Anda di halaman 1dari 34

Journal Reading

THE IMPACT OF PRIOR TONSILLITIS AND TREATMENT MODALITY ON


THE RECURRENCE OF PERITONSILLAR ABSCESS: A NATIONWIDE
COHORT STUDY

PEMBIMBING:
D R . P R A M U S O N T O A D I , S P. T H T- K L

DISUSUN OLEH:
LARA MEIZA ANINDIA 2012730056
PENDAHULUAN

o Infeksi leher dalam adalah salah satu penyakit menular yang paling
mematikan dengan potensi morbiditas dan mortalitas berkisar antara
1,6% sampai 40%
o Abses Peritonsilar (PTA) adalah jenis yang paling umum dari infeksi
leher dalam, dan menyumbang sekitar 30% dari abses kepala dan leher.
o Meskipun semua pengobatan awalnya efektif, sebagian besar PTA
cenderung kambuh.
o Hipotesis mengungkapkan bahwa riwayat tonsilitis sebelumnya dan
modalitas pengobatan secara independen terkait dengan peningkatan
risiko kekambuhan PTA.
o penelitian retrospektif nasional ini menilai bagaimana tonsilitis rekuren
dan model pengobatan meningkatkan risiko kekambuhan PTA.
METODE
Studi Kohord Retrospektif

Subjek : Seluruh peserta program NHI (National Health Insurance)


dengan Diagnosa Abses Peritonsilar di Taiwan periode Januari 2001-
Desember 2009

Populasi studi : 28.837 pasien

Kriteria ekslusi:
Pasien dengan abses peritonsilar yang pernah mengalami kekambuhan
Pasien dengan Diagnosa abses peritonsilar pada tahun 2000
Pasien yang menjalani tonsilektomi selama tahun follow up
METODE

PTA rekuren : kejadian PTA setelah 30 hari diagnosis PTA


pertama kali.

Variable independen
Demografi
riwayat tonsilitis sebelumnya
modalitas pengobatan
co-morbiditas

Analisis data : Cox model hazard proporsional Menggunakan


SAS versi 9.3
HASIL
Usia rata-rata adalah 25,5 18,9 tahun untuk seluruh kelompok
PTA dan 13,8 15,6 tahun untuk pasien PTA berulang.

Terdapat 1.486 (5,15%) pasien mengalami PTA berulang selama


4,74 tahun follow-up.
Tingkat kekambuhan 6,7% pada pasien berusia <30 tahun.
2,1% untuk mereka yang berusia 30 tahun (p <0,0001).

Rata-rata waktu kekambuhan adalah 1,16 1,28 tahun setelah


PTA pertama.
HASIL

1.486 pasien PTA berulang 82,6% dengan riwayat tonsilitis.

Pasien dengan riwayat tonsilitis 5 kali berisiko 2,82 kali lipat mengalami
PTA berulang.

Risiko PTA berulang pada pasien usian 18 tahun dengan pengobatan


aspirasi jarum.

Keseluruhan : Risiko PTA berulang pada pasien usia 30 tahun dengan


riwayat tonsilitis 5 kali .

Tonsilektomi pada 432 pasien (1,48%) selama 4,74 tahun follow-up. Dan
tonsilektomi setelah kekambuhan PTA 3.84% pada 1486 pasien PTA berulang.
DISKUSI

Kronenberg, penelitian retrospektif pasien dengan riwayat


tonsilitis berulang memiliki insiden empat kali lebih tinggi
mengalami kekambuhan PTA.

Savolainen pasien dengan lebih dari tiga episode tonsilitis


sebelumnya memiliki tingkat kekambuhan secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka dengan tiga atau
kurang episode tonsilitis sebelumnya.

Wolf riwayat tonsilitis berulang sebelum PTA tidak memiliki


peningkatan yang signifikan pada tingkat kekambuhan PTA
DISKUSI

penelitian retrospektif 160 pasien pasien dengan


aspirasi jarum berisiko lebih besar mengalami
kekambuhan PTA.

Penelitian lain tidak ada perbedaan dalam berbagai


modus pengobatan pada 38 anak-anak.

Tonsilektomi pada pasien dengan risiko tinggi


kekambuhan PTA (riwayat tonsilitis dan <40 tahun)
KESIMPULAN

Risiko kekambuhan PTA meningkat pada:


Pasien dengan riwayat tonsilitis 5 kali pada semua
kelompok usia
Pasien dengan aspirasi jarum di subkelompok anak.

Pasien berusia lebih muda dari 30 tahun dengan


episode tonsilitis 5 kali sebelumnya memiliki risiko
terbesar dari kekambuhan PTA.
ABSES PERITONSILLAR

Abses peritonsilla (Quinsy) merupakan kumpulan


pus pada jaringan peritonsilar (merupakan
komplikasi dari tonsillitis akut sebelumnya)

Quinsy juga diikuti dengan terbentuknya pus di


luar kapsul tonsil, yaitu pada ruang potensial
fossa supratonsil sehingga memberikan
gambaran edema dari palatum molle.
ANATOMI

Tonsil merupakan massa


yang terdiri dari jaringan
limfoid yang ditunjang oleh
jaringan ikat dan kriptus di
dalamnya.
4 Tonsil :
Tonsilla faringeal
Tonsilla tuba
Tonsilla palatina
Tonsila lingualis
ANATOMY
Kutub atas tonsil :celah supratonsil yang
merupakan sisa kantong faring kedua.

Kutub bawah : melekat pada dasar lidah.

Sisi medial memiliki bentuk yang bermacam-


macam dan terdapat kriptus di dalamnya.

Sisi lateral merekat pada fossa faring atau yang


biasa disebut dengan kapsul tonsil.
PATOFISIOLOGI

Tidak diketahui

Perkembangan dari tonsilitis eksudatif, peritonsillitis abcess


fossa tonsillaris Superior dan lateral (jaringan ikat longgar)
supurasi ke ruang peritonsilar
Stadium infiltrasi : edema dan hiperemis permukaan peritonsillar
Stadium supuratif : area peritonsillar lembek edematous pus pada
uvula and tonsil kontralateral inflamasi lanjut iritasi ke m.
pterigoideus interna TRISMUS

Inflamasi kelenjar Weber Selulitis lokal obstruksi duktus


nekrosis jaringan, produksi pus, Abses peritonsillar
STADIUM

Stadium Infiltrasi
Infiltrasi dari sel-sel radang sehingga menyebabkan gejala-
gejala inflamasi seperti color, rubor, dolor, tumor dan
fungsio lesa lokal pada permukaan mukosa palatum molle.

Stadium abses/ lanjut


Daerah yang terinflamasi menjadi lunak dan kekuningan
akibat pembentukan pus.
Tonsil mengalami edema, terdapat banyak detritus dan
terdorong ke arah superior dan medial, uvula menjadi
bengkak (white grape appearance) dan terdorong ke arah
kontralateral.
ETIOLOGI
Komplikasi dari tonsilitis atau infeksi kelenjar Weber
Virus
EBV
Adenovirus
Influenza
Herpes simplex

Bakteri Aerob/ Anaerob


Aerob: Streptococcus pyogenes (Grup A Beta-hemolytic
streptococcus), Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae.
Anaerob: Fusobacterium Prevotella, Porphyromonas,
Peptostreptococcus
FAKTOR RESIKO

Infeksi pada gigi dan rongga mulut


Tonsillitis akut (eksudatif)
Merokok
GEJALA

Demam
Malaise
nyeri tenggorokan
Odonifagia
Disfagia
Otalgia ipsilateral
Hot potato voice / muffled voice
nafas berbau
PEMERIKSAAN FISIK

Trismus
Palatum molle eritema,
edem dengan uvula
terdorong kontralateral.
Tonsil hiperemis, edema,
eksudatif, terdorong ke
depan tengah bawah
Drooling
Limfadenitis cervical
PENUNJANG
Complete Blood Count
Throat culture/ swab culture: Identifikasi
Organisme penyebab
Plain radiographs (Lateral soft tissue)
CT-Scan
USG intraoral
DIAGNOSIS BANDING

Tonsilitis Unilateral
Peritonsillar celllulitis
Abses Retrofaringeal
KOMPLIKASI

Obstruksi Saluran Pernafasan


Aspirasi pneumonitis e.c Abses pecah spontan
Sepsis nekrosis ke dalam arteri karotis akibat
penyebaran infeksi
Penyebaran infeksi ke jaringan leher dalam atau
mediastinum posterior
Sequele poststresptococcal (glomerulonephritis
dan Rheumatic fever)
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

1. Medication: antibiotic & symptomatic


2. Needle aspiration + antibiotic iv
3. Insisi Drainase
4. Tonsillectomy
5. Steroid
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Antibiotik Intravena
Ampisilin 3 mg tiap 6 jam

Penicillin G 10 juta U tiap 6 jam + metronidazole 500mg tiap 6 jam

Clindamycin 900mg tiap 8 jam

Antibiotik Oral
Amoxicillin clavulanate 875 mg ( diberikan 2 kali per hari)

Penicillin VK 500 mg (4 kali sehari) + metronidazole 500mg (4 kali


sehari)
Clindamycin 600mg (2 kali sehari) / 300mg (4 kali sehari)
Terdapat berbagai macam tonsilekmi:
A chaud : Tonsilektomi segera setelah drainase

A thiede:Tonsilektomi setelah 3-4 hari sesudah


drainase

A froid :Tonsilektomi setelah 4-6 minggu


sesudah drainase
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai