Anda di halaman 1dari 24

Batuk

dan
Obat Simtomatik

Nita Yulisa
1311011018
Batuk

Bukanlah suatu penyakit


mekanisme pertahanan tubuh di saluran
pernapasan dan merupakan gejala suatu
penyakit atau reaksi tubuh terhadap
iritasi di tenggorokan karena adanya
lendir, makanan, debu, asap dan
sebagainya.
Batuk terjadi karena rangsangan tertentu,
misalnya debu di reseptor batuk (hidung,
saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian
reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat
batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi
sinyal kepada otot-otot tubuh untuk
mengeluarkan benda asing tadi, hingga
terjadilah batuk.
Penyebab batuk ;
Infeksi karena bakteri/virus seperti tbc,influenza, batuk rejan
Non infeksi karena allergen, makanan yang merangsang
tenggorokan, asap rokok,dls

Batuk terdiri dari 2 jenis, yaitu batuk kering (non


produktif) dan batuk berdahak (produktif).
Untuk mengobati batuk tergantung dari jenis
batuk yang diderita.
Farmakoterapi Batuk

Farmakoterapi batuk dapat dilakukan dengan 2


cara :
Terapi Spesifik yakni pengobatan terhadap
penyebab spesifik dari batuk seperti kanker paru,
infeksi paru dengan kemoterapi
Terapi Simptomatik yakni terapi untuk
menghilangkan gejala batuk
Terapi batuk tanpa obat

Banyak minum air putih


Menghindari paparan debu,minuman
yang merangsang tenggorokan dan
udara malam yang dingin
Terapi Batuk dengan Obat

Sesuai dengan jenis batuk maka obat batuk dibedakan


atas 2 macam :
Ekspektoran
untuk mengobati batuk berdahak.
Antitusif ( penekan batuk )
digunakan untuk mengobati batuk kering.
OBAT SIMTOMATIK
1. Antitusif
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat,
antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di
perifer dan antitusif yang bekerja di sentral.
Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas
golongan narkotik dan nonnarkotik.
Mengobati batuk kering
Antitusif yang bekerja di perifer
menekan batuk dengan mengurangi iritasi
lokal di saluran napas, yaitu pada reseptor
iritan perifer dengan cara anestesi langsung
atau secara tidak langsung mempengaruhi
lendir saluran napas.
Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan
garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat ini
mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di faring, tetapi
hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan
saluran napas bawah.
Lidokain
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain
dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat
prosedur pemeriksaan bronkoskopi.
Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan
selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau
sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan
anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini
mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan
memberikan perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai.
Antitusif yang bekerja sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan
meninggikan ambang rangsang yang
dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.
Dibagi atas golongan narkotik dan
nonnarkotik.
Golongan narkotik
seperti Codein HCl, Dextrometrophan (DMP) dan
Pholcodin

- Kodein
Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling
efektif dan salah satu obat yang paling sering
diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60
mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif. Kodein
ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan
ketergantungan. Di samping itu, obat ini sangat sedikit
sekali menyebabkan penekanan pusat napas dan
pembersihan mukosilier. Efek samping pada dosis
biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak besar dapat
timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi,
palpitasi, gatal-gatal, banyak keringat dan agitasi.
- Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein,
mempunyai efek antitusif yang serupa dengan
kodein. Efek samping utama adalah sedasi,
penglepasan histamin, konstipasi dan
kekeringan mukosa. Obat ini tidak lebih
unggul dari kodein.
Golongan nonnarkotik
antara lain Noskapin, Pipeazetat, Difenhidramin (
Benadryl ), Promethazin dll
- Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan
ketergantungan, sering digunakan sebagai
antitusif nonnarkotik. Obat ini efektif bila
diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam.
Dosis dewasa 10-20 mg, setiap 4 jam, anak-anak
umur 6-11 tahun 5-10 mg, sedangkan anak umur
2-6 tahun dosisnya 2,5- 5 mg setiap 4 jam.
Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif nonnarkotik yang baru
diperkenalkan ini bekerja secara sentral dan perifer. Pada
sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer
melalui aktivitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi.
Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak
menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan
penekanan susunan saraf pusat. Dalam penelitian uji klinik,
obat ini mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein
dalam menekan batuk. Butamirat sitrat mempunyai
keunggulan lain yaitu dapat digunakan dalam jangka
panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru
yaitu meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan
pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak
umur 6-8 tahun 2x10 ml, sedangkan anak berumur lebih
dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.
- Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun
termasuk golongan alkaloid opiat. Efektivitas
dalam menekan batuk sebanding dengan kodein.
Kadang-kadang memberikan efek samping
berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut dan
konjungtivitis. Dosis dewasa 15-30 mg setiap 4- 6
jam, dosis tunggal 60mg aman dalam menekan
batuk paroksismal. Anak berumur 2-12 tahun
dosisnya 7,5-15 mg setiap 3-4 jam dan tidak
melebihi 60 mg per hari.
- Difenhidramin
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai
manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek
samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan
mulut dan hidung, kadang-kadang menimbulkan
perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai
efek antikolinergik, karena itu harus digunakan secara hati-
hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan
fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah
25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk
dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5
mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/hari, sedangkan
untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak
melebihi 25 mg/hari.
Retensi cairan yang patologis di jalan napas
disebut mukostasis. Obat-obat yang
digunakan untuk mengatasi keadaan itu
disebut mukokinesis. Obat mukokinetik
dikelompokkan atas beberapa golongan:
1. Ekspektoran
2. Mukolitik
3. Dekongestan
4. Kortikosteroid
Ekspektoran
obat yang dapat merangsang pengeluaran
dahak dari saluran napas (ekspetorasi).
Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya
secara reflex merangsang sekresi kelenjar
saluran napas lewat N.vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah
pengeluaran dahak.
Obat yang termasuk golongan ini,
ialah:
Ammonium klorida
Biasanya digunakan dalam bentuk campuran dengan
ekspektoran lain atau antitusif. Ammonium klorida dosis
besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan insufisiensi
hati, ginjal, dan paru. Dosis ammonium klorida sebagai
ekspektoran pada orang dewasa ialah 300 mg (5 mL) tiap 2-
4 jam.
Gliseril guaiakolat
Penggunaan obat ini hanya didasarkan pada tradisi dan
kesan subyektif pasien dan dokter. Efek samping yang
mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual,
dan muntah. Obat ini tersedia dalam bentuk sirop
100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400
mg sehari.
Mukolitik
Mukolitik adalah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein
dan mukopolisakarida dari sputum.
Contoh mukolitik, ialah:
Bromheksin
derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari
Adhatoda vasica. Obat ini digunakan sebagai mukolitik
pada bronkitis atau kelainan saluran napas yang lain. Efek
samping pemberian oral berupa mual dan peninggian
transaminasi serum. Bromheksin harus hati-hati digunakan
pada pasien tukak lambung. Dosis oral untuk dewasa yang
dianjurkan 3 kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit
sekali.2
Ambroksol
suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan
penggunaannya.
Asetilsistein
Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam
amino L-sistein, digunakan dalam bentuk larutan
atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam
saluran napas melalui kateter atau bronksokop
memberikan efek segera, yaitu meningkatkan
jumlah sekret bronkus secara nyata. Efek samping
berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam
dan menggigil jarang ditemukan. Efek toksis
sistemik tidak lazim oleh karena obat
dimetabolisme dengan cepat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai