Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN JAGA

KOASS JAGA:

NOVITHA DESTARY
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. JE
• Umur : 33 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Teluk Mega- Rohil
• Agama : Islam
KELUHAN UTAMA

Pasien datang ke IGD pukul 23.30 WIB dengan


keluhan nyeri diseluruh bagian perut sejak + 6 jam
SMRS.
RPS

Pasien datang ke IGD pukul 23.30 WIB dengan


keluhan nyeri diseluruh bagian perut sejak + 6 jam
SMRS. Awalnya nyeri dirasakan pada perut kanan
bawah, kemudian nyeri menjalar ke seluruh lapangan
perut. Nyeri yang dirasakan terus menerus, semakin
terasa 1 hari yang lalu SMRS, perut kembung (-)
Keluhan demam (+) sejak 1 hari SMRS, mual (+),
muntah (-), penurunan nafsu makan (+).
Riwayat trauma perut (-). BAK (+) Normal. BAB(+)
normal, Kentut (+).
• RPD :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama (5x
dalam setahun ini)
Riwayat operasi (-), Dm(-), asma(-)

• RPK :
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa
Riw. Asma (-), alergi (-) , DM (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : komposmentis
• GCS : 15, E=4 V=5 M=6
Vital Sign
• Respirasi : 20 kali/menit
• Nadi : 106 kali /menit
• Suhu : 37,5 C
• TD : 120/80 mmHg

• Kepala : Normocephal
• Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera iktenk -/-, refleks cahaya (+/+)
pupil isokor
• Hidung : Rhinorrea (-), deviasi septum (-)
• Mulut : Bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-)
• Telinga : Deformitas (-), sekret (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru :
• Inspeksi : Bentuk dada normal, gerakan dada simetris kanan-kiri, retraksi
dinding dada (-), scar (-)
• Palpasi : vokal fremitus kiri = kanan
• Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi : vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung :
• Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus cordis teraba
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Extremitas : akral hangat, CRT < 2detik, edema tungkai (-/-)

Status lokalis
Abdomen
• Inspeksi : Datar, distensi (+), scar ( -)
• Auskutasi : Peristaltik (+) normal
• Palpasi :Supel, defans muskular (+), Nyeri tekan seluruh kuadran
abdomen (+), nyeri tekan Mc.Burney (+), nyeri lepas (+),rovsing sign (+), psoas sign
(+), obturator sign (+)
• Perkusi : Timpani (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

Golongan darah O
Hb 15,1
Leukosit 22.600
Trombosit 289.000
Eritrosit 5.870.000
MCV 76 fl
MCH 26 pg
MCHC 34 %
Ht 49 %
Gula darah 150 mg/dl
UREUM 18
Masa 3’ KREATININ 1,5
perdarahan
Masa 4’
pembekuan SGOT 27
SGPT 52
PNEUMOPERITONIUM
DIAGNOSIS

Suspek Peritonitis ec
susp. Appendisitis akut
perforasi
PENATALAKSANAAN

• O2 2- 3 liter permenit
• IVFD RL 20 tpm makro
• Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
• Inj.ceftriaxon 1gr/12 jam
• Inj.ketorolac 30mg 1 amp/8 jam
Anjuran dari dr. Dharma Yogara, Sp. B
• Puasa mulai pukul 00.00 WIB
• Persiapan operasi
PERITONITIS

Adalah peradangan dari jaringan peritonium yang


dapat bersifat terlokalisir atau difus, atau kronik, dan
bersifat infeksius atau septik.
ANATOMI

• Kutis
• Subkutan: fascia camfer, fascia scarpa
• m. Rectus abdominis, m. Oblikus eksternus
abdominis, m. Oblikus internus abdominis, m.
Transversus abdominis→ rectus sheath.
• Fascia trnsversalis
• Fascia ekstraperitoneal
• Peritonium: peritonium parietale dan peritonium
viscerale
Vaskularisasi dinding abdomen:
• Dari kranikaudal a . Thoracica interna→ a. Epigastrik
superior.
• Dari kaudal a. Iliaka → a. Epigastrika inferior
Persarafan dinding abdomen:
• n. Torakalis Vl s/d Xll dan n. lumbalis
KLASIFIKASI PERITONITIS

• Peritonitis perimer: sirosis hepatis→


ascites→pertumbuhan mikroba yang menyebar secara
hematogen (Eschericia coli) → rongga peritonium.
• Peritonitis sekunder: perforasi pada saluran cerna,
akibat kontaminasi bakteri intra abdominal dari
perforasi viskus.
• Peritonitis tersier: terjadi pasien yang mengalami dialisis
peritonium, infeksi oleh mikroba flora kulit
(Staphylococcus).
PATOFISIOLOGI

• Peritonitis primer: terjadi bila terdapat peritonitis


yang tidak ditemui sumber kontaminasinya.
• Peritonitis sekunder terjadi bila terdapat perpindahan bakteri
ke dalam rongga peritoneum akibat perforasi viskus atau
saluran pencernaan.
• Peritonitis tersier terjadi karena penggunaan tindakan medis
tertentu seperti dialisis peritoneum yang memberikan akses
flora kulit ke dalam rongga peritoneum
MANIFESTASI KLINIS

• Peritonitis primer→ demam, ascites, nyeri abdomen,


lethargi, ensefalopati.
• Peritonitis sekunder→ nyeri abdomen bergantung pada
letak ruptur viskus, rasa tidak nyaman pada perut,
mual, dephans muscular 4 kuadran abdomen, rebound
tenderness.
• Peritonitis tersier→ serupa dengan peritonitis sekunder.
DIAGNOSA
• Anamnesis: riwayat penyakit sekarang dan dahulu
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang: darah lengkap
(leukositosis berupa shift to the left), foto polos
abdomen→ gambaran ileus dengan distensi dari ileum
maupun kolon, air-fluid level, cairan bebas di dalam
rongga abdomen. Foto abdomen dalam posisi duduk→
udara bebas di bawah diafragma, 80 % pada pasien
perforasi duodenum.
DIAGNOSIS BANDING

4 kategori:
• Diagnosis diketahui- indikasi operasi→ ruptur, infark
mesenterium, obstruksi strangulata usus, perforasi
sistem gastrointestinal, kehamilan ektopik, ruptur
limpa.
• Diagnosis diketahui- indikasi non operatif→ Pasien
dengan kolesistitis, divertikulitis, obstruksi usus, dan pasien
dengan dialisa peritoneum.
• Diagnosa tidak diketahui- suspek peritonitis→
diagnosa pasti belum ditegakan, namun adanya peritonitis
untuk dilakukan operasi segera.
• Diagnosa tidak diketahui-bukan peritonitis→ melakukan
observasi.
Penyebab akut abdomen yang dapat menyulitkan
penegakan diagnosa:
• Kolesistitis akalkulosa
• Iskemia mesenterium akut
• Pankreatitis
PENATALAKSANAAN

• Resusitasi: keadaan hipovolemia


• Terapi antimikroba
• Intervensi bedah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai