c) 10 digit merupakan teks Bahasa Indonesia, kecuali :
1. 2 digit terakhirnya 00 berasal dari AHTN
2. 4 giti terakhirnya 00 teks HS WCO
3. Bab 98 teks Bahasa Indonesia
URAIAN BARANG
DESCRIPTION OF GOODS
BEA MASUK UMUM
BEA MASUK CEPT
PPN
PPnBM
LARANGAN/PEMBATASAN
KETERANGAN
CATATAN PENJELASAN TAMBAHAN (SEN)
CATATAN PENJELASAN
TAMBAHAN
1) Merupakan
pedoman
dalam
menginterpretasikan pengertian maupun
istilah teknis barang yang tercantum
dalam Subpos tarif tertentu
2) Apabila
terdapat
keraguan
dalam
menginterpretasikan teks dalam SEN,
maka yang mengikat secara hukum
adalah teks asli SEN dalam Bahasa
Inggris
AHTN
Berdasarkan Protocol Governing The Implementation of
AHTN yang disahkan oleh Para Menteri Keuangan ASEAN
tanggal 8 Agustus 2003.
Adalah sistem klasifikasi barang yang diterapkan secara
seragam pada negara anggota ASEAN yang dilaksanakan
dengan prinsip Transparency, Consistency, Simplicity, dan
Uniformity.
Merupakan pengembangan dari HS berupa penambahan 2
digit pada 6-digit HS sehingga struktur klasifikasi yang
digunakan di seluruh negara ASEAN sama yaitu 8 digit.
Dilengkapi dengan Catatan Penjelasan Tambahan
(Supplementary Explanatory Notes) untuk memberikan
penjelasan atas barangbarang yang dirinci pada pos AHTN.
SASARAN AHTN
1) Mempermudah dan menyederhanakan
transaksi perdagangan di ASEAN
2) Membuat ketentuan yg jelas dan transparan yg
mengatur penerapan AHTN, Catatan
Penjelasan, serta Amandemen
3) Meningkatkan transparansi dlm proses
klasifikasi barang di ASEAN
4) Menciptakan Nomenklatur yg sesuai dgn
standar internasional
5) Menyederhanakan Nomenklatur
Tarif Preferensi
Arti Lain2
Berfungsi untuk menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis
barang sebelumnya.
Terdapat pada Bab, Pos, Subpos, dan Pos tarif nasional
Perhatikan:
a. Bandingkan kelompok barang lain-lain dimaksud dengan barang yang
setara
b. Apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada Bab, bandingkan dengan
uraian barang pada bab-bab terdahulu
c. Apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada Pos, bandingkan dengan
uraian barang pada pos-pos terdahulu dalam bab yang sama
d. Apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada Subpos, bandingkan dengan
uraian barang pada sub-sub pos terdahulu, dalam pos yang sama
e. Apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada Pos tarif, bandingkan
dengan uraian barang pada pos-pos tarif terdahulu, pada sub pos yang
sama
Sistem Takik
1) Pos (4 digit) tidak diberi takik
2) Penggunaan satu takik dimulai pada
uraian Subpos (6 digit)
3) Bila uraian pada angka 2 dipecah,
digunakan dua takik
4) Bila uraian pada angka 3 dipecah,
digunakan tiga takik ... dst
KETENTUAN UMUM
Untuk memastikan penafsiran hukum yang seragam dari Nomenklatur HS, 6
ketentuan umum untuk menginterpretasikan HS ditetapkan. 6 aturan tersebut
mengemukakan prinsip-prinsip tertentu untuk membuat penerapan menjadi
koheren dan mudah.
KUM 1
KUM 2
KUM 3
KUM 4
KUM 5
KUM 6
KUM HS 1
Judul dari Bagian, Bab, dan Sub-bab dimaksudkan hanya untuk mempermudah
referensi saja; untuk keperluan hukum, klasifikasi harus ditentukan
berdasarkan uraian yang terdapat dalam pos dan berbagai Catatan Bagian
atau Bab yang berkaitan serta berdasarkan ketentuan berikut ini, asalkan pos atau
Catatan tersebut tidak menentukan lain.
KUM HS 2a
Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap meliputi
juga referensi untuk barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau belum
rampung,
asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau belum rampung
tersebut mempunyai karakter utama dari barang itu dalam keadaan lengkap
atau rampung.
Referensi ini harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang tersebut
dalam keadaan lengkap atau rampung (atau berdasarkan Ketentuan ini dapat
digolongkan sebagai lengkap atau rampung) yang diajukan dalam keadaan
belum dirakit atau terbongkar
KUM HS 2b
Setiap referensi untuk suatu bahan atau zat dalam suatu pos, harus dianggap
juga meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi dari bahan atau zat itu
dengan bahan atau zat lain.
Setiap referensi untuk barang dari bahan atau zat tertentu harus dianggap juga
meliputi referensi untuk barang yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari
bahan atau zat tersebut.
Barang yang terdiri lebih dari satu jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan
sesuai dengan prinsip dari ketentuan 3.
KUM HS 3
Apabila dengan menerapkan Ketentuan 2b atau
untuk berbagai alasan lain, barang yang dengan
pertimbangan awal dapat diklasifikasikan dalam
dua pos atau lebih, maka klasifikasinya harus
diberlakukan sebagai berikut:
KUM HS 3a
Pos yang memberikan uraian yang paling spesifik, harus lebih diutamakan dari
pos yang memberikan uraian yang lebih umum.
Namun demikian, apabila dua pos atau lebih yang masing-masing pos hanya
merujuk kepada bagian dari bahan atau zat yang terkandung dalam barang
campuran atau barang komposisi atau hanya merujuk kepada bagian dari barang
dalam set yang disiapkan untuk penjualan eceran, maka pos tersebut harus
dianggap setara sepanjang berkaitan dengan barang tersebut, walaupun salah satu
dari pos tersebut memberikan uraian barang yang lebih lengkap atau lebih tepat
KUM HS 3b
Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari bahan yang berbeda
atau dibuat dari komponen yang berbeda, serta barang yang disiapkan dalam set
untuk penjualan eceran yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan
referensi 3a, maka harus diklasifikasikan berdasarkan bahan atau komponen
yang memberikan karakter utama barang tersebut, sepanjang kriteria ini dapat
diterapkan.
KUM HS 3c
Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3a atau
3b, maka barang tersebut harus diklasifikasikan dalam pos tarif terakhir
berdasarkan urutan penomorannya diantara pos tarif yang
mempunyai pertimbagan yang setara.
KUM HS 4
Barang yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan Ketentuan diatas,
harus diklasifikasikan dalam pos yang sesuai untuk barang yang paling
menyerupai.
KUM HS 5
Sebagai tambahan aturan diatas, Ketentuan ini harus diberlakukan terhadap
barang tersebut dibawah ini:
KUM HS 5a
Tas kamera, tas instrumen musik, kopor senapan, tas instrumen gambar,
kotak kalung dan kemasan semacam itu, dibentuk secara khusus atau pas
untuk menyimpan barang atau perangkat barang tertentu, cocok untuk
penggunaan jangka panjang dan diajukan bersama dengan barangnya, harus
diklasifikasikan menurut barangnya, apabila kemasan tersebut memang biasa
dijual dengan barang tersebut.
Namun demikian, ketentuan ini tidak berlaku untuk kemasan yang memberikan
seluruh karakter utamanya.
KUM HS 5b
Berdasarkan aturan dari Ketentuan 5a diatas, bahan pembungkus dan kemasan
pembungkus yang diajukan bersama dengan barangnya, harus diklasifikasikan
menurut barangnya, apabila bahan atau kemasan pembungkus tersebut memang
biasa digunakan untuk membungkus barang tersebut.
Namun demikian, Ketentuan ini tidak mengikat apabila bahan atau kemasan
pembungkus tersebut secara nyata cocok untuk digunakan berulang-ulang.
KUM HS 6
Untuk keperluan hukum, klasifikasi barang dalam subpos dari suatu pos harus
ditentukan berdasarkan uraian dari subpos tersebut dan Catatan Subpos
bersangkutan, serta Ketentuan diatas dengan penyesuaian seperlunya, dengan
pengertian bahwa hanya subpos yang setara yang dapat diperbandingkan.
Kecuali apabila konteksnya menentukan lain, untuk keperluan Ketentuan ini
diberlakukan juga Catatan Bagian dan Catatan Bab bersangkutan.
Gambaran Umum
Barang dikelompokkan dalam 96 Bab dan 21 Bagian
Bab 77 sebagai persiapan masa mendatang
Pengelompokkan berdasarkan urutan tingkat pengerjaannya
Bahan baku bahan yg tdk atau belum dikerjakan
(Unworked products) barang setengah jadi (semi-finished
goods) barang jadi (finished goods)
Urutan pengelompokkan ini berlaku juga untuk Bab dan Pos
Bab 1 s.d 24 (Bagian I s.d. IV) mencakup produk pertanian dalam
arti luas
Gambaran Umum-2
Produk dalam Bagian I dan II belum mengalami proses
pengerjaan kecuali sampai tahap tertentu (dengan beberapa
pengecualian)
Terdapat keterkaitan antara Bab tertentu dengan Bab yang lain.
BAGIAN I
Beberapa jenis minyak dan lemak dikeluarkan dari
Bagian I dan diklasifikasikan pada Bab 15
Jangat, kulit, bulu dan barang terbuat daripadanya,
diklasifikasikan pada Bagian VIII
BAGIAN II
Dikecualikan untuk beberapa jenis minyak dan
lemak tertentu, diklasifikasikan pada Bab 15
Beberapa jenis kayu diklasifikasikan pada Bab 44
Produk yg mengalami proses lebih lanjut,
diklasifikasikan pada Bab 19, Bab 20, atau Bab 21
BAGIAN III
Minyak pada Bab II mencakup minyak mentah
ataupun telah diproses
Minyak umumnya tidak menguap
Minyak nabati yg mudah menguap, diklasifikasikan
pada Bab 33 sebagai minyak atsiri
BAGIAN IV
Berbagai jenis gula yg murni secara kimiawi
diklasifikasikan pada Bab 29, termasuk didalamnya
bahan pemanis tiruan seperti saccharin dan dulcin
BAGIAN V
Hasil pertambangan yg telah dimurnikan sebagai
bahan kimia anorganik, diklasifikasikan pada Bab 28
Apabila hasil bentukan atau pahatan, masuk Bab 68
Yg merupakan hasil pembakaran, masuk Bab 69
Batu-batuan setengah permata atau batu permata,
masuk Bab 71
BAGIAN VI
Mencakup produk kimia baik yang berbentuk bahan
baku maupun produk industri kimia
BAGIAN VII
Komoditi ini banyak diimpor oleh Indonesia
Kemajuan teknologi membuat komoditi ini semakin
sulit dalam identifikasi dan klasifikasi barang
BAGIAN VIII
Mencakup produk tertentu yg berasal dari binatang
Perlu diingat, Pos 42.01 dan 42.02 juga mencakup
produk tertentu terbuat bukan dari kulit
BAGIAN IX
Mencakup produk yg berasal dari tumbuhan
Namun, beberapa produk seperti furniture
diklasifikasikan pada bab lain, contoh Bab 49
BAGIAN X
Mencakup produk yg berasal dari tumbuhan
BAGIAN XI
Mencakup produk tekstil
Bahan dasar tekstil adalah serat benang kain
atau produk tekstil lainnya
Serat tumbuhan, hewani, mineral dan buatan
manusia
Serat tumbuhan = Serat Nabati (kapas, flaks, rami,
henneps, goni, sisal)
Serat hewan = Serat Hewani (bulu domba, bulu
unta, bulu kelinci, dll)
Serat buatan manusia = Man made fiber, dibagi
menjadi dua jenis
Serat Sintetik hub bahan polimer
Serat Artifisial hub bahan rayon viskosa, asetat
selulosa
BAGIAN XI
Data nomor benang, bisa dilihat dari besar dan
kecilnya suatu benang
Ada 2 sistem penomoran benang:
Direct Yarn Number langsung
Indirect Yarn Number tidak langsung
Kain terbuat dari benang dengan cara ditenun
Jika dibuat dengan mesin tenun melalui cara
menyilangkan kelompok benang satu dengan yg
lain, benang ini biasa disebut Lusi atau Pakan
BAGIAN XI
Benang Lusi atau Lungsin: benang tenun yg disusun
sejajar dan tidak bergerak, yg padanya benang
pakan diselipkan.
Benang Pakan: benang yg dimasukkan melintang
pada benang lungsin/lusi ketika menenun kain.
BAGIAN XV
Bagian ini tidak mencakup barang dari logam dasar
yg termasuk dlm bab-bab setelah bagian ini seperti
mesin dan kendaraan
BAGIAN XVI
Bagian ini mempunyai Pos dan Subpos yg sangat
besar dibandingkan dengan bagian lain
Pengelompokkan Bab
Lihat File Excel
Jenis Catatan
Catatan Definitif
Catatan yg menjelaskan pengklasifikasian suatu
barang pada pos atau sekumpulan pos tertentu
Contoh : hanya berlaku untuk ....
Catatan Ilustratif
Catatan yg memberikan gambaran terhadap
pengertian atau istilah yang perlu dijabarkan lebih
lanjut
Contoh : istilah .... berlaku
Catatan Eksklusif
Catatan yg mengeluarkan barang tertentu dari suatu
Pos atau Subpos dan memasukkannya dalam Pos
atau Subpos tertentu lainnya
Contoh : Bab ini tidak meliputi ....
Catatan Lain-Lain
Catatan yg menguraikan pengertian yg bersifat
teknis
Contoh : istilah ... adalah ..., istilah ... berarti ...
Catatan Penting
Bagian II, Bab 7, Catatan No.2
Dalam pos 07.09, 07.10, 07.11 dan 07.12 kata
"sayuran" meliputi jamur, cendawan tanah, buah
zaitun, kaper, labu sumsum, labu kuning, terong,
jagung manis (Zea mays var. saccharata), buah dari
genus Capsicum atau dari genus Pimenta, adas
pedas, parsley, chervil, tarragon, cress dan
marjoram manis (Majorana hortensis atau Origanum
majorana) yang dapat dimakan
Contoh:
Biji jagung manis (sweet corn) dalam keadaan utuh
dan kering untuk benih
Contoh:
Publikasi Pelengkap HS
Pengguna HS harus mampu untuk merujuk pada Nomenklatur ini dengan
cara yang sederhana dan cepat. Itulah sebabnya the Council telah
memberikan pengguna dengan alat yang memungkinkan mereka untuk
mengadopsi metode kerja yang efektif.
PRAKTEK KLASIFIKASI
Apabila sudah ditetapkan satu POS TARIF, selanjutnya lihatlah pembebanan tarif dan ada tidaknya aturan tata
niaganya
Setelah menemukan BAB yang sesuai, telusuri POS-POS yang mencakup barang sesuai spesikasi barang. Tahap
ini biasanya kita mulai menggunakan KUM 1 s.d. 6
Baca dan cermati CATATAN BAGIAN atau BAB yg dijelaskan dan ulangi proses nomor 3. Biasanya di tahapan ini,
kita sudah mempunyai gambaran umum apakah barang tsb diklasifikasikan di bab tersebut atau di bab lain
Pilih BAB yg berkaitan dengan spesifikasi barang tsb. Perhatikan CATATAN BAGIAN dan CATATAN BAB
7
6
5
4
3
2
1
Tahapan Klasifikasi
a.
Nama barang:
Sosis daging sapi yang dimasak
b. Alasan klasifikasi
1) Makanan olahan masuk Bagian IV
2) Olahan dari ikan masuk Bab 16, lihat Cat 1 ... Diolah selain
dari bab 2 dan bab 3 masuk Bab 16...
3) Lihat Bab 16 Cat 2 Bab 16 meliputi olahan makanan
mengandung daging lebih dari 20%...
c. Uraian Klasifikasi
1) Bab 16 ... Olahan dari daging
2) Pos 16.01... Sosis
3) Subpos 1601.00.10 ... Sosis
4) Pos tarif 1601.00.12.00 .. mengandung daging sapi
d. Kesimpulan
Sosis daging sapi yang dimasak diklasifikasikan pada Pos Tarif
1601.00.12.00 dengan tarif BM X%, PPN Y%, PPh 22 Z%
LATIHAN
1) Bagian dari kendaraan bermotor berupa
Radiator untuk mobil bus mini untuk
pengangkutan 15 orang dengan mesin
diesel dalam keadaan CKD masa total 10
ton
2) Bahan untuk membuat cat besi
mengandung bahan alkyd resin (poliester
resin) 55%, bahan pelarut yang mudah
menguap 28%, dan bahan lainnya 13%
JAWABAN
1)
2)
3)
4)
8708.91.30.00
3907.50.10.00
3924.90.90.00
1902.30.90.00