Anda di halaman 1dari 58

Disusun oleh :

DIMAS ADRIYONO WIBOWO (110201067)

Pembimbing :
Dr. Fahmi Attaufany, Sp. THT-KL
IDENTITAS
Nama : Ny R
Usia : 42 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Leuwengkaleng katapang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam medis : 586220
Pendidikan : SMP
Tanggal Periksa : 22 April 2017
ANAMNESA
(Autoanamnesis)
Keluhan utama : Keluar cairan pada telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Soreang dengan
keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluar cairan pada telinga
kanan dirasakan berwarna kuning, berbau dan tanpa ada
rasa nyeri. Keluhan disertai pendengaran berkurang pada
telinga kanan dan demam serta batuk pilek sejak 2 hari
sebelumnya. Keluhan tidak disertai dengan nyeri pada
belakang telinga.
Riwayat keluar cairan (berwarna kuning) dari telinga kanan
ada sejak 6 bulan SMRS dirasakan hilang timbul. Riwayat
pusing berputar tidak ada, sakit kepala hebat tidak ada,
wajah mencong tidak ada, dan riwayat kemasukan air
maupun sering berenang disangkal. Riwayat sedang
mengkonsumsi obat disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya
Riwayat DM tidak ada
Riwayat kolesterol tinggi tidak ada
Riwayat hipertensi tidak ada
Riwayat Pengobatan:
Pasien mengaku sudah berobat ke puskesmas
sebelumnya diberikan obat tetes telingan tetapi tidak
dibawa dan lupa nama obatnya, namun belum ada
perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis

TANDA VITAL
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,8C
STATUS GENERALIS
Kepala : Simetris
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Leher : Status lokalis
Thoraks : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Edema (-/-)
Sianosis (-/-)
TELINGA
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Kelainan kongenital - -
Radang dan tumor - -
Preaurikula
Trauma - -
Nyeri tekan tragus - -
Kelainan kongenital - -
Radang - -
Aurikula
Tumor - -
Trauma - -
Edema - -
Hiperemis - -
Nyeri tekan - -
Retroaurikula
Sikatriks - -
Fistula - -
Kelainan
kongenital - -
Kulit Tenang Tenang
Sekret + -
Canalis Acustikus
Serumen - -
Externa
Edema - -
Jaringan - -
granulasi - -
Massa

Intak (-) (+)


Retraksi (-) (-)
Refleks cahaya (-) (+)
Membran
Perforasi (+) (-)
Timpani

Gambar
Pemeriksaan
Pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan
garpu tala
Auricula Auricula
TES
Dextra Sinistra

Rinne - -
Lateralisasi Tidak ada
Weber
lateralisasi

Kesimpulan : Tuli konduktif kanan


Pemeriksaan Hidung
Nasal
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Bentuk (normal), Bentuk (normal),
Bentuk dan hiperemis (-), nyeri hiperemi (-), nyeri
Keadaan Luar
ukuran tekan (-), deformitas tekan (-),
(-) deformitas (-)
Cavum nasi Lapang Lapang
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (+) (+)
Rhinoskopi Krusta (-) (-)
anterior Septum Deviasi (-), dislokasi (-)
Edema (-), hiperemis Edema (-),
Konka inferior
(-) hiperemis (-)
Pasase udara (+) (+)
Rhinoskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Tenggorok
Bagian Kelainan Keterangan
Mukosa mulut Tenang
Lidah Bersih, basah, gerakan normal ke
segala arah
Mulut Gigi geligi Caries (-)
Uvula Simetris
Halitosis (-)

Mukosa Tenang
Besar T1 T 1
Kripta : Normal - Normal
Detritus : (-/-)
Tonsil Perlengketan (-/-)



Mukosa Tenang

Faring Granula (-)


Post nasal drip (-)


Laring Tidak dilakukan
MAKSILOFASIAL
Bentuk : Simetris
Nyeri Tekan : Tidak ada
LEHER
Kelenjar Getah Bening & Massa : Tidak teraba
pembesaran pada daerah leher
RESUME
Telah diperiksa pasien perempuan Ny.R (42 tahun) yang mengeluhkan keluar cairan pada telinga
kanan sejak 3 hari yang lalu. Otalgia (-), penurunan fungsi pendengaran sebelah kanan (+),
demam (-), pilek (-), batuk (-). Riwayat otorhea (+) sejak 6 bualn terakhir dirasakan hilang
timbul, vertigo (-), wajah mencong (-), trauma (-), alergi (-), sering kemasukan air ataupun
berenang (-).
Auricular Dx. Auricular Sin.
Sekret (+) (-)
Serumen (+) minimal (-)
Membran timpani Perforasi Intak

Pemeriksaan telinga:
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Kesimpulan : tuli konduktif kanan
DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Supuratif Kronik AD
Otitis Media Akut Rekuren AD
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik AD
SARAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Audiometri
Foto Rontgen Mastoid
Kultur sekret telinga dan uji resistensi obat
(bila perlu)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Aural Toilet (Suction)
H2O2 (20 cc); 3 x 5 tetes/hari AS
Ofloxacin solution 0,3%; 3 x 2 tetes/hari AS
Edukasi :
Jangan mengorek-ngorek telinga
Telinga tidak boleh kemasukan air
Segera berobat bila menderita infeksi saluran
napas
Konsumsi obat secara teratur
Menjaga higiene telinga
Kontrol ke dokter jika keluhan masih ada
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Tinjauan Pustaka
ANATOMI TELINGA

22
23

ANATOMI TELINGA
TENGAH
24

Cavum Timpani
1. Kanal tensor timpani
2. Tuba eustakhius
3. Oval window
4. Round window
5. Processus
Cochleariformis
6. Kanalis horisontal
7. Nervus fasialis
8. Pyramid
9. Aditus
10. Korda timpani
11. Arteri karotis
12. Bulbus jugularis
25

Membran Timpani
Memisahkan CAE dan
telinga tengah
Diameter 9-10 mm x
8-9 mm
Struktur penting:
Umbo
Reflek cahaya
pars flaksida, pars
tensa
Tuba Eustachius

Saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan


nasofaring
Pada anak lebih pendek daripada dewasa sehingga infeksi dari
nasofaring mudah masuk ke kavum timpani
RUANG PRUSSAK
Ruang Prussak : bagian medial dari pars flaksida sampai medial
dari leher maleus tempat utama terjadinya ekstensi
kolesteatom

27
OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIS
Infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi
membran timpani dan
sekret yang keluar dari
telinga tengah lebih dari
12 minggu atau 2 bulan,
terus menerus atau
hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau
kental, bening atau
berupa nanah.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% OMSKterdapat di negara-negara
di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika,
dan beberapa daerah minoritas di Pasifik

Survei prevalensi di seluruh dunia, menunjukkan


beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330
juta orang dengan telinga berair, 60% di
antaranya (39200 juta) menderita kurang
pendengaran yang signifikan

Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia


adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25%
dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
rumah sakit di Indonesia
Etiologi
BAKTERIOLOGI OMSK
PATOGENESIS
KLASIFIKASI OMSK
OMSK tipe benigna/tipe aman
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja
Biasanya tidak mengenai tulang
Perforasi terletak di sentral
Umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya
Tidak terdapat kolesteatoma

OMSK tipe maligna


Disertai kolesteatoma
Letak perforasi di marginal atau di atik
Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
Kolesteatoma
Kolesteatoma suatu kista epitelial
yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk
terus lalu menumpuk sehingga
kolesteatomnya bertambah besar

Jenis
Kolesteatoma kongenital
Kolesteatoma akuisital
o Kolesteatoma akuisital primer
(Teori Invaginasi)
o Kolesteatoma akuisital
sekunder
(Teori migrasi & Teori
metaplasi)
MANIFESTASI KLINIS
Vertigo
Gangguan pendengaran
Otthorea
Otalgia
Nistagmus spontan
TANDA-TANDA KLINIS
OMSK TIPE
Adanya Abses atauMALIGNA
fistel retroaurikular
Jaringan granulasi atau polip diliang telinga
yang berasal dari kavum timpani
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk
(aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran
kolesteatom
38
DIAGNOSIS OMSK
Pemeriksaan radiologi
Stenvers view
tulang petrosa meatus
akustikus internus,
kanalis semisirkularis
lateral dan superior,
kavum timpani, antrum
mastoid dan prosesus
mastoid.

Schullers view
tegmen mastoid sinus
sigmoid, ukuran
mastoid secara
keseluruhan, visualisasi
atik
Computerized Tomography Scan (CT
Scan)

Menilai perluasan
penyakit, menilai
komplikasi OMSK ke
daerah intrakranial
(abses otak)
Kecurigaan massa :
gunakan kontras
resolusi yang tinggi
(potongan 1 mm, baik
aksial maupun
koronal).

Probst R,Grevers G, Iro H.Basic Otorhinolaryngology. Thieme.2006. p.233


PENATALAKSANAAN
43
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

44
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

45
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

46
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

47
48
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
Algoritm
a
5

MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

49
MODUL TELINGA-RADANG TELINGA TENGAH. EDISI I. KOLEGIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN
LEHER. 2008.

50
TERAPI PEMBEDAHAN
Prosedur pembedahan meliputi:
a)Canal Wall Down Procedure (CWD)
b)Canal Wall Up Procedure (CWU)
c)Transcanal Anterior Atticotomi
d)Bondy Modified Radical Procedure
Jika pasien memiliki beberapa episode
kekambuhan dari kolesteatoma dan keinginan
untuk menghindari operasi di masa datang,
teknik canal wall down adalah yang paling
sesuai.

Bagi mereka yang tidak mau atau tidak dapat


untuk kembali untuk prosedur yang kedua,
operasi canal-wall down lebih aman.
Komplikasi: Klasifikasi Adams dkk
(1989)di
Komplikasi Komplikasi di Komplikasi Komplikasi ke
telinga tengah telinga dalam ekstradura susunan
l saraf pusat
1. Perforasi 1. Fistula labirin 1. Abses 1. Meningitis
membran 2. Labirinitis ekstradur 2. Abses otak
timpani supuratif al 3. Hidrosefalus
persisten 3. Tuli saraf 2. Trombosi otitis
2. Erosi tulang sensorineural s sinus
pendengaran lateralis
3. Petrositis
3. Paralisis
nervus
fasialis
Komplikasi: Klasifikasi Nelly
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
ekstratemporal
Intratemporal Intrakranial
dan
ekstrakranial
Mastoiditis Abses epidural Abses Bezold
Labirintitis Trombosis sinus
Sensorineural lateralis
hearing loss Otitik hidrosefalus
Petrositis Meningitis
Paralisis fasialis Abses Otak
Kolesteatom Abses subdural Abses
Fistula labirin subperiosteal
KOMPLIKASI
INTRATEMPORAL
KOMPLIKASI
INTRAKRANIAL
Daftar Pustaka
1. Aboet, Askarullah. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun dalam:
Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher FK USU. Medan: FK-USU.
2. Adams GL,Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi
keenam:Anatomi dan Fisiologi Telinga.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1997.p; 30-38.
3. Braunwald, Eugene et al. 2009. Harrisons Principles of Internal
Medicine. Edisi 17. Amerika Serikat: McGraw-Hill.
4. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media
Supuratif. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 78 85.
5. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif
Kronis. Dalam: Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI; 69 74.
6. Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 179 185.
7. Nursiah, Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan
Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam
Malik Medan. Medan: FK-USU.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai