Anda di halaman 1dari 70

Gangguan Pada Tindakan Medik Invasive

Radiodiagnostik / Radioterapi,
Tes Diagnostik
Oleh
Edi Rosadi

A. RADIODIAGNOSTIK

Radiodiagnostik, juga. disebut diagnostic imaging, adalah


lapangan profesi yang tertuju kepada segala aktifitas
diagnostik yang menggunakan teknik pembuatan gambar.
Radiodiagnostik
adalah kegiatan
penunjang
diagnostik
menggunakan perangkat radiasi sinar pengion (sinar x), untuk
melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini
dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik
adalah rontgen.
Radiodiagnostik dilakukan sebelum melakukan radioterapi.
Dahulu untuk ini hanya digunakan sinar roentgen, sekarang
makin banyak media digunakan seperti ultrasound (USG),
resonansi magnetic (MRI) maupun topografi computer (CTSCAN).

Pada prinsipnya radiodiagnostik menggambarkan


dan mengenali suatu tumor ditentukan oleh tumor
itu sendiri, lingkungannya, teknik pencitraan yang
dipakai,
kemungkinan
menerapkan
teknik
penguat kontras dan kualitas pemeriksa.
Untuk tumor sendiri peran penting dipegang
terutama oleh ukuran dan kontras dengan
lingkungannya

Makin besar kontras, makin kecil tumor yang bisa dilihat.


Kontras tidak hanya disebabkan oleh jaringannya sendiri
tetapi juga oleh teknik pencitraan yang dipakai.
Sebab kontras yang terjadi pada masing-masing teknik
pencitraan berlainan.

Bahan Kontras Radiografi

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan


visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic
medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya
attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau
menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar
udara atau gas).
Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic
Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi
mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras
tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah Gadolinium.
Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam
pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras
lain yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida,
tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

A. Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih
yang tidak larut.
Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen
tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan
kontras.
Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran
pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai
enema.
Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh
bersama dengan feces.

B. Bahan kontras Iodium


Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik
(non-ionik) atau sebuah senyawa ionic.
Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam
air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan
kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang
tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan
dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa
digunakan hampir di semua bagian tubuh.
Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravenous,
tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara
intraarterial,
intrathecal
(tulang
belakang)
dan
intraabdominally hampir pada seluruh rongga tubuh
atau ruang yang potensial.

Bahan kontras iodium yang umum digunakan

Bahan Kontras

C. Gadolinium
Gadolinium adalah unsur kimia yang dalam tabel sistem
periodik memiliki simbol (Gd) dengan nomor atom 64.
Gadolinium menjadi superconductive dibawah suatu
temperatur kritis1.083 K.
Merupakan strongly magnetic pada suhu ruang, dan
menunjukkan sifat ferromagnetic dibawah suhu ruang.
Gadolinium memperlihatkan efek magnetocaloric yaitu
peningkatan temperature ketika berada dalam medan
magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet.
Dikarenakan sifat paramagnetiknya larutan organic
gadolinium kompleks dan senyawa gadolinium digunakan
secara intravenous sebagai bahan kontras untuk keperluan
pencitraan medis magnetic resonance imaging (MRI)

MACAM-MACAM PEMERIKSAAN
RADIODIAGNOSTIK
1. Rntgen Konvensional
Definisi
Radiologi konvensional merupakan suatu pemeriksaan
sederhana menggunakan sinar-x dengan berbagai posisi
pemeriksaan. Dapat dilakukan dengan menggunakan
kontras atau tanpa kontras.
Keunggulan
Mudah, cepat, dan biaya relatif lebih murah.

Kelemahan
Terkadang gambaran yang dihasilkan tidak terlalu jelas,
karena superposisi (tumpang-tindih) dengan organ lain. Untuk
beberapa jenis pemeriksaan, harus dilakukan dengan
mengubah posisi pasien, agar diperoleh gambaran yang jelas.
Pemakaian klinis
Pemeriksaan tanpa kontras, dapat dilakukan pada jantung dan
paru, serta tulang tulang pada seluruh bagian tubuh.
Pemeriksaan dengan kontras, lebih lanjut dapat digunakan
untuk memeriksa saluran cerna, saluran kemih, organ
kandungan, saluran kelenjar liur, pembuluh darah, saluran
getah bening, dan sumsum tulang belakang

Rntgen Konvensional

Wilhelm Rntgen

Foto Rontgen

2. Ultrasonografi (USG)
Definisi
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu alat pemeriksaan
diagnostik yang menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk
menghasilkan gambaran mengenai bentuk, gerak, ukuran suatu organ
tubuh.
Keunggulan
Tidak menggunakan radiasi sinar X, sehingga aman bagi wanita
hamil.
Mudah dan cepat, tidak ada sinar yang mengionisasi atau efek lain
yang merugikan dan biaya yang rendah dengan hasil diagnostik yang
relatif tinggi.
Anatomi dapat dicapai dalam segala arah yang diinginkan tanpa
superposisi sehingga dapat dicapai gambaran ruang yang baik

Penyulit
Tidak dapat digunakan untuk melihat bagian tubuh seperti
tulang atau ruangan berongga yang berisi gas, seperti
usus. Struktur dibelakang usus dan tulang ini tidak dapat
digambarkan. Disamping itu lemak menyebakan
penyebaran berkas suara, sehingga pada penderita yang
gemuk kualitas gambarnya jauh lebih optimal dalam hal ini
CT Scan akan lebih cocok.
Pemakaian klinis
Digunakan untuk menemukan dan menentukan letak
massa dalam rongga perut / panggul, membedakan kista
dengan massa padat, mempelajari pergerakan organ
maupun pergerakan dan pertumbuhan janin.

Ultrasonografi (USG)

Gambar Hasil USG

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Definisi
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan suatu alat
diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh
dengan menggunakan medan magnet yang besar dan
gelombang frekuensi radio, tanpa sinar X ataupun zat
radioaktif.
Keunggulan:
Memberikan gambaran yang dapat menunjukkan perbedaan
sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan
lunak, terutama otak, sumsum tulang belakang, dan susunan
saraf dibandingkan dengan pemeriksaan sinar X biasa.

Penyulit
Tidak dapat digunakan (kontraindikasi) pada pasien dengan
alat pacu jantung, alat dengar implan, pasien dengan penlogam, pasien fobia ruangan sempit (Klaustrofobia).
Pemakaian klinis
Digunakan untuk menilai anatomi jaringan lunak, seperti
otak, sumsum tulang belakang, susunan saraf. Selain itu,
dapat juga untuk menilai jaringan lainnya seperti otot,
ligamen, tendon, tulang rawan, ruang sendi.
Problema pemeriksaan ini sementara adalah terbatasnya alat
dan biaya yang tinggi.

Magnetic Resonance Imaging

Hasil Foto MRI

4. Computed Tomography (CT-Scan)


Definisi
CT-Scan merupakan pemeriksaan sinar-x yang lebih canggih
dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambaran yang
lebih detail.
Dapat dilakukan dengan kontras dan tanpa kontras.
Tujuan CT Scan adalah menemukan patologi otak dan medulla
spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
Keunggulan
Dapat memberikan gambaran penampang tubuh yang tidak
mungkin dilihat dengan menggunakan alat Rontgen biasa. Dengan
menggunakan sistem komputer, maka dapat juga dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Dapat menghitung perkiraan jumlah perdarahan
pada kasus kasus tertentu.

Kerugian
Radiasi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
radiologi konvensional, biaya yang harus dikeluarkan
pun relatif lebih mahal, sulit diterapkan pada pasien yang
memiliki fobia pada tempat sempit (Klaustrofobi).
Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu
sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto
rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi
kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk
membantu tampilan gambar.

Pemakaian klinis
Dapat digunakan untuk melihat berbagai organ tubuh
seperti tulang tulang kepala, otak, jantung dan paru,
perut, pada berbagai kasus seperti kecelakaan (trauma),
tumor, infeksi, dan lain lain
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas
adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya
vaskularisasi dan infark.
Brain contusion, Brain atrofi, Hydrocephalus.
Inflamasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat
badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan
berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan
scanner.
Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test
apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan
perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya
pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan
untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien
yang akan dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa
iodine based kontras material sebanyak 30 ml.
Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi
maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena
eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus
dalam keadaan normal.

Computed Tomography (CT-Scan)

Hasil Foto CT Scan

5. Positron Emission Tomography (PET)


Pemeriksaan PET adalah pemeriksaan yang
merepresentasikan aktivitas metabolic dari
jaringan yang diperiksa, seperti metabolisme
glukosa, oksigen, dan asam amino.
PET ini memberikan perspektif klinis yang
baru dalam penegakkan diagnosis dan
penanganan
penyakit
kanker
dengan
meningkatkan pemahaman akan sifat fisiologi
dan biokimia tumor.

Kelebihan dan kekurangan PET


Kelebihan PET :
Karakterisasi lesi-lesi yang tidak teridentifikasi pada modalitas konvensional.
Staging keganasan, terutama pada kasus-kasus metastase, tumor kelenjar
getah bening, atau limfoma thoracoabdominal lebih baik dibandingkan CT
Scan dan MRI.
Monitoring response therapy lebih akurat, contoh response chemotherapy
Lebih tepat dalam mendeteksi tumor-tumor rekurens dan mampu
membedakannya dengan sequel post-therapi, contoh nekrosis dan fibrosis
akibat radiotherapy.
Sensitif terhadap tumor-tumor colon, paru, limfoma, melanoma, dan payudara.
Untuk penelitian : kinetic obat, efek obat tertentu pada proliferasi, fisiologi, dan
biokimia tumor.
Kekurangan PET :
Biaya yang mahal
Waktu pemeriksaan yang lama

Positron Emission Tomography (PET)

Hasil Foto PET Scan

6. Skintigrafi
Pada skintigrafi suatu organ digambarkan dengan mendeteksi
penyinaran yang dihasilkan oleh suatu isotop radioaktif yang
sebelumnya dimasukan ke dalam bentuk sediaan yang sesuai dan
diaplikasikan ke dalam suatu organ.
Dengan radioisotop dapat dilakukan sidik tumor yang akan menilai
tangkapan massa tumor terhadap radioisotop.
Dahulu skintigrafi digunakan untuk diagnostik metastase hepar dan
tumor otak.
Dengan datangnya CT dan USG bentuk skintigrafi ini hampir
seluruhnya ditinggalkan dan saat ini hanya skintigrafi tulang yang
masih banyak diterapkan.
Juga dalam hal ini lebih banyak didapat informasi fungsional
(aktifitas metabolisme tulang) daripada informasi morfologik.

Biasanya untuk melihat adanya tumor primer tulang atau metastasis


dengan radiofarmako pyrophospate atau derivate phospate lain yang
diberi label dengan 99mTC. Prinsipnya yaitu tumor primer atau
metastasis di tulang memicu reaksi di tulang dengan membentuk
kristal yang menyerap 99mTC.
Seluruh tubuh akan difoto dengan gamma kamera, SPECT akan
melihat bagian yang lebih dekat dimana suspek terjadinya lesi.
Interpretasinya dibandingkan dengan CT Scan atau MRI maka bone
scan lebih sensitif untuk mendeteksi metastasis di korteks tulang.
Teknik pencitraan memainkan peran esensial pada diagnostik inisial
tumor maligna. Teknik pencitraan juga penting pada penetapan
stadium malignitas. Dalam hal ini ukuran tumor, infitrasi ke sekitarnya
dan kemungkinan adanya metastasis harus ditunjukan dalam
gambar.

Skintigrafi Pada Tulang

Hasil Skintigrafi Tulang

7. Dental X Ray

Dental X Ray atau pesawat roentgen gigi yang berguna


membuat radiografi gigi dan jaringan mulut.

8. Fluoroscopy
Untuk mengamati citra sinar-x dari tubuh pasien melalui
monitor secara langsung dan dinamik dengan paparan
sinar-x secara kontinyu pada pasien.

Foto Fluoroscopy

9. Mammography

Mammography adalah tindakan memeriksa payudara


dengan bantuan sinar-X dalam dosis rendah.
Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya
proses keganasan di payudara atau menemukan ada
tidaknya proses lain selain keganasan sebelum
timbulnya gejala.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini tumor
payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang
disertai keluhan.

Mammography

Hasil Foto Mammografi

B. RADIOTERAPI

Radioterapi atau penyinaran bersama dengan pembedahan dan


kemoterapi adalah salah satu bentuk tepenting dalam
penanganan kanker.
Kira-kira setengah dari semua penderita kanker paling sedikit
sebagai bagian dari penanganannya harus mendapat penyinaran.
Tujuan radioterapi dapat kuratif dan paliatif.
Radioterapi dapat dipakai sebagai satu-satunya bentuk
penanganan atau dapat dipakai kombinasi dengan yang lainnya.
Dengan mengkombinasikan berbagai cara penanganan
diusahakan disatu pihak memperbesar efek terapi dan dilain pihak
mengurangi efek samping.

Penanganan kasus onkologi tergantung dari sifat biologic


dan kimiawi tumor dalam aplikasinya radioterapi
membutuhkan kerjasama yang erat dari berbagai ahli
antara lain ahli bedah, ahli radiologi, ahli patologi sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal.

DASAR FISIKA RADIOTERAPI

Pada prinsipnya jaringan akan menyerap energi yang


dipancarkan sehingga akan terjadi eksitasi dan ejeksi dari
orbit elektron dan menciptakan ionisasi atom dan molekul.
Energi yang diserap oleh jaringn disebut radiasi ionisasi.
Terdapat 2 macam radiasi :
Radiasi partikel : mengandung partikel sub atom seperti
elektron, proton dan neutron.
Radiasi elektromagnet : terbentuk dari kehilangan
radioisotop, contohnya sinar gamma dan dari akselerasi
linier dan mesi elektrik, contoh : Sinar X.

Radiasi partikel menyebabkan ionisasi langsung atom, melalui interaksi


dengan elektron atau proton. Energi yang dipancarkan porses ionisasi
menyebabkan terjadinya disrupsi/gangguan ikatan kimia, termasuk yang
didalam DNA sehingga terjadi efek biologis. Elektron sering digunakan
untuk target suerficial, karena fungsi energi elektron sangat berkurang
pada ketebalan tertentu. Proton mempunyai kemampuan radiasi pada
bagian yang dalam (menembus) lebih baik daripada elektron.
Sedangkan neutron menghasilkan penyebaran energi yang mirip
dengan proton.
Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) merupakan radiasi
ionisasi. Pada proses ini sinar proton dilepaskan, dan ketika terkena
jaringan melepaskan energinya melalui 3 proses yaitu efek fotoelektrik,
efek Compton dan produksi elektron positron. Dalam radioterapi klinik,
efek Comtpon memegang peranan penting, dimana photon berinteraksi
dengan elektron bebas.

Energi yang digunakan dalam radioterapi klinik berkisar


dari kiloelektron volts (KeV) sampai lebih dari 1 juta
elektron volts (MeV). Semakin tiggi energi, semakin tinggi
tingkat penetrasi radiasi pada jaringan, dan juga efek pada
kulit semakin tinggi, karena energi harus melewati
permukaan dalam dibawah kulit dengan intensitas tinggi.
Radiasi energi rendah (Orthovoltage) berguna untuk
penanganan tumor superficial, seperti tumor kulit, dan
Mega voltage (diproduksi akelerator linear) digunakan
untuk tumor yang dalam. Untuk pengukuran radiasi
digunakan Dosometri, merupakan alat untuk mengukur
banyaknya energi yang diserap perunit jaringan
(Rad = Radiation Absorbed Dose).

TUJUAN RADIOTERAPI
1. Kuratif
Bertujuan untuk meyembuhkan kanker yang beresiko besar
dengan tindakan operatif.
Cara ini dipilih berdasarkan radiosensitifitas tumor, kemungkinan
penyebaran radiasi, dosis radiasi minimal yang dapat membunuh
tumor, margin of safety dan radio responsif yang sulit operasinya.
2. Paliatif
Bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala seperti rasa nyeri,
perdarahan, gangguan menelan, ulkus berbau, obstruksi saluran
cerna dll.
Dilakukan pada tumor yang sudah inkurable, rekurensi atau
metasasis dari tumor.

SYARAT-SYARAT RADIOTERAPI

Penderita dalam keadaan umum yang baik disertai


dengan nilai :
Hb penderita lebih dari 10 gr%
Trombosit lebih dari 100.000/mm kubik
Test fungsi hati dalam batas normal

SINAR UNTUK RADIOTERAPI

1. Sinar Alfa ()
Sinar Alfa adalah sinar korpuskuler atau partikel dari inti
atom.
Inti atom itu terdiri dari proton dan neutron. Sinar alfa ini
tidak menembus kulit dan tidak banyak digunakan dalam
radioterapi.
Keuntungan sinar alfa ini tidak dipengaruhi oleh
oksigenisasi dalam tumor.

2. Sinar Beta ()
Sinar Beta adalah sinar yang dipancarkan oleh zat radioaktf
yang mempunyai energi rendah.
Daya tembusnya ada kulit terbatas,3-5 mm.
Digunakan untuk terapi lesi yang superficial.
Isotop yangmemancarkan sinar beta ialah phosphor, iodium.

3. Sinar Gamma ()
Sinar Gamma adalah sinar elektromagnetik atau photon. Sinar
ini dapat menembus tubuh.
Daya tembusnya tergantung dari besarnya energi yang
menimbulkan sinar itu.
Semakin tinggi energinya semakin besar daya tembusnya dan
makin dalam letak dosis maksimalnya.

ALAT UNTUK RADIOTERAPI

1. Sinar Rontgen
Radiasi Grenz (10-15 KV)
Radiasi Superficial (10-124 KV)
Radiasi Dalam :
Orthovoltage unit (125-600 KV)
Megavoltge (supervoltge) unit (230 MeV)

2. Radioisotop
Calcium 137 unit, sinar Gamma 0
Cobalt 60 unit, sinar Gamma 1,3 MeV
Radium 226 unit, sinar alfa, beta, gamma 1,6 MeV

CARA PEMBERIAN RADIOTERAPI


1. Teleterapi (radiasi eksterna)
Sumber sinarnya berupa sinar X atau radioisotop
menggunakan
orthovoltage
atau
megavoltage,
ditempatkan diluar tubuh.
Sinar diarahkan ke tumor dan tidak ada kontak langsung
antara sumber radiasi dan tubuh.
Dosis yang diserap tergantung dari :
Besarnya energi yang dipancarkan
Jarak antara sumber energi dan tumor
Kepadatan massa tumor

2. Brakiterapi (radiasi interna)


Sumber radiasi diletakan didalam tumor atau berdekatan
dengan tumor, sehingga terjadi konsentrasi dosis yang
tinggi pada tumor, dan membatasi kerusakan pada
organ sekitarnya

PEMBERIAN RADIOTERAPI

1. Terapi primer (utama)


Diberikan pada kasus-kasus :
Kanker yang radiosensitif
Kanker yang operasinya sangat sukar/resiko sangat tinggi bila
dilakukan pembedahan, seperti : orang yang sangat tua, dengan
penyakit penyerta yang berat, Ca. Nasofaring.
Kanker yang inoperable : Kanker otak, Ca. Mammae, Ca.
Servik, Ca. Paru
Pasien yang menolak dilakukan pembedahan dapat
dipertimbangkan radioterapi

2. Terapi adjuvant (tambahan)


Tambahan untuk operasi
Radiasi pra bedah dilakukan pada tumor yang operabilitasnya
diragukan dan tumor yang sangat besar dan sukar operasinya.
Tujuannya :
Mengecilkan masa tumor dan mengurangi jumlah sel tumor
Mengurangi penyebaran sel-sel tumor ke luka eksisi operasi dan
ke dalam aliran darah.
Radiasi pasca bedah : pembersihan tumor secara bedah yang tidak
komplit dan tidak dilakukan radiasi pra bedah.
Lapangan penyinaran harus mencakup lokasi tumor termasuk tepi
yang masih mengandung tumor secara mikroskopik, drainage
kelenjar, tempat yang dipertimbangkan resiko penyebaran.
Dapat diberikan setelah luka operasi menyembuh, yaitu 1-2 minggu
setelah operasi. Dari beberapa penelitian radiasi post operatif
menggunakan dosis bervariasi antara 40-60 Gy.

Tambahan pada kemoterapi


Contoh seperti adanya metastase pada tulang. Pada terapi
kombinasi dimana kemoterapi untuk penyebaran kanker,
radioterapi untuk lesi lokalnya.

Tambahan pada imunoterapi


Pada immunoglobulin yang diberi tambahan radioisotop atau
kemoterapi yang akan mencari sel kanker itu dimanapun
letaknya yang disebut magic bullet.

DOSIS KURATIF RADIASI


20-30 Gy

Seminoma, dysgerminoma, Acut Lymphostic Leukemia

30-40 Gy

Seminoma (bulky), Wilms tumor, Neuroblastoma

40-50 Gy

Hodkins Diseases,

Lymphosarcoma,

Seminoma,

Histiocytic

cell

sarcoma, Basal and squamous cell


50-60 Gy

Lymph nodes, metastatic (NO,N1),squamous cell carsinoma, cervix


cancer, Head and neck cancer, Embryonal cancer, Breast cancer,
Ovarian cancer, Medulloblastoma, retinoblastoma, Ewings tumor,
Dysgerminomas

60-65 Gy

Larynx (<1cm), Breast cancer, Lumpectomy

70-75 Gy

Oral Cavity (<2cm,2-4cm), Oro-Naso-Laringo-Pharyngeal

Cancers,

Bladders cancer, Cervix cancer, uterine fundal cancer, Ovarian cancer,


Lymph nodes metastatic (1-3cm), Lung cancer (<3cm)
80 Gy

Head and Neck cancer (>4cm), Breast cancer (>5cm), Glioblastoma,


Osteogenic sarcoma, Melanomas, Soft tissue sarcomas, Thyroid
cancer, Lymph nodes metastatic (>6cm)

PENGARUH RADIASI PADA TUBUH

Target utama radiasi adalah DNA, yang dapat diperngaruhi baik langsung maupun
tak langsung.
Efek energi langsung oleh High Energy Radiation menyebabkan perusakan langsung
DNA kromosom, menjadikan tidak mampu bereplikasi. Efek energi tidak langsung
disebabkan oleh radikal bebas (ion H dan OH) yang terbentuk akibat interaksi radiasi
ionisasi dengan air.
Efek ion radio bebas :
Memecah rantai ganda DNA
Merubah cross linkage dalam rantai DNA
Merubah base yang menyebabkan degenerasi/kematian sel
Pengaruh radiasi pada sel normal berbeda daripada sel tumor, pada sel normal
kemampuan untuk memperbaiki dan meregenerasi sel-sel yang rusak lebih baik
daripada sel tumor, sehingga akan lebih banyak sel-sel kanker mati daripada sel-sel
normal. Walaupun diketahui bahwa radiasi dapat menimbulkan mutasi gen,
transformasi gen menjadi kanker tetapi dengan mengendalikan dan mengarahkan
radiasi ke sasaran yang diinginkan, pengaruh buruk dari radiasi dapat ditekan sekecil
mungkin, sehingga radiasi merupakan alat yang ampuh untuk mengobati kanker.

1. Efek somatik non stokastik


Efek yang disebabkan oleh tidak bekerjanya sejumlah sel
dalam jaringan yang terkena irradiasi, terutama pada
jaringan yang memiliki laju pergantian sel tinggi.
Akibatnya terjadi kehilangan elemen-elemen jaringan
pembawa fungsi spesifik, dan gejala klinisnya terlihat dari
hilangnya fungsi tersebut.

2. Efek somatik stokastik


Efek yang ditimbulkan menyebabkan terjadinya kelainan
dalam tubuh yang sifatnya stokastik, misalnya efek ini
muncul secara acak dalam suatu populasi yang terkena
irradiasi dengan dosis yang sama.
Pada populasi tersebut tidak bisa diramal siapa individu yang
akan menunjukkan/menderita efek stokastik, dan apakah
efek tersebut disebabkan oleh radiasi atau oleh sebab non
radiasi.

3. Efek genetik
Bersifat stokastik dan muncul pada keturunan orang yang
terkena irradiasi (korban radiasi). Hal ini diperkirakan
karena pada dosis atau laju dosis rendah, bagian tubuh
yang paling peka ialah DNA. Setiap perubahan yang terjadi
akibat radiasi pada DNA akan menyebabkan terjadinya
mutasi.

Efek Radiasi

EFEK SAMPING RADIASI

Efek radiasi pada manusia sangat bervariasi tergantung


dari berbagai struktur tubuh manusia, dosis, kualitas
radiasi, striktur jaringan dan reaksi individu :
Efek samping dini (somatik non stokastik)
Dermatitis
Mukositis
Erosi-ulkus
Mual-muntah
Anoreksia
Depersi sumsum tulang

Efek samping lambat (somatik stokastik)


Kontraktur
Perdarahan usus
Paralisis darah
Gangguan pertumbuhan

Efek Samping Lokal

Intervensi Gizi
Terapi radiasi pada daerah perut dapat menyebabkan
perut mulas, mual, maupun diare.
Untuk menghindari mual, makan dengan jarak waktu 1-2
jam sebelum atau setelah radiasi.
Tetapi bisa juga rasa mulas, mual, maupun diare itu
hanya sekedar karena tegang menghadapi terapi itu,
usahakan bersikap santai.
Pada minggu ketiga atau keempat sering muncul diare.
Mintalah obat pada dokter, juga nasihat tentang
perubahan menu makanan

Kurangi makanan berserat seperti sayur-sayuran, buahbuahan, dan biji-bijian. Lebih baik diminum sarinya saja
(dijus kemudian disaring), agar tidak kekurangan vitamin
dan mineral.
Kurangi makanan yang menimbulkan gas, berlemak, atau
terlalu berbumbu.
Makan sedikit tetapi sering.
Perbanyak mengonsumsi cairan bening (air, teh, kaldu,
kuah sup, sari buah, dsb), hindari minuman yang
mengandung caffeine.

Lanjutkan diet itu sampai dua minggu sesudah radioterapi


selesai. Kemudian secara bertahap makanlah diet yang
wajar seperti semula.
Pengaturan diet merupakan hal yang sangat penting bagi
penderita yang menjalani radiasi di daerah perut.
Untuk menjaga kondisi tubuh dan menggantikan nutrisi
yang hilang karena muntah atau diare, upayakan selalu
makan makanan padat gizi.

Anda mungkin juga menyukai