Anda di halaman 1dari 103

SISTEM INSTALASI

PROTEKSI KEBAKARAN
AKTIF - PASIF
• Pengenalan sistem proteksi kebakaran
aktif dan pasif;
• Macam-macam sistem proteksi kebakaran
aktif dan pasif;
• Cara kerja sistem proteksi kebakaran aktif
yang terpasang di tempat kerja.
Melalui program training ini diharapkan peserta dapat
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam :
•Memahami pengertian sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif;
•Memahami Macam-macam sistem proteksi kebakaran
aktif dan pasif;
•Memahami cara kerja sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif yang terpasang di tempat kerja.
Bahwa untuk menanggulangi kebakaran di
tempat kerja, diperlukan adanya peralatan
proteksi kebakaran yang memadai, petugas
penanggulangan kebakaran yang ditunjuk
khusus untuk itu, serta dilakukannya prosedur
penanggulangan keadaan darurat.
Sistem proteksi kebakaran aktif
Sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem
pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus.

Sistem proteksi kebakaran pasif


Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui
pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan

Ref : Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008


Tentang Persyaratan Tehnis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungannya
“Fire Extinguishers”
ALAT PEMADAM API RINGAN
PENGERTIAN
Suatu alat pemadam kebakaran yang
dapat dijinjing/di bawa, dioperasikan
oleh satu orang, berdiri sendiri,
mempunyai berat antara 0,5 kg s/d <20
kg dan digunakan pada pemadaman api
awal.
Pemasangan dan Penempatan APAR

• Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan


harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan,
• Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan
harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran,
• Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
• Pada ketinggian 15 – 120 cm
• Pada suhu antara 40 C – 490 C
• Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya
berwarna merah

Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980


Jenis Alat Pemadam Api Ringan terdiri
Jenis cairan (air);
Jenis busa;
Jenis tepung kering;
Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);

Bagian-bagian
APAR
PRINSIP PENGOPERASIAN APAR
YAITU P-A-S-S:

P A Pull : tarik atau cabut pin


pengaman APAR
Aim : arahkan nozzle atau
selang ke sumber api

S S Squeeze : tekan handle


dari APAR
Sweep : kibas-kibas
arahkan semprotan ke
api
A. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);
C. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
D. Kebakaran logam (Golongan D)

Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980


1. Catridge
2. Stored Pressured
3. Self Expelling

CO2

Stored
Gas
Pressure
Cartridge
Tipe Tabung Gas Catridge
Suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar oleh gas
bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
Tipe Tabung Gas Catridge

Cara kerja dari Catridge System ini ialah


dengan merobek membran catridge sehingga
gas bisa mengalir masuk ke dalam tabung
pemadam. Karena adanya gas yang terlepas
dan masuk ke tabung pemadam,
menyebabkan media kimia (Dry Chemical)
tertekan menuju selang agar bisa digunakan
untuk memadamkan api.
Tipe Tabung Stored Pressured
Gas pendorong dan media pemadam tersimpan dalam satu ruangan
dan penyemprotan dikendalikan dari katup tekanan. Tipe ini
mempunyai keuntungan mudah diinspeksi karena dilengkapi dengan
pengukur tekanan (Pressure Gauge) yang mengindikasikan siap
pakai.
Tipe Tabung Stored Pressured

Antara gas pendorong dan media dijadikan satu


ke dalam tabung. Sistem kerja pada tabung
pemadam ini ialah dengan menggunakan katup
(buka / tutup), ketika kita menekan Handle maka
katup akan terbuka dan akan memberi jalan bagi
media untuk keluar dari selang.

Karena menggunakan sistem katup, Stored


Pressure System menonjolkan kemampuannya
untuk dapat kita kontrol penggunaannya, seperti
tekanan yang dikeluarkan dapat kita tentukan
besar kecilnya melalui Handle.
Tipe Self Expelling
Konstruksi tabung dimana antara gas pendorong juga sebagai
media pemadam seperti pada tabung gas CO2
TIPE APAR
MULTIPURPOSE DRY CHEMICAL

A Trash Wood Paper


A Trash Wood Paper
• Klas “A”, “B”, atau “C”
ukuran 2.5-20 lb. dry chemical (ammonium
phosphate) bertekanan + 50-200 psi (nitrogen
gas)
B Liquids Grease
B Liquids Grease
(50 psi = 3.4 bar, 200 psi = 14 bar)
• Waktu penyemprotan 8-25 detik.
• Mempunyai pressure gauge untuk
C Electrical Equipment
C Electrical Equipment
pemeriksaan visual
• Jarak efektif maksimum 1.5-4 m.
• Metoda Pemadaman smothering .
TIPE APAR
CARBON DIOXIDE (CO2)
• Kebakaran klas “B” atau “C”
A Trash Wood Paper
A Trash Wood Paper

• 2.5-100 lb. of CO2 gas pada 150-200 psi


(waktu penyemprotan 8-30 detik) (150
psi = 10,3 bar, 200 psi = 14 bar)
B Liquids Grease
B Liquids Grease • Tidak ada pressure gauge– kapasitas
ditentukan dari beratnya.
• Jarak fektif maksimum 1- 1.5m.
C Electrical Equipment
C Electrical Equipment
• Pemadaman berdasarkan smothering &
cooling.
• Effectiveness menurun sebanding dengan
kenaikan temperatur.
Bahwa setiap Alat Pemadam Api Ringan harus diperiksa 2 (dua)
kali dalam setahun, yaitu:
• Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
• Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan

Jika perlengkapan alat pemadam api ringan rusak atau cacat saat
ditemui dalam pemeriksaan, maka segera diperbaiki atau diganti
dengan alat pemadam api ringan yang baik.
Setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman tabung (safety pin),
Bagian-bagian luar tabung tidak boleh cacat termasuk handle dan
label harus selalu dalam keadaan baik,
Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak, atau menunjukan tanda – tanda rusak,
Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat
diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan
tersebut dapat dipasang Kembali,

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis
tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai
dengan aslinya dapat dipasang Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara
melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang
Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa dengan
cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera
pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat
sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan
berat yang ditentukan.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan
dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung
dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut :
Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan,
Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh
tersumbat
Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking
harus masih dalam keadaan baik,
Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik,

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
 Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau
cacat karena karat,
 Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan
larutannya harus dalam keadaan baik,
 Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
 Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap tekanan coba
sebesar 20 Kg per CM2.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (Dry Chemical) dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga
supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung keringnya
dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir,
Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh
tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai rusuk dan sisi yang tajam,
Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik,
Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat,
Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya
yang diperiksa dengan cara menimbang.

Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11


Hidrotest APAR
Setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun

Hidrotest Alat Pemadam Api Ringan merupakan sebuah proses


untuk mengetahui sebuah tabung APAR masih layak digunakan
atau tidak dengan cara menekan tabung dengan tekanan 1,5x
tekanan normal yang dapat di handle alat pemadam tersebut
Manfaat Hidrotest APAR

• Untuk mengetahui kondisi tabung APAR, karena tabung APAR


harus selalu dalam kondisi prima.
• Untuk mendeteksi kerusakan atau kebocoran yang mungkin
terjadi pada tabung APAR. Pengetesan ini akan memberi manfaat
pada pengguna APAR karena dapat terhindar dari malfungsi
APAR, misalnya APAR tidak mau bekerja dengan baik karena
tekananya turun.
• Hydrotest juga bisa menghindarkan pengguna APAR dari hal-hal
yang diakibatkan tekanan tidak stabil. Misalnya kondisi fisik
tabung APAR yang rusak akan membuatnya semakin berbahaya.
Langkah Hydrotest

 Pastikan menggunakan peralatan K3


 Siapkan semua peralatan dan material
 (peralatan : hydrostatic pump, kunci tracker, kunci inggris, timbangan, plug,
adaptor, dan material material : cylinder seal tape)
 Melakukan pengosongan media dalam tabung APAR.
 Setelah media dikosongkan dari tabung APAR, periksa kondisi fisik tabung
APAR. Cek jika ada penyok, bagian yang berlubang atau korosif. Jika
ditemukan lubang atau korosif, sebaiknya hydrotest tidak dilakukan pada
tabung
 Setelah tabung selesai dicek dan siap melakukan hydrotest,
 Selanjutnya isi tabung dengan air. Sesudah tabung diisi air, periksa informasi
tentang tekanan kerja tabung. Berikan 1,5 x tekanan kerja pada saat uji
hydrotest.
 Apakah ada kebocoran :
− jika ya hentikan dan periksa kebocoran tersebut
− Jika tidak proses selesai, tabung di lepaskan dari selang hydrotest dan tabung
siap dipakai
Contoh Checklist pengecekan APAR
Media pemadam
untuk berbagai klasifikasi kebakaran

Simbol Klas
Tipe Kebakaran Bahan Pemadam
Pemadam
Bahan padat mudah Air, busa, Serbuk kimia kering,
A
terbakar pengganti halon
Serbuk kimia kering, busa, karbon
B Cairan/gas mudah terbakar
dioksida, pengganti halon
Serbuk kimia kering, karbon dioksida,
C Peralatan listrik
pengganti halon
Serbuk kering yang diberi sodium
D Logam mudah terbakar chloride/sodium potassium, dan bahan
grafit

Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980


Adalah komponen dan sub-sub komponen yang
dirangkai dengan suatu tujuan memberi
peringatan dini baik kepada penghuni maupun
kepada petugas, bila di suatu area tertentu adanya
indikasi kebakaran atau terjadi kebakaran.

Suatu Sistem yang memiliki fungsi untuk mendeteksi


secara dini adanya suatu kebakaran awal.
Instalasi Alarm Kebakaran Automatic
Sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor asap,
panas, nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya
yang dipasang pada sistem alarm kebakaran

Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:


1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.

Pada System ini ditentukan berdasarkan pembagian per area/zone yaitu dengan menggabungkan
beberapa detektor dalam satu area / zone.

Setiap zone langsung dihubungkan ke panel control, sehingga jumlah kabel yang masuk ke dalam
panel control sama dengan banyaknya jumlah zone yang terpasang

Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID
Alamat yang khusus, yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke detector
dan ke Panel.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir
dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop).
Sistem Addressable (Alamat)
Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-
sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana.
Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan
deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi.
•ULTRA VIOLET
Nyala
•INFRA RED

Panas •FIXED TEMPERATURE


•RATE OF RISE

Asap •IONIZATION
•OPTIC

Manual •Push bottom


•Full down
•break glass
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

1). Detektor Asap (smoke detector)


Detektor yang bekerjanya berdasarkan terjadinya akumulasi asap
dalam jumlah tertentu.

Ada 2 tipe detektor asap (smoke detector)


a)Detektor asap Photo-elektrik
Contoh bentuk smoke detektor Optik

b)Detektor asap Ionisasi

Contoh bentuk smoke detektor Ionisasi


Jenis Smoke Detector:
a. Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan
pembiasan cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk
dengan kepadatan tertentu.

Saat kepadatan asap (smoke density) sudah memenuhi ambang batas (threshold),
rangkaian elektronik yang terdapat didalam smoke detector akan aktif. Karena berisi
rangkaian elektronik smoke detector membutuhkan tegangan. Dari sifatnya, smoke
detector photoelectric tidak terlalu sensitif terhadap api atau asap kecil sehingga
jarang terjadi false alarm.

Light-emitting Diode (LED)


Jenis Smoke Detector:
b. Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap
dengan unsur radioaktif amercium di dalam ruang detector (smoke chamber).

Amerisium adalah unsur kimia sintetik dalam sistem periodik unsur yang memiliki lambang Am dan nomor atom
95. Nama elemen ini diambil dari nama negara Amerika sementara penggunaanya antara lain adalah sebagai
detektor asap. Saat ada asap masuk melalui celah depan, asap akan bereaksi dengan Amerisium dan
menimbulkan arus listrik dan alarm akan menyala.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
2). Detektor Panas (heat detector)
Detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu

a. Detektor Panas Rate Of Rise (ROR)


Mampu mendekteksi dengan cepat terhadap kenaikan suhu 12-15OC dalam
1 menitnya. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja
berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati
masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55 OC - 63 OC sensor
ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
PENGINDRA PANAS TYPE PENGEMBANGAN SUHU
(Rate Of Rise Heat Detector)
• Deteksi ini memiliki komponen:
Ruang deteksi yang dilengkapi membran (diafragma)
sebagai pendorong titik kontak tsb.

• Prinsip kerja deteksi ini bila disuatu ruangan terjadi


kebakaran sehingga terjadi perubahan suhu yg
cepat antara 70 – 100 / detik dan pemuaian udara
diruang tertutup tersebut mengakibatkan membran
terdorong naik dan dgn terdorongnya membran
sekaligus mendorong mechanical contact menjadi
aktif dan alarm berbunyi.

Biasanya alat ini digunakan sebagai alat deteksi


panas biasa untuk ruangan2 kantor, hotel, pusat
perbelanjaan dan lain2.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

b. Heat Detector Fixed Temperature


Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas
yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement,
dsb.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

Detektor Nyala Api (Flame detector)


Flame detector merupakan alat optik yang digunakan untuk mendeteksi nyala
api. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi radiasi infra-red atau ultraviolet
dari api yang menyala. Flame Detektor umumnya akan merespon jauh lebih
cepat misalnya terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh gas dan cairan yang
mudah dibakar.

Alat ini mendeteksi api melalui metode optik yaitu UV (ultra violet), IR (infra red),
yang mana dari metode optik tersebut adanya nyala api dapat dideteksi. Api kebakaran
akan dapat terdeteksi dariultra violet yang dihasilkan oleh api, sehingga alarm
kebakaran dapat menyala.
Jenis-jenis alat deteksi api adalah sebagai berikut:

1)UV Flame Detector, dimana teknologi ini dapat mendeteksi kebakaran dengan
sensor sinar UV, dimana detektor ini akan menangkap sinyal adanya kebakaran
jika terdapat radiasi dengan spektral mulai dari 180 hingga 260 nanometer.
2)UV/IR Flame Detector, dimana teknologi ini merupakan penyempurnaan
dariUV Flame Detector.Detektor ini mendeteksi adanya kebakaran dengan
sensor integrasi antara UV daninfra red.
3)Muti-Spectrum IR Flame Detector (MSIR), dimana detektor ini bekerja
mendeteksi adanya kebakaran dengan cara mamnfaatkan secara multipel
daerah spektral IR. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perbedaan radiasi dari
sumber kebakaran dan bukan sumber kebakaran.
4)Visual Flame Imaging Detector, dimana detektor ini mampu mendeteksi
kebakaran secara visual sehingga dinilai lebih nyata dalam mendeteksi
kebakaran. Detektor ini memanfaatkan perangkatCCD image sensors untuk
memvisualisasikan adanya sumber kobaran api
JENIS DAN TIPE DETEKTOR

Detektor Gas
Jenis detektor ini akan mendeteksi adanya kebocoran gas. Alat ini bisa mendeteksi
dua jenis gas, yaitu:
• LPG (Liquefied Petroleum Gas)
• LNG (Liquefied Natural Gas)
Perbedaan LPG dengan LNG adalah: LPG lebih berat daripada udara, sehingga
apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).
Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran,
maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan
posisi detektor yang akan ditempatkan.
Conventional Fire Alarm Control Panel

Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat


pengendali semua sistem dan merupakan inti dari
semua sistem alarm

Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya.
Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain
tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator
yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini,
diantaranya:
•Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
•Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
•Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
•Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
•Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan
sederetan indikator lainnya.
"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.
Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran
(Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkan kaca atau
plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini
adalah Emergency Break Glass.

Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca,
karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar
bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur
retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai
pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai
pertanda adanya kebakaran.

Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire
Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun
menunjukkan trouble dan atau adanya kebakaran.

Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu
LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada
saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu
mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi
kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip
Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya
cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar
dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang
banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu
diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan
piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika
tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Adalah suatu alat untuk
memberikan peringatan dini
kepada penghuni gedung atau
petugas yang ditunjuk,tentang
adanya kejadian atau indikasi
kebakaran di suatu bagian
gedung.

 Dengan adanya peringatan


secara dini tersebut akan
memungkinkan
penghuni/petugas dapat
mengambil tindakan
pemadaman atau melaksanakan
evakuasi jiwa maupun harta
benda .

DETEKTOR AUDIBLE ALARM

INPUT
Nyala

Panas VISIBLE ALARM

Asap
OUTPUT HYDRANT

ANN
MCFA
Alat ini adalah pusat dari Fire
Alarm System yang dapat
mengontrol bekerjanya seluruh
bagian detector dan manual
station juga memberikan
instruksi pada alarm bell,
lacation indicator lamp apabila
terjadi indikasi kebakaran.
Biasanya alat ini dipasang
pada ruang operation atau
control room dimana terdapat
pengawasan 24 jam.
Fasilitas yang dimiliki MCFA
 Power indicator lamp :
Untuk mengetahui kondisi catu daya pada
panel
 Fire Alarm Station :
Untuk mengetahui sinyal yang diterima
dari berasal dari Manual push Button.
 Intercom :
Untuk melakukan komunikasi dengan
Annunciator atau Fire Alarm Station
 Disconnection :
untuk menunjukkan adanya kabel
instalasi yang putus pada jaringan
detector.
Lanjutan........
 Accumulation :
Untuk mengetahui adanya alarm Palsu.
 Fuse Disconnection :
Untuk mengetahui adanya fuse yang
putus pada panel akibat gangguan yang
terjadi pada sistem.
 Silence :
Saklar ini berfungsi untuk mematikan
alarm bell.
 General alarm :
Untuk mengaktifkan bell pada seluruh
area gedung apabila keadaan darurat.
 Battery Check :
Untuk mengetahui kondisi battery back
up pada panel.
 Reset :
Untuk mengembalikan panel pada
keadaan normal.
Alat ini adalah bagian/tambahan dari
Control Panel Fire Alarm System yang
fungsinya sebagai monitor/pengamat
tambahan hanya tidak dapat berbuat aktif
seperti Control Panel. Alat ini juga
dilengkapi dengan Alarm Bell dan
telephone jack.
Biasanya alat ini dipakai apabila
dibutuhkan pengamat tambahan
diruangan lain seperti ruang General
Manager pada suatu hotel.
Alat ini bekerja apabila tombol mechanic yang dilapis
oleh plastic ditekan yang mengakibatkan mechanical
contact menjadi aktif.
Biasanya alat ini digunakan pada ruang2 umum/public
area sebagai alat diteksi manual dan untuk Manual Alarm
Station dilengkapi dengan telephone jack untuk
emergency communication.

Alat ini bekerja apabila Main Control Fire Alarm


menjadi aktif (Control Panel akan mensupply
tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).
Biasanya alat ini juga digunakan pada ruang
umum sebagai pemberi isyarat apabila terjadi
kebakaran (untuk evakuasi).
Alarm Bell.
Alat ini bekerja apabila
Main Control Fire Alarm menjadi
aktif (Control Panel akan mensupply
tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).
Biasanya alat ini juga digunakan
pada ruang umum sebagai pemberi
isyarat apabila terjadi kebakaran
(untuk evakuasi).
Pengetesan Smoke Detektor
Smoke Detector Tester

Insert tube into Adapter.

Rotate arrow on top of


can’s nozzle to point to
center of tube’s opening.

Spray Smoke Detector


Tester at smoke detector
for one to two seconds.
Testing Duct Mounted Smoke Detectors
Extension Devices are made of sturdy aluminum and non-conductive fiberglass

Snap can into clamp on


Remove rubber Smoke Detector Tester
cap from bottom Extension Head. (Smoke
of Extension Detector Tester is shown
head (N-30) with 1490 Adapter installed
on can.)

Connect first Extension Arm (N-59) Align arrow forward on


to Extension Head (N-30) or (PH) can’s activating nozzle.
by screwing poles together
clockwise until tight.
See table below for Extension
Devices required for indicated
testing elevations.

Aim at smoke detector


and press down on
activation trigger.
Connect additional Extension
Arms, as needed, to first
Entension Arm after removing
the rubber cap
Dispense with Ladders, Heat Guns, Heat
Lamps, Hair Dryers, and Extnesion Cords
HEAT DETECTOR TESTER

Place one or two Heat Pads, depending on


the type of heat detector, into Adapter Tray
and secure with rubber bands. Dome type
and some thermister type do not require an
Adapter Tray; they need only one Heat Pad.

Fill Syringe with 2 tsp of water.


Use 1 tsp of water per Heat
Pad. Re-wet after Heat
Pad cools.

Wait 60 seconds and raise assembly making


sure Heat Pads make contact with the
detector’s sensor. Alarm should occur
within 15 seconds.
Contoh Hot gun hair dryers
Contoh
SISTEM HIDRAN
Suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
persediaan air, pompa, perpipaan, kopling outlet dan inlet serta
selang dan nozzle.
HIDRAN KEBAKARAN
Jaringan instalasi pipa air untuk
pemadam kebakaran yang dipasang
secara permanen
Komponen sistem Hidrant
- Sistem persediaan air (45,60,90 menit) 1 1/2 Inc
- Sistem Pompa
(Picu,Utama & Cadangan)
- Jaringan pipa
- Kopling outlet / Pilar / Landing valve 2 1/2 Inc
- Slang dan nozle 2 1/2 Inc
- Sistem kontrol tekanan & aliran

Out door

Seamiest
Connection

RESERVOAR
BAGIAN-BAGIAN HIDRAN KEBAKARAN
• RESERVOIR
Bak penampungan air untuk memasok kebutuhan sistim hidran
kebakaran,dapat berupa ground tank,pressure tank,atau grafity tank .

• POMPA-POMPA
Seperangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari resevoir ke
ujung pengeluaran .
- Pompa Picu (untuk mempertahankan tekanan statis)
- Pompa Utama(sebagai penggerak utama)
- Pompa Cadangan (sebagai penggerak cadangan)

• PEMIPAAN
- Pipa hisap (pipa yang terentang dari resevoir sampai pompa)
- Pipa header (pipa antara/pembagi dari pompa ke pipa penyalur)
- Pipa penyalur (pipa yang terentang dari header ke pipa tegak)
- Pipa tegak (terpasang vetikal dari lantai bawah sampai atas)
- Pipa cabang (pipa yang terhubung dari pipa tegak ke outlet)
FUNGSI MASING-MASING POMPA
POMPA PICU
•Untuk mempertahankan tekanan statis dalam jaringan sistim
hidran
•Bekerja untuk mengembalikan tekanan ke posisi semula
•Untuk memantau kebocoran pada jaringan sistim pompa
•Hidup (start) secara otomatis pada saat katup pengeluaran dibuka
•Stop secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup

POMPA UTAMA
•Sebagai penggerak utama bekerjanya sistim hidran .
•Bekerja secara otomatis setelah kapasitas minimum
•jockey pump terlampaui .
•Bekerja otomatis dan berhenti manual

POMPA CADANGAN
•Sebagai penggerak cadangan dari sistim hidran .
•Meskipun sebagai cadangan,tapi tetap dalam kondisi “ siaga
operasi “ .
•Bekerja apabila main pump mengalami kerusakan atau
sumber utama listrik dari PLN padam .
•Start otomatis dan stop manual .
MACAM-MACAM HIDRAN KEBAKARAN
• HIDRAN KOTA
Hidran yang terletak ditepi jalan dibuat dan dimiliki oleh
Pemerintah hanya untuk keperluan pemadaman kebakaran .
• HIDRAN HALAMAN
Hidran yang terletak di halaman suatu bangunan yang dibuat
dan dimiliki oleh bangunan tersebut untuk keperluan
pemadaman kebakaran.
• HIDRAN GEDUNG
Hidran yang terletak atau dipasang di dalam bangunan dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak
bangunan/gedung tersebut.
KLASIFIKASI HIDRAN KEBAKARAN

• HIDRAN KELAS I
Hidran yang outletnya berdiameter 2,5 inchi yang dipersiapkan
untuk petugas pemadam atau orang yang sudah terlatih .
• HIDRAN KELAS II
Hidran yang outletnya berdiameter 1,5 inchi yang dipersiapkan
untuk penghuni gedung .
• HIDRAN KELAS III
Hidran yang outletnya berdiameter 1,5 dan 2.5 inchi
(perpaduan hidran keles I dan II )
PETUNJUK PENGOPERASIAN HIDRAN GEDUNG
(Indoor)
• Buka pintu box hidran .
• Keluarkan selang dan
nozzle .
• Uraikan /gelar selang .
• Pegang nozzle .
• Buka kran ke arah kiri .
• Laksanakan pemadaman .
PETUJUK PENGOPERASIAN
HIDRAN LUAR (OUTDOOR)

1. Buka pintu box hidran halaman .


2. Keluarkan selang dan nozzle .
3. Ambil konci hidran .
4. Uraikan / gelar selang .
5. Sambung ke hidran dan nozzle .
6. Pegang nozzle .
7. Buka outlet hidran,putar ke posisi
open .
8. Laksanakan pemadaman .
SPRINKLER adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang
secara permanen untuk melidungi bangunan dari bahaya kebakaran
yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila
nosel/kepala springkler terkena panas pada temperatur tertentu.

KOMPONEN UTAMA :

 Persediaan air
 Pompa
 Siamaese koneksion
 Jaringan pipa
 Kepala Springker
53o C
141o C

68o C
182o C

79o C

204o C
260o C
93o C
JENIS SISTEM
SPINKLER
1. Sistem Pipa Basah (Wet pipe system).

2. Sistem Pipa Kering (Dry pipe system).

3. Sistem Pra-Aksi (Pre-action system).

4. Sistem Banjir (Deluge system).


SITEM PIPA BASAH
 Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler, baik
di atas maupun di bawah control valve berisi
air bertekanan sehingga memungkinkan
sistem akan bekerja pada saat kepala
sprinkler pecah dan langsung memancarkan
air.
 Sistim ini adalah yang paling biasa, paling
mudah dirancang, dan paling mudah dirawat.
 Sistim ini disarankan menjadi pilihan pertama
bagi perencana, dan dipasang bila suhu
tempat yang akan diproteksi dijaga pada atau
diatas 4° C (40° F).
SITEM PIPA BASAH
SISTEM PIPA KERING
 Suatu jaringan sprinkler dimana selain menggunakan katup kendali,
sistem juga dilengkapi dgn katup pipa kering (Dry pipe valve).Dari
katup pipa kering sampai ke titik sprinkler tidak berisi air, tatapi berisi
udara bertekanan. Sedangkan dari katup pipa kering sampai ke
pompa berisi air bertekanan.

 Sistim lebih rumit, memerlukan suatu pasokan udara/gas yang


handal, dan perencanaan khusus.

 Sistim ini dijumpai didaerah iklim dingin dengan suhu dibawah 4° C


(40° F), dan di gudang kamar dingin
(cold storage warehouse).
SISTEM PIPA KERING
SITEM PRA AKSI
 Sistem ini merupakan sistem kering yang menggunakan katup
jenis curah (Deluge type valve), peralatan deteksi dan kepala
sprinkler tertutup. Pada saat panas atau asap pada ruang yg
dilindungi mencapai suhu tertentu, panas atau asap tsb akan
dideteksi oleh detektor, yg selanjutnya akan mengaktifkan katup
curah dan air akan mengalir ke kepala sprinkler.
 Sistim lebih rumit, memerlukan suatu pasokan udara/gas yang
handal, sistem deteksi dan perencanaan khusus.
 Sistem ini cocok untuk peralatan komputer, telekomunikasi,
museum dan fasilitas lain.
SISTEM PRA AKSI
Sistem Banjir (Deluge system).

• Sistem ini biasanya menggunakan kepala sprinkler


terbuka dan dilengkapi dengan katup curah (Deluge
valve). Sistem ini dikombinasikan dengan sistem alarm
terpisah yang berfungsi mengaktifkan katup curah tsb.
• Begitu katup terbuka, air mengalir melalui kepala
sprinkler dan menghidupkan pompa kebakaran.
• Sistim ini cocok untuk fasilitas yang berisi cairan yang
mudah menyala dan terbakar. Juga untuk situasi
dimana kerusakan akibat kebakaran dapat terjadi dalam
waktu yang relatif singkat, misal hanggar pesawat
terbang.
Sistem Banjir (Deluge system).
KEPALA SPRINKLER/DEFLECTOR
DEFLECTOR
Terpasang pada rangka sprinkler, dimana arus air akan diarahkan dan
diubah ke suatu pancaran yang direncanakan untuk menutupi atau
melindungi suatu area tertentu. Jumlah air yang terpancar tergantung
kepada tekanan air yang keluar dan diameter lubang (orifice).
SPRINKLER CONTROL VALVE
Tiga komponen dasar sistem
springkler terdiri dari springkler itu
sendiri, sistem pemipaan dan
sumber air yang dapat diandalkan,
kebanyakan dari sistem springkler
disertai dengan alarm dan sistem
control valves
Control valve berfungsi untuk
menutup suplai air menuju
sistem sehingga dapat
dilakukan penggantian,
perawatan atau interupsi
sistem, posisinya berada antara
suplai sumber air dan sistem
springkler tepat dibawah alarm
valve atau berada di luar
bangunan dan harus
dikembalikan dalam posisi
terbuka setelah perawatan
SPRINKLER CONTROL VALVE (cont’d)
• Water flow alarms – alarm akan
menyala jika terdeteksi adanya
aliran air pada sistem springkler

• Alarm test valve – mensimulasikan


sistem kerja perangkat alarm laju
aliran air (water flow alarm device)

• Drain Valve – mengeluarkanair dari


sistem untuk keperluan
maintenance, dapat juga digunakan
untuk memeriksa sistem suplai air

• Test valve – mensimulasikan laju


aliran pada sistem springkler
sehingga dapat menilai kondisi kerja
alarm. Upaya pengetesan kondisi
kerja harus dilakukan setiap 6 bulan.
• Fire hose connection
SISTEM PROTEKSI PASIF
Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun
melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur
bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta
perlindungan terhadap bukaan
Sistem dan Sarana Proteksi Pasif

 Membatasi bahan-bahan mudah terbakar

 Struktur tahan api dan kompartemenisasi

 Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni

 Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi


Tangga Kebakaran
Tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi
kebakaran.
Pintu Kebakaran
Pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya
dipergunakan apabila terjadi kebakaran.
Pintu eksit harus diberi penanda yang mudah terlihat agar mudah
ditemukenali.
Titik berkumpul
Merupakan tempat yang digunakan bagi pengguna bangunan gedung
dan pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses
evakuasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sarana jalan keluar, antara
lain :
•Bebas dari barang-barang yang menggangu
•Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah
aman sementara dari api, asap dan gas tahan api minimal 1 jam
•Penerangan berdiri sendiri tidak tergantung pada sumber utama
•Arah menuju exit dipasang petunjuk yang jelas
•Pintu keluar darurat harus di beri tulisan
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada pintu eksit antara lain :
•Tidak boleh dikunci atau digembok.
•Kerusakan pada penutup pintu otomatik ( door closer) harus segera di
perbaiki
•Tidak Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan pintu selalu
terbuka, pada pintu yang harus selalu pada keadaan tertutup
•Pintu harus tahan terhadap api minimum 1 jam
•Cermin tidak dipasang pada pintu eksit
•Halangan benda dan lain-lain di depan pintu eksit.
Inspeksi harus dilakukan secara berkala setiap bulan, atau lebih sering
tergantung kondisi, untuk sebagai berikut:
(1)Pintu eksit
•Tidak boleh dikunci atau digembok.
•Kerusakan pada penutup pintu otomatik (door closer), segera diperbaiki
•Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan pintu selalu terbuka,
seharusnya pintu tersebut selalu pada keadaan tertutup.
•Apakah ada Halangan benda dan lain-lain di depan pintu eksit.

(2) Tangga kebakaran


•Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan terbuka pintu di tangga.
•Bersih, dan tidak digunakan untuk tempat istirahat/merokok penghuni/
karyawan, serta tidak digunakan untuk gudang.
•Tidak boleh dipakai untuk tempat peralatan seperti panel, unit AC dan
sejenisnya.
•Kerusakan pada lantai, anak tangga dan pegangan tangga, segera diperbaiki
•Lampu pencahayaannya hidup.
Inspeksi harus dilakukan secara berkala setiap bulan, atau lebih sering
tergantung kondisi, untuk sebagai berikut:
(3) Akses eksit dan koridor yang digunakan sebagai jalur untuk ke luar
•Bebas dari segala macam hambatan.
•Tidak digunakan untuk gudang.

(4) Eksit pelepasan di lantai dasar yang menuju ke jalan umum atau tempat
terbuka di luar bangunan harus tidak boleh dikunci.

(5) Tanda eksit


•Jelas kelihatan tidak terhalang.
•Lampu pencahayaannya hidup.
Pemeliharaan harus dilakukan sebagai berikut:
•Penutup pintu otomatik (door closer) yang rusak harus segera diperbaiki/diganti.
•Lampu pencahayaan tangga kebakaran atau tanda eksit yang mati harus segera
diperbaiki/diganti.

Pengujian harus dilakukan sebagai berikut


•Pencahayaan darurat pada sarana jalan keluar harus diuji coba selama 1½ jam
setiap tahun;
•Pengujian operasional dan berkala sistem fan presurisasi tangga kebakaran
harus dilakukan setiap 6 bulan dan mengikuti SNI 03-6571-2001 atau edisi
terakhir Sistem pengendalian asap kebakaran pada bangunan gedung.
• Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatam Kerja
• Permenaker 04/MEN/1980, tentang Alat Pemadam Api Ringan.
• Permenaker 02/MEN/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
• Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 Tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan
Kebakaran
• Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Tehnis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungannya.
• SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Terpasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran
• SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
• SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pengadaan Sarana Jalan Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
• SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm
kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
• SNI 03-3988-1995 Tentang Pengujian Kemampuan Peamdaman Dan Penilaian Alat Pemadam
Api Ringan (APAR)

Anda mungkin juga menyukai