(bioamin) dan merupakan produk normal dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi enzimatis. Asam amino ini masuk ke dalam tubuh terutama dalam protein yg kemudian di jaringan diubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi) • Histamin terdapat >> hampir disemua organ dan jaringan dalam keadaan terikat dan inaktif yg terutama terdapat didalam Mast Cell. • Mast cell berupa >> bola-bola kecil berisi gelembung penuh dengan histamin dan zat mediator lain • Mast cell terdapat di >> kulit, mukosa (mata, hidung, sal. nafas) dan usus, lekosit basofil darah. • Faktor yg membuat histamin dapat dibebaskan dari Mast cell >> reaksi alergi, kecelakaan, sinar UV , zat kimia (histamin liberators) spt racun ular, tawon dll. • Fungsi Histamin >> berperan dalam proses peradangan dan pada sistem imun Efek histamin timbul melalui aktivasi reseptor histaminergik H1, H2 dan H3. • Reseptor-H1 : sel otot polos, endotel dan otak. • Reseptor-H2 : mukosa lambung (pada sel parietal),otot jantung, sel mast, dan otak. • Reseptor-H3 : presinaptik (di otak, pleksus mienterikus dan saraf lainnya).
• Reseptor H1 diblok oleh antihistamin H1; RH2 oleh H2
blocker (penghambat asam lambung); R H3 memegang peranan penting pada regulasi tonus saraf simpatikus. • Dalam keadaan normal kdr histamin dalam darah < 50 mcg/l >> tdk menimbulkan efek • Membran mast cell dirusak >>histamin banyak dibebaskan >>terjadi efek nyata. Reaksi alergi >> reaktifitas khusus dari tuan rumah (host) thdp suatu unsur eksogen yg timbul pada kontak kedua kali atau berikutnya. Mekanisme alergi Antigen (protein asing) masuk berulang kali kedalam aliran darah seorang hipersensitif maka limfosit B akan membentuk antibodies dari tipe IgE. IgE (reagin) mengikat diri pada membran mast cell tanpa gejala. Jika alergen yg sama atau mirip rumus bangun sama memasuki darah lagi IgE akan mengikatnya >> Terjadi reaksi alergi akibat membran mast cell pecah (degranulasi). Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan yaitu histamin beserta serotonin, bradikinin, asam arachidonat yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. • Zat-zat ini menarik makrofag dan neutrofil (lekosit tertentu) ke tempat infeksi untuk memusnahkan penyerbu.
• Dapat timbul gejala >> bronchokonstriksi, vasodilatasi,
pembengkakan jaringan.
• Mediator tsb secara langsung atau melalui SSO menimbulkan
asma, rhinitis allergica dan eksim
• Gejala reaksi alergi tergantung pada lokasi dimana reaksi
alergen-antibodi berlangsung, misal dihidung (rhinitis allergica); kulit (eksim) ,dll.
• Anafilaksis >> masuknya antigen pertama membuat tubuh tnp
perlindungan thdp pemasukan antigen berikutnya (shock anafilaksis). Kdr histamin meningkat drastis spt pada kecelakaan dgn byk kehilangan darah, luka bakar dll. PENGGOLONGAN Reaksi alergi berdasarkan prinsip kerjanya digolongkan kedalam 4 type hipersensitifitas: >>Tipe I (immediate) Gangguan alergi bdsrkan reaksi antara alergen-antibody (IgE) dgn degranulasi mast cell dan terjadi pada orang yg berbakat genetis. Disebut jg alergi atopis atau reaksi anafilaksis. Tejadi di saluran nafas, kulit. Mula reaksinya cepat 5-20 mnt; gejala bertahan kira-kira 1 jam. >>Tipe II ( autoimun atau reaksi sitolitis) antigen yang terikat pada membran sel bereaksi dengan IgG atau IgM dalam darah dan menyebabkan sel musnah (Cytos = sel dan Lysis = melarut) , reaksi ini terutama berlangsung di sirkulasi darah, co: anemia hemolitis, agranulositosis, SLE >>Tipe III antigen dalam sirkulasi bergabung dengan terutama IgG menjadi suatu imun kompleks yg diendapkan pada endotel pembuluh. Ditempat itu sebagai respon terjadi peradangan yg disebut penyakit serum bercirikan urticaria, demam dan nyeri sendi-otot. >>Tipe IV reaksi lambat (delayed) antigen (kompleks hapten +protein)beraksi dgn T limfosit. Limfokin tertentu dilepaskan dan menarik makrofag dan neutrofil terjadi peradangan. Proses penarikan disbt chemotaxis, co: reaksi tuberkulin dan dermatitis kontak. Efek pada sistem kardiovaskuler Histamin eksogen menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan denyut jantung.
Efek pada saluran cerna
Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu sekresi asam lambung melalui aktivasi reseptor-H2.
Efek pada bronkus dan otot polos organ lain
Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi. Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata, sal. Kemih, organ genital.
Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf
komponen penting dalam patofisiologi urtikaria
Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam
lambung, pepsin & faktor intrinsik melalui aktivasi reseptor H2 peningkatan cAMP intraseluler. Gangguan alergi • Alergi makanan oleh protein dlm mkn dan berlangsung melalui IgE dan pelepasan mediator. contoh >> alergen udang, ikan, putih telur, gluten (protein gandum), susu sapi dll. gejala >> asma, urticaria, diare, nausea, muntah *intoleransi makanan >> bentuk alergi berdasarkan pembebasan mediator langsung dari mastcell (tnp perantara reaksi alergen-antibodi) >> disebut jg pseudo-alergi (pseudo= mirip) • Eksim atopik (dermatitis atopis) alergen hanya menimbulkan reaksi IgE signifikan pd individu yg berdasarkan keturunan terdisposisi. Contoh >> eksim pengobatan >> kortikosteroid
• Asma >> penyempitan bronchia akibat reaksi
antigen-IgE dan terlepasnya mediator dg efek vasokonstriksi.
• Hay fever (Rhinitis Allergica) >> radang mukosa
hidung, sering disertai conjuctivitis) Antihistaminika
Obat yang mempunyai efek melawan efek histamin
dengan cara memblok reseptor H1.
Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara:
1. Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalin 2. Penghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg timbul. Hambatan pelepasan histamin pada proses degranulasi histamin dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan adrenoseptor β2 3. Blokade reseptor histamin H1 dengan obat antihistamin. Blokade reseptor histamin H1 secara kompetitif dapat menghambat efek histamin. 1) Antagonis reseptor H1 Umumnya disebut obat antihistamin / antihistaminika ialah antagonis H1 yg beraksi melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan. Obat: loratadin, terfenadin dan astemizol, efek mengantuk sangat lemah Efek obat antihistamin dapat bermanifestasi : •Efek blokade adrenoseptor-α, antiserotonin dan anestetik lokal.
Obat antihistamin mempunyai efek α-blockade yg
mengakibatkan tekanan darah turun. Antagonis reseptor- H1 (misal: siproheptadin) mempunyai efek blokade reseptor serotonin. Difenhidramin & prometazin mempunyai efek anestetik lokal melalui blokade sodium channel pada membran sel eksitabel.Antagonis reseptor H1 sering digunakan dalam terapi alergi seperti rhinitis dan urtikaria
Antagonis H1 (misal difenhidramin & prometazin) juga
timbulnya blood dyscrasia sebagai granulositopenia. Turunan ketiga dari imidazol, misalnya simetidin, tidak punya gugus tiourea, sehingga relatif tidak menimbulkan granulositopenia. Senyawa lain (ranitidin, oksmetidin, famotidin dan nizatidin) merupakan antagonis reseptor H2 baru yang lebih aman
Antagonis reseptor-H2 dalam klinik digunakan pada
terapi ulkus peptik, sindroma Zollinger-Ellison dan keadaan hiperasiditas. H1 Blockers • Blok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh , bronchi, dan saluran cerna, kandung kemih dan rahim • Juga melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf • Berdasarkan kerjanya pada SSP dibagi atas >> obat generasi 1 dan 2 • Obat generasi 1 >> prometazin; oksometazin; klorfeniramin; difenhidramin; klemastin; siproheptadin; meklozin; ketotifen, oksatomida; hidroksizin. Obat ini berkhasiat sedatif thd SSP dan memp. Efek anti kolinergis. • Obat generasi 2 >> astemizol; terfenadin; fexofenadin, akrivastin; setirizin; loratadin. Obat ini bersifat hidrofil dan sukar menembus CCS, maka pada dosis terapeutis tdk sedatif, T1/2 panjang (diminum 1-2 kali sehari); berefek jg dalam menghambat sintesa mediator-radang seperti prostaglandin, leukotrien dan kinin H2 blockers • Penghambat secara selektif sekresi asam lambung yg meningkat akibat histamin dg jln persaingan terhadap reseptor H2 di lambung. • Efeknya >> mengurangi hipersekresi HCl; mengurangi vasodilatasi; dan tek darah menurun • Co obat >> simetidin; ranitidin; famotidin; nizatidin; roksatidin. Efek Samping Obat
• Sedatif-hipnotif akibat depresi SSP dan antikolinergiknya
• Efek sentral >> pusing; gelisah, letih, lesu, tremor • Gangguan saluran cerna >> mual, muntah diare, sembelit • Efek antikolinergik >> mulut kering; gangguan akomodasi dan sal.cerna; retensi kemih (tdk untuk pasien glaukoma dan hipertrofi prostat) • Efek antiserotonin >> meningkatkan nafsu makan, berat badan • Sensibilitas • Efek teratogen • Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik Obat antihistamin golongan etanolamin dan etilendiamin yang punya efek antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine & penglihatan kabur, dapat untuk mengurangi rhinorrhoea Obat-obat Antihistaminika 1. Derivat etanolamin Daya kerja antikolinergik dan sedatif kuat Difenhydramin >> bersifat jg spasmolitis; anti emetis; antivertigo Dimenhidrinat >> senyawa klorteofilinat dari difenhidramin Klemastin >> antihistamin kuat; mulai kerja cepat, bertahan dalam 10 jam, efektif untuk pruritus allergis 2. Derivat Etilendiamina daya kerja sedatifnya ringan Antazolin: efek antihistamin tdk kuat; tdk merangsang selaput lendir (cocok untuk alergi pada mata dan hidung) Tripelenamina: pada gatal-gatal (cream) Mepirin: untuk hay fever Klemizol: bentuk salep antiwasir 3. Derivat Propilamin Daya antihistamin kuat Feniramin untuk obat batuk Klorfeniramin: untuk obat batuk Dekslorfeniramin Tripolidin 4. Derivat Piperazin Bersifat long acting Siklizin, homoklorsiklizin (untuk pruritus urticaria) Sinarizin: berdaya vasodilatasi perifer, untuk antiemetis, anti pusing (vertigo), tinnitus (telinga berdenging) Flunarizin: pencegah migrain Oksatomida: hay fever Hidroksizin Cetirizin: dy kerja kuat dan panjang (8-10 jam);tdk sedatif; tdk antikolinergik 5. Derivat Fenotiazin Dy antihistamin dan antikolinergik tdk kuat Berefek sentral kuat dgn khasiat neuroleptis Prometazin Oksomemazin Isotipendil
6. Derivat Trisiklik lain:
Dy kerja antiserotonin kuat dgn menstimulasi nafsu makan Siproheptadin, Pizotifen; Ketotifen; Loratadin; Azelastin 7. Obat Generasi kedua Dy antihistamin, tnp efek sedatif Terfenadina; fexoenadin, Astemizol, Levocabastin 8. Golongan Lain-lain Mebhidrolin; kortikosteroida, Na Kromoglikat TERIMA KASIH