Anda di halaman 1dari 12

Merdeka Agustina

18.11.4066.E.A.0007

Standar Operasional Prosedur Alat Pemadam Api


Ringan(APAR)

A. TUJUAN

Dalam rangka untuk mensiap siagakan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran, maka
setiap alat pemadam api ringan penggunaannya harus sesuai dengan dasar hukum Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor : Per-04/Men /1980 tentang
SYARAT – SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API
RINGAN

B. PEMASANGAN APAR

1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.

2. Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan tanda untuk menyatakan tempat
alat pemadam api ringan yang dipasang pada dinding.

3. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adala 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu
atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.

4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.

5. Kebakaran dapat digolongkan :

Kebakaran bahan padat kecuali logam ( Golongan A ).


Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar ( Golongan B ).

Kebakaran instalasi listrik bertegangan ( Golongan C )

Kebakaran logam ( Golongan D ).

6. Jenis alat pemadam api ringan terdiri dari :

Jenis cair ( air ).

Jenis busa.

Jenis serbuk Kering.

Jenis gas ( Hydrocarbon berhalogen dan sebagainya ).

7. Penempatan alat pemadam api ringan yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan
lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.

8. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan ) menggantung pada dinding
dengan penguat sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnyaatau ditempatkan dalam lemari
atau peti ( box ) yang tidak dikunci.

9. Lemari atau peti ( box ) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman
dengan tebal maximum 2 mm.

10. Sekang atau konstruksi penguat lainnya tidak bo;leh dikunci atau digembok atau diikat mati.

11. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman, harus sesuai dengan besarnya alat pemadam
api ringan yang ada dalam lemari atau peti ( box ) sehingga mudah dikeluarkan.

12. Pemasangan alat pemadam api rinagn harus dipasang sedimikian rupa sehingga bagian
paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, kecuali CO2 dan serbuk kering
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat jarak antara dasar alar pemadam api ringan tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai.
13. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu
melebihi 49 derajat C atau turun samai minus 44 derajat C kecuali apabila alat pemadam api
ringan tersebut dibuat khusus unutuk suhu diluar batas tersebut di atas.

14. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup
pengaman.

C. PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 ( dua ) kali dalam setahun, yaitu :

Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan.

Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan.

2. Cacad pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan, harus
segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacad.

3. Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara :

Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau
tidaknya segi pengaman tabung.

Bagian luar tabung tidak boleh cacad termasuk handle dan label harus selalu dalam keadaan
baik.

Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak, atau
menunjukan tanda – tanda rusak.

Untuk alat pemadam jenis busa diperiksa dengan mencampurkan sedikit larutan sodium
bicarbonate dan alumunium sulfat di luar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api
ringan tersebut dipasang kembali.

Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis tetra chloride diperiksa
dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali.

Cara – cara pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan cara lain sesuai dengan
perkembangan.
4. Pemerikasaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliouti dengan cara :

a. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup
kepala secara hati – hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, lalu di teliti :

Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang ditentukan.

Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.

Ulir tutup kepala tidak boleh cacad, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat.

Perlatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk
atau sisi yang tajam dan bak gasket atau packing harus masih dalam keadaan baik.

Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.

Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacad karena karat.

Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukakan larutannya harus dalam keadaan
baik.

Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik.

Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.

Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap tekanan coba sebesar 20 kg per cm2.

b. Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan dengan cara :

Isi tabung harus diisi dengan berat yang ditentukan.

Pipa pelelas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.

Ulir tutup kepala tidak boleh rusak, dan saluran keluar tidak boleh tersumbat.

Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.

Lapisan pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik.

Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.


5. Petunjuk cara – cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan jelas.

6. Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka
waktu tidak melebihi 5 tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan coba.

7. Untuk alat pemadam api ringan jenis carbon dioxide ( Co2 ) harus dilakukan percobaan tekan
dengan syarat :

Percobaan tekana pertama satu setengah kali tekana kerja.

Percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja.

8. Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara :

Untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali.

Untuk jenis cairan busa yang dicampur dahulu harus diisi 2 tahun sekali.

Untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 tahun sekali.

Untuk tabung selainnya diisi selambat – lambatnya 5 tahun sekali.

9. Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali harus dilakukan pemeriksaan atau
tindakan sebagai berikut :

Isinya dikosongkan secara normal.

Setelah seluruh isi tabung dikeluarkan, katup kepala dibuka dan tabung serta alat – alat
diperksa.

Bagian dalam dan luar tabung harus diteliti untuk memastikan tidak terdapat lubang – lubvang
atau cacad.

Ulir katup kepala harus dberi gemuk tipis, gelang tutup ditempatkan kembali dan tutup kepala
dipasang dengan mengunci sampai kuat.

Apabila ge;ang tutup terbuat dari karet harus dijaga gelang tersebut tidak terkena gemuk.
Tanggal, bulan dan tahun pengisian harus dicatat pada badan alat pemadam api ringan
tersebut.

Alat pemadam api ringan ditempatkan pada posisi yang tepat.

Standar Operasional Prosedur Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja
untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan :

a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.

c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

d. Bentuknya harus cukup menarik.

e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan


bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.

g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.


i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya, bahkan
mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar dapat
memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensial
yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan.

a. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang
dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi
bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh
tenaga kerja, antara lain:

1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh mesin
yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya
kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme,
percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

a) Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan
kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak
mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Topi pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal.

b) Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alatalat/ daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup
kepala ini biasanya terbuat dari kain katun. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)
c) Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca
buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan
air.

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu
dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi
mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan
benda keras, dll. Jenis alat pelindung mata antara lain:

a) Kaca mata biasa (spectacle goggles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elegtromagnetik.

b) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan larutan bahan kimia.
Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi
bahaya radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap,
debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum
melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu
mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan
kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagai
bentuk kontaminan tersebut.

b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.


d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.

Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

1) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar masuk
kedalam saluran pernafasan.

2) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan
gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:

a. Chemical Respirator

Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini
berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk
mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam
dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu
dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu
kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintetis yang dilapisi
dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam
atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat
pelindung tangan antara lain:
1) Sarung tangan bersih

Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan
sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan
dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila
tidak ada sarung tangan steril.

2) Sarung tangan steril

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan
bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang
didisinfeksi tingkat tinggi.

3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:

a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan dari api,
panas, dan dingin.

b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik, panas, luka,
dan lecet.

c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk melindungi tangan dari
radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.

d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan dari
kelembaban air, zat kimia.

e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC) untuk melindungi tangan dari
zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.

5. Baju Pelindung (Body Potrection)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu
panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain:

1) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari wool, katun,
asbes, yang tahan terhadap panas.

2) Celemek

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-
bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

3) Apron

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi pengion.

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda
keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat
pelindung kaki antara lain:

1) Sepatu steril

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah, laboratorium, ICU,
ruang isolasi, ruang otopsi.

2) Sepatu kulit

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh
benda-benda keras, panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas,
dingin.

3) Sepatu boot

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh
zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.
7. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam
telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:

1) Sumbat telinga (Ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua telinga dari orang
yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat telinga (Ear plug) harus dipilih sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter
saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak
lurus. sumbat telinga (Ear plug) dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis.
Untuk Ear plug yang terbuat dari kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk
sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak dapat
digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB.

2) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari
tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi
tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun
karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan
minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurang intensitas suara sampai 30
dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan
kimia.

8. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari
ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

Anda mungkin juga menyukai