A. Pengenalan Teori
1. Pengertian Teori
Secara harfiah teori dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan, secara luas teori
dapat diartikan sebagai : “Pengetahuan yang diorganisasikan secara sistematis, dapat
digunakan dalam berbagai jenis keadaan yang lebih luas, sistem asumsi-asumsi, prinsip dan
aturan prosedur untuk menganalisa, prediksi atau penjelasan tentang sifat-sifat kejadian
dalam rangkaian terspesifikasi sebuah fenomena.” (Webster).
Idealnya, tidak seharusnya ada perbedaan dalam mendefinisikan teori, karena pengembangan
teori yang baik dan menyeluruh meliputi kedua hal, yaitu tentang apa yang seharusnya terjadi
dan apakah sesuatu itu.
Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menyediakan satu set prinsip-prinsip dan
hubungan-hubungan yang mendefinisikan praktek-praktek yang telah diobservasi dan
memperkirakan praktek-praktek yang belum diobservasi. Jadi, teori akuntansi seharusnya
mampu mendefinisikan mengapa perusahaan memilih suatu metode akuntansi daripada
metode lainnya dan dapat memungkinkan pengguna untuk memprediksikan atribut
perusahaan dari berbagai macam metode akuntansi. Dan dalam hal lain, teori akuntasi harus
diverifikasi melalui penelitian akuntansi.
3. Teori Akuntansi
Papirus Zenon juga memberikan bukti sistem akuntansi yang terinci telah digunakan
di Yunani sejak abad kelima sebelum masehi. Sistem akuntansi zenon ini berisi ketentuan-
ketentuan akuntansi pertanggungjawaban, catatan tertulis atas seluruh transaksi, akun kusus
untuk pembayaran upah pada karyawan, catatan persediaan, dan catatan akuisisi aset serta
pelepasannya atau penghentian aset. Selain itu, sistem akuntansi-nya juga terdapat bukti
bahwa semua akun telah diaudit.
Pada tahun 1939 Committee on Accounting Procedure (CAP) dibentuk. Komite ini
memiliki wewenang untuk mengeluarkan pernyataan mengenai hal-hal berkaitan praktek dan
prosedur akuntansi dalam rangka membangun praktek yang berlaku umum. Komite ini mulai
mempublikasikan riset dan menerbitkan buletin terminologi akuntansi yang bertujuan agar
lebih ada keseragaman dalam akuntansi dan audit. Komite ini menerbitkan sebanyak 42
bulletin dengan 42 topik dan beberapa topik yang mengatur akuntansi atas transaksi bisnis
lainnya.
Pada tahun 1959 metode merumuskan prinsip akuntansi yang dipertanyakan tidak muncul
dari riset atau tidak berdasarkan teori. CAP juga dikritik karena bertindak dengan cara yang
pelan dan mengeluarkan standar, yang dalam banyak kasus, tidak konsisten. AICPA
menanggapi kekurangan CAP dengan membentuk Accounting Principle Board (APB).
Tujuan dari badan ini adalah untuk memajukan ekspresi tertulis dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum, untuk mempersempit perbedaan dalam praktek, dan untuk membahas isu-isu
yang belum diselesaikan dan kontroversial.
2) Struktur dewan.
Delapan besar perusahaan akuntan publik ( pada saat itu ) otomatis mewakilkan satu
anggota dan disana biasanya ada lima atau enam perusahaan akuntan publik yang lain di
dalam APB.
Sebagai hasil dari kritik yang tumbuh dari APB, pada tahun 1971, dewan direksi dari
AICPA menunjuk dua komite. Wheat Committeeyang diketuai oleh Francis Wheat, adalah
untuk mempelajari bagaimana prinsip-prinsip akuntansi keuangan harus
ditetapkan.Trueblood Committee yang diketuai oleh Robert Trueblood, diminta untuk
menentukan tujuan laporan keuangan.
1) Memperbaiki kegunaan pelaporan keuangan dengan fokus pada karakteristik utama yaitu
relevan dan keandalan dan pada kualitas komparibilitas dan konsistensi.
2) Menjaga standar yang ada untuk merefleksikan perubahan dalam metode pelaksanaan
bisnis dan perubahan dalam lingkungan ekonomi.
5) Memperbaiki pemahaman utama tentang sifat dan tujuan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan.
Respon atas kasus ini mirip dengan apa yang dilakukan menghadapi Great
Depression tahun 1930. Politisi di parlemen AS didukung oleh masyarakat profesional
akuntansi bereaksi cepat dimana tahun 2002 itu juga diundangkanlah apa yang dikenal
dengan the Sarbanes-Oxley Act. Undang-undang ini dirancang untuk mengembalikan
kepercayaan publik dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kisah-kisah manipulatif
seperti telah terjadi sebelumnya itu. Hal ini dilakukan dengan memperkuat corporate
governance dan memperketat fungsi audit baik audit internal ataupun audit eksternal.
Untuk itu dibentuklah Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
berkuasa menentukan standar auditing. Dengan undang-undang ini, regulasi yang mengatur
profesi audit dan pelaksanaan audit dipertegas dan diperketat. Misalnya auditor tidak boleh
memberikan layanan jasa non-audit kepada kliennya. Disamping itu eksekutif non-manajerial
yang fungsi utamanya adalah pada pengawasan (oversight), yang kita kenal sebagai dewan
komisaris, diharuskan memiliki institusi komite audit dimana tugas utamanya memastikan
kredibilitas laporan keuangan. Auditor yang mengaudit laporan keuangan diharuskan untuk
berkomunikasi dengan komite audit. Pada dasamya, undang-undang ini mereformasi tata-
kelola pelaporan keuangan (governance over financial reporting) dengan harapan
menghilangkan praktek akuntansi dan pelaporan keuangan yang manipulatif. Misalnya,
dengan diharuskannya oleh undang-undang berfungsinya komite audit, diharapkan semacam
kolusi antara akuntan penyusun laporan keuangan dengan akuntan pengaudit laporan
keuangan dapat dihindarkan. Langkah-langkah reformasi tata-kelola pelaporan keuangan
seperti ini, juga diikuti oleh banyak negara lain termasuk Indonesia.
C. Pemikiran Akuntansi
Ekonomi global yang sebenarnya muncul sejak tahun 1990an, dengan banyaknya
perusahaan Amerika Serikat mulai menghasilkan pendapatan dan laba dalam jumlah
signifikan di pasar internasional. Perusahaan multinasional dihadapkan pada keputusan
pengalokasian sumber daya mereka pada penggunaan yang lebih efisien. Alokasi ini tidak
bisa disempurnakan tanpa akurasi dan keandalan infromasi keuangan. Perusahaan mencari
kesempatan modal atau investasi melampaui batas nasional atas biaya yang dihadapi dan isu
terkini. Perusahaan pencari modal harus merekonsialiasi laporan keuangannya ke aturan-
aturan akuntansi negara dimana mereka mecari modal dan investor harus mengidentifikasi
perbedaan pelaporan di luar negeri. Maraknya persyaratan ekonomi global adalah sebuah
proses yang disederhanakan. Kemudian, ada tekanan untuk menyelaraskan dengan standar
akuntansi internasional.
The International Accounting Standards Board ( IASB ) adalah sebuah badan sektor
privat independen yang dibentuk pada tahun 1973 untuk mencapai tujuannya. Tujuannya
tersebut adalah :
IASB juga mengembangkan kerangka konseptual yang berjudul Framework for the
Preparation and Presentation of Financal Statements. Kesimpulan artikulasi dalam terbitan
ini hampir sama dengan apa yang terkandung di dalam FASB’s Conceptual Framework
Project. Yaitu, tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna
bagi cakupan luas penggunanya untuk tujuan pengambilan keputusan. Informasi ini harus
terdiri dari karakteristik kualitatif relevansi, keandalan, komparabilitas dan dapat dimengerti.
Ada dua reformasi standar akuntasi dan pelaporan yang dilakukan, yaitu :
1) Akuntansi keuangan yang selama ini berbasis biaya historis (historical cost
accounting) mulai digerakkan menuju apa yang disebut dengan fair value accounting.
2) Standar akuntansi yang selama ini disusun dengan pendekatan berbasis ketentuan
(rules based approach) direvisi dengan standar akuntansi dengan pendekatan berbasis
prinsip (principles based approach).
Daftar Pustaka :
Schroeder, Richard G., Myrtle W. Clark, and Jack M. Cathey, 9thedition. Financial
Accounting Theory and Analysis: Text and Cases. John Wiley & Sons, 2009, Chapter 1:
The Development of Accounting Theory
Rasyid, ER., Pelaporan Keuangan Semenjak Akhir 1800an Sebelum the Great Depression ke
Awal 2000an Setelah Krisis Global Ekonomi: Refleksi Integritas Akuntan, Pidato
Pengukuhan GB Akuntansi, Universitas Andalas, 2010
Lange, BrenDa, The STock MarkeT craSh of 1929: The end of Prosperity, 2007, Chelsea
House Publishers
www.academia.edu