Klasifikasi Barang
Klasifikasi Barang
Klasifikasi Barang
Harmonized Commodity Description and Coding System, biasa dikenal sebagai Harmonized
System (HS).
Berdasarkan konvensi internasional yang disusun oleh WCO dan diratifikasi/digunakan oleh
hampir seluruh negara di dunia sejak 1 Januari 1988.
Konvensi yang mengatur tentang struktur klasifikasi barang perdagangan dalam bentuk
kelompok-kelompok barang berdasarkan pos dan sub-pos.
APA ITU KLASIFIKASI BARANG? Mengelompokkan barang ke dalam pos dan sub-pos yang paling sesuai
dalam struktur nomenklatur Harmonized System (HS).
SISTEM KLASIFIKASI
Suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan
tujuan untuk mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan
dan statistik.”
Diratifikasi oleh Indonesia dengan Kepres no. 35 tahun 1993
Indonesia melaksanakan HS mulai 1 Januari 1989 dengan nama BTBMI
Pada tahun 2007 BTBMI berdasarkan AHTN dengan HS versi 2007
Pada Tahun 2012 menggunakan BTKI 2012 berdasarkan AHTN dengan HS
versi ke 6.
Terakhir mulai tanggal 1 maret 2017 menggunakan HS versi 2017 dengan
nama BUKU TARIF KEPABEANAN INDONESIA 2017.
STRUKTUR HS
GENERAL RULES FOR THE INTERPRETATION OF HS KUMHS.
21 BAGIAN
97 BAB
LEGAL NOTES CATATAN BAGIAN, CATATAN BAB, CATATAN SUBPOS
POS (4 DIGIT)
SUBPOS (6 DIGIT)
STRUKTUR BTKI
1. Kolom pertama adalah kolom “Pos/Subpos” yang mencantumkan nomor pos/sub
pos sebagai berikut:
a) 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal dari teks harmonized system (HS);
b) 8 (delapan) digit berasal dari teks AHTN juga merupakan sub pos nasional (pos
tarif nasional) berupa teks uraian barang.
2. Kolom kedua adalah kolom “uraian barang” dalam bahasa indonesia yang disusun
dengan pola sebagai berikut:
a) Uraian barang pada pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan terjemahan
dari teks HS;
b) Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan terjemahan dari teks
AHTN;
3. Kolom ketiga adalah kolom “Description of goods” dalam bahasa inggris yang
disusun dengan pola sebagai berikut:
a) Uraian barang pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan teks HS dalam
bahasa Inggris;
b) Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan teks AHTN dalam
bahasa Inggris;
4. Kolom keempat dalah kolom Bea Masuk;
5. Kolom kelima adalah kolom bea keluar;
6. Kolom keenam adalah kolom PPN ;
7. Kolom ketujuh adalah kolom PPNBM;
2. Sistem Takik.
Selain menggunakan sistem nomor, HS/BTKI juga menggunakan sistem takik (dash,-)
untuk mengklasifikasikan barang, dengan penjelasan sebagai berikut:
0705 Selada Selada (Lactuca sativa) dan chicory (Chicorium Spp), segar atau
dingin.
0705.10 - Selada
Apabila pos tarif 0705.11 dipecah lagi menjadi pos tarif yang lebih rinci, khusus untuk negara indonesia,
maka digunakan pemecahan menggunakan tiga taik pada digit 7 dan 8, misalnya:
0705.11.10 - - - Segar
0705.11.20 - - - Dingin
Perhatikan : terkadang nomor sub-pos atau pos tarif yang dipecah lebih lanjut tidak dicantumkan secara
eksplisit dalam BTKI, contoh:
Sub-pos 0705.10, tidak dicantumkan (hanya dicantumkan uraian barangnya, yaitu: - selada) karena
sub-pos tersebut dipecah lebih lanjut menjadi 0705.11 dan 0705.19
Dalam HS/BTKI hanya ada dua jenis barang yaitu barang tertentu dan lain-lain. Dapat dipecah
kembali menjadi dua kelompok diatas (barang tertentu dan lain-lain) yang lebih spesifik.
Setiap kelompok barang diatas (baik pos, sub-pos, maupun pos tarif) dibagi atau dirinci dengan dua
cara, yaitu barang tertentu A – barang tertentu B atau barang tertentu A – barang lainnya (lain-lain)
Contoh:
Barang tertentu A – barang tertentu B:
Pos 0707. (Ketimun dan ketimun acar, segar atau dingin) dibagi menjadi ketimun dan ketimun acar
saja.
Pemecahan pos tarif (8-digit) juga mengikuti pola diatas. Mari kita lihat contoh berikut:
1. Identifikasi dulu barang yang akan diklasifikasi. Dengan mengetahui spesifik barang, misalnya
barang tersebut produk pertanian, barang kimia, atau mesin.
2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi. Bila sudah ditemukan, baca dan
perhatikan catatan Bagian dan catatan bab.
3. Perhatikan penjelasan-penjelasan. Apabila ada catatan yang mengeluarkan barang tersebut dari
Bab atau Bagian yang kita pilih, perhatikan pada bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut
diklasifikasikan.
4. baca dan cermati catatan Bagian atau Bab. Pada tahap ini biasanya sudah mempunyai gambaran
umum pakah barang tersebut diklasifikasikan di bab tersebut atau di bab lainnya.
5. setelah menemukan bab yang paling sesuai berdasarkan kajian diatas, maka mulai menelusuri pos-
pos yang mungkin mencakup barang yang akan diklasifikasikan. Jika sudah menemukan pos yang
tepat, maka langkah selanjutnya tinggal menentukan sub-pos (6–digit), sub-pos AHTN dan pos tarif
(8-digit) yang sesuai. Ingat, dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul
permasalahan klasifikasi yang sama dengan penentuan pos (4-digit), sampai tahap ini sebenarnya
kita sedang menggunakan KUM HS 1.
6. Apabila sepintas lalu ada beberapa pos yang sesuai dengan spesifikasi barang, mulai menggunakan
KUM HS2. Ingat baru dapat menggunakan KUM HS 2 apabila KUM HS 1 benar-benar tidak dapat
digunakan.
7. Dalam hal menggunakan KUM HS 3(b), perlu bahwa yang dimaksud dengan sifat utama (essential
character) meliputi berbgai aspek. Adalah fungsi/kegunaan, nilai (value) dan bentuk fisik
(appearance). Usahakan paling tidak selalu mempertimbangkan ketiga aspek tersebut sebelum
menentukan sifat utama suatu barang campuran.
8. Dalam membandingkan pos-pos, sub-sub pos, pos-pos tarif, harus selalu diingat bahwa yang
dibandingkan adalahh pos-pos, sub-sub pos, pos-pos tarif yang setara (perhatikan tariknya).
9. Apabila sudah dipilih pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian barang, langkah selanjutnya
adalah melihat pembebabanannya (BM, PPN, PPNBm, atau cukai) dan ada atau tidak peraturan tata
niaganya (IT, IP, pertamina, dll).
Contoh 1.
1. Nama dan Jenis barang
2. Alasan Klasifikasi
-............Bagian
-............Bab
-Catatan ....Bag/Bab...”...isi...”
3. Uaraian Klasifikasi
-Bab..........2 digit
-Pos...........4 digit
-subpos......6 digit WCO
-pos tarif....8 digit
Kesimpulan
Contoh 2.
(Contoh ini pada umumnya diterapkan pada penelitian klasifikasi di direktorat
Jenderal Bea dan cukai):
Spesifikasi Barang
(Komposisi, kapasitas, kemasan, bentuk, kegunaan dll)
Dasar Klasifikasi
Catatan : Bagian, Bab, dan Sub pos
Uraian pos, Explanatory Notes, BTKI, dan informasi atau referensi lainnya
Tentukan satu pos yang paling sesuai
Tentukan sub pos yang paling sesuai
Tentukan pos tarif yang paling sesuai.