Klasifikasi Alat Pemadam Api dan Kebakaran Cara Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan Alat Pemadam Api
Alat pemadam Api : Alat untuk memadamkan Api
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) : alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dioperasikan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadi kebakaran Alat pemadam api berat (APAB) dikenal juga dengan istilah mobile fire extinguisher. Alat pemadam api ini disebut mobile karena umumnya dilengkapi dengan dua buah roda untuk memudahkan mobilitas pengguna. Roda diperlukan karena APAB memiliki bobot cukup besar, yakni dari kisaran 20100kg. Klasifikasi Jenis-jenis Apar :
APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)
APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder) APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF) APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide) APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron) VIDEO Pengunaan APAR
VIDEO Penggunaan APAB
Penggunaan APAB sangatlah sederhana. Ingatlah empat langkah singkat berikut
ini. Letakkan APAB sekitar 50 meter dari lokasi kebakaran (sebaiknya Anda tidak berada terlalu dekat dengan api). Letakkan APAB dalam posisi tegak. Tarik pin pengaman, yang umumnya berbentuk T, untuk membuka cartridge. Bentangkan selang penyemprot dan tekan tuas pegangan/katup untuk menyemprotkan medium pemadam kebakaran ke arah api. Pemilihan Alat Pemadam yang Tepat
Disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran
Mempunyai petunjuk cara pemakaian yang jelas Mempunyai test keamanan (pressure tested) Mempunyai test kemampuan memadamkan api Mempunyai suku cadang peralatan (backup service) Penempatan alat pemadam api (portable) Tempatkan pada setiap 200 m2 atau pada setiap ruangan, dengan kapasitas disesuaikan Mudah terjangkau, jarak antara lantai dan alat 1 s.d 1,25 m Mudah terlihat Jarak maksimum penempatan peralatan pemadam api portable di suatu lokasi dalam suatu bangunan dari satu fire point ke fire point lainnya kurang lebih 15 m Alat pemadam api portable jenis CO2 atau jenis busa hanya dipasang pada ruangan atau bangunan yang mempunyai tingkat bahaya tertentu Ditempatkan sesuai kondisi lokasi yang membahayakan Unit-unit pemadam kebakaran dapat diminta untuk membantu penyimpanan alat pemadam api portable sesuai dengan keadaan ruangan/bangunan Semua tabung pemadam sebaiknya berwarna merah Dilarang memasang alat pemadam yang didapati sudah berlubang atau cacat karena karat Jarak antara langit-langit dan alat tidak boleh <1,2 m, jarak antara dasar lantai dan alat tidak boleh <15 cm Alat pemadam tidak boleh diletakkan pada suhu >49oC atau <-44oC kecuali memang dibuat khusus untuk diluar batas tersebut Perawatan APAR Perawatan APAR menurut No.Per.04/MEN/1980 Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali dalam 1 tahun Pemeriksaan dalam jangka waktu 6 bulan meliputi : Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan mekanik penembus segel. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label harus selalu dalam keadaan baik. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukkkan tanda-tanda rusak. Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR tersebut dapat dipasang kembali. Untuk APAR jenis busa dapat diperiksa dengan mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar tabung, bila sudah cukup kuat maka APAR tersebut dapat dipasang kembali. Untuk APAR jenis CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan dengan berat yang tertera pada APAR tersebut, bila kekurangan berat 10 % tabung APAR tersebut harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan. Pemeriksaan dalam jangka waktu 12 bulan : Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan. Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu. Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik. Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik. Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat karena karat. Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik. Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak dengan baik. Lapisan pelindung diri tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. Ketentuan Pidana
Pengurus yang tidak mentaati ketentuan tersebut pasal 24
diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-(Seratus ribu rupiah) sesuai dengan pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang- undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Perbedaan APAB dan APAR
Perbedaan APAB dengan APAR terletak pada tekanannya.
APAR memiliki tekanan langsung dalam arti medium pemadam kebakaran
seperti karbondioksida, foam AFF (Aqueous Film Forming), dan dry chemical powder telah bercampur menjadi satu dengan nitrogen kering sehingga ketika kita menekan tuas pegangan/katupnya, medium pemadam kebakaran dapat langsung keluar.
Dalam APAB, tekanan yang ada adalah tekanan tidak langsung
(sistem cartridge) dalam arti tekanan tidak dicampur menjadi satu dengan medium pemadam kebakaran. Alat Pemadam Api Sederhana
Fire Blanket Penggunaan Fire Blanket
VIDEO More videos?
APAR 1 APAR 2 Daftar Pustaka
Kepmenaker RI No. KEP-186/ MEN/ 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja. Permenakertrans No. Per. 04/ MEN/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Santoso Gempur, 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi Pustaka. Sumamur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Sumamur, 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.