Anda di halaman 1dari 27

MASYARAKAT

MELALUI
KELOMPOK USAHA
BERSAMA FAKIR
MISKIN

AHMAD RIZAL
1114054000001
2
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
mempunyai penduduk yang sangat banyak maka perlu
peningkatan pembangunan untuk menopang
kesejahteraan penduduknya. Pembangunan nasional
adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global. Selain itu, tujuan Pembangunan
Nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual, serta
menjalankan roda perekonomian guna mewujudkan
kesejahteraan sosial.
Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 ialah sebagai dasar untuk
mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
melalui peranan dan keberpihakan negara dalam meningkatkan
taraf hidup rakyat. Tujuan pembangunan nasional serta pasal 33
UUD 1945 tersebut akan berhasil tercapai apabila pemerintah
dan masyarakat saling bersinergi dalam proses pembangunan,
termasuk di bidang kesejahteraan social. Akan tetapi melihat
pada zaman sekarang ini sebagian masyarakat dalam lingkaran
kemiskinan,. maka perlu kebijakan dan program untuk
menunjang masyarakat agar sejahtera dari segi sosialnya.
Meninjau dari kebijakan dan program masa lalu cenderung di
laksanakan secara kurang efektif yang di mana jangkauan
pelayanan terbatas, lebih mengedepankan pendekatan
institusi/panti sosial dan dilaksanankan tanpa rencana strategi
nasional.
Berdasarkan UUD 1945 pasal 34, anak
terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh
Negara. Artinya pemerintah mempunyai
tanggung jawab terhadap permasalahan fakir
miskin atau kemiskinanan di negeri ini. Bicara
masalah kemiskinan bukan merupakan isu
baru, melainkan merupakan isu yang seolah
abadi sepanjang jaman. Walaupun saat ini kita
sudah memasuki era IT (infomasi teknologi),
namun persoalan kemiskinan tetap menjadi hal
yang dominan (Sulistiyani,2004).
Berdasarkan pengalaman yang terjadi bahwa
selama ini Indonesia belum pernah terbebas dari
kemiskinan Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2012
tentang penanggulangan kemiskinan Provinsi DKI
Jakarta sebagai turunan dari kebijakan Pusat dalam
mengawal Kebijakan Pengentasan Kemiskinan yang
oleh pemerintah kota Jakarta Selatan dengan
membuat beberapa program unggulan
pemberdayaan masyarakat miskin. Salah satu
program yang dicanangkan tersebut adalah
Program Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin
atau biasa disingkat KUBE-FM.
Program ini merupakan turunan dari program yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini
Kementerian Sosial. Kementerian Sosial melakukan
kegiatan-kegiatan terobosan dalam membantu
percepatan pengentasan kemiskinan melalui Kelompok
Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBEFM) dengan Usaha
Ekonomi Produktif sesuai dengan potensi masing-
masing masyarakat miskin. Untuk itu, Kemensos
meluncurkan Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(P2FM). Salah satu programnya adalah Program KUBE-
FM melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial
(BLPS) dengan mengucurkan bantuan kredit lunak.
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)

Himpunan dari keluarga yang tergolong


fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan
berkembang atas dasar prakarsanya
sendiri, saling berinteraksi antara satu
dengan lain, dan tinggal dalam satuan
wilayah tertentu dengan tujuan untuk
meningkatkan produktifitas anggotanya,
meningkatkan relasi sosial yang harmonis,
memenuhi kebutuhan anggota,
memecahkan masalah sosial yang
dialaminya dan menjadi wadah
TUJUAN KUBE
1. Meningkatkan kemampuan anggota
kelompok KUBE di dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari,
ditandai dengan meningkatnya
pendapatan keluarga, meningkatnya
kualitas pangan, sandang, papan,
kesehatan, tingkat pendidikan, dapat
melaksanakan kegiatan keagamaan dan
meningkatnya penumbuhan kebutuhan-
kebutuhan sosial lainnya.
2. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok
KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang
mungkin terjadi dalam keluarganya maupun
dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan
adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam
pengambilan keputusan di dalam keluarga, dalam
lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap
perbedaan pendapat yang mungkin timbul di
antara keluarga dan lingkungannya, semakin
minimnya perselisihan yang mungkin timbul antara
suami dan istri atau antara orang tua dan anak dll
3. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok
KUBE dalam menampilkan peranan-peranan
sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan
sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya
kepedulian dan rasa tanggungjawab dan
keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial di lingkungannya, semakin
terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok
dalam pengembangan usaha yang lebih
menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam
memanfaatkan sumber dan potensi kesejateraan
sosial yang tersedia dalam lingkungannya
Mengapa harus KUBE
KUBE merupakan media untuk
meningkatkan motivasi warga lebih maju
Meningkatkan interaksi dan kerja sama
Dapat saling berbagi pengalaman,
berkomunikasi dan dapat menyelesaikan
masalah dan berbagai kebutuhan
Meningkatkan pengetahuan wawasan
dan berpikir
Menumbuh kembangkan sikap-sikap
berorganisasi dan pengendalian emosi
serta menumbuhkan rasa kebersaaan,
kekeluargaan dan kepedulian
Tahap Pembentukan KUBE
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pengembangan Usaha
Tahap Kemitraan Usaha
Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap Persiapan
Kegiatan pada tahap persiapan terdiri
dari orientasi dan observasi registrasi
dan identifikasi, perencanaan program
pelaksanaan penyuluhan sosial umum,
bimbingan pengenalan masalah,
bimbingan motivasi, dan evaluasi
persiapan (oleh aparat desa, petugas
pendamping, pembina fungsional)
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap pelaksaan meliputi:
seleksi calon keluarga binaan sosial
(KBS), pembentukan pra-kelompok dan
kelompok; pemilihan/penentuan jenis
usaha pelatihan pendamping, pelatihan
ketrampilan anggota KUBE, pemberian
bantuan makanan atau
santunan/jaminan hidup, bantuan
stimulan permodalan, pendampingan
dan evaluasi (oleh aparat desa, petugas
pendamping, pembina dan instansi
Tahap Pengembangan
Usaha
Kegiatan pada tahap pengembangan
usaha meliputi:
1. Bimbingan pengembangan usaha
2. Pemberian bantuan pengembangan
usaha
3. Pendampingan dan evaluasi (oleh
petugas pendamping petugas pembina
fungsional)
Tahap Kemitraan Usaha
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
1. Investarisasi sumber-sumber yang ada
(SDA, SDE, SDS dan SDM)
2. Membuat kesepakatan-kesepakatan
3. Pelaksanaan kemitraan usaha
4. Bimbingan kemitraan usaha
5. Perluasan jaringan kemitraan usaha
6. Evaluasi (oleh pendamping dan pembina
fungsional)
Tahap Monitoring dan
Evaluasi
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
1. Pengendalian dan monitoring proses
pelaksanaan yang sedang berjalan
2. Evaluasi terhadap keberhasilan yang
sudah di capai (oleh: petugas pendamping
dan pembina fungsional)
Pengelolaan KUBE
Pengelolaan kelompok
Pendekatan kelompok
Dibentuk kepengurusan
Kegiatan KUBE sehari-harinya dipimpin ketua
kelompok dibantu pengurus-pengurus
Pengambilan keputusan diserahkan kepada ketua
dan pengurus
Pengeluaran dana diserahkan kepada muskel
Pendamping berperan sebagai fasilitator, pemberi
saran dan pertimbangan-pertimbangan demi
kemajuan kelompok
Kelompok KUBE harus menetapkan
ketentuan-ketentuan yang mengatur
kegiatan kelompok
Pengelolaan jenis usaha
Dikembangkan beberapa jenis UEP yang
sesuai dengan minat, potensi dan
kemampuan para anggota serta potensi
lingkungan
Jenis usaha yang dikembangkan
sepenuhnya diserahkan kepada anggota
kube
Anggota KUBE dapat bekerjasama
dengan pengusaha atau instansi terkait
Bila jenis usaha sudah beragam,
pengelolaan jenis usaha dapat
diserahkan pada satu atau beberapa
orang yang dianggap mampu, namun
pembinaan anggota tetap berada pada
kelompok KUBE
Kelembagaan KUBE
Keanggotaan KUBE
A. Kriteria Anggota

1. Keluarga fakir miskin yang mempunyai

pendapatan di bawah garis kemiskinan (tingkat


pengeluaran sama dengan 480kg untuk perkotaan
dan 320kg untuk pedesaan) RTM
2. Warga masyarakat yang berdomisili tetap

3. Berusia 17 tahun dan maksimal 50 tahun

4. Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok

5. Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha

ekonomi tertentu
b. Jumlah Anggota KUBE
1. Jumlah anggota KUBE 10KK

2. Satu kelompok KUBE yang anggotanya


yang dikategorikan fakir miskin dapat
memilih anggotanya yang bukan
kategori fakir miskin, namun
mempunyai kemampuan dan potensi
serta semangat kewirausahaan. Dalam
satu kelompok KUBE jumlahnya hanya
maksimal 20% dari jumlah anggota
yang ada.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembentukan kelompok
1. Kedekatan tempat tinggal

2. Jenis usaha atau keterampilan anggota

3. Ketersediaaan sumber/keadaan geografis

4. Latar belakang kehidupan budaya

5. Memiliki motivasi yang sama

6. Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat

yang sudah tumbuh berkembang lama

Anda mungkin juga menyukai