Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Praktik dan Pemikiran Akuntansi

A. Pengenalan Teori
1. Pengertian Teori

Secara harfiah teori dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan, secara luas teori
dapat diartikan sebagai : “Pengetahuan yang diorganisasikan secara sistematis, dapat
digunakan dalam berbagai jenis keadaan yang lebih luas, sistem asumsi-asumsi, prinsip dan
aturan prosedur untuk menganalisa, prediksi atau penjelasan tentang sifat-sifat kejadian
dalam rangkaian terspesifikasi sebuah fenomena.” (Webster).

2. Tujuan Teori dan Teori Akuntansi


Tujuan dasar dari teori dalam bagian dari keilmuan adalah untuk memiliki
pendefinisian yang baik atas pengetahuan yang diakumulasi secara sistematis,
diorganisasikan dan diverifikasi dengan cukup baik untuk menyediakan kerangka referensi
untuk tindakan di masa depan.

Teori dapat dideskripsikan dalam 2 kerangka, yaitu:

1.) Normative Theory

 Teori normatif didefinisikan sebagai apa yang seharusnya terjadi

2.) Positive Theory

 Teori positif mendifinisikan tentang apakah sesuatu itu.

Idealnya, tidak seharusnya ada perbedaan dalam mendefinisikan teori, karena pengembangan
teori yang baik dan menyeluruh meliputi kedua hal, yaitu tentang apa yang seharusnya terjadi
dan apakah sesuatu itu.

Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menyediakan satu set prinsip-prinsip dan
hubungan-hubungan yang mendefinisikan praktek-praktek yang telah diobservasi dan
memperkirakan praktek-praktek yang belum diobservasi. Jadi, teori akuntansi seharusnya
mampu mendefinisikan mengapa perusahaan memilih suatu metode akuntansi daripada
metode lainnya dan dapat memungkinkan pengguna untuk memprediksikan atribut
perusahaan dari berbagai macam metode akuntansi. Dan dalam hal lain, teori akuntasi harus
diverifikasi melalui penelitian akuntansi.

3. Teori Akuntansi

Ada berbagai macam teori akuntansi, yaitu termasuk :

1) fundamental analysis model(model analisis fundamental)


2) the efficient markets hypothesis (hipotesis pasar yang efisien)
3) the capital asset pricing model (model penetapan harga aset modal)
4) the human information processing model (model pemrosesan informasi manusia)
5) positive accounting theory(teori akuntansi yang positif), dan
6) the critical perspective model(model dengan perspektif yang kritis).
Kadang terdapat persaingan antar masing-masing teori tersebut karena teori akuntansi
belum dikembangkan berdasarkan deskripsi yang diungkapkan oleh Webster. Penelitian
akuntansi dibutuhkan untuk mencapai teori akuntasi yang lebih berlaku umum dan dalam
mengakui berbagai macam teori akuntansi harus disubjekkan untuk verifikasi. Pertanyaan
kritis banyak berfokus pada kegunaan data akuntansi untuk para pengguna. Misalnya, apakah
penggunaan teori membantu individu pembuat keputusan membuat keputusan yang lebih
benar ? Banyak usulan dalam uji-uji empiris atas teori akuntansi yang ditawarkan. Jadi teori
dites dan kemudian dikonfirmasi atau dibuang, dengan demikian kita akan bergerak lebih
mendekati teori akuntansi secara lebih umum.

B. Perkembangan Teori Akuntansi


Pengembangan teori akuntasi secara umum sangat penting karena adanya aturan main
dalam akuntansi di lingkungan ekonomi kita. Kita hidup dalam lingkungan yang kapitalis,
dimana ditandai dengan pasar yang diatur sendiri ( self-regulated market ) yang dioperasikan
melalui kekuatan penawaran dan permintaan. Barang dan jasa tersedia untuk dibeli di pasar
dan individu bebas keluar masuk pasar tersebut untuk mengejar tujuan ekonomi mereka
masing-masing. Semua lingkungan didesak oleh kelangkaan sumber daya yang membatasi
pencapaian tujuan ekonomi masing-masing individu atau kelompok. Dalam lingkungan kita,
aturan akuntasi adalah untuk melaporkan bagaimana organisasi menyikapi kelangkaan
sumber daya dan untuk melaporkan status sumber daya dan klaim terhadap sumber daya
tersebut.

1. Sejarah Teori Akuntansi


Sejarah mencatat bahwa pencatatan akuntansi telah dimulai dan ditemukan beberapa
ribu tahun lalu di berbagai belahan dunia. Salah satu temuan petani mesir pada tahun 1915
berupa gulungan kertas papirus, yang kemudian dikenal dengan Papirus Zenon (Zenon
Papyri) sebagai pemilik dari papirus tersebut, yang berisi informasi tentang proyek-proyek
konstruksi, kegiatan pertanian, dan operasi sekitar abad ketiga sebelum masehi.

Papirus Zenon juga memberikan bukti sistem akuntansi yang terinci telah digunakan
di Yunani sejak abad kelima sebelum masehi. Sistem akuntansi zenon ini berisi ketentuan-
ketentuan akuntansi pertanggungjawaban, catatan tertulis atas seluruh transaksi, akun kusus
untuk pembayaran upah pada karyawan, catatan persediaan, dan catatan akuisisi aset serta
pelepasannya atau penghentian aset. Selain itu, sistem akuntansi-nya juga terdapat bukti
bahwa semua akun telah diaudit.

Sedangkan di Amerika, pada akhir abad ke sembilan belas, revolusi industri


merambah ke negara Amerika Serikat, yang membawa dampak kepada kebutuhan akan
prosedur akuntansi yang lebih formal dan terstandar. Disisi lain dengan munculnya kebijakan
pemerintah Amerika Serikat dengan menarik pajak penghasilan perusahaan, menyebabkan
kebutuhan perlunya pengukuran pendapatan dan dapat dihitung secara handal dan akurat.

Selama periode 1900-1915, konsep penentuan pendapatan tidak berkembang dengan


baik. International Congress of Accountants 1904 menandai awal pengembangan profesi
akuntansi yang diselenggarakan di Amerika Serikat. Sepanjang perkembangan akuntansi
sampai dengan masa revolusi industri, akuntansi dipraktekkan tanpa adanya aturan yang
mengatur. Akuntansi dipraktekkan berdasarkan kebiasaan para akuntan. Dalam hal seperti ini
tentunya yang menjadi andalan atas kualitas pencatatan akuntansi adalah niat baik dari
akuntan penyusun laporan keuangan. Praktek ini berlangsung hingga terjadinya kekacauan
dipasar modal pada tahun 1929 yang disebut dengan The Great Depresion.

Berawal dari kejadian ini, dimulailah serangkaian pertemuan antara perwakilan


dari New York Stock Echange (NYSE) dan American Institute of Accountants (AIA). Tujuan
dari pertemuan ini adalah untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan investor, NYSE, dan akuntan dalam penyusunan laporan keuangan eksternal.
Pada tahun 1937 AIA bergabung dengan American Society of Certified Public
Accountants, membentuk organisasi yang lebih besar yang kemudian dinamai American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Organisasi ini telah memiliki peningkatan
pengaruh terhadap perkembangan teori akuntansi. Sebagai contoh, selama bertahun-tahun,
AICPA membentuk beberapa komite dan dewan untuk menangani kebutuhan untuk lebih
mengembangkan prinsip akuntansi. Yang pertama adalah Committee on Accounting
Procedure (CAP). Hal ini diikuti oleh Accounting Principles Board (APB), kemudian
berganti nama mejadi Financial Accounting Standards Board (FASB). Masing-masing badan
tersebut telah mengeluarkan pernyataan tentang isu-isu akuntansi yang telah menjadi sumber
utama prinsip akuntansi yang berlaku umum yang memandu praktek akuntansi saat ini.

a. Committee on Accounting Procedure (CAP)

Pada tahun 1939 Committee on Accounting Procedure (CAP) dibentuk. Komite ini
memiliki wewenang untuk mengeluarkan pernyataan mengenai hal-hal berkaitan praktek dan
prosedur akuntansi dalam rangka membangun praktek yang berlaku umum. Komite ini mulai
mempublikasikan riset dan menerbitkan buletin terminologi akuntansi yang bertujuan agar
lebih ada keseragaman dalam akuntansi dan audit. Komite ini menerbitkan sebanyak 42
bulletin dengan 42 topik dan beberapa topik yang mengatur akuntansi atas transaksi bisnis
lainnya.

b. Accounting Principles Board (APB)

Pada tahun 1959 metode merumuskan prinsip akuntansi yang dipertanyakan tidak muncul
dari riset atau tidak berdasarkan teori. CAP juga dikritik karena bertindak dengan cara yang
pelan dan mengeluarkan standar, yang dalam banyak kasus, tidak konsisten. AICPA
menanggapi kekurangan CAP dengan membentuk Accounting Principle Board (APB).
Tujuan dari badan ini adalah untuk memajukan ekspresi tertulis dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum, untuk mempersempit perbedaan dalam praktek, dan untuk membahas isu-isu
yang belum diselesaikan dan kontroversial.

Pada akhir 1960an, kritik pada pengembangan prinsip-prinsip akuntansi timbul


kembali. Kritik-kritik itu berfokus pada faktor-faktor berikut :

1) Independensi anggota-anggota APB.


Jika masing-masing individu bekerja di dewan tersebut memiliki tanggung jawab penuh
dan maksimal di tempat lain, pasti akan mempengaruhi pandangan-pandangan mereka
dalam isu-isu terkini.

2) Struktur dewan.

Delapan besar perusahaan akuntan publik ( pada saat itu ) otomatis mewakilkan satu
anggota dan disana biasanya ada lima atau enam perusahaan akuntan publik yang lain di
dalam APB.

3) Waktu untuk merespon.

Munculnya masalah-masalah akuntansi tidak diinvestigasi dan diselesaikan cukup cepat


oleh para anggota paruh waktu.

Namun dalam perkembangannya APB juga mendapat kritikan dan penolakan


terhadap pernyataan (pronouncement) dan aturan yang dikeluarkan oleh badan ini.

c. The Financial Accounting Standards Board (FASB)

Sebagai hasil dari kritik yang tumbuh dari APB, pada tahun 1971, dewan direksi dari
AICPA menunjuk dua komite. Wheat Committeeyang diketuai oleh Francis Wheat, adalah
untuk mempelajari bagaimana prinsip-prinsip akuntansi keuangan harus
ditetapkan.Trueblood Committee yang diketuai oleh Robert Trueblood, diminta untuk
menentukan tujuan laporan keuangan.

Wheat Committee mengeluarkan laporannya pada tahun 1972 merekomendasikan


bahwa APB dihapuskan dan The Financial Accounting Standards Board (FASB) dibentuk.
Dewan baru ini terdiri dari perwakilan berbagai organisasi, berbeda dengan APB yang semua
anggotanya berasal dari AICPA. Para anggota FASB berbeda dengan anggota APB yang
anggotanya bekerja paruh waktu dan tidak digaji. AICPA cepat mengadopsi rekomendasi dari
Wheat Committee, dan FASB menjadi badan resmi dengan mengeluarkan standar akuntansi.

Figur 1.1 Struktur FASB

Financial Board of Electors


Accounting Trustees
Foundation

Financial Accounting Financial Accounting Task forces of the


Misi FASB adalah untuk membangun dan meningkatkan standar akuntansi dan
pelaporan keuangan untuk bimbingan dan pendidikan publik, termasuk emiten, auditor, dan
pengguna informasi keuangan.

Dalam rangka usaha menyempurnakan misi tersebut, FASB mencoba untuk :

1) Memperbaiki kegunaan pelaporan keuangan dengan fokus pada karakteristik utama yaitu
relevan dan keandalan dan pada kualitas komparibilitas dan konsistensi.

2) Menjaga standar yang ada untuk merefleksikan perubahan dalam metode pelaksanaan
bisnis dan perubahan dalam lingkungan ekonomi.

3) Mempertimbangkan dengan segera semua area signifikan kekurangan pelaporan


keuangan yang mungkin diperbaiki dengan proses pengaturan standar.

4) Memperkenalkan komparabilitas standar akuntansi internasional, bersamaan dengan


perbaikan kualitas pelaporan akuntansi.

5) Memperbaiki pemahaman utama tentang sifat dan tujuan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan.

FASB mengembangkan konsep akuntansi secara luas sebaik pengembangan standar


untuk pelaporan kuangan. Ini juga menyediakan panduan untuk mengimplementasikan
standar tersebut.
2. Standar Overload
Semenjak terbentuknya selama bertahun-tahun, FASB, SEC, dan AICPA mendapat
kritik karena menerapkan standar akuntansi terlalu banyak pada komunitas bisnis. Masalah
kelebihan standar ini telah sangat memberatkan bagi usaha kecil yang tidak memiliki sumber
daya ekonomi untuk penelitian dan menerapkan semua pernyataan yang dikeluarkan oleh
badan-badan otoritatif. Kritik dari proses penetapan standar untuk usaha kecil juga
menegaskan bahwa GAAP dikembangkan terutama untuk melayani kebutuhan pasar
sekuritas. Banyak bisnis kecil tidak meningkat modalnya di pasar-pasar modal, oleh karena
itu, mereka berpendapat bahwa GAAP tidak dikembangkan untuk kebutuhan usaha kecil.
Evolusi Frase “Generally Accepted Accounting Principles (prinsip akuntansi yang berlaku
umum)“
Salah satu hasil dari pertemuan antara AICPA dan anggota NYSE setelah terjadinya
The Great Depretion adalah revisi kata-kata dari laporan audit yang dikeluarkan oleh CPA.
Paragraf pendapat yang sebelumnya menyatakan bahwa laporan keuangan telah diperiksa
dengan akurat. Terminologi ini diubah dengan mengatakan bahwa pernyataan yang
“disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.” Ungkapan ini
sekarang ditafsirkan sebagai mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
menjelaskan praktek akuntansi yang berlaku pada waktu tertentu. Oleh karena itu, laporan
keuangan yang adil hanya sebatas bahwa prinsip-prinsip yang adil dan laporan telah sesuai
dengan prinsip-prinsip.
3. Akuntansi dalam Krisis awal tahun 2000
Sejarah kekacauan pasar modal tahun 1929 terulang lagi di awal tahun 2000, yang
mana berawal dari kasus yang sangat dikenal adalah kasus Enron yang memanipulasi laporan
keuangannya. Kasus ini juga menyeret kantor akuntan besar yaitu Arthur Andersen (AA)
yang dikenal the Big Five kantor akuntan publik. Kasus Enron hanyalah satu dari serangkaian
kegagalan akuntansi dan audit yang mencakup HealthSouth, Worldcom, dan Tyco. Kegagalan
ini dipicu oleh serangkaian peristiwa kritis yang dikaitkan dengan perubahan dari manufaktur
ke ekonomi jasa di Amerika Serikat dan peningkatan besar yang dihasilkan dalam jasa
konsultasi oleh kantor akuntan publik.

Respon atas kasus ini mirip dengan apa yang dilakukan menghadapi Great
Depression tahun 1930. Politisi di parlemen AS didukung oleh masyarakat profesional
akuntansi bereaksi cepat dimana tahun 2002 itu juga diundangkanlah apa yang dikenal
dengan the Sarbanes-Oxley Act. Undang-undang ini dirancang untuk mengembalikan
kepercayaan publik dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kisah-kisah manipulatif
seperti telah terjadi sebelumnya itu. Hal ini dilakukan dengan memperkuat corporate
governance dan memperketat fungsi audit baik audit internal ataupun audit eksternal.

Untuk itu dibentuklah Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
berkuasa menentukan standar auditing. Dengan undang-undang ini, regulasi yang mengatur
profesi audit dan pelaksanaan audit dipertegas dan diperketat. Misalnya auditor tidak boleh
memberikan layanan jasa non-audit kepada kliennya. Disamping itu eksekutif non-manajerial
yang fungsi utamanya adalah pada pengawasan (oversight), yang kita kenal sebagai dewan
komisaris, diharuskan memiliki institusi komite audit dimana tugas utamanya memastikan
kredibilitas laporan keuangan. Auditor yang mengaudit laporan keuangan diharuskan untuk
berkomunikasi dengan komite audit. Pada dasamya, undang-undang ini mereformasi tata-
kelola pelaporan keuangan (governance over financial reporting) dengan harapan
menghilangkan praktek akuntansi dan pelaporan keuangan yang manipulatif. Misalnya,
dengan diharuskannya oleh undang-undang berfungsinya komite audit, diharapkan semacam
kolusi antara akuntan penyusun laporan keuangan dengan akuntan pengaudit laporan
keuangan dapat dihindarkan. Langkah-langkah reformasi tata-kelola pelaporan keuangan
seperti ini, juga diikuti oleh banyak negara lain termasuk Indonesia.

Sarbanes-Oxley Act juga mengubah cara FASB didanai. Sebelumnya, sekitar


sepertiga dari anggaran tahunan FASB berasal dari sumbangan sukarela dari Kantor Akuntan
Publik, AICPA, dan sekitar seribu perusahaan individual. Dalam SOX, kontribusi sukarela
mereka akan diganti dengan iuran wajib.

C. Pemikiran Akuntansi

1. Standar Akuntansi Internasional

Ekonomi global yang sebenarnya muncul sejak tahun 1990an, dengan banyaknya
perusahaan Amerika Serikat mulai menghasilkan pendapatan dan laba dalam jumlah
signifikan di pasar internasional. Perusahaan multinasional dihadapkan pada keputusan
pengalokasian sumber daya mereka pada penggunaan yang lebih efisien. Alokasi ini tidak
bisa disempurnakan tanpa akurasi dan keandalan infromasi keuangan. Perusahaan mencari
kesempatan modal atau investasi melampaui batas nasional atas biaya yang dihadapi dan isu
terkini. Perusahaan pencari modal harus merekonsialiasi laporan keuangannya ke aturan-
aturan akuntansi negara dimana mereka mecari modal dan investor harus mengidentifikasi
perbedaan pelaporan di luar negeri. Maraknya persyaratan ekonomi global adalah sebuah
proses yang disederhanakan. Kemudian, ada tekanan untuk menyelaraskan dengan standar
akuntansi internasional.

The International Accounting Standards Board ( IASB ) adalah sebuah badan sektor
privat independen yang dibentuk pada tahun 1973 untuk mencapai tujuannya. Tujuannya
tersebut adalah :

1) Untuk memformulasi dan mempublikasi standar akuntansi publik untuk diobservasi


dalam presentasi laporan keuangan dan untuk mempromosikan penerimaan dan
ketaatan secara luas.
2) Untuk bekerja memperbaiki dan menyelaraskan regulasi, standar akuntansi dan
prosedur terkait untuk presentasi laporan keuangan.

Tujuan ini dihasilkan dalam usaha mengkoordinasi dan menyelaraskan aktifitas di


berbagai negara dan agensi yang terikat dalam penyusunan standar akuntansi. Standar IASB
juga menyediakan titik awal yang bermanfaat untuk pengembangan negara yang
menginginkan penggunaan standar akuntasi.

IASB juga mengembangkan kerangka konseptual yang berjudul Framework for the
Preparation and Presentation of Financal Statements. Kesimpulan artikulasi dalam terbitan
ini hampir sama dengan apa yang terkandung di dalam FASB’s Conceptual Framework
Project. Yaitu, tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna
bagi cakupan luas penggunanya untuk tujuan pengambilan keputusan. Informasi ini harus
terdiri dari karakteristik kualitatif relevansi, keandalan, komparabilitas dan dapat dimengerti.

Saat ini, IASB sudah mengeluarkan 41 pernyataan Statements of Accounting


Standards ( IAS ) dan 8 Statements of Financial Reporting Standards ( IFRS ), tapi sejak
tidak punya hak wewenang, IASB harus mengandalkan pada usaha terbaik dari para
anggotanya. FASB maupun SEC merupakan anggota IASB, jadi standar-standarnya tidak
punya kewenangan di Amerika Serikat.

2. Reformasi Standar Akuntansi dan Pelaporan

Ada dua reformasi standar akuntasi dan pelaporan yang dilakukan, yaitu :
1) Akuntansi keuangan yang selama ini berbasis biaya historis (historical cost
accounting) mulai digerakkan menuju apa yang disebut dengan fair value accounting.
2) Standar akuntansi yang selama ini disusun dengan pendekatan berbasis ketentuan
(rules based approach) direvisi dengan standar akuntansi dengan pendekatan berbasis
prinsip (principles based approach).

Setelah upaya menyusun kerangka konseptual/teori dan standar akuntansi dilakukan


selama hampir tujuh puluh tahun, terjadinya krisis ekonomi global diawal dasawarsa 2000an
membawa kesadaran bahwa standar akuntansi yang disusun tersebut terlalu kompleks dan
mengatur terlalu detil bagaimana sebuah transaksi harus diakuntansikan dan dilaporkan.
Rumusan standar akuntansi tersebut bagaikan rumusan peraturan. Menghadapi standar yang
demikian yang dilakukan para penyusun laporan keuangan adalah berupaya untuk mencari
celah diantara rumusan peraturan-peraturan tersebut. Bila tidak ada celah yang bisa
dieksploitasi, mereka berinovasi menciptakan proses berbisnis baru yang perlakuan
akuntansinya dapat lolos dicelah-celah peraturan tersebut. Inilah pada dasarnya yang
dilakukan oleh Enron dan WorldCom.

Daftar Pustaka :
Schroeder, Richard G., Myrtle W. Clark, and Jack M. Cathey, 9thedition. Financial
Accounting Theory and Analysis: Text and Cases. John Wiley & Sons, 2009, Chapter 1:
The Development of Accounting Theory

Rasyid, ER., Pelaporan Keuangan Semenjak Akhir 1800an Sebelum the Great Depression ke
Awal 2000an Setelah Krisis Global Ekonomi: Refleksi Integritas Akuntan, Pidato
Pengukuhan GB Akuntansi, Universitas Andalas, 2010

Lange, BrenDa, The STock MarkeT craSh of 1929: The end of Prosperity, 2007, Chelsea
House Publishers

Schroeder: Ch 1 The Development of Accounting Theory

www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai