Anda di halaman 1dari 45

KEHAMILAN

POSTTERM
Suci Gemala O
Teguh Kristian P
Vidya Sushanti
Wely Kartini J
Windy AH
Wulunggono
Yohana PA Baeng
Youdill Ophinni
Zerry Aulia

ILUSTRASI KASUS

Identitas
No.

RM
: 348.14.49
Nama
: Ny. Asmawati
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Kebon Baru, Tebet
Agama
: Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: Sekolah Dasar

Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien

dirujuk oleh Puskesmas (PKM) Tebet


karena tidak mengalami persalinan setelah
dilakukan induksi selama 24 jam. (20 Januari
2010, pukul 16.40 W
IB)

Anamnesis
RPS :
Pasien mengaku hamil 10 bulan, HPHT tanggal 27 Maret
2010, taksiran lahir tanggal 3 Januari 2010.
Pasien melakukan asuhan antenatal di PKM Tebet, tidak
teratur.
Pernah USG sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 9 bulan di
PKM Tebet. Pasien diberitahukan bahwa janin berada dalam
keadaan baik.
Pernah USG sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 9 bulan di
PKM Tebet. Pasien diberitahukan bahwa janin berada dalam
keadaan baik.
Berdasarkan HPHT, pasien sudah memasuki usia kehamilan
42 minggu.

Pasien

merasakan mulas-mulas yang jarang


dan dapat dengan mudah ditahan. Gerak
janin masih aktif. Pasien menyangkal
pecahnya air
Pasien menyangkal pecahnya air cahnya air
ketuban atau keluarnya air-air, dan juga
menyangkal keluarnya lendir atau darah dari
kemaluan.
Oleh karena lewat bulan, PKM Tebet
memutuskan untuk menginduksi persalinan,
dengan titrasi (Ringer laktat dan oksitosin 5 IU
intravena sebanyak 2 kolf)

Selama

hamil, pasien menyangkal adanya


keluhan-keluhan bermakna. Pasien juga
menyangkal memiliki tekanan darah tinggi dan
perdarahan selama kehamilan, serta
menyangkal adanya demam tinggi saat
kehamilan.

Anamnesis

Riwayat penyakit dahulu : Pasien menyangkal adanya


riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi makanan dan
obat, asma, serta penyakit jantung dan paru lainnya.
Pasien menyangkal adanya riwayat operasi, terutama
daerah perut, serta menyangkal riwayat kecelakaan.

Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan


bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
hipertensi, alergi makanan dan obat, asma, serta
penyakit jantung dan paru lainnya. Namun, ibu kandung
pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan sudah
meninggal.

Anamnesis
Riwayat

Menstruasi: Pasien
mengalami haid pertama di usia 11
tahun, siklus teratur setiap 30 hari, dan
haid berlangsung rata-rata selama 7
hari. Pasien menyangkal adanya nyeri
saat haid. Setiap haid pasien
menghabiskan sebanyak 2 hingga 3
pembalut tiap harinya.

Anamnesis

Riwayat pernikahan: Pasien menikah sebanyak


1 kali (pernikahan ini) pada April 2010. Pekerjaan
suami adalah montir di bengkel.

Riwayat

kehamilan:

Kehamilan

ini

adalah

kehamilan pertama. Tidak ada riwayat keguguran.

Riwayat

kontrasepsi:

Pasien

tidak

menggunakan berbagai jenis kontrasepsi.

pernah

Pemeriksaan Fisis
Kesadaran

: kompos mentis
Keadaan umum : baik
Keadaan gizi : baik
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 82x/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C
Frekuensi napas
: 18x/menit

Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Mata : KA (-/-), SI (-/-)
Leher : tiroid tidak membesar, tidak ada
massa, tidak ada limfadenopati
Jantung : Bunyi Jantung I,II normal, tidak
ada murmur dan tidak ada gallop
Paru
: Bunyi Paru vesikular kanan dan
kiri, tidak ada mengi dan tidak ronki di
kedua lapang paru

Pemeriksaan Fisis
Punggung

: Tidak ada nyeri ketok

CVA
Abdomen : buncit sesuai kehamilan,
tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : edema ringan pada
kedua kaki, bukan edema pitting, CRT <
2 detik

Pemeriksaan Fisis
Tinggi fundus : 31 cm
Letak janin : punggung kiri.
Presentasi : kepala, sudah masuk pintu atas
panggul (4/5)
DJJ
: 142 dpm
Inspeksi : vulva dan uretra tenang
Inspeculo
: porsio licin, serviks terbuka
Pem . Dalam : porsio kenyal, berada pada +3,
dengan pembukaan 1 cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, UUK di kiri depan

Pemeriksaan Penunjang
USG
Tampak janin presentasi kepala tunggal
hidup, jenis kelamin laki-laki, tidak
tampak lilitan tali pusat. BPD 88,4 mm;
AC 332; EFW 2942 g; FL 71,7 mm; HL 51,2
mm; ICA 13; DI 57 mm. Plasenta korpus
depan, gerak napas > 2 x/10 menit.

Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin 11,4
mg/dL (MCV 76 fl; MCH
23 pg; MCHC 33 g/dL)
Hematokrit 35 %
Leukosit 14.000/L
Trombosit
493.000/L
Bleeding Time 2
detik; Clotting Time
12 detik
Gula darah sewaktu
46 mg/dL

Urinalisis
Warna kuning; Kejernihan
jernih
Sedimen : (Sel epitel (+)/LPB;
Leukosit 0-1/LPB; Eritrosit
0-1/LPB; Silinder (-)/LPK;
Kristal -/LPB; Bakteri: -/LPB)
Berat jenis 1,015 g/ml; pH
7,0; Protein (-); Glukosa (-);
Keton (-); Darah/Hb (-);
Bilirubin (-); Urobilinogen
0,2; Nitrit (-); Leukosit
Esterase (-)

Daftar Masalah
Kehamilan

postterm
Kehamilan usia remaja
Gagal induksi (serviks belum matang,
belum in partu) pada G1 hamil 41-42
minggu, Janin presentasi kepala tunggal
hidup.
Hipoglikemia

Rencana Diagnosis
Pemeriksaan

kardiotokografik (CTG)

Rencana terapi

Bergantung kepada kesejahteraan janin (FDJP):

Bila

FDJP

<

5,

maka

dilakukan

terminasi

kehamilan dengan seksio caesarea

Bila FDJP > 5, maka dilakukan induksi ulang untuk


melahirkan per vaginam

Pematangan serviks dengan misoprostol 4 x 25


mg

Rencana Terapi

Setelah serviks matang, diinduksi dengan


oksitosin 10 IU/L, dimulai dari 8 tetes/menit,
naik 4 tetes/menit setiap 30 menit hingga
his adekuat (konfirmasi dengan CTG)
Konseling KB kepada suami dan istri, untuk
memilih jenis KB yang paling cocok.
Hipoglikemia pada pasien ini ditindaklanjuti
dengan pemberian cairan dekstrosa 40%.

Prognosis
Ad

vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanactionam : dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Postterm
Kehamilan yang melewati 294 hari atau
lebih dari 42 minggu lengkap disebut
sebagai post term atau kehamilan lewat
waktu.

Epidemiologi
Angka

kejadian kehamilan lewat waktu


kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5
14%.

Perbedaan

yang lebar disebabkan


perbedaan dan kesulitan dalam
menentukan usia kehamilan yang
akurat

Etiologi dan Faktor


Risiko
Primigravida
Riwayat

persalinan postterm
Faktor genetik
Jenis kelamin bayi
Obesitas meternal
Defisiensi sulfatase plasenta
Anensefali fetal

PATOGENESIS

Terdapat beberapa hipotesis yang dapat


membantu kemungkinan penyebabnya :
1. Peran progesteron
progesteron melewati waktu.
2. Peran oksitosin
Rendahnya pelepasan oksitosin hipofisis
pada usia kehamilan tua.
3. Peran kortisol/ACTH janin
Kortisol janin dapat mempengaruhi kerja
plasenta, dimana terjadi penurunan produksi
progesteron dan peningkatan sekresi estrogen.

4. Peran genetik
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa gen
tertentu, yang mengodekan HLA tertentu pula, tidak
dapat merangsang sistem imunitas dengan adekuat.
Kelemahan pengenalan antigen ini dapat
memperlambat terjadinya kaskade persalinan,
sehingga kehamilan melewati waktunya
5. Peran persarafan uterus
Trdapat penurunan atau hilangnya tekanan pada
ganglion serviks, seperti pada kelainan letak, tali
pusat pendek, dan presentasi bayi yang belum
masuk pintu atas panggul.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS


Resiko bagi janin :

Mortalitas perinatal pada usia kehamilan >42


minggu meningkat menjadi 2 kali lipat
dibandingkan usia kehamilan aterm, dan
meningkat menjadi 4 kali lipat pada usia
kehamilan 43 minggu serta meningkat menjadi
5 hingga 7 kali lipat pada usia kehamilan 44
minggu.

Bayi yang lahir pada usia kehamilan >41


minggu memiliki penambahan sepertiga risiko
kematian neonates dibanding bayi yang lahir
aterm.

Bayi postterm cenderung memiliki berat badan


berlebih, dengan insiden makrosomia.
Sekitar 20 persen janin postmatur mengalami
sindrom dismaturitas (postmaturitas) fetal.
Resiko bagi Ibu :
Peningkatan kemungkinan abnormalitas
persalinan.
Robekan jalan lahir derajat tiga dan empat.
Perdarahan postpartum dan persalinan
caesarea.

Tata Laksana
Antenatal

fetal monitoring: nonstress test (NST),


penilaian fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP;
biophysical profile [BPP]), dan oxytocin challenge
test (OCT).

Nonstress testing (NST) . Memantau


denyut jantung bayi dan kekuatan
kontraksi dengan kardiotokografi (CTG),
dimana ibu belum mengalami his yang
adekuat atau teratur. Tes dianggap
"reaktif" jika terdapat dua atau lebih
akselerasi dalam jangka waktu 20 menit.
Fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
FDJP untuk menilai kesejahteraan janin.
Komponen skor diambil dari hasil CTG
dan USG.

Fungsi Dinamik Janin-Plasenta (FDJP)


Variabel

Reaktivitas DJJ

>2

<2

Akselerasi stimulasi

>2

<2

Rasio SDAU

<3

>3

Gerak nafas stimulasi

> 2 episode

< 2 episode

Indeks Cairan Amnion

> 10

< 10

Oxytocin challenge test (OCT) atau Contraction


stress test (CST). Melibatkan pemberian oksitosin
i.v. untuk merangsang kontraksi rahim (OCT) atau
mengandalkan kontraksi alamiah (CST). Setelah
pemberian oksitosin, detak jantung janin dinilai
setiap ada kontraksi, menggunakan CTG. Jika
ditemukan deselerasi selama OCT/CST, maka
diduga ada gangguan sirkulasi fetal-plasenta,
sehingga memerlukan pengakhiran kehamilan
segera dengan operasi caesarea.

Induksi Persalinan

Induksi persalinan didahului dengan


pematangan serviks, yaitu pada ibu hamil
dengan serviks yang belum matang.
Pematangan serviks dapat dilakukan
dengan obat-obatan atau secara mekanik
dengan membrane sweeping.
Pada serviks yang sudah matang, bila
kontraksi masih belum adekuat, dapat
dilakukan induksi kontraksi dengan
pemberian uterotonika hingga kontraksi
adekuat.

PROGNOSIS
Pada

anak postterm yang berusia 1 dan


2 tahun, kemampuan intelegensia,
pertumbuhan fisik, dan frekuensi
terkena penyakit sama dengan anak
yang dilahirkan aterm.

PENCEGAHAN

Penilaian usia kehamilan menggunakan HPHT


seringkali melebih-lebihkan usia kehamilan,
sehingga terjadi peningkatan intervensi pada
kehamilan postterm, dibandingkan pada ibu
hamil yang menggunakan USG untuk menilai
usia kehamilan. Oleh karena itu, pemeriksaan
USG rutin dapat membantu mencegah
terjadinya intervensi berlebihan pada
kehamilan postterm, dan juga untuk
mencegah terjadinya kehamilan posttem.

PEMBAHASAN

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, faktor risiko,


didapatkan pasien wanita, 17 tahun, dengan
perkiraan usia kehamilan adalah 42 minggu 4 hari,
primigravida dan jenis kelamin janin laki-laki.
Kemungkinan penyebab postterm pada pasien ini
masih tidak diketahui.
Tatalaksana yang dilakukan dapat berupa expextant
atau manajemen aktif dengan induksi.
Pada pasien ini, didapatkan kehamilan postterm
yang diinduksi dengan oksitosin, namun tatalaksana
dengan induksi di PKM kurang adekuat.
Kegagalan ini, dapat diakibatkan oleh pemberian
oksitosin yang tidak cukup dan juga respons uterus
ibu yang tidak adekuat.

Hasil pemeriksaan dimana serviks belum


matang (saat masuk IGD RSCM) dapat menjadi
penyebab kegagalan induksi.
Pematangan serviks merupakan komponen dari
skor Bishop, yang dapat mempengaruhi
penurunan bayi dalam panggul, serta respons
kontraksi uterus (hipotesis persarafan uterus).
Kehamilan postterm pada pasien ini tidak
menimbulkan morbiditas dan mortalitas terkait,
sehingga tidak menimbulkan gangguan fungsi
dan tidak mengancam nyawa ibu dan anak.
Namun, kehamilan postterm ini dapat terulang
kembali saat memiliki anak kedua; dimana
terjadi peningkatan risiko pada riwayat
postterm sebelumnya.

EDUKASI

Diperlukan
langkah-langkah
pencegahan
berupa pemeriksaan antenatal yang rutin dan
pemeriksaan USG yang rutin
Pada ibu juga dianjurkan untuk membuat buku
harian menstruasi agar hari pertama haid
terakhir

selanjutnya

membantu
kehamilan.

dalam

dapat

diingat

memperkirakan

dan
usia

Daftar Pustaka
ACOG Practice Bulletin #55: Management of Postterm Pregnancy. Obstet Gynecol 2004;
104:639.
Caughey, AB, Nicholson, JM, Washington, AE. First- vs second-trimester ultrasound: the effect
on pregnancy dating and perinatal outcomes. Am J Obstet Gynecol 2008; 198:703.
Alfirevic, Z, Walkinshaw, SA. Management of post-term pregnancy: to induce or not?. Br J Hosp
Med 1994; 52:218.
Olesen, AW, Basso, O, Olsen, J. Risk of recurrence of prolonged pregnancy. BMJ 2003; 326:476.
Laursen, M, Bille, C, Olesen, AW, et al. Genetic influence on prolonged gestation: A populationbased Danish twin study. Am J Obstet Gynecol 2004; 190:489.
Lagrew, DC, Freeman, RK. Management of postdate pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1986;
154:8. Feldman, GB. Prospective risk of stillbirth. Obstet Gynecol 1992; 79:547.
Olesen, AW, Westergaard, JG, Olsen, J. Perinatal and maternal complications related to
postterm delivery: A national register-based study, 1978-1993. Am J Obstet Gynecol 2003;
189:222.
Rosen, MG, Dickinson, JC. Management of post-term pregnancy. N Engl J Med 1992; 326:1628.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Mochtar, A B dan Krisnanto, H. 2004. Kehamilan Lewat Bulan. [penyunt.] R. Hariadi. Ilmu
Kedokteran Fetomaternal. Edisi 1. Surabaya : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2004,
BabVI, Bagian 58, hal. 384 -391

Pertanyaan
Ayu

Darimana posttem?

Kenapa memilih misoprostol?


Misoprostol

dosis 25 mcg diebrikan tiap 4-6


jam dapat membantu pematangan serviks.
Selain itu dpt untuk induksi

Alvin

Definisi? Kapan diinduksi?


Apakah bayi ini postterm?
USG,

indeks cairan ketuban, BPP

Penggunaan misoprostol?
Menggunakan

di (RSCM)

misoprostol 25 mcg (protokol

Iin

Indra

Sampai kapan dilakukan induksi?

Bagaimana dosis induksi dan akselerasi,


apakah sama atau tidak?
Dosis

induksi yaitu dosis rendah


Dosis akselerasi: in partu, 10-20 tetes per
menit.

Anda mungkin juga menyukai