Anda di halaman 1dari 41

EVALUASI DAN PROGRAM PEMELIHARAAN

JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE BRIDGE


MANAGEMENT SYSTEM (BMS) 1993
STUDI KASUS: JEMBATAN RANGKA BAJA KALI BOGOWONTO, KABUPATEN
PURWOREJO
MUH PRATITO ANDITYA NARARYA
11/ 312658/ TK/ 37575

OUTLINE
1.

Pendahuluan

2.

Landasan Teori

3.

Metode Penelitian

4.

Penilaian Kondisi (Level 5 s.d Level 1)

5.

Skrining Teknis

6.

Rehabilitasi Sub Elemen Jembatan

7.

Rancangan Anggaran Biaya

8.

Kesimpulan & Saran

1.PENDAHULUAN
i.

Latar Belakang
Definisi
Jembatan

(2008)

Bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai


penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai,
saluran, lembah dan selat, atau laut, jalan raya dan jalan
kereta api

Ekonomi

Pendidikan

Grou
pA

Sosial

Budaya

Bridge picture source www.brighthubengineering.com

Evaluasi Kondisi &


Perawatan Jembatan

Lokasi: Kecamatan Bagelen, Kab. Purworejo

1.PENDAHULUAN

1.PENDAHULUAN
ii. Tujuan

Penelitian

a)

Melakukan penelitian kondisi Jembatan Kali Bogowonto, kemudian memasukkan data nilai jembatan ke
dalam BMS 1993.

b)

Mengetahui nilai kondisi dan usulan penanganan yang dihasilkan oleh BMS 1993.

c)

Menentukan rencana penanganan yang sesuai dengan nilai kondisi jembatan dari hasil proses skrining teknis
menggunakan software IBMS

d)

Menganalisis Rencana Anggaran Biaya dari usulan penanganan.

iii.Batasan

Masalah

a)

Penelitian dilakukan pada Jembatan Kali Bogowonto di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dengan
mengambil jenis jembatan berupa jembatan rangka baja sejumlah 1 buah.

b)

Digunakan Bridge Management System 1993 untuk menilai kondisi jembatan.

c)

Penilaian kondisi kerusakan dilakukan secara pengamatan visual langsung di lapangan.

d)

Pengolahan data kondisi jembatan menggunakan program komputer IBMS dan penanganan yang dihasilkan
bersifat indikatif, sehingga diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan perencanaan perawatan.

e)

Rencana anggaran biaya (RAB) disusun berdasarkan usulan penanganan dari skrining teknis IBMS.

2. LANDASAN TEORI
Sistem
Manajemen
Jembatan (SMJ)
(IBMS)
Sistem Manajemen
Jembatan
antar
Kota

Fungsi

Dikembangkan oleh Dirjen Bina Marga untuk merancang dan melaksanakan


perawatan jembatan dimulai dari masa perencanaan jembatan hingga akhir dari
masa layan jembatan. Tahap pertama yang dikembangkan yaitu IBMS.
Digunakan untuk jembatan yang terletak di jalan nasional dan jalan provinsi,
mencakup Sistem Manajemen Informasi Komputer (IBMS-MIS) yang berisi database
jembatan dan sejumlah progam komputer (Bina Marga, 1993).
a) Memasukkan dan mengambil data pemeriksaan jembatan serta data lainnya.
b) Mempersiapkan laporan jembatan sesuai standar.
c) Melihat database inventaris jembatan dan mengambil data sesuai kebutuhan
informasi.
d) Skrining dan menyusun peringkat jembatan serta mempersiapkan program
penanganan.
e) Mempersiapkan program pemeriksaan jembatan tahunan dan lima tahunan.
f) Analisis dalam strategi penanganan untuk menentukan jenis penanganan
jembatan yang optimum.

2. LANDASAN TEORI
Tabel 2.1
HIRARKI
JEMBATAN

Level 5

Untuk membedakan elemen individual dengan tipe yang sama


dalam lokasi yang berbeda.

Level 4

Elemen secara garis besar kemudian dipisah-pisahkan menjadi


beberapa elemen elemen individual pada jembatan secara
keseluruhan.

Level 3

Tiap komponen jembatan dibagi kedalam beberapa elemen


secara garis besar

Level 2

Hirarki yang mewakili beberapa komponen jembatan.

Level 1

Hirarki mengenai keseluruhan jembatan (Kode Elemen 1.000)

2. LANDASAN TEORI
LEVEL 5

LEVEL 4

LEVEL 3

LEVEL 2

http://www.micronart.com/

Sambungan pada
bentang (B) 1,
memanjang (X) 4,
melintang (Y) 2,
dan vertikal (Z) 2

Sambungan pada
seluruh jembatan

Rangka

LEVEL 1

Jembatan

Bangunan Atas
Jembatan

2. LANDASAN TEORI
KODE
KERUSAKAN

Tabel
2.2
Jembatan

Kerusakan

Kerusakan
Material

Material

Tabel
2.3
Jembatan

Kerusakan

Elemen

Kerusakan
Elemen

Batu Bata

Aliran Sungai

Beton

Bangunan Pengaman

Baja

Timbunan

Kayu

Tanah Bertulang
Angker-Jembatan Gantung &
Jembatan Kabel
Kepala Jembatan & Pilar
Dan sebagainya

2. LANDASAN TEORI
SISTEM
PENOMORAN

Penomoran Elemen
Jembatan

Penomoran Komponen
Utama Jembatan

Penomoran
Elemen
Arah
Memanjang

Penomoran
Elemen
Arah
Melintang

2. LANDASAN TEORI

SISTEM
PENILAIAN
KONDISI ELEMEN (Tabel
2.4 & 2.5)
Pertanyaan

Penjelasan

Struktur Apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak


(S)

Kriteria

Nilai

Berbahaya

Tidak Berbahaya

Kerusakan Sampai manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena Dicapai sampai kerusakan
parah
(R) kerusakan tersebut (parah atau ringan)
Dicapai sampai kerusakan
ringan
Perkembangan/ Apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas, artinya Meluas - 50% atau lebih
Volume apakah kerusakan tersebut terdapat pada kurang atau lebih dari mempengaruhi kerusakan
(K) 50% dari panjang, luas atau volume elemen
Tidak meluas - < 50%
mempengaruhi kerusakan
Fungsi Apakah elemen tersebut masih berfungsi
Elemen tidak berfungsi
Elemen berfungsi
(F)
Pengaruh Apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius Mempengaruhi elemen lain
(P) terhadap elemen yang lain atau arus lalu lintas
Tidak mempengaruhi elemen
lain
Nilai Kondisi
NK = S + R + K + F + P

1
0
1
0
1
0
1
0
0 s.d. 5

2. LANDASAN TEORI
SISTEM
PENILAIAN
KONDISI ELEMEN
NILAI KONDISI LEVEL 5
SISTEM PENILAIAN = S + R + K + F + P

KRITERIA
KAPASITAS
LALU LINTAS
Lebar Jembatan (m)
< 3.0

NILAI KONDISI LEVEL 4


SISTEM PENILAIAN = S + R + K + F + P

NILAI KONDISI LEVEL 3


SISTEM PENILAIAN = S + R + K + F + P

NILAI KONDISI LEVEL 1 (JEMBATAN)


SISTEM PENILAIAN = F + P

Standar Kebijakan

Berapapun Terlalu sempit, tidak dapat diterima

> 3.0 s.d. < 4.5

> 2000

Terlalu sempit, tidak dapat diterima

> 4.5 s.d. < 6.0

> 3000

Terlalu sempit, tidak dapat diterima

> 6.0 s.d. < 7.0

> 8000

Terlalu sempit, tidak dapat diterima

> 7.0 s.d. < 14.0

> 20000

Terlalu sempit, tidak dapat diterima

> 14.0
NILAI KONDISI LEVEL 2
SISTEM PENILAIAN = F + P

LHR

Berapapun Dapat diterima

2. LANDASAN TEORI
SKRINING
TEKNIS

Penyaringan dari database terhadap jembatan-jembatan yang


memerlukan suatu penanganan karena kurangnya kapasitas
lalulintas, kurangnya kekuatan atau kondisinya yang buruk
Parameter

Kondisi

Nilai

Kategori

0-2

Baik s.d. Rusak Ringan

Pemeliharaan Rutin/
Berkala

Rusak Berat

Rehabilitasi

Kritis atau Runtuh

Penggantian

Cukup Lebar

Pemeliharaan Rutin

Terlalu Sempit

Duplikasi, Penggantian,
Pelebaran

Cukup Kuat

Pemeliharaan Rutin

Tidak Memenuhi
Standar

Perkuatan atau
Penggantian

3
4-5

Lalulintas

Beban

Penanganan Indikatif

Usulan yang dihasilkan oleh skrining teknis masih bersifat


indikatif, diperlukan verifikasi Bridge/ Planning Engineer dengan
pemeriksaan khusus di lapangan

3. METODE PENELITIAN

DATA

DATA
PRIMER

a) Formulir
laporan
pemeriksaan
detail
jembatan dengan standar
BMS
b) Kertas dan alat tulis,
c) Kamera
d) Meteran
e) Komputer dengan program
IBMS

DATA
SEKUNDE
R
a) Peta ruas jalan nasional
b) Laporan data lalu lintas
c) Laporan data inventaris
jembatan
yang
akan
diperiksa
d) Laporan
data
riwayat
pemeriksaan jembatan
e) Daftar harga satuan untuk
wilayah
Provinsi
Jawa
Tengah tahun anggaran
2015

PENGUMPULAN
DATA PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Survey langsung pada lokasi jembatan dengan mengamati


kondisi tiap elemen/ komponen jembatan dan menentukan Nilai
Kondisi dari level 5 hingga level 1

TAMPILAN
PROGRAM IBMS

Tampilan Depan Program IBMS

ANALISIS DATA
MENGGUNAKAN
IBMS

a) Nilai Kondisi elemen dan komponen jembatan


serta lalu lintas harian rata-rata (LHR) di
input ke dalam program IBMS

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN
b) Dilakukan skrining teknis berdasarkan NK untuk
disaring ke dalam beberapa kriteria (Nilai Kondisi
jembatan dan lebar jembatan). Kemudian dari
skrining teknis tersebut menghasilkan usulan
rencana penanganan kerusakan jembatan.

c) Usulan rencana penanganan kerusakan jembatan


ditinjau kembali apakah sesuai untuk perencanaan
penanganan, kemudian dihitung rencana anggaran
biaya perbaikan menggunakan metode analisa
harga satuan sesuai dengan jenis penanganan yang
diusulkan dari proses skrining teknis.

4. PENILAIAN KONDISI

DATA
INVENTARISASI
JEMBATAN
No. Jembatan

Nama Jembatan
Kali Bogowonto

Cabang

Lokasi

km
54+704

Kab.
Purworejo

Panjang
Bentang
46.6 m

Ruas Asal
Magelang

Lbr. Lantai
7m

Fondasi
Tipe
Bahan
Tiang Bor
Beton
Bertulang

Tipe

Lintasan
Provinsi Jawa Tengah

Lbr.
Trotoar
2m

Tipe Jembatan
Rangka Baja
Australia
BANGUNAN ATAS
Tinggi
Ruang
Bebas
5.2 m

BANGUNAN BAWAH
Pilar
Bahan
Dua Kolom
Beton
Bertulang

Jml. Bentang
Sungai

Tahun

4
Total Panjang

1989

Permukaan
Lantai
Beton Bertulang +
Aspal

186.5 m

Sandaran
Pipa besi

Kepala Jembatan
Tipe
Bahan
Dinding Penuh
Beton Bertulang

4. PENILAIAN KONDISI

PENILAIAN
KONDISI LEVEL 5
&4
a) Aliran Air Utama (4.212)
Dokumentasi

Volume

Dokumentasi

Volume

140 m3

Elemen (Kode)

Aliran air utama (4.212)

Elemen (Kode)

Aliran air utama (4.212)

Kerusakan (Kode)

Endapan/
berlebih (501)

Kerusakan (Kode)

Sampah menumpuk (502)

Lokasi
Level 5
NK (S+R+K+F+P)
Level 4
NK (S+R+K+F+P)

lumpur

Lokasi

Pilar 1 (P1)
2
2

Level 5: struktur (S), fungsi (F) &


pengaruh (P) nilai 0; kerusakan (R) &
perkembangan (K) nilai 1 karena
endapan yang menghalangi lebih dari
50% aliran air utama dikhawatirkan
menutup aliran air bila tidak ditangani.

Level 4: (S), (K) & (F) bernilai 0


karena endapan dan tumpukan
sampah hanya terjadi pada pilar 1
dan elemen secara keseluruhan
aman dan berfungsi. Untuk (R) &
(P) bernilai 1 karena dikhawatirkan
endapan dan tumpukan sampah
mengubah arah aliran air sehingga
mengikis dinding tanah serta
menyebabkan
beban
lateral
tambahan di pilar nomor 1.

Pilar 1 (P1)
Level 5

NK (S+R+K+F+P)

3
Level 4

NK (S+R+K+F+P)

Level 5: (S) & (F) nilai 0; (R) (K) & (P) nilai 1
karena tumpukan sampah yang menghalangi
lebih dari 50% aliran air utama dikhawatirkan
mengubah
arah
aliran
air
sehingga
menyebabkan pengikisan pada dinding tanah
serta mempengaruhi kondisi pilar karena

Karena dampak tumpukan


sampah
dinilai
lebih
berpotensi
mempengaruhi
elemen jembatan dibanding
dampak endapan lumpur,
maka diambil nilai kondisi

4. PENILAIAN KONDISI
b) Batang Tepi Atas (4.461)
Level 4: (R) & (K) nilai 1 karena
munculnya tanda karat kecil pada
permukaan
elemen
baja
mengindikasikan penurunan mutu
lapisan pelindung lebih lanjut, dan
elemen yang mengalami kerusakan
melebihi 50% dari keseluruhan
Elemen (Kode)
Batang tepi atas (4.461) elemen batang tepi atas. (S), (F), &
(P) nilai 0.
Kerusakan (Kode)
Penurunan mutu lapis
Level 4: (R) & (K) nilai 1 karena
pelindung karat (301)
munculnya tanda karat kecil pada
Lokasi
Semua bentang (B)
permukaan
elemen
baja
mengindikasikan penurunan mutu
Level 5
lapisan pelindung lebih lanjut,
NK (S+R+K+F+P)
ditambah
tumpukan
sampah
Level 4
seperti
dedaunan
yang
meningkatkan
kelembapan
dan
NK (S+R+K+F+P)
2
berpotensi mempercepat proses
pengkaratan.
Elemen
yang
Penurunan mutu lapisan pelindung
mengalami kerusakan ini sudah
karat terjadi pada keseluruhan
melebihi 50% dari keseluruhan
elemen batang tepi atas, maka
elemen batang tepi bawah. (S), (F),
untuk sistem penilaian kondisi
& (P) bernilai 0
dilakukan pada level 4.
Dokumentasi

Volume

c) Batang Tepi Bawah (4.462)


Dokumentasi

Elemen (Kode)

Volume

Batang
(4.462)

tepi

bawah

Kerusakan (Kode)

Penurunan mutu lapis


pelindung karat (301)
Lokasi
Semua bentang (B)
Level 5
NK (S+R+K+F+P)
Level 4
NK (S+R+K+F+P)
2

Penurunan mutu lapisan pelindung


karat terjadi pada keseluruhan
elemen batang tepi bawah, maka
untuk sistem penilaian kondisi
dilakukan pada level 4.

4. PENILAIAN KONDISI
e) Gelagar Melintang (4.468)

d) Batang Diagonal (4.463)


Dokumentasi

Elemen (Kode)
Kerusakan (Kode)
Lokasi
NK (S+R+K+F+P)
NK (S+R+K+F+P)

Volume

Batang diagonal (4.463)


Penurunan
mutu
lapis
pelindung karat (301)
Semua bentang (B)
Level 5
Level 4
2

Penurunan mutu lapisan pelindung karat


terjadi pada keseluruhan elemen batang tepi
atas, maka untuk sistem penilaian kondisi
dilakukan pada level 4.
Level 4: (R) & (K) nilai 1 karena munculnya titik-titik
karat
kecil
pada
permukaan
elemen
baja
mengindikasikan penurunan mutu lapisan pelindung
lebih lanjut, serta elemen yang mengalami
kerusakan melebihi 50% dari keseluruhan elemen

Dokumentasi

Volume

Elemen (Kode)

Gelagar melintang (4.468)

Kerusakan (Kode)

Karat (302)

Lokasi

B(1) X(2)
Level 5

NK (S+R+K+F+P)

2
Level 4

NK (S+R+K+F+P)

Level 5: Elemen gelagar melintang ke 2 pada bentang nomor 1


mengalami karat, (R) & (K) nilai 1 karena karat perlu
mendapatkan perhatian serius untuk diperbaiki sebab telah
melebihi 50 % dari permukaan elemen baja. Untuk (S), (F), & (P)
nilai 0
Level 4: (R) & (K) nilai 1 karena karat terjadi lebih dari 50 % dari
keseluruhan elemen gelagar melintang. Untuk (S), (F), & (P) nilai
0

f)

4. PENILAIAN KONDISI

Sambungan (4.469)
Dokumentasi

Volume

Dokumentasi

Volume

Level 4: keseluruhan elemen


sambungan kerusakan yang
dijumpai adalah karat. Maka
(R), (K) & (P) adalah 1.
Untuk (S) & (F) nilai 0

Elemen (Kode)
Kerusakan (Kode)
Lokasi
NK (S+R+K+F+P)
NK (S+R+K+F+P)

Sambungan (4.469)
Karat (302)
B(1) X(3) Y(2) Z(2)
Level 5
3
Level 4
3

Level 5: Bentang ke 1 memanjang ke 3 melintang


ke 2 mengalami karat. Untuk (R), (K) & (P) nilai 1
karena karat mudah menjalar dan membuat
keropos sambungan serta luasan pelat yang
terkena karat melebihi 50%, apabila tidak
ditangani maka akan menyebabkan beban
tambahan pada baut sehingga mengakibatkan
kerusakan pada sambungan karena gerakan
mengembang karat dapat merenggangkan

Elemen (Kode)
Kerusakan (Kode)
Lokasi
NK (S+R+K+F+P)
NK (S+R+K+F+P)

Sambungan (4.469)
Karat (302)
Semua bentang (B)
Level 5
Level 4
3

Karat terjadi pada keseluruhan elemen


sambungan (baut), maka untuk sistem
penilaian kondisi dilakukan pada hierarki
elemen jembatan yang lebih tinggi yaitu
level 4.

4. PENILAIAN KONDISI

g) Gelagar Memanjang (4.501)


Dokumentasi

Volume

Elemen (Kode)

h) Lapis Permukaan Lantai


(4.505)Dokumentasi

Volume

Gelagar
memanjang
(4.501)
Karat (302)

Kerusakan (Kode)
Lokasi

B(4) X(9) Y(2)


Level 5

NK (S+R+K+F+P)

2
Level 4

NK (S+R+K+F+P)

Level 5: Bentang nomor 4 memanjang ke 9


melintang ke 2 mengalami kerusakan karat
pada permukaannya. Untuk (S), (F) & (P) nilai 0.
Untuk (R) & (K) nilai 1 karena karat cenderung
meluas apabila tidak segera ditangani dan
perkembangan karat melebihi 50% dari luas
permukaan baja.
Level 4: (R) & (K) nilai 1 karena karat
cenderung meluas pada baja bila tidak
ditangani dan lebih dari 50% elemen
gelagar memanjang berkarat. Untuk (S),
(F) & (P) nilai 0.

Level 4: (S), (R), (K) & (F)


Elemen (Kode)
Lapis permukaan lantai
dinilai 0. Untuk (P) nilai 1
(4.505)
karena retak pada aspal
Kerusakan (Kode)
Retak (722)
pada bentang nomor 3
Lokasi
B(2)
bila tidak ditangani dapat
Level 5
terbentuk
menjadi
NK (S+R+K+F+P)
2
lubang
sehingga
Level 4
mempengaruhi
NK (S+R+K+F+P)
1
keamanan
dan
Level 5: bentang nomor 2 terdapat retak pada lapisankenyamanan lalu lintas.
aspal. Retak pada lapisan perkerasan merupakan
tanda
awal
terbentuknya
lubang
dan
akan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan arus
lalulintas pada perkerasan, maka (R) & (P) dinilai 1.

i)

Sambungan Expansion Joint


(4.604)
Dokumentasi

Volume

Elemen (Kode)

Sambungan
expansion
joint
(4.604)

Kerusakan (Kode)

Retak (806)
P(1); P(2); P(3)

Lokasi
Level 5
NK (S+R+K+F+P)
Level 4
NK (S+R+K+F+P)

3
3

4. PENILAIAN KONDISI
Level 5: Expansion joint (tipe asphaltic plug joint) antara B3
dengan B4 mengalami retak pada aspal akibat pergerakan
sambungan arah horizontal. Untuk (R), (K) & (P) dnilai 1 karena
retak terjadi sepanjang lebar lantai kendaraan, berpotensi
meningkatkan beban kejut kendaraan dan dikhawatirkan air
dapat masuk melalui retak tersebut dan membuat pelat baja
pada struktur expansion joint asphaltic plug menjadi berkarat.
Retak dan dan permukaan yang bergelombang pada expansion
joint juga mempengaruhi kenyamanan. Untuk (S) & (F) dinilai 0

Level 4: nilai 1 untuk (R), (K) & (P) karena retak terjadi pada
seluruh elemen sambungan expansion joint jembatan, dan
dikhawatirkan pelat baja didasar expansion joint menjadi
berkarat akibat air yang merembes melalui retakan. Selain itu,
retakan dan permukaan yang bergelombang pada sambungan
expansion joint dianggap mengganggu kenyamanan arus
lalulintas. Pada (S) & (F) dinilai 0

j)

Bantalan Mortar (4.614)


Dokumentasi

4. PENILAIAN KONDISI

k) Bantalan Mortar (4.614)

Volume

Dokumentasi

Volume

Level 5: Elemen pada B4


mengalami
kerusakan
yaitu
lampu pecah dan kabel putus.
Maka (S) bernilai 0. Dan (R), (K),
(F) & (P) bernilai 1 karena lampu
tidak berfungsi dan berbahaya
untuk lalulintas pada malam hari
karena jembatan menjadi kurang
penerangan.
Elemen (Kode)
Kerusakan (Kode)

Bantalan mortar (4.614)


Pecah (603)

Lokasi

A(1)
Level 5

NK (S+R+K+F+P)

Elemen (Kode)

Lampu penerangan (4.721)

Kerusakan (Kode)
Lokasi

Pecah (921)
Level 5

NK (S+R+K+F+P)

Level 4
NK (S+R+K+F+P)

B(4)
4
Level 4

Level 5: pada A1 Y2 terdapat


permukaan yang pecah, dimungkinan
penyebabnya adalah celah antara
bantalan mortar dengan neoprene
yang terisi batu. Maka (R) nilai 1, untuk
(S), (K), Level
(F) & (P)
4: dinilai
Hanya0.ditemukan 1 bantalan
yang pecah maka (S), (K), (F) & (P)
dinilai 0. Untuk (R) dinilai 1.

NK (S+R+K+F+P)

Level 4: Untuk (S), (K), (F) & (P)


diberi nilai 0 karena hanya lampu
pada B4 yang rusak. Untuk (R)
diberi nilai 1 karena diperlukan
perbaikan pada elemen lampu
yang pecah.

PENILAIAN
KONDISI LEVEL 3

PENILAIAN
KONDISI LEVEL 2

PENILAIAN
KONDISI LEVEL 1
PENILAIAN
KAPASITAS
LALULINTAS

4. PENILAIAN KONDISI

LEVEL 3
Kode

Elemen

Nilai Kondisi

Kerusakan

3.210

Aliran Sungai

Sedimentasi
sampah

3.450

Rangka

Karat
dan
penurunan
pelindung karat

mutu

3.500

Sistem Lantai

Karat dan retak


permukaan lantai

lapis

3.600
3.610
3.700

Expansion Joint
Landasan/ perletakan
Perlengkapan

Retak pada aspal


Pecah
Rusak

Kode
2.200
2.400

dan

Elemen Level 3
Elemen
Aliran Sungai/ Timbunan
Bangunan Atas

Elemen Level 1
Kode
Elemen
1.000
Jembatan

S
0

tumpukan

pada

S
0
0

R
1

R
1
1

NK

0
0
0

1
0
1

1
0
0

0
0
0

1
0
0

3
0
1

Nilai Kondisi
K
F
P
0
0
1
1
0
0

Nilai Kondisi
K
F
1
0

P
0

NK
2
2

NK
2

LHR tahunan pada Jembatan Kali Bogowonto tahun 2015 sebesar 23.397 smp.
Berdasarkan Tabel 3.6 Kriteria Kapasitas Lalulintas, maka standar kebijakan yang
diambil adalah lebar jembatan terlalu sempit dan tidak dapat diterima karena
lebar jembatan sebesar 7 meter dengan LHR lebih besar dari 20.000 smp.

5. SKRINING TEKNIS

HASIL SKRINING
TEKNIS

Usulan penanganan pada jembatan berupa rehabilitasi sub elemen.


Hasil dari skrining teknis berupa penanganan yang disarankan,
sehingga untuk perencanaan perawatan jembatan diperlukan inspeksi
ulang atau inspeksi khusus.

6. REHABILITASI SUB ELEMEN


A. REHABILITASI ALIRAN AIR
UTAMA
1)
Kerusakan
501

Pengendapan/
JEMBATAN
Pendangkalan
a) Pengerukan endapan lumpur sehingga profil sungai kembali ke bentuk yang seharusnya.
b) Pemeriksaan pada daerah hulu jembatan untuk kemungkinan mengalami degradasi
2) Kerusakan 502 Penumpukan Sampah dan
Hambatan
Pengerukan dan pembersihan sampah yang menumpuk pada pile cap.
B. REHABILITASI PADA SISTEM
RANGKA
1)
Kerusakan 301 Penurunan

Mutu

Lapisan

Pelindung

Terhadap Karat
a) Permukaan lapisan pelindung dibersihkan dan dilakukan pengecatan ulang sebagai bagian dari
pemeliharaan rutin.
b) Pembersihan dilakukan dengan cara mencuci dan menyikatnya pada bagian yang berkarat
menggunakan sikat kawat dengan memperhatikan jika pembersihan yang terlalu lama pada satu
tempat dapat menyebabkan timbulnya goresan pada permukaan. Segera dilakukan pengecatan
dengan cat dasar setelah persiapan dan pembersihan permukaan untuk mencegah munculnya kawat
kembali dan dilakukan pada hari yang sama dengan pekerjaan pembersihan permukaan.

6.
REHABILITASI
SUB
ELEMEN
1) Kerusakan 301 Penurunan Mutu Lapisan Pelindung Terhadap Karat
(Lanjutan)
JEMBATAN
c) Pengecatan dapat menggunakan kuas, penyemprotan udara, dan penyemprotan
dengan hampa
udara. Cat yang digunakan dibagi menjadi cat dasar jenis Alkyd Zinc Chromate dengan ketebalan 40
mikron (minimum) dan cat akhir jenis Alkyd Enamel dengan ketebalan 50 mikron (minimum). Sistem
pengecatan yang digunakan (untuk lingkungan normal) yaitu:
) Lapisan ke 1 setebal 40 mikron berupa cat dasar Alkyd Zinc Chromate
) Lapisan ke 2 setebal 40 mikron berupa lapisan dasar Alkyd
) Lapisan ke 3 setebal 35 mikron berupa lapisan Alkyd Enamel
) Lapisan ke 4 setebal 35 mikron berupa lapisal Alkyd Enamel
Sehingga keseluruhan tebal lapisan cat kering akhir minimum sebesar 150 mikron.

6. REHABILITASI SUB ELEMEN


B. REHABILITASI PADA SISTEM RANGKA
JEMBATAN
(LANJUTAN)
2)
Kerusakan 302 Karat pada Elemen Baja
a) Membersihkan secara menyeluruh permukaan baja yang berkarat sehingga dapat diketahui luas
penampang baja yang rusak/ hilang. sehingga untuk penanganannya dapat berupa pembersihan dan
pengecatan seperti yang dibahas pada kerusakan 301.

C. REHABILITASI PADA LAPIS


PERMUKAAN LANTAI
a) Lapis permukaan lantai yang retak dikupas hingga terlihat permukaan pelat lantai.
b) Lubang bekas galian dibersihkan dan dilapisi dengan bituminous primer (lapisan aspal dasar), kemudian
diisi dengan bahan lapisan perkerasan yang sesuai lalu dipadatkan.
c) Atau dapat digunakan aspal cair untuk mengisi rongga pada retakan yang ada.

6. REHABILITASI SUB ELEMEN


D. REHABILITASI PADA EXPANSION JOINT TIPE ASPHALTIC PLUG
JEMBATAN
JOINT
a)
Mengupas aspal yang retak dan rusak sepanjang expansion dan membuang setiap aspal yang dikupas.
b) Memeriksa kondisi siar muai yang terpasang.
c) Kasarkan dan bersihkan seluruh permukaan lantai yang terbuka pada bagian atas pelat baja atau lantai
jembatan.
d) Melapisi permukaan lantai

yang terbuka, plat gelincir dan sisi dari aspal yang dipotong dengan

menggunakan lem epoxy yang telah disetujui penggunaanya.


e) Kemudian mengisi permukaan yang telah dilapisi dengan lem epoxy menggunakan cairan aspal lentur
yang stabil (jenis asphaltic plug). Apabila bahannya terlalu kenyal maka dapat distabilkan dengan cara
pemanasan dan menambahkan serbuk gergaji. Biarkan aspal sampai mengeras sebelum lalu lintas
dibuka.

Retak pada Aspal Sebelum Perbaikan

Perbaikan Aspal yang Retak pada Sambungan Expansion Jo

6. REHABILITASI SUB ELEMEN


E. REHABILITASI PADA BANTALAN
JEMBATAN
MORTAR
a)
Pada bagian mortar yang pecah dibersihkan dengan sikat dan kemudian ditiup menggunakan angin
bertekanan.
b) Menutup bagian bantalan mortar yang pecah menggunakan adukan semen yang sesuai.

NO

KODE

1
II

SAT

1307.5

m2

140

m3

7.418.638,50

140

m3

2.019.745,00
8.729,47

0.14

m2

1 m2 pengerokan karat cat lama permukaan baja dengan cara manual


(untuk 4 bentang)

D.01

D.02 Pengecatan 1 m2 permukaan baja galvanis secara manual 4 lapis

E.01

E.02

5640.5

m2

38.182.478,90

5640.5

m2

224.053.337,09
79.088.309,02

HARGA SATUAN PEKERJAAN PENGASPALAN


Aspal untuk Pengisian Retak

Penggantian Expansion Joint Tipe Asphaltic Plug


(A.) Jumlah Harga Pekerjaan (termasuk Biaya Umum dan Keuntungan)
(B.) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 10% x (A.)

(C.) Jumlah Total Harga Pekerjaan = (A.) + (B.)

8.729,47
262.235.815.,99

HARGA SATUAN PEKERJAAN PENGECATAN

9.480.355,63
9.438.383,50

HARGA SATUAN PEKERJAAN PLESTERAN


C.01 Pemasangan 1 m2 plesteran 1 Pc : 2 Pp tebal 20 mm

JUMLAH (Rp)

9.480.355,63

HARGA SATUAN PEKERJAAN TANAH


B.01 Penggalian 1 m3 tanah lumpur sedalam 1 m
B.02 Membuang 1 m3 tanah sejauh 30 m

VOL

HARGA SATUAN PEKERJAAN PERSIAPAN

IV

URAIAN PEKERJAAN

A.01 Pembersihan 1 m2

1
III

7. RANCANGAN ANGGARAN
BIAYA

39

Liter

35

619.315,29
78.468.993,73
360.251.593,61
36.025.159,36

396.276.753,00

8. KESIMPULAN & SARAN


KESIMPULAN

NK

(Termasuk kategori rusak


ringan)

http://www.micronart.com/

Usulan Penanganan= Rehabilitasi Sub Elemen


Jembatan

Rehabilitasi
Jembatan

Rp 396.276.753,00

SLIDE EXTRA

PENYEBAB KERUSAKAN
Penyebab kerusakan ditentukan berdasarkan kajian pustaka menggunakan BMS 1993 tentang Panduan
Pemeriksaan Jembatan
SEDIMENTASI

Terjadi akibat menurunnya


kecepatan pengaliran air
Dapat
menyebabkan
tertutupnya aliran sungai

PENUMPUKAN
SAMPAH

Terjadi
akibat
terbawanya
sampah ke arah hilir oleh aliran
air sungai
Dapat
menyebabkan
beban
lateral tambahan pada pilar
jembatan dan mengubah arah
aliran
sungai
yang
dapat

PENURUNAN
KARAT

MUTU

PELINDUNG

Akibat waktu/ umur lapisan &


akibat
benturan/
gesekan.
Umumnya terjadi pada sisi
bersudut/ tajam dari baja karena
lapisannya
lebih tipis. munculnya
Dapat menyebabkan
karat.

PENYEBAB KERUSAKAN

KARAT

Dapat
muncul
lekukanlekukan
karat
pada
permukaan
baja
karena
karat menyebar ke dalam
bagian baja. Selanjutnya
akan terbentuk serpihanserpihan seperti lapisan tipis
yang mudah terkelupas pada
permukaan baja.

Akibat
rusaknya
lapisan
pelindung permukaan sehingga
terjadi interaksi antara udara
dan air dengan permukaan
baja.

Pada sambungan, karat dapat menyebabkan


permasalahan serius karena sifat karat adalah
mengembang, sehingga gerakan mengembang
akibat karat dapat meregangkan sambungan
dan mengakibatkan beban tambahan pada baut
dan pelat, serta dapat memicu kegagalan pada
sambungan.

RETAK PADA LAPIS PERMUKAAN

Disebabkan material/ bahan lapisan


perkerasan yang tidak memenuhi
syarat
atau
akibat
terjadinya
kesalahan
pelaksanaan.
Beban
kendaraan yang melebihi batas juga
dapat menjadi salah satu faktor
Retak pada aspal dapat menjadi
perusak.
suatu indikasi awal terbentuknya
lubang pada permukaan lapisan
perkerasan.

PENYEBAB KERUSAKAN

ASPAL RETAK PADA SAMBUNGAN EXPANSION


JOINT
Disebabkan
adanya
perbedaan pergerakan
pada
bentang
jembatan, dan bukan
merupakan kerusakan
serius apabila lebar
retakan <10 mm.

retak >10 mm dikhawatirkan traffic bearing plate pada


expansion joint mengalami pengkaratan akibat air yang
merembes dari retakan pada sambungan tersebut.

PECAHNYA BANTALAN MORTAR

Dimungkinkan akibat terisinya rongga


antara
bantalan
mortar
dengan
neoprene oleh kerikil/ batu.

PENYEBAB KERUSAKAN

LAMPU PECAH & KABEL PUTUS

Kerusakan tersebut umumnya terjadi


karena umur masa lampu dan kabel
yang sudah terlewati.

Anda mungkin juga menyukai